Analisis Performa Jepang dalam Pembangunan Infrastruktur

Analisis Performa Jepang dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Indonesia pada Tahun 2012-2016. ABSTRAK

Caesario Saputro[1], Drs. Ign. Agung Satyawan, S.E., S.Ikom., M.Si., Ph.D.[2] Pembangunan infrastruktur jalan adalah salah satu bidang

pembangunan yang paling penting di sebuah negara. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kebijakan yang bertujuan untuk memeratakan infrastruktur di seluruh penjuru negeri, khususnya infrastruktur jalan. Keterbatasan dari anggaran mengakibatkan Indonesia harus mencari dana dari investasi asing. Jepang adalah salah satu negara investor terbesar di Indonesia yang juga ikut memberi bantuan kepada Indonesia dalam beberapa proyek infrastruktur jalan. Disinilah kami akan melihat bagaimana performa dari Jepang dalam proyek yang dibantu oleh investasi atau pinjaman luar negeri dari mereka berdasarkan dari realisasi dari target yang telah diberikan per triwulannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan konsep international cooperation, Doktrin Fukuda, dan Abenomics untuk menjelaskan motif dari Jepang dalam membantu Indonesia di bidang Infrastruktur Jalan ini. Hasil Penelitian adalah Jepang memiliki performa yang baik dalam pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia dapat dilihat dari terselesaikannya proyek-proyek yang dibebankan kepada mereka dan tercapainya tujuan dari penggunaan loan seperti yang telah dicantumkan dalam loan agreement.

Kata Kunci: Indonesia, Jepang, Pembangunan Infrastruktur Jalan.

ABSTRACT Analysis of Japan's Performance in Road Infrastructure

Development in Indonesia in 2012-2016.

The development of road infrastructure is one of the most important development areas in a country. Indonesia is one of the countries that have a policy that aims to make equal infrastructure throughout the country, especially road infrastructure. Limitations of the budget resulted in Indonesia having to seek funding from foreign investment. Japan is one of the largest investor countries in Indonesia which also contributes to Indonesia in several road infrastructure projects. This is where we will see how the performance of Japan in projects assisted by their investments or offshore loans is based on the realization of the targets given quarterly. This study uses qualitative research methods with the concept of international cooperation, Fukuda Doctrine, and Abenomics to explain the motive of Japan in assisting Indonesia in the field of Road Infrastructure. The result of the research is that Japan has a good performance in the development of road infrastructure in Indonesia can be seen from the completion of projects that are charged to them and the achievement of the purpose of the use of loan as mentioned in the loan agreement.

Key Words: Indonesia, Japan, Road Infrastructure Development

A. Latar Belakang

Pembangunan Infrastruktur merupakan salah satu bidang pembangunan yang dinilai vital di dalam suatu negara. Pembangunan infrastruktur yang dijalankan dengan baik dan merata dapat memacu pembangunan ekonomi negara, memakmurkan rakyat, dan menambah efektivitas dari kegiatan perekonomian. Saat ini seluruh negara berpacu dalam pemenuhan infastruktur yang dibutuhkan tidak terkecuali Indonesia. Kebutuhan infrastruktur di Indonesia yang baik dan berguna bagi masyarakat di rasa semakin tinggi karena tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin tahun semakin baik. Infrastruktur yang baik dan berguna untuk rakyat Indonesia sesuai dengan tujuan dimasukan dalam program kerja Kabinet di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan

Wakil Presiden Boediono periode 2010 - 2014 1 sampai dengan era kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla periode 2015-2019 dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2 .

Salah satu Infrastrukur tersebut adalah Jalan, definisi jalan berdasarkan Undang-Undang Jalan Nomor 38 Tahun 2004 jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang Salah satu Infrastrukur tersebut adalah Jalan, definisi jalan berdasarkan Undang-Undang Jalan Nomor 38 Tahun 2004 jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang

Penyediaan infrastruktur membutuhkan alokasi anggaran yang tidak sedikit dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Keterbatasan APBN dalam membiayai program program infrastruktur Jalan menjadikan permasalahan tersendiri sehingga target yang sudah dicanangkan diawal akan mengalami penurunan dalam pencapaiannya sehingga dibutuhkan suatu solusi yang mampu digunakan dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur di Indonesia. Salah satu cara yang digunakan atau dilakukan berupa Hubungan Diplomatik yang efektif. Hubungan Diplomatik antar negara biasanya dilakukan dengan pendekatan Ideologi, politik, Ekonomi serta Pertahanan dan Keamanan.

Kebutuhan penganggaran Indonesia dalam menjalankan kebijakan pembangunan tidak terlepas pada kebijakan Penganggaran yang dilaksanakan dalam mendukung tercapaianya peningkatan dan percepatan pertumbuhan ekonomi dilaksanakan melalui beberapa revisi penganggaran berupa penghematan dan tercukupinya modal untuk pembangunan infrastruktur. Seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang

dicuplik dari website Antaranews.com tanggal (4 April 2017) 3 : “Pemerintah dicuplik dari website Antaranews.com tanggal (4 April 2017) 3 : “Pemerintah

April 2017) 4 : “Presiden menginstruksikan belanja barang 2017-2018 harus tidak boleh lebih besar dari yang dibelanjakan 2016,".

Hal-hal seperti inilah yang melatarbelakangi kebutuhan pendanaan dari luar negeri dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pendanaan luar negeri melalui pinjaman dan/atau hibah luar negeri menjadi solusi dalam permasalahan ini. Pnjaman dan/atau hibah luar negeri dapat diperoleh melalui hubungan bilateral yang baik dan saling menguntungkan dengan negara lain. salah satunya adalah hubungan diplomatik Indonesia dengan Negara Jepang. Performa Jepang dalam kaitannya dengan pembangunan Indonesia khususnya Jalan sangat terasa dengan berbagai pinjaman yang bersifat pendanaan fisik dan peningkatan skill dari sumber daya manusia yang terlibat dalam proyek proyek-pembangunan yang dirangkum dalam nota kesepakatan pinjaman (loan agreement).

Jepang pada umumnya memiliki beberapa alasan dalam memberikan bantuan kepada negara asing, yaitu agar dapat memacu proses rekonstruksi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dari Jepang, Membangun Jepang pada umumnya memiliki beberapa alasan dalam memberikan bantuan kepada negara asing, yaitu agar dapat memacu proses rekonstruksi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dari Jepang, Membangun

perkapita di Jepang 5 . Sebagai dasar, Jepang mempunyai Doktrin Fukuda. Doktrin Fukuda merupakan prinsip dasar dari politik luar negeri Pemerintah Jepang bersama dengan Doktrin Yoshida yang telah lebih dahulu dicanangkan kira-kira tiga dekade sebelumnya.

Ketika periode 1970-an, negara-negara di kawasan Asia Tenggara sedang gencar melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan oleh negara- negara di kawasan Asia Tenggara tersebut dilihat oleh Jepang sebagai kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara bekas jajahannya di Asia Tenggara dan juga sebagai kesempatan untuk memperluas pasar industri mereka (Jepang) yang pada saat itu sedang naik daun. Ketika sedang menjalankan tur kunjungan kenegaraannya ke negara-negara anggota ASEAN pada tahun 1977 tepatnya ketika di Manila, Filipina, Perdana Menteri Takeo Fukuda Berpidato mengenai keinginan Jepang untuk bekerjasama secara positif dengan negara-negara anggota ASEAN sebagai mitra kerjasama yang sepadan. Perdana Menteri Takeo Fukuda menjanjikan bahwa Jepang tidak akan pernah menjadi kekuatan besar dalam bidang militer dan berkomitmen dalam menjaga perdamaian dunia serta Jepang akan berusaha Ketika periode 1970-an, negara-negara di kawasan Asia Tenggara sedang gencar melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan oleh negara- negara di kawasan Asia Tenggara tersebut dilihat oleh Jepang sebagai kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara bekas jajahannya di Asia Tenggara dan juga sebagai kesempatan untuk memperluas pasar industri mereka (Jepang) yang pada saat itu sedang naik daun. Ketika sedang menjalankan tur kunjungan kenegaraannya ke negara-negara anggota ASEAN pada tahun 1977 tepatnya ketika di Manila, Filipina, Perdana Menteri Takeo Fukuda Berpidato mengenai keinginan Jepang untuk bekerjasama secara positif dengan negara-negara anggota ASEAN sebagai mitra kerjasama yang sepadan. Perdana Menteri Takeo Fukuda menjanjikan bahwa Jepang tidak akan pernah menjadi kekuatan besar dalam bidang militer dan berkomitmen dalam menjaga perdamaian dunia serta Jepang akan berusaha

sepadan 6 seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Doktrin Fukuda menjadi fondasi dari hubungan diplomasi dari Jepang kepada negara-negara di Asia khususnya Asia Tenggara. Doktrin Fukuda dapat dinyatakan berhasil dalam membangun kembali hubungan dengan negara-negara ASEAN dapat dilihat dari banyaknya produk-produk hasil industri Jepang di negara-negara ASEAN.

Pada tahun 2012, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengeluarkan kebijakan ekonomi yang diharapkan dapat memecahkan masalah stagnansi ekonomi Jepang yang telah melanda Jepang selama dua dekade terakhir yang disebut sebagai Abenomics. Abenomics memiliki tiga poin yang menjadi fokus dari kebijakan tersebut, yaitu peningkatan produktivitas, peningkatan

inovasi dan perdagangan internasional, dan peningkatan aktifitas korporasi 7 . Poin kedua kebijakan, yaitu peningkatan inovasi dan perdagangan internasional memiliki sub-poin yaitu ekspor infrastruktur. Sub-poin ekspor infrastruktur tersebut memiliki tiga tujuan, yaitu: menyediakan pendanaan kepada proyek-proyek pembangunan infrastruktur di seluruh dunia dengan target sekitar 200 miliar Dolar Amerika Serikat selama lima tahun kedepan, meningkatkan asistensi dari Jepang dan mendorong investasi/pendanaan

dan finansial dari organisasi-organisasi bantuan internasional milik Jepang seperti JICA, JBIC, dan lain-lain 8 . Berdasarkan dari tujuan di atas, Jepang berusaha untuk secara aktif memberi bantuan kepada proyek-proyek infrastruktur di seluruh dunia. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Indonesia pada saat ini sangat membutuhkan dana dari luar negeri demi mempercepat kemajuan dalam pembangunan infrastruktur karena adanya kebijakan penghematan belanja negara. Karena hal tersebut, Indonesia meminta bantuan dari Jepang untuk membantu dalam pembangunan berbagai bidang infrastruktur termasuk dalam bidang infrastruktur jalan. Kebijakan ekonomi Jepang yaitu Abenomics yang berfokus kepada ekspor infrastruktur membuat Jepang memberikan bantuan berupa pinjaman luar negeri kepada Indonesia. Jika Jepang ingin membuat kemajuan positif dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi mereka, Pemberian bantuan terhadap Indonesia haruslah dilakukan. Oleh karena itulah Jepang memilih utuk memberikan bantuan dalam bidang infrastruktur kepada Indonesia demi tercapainya kepentingan nasional mereka saat ini, yaitu memecahkan masalah stagnansi ekonomi mereka selama dua dekade terakhir. Selain memecahkan masalah stagnansi ekonomi, bersedianya Jepang dalam membantu Indonesia juga bertujuan untuk membina hubungan baik dengan Indonesia yang telah berlangsung sejak lama, dan juga disebabkan oleh

Jepang dan negara ASEAN termasuk Indonesia. Penulis mendefinisikan “performa” dalam penelitian ini sebagai pencapaian dari yang sudah ditargetkan oleh kedua belah pihak melalui proses monitoring dan evaluasi yang digelar dalam pembangunan proyek infrastruktur jalan yang dibiayai oleh Jepang.

B. Pengertian Performa kerja sama

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia performa berarti adalah menyelenggarakan

Performa adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Performa memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga performa dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Sementara itu, kerjasama berarti adalah pihak yang bersepakat dalam suatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan. Dapat disimpulkan bahwa performa kerjasama adalah bagaimana penyelenggaraan dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersepakat dalam mencapai suatu tujuan.

C. Jenis-Jenis pinjaman luar negeri yang diberikan oleh Jepang

JICA selaku lembaga kerjasama luar negeri dari Jepang memiliki dua jenis

Ordinary Loan adalah jenis pinjaman luar negeri yang mana negara pemberi pinjaman, yang di dalam kasus ini adalah Jepang memberikan pinjaman kepada negara pemohon pinjaman, yaitu Indonesia. Cara merealisasikan pinjaman luar negeri ini sama dengan pinjaman luar negeri pada umumnya, yaitu negara pemberi memberikan pinjaman kepada negara pemohon dan kemudian negara pemohon menggunakan pinjaman tersebut untuk membangun yang diinginkannya dengan intervensi seminimum mungkin dari negara pemberi dalam proses realisasi pembangunan yang bersumber dari pinjaman luar negeri tersebut. Ordinary loan yang diberikan oleh JICA kepada Indonesia memiliki bunga sebesar 1,4 persen, dan pembagian pembayarannya biasanya sekitar 30 persen berbanding 70 persen atau 20 persen berbanding 80 persen. Kontraktor, konsultan dan supplier dalam pembangunan yang dibiayai oleh ordinary loan ini biasanya berasal dari negara pemohon pinjaman itu sendiri, dalam kasus ini adalah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh campur tangan dari negara pemberi pinjaman yang diharapkan dapat seminimal mungkin sehingga setiap tenaga kerja dan sumber daya yang dibutuhkan semuanya berasal dari negara pemohon pinjaman itu sendiri. Ordinary loan mempunyai kelebihan dan kelemahan, Ordinary Loan adalah jenis pinjaman luar negeri yang mana negara pemberi pinjaman, yang di dalam kasus ini adalah Jepang memberikan pinjaman kepada negara pemohon pinjaman, yaitu Indonesia. Cara merealisasikan pinjaman luar negeri ini sama dengan pinjaman luar negeri pada umumnya, yaitu negara pemberi memberikan pinjaman kepada negara pemohon dan kemudian negara pemohon menggunakan pinjaman tersebut untuk membangun yang diinginkannya dengan intervensi seminimum mungkin dari negara pemberi dalam proses realisasi pembangunan yang bersumber dari pinjaman luar negeri tersebut. Ordinary loan yang diberikan oleh JICA kepada Indonesia memiliki bunga sebesar 1,4 persen, dan pembagian pembayarannya biasanya sekitar 30 persen berbanding 70 persen atau 20 persen berbanding 80 persen. Kontraktor, konsultan dan supplier dalam pembangunan yang dibiayai oleh ordinary loan ini biasanya berasal dari negara pemohon pinjaman itu sendiri, dalam kasus ini adalah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh campur tangan dari negara pemberi pinjaman yang diharapkan dapat seminimal mungkin sehingga setiap tenaga kerja dan sumber daya yang dibutuhkan semuanya berasal dari negara pemohon pinjaman itu sendiri. Ordinary loan mempunyai kelebihan dan kelemahan,

2. STEP (Special Terms for Economic Partnership) Loan STEP loan adalah salah satu jenis pinjaman luar negeri yang diatur

oleh JICA. Pinjaman luar negeri ini berbeda dengan ordinary loan yang telah dijelaskan di atas. STEP loan ini dapat menghendaki campur tangan penuh dari negara pemberi pinjaman dalam proses pembangunan yang bersumber dari pinjaman luar negeri yang

pembangunan yang dibiayai oleh STEP loan sepenuhnya dari pihak pemerintah Jepang. Pembagian pembayaran dalam segala proses pembangunan juga 100 persen dibayarkan oleh Jepang. Negara pemohon pinjaman juga diwajibkan untuk memakai minimal 30 persen produk dari Jepang dalam proses pembangunan proyek yang dibiayai oleh STEP loan tersebut. Karena pembayaran dalam pembangunan yang dilakukan seluruhnya oleh Jepang, bunga yang harus dibayarkan oleh negara pemohon pinjaman lebih kecil dibandingkan dengan ordinary loan, yaitu hanya sebesar 0,4 persen. Pertanggungjawaban jika proyek yang dibiayai oleh STEP loan ini mengalami penundaan ataupun kegagalan lebih berat kepada pihak pemerintah Jepang daripada pihak pemohon pinjaman karena sumber daya yang digunakan untuk membangun proyek tersebut seperti kontraktor, konsultan, dan supplier yang digunakan seluruhnya berasal dari pihak Jepang, bukannya dari negara pemohon pinjaman, yang dalam kasus ini adalah Indonesia. Indonesia tidak tidak memungut pajak dari pihak Jepang pada proyek yang dibiayai oleh STEP loan. Kelebihan dari STEP loan adalah kualitas sumber daya dan teknologi pembangunan yang lebih tinggi karena semua sumber daya dan teknologi yang diperlukan berasal dari negara pemberi pinjaman pembangunan yang dibiayai oleh STEP loan sepenuhnya dari pihak pemerintah Jepang. Pembagian pembayaran dalam segala proses pembangunan juga 100 persen dibayarkan oleh Jepang. Negara pemohon pinjaman juga diwajibkan untuk memakai minimal 30 persen produk dari Jepang dalam proses pembangunan proyek yang dibiayai oleh STEP loan tersebut. Karena pembayaran dalam pembangunan yang dilakukan seluruhnya oleh Jepang, bunga yang harus dibayarkan oleh negara pemohon pinjaman lebih kecil dibandingkan dengan ordinary loan, yaitu hanya sebesar 0,4 persen. Pertanggungjawaban jika proyek yang dibiayai oleh STEP loan ini mengalami penundaan ataupun kegagalan lebih berat kepada pihak pemerintah Jepang daripada pihak pemohon pinjaman karena sumber daya yang digunakan untuk membangun proyek tersebut seperti kontraktor, konsultan, dan supplier yang digunakan seluruhnya berasal dari pihak Jepang, bukannya dari negara pemohon pinjaman, yang dalam kasus ini adalah Indonesia. Indonesia tidak tidak memungut pajak dari pihak Jepang pada proyek yang dibiayai oleh STEP loan. Kelebihan dari STEP loan adalah kualitas sumber daya dan teknologi pembangunan yang lebih tinggi karena semua sumber daya dan teknologi yang diperlukan berasal dari negara pemberi pinjaman

Rupiah) 9 . Pengiriman bahan dari luar negeri juga menambah biaya dari proyek pembangunan yang dibiayai oleh STEP loan ini. Kelemahan lain dari proyek yang dibiayai oleh STEP loan ini adalah pihak pemohon pinjaman tidak dapat menarik pajak dari proyek yang dibiayai oleh STEP loan ini sehingga tidak dapat menambah pemasukan negara melalui pajak.

D. Kerjasama Infrastruktur Jalan antara Indonesia dan Jepang

Salah satu bentuk kerjasama pemerintah Indonesia dan Jepang adalah bentuk pembiayaan proyek proyek infrastruktur jalan,

satu adalah proyek jalan tol Akses Tanjung Priok yang digulirkan pada Tahun 2005 TANJUNG PRIOK ACCES ROAD CONSTRUCTION PROJECT PHASE 1 dengan jumlah pinjaman sebesar 26.306.000.000 Yen dengan tujuan yaitu pembangunan jalan bebas hambatan tanjung priok serta sasarannya adalah memperlancar arus kendaraan menuju pelabuhan dengan lingkup pekerjaan Pembangunan jalanbebas hambatan Tanjung, desain dan supervisi dan Tahun 2006 TANJUNG PRIOK ACCESS ROAD CONSTRUCTION PROJECT PHASE 2. Jumlah pinjaman dalam proyek ini adalah sebesar 26.612.000.000 Yen dengan tujuan yaitu pembangunan jalan bebas hambatan Tanjung Priok serta sasarannya adalah memperlancar arus kendaraan menuju pelabuhan dengan lingkup pekerjaan Pembangunan jalan bebas hambatan Tanjung Priok, dan supervisi phase 2. Di bawah ini adalah ringkasan dari loan agreement dari proyek pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok phase 1 dan phase 2.

1. Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Berikut ini adalah ringkasan dari loan agreement proyek

pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1. Artikel pertama pada loan agreement dari proyek pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1 menjelaskan bahwa Japan Bank for

Jika jumlah kumulatif dari pembayaran telah mencapai Batasan yang telah ditentukan, yaitu 26.306.000.000 Yen, Japan Bank for International Cooperation tidak akan melakukan pembayaran lebih lanjut. Negara Peminjam akan menggunakan pinjaman untuk membeli barang-barang dan jasa yang diperlukan utuk mengimplementasikan proyek ini dari pemasok, kontraktor, ataupun konsultan dengan kewarganegaraan yang memenuhi syarat dalam loan agreement, yaitu Jepang sebagai kontraktor utama dan negara asal sub kontraktor jika proyek mempunyai sub kontraktor. Pembayaran terakhir di bawah loan agreement akan dibayarkan pada tanggal dan bulan yang sama tujuh tahun setelah tanggal efektif dari loan agreement, dan tidak ada pembayaran lebih lanjut yang dibayarkan oleh Japan Bank for International Cooperation setelahnya, kecuali ada hal lain yang disetujui antara Japan Bank for International Cooperation dan negara peminjam (Indonesia).

Artikel kedua dalam loan agreement ini menjelaskan tentang bunga dan metode pembayaran dalam pinjaman ini. Bunga yang dibebankan kepada negara peminjam adalah 0,4 persen per tahun dan dibayarkan dua kali setahun. Negara peminjam akan membayarkan pinjaman kepada Japan Bank for International Cooperation sebelum Artikel kedua dalam loan agreement ini menjelaskan tentang bunga dan metode pembayaran dalam pinjaman ini. Bunga yang dibebankan kepada negara peminjam adalah 0,4 persen per tahun dan dibayarkan dua kali setahun. Negara peminjam akan membayarkan pinjaman kepada Japan Bank for International Cooperation sebelum

Artikel ketiga menjelaskan tentang syarat dan ketentuan umum dari loan, dan administrasi dari pinjaman. Syarat dan ketentuan umum yang ditentukan antara lain adalah jika negara peminjam menggelar pembayaran kembali dari uang pinjaman dalam loan ataupun

lainnya tanpa menspesifikasikan urutan apropriasi, Japan Bank for International Cooperation akan memutuskan urutan apropriasi antara pembayaran pinjaman utama, bunga atau biaya lainnya. Negara Peminjam akan mengkreditkan setiap pembayaran, baik pembayaran pinjaman utama, pembayaran bunga ataupun biaya lainnya dalam pinjaman kepada “ODA-JBIC” dengan nomor akun 0207787 dengan Bank of Tokyo Mitsubishi, Ltd, Jepang. Pemberitahuan atau permintaan apapun yang dibutuhkan oleh salah satu ataupun kedua belah pihak diberikan

pembayaran

bunga

atau

biaya

Negara peminjam (Indonesia) akan memberi kuasa kepada Direktorat Jenderal Bina Marga untuk mengimplementasikan proyek ini. Negara peminjam (Indonesia) akan memberi kuasa pada Direktorat Jenderal Bina Marga untuk menyewa jasa konsultan untuk mengimplementasikan proyek ini. Seandainya dana yang tersedia dari hasil pinjaman tidak mencukupi untuk pelaksanaan proyek, negara peminjam harus membuat pengaturan dengan tepat untuk menyediakan dana tersebut. Instansi yang bertanggung jawab dari Negara peminjam (Indonesia), yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga akan memberikan laporan kemajuan proyek kepada Japan Bank for International Cooperation sebanyak empat kali setahun (per triwulan) sampai proyek dapat diselesaikan sepenuhnya. Direktorat Jenderal Bina Marga juga akan memberikan laporan penyelesaian proyek paling lama enam bulan setelah proyek dapat terselesaikan kepada Japan Bank for International Cooperation. Negara peminjam (Indonesia) memastikan bahwa proses audit dari ex-post procurement akan dilakukan oleh aditor yang independent yang akan disewa oleh Japan Bank for International Cooperation dalam rangka untuk memastikan keadilan dan kekompetitifan dari prosedur procurement.

Proyek ini sebenarnya diharapkan untuk selesai pada Desember Proyek ini sebenarnya diharapkan untuk selesai pada Desember

2. Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 2 Berikut ini adalah ringkasan dari loan agreement proyek

pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 2. Artikel pertama pada loan agreement dari proyek pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 2 menjelaskan bahwa Japan Bank for International Cooperation menyetujui untuk memberikan pinjaman kepada Indonesia dengan jumlah tidak melebihi 26.620.000.000 Yen. Jika jumlah kumulatif dari pembayaran telah mencapai Batasan yang telah ditentukan, yaitu 26.620.000.000 Yen, Japan Bank for International Cooperation tidak akan melakukan pembayaran lebih lanjut. Negara Peminjam akan menggunakan pinjaman untuk membeli barang-barang dan jasa yang diperlukan utuk mengimplementasikan proyek ini dari pemasok, kontraktor, ataupun konsultan dengan kewarganegaraan yang memenuhi syarat dalam loan agreement, yaitu Jepang sebagai kontraktor utama dan negara asal sub kontraktor jika proyek mempunyai sub kontraktor. Pembayaran terakhir di bawah loan agreement akan dibayarkan pada tanggal dan bulan yang sama tujuh tahun setelah tanggal efektif dari loan agreement, dan tidak ada pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 2. Artikel pertama pada loan agreement dari proyek pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 2 menjelaskan bahwa Japan Bank for International Cooperation menyetujui untuk memberikan pinjaman kepada Indonesia dengan jumlah tidak melebihi 26.620.000.000 Yen. Jika jumlah kumulatif dari pembayaran telah mencapai Batasan yang telah ditentukan, yaitu 26.620.000.000 Yen, Japan Bank for International Cooperation tidak akan melakukan pembayaran lebih lanjut. Negara Peminjam akan menggunakan pinjaman untuk membeli barang-barang dan jasa yang diperlukan utuk mengimplementasikan proyek ini dari pemasok, kontraktor, ataupun konsultan dengan kewarganegaraan yang memenuhi syarat dalam loan agreement, yaitu Jepang sebagai kontraktor utama dan negara asal sub kontraktor jika proyek mempunyai sub kontraktor. Pembayaran terakhir di bawah loan agreement akan dibayarkan pada tanggal dan bulan yang sama tujuh tahun setelah tanggal efektif dari loan agreement, dan tidak ada

Artikel kedua dalam loan agreement ini menjelaskan tentang bunga dan metode pembayaran dalam pinjaman ini. Bunga yang dibebankan kepada negara peminjam adalah 0,4 persen per tahun dan dibayarkan dua kali setahun. Negara peminjam akan membayarkan pinjaman kepada Japan Bank for International Cooperation sebelum tanggal penyelesaian pembayaran pada tanggal 20 April tiap tahun yang bunganya telah dicatatkan sampai tanggal 19 Maret dari tahun tersebut dari tanggal 20 September tahun sebelumnya, dan pada tanggal 20 Oktober tiap tahunnya yang bunganya telah dicatatkan sampai dengan tanggal 19 September dari tanggal 20 Maret tahun tersebut. Bila tanggal penyelesaian pembayaran tidak lebih awal tiga bulan dari tanggal 20 April atau 20 Oktober, pembayaran bunga pertama setelah tanggal penyelesaian pembayaran akan dibayarkan pada 20 April atau 20 Oktober, manapun yang lebih awal.

Artikel ketiga menjelaskan tentang syarat dan ketentuan umum dari loan, dan administrasi dari pinjaman. Syarat dan ketentuan umum yang ditentukan antara lain adalah jika negara peminjam menggelar pembayaran kembali dari uang pinjaman dalam loan

Cooperation akan memutuskan urutan apropriasi antara pembayaran pinjaman utama, bunga atau biaya lainnya. Negara Peminjam akan mengkreditkan setiap pembayaran, baik pembayaran pinjaman utama, pembayaran bunga ataupun biaya lainnya dalam pinjaman kepada “ODA-JBIC” dengan nomor akun 0207787 dengan Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Ltd, Jepang. Pemberitahuan atau permintaan apapun yang dibutuhkan oleh salah satu ataupun kedua belah pihak diberikan dalam bentuk tertulis yang dikirimkan baik diberikan secara langsung, melalui surat, ataupun melalui pos udara yang telah terdaftar.

Negara peminjam (Indonesia) akan memberi kuasa kepada Direktorat Jenderal Bina Marga untuk mengimplementasikan proyek ini. Negara peminjam (Indonesia) akan memberi kuasa pada Direktorat Jenderal Bina Marga untuk menyewa jasa konsultan untuk mengimplementasikan proyek ini. Seandainya dana yang tersedia dari hasil pinjaman tidak mencukupi untuk pelaksanaan proyek, negara peminjam harus membuat pengaturan dengan tepat untuk menyediakan dana tersebut. Instansi yang bertanggung jawab dari Negara peminjam (Indonesia), yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga akan memberikan laporan kemajuan proyek kepada Japan Bank for International Cooperation sebanyak empat kali setahun (per triwulan) Negara peminjam (Indonesia) akan memberi kuasa kepada Direktorat Jenderal Bina Marga untuk mengimplementasikan proyek ini. Negara peminjam (Indonesia) akan memberi kuasa pada Direktorat Jenderal Bina Marga untuk menyewa jasa konsultan untuk mengimplementasikan proyek ini. Seandainya dana yang tersedia dari hasil pinjaman tidak mencukupi untuk pelaksanaan proyek, negara peminjam harus membuat pengaturan dengan tepat untuk menyediakan dana tersebut. Instansi yang bertanggung jawab dari Negara peminjam (Indonesia), yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga akan memberikan laporan kemajuan proyek kepada Japan Bank for International Cooperation sebanyak empat kali setahun (per triwulan)

Sama Seperti pada pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1, proyek ini juga ditargetkan untuk selesai pada Desember 2011, namun proyek ini tidak dapat terselesaikan pada tanggal tersebut. Hal ini diakibatkan pada umumnya karena pembebasan lahan yang terlambat.

E. Proses Negosiasi Loan dalam Proyek Pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1 dan Phase 2

Parameter yang diukur dalam melihat performa hubungan Indonesia dan Jepang antara lain adalah pinjaman yang diberikan negara Jepang kepada Indonesia melalui sektor infrastruktur jalan, diantaranya digunakan untuk akses menuju pelabuhan, pembangunan Parameter yang diukur dalam melihat performa hubungan Indonesia dan Jepang antara lain adalah pinjaman yang diberikan negara Jepang kepada Indonesia melalui sektor infrastruktur jalan, diantaranya digunakan untuk akses menuju pelabuhan, pembangunan

Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1 dan Phase 2 sepanjang 11,4 KM merupakan bagian dari Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) dan menyambungkan dengan Tol Dalam Kota serta menghubungkan ke Pelabuhan Tanjung Priok. Sebelum melihat bagaimana kinerja dalam Proyek Pembangunan ini, kita harus mengetahui bagaimana proses dalam mendapatkan investor dari suatu proyek pembangunan.

Untuk mendapatkan investor dalam sebuah proyek pembangunan, pemerintah menawarkan proyek-proyek berdasarkan dari bluebook yang diterbitkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang Sesuai dengan Rencana Strategis yang telah disusun

setiap lima tahun sekali 10 . Berdasarkan dari bluebook dari Bappenas tersebut, pemerintah Indonesia menawarkan kepada negara-negara yang ingin ikut berinvestasi dalam proyek-proyek yang tercantum dalam bluebook dari Bappenas tersebut. Setelah negara calon investor menyetujui untuk melakukan investasi pada proyek yang ditawarkan, selanjutnya dilakukan negosiasi antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah dari negara calon investor yang dalam kasus ini adalah setiap lima tahun sekali 10 . Berdasarkan dari bluebook dari Bappenas tersebut, pemerintah Indonesia menawarkan kepada negara-negara yang ingin ikut berinvestasi dalam proyek-proyek yang tercantum dalam bluebook dari Bappenas tersebut. Setelah negara calon investor menyetujui untuk melakukan investasi pada proyek yang ditawarkan, selanjutnya dilakukan negosiasi antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah dari negara calon investor yang dalam kasus ini adalah

selanjutnya akan dituangkan dalam bentuk loan agreement 11 . Loan agreement antara Indonesia dan Jepang meliputi : Tujuan dan jumlah besaran pinjaman luar negeri, penggunaan hasil dari pinjaman luar negeri, cara pembayaran kembali, metode pembayaran dan bunga, syarat dan ketentuan umum dalam pinjaman, prosedur pengadaan, prosedur pencairan dana, administrasi pinjaman, instruksi dan permintaan, deskripsi dari proyek, alokasi dari hasil pinjaman luar negeri, jadwal amortisasi, prosedur pengadaan dana, prosedur

komitmen, prosedur pengembalian, dan prosedur transfer 12 .

F. Uraian Kinerja dalam Proyek Pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1 dan Phase 2

Seperti yang telah disebutkan di atas, proyek infrastruktur jalan yang dibiayai oleh Jepang ada dua, yaitu pembangunan jalan tol akses Tanjung Priok fase 1 dan fase 2. pembangunan jalan tol akses Tanjung

Priok fase 1 dan fase 2 adalah proyek yang dibiayai oleh STEP loan dari Jepang 13 .

F.1. TANJUNG PRIOK ACCESS ROAD CONSTRUCTION PROJECT PHASE 1

Proyek ini dibagi atas tiga seksi, yaitu jasa konstruksi seksi E-1 (Rorotan-Cilincing), jasa konstruksi seksi E-2 (Cilincing-Koja), dan jasa konsultansi. Seksi E-1 (Rorotan-Cilincing) tidak dicantumkan pada penelitian ini karena proyek seksi tersebut sudah diselesaikan pada tahun-tahun sebelumnya.

F.1.1. Kemajuan Penyerapan Keuangan dari Bidang Jasa Konstruksi (Fisik) Proyek Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase

Perkembangan penyerapan keuangan yang terjadi baik pada bidang fisik selama tahun 2012 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Pada triwulan pertama tahun anggaran 2012, target penyerapan keuangan yang ditetapkan pada seksi civil works seksi E-2 (Cilincing- Koja) adalah 334,06 juta Yen namun pada kenyataannya masih belum

ada penyerapan keuangan yang terealisasi 14 . Seperti triwulan sebelumnya, pada triwulan kedua tahun anggaran 2012 juga memiliki ada penyerapan keuangan yang terealisasi 14 . Seperti triwulan sebelumnya, pada triwulan kedua tahun anggaran 2012 juga memiliki

2. Seksi E-2 memiliki target penyerapan sebesar 197,19 juta Yen, sedangkan realisasi di lapangan adalah sebesar 126,91 juta Yen 15 . Triwulan ketiga tahun anggaran 2012 memiliki target penyerapan keuangan pada seksi E-2 sebesar 413,63 juta Yen namun pada kenyataannya tidak terdapat realisasi apapun pada penyerapan

keuangan 16 . Pada triwulan keempat, target penyerapan dari seksi E-2 adalah 494,40 juta Yen dengan realisasi penyerapan sebesar 689,21 juta Yen 17 .

Perkembangan penyerapan keuangan yang terjadi baik pada bidang fisik selama tahun 2013 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Pada triwulan pertama tahun anggaran 2013, target penyerapan ditetapkan pada jasa konstruksi seksi E-2 sebesar 866,47 juta Yen dengan realisasi penyerapan keuangan sebesar 909,53 juta Yen 18 . Target penyerapan keuangan dari seksi E-2 pada triwulan kedua adalah 1.044,54 juta Yen sementara realisasinya adalah 302,70 juta

15 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2012,

16 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2012,

Yen 19 . Pada Triwulan ketiga tahun anggaran 2013, target penyerapan yang ditetapkan pada jasa konstruksi seksi E-2 adalah 1.061,27 juta Yen, realisasinya adalah sebesar 461,67 juta Yen 20 . Target penyerapan keuangan dari bidang jasa konstruksi seksi E-2 pada triwulan keempat tahun anggaran 2013 adalah sebesar 842,11 juta Yen dengan realisasi

penyerapan keuangan sebesar 1.562,10 juta Yen 21 .

Perkembangan penyerapan keuangan yang terjadi baik pada bidang fisik selama tahun 2014 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Triwulan pertama tahun anggaran 2014 memasang target penyerapan keuangan pada jasa konstruksi seksi E-2 sebesar 540,91 juta Yen dengan realisasi sebesar 538,98 juta Yen 22 . Triwulan kedua tahun anggaran 2014 memasang target penyerapan keuangan pada jasa konstruksi seksi E-2 sebesar 409,04 juta Yen tanpa adanya

19 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2013,

20 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2013, 20 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2013,

379,87 juta Yen 24 . Triwulan keempat tahun anggaran 2014 memasang target penyerapan keuangan pada jasa konstruksi seksi E-2 sebesar

364,43 juta Yen tanpa adanya realisasi 25 .

Perkembangan penyerapan keuangan yang terjadi baik pada bidang fisik selama tahun 2015 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Triwulan pertama tahun anggaran 2015 tidak memasang target penyerapan keuangan pada jasa konstruksi seksi E-2 disebabkan karena adanya permasalahan teknis pada tahun anggaran sebelumnya yang mengakibatkan proses pekerjaan menjadi terhambat, sehingga penyerapan keuangan pada tahun anggaran 2015 diperkirakan tidak

dapat diadakan sampai dengan pertengahan tahun anggaran 2015 26 . Triwulan kedua tahun anggaran 2015, tidak memasang target penyerapan keuangan yang diakibatkan oleh masalah teknis pada tahun anggaran sebelumnya, yang membuat tidak adanya target

23 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2014,

24 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2014, 24 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2014,

284,34 juta Yen tanpa adanya realisasi penyerapan 28 .

Perkembangan penyerapan keuangan yang terjadi baik pada bidang fisik selama tahun 2016 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Triwulan pertama tahun anggaran 2016 tidak memasang target penyerapan keuangan dan tidak terjadi pula realisasi pada bidang jasa konstruksi seksi E-2 29 . Hal ini terjadi sampai dengan triwulan keempat. Triwulan keempat tahun anggaran 2016 menetapkan target penyerapan keuangan pada bidang jasa konstruksi E-2 sebesar

1.097,57 Yen dengan realisasi penyerapan sebesar 778,63 juta Yen 30 .

F.1.2. Kemajuan Perkembangan Fisik dari Bidang Jasa Konstruksi Proyek Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1

27 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2015,

28 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2015,

Kemajuan perkembangan fisik yang terjadi pada bidang fisik selama tahun 2012 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Terdapat target yang dipasang pada setiap triwulan pada tahun 2012, namun penulis tidak mampu mendapatkan data realisasi kemajuan fisik pada triwulan pertama sampai triwulan ketiga sehingga penulis tidak mencantumkan realisasi pada triwulan pertama sampai ketiga. Target fisik triwulan pertama yang semula 14,20 persen berubah menjadi 0,73 persen. Target fisik triwulan kedua yang semula 27,00 persen berubah menjadi 2,08 persen. Target fisik triwulan ketiga yang semula 36,41 persen berubah menjadi 5,39 persen. Target fisik triwulan keempat yang semula 50,59 persen berubah menjadi 13,93 persen dengan realisasi sebesar 9,313 persen. Perubahan pada target ini terjadi pada umumnya diakibatkan oleh manajemen yang tidak baik yang akan dijelaskan di bawah.

Kemajuan perkembangan fisik yang terjadi pada bidang fisik selama tahun 2013 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target penyerapan fisik triwulan pertama yang ditetapkan pada seksi E-2 adalah sebesar 25 persen dengan realisasi penyerapan sebesar 26,59 persen 31 . Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada Target penyerapan fisik triwulan pertama yang ditetapkan pada seksi E-2 adalah sebesar 25 persen dengan realisasi penyerapan sebesar 26,59 persen 31 . Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada

persen dengan realisasi sebesar 99,28 persen 34 .

Kemajuan perkembangan fisik yang terjadi pada bidang fisik selama tahun 2014 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada triwulan pertama adalah sebesar 57,68 persen dengan realisasi sebesar 37,60 persen 35 . Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada triwulan kedua adalah 69,09 persen dengan realisasi sebesar 37,60 persen 36 . Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada triwulan ketiga adalah 84,23 persen dengan realisasi sebesar 65,29 persen 37 . Target perkembangan

32 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2013,

33 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2013,

34 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2013,

35 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2014, 35 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2014,

realisasi sebesar 66,36 persen 38 .

Kemajuan perkembangan fisik yang terjadi pada bidang fisik selama tahun 2015 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target yang dipasang untuk bidang jasa konstruksi E-2 pada triwulan pertama adalah 97,42 persen dengan realisasi sebesar 67,47 persen 39 . Target perkembangan fisik pada seksi E-2 pada triwulan kedua adalah sebesar 98,05 persen dengan realisasi sebesar 68,66 persen 40 . Target perkembangan fisik dari seksi E-2 pada triwulan ketiga adalah 99,71 persen dengan realisasi sebesar 69,91 persen 41 . Target perkembangan fisik pada seksi E-2 pada triwulan keempat adalah sebesar 100 persen dengan realisasi sebesar 71,34 persen 42 .

Kemajuan perkembangan fisik yang terjadi pada bidang fisik selama tahun 2016 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

38 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2014,

39 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2015,

40 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2015,

Target perkembangan fisik yang dipasang pada triwulan pertama adalah 31,19 persen dengan realisasi sebesar 11,60 persen 43 . Target perkembangan fisik dari Seksi E-2 pada triwulan kedua adalah 57,01 persen dengan realisasi sebesar 35,48 persen 44 . Target perkembangan fisik dari bidang jasa konstruksi seksi E-2 pada triwulan ketiga adalah 76,06 persen dengan realisasi sebesar 98,18 persen 45 . Target perkembangan fisik pada seksi E-2 di triwulan keempat adalah 100

persen dengan realisasi sebesar 98,18 persen 46 .

F.1.3. Kemajuan Penyerapan Keuangan dari Bidang Jasa Konsultansi (Non- Fisik) Proyek Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1

Perkembangan penyerapan keuangan pada bidang non-fisik selama tahun 2012 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Pada Triwulan Pertama 2012, seksi pelayanan konsultansi, target penyerapan keuangan yang ditetapkan adalah 114,55 juta Yen

43 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2016,

44 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2016, 44 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2016,

habis pada Juni 2012 49 , perpanjangan kontrak akan dilakukan setelah tanggal penutupan loan yang baru disetujui oleh JICA 50 . Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak ada realisasi dan target dari jasa konsultansi pada triwulan keempat ini yang diakibatkan karena

kontrak dengan konsultan yang telah habis 51 .

Perkembangan penyerapan keuangan pada bidang non-fisik selama tahun 2013 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target penyerapan keuangan dari jasa konsultansi pada triwulan pertama adalah 33,70 juta Yen dengan realisasi penyerapan keuangan

47 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2012,

48 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2012,

Yen dengan realisasi sebesar 74,12 Juta Yen 55 .

Perkembangan penyerapan keuangan pada bidang non-fisik selama tahun 2014 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Target penyerapan keuangan yang ditetapkan pada bidang jasa konsultansi pada triwulan pertama adalah 42,17 juta Yen dengan realisasi sebesar 41,76 juta Yen 56 . Target penyerapan keuangan yang ditetapkan pada bidang jasa konsultansi di triwulan kedua adalah 105,05 juta Yen tanpa danya realisasi 57 . Target penyerapan keuangan

52 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2013,

53 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2013,

54 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan III Tahun Anggaran 2013,

55 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2013, 55 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2013,

juta Yen 59 .

Perkembangan penyerapan keuangan pada bidang non-fisik selama tahun 2015 dijelaskan pada uraian di bawah ini:

Tidak ada Target penyerapan keuangan pada triwulan pertama tahun anggaran 2015 di bidang jasa konsultansi ini 60 . Bidang jasa konsultansi memasang target penyerapan keuangan di triwulan kedua ini, yaitu sebesar 101,11 juta Yen tanpa adanya realisasi 61 . Pada triwulan ketiga tahun anggaran 2015, target penyerapan keuangan yang ditetapkan pada bidang jasa konsultansi adalah 31,86 juta Yen

dengan realisasi sebesar 83,03 kuta Yen 62 . Target penyerapan keuangan yang dipasang pada bidang jasa konsultansi di triwulan

Dokumen yang terkait

View of PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN INDEPENDENSI KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi pada Perusahaan yang Termasuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) Periode Tahun 2004-2007 di BEI)

0 2 15

View of PENGARUH NON PERFORMING LOAN (NPL) DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk Periode Tahun 2004-2015)

0 1 18

Analisis Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012–2014)

2 2 15

Analisis Laporan Keuangan Dalam Menilai Kinerja Keuangan Industri Semen Yang Terdaftar Di BEI (Studi Kasus PT Indocement Tunggal Prakarsa TBK)

0 0 16

Analisis Efektivitas Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal Dalam Mengatasi Inflasi Di Indonesia

1 1 15

Analisis Upah Sistem Bagi Hasil Anak Buah Kapal pada Perahu Penangkap Ikan di Kabupaten Lamongan (Studi Kasus Perahu Jenis Ijon-Ijon Payangan pada Masyarakat Nelayan di Kelurahan Brondong dan Kelurahan Blimbing)

0 0 9

Analisis Sektor Unggulan Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti

1 1 12

Analisis PDRB Sektor Industri Dengan Pendekatan Regresi Spasial: Studi Kasus Indonesia 2011-2015

0 0 10

Aspek Hukum dan Ekonomi Dalam Penetapan Batas Luas Penggunaan La- han Untuk Usaha Perkebunan Sawit Yang Selaras Dengan Asas Efisiensi dan Berkeadilan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat

0 1 30

FuTS3 Fluida dalam Gerak Benda Tegar

0 0 34