Laporan Praktikum Dan Biokimia PROTEIN

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Biokimia Dasar dengan Judul “Protein” yang
disusun oleh:
Nama

: Nurafni Khaer Fatha

NIM

: 1414142001

Kelas

: Biologi Sains (B)

Kelompok

:5

telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan/ Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.


Makassar,
Asisten,

Koordinator Asisten,

Djumarirmanto, S. Pd.

Desember 2015

Nurul Muhlishah
NIM. 1214140008

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Prof.Dr.Ir. Hj. Yusminah Hala, MS
NIP. 19611212 198601 2 002

BABI

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang kajian ilmu Biologi merupakan salah satu jurusan yang
membahas mengenai makhluk hidup. Namun dalam pembahasan makhluk
hidup tidak lepas pula tentang kimia yang mana pada makhluk hidup banyak
unsure-unsur kimia yang terkandung di dalamnya, misalnya unsur asam
amino, peptide dan protein. Sekitar 50% dari berat kering organisme yang
hidup adalah protein.
Protein bukan hanya sekedar bahan simpanan atau structural, seperti
halnya polisakarida. Kita ketahui bersama bahwa variasi fungsi protein sama
banyaknya dengan variasi fungsi kehidupan itu sendiri. Semua katalisator
yang jumblahnya mencapai ribuan memungkinkan terjadinya reaksi kimia
dalam zat hidup adalah protein.
Protein didalam semua makhluk tanpa memandang fungsi dan aktifitas
biologinya di bangun oleh susunan dasar yang sama yaitu 20 asam amino
baku yang molekulnya sendiri tidak memiliki aktivitas biologi, secara
sederhana protein berbeda satu sama lain karna masing –masing mempunyai
deret asam amino sendiri.
Dalam kimia biasanya di gunakan larutan yang bermacam- macam dan
mempunyai konsentarsi yang berbeda. Dalam hal ini kami selaku mahasiswa

biologi belum mengetahui bagaimana bisa suatu larutan yang sama tapi
mempunyai konsentrasi yang berbeda. Protein merupakan polimer kondensasi
dari asam amino, termasuk dalam makromolekul. Protein mempunyai berat
molekul yang berkisar beberapa ribu sampai beberapa juta. Di samping unsur
karbon hydrogen dan oksigen semua protein mengandung unsure nitrogen
dan banyak yang mengandung fosfor dan belerang ada juga protein yang
mengandung unsure-unsur logam antara lain besi dan tembaga. Protein yang
mengandung gugus hidroksil Phenil (- - OH) dapat bereaksi dengan larutan
mercuri nitrat dapat menghasilkan larutan atau endapan yang berwarna merah.

Oleh karena beberapa alasan ditas, maka dari itu kami melakukan
praktikum penurunan konsentrasi protein cara biuret ini agar kami dapat
mengetahuinya. Untuk membuktikan adanya unsur-unsur di atas maka
dilakukan percobaan tentang reaksi pengendapan. Tes Biuret, Xantoprotein,
Ninhidrin, Sulfur merupakan salah satu cara pengidentifikasian keberadaan
asam amino, peptide, dan protein. Untuk membuktikan kebenaran teori
di atas, maka dilakukanlah percobaan tentang reaksi spesifik dalam
asam amino, peptide dan protein.
B. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini, yaitu :

a. Mengetahui konsentrasi protein total yang terdapat pada sampel.
b. Mempelajari beberapa reaksi uji terhadap asam amino dan protein.
c. Membuktikan kandungan yang ada pada asam amino, peptide dan protein
melalui uji biuret, uji xantoprotein, uji molisch, uji ninhidrin, dan uji sulfur,
dan uji sakaguchi.
C. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini, yaitu :
a. Mahasiswa dapat menunjukan konsentrasi protein total yang terdapat pada
sampel.
b. Mahasiswa dapat mempelajari beberapa reaksi uji terhadap asam amino dan
protein.
c. Mahasiswa dapat membuktikan kandungan yang ada pada asam amino,
peptide dan protein melalui uji biuret, uji xantoprotein, uji molisch, uji
ninhidrin, dan uji sulfur, dan uji sakaguchi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sebagian besar ilmu kimia organisme hidup menyangkut 5 golongan
senyawa utama, yaitu: karbohidrat, lipida, mineral, asam nukleat dan protein.

Protein menentukan kebanyakan sifat-sifat yang ditemukan dalam kehidupan.
Protein menentukan metabolisme, membentuk jaringan dan membertikan
kemungkinan bagai kita untuk bergerak. Protein juga berfungsi mengangkut
senyawa-senyawa dan melindungi kita dari penyebaran mikroorganisme yang
merugikan. Bahkan sifat-sifat yang diturunkan oleh suatu organisme untuk
membentuk bermacam-macam jenis protein dengan kecepatan yang berbeda
(Gilvery, 1996). Selain itu proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan
baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Di
samping itu hemoglobin dalam butir darah merah (eritrosit) yang berfungsi
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh adalah salah satu
jenis protein (Fessenden, 1986).
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan
protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam
fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang
dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai

antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan
(dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi,
protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu
membentuk asam amino tersebut (heterotrof) (Fessenden, 1986).
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan
melalui ikatan peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O,
dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat
di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpa Asam amino merupakan
unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida pada setiap

ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan
S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang
yang biasa dijumpai pada protein.Dari struktur umumnya, asam amino
mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus
karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus
karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam
amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi
kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi
asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat
sebagai asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat

sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat. Semua asam amino yang
ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino
diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang
lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan
kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang
melibatkan gugus R-nya (Hawab, 2004).
Protein adalah molekul penyusun tubuh kita yang terbesar setelah air. Hal
ini mengindikasikan pentingnya protein dalam menopang seluruh proses
kehidupan dalam tubuh. Dalam kenyataannya, memang kode genetik yang
tesimpan dalam rantaian DNA digunakan untuk membuat protein, kapan, dimana
dan seberapa banyak. Protein berfungsi sebagai penyimpan dan pengantar seperti
hemoglobin yang memberikan warna merah pada sel darah merah kita, bertugas
mengikat oksigen dan membawanya ke bagian tubuh yang memerlukan. Selain itu
juga menjadi penyusun tubuh, "dari ujung rambut sampai ujung kaki", misalnya
keratin di rambut yang banyak mengandung asam amino Cysteine sehingga
menyebabkan bau yang khas bila rambut terbakar karena banyaknya kandungan
atom sulfur di dalamnya, sampai kepada protein-protein penyusun otot kita seperti
actin, myosin, titin, dsb. Kita dapat membaca teks ini juga antara lain berkat
protein yang bernama rhodopsin, yaitu protein di dalam sel retina mata kita yang
merubah photon cahaya menjadi sinyal kimia untuk diteruskan ke otak. Masih


banyak lagi fungsiprotein seperti hormon, antibodi dalam sistem kekebalan tubuh,
dll (Witarto, 2001).
Protein utama merupakan makro molekul yang paling berlimpah didalam
sel dan menyusul lebih dari setengah berat kering pada hamper semu organisme.
Protein merupakan instrument yang mengekspresikan informasi genetic. Seperti
juga terdapat ribuan gen didalam inti sel. Masing-masing mencirikan suatu sifat
nyata dari organisme, didalam sel terdapat ribuan jenis protein yang berbeda.
Masing-masing membawa fungsi spesifik yang dibentuk oleh gen yang sesuai.
Protein, karenanya bukan hanya merupakan makromolekul yang berlimpah.
Tetapi juga amat bervariasi (Lehninger, 1995). Protein adalah suatu zat dalam
susunan kimianya mengandung unsure-unsur oksigen, karbon, hydrogen, nitrogen
dan kadang-kadang mengandung unsure-unsur lain seperti sulfur dan fosfor
(Girindra, 1986).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal


: Jumat-Sabtu, 4-5 Desember 2015

Waktu

: 09.10 s.d 11.00 dan 14.00-16.00

Tempat

: Laboratorium Biologi Lantai II FMIPA UNM

B. Alat dan Bahan
1. Alat Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Gelas ukuran 10 ml
d. Spektofotometer
e. Vortex
f. Cuvette
g. Gelas kimia

h. Stopwatch
2. Alat Reaksi Perubahan Warna pada Protein
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung
c. Pipet tetes
d. Gelas ukur 10 ml
e. Mortat dan pistillum
f. Penjepit tabung
g. Bunsen
h. Gelas kimia 50 ml
3. Bahan Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein
a. Larutan protein 0%, 25%, 50%, 75%
b. Reagen biuret
c. Larutan x1 dan x2 ( X1= putih telur dan x2= kuning telur )
d. Asam triklorasetat
e. Asam fosfotugstat
f. Asam fosfomolibda
g. Alkohol 96 %

h. Perak nitrat

i. Tembaga sulfat
j. FeCl
k. Garam ammonium sulfat
l. Tissu
4. Bahan Reaksi Perubahan Warna pada Protein
a. Kertas saring
b. Ekstrak tempe
c. Ekstrak tauge
d. Putih telur
e. Pepton
f. NaOH 10% dan 40%
g. CuSO4
h. Alfa naftol 1%
i. Larutan HNO3 pekat
j. Larutan NaNo3
k. Kalium hipoklorit
l. Reagen biuret
m. Ninhidrin
n. Reagen molish
o. Reagen millon
p. Pb asetat

C. Prosedur Kerja
1. Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein

a. Penentuan Konsentrasi Protein Cara Biuret
Menyiapkan tabung reaksi yang bersih
Mengisi
1 ml larutan protein denganMenambahkan
konsentrasi 0%,25%,50%,75%,X1
dan X2
4 ml reagen biuret pada setiap tabung reaksi
Mengocok
Dengan vorteks

Homogen
Sampai
Mendiamkan

Pada suhu kamar selama 30 menit
Membaca

Absorbansi masing-masing campuran pada panjang gelombang
550
b. Uji Pengendapan Protein
1) Uji Pengendapan Protein dengan Reagen Alcohol Pekat
Mengambil 4 tabung reaksi
Memasukkan

3ml protein pada setiap tabung reaksi

Memasukkan
Masing-masing larutan yaitu asam trikloroasetat, asam fosfo
tungtat, asam fosfo molibdat, dan alkohol 95% sampai
terbentuk endapan.

Menetesi
Larutan yaitu asam trikloroasetat, asam fosfo tungtat, asam
fosfo molibdat, dan alkohol 95% sampai endapan itu hilang.

2) Pengendapan Protein oleh Ion-ion atau Ion Logam Berat
Mengambil 4 tabung reaksi
Memasukkan
3ml protein pada setiap tabung
reaksi
Memasukkan
Masing-masing larutan yaitu perak nitrat 2%, tembaga sulfat 2%,
dan fersiklorida 2% sampai terbentuk endapan.

Menetesi
Larutan yaitu perak nitrat 2%, tembaga sulfat 2%, dan fersiklorida 2%
sampai endapan itu hilang.

3) Pengendapan Protein oleh Garam Amonia Sulfat (NH4)2 SO4
Mengambil sebuah tabung reaksi

Memasukkan

5ml protein pada setiap tabung reaksi
Memasukkan
Larutan ammonia sulfat sampai terbentuk endapan

Menetesi
Larutan yaitu ammonia sulfat sampai endapan itu hilang.

2. Reaksi Perubahan Warna pada Protein
a. Uji Biuret
Menyiapkan 4 tabung reaksi dan mengisinya 2 ml larutan protein
yang berbeda-beda (Ekstrak Tempe, ekstrak Telur, Tauge, dan
Pepton)
Menambahkan

1 ml NaOH 40 %
Menambahkan

2-3 tetes larutan CuSO4

Mengamati dan mencatat hasilnya
b. Uji Xanthoprotein
Menyiapkan 4 tabung reaksi dan mengisinya 2 ml larutan protein
yang berbeda-beda (Ekstrak Tempe, ekstrak Telur, Tauge, dan
Pepton)

Menambahkan

1 ml HNO3 pekat
Memanaskan

Selama1 menit
Mendinginkan

Menggunakan air mengalir

Menambahkan

NaOH 40 % dalam tabung dengan perlahan-lahan sampai ada
perubahan warna

Mengamati dan mencatat hasilnya
c. Uji Molisch
Menyiapkan 4 tabung reaksi dan mengisinya 2 ml larutan protein yang
berbeda-beda (Ekstrak Tempe, ekstrak Telur, Tauge, dan Pepton)
Menambahkan

Beberapa tetes reagen Molisch hingga terjadi perubahan warna
Mengamati

d. Uji Ninhidrin

Perubahan warna yang terjadi

Menyiapkan 4 tabung reaksi dan mengisinya 3 ml larutan protein yang
berbeda-beda (Ekstrak Tempe, ekstrak Telur, Tauge, dan Pepton)

Menambahkan

10 tetes larutan Ninhidrin
Memanaskan

1-2 menit
Mendiamkan

Sampai dingin hingga terbentuk larutan biru

e. Uji Millon
Menyiapkan 4 tabung reaksi dan mengisinya 2 ml larutan protein yang
berbeda-beda (Ekstrak Tempe, ekstrak Telur, Tauge, dan Pepton)
M

Menambahkan

Beberapa tetes reagen Millon

Memanaskan

Beberapa menit
Menambahkan

NaNO3
Mengamati

Perubahan warna yang terjadi

f. Uji Sulfur
Menyiapkan 4 tabung reaksi dan mengisinya 1 ml larutan protein yang
berbeda-beda (Ekstrak Tempe, ekstrak Telur, Tauge, dan Pepton)

Menambahkan

NaOH 40 %
Memanaskan

Selama 1 menit
Menambahkan

Pb asetat, mengamati dan mencatat hasilnya
g. Uji Sakaguchi
Menyiapkan 4 tabung reaksi dan mengisinya 3 ml larutan protein yang
berbeda-beda (Ekstrak Tempe, ekstrak Telur, Tauge, dan Pepton)
Menambahkan

NaOH 10 %
Menambahkan

3 tetes α-naftol 1%

Menambahkan

Kalium hipoklorit, mengamati dan mencatat

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein

a. Penentuan Konsentrasi Protein Cara Biuret
No.

KONSENTRASI

TRANSMITAN

ABSORBANSI

1

0%

-

0,84

2

25%

-

0,67

3

50%

-

0,42

4

75%

-

0,44

5

X1 (Putih Telur)

1.23

1,.92

6

X2 (kuning telur)

2,5

1,61

7

X3 (pepton)

0,5

2,30

b. Uji Pengendapan Protein
Uji Pengendapan
a. Reagen Alkohol
Pekat

0%

25%

T

H

170

200

150

160


171

208

152

175


b.Garam Atau Ion
Logam Berat

T

H

Tembaga sulfat

43’

Fecl

150


140

150


c. Garam
Amonium Sulfat

T

(NH4)2 SO4

181

Asam triklorasetat
Asam fosfotugstat
Asam fosfomolibda
Alkohol 96 %

T
10
7
15
30

H
150

150

160

160


50%
T
12
14

H
245

150


75%
T

H

10

149

10

150

150

150


11

150

10

13

198


25

H

T

H

1

50’

6

70’

T

H

T

2

150

3

10

150


8

H

T

H

T

H

T

H

181


20’

86’

17’

150


12’

164


2. Reaksi Perubahan Warna Pada Protein

150

150


Reaksi Perubahan Warna
Tauge
Telur
Hijau
Ungu
Gelap
(+)
(-)
Cokelat
Cokelat
(+)
(+)

No.

Pengujian

1.

Uji Biuret

Ungu
(+)

2.

Uji Molisch

Cokelat
(+)

3.

Uji
Xanthoprotein

Kuning
(+)

Kuning
(+)

Putih
(-)

4.

Uji Ninhidrin

Biru Tua
(+)

Biru Tua
(+)

Biru Tua
(+)

Kuning
(-)

Coklat
Tua
(+)

Bening
(-)

Hijau
KuningKuningan
(-)

Merah
(+)

Merah
(+)

5.

Tempe

Bening
(-)

Uji Sulfur

6.

Uji Sakaguchi

Kuning
(-)

Pepton
Biru
(-)
Cokelat
(+)
Kuning
(+)
Ungu
Pekat
(-)

3. Grafik Hubungan antara Konsentrasi dan Absorbansi
2.5
2.3

ABSORBANSI

2

1.92
1.61

1.5

1
0.84
0.67
0.5

0
0%

0.42

25%

50%

0.44

75%

KONSENTRASI

B. Analisis data

x1

x2

x3

1. Mengubah Transmitan menjadi Absorbansi
a. A(X1%)

= −log % T
= Log % - T
= 2 – Log 1,23
= 2 – (0,08)
= 1,92

b. A(X2%)

= −log % T
= Log % - T
= 2 – Log 2,5
= 2 – (0,39)
= 1,61

c. A(X3%)

= −log % T
= Log % - Log T
= 2 – Log 0,5
= 2 – (-0,30)
= 2,30

d. Data yang digunakan adalah data konsentrasi 2 dan 3
Misalkan X1 = 25
X2 = 50

y1 = 0.67
y2 = 0.42

Jadi, untuk persamaan pertama dan persamaan kedua :
y1 = ax1 + b

y2 = ax2 + b

0.67 = 25a + b0.42= 50a + b
Eliminasi Persamaan Pertama dan Kedua :
0.67 = 50a + b
0.42 = 25a + b
0.25 = 25a
0.25
a = 25
a = 0.01
Untuk nilai b:
Nilai a didistribusikan masuk ke persamaan kedua, jadi:

0.42

= 50a + b

0.42

= 50 (0.01) + b

0.42

= 0.5 + b

0.42 - 0.5
b

=b
= 0.08

Untuk nilai konsentrasi X1 dan X2, nilai a dan b di distribusikan masuk
kedalam persamaan y = ax + b
Untuk konsentrasi X1
y = ax + b
1,92

= 0,01 (X1) + 0,08

1,92–0,08 = 0,01 X1
1,84

= 0,01 X1
1,84
X1 = 0,01
X1 = 184 ppm

Untuk konsentrasi X2
y = ax + b
2,5

= 0,01 X2 + 0,08

2,5 - 0,08

= 0,01X2

2,42

= 0,01 X2
2,42
= 0,01

X2

X2 = 242 ppm
Untuk konsentrasi X3
y = ax + b
2,30

= 0,01 X3+ 0,08

2,30 - 0,08 = 0,01X3
2,22

= 0,01 X3
2,22
X3 = 0,01
X3 = 222 ppm

C. Pembahasan
1. Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein
a. Uji Konsentrasi Cara Biuret
Prinsip dari spektrofotometri adalah suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
ajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fototube. Metode ini dapat digunakan untuk sampel yang berupa arutan
berwarna atau tidak berwarna, karena pada umumnya suatu alat
spektrofotometri yang dilengkapi sumber cahaya untuk mengukur
spektrum dan panjang gelombang pada arutan tertentu. Jumah sinar
yang diserap atau diteruskan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponensial dari konsentrasi arutan dan pada panjang larutan yang
dilalui sinar.
Prinsip kerja penentuan kadar protein dengan metode biuret adalah
menganalisa adanya ikatan peptida dengan cara menambahkan reagen
biuret ke dalam sampel yang kemudian diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer, reaksinya adalah sebagai berikut:
pada konsentrasi 0% diperoleh absorbansi 0,84, konsentrasi 25%
diperoleh absorbansi 0,67, konsentasi 50% dipeoleh absorbansi 0,42%,
konsentrasi 75% diperoleh absorbansi 0,44, sedangkan untuk X1 (putih
telur) nilai transmitan 1,23 dan absorbansinya 1,92, X2 (kuning telur)
nilai transmitan 2,5 dan absorbansinya 1,61, dan X3 (pepton) nilai
transmitan 0,5 dan absorbansinya 2,30.
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat diketahui bahwa semakin
tinggi konsentrasi mana nilai absorbansi semakin tinggi pula. Hal
tersebut sesuai dengan Teori Beer bahwa absorbansi cahaya
berbenading lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan. Reaksi
biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk
gugus peptide dan protein. Reaksi positif ditandai

dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk
senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul
ikatan peptide. Banyaknya asam amino yang terikat
pada ikatan peptide mempengaruhi warna reaksi ini.
Senyawa dengan dipeptida memberikan warna merah.
Beberapa protein yang mempunyai gugus –CS-NH-, CHNH- dalam molekulnya juga member tes warna positif
dari

reaksi

biuret

ini

membentuk

suatu

senyawa

kompleks.
b. Pengendapan dengan Reagen Alkohol Pekat
Hasil pengamatan, ditunjukkan jumlah tetes reagen yang
digunakan pada setiap sampel berbeda-beda hingga menimbulkan
endapan, hal ini disebabkan berdasar pada teori bahwa penyebab
pengendapan terjadi karena kemampuan setiap larutan untuk mencapai
titik isoelektrik dan pH reagen yang digunakan berbeda-beda, sehingga
jumlah tetes yang berbeda-beda sampai terjadi pengendapan. dan pada
percobaan ini tidak ada satu pun reagen yang menunjukkan hilangnya
endapan hal ini disebabkan karena bahan yang digunakan sudah
kadaluarsa atau sudah tidak layak pakai.
Seharusnya salah satu reagen yang digunakan terjadi pengenceran
kembali atau hilangnya endapan pada saat pH larutan berada diatas titik
isoelektrik dimana saat itu larutan berada dalam keadaan basah. Proses
ini dinamakan proses penyusunan kembali struktur protein (Girindra,
1986).
c.

Uji Pengendapan dengan Amonium Sulfat
Hasil pengamatan dari ketiga sampel yang digunakan yaitu glisin,
pepton, dan protein kemudian ditambahkan dengan reagen yang telah
disediakan oleh laboran. Glisin dan protein setelah ditambahkan dengan
reagen terbentuk endapan. Ini disebabkan karena pH larutan berada
pada titik isoelektrik sehingga kelarutan protein akan berkurang, dan

endapan terjadi karena kemampuan setiap larutan untuk mencapai titik
isoelektrik (Thenawijaya, 1990).

2. Reaksi Perubahan Warna pada Protein
a. Uji Biuret
Uji biuret ini dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
ikatan peptide dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai
untuk menunjukan adanya senyawa protein. Langkah pengujian yang
dapat dilakukan adalah larutan sampel yang diduga mengandung
protein ditetesi dengan larutan NaOH kemudian diberi beberapa tetes
larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah menjadi arna unggu
maka larutan tersebut mengandung protein.
Pada percobaan ini menggunakan 4 buah tabung reaksi yang berisi
dengan protein (ekstrak tempe, putih telur, taoge) dan pepton yang
kemudian ditambahkan dengan NaOH 10 % dan 2-3 CuSO4. Hasil yang
didapat bahwa ekstrak tempe berubah warna menjadi ungu yang berarti
reaksi (+), sedangkan untuk ekstrak taoge, putih telur, dan pepton
reaksinya (-). Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau
lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Namun
pada protein dan asam amino mengalami perubahan warna menjadi biru
yang mengindikasikan negatif. Hal ini mungkin terjadi karena alat yang
digunakan kurang bersih dan tercampur bahan lain.
b. Uji Molisch
Uji molisch merupakan uji kimia yang digunakan untuk
menunjukkan adanya karbohidrat. Semua jenis karbohidrat mulai dari
monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida menunjukkan
reaksi positif dengan uji ini. Senyawa-senyawa seperti asam nukleat dan
glikoprotein juga positif dengan uji molisch karena mengandung
karbohidrat.

Hasil pengamatan dari keempat sampel yaitu ekstrak tempe, taoge,
telur, dan pepton menunjukkan reaksi negatif yang ditandai dengan
perubahan warna menjadi coklat atau coklat tua. Percobaan ini untuk
menguji karbohidrat sehingga menghasilkan hasil negatif terhadap uji
molisch yang menandakan tidak adanya karbohidrat pada sampel
tersebut.
c. Uji Xantoprotein
Uji Xantoprotein menggunakan 4 buah tabung reaksi yang berisi
dengan protein, asam amino, albumin, extrak temped an putih telur
yang kemudian ditambahkan dengan HNO3 Pekat yang kemudian di
panaskan selama kurang lebih 1 menit dan ditambahkan dengan 2-3
larutan CuSO4 secara perlahan menghasilkan perubahan warna pada
protein dan albumin orange tua, menurut Hala (2011) reaksi warna ini
untuk asam amino yang mengandung cincin fenil atau inti benzene,
contoh triosin, fenilalanin, dan triptofan. Reaksi positif di tandai dengan
timbulnya warna kuning, putih telur dan extak tempe bewarna kuning,
danasam amino bewarna kuning tua yang menandakan bahwa reaksi ini
positif mengandung cincin fenil atau inti benzene.
d. Uji Ninhidrin
Uji Ninhidrin menggunakan 4 buah tabung reaksi yang berisi
dengan protein, asam amino, albumin, extrak tempe dan putih telur yang
kemudian ditambahkan dengan 6-10 tetes Ninhidrin dan kemudian di
panaskan dan menghasilkan warna biru dan biru tua untuk asam amino
dan putih telur, extrak tempe yang menandakan bahwa reaksi positif
menghasilkan aldehid yang rendah karna menurut Hawab (2004) Semua
asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan
bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna
biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa
berwarna kuning dan warna biru, untuk albumin dan protein yang
menandakan negative, mungkin hal ini terjadi karna alat-alat yang kami
gunakan kurang bersih sehingga mempengaruhi reaksi.

e. Uji Sulfur
Percobaan ini menggunakan 4 buah tabung reaksi yang berisi
dengan protein, pepton, ekstrak tempe dan putih telur yang kemudian
ditambahkan dengan NaOH 40% dan di panaskan selama kurang lebih 1
menit setelah itu di tambahkan dengan Pb asetat dan terjadi perubahan
warna

yaitu putih telur bewarna kuning keemasan, ekstrak tempe

bewarna kuning, dan albumin bewarna hitam yang menandakan reaksi
positif membentuk PbS. Karna pada reaksi ini sampel yang di gunakan
akan berikatan dengan Pb yang mana kemudian membentuk PbS.
Sedangkan asam amino dan protein tidak mengalami perubahan warna
yang menandakan bahwa reaksi negative, hal ini terjadi mungkin karna
alat-alat yang kami gunakan kurang bersih sehingga mempengaruhi
reaksi.
f. Uji Sakaguchi
Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya asam amino
arginin. Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada larutan protein
yaitu ekstrak tempe, ekstrak tauge, putih telur, dan pepton mengalami
perubahan warna yaitu berubah menjadi warna merah yang berarti
terjadi reaksi positif, hal ini menandakan bahwa pada larutan protein
tersebut terdapat asam amino arginin.
Hal ini sesuai dengan teori Poedjiadi (1994), bahwa pada reaksi ini
pereaksi yang digunakan ialah naftol. Pada dasarnya reaksi ini memberi
hasil positif apabila ada gugus guanidine. Jadi, protein yang
mengandung altiminin dapat menghasilkan warna merah. Reaksi positif
ditandai dengan timbulnya warna merah setelah bereaksi dengan kalium
hipoklorit yang telah dialkaliskan dahulu dengan NaOH dan alfa-naftol.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
1. Uji Konsentrasi dan Uji Pengendapan Protein
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pengamatan yang telah dilakukan pada penentuan konsentrasi
protein yaitu semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi pula nilai
absorbansinya artinya berbanding lurus, akan tetapi pada praktikum yang
kami lakukan itu tidak sesuai dengan teori karena pada saat kami
praktikum nilai konsentrasi tidak menentukan tinggi rendahnya nilai
absorbansi.
2. Reaksi Perubahan Warna pada Protein
Reaksi asam amino, peptide dan protein sudah terbukti dalam beberapa uji
yaitu pada :
a. Uji Biuret berwarna ungu yang menandakan bahwa reaksi ini positif
mengandung ikatan peptide panjang,
b. Uji

Molisch

menandakan

reaksi

positifnya

menunjukkan

warna

coklat,

bahwa larutan tersebut mengandung sakarida atau

monosakarida.
c. Uji Xantoprotein bewarna kuning, yang menandakan bahwa reaksi ini
positif mengandung cincin fenil atau inti benzene,
d. Uji Ninhidrin menghasilkan warna biru dan biru tua yang
menandakan bahwa reaksi positif menghasilkan aldehid yang rendah,
e. Uji Sulfur bewarna hitam yang menandakan reaksi positif
membentuk PbS.

f. Pada uji Sakaguchi, menghasilkan warna merah yang menandakan
larutan ini mengandung asam amino altimiin, akan tetapi pada tauge
warna larutannya itu hijau kuning-kuningan yang berarti reaksinya
negatif yang menandakan kurangnya asam amino altimin pada
sampel.
B. Saran
Praktikan yang melakukan pengamatan seharusnya lebih teliti dan cermat
sehingga pengamatan yang dilakukan dapat memberi hasil yang memuaskan, serta
dibutuhkan kesabaran dan keuletan dalam melaksanakan praktikum ini agar
pencapaian tujuan dapat terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.
Hawab, HM. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta : Bayu Media Publishing.
Hala, Yusmina. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Jurusan Biologi,
UNM.
Poedjiadi, 1994, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta, UI.
Thenawijaya, Maggy. 1990. Dasar-Dasar Biokimia, Yogyakarta : Andi
Yogyakarta
Witarto, Budi Arif. 2001. (The Role of Protein Engineering in Bioindustry and Its
Prospect in Indonesia). Sinergy Forum - PPI Tokyo Institute of
Technology