PENINGKATAN PEMBANGUNAN Dan MANUSIA MELALUI

PENINGKATAN PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI INDUSTRI EKONOMI
KREATIF DALAM ERA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)
A. PENDAHULUAN
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke 9 di Bali tahun 2003, menyepakati
pembentukan komunitas ASEAN ( ASEAN Community) dan salah satu yang disepakti adalah
pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) sebagai upaya mendorong efisiensi dan
daya saing kawasan ASEAN yang tercermin dalam empat pilar yaitu, pertama, ASEAN
sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran
bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas. Kedua,
ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan
kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan
infrastruktur, perpajakan dan e-commerce (perdagangan elektronik). Ketiga, ASEAN sebagai
kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha
kecil dan menengah. Dan keempat, ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh
dengan perekonomian global. Secara ringkas dapat dikatakan, gagasan dasar dari ASEAN
Economic Community adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan
kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi,
dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN.
Proses integrasi akan berjalan bertahap namun pasti. Jika semua negara
mempersiapkan secara baik, bekerja sama saling melengkapi, saling menggantikan untuk
berspesialisasi maka semua akan diuntungkan. Itu adalah hakikat utama dari suatu integrasi

ekonomi. Integrasi ekonomi adalah suatu tahapan yang lebih tinggi dari suatu kerja sama
ekonomi untuk meningatkan kesejahteraan bersama. MEA adalah bentuk dari integrasi
ekonomi, yang telah melalui berbagai tahapan sejak Bangkok Declaration (1967), dengan
berbagai skim kerja sama ekonomi, yang secara serius diawali melalui skim ASEAN
Prefferential Trading Arrangement (1977). Ada lima skim yang diliberalkan dalam MEA,
yaitu perdagangan, investasi, kapital, dan tenaga kerja tersertifikasi. Jadi sebenarnya kerja
sama harus lebih mengemuka ketimbang kompetisi.
Peet dan Hartwick mendefiniskan bahwa pembangunan bertujuan untuk menciptakan
kehidupan yang lebih baik. Pembangunan tidak bisa terlepas dari kegiatan ekonomi, dimana
pendapatan dan pengeluaran menjadi patokan penting dalam pengukurannya. Pertumbuhan
ekonomi adalah standar pokok dari penilaian pembangunan. Kawasan ekonomi yang stabil
dan berdaya saing tinggi merupakan kehendak yang diwujudkan yakni dengan kondisi

dimana barang, jasa dan investasi bisa bergerak bebas, modal lebih bebas bergerak,
pembangunan ekonomi yang setingkat, serta berkurangnya kemiskinan dan jurang sosialekonomi di tahun 2020. Sedangkan konsep pasar tunggal dan basis produksi ditujukan untuk
mengembangkan kawasan ASEAN agar lebih dinamis dan kuat sehingga bisa menjadi bagian
dari rantai pemasok global melalui perdagangan bebas barang dan jasa, serta iklim investasi
yang terbuka.
Menurut Retnandari, kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat
bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang

otoritas publik. tujuannya adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup atau
kesejahteraan orang banyak. Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan gerbang ancaman
ataupun peluang bagi Indonesia, khususnya masyarakat kalangan menengah kebawah yang
selama ini selalu menjadi kelompok yang paling rentan akan imbas suatu kebijakan baik itu
ekonomi maupun politik. Mengoptimalkan perekonomian bangsa untuk tidak mudah
terpengaruh pihak luar merupakan cara guna menjaga persaingan pasar dan kedaulatan
bangsa Indonesia terhadap kondisi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang tengah dihadapi.
Selain itu, dalam MEA, praktik kompetisi jauh lebih mengemuka karena anggota
ingin mendapatkan keutungan terbanyak dari kerja sama tersebut. Akan ada negara anggota
yang memperoleh untung banyak dan ada juga yang untungnya sedikit. Negara yang
memperoleh keuntungna paling banyak bukanlah negara yang potensi kekayaan alamnya
paling banyak atau negara yang paling besar, melainkan negara yang memiliki daya saing
paling tinggi. Oleh karena itu, dalam kasus integrasi ekonomi di kawasan manapun praktik
coopetition, bekerja sama sekaliguas bersaing, yang diharapkan menguntungkan semua pihak
walau tingkat keuntungan berbeda. Namun apabila dalam kompetisi seperti ini ada negara
atau pihak yang pasif, tidak melakukan yang terbaik, sebesar apapun mereka sebelumnya
maka potensi untuk menjadi pecundang bisa terjadi. Ia akan menjadi pihak yang dirugikan
dari suatu integrasi ekonomi tersebut.
Oleh karen itu, dalam meningkatkan daya saing disini bepusat pada pembangunan
manusia itu sendiri dalam hal ini melalui industri ekonomi kreatif. Sebuah negara

memerlukan kelompok wirausaha untuk dapat mempertahankan pertumbuhan optimal
perekonomiannya. Maka dari itu pada tulisan ini lebih fokus untuk menyoroti bagaimana
optimalisasi pelaku usaha industri ekonomi kreatif sebagai pusat pembangunan untuk dapat
bersaing dengan negara lain dalam menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan
melihat tantangan dan peluang serta penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia selaku
“mesin” utama.

B. PEMBAHASAN
Industri Ekonomi Kreatif
Industri ekonomi kreatif.merupakan salah satu industri yang memiliki potensi untuk
dapat berkembang dan memberikan kontribusi bagi perekonomian di Indonesia. Industri
kreatif sebagai sumber ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam
prerekonomian nasional. Pernyataan ini didasarkan pada kondisi Indonesia yang memiliki
kombinasi sangat baik antara kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat
dengan banyaknya budaya lokal yang kuat. Ekonomi kreatif merupakan komponen ekonomi
keterampilan, kreativitas dan bakat yang ditandai dengan inovasi dan originalitas merupakan
inputnya dan kekayaan intelektual adalah outputnya. Ciri dari produk kreatif, antara lain:
memliki siklus hidup yang singkat, risiko yang relatif tinggi keanekaragaman, dan mudah
ditiru sehingga diperlukan hak kekayaan intelektual utntuk melindunginya (Potts dan
Cunningham, 2008; Cutler dan Buckeridge dalam James, 2010; Boston’s Creative Economi,

2011).
Dalam menghadapi perdagangan bebas arus produk impor semakin kuat. Oleh karena
itu perlu adanya kesadaran oleh industri kreatif dalam memanfaatkan sumber daya alam yang
melimpah ruah seta kearifan lokal untuk mengendalikan pemain-pemain asing untuk
menguasai sumber daya alam Indonesia. Dukungan lembaga keuangan pada insan kreatif
juga menjadi faktor penentu keberhasilan industri kreatif di Indonesia. Perhatian semua pihak
dalam mengembangkan sektor ini diperlukan agar UKM kreatif dapat mengakses pembiayaan
dalam porsi yang lebih besar. Dengan dasar tersebut maka Usaha Masyarakat Kecil
Menengah (UMKM) dengan basis kekayaan lokal diharapkan mampu untuk menjadi andalan
Indonesia dalam menghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal inilah yang
tentunya pula menjadi pembeda antara produk Indonesia dengan produk negara lain dalam
pasar bebas tersebut. Melihat dari potensi dan keberagaman Indonesia, dari pariwisata, alam,
budaya dan sebagainya, sesungguhnya Indonesia tak kekurangan sumber inspirasi yang kaya
akan muatan lokal dalam berwirausaha.

Sumbe
r: Badan Pusat Statistik

Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari data ekspor dan impor ekonomi kreatif Indonesia sepanjang tahun 2010-2013

dapat dikatakan bahwa untuk ekspor kerajinan selalu menempati posisi kedua setelah fashion.
Untuk impor kerajinan, selalu menempati posisi nomor lima setelah fashion, layanan
komputer dan software, permainan interaktif, serta kuliner. Di sisi lain, jumlah ekspor
kerajinan sekitar lima kali lipat selalu lebih tinggi daripada impor kerajinan. Hal ini

menunjukkan bahwa posisi industri kreatif khususnya kerajinan di Indonesia masih
menempati posisi yang tinggi sepanjang 2010 hingga 2013.
Industri ekonomi kreatif telah menjadi industri yang cukup berhasil dan menjanjikan
dan berkontribusi positif sehingga dibentuklah program Indonesia Design Power yaitu sutu
program pemerintah yang tujuannya menempatkan produk Indonesia berstandar internasional
dan memiliki karakteristik nasional yang dapat bersaing dan diterima pasar dunia.
Pengembangan potensi industri kreatif menjadi sebuah alternatif dalam meningkatkan
kontribusi dibidang ekonomi dan bisnis, meningktkan kualitas hidup, masyarakat,
pembentukan citra, alat komunikasi, menumbuhkan inovasi dan kreativitas dan penguatan
identitas suatu daerah. Aspek-aspek ekonomi kreatif tersebut dinilai menjadi sangat penting
saat telah diberlakukan otonomi daerah, dimana setiap daerah perlu berkompetisi secara
positif dengan daerah lain dalam menciptakan citra dan mempresentasikan karakter daerah.
Produk-produk budaya seperti digitalisasi lagu daerah, animasi cerita rakyat
diberbagai daerah dengan mutu yang baik, atau penciptaan kreasi-kreasi busana dengan unsur
budaya, Indonesia merupakan beberapa cara untuk mengembangkan ekonomi kreatif atau

industri kreatif Indonesia. Priotitas utama untuk mengembangkan ekonomi kreatif adalah
pemberdayaan masyarakat serta branding dan pemasaran produk kerajinan. Hal ini sangat
dibutuhkan untuk menjawab permasalahan, tantangan dan peluang dalam pengembangan
industri kreatif di Indonesia untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Branding
menjadi satu kebutuhan pokok di dunia global saat ini, tak terkecuali ekonomi kreatif lokal
yang berbasis pada UMKM. Brand menjadi penting karena mampu menyampaikan sebuah
kualitas, kredibilitas dan kesan tertentu, karena brand sangat bernilai. Hal inilah yang secara
tidak langsung menjadi perwakilan atau perwajahan ekonomi kreatif lokal yang berkembang
kepada dunia luar sebagai pembeda dan pemasar dari produk yang dihasilkan. Dengan brand
yang kuat, mampu memiliki pasar sesuai segmennya tersendiri karena berhasil mengemas
wajah ekonomi kreatifnya dengan baik
Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pembangunan yang berpusat pada manusia strategi yang dilakukan ialah
dengan pemberdayaan masyarakat. Paradigma ini begitu penting mengingat kapasitas
manusia dalam meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi
dan nonmaterial melalui redistribusi modal atau kepemilikan. Pemberdayaan masyarakat
merupakan langkah dalam penanggulangan masalah-maslaah pembangunan sehingga
menjadi pendekatan utama. Menurut Chambers dalam Kartasasmita (1996:1-2), konsep
pemberdayaan masyarakat juga mencakup pengertian pengembangan masyarakat (community


development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community baseddevelopment).
Kesiapan mutu sumber daya manusia Indonesia menurut Asian Productivity
Organization (APO) menunjukkan dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar
4,3% yang terampil, sedangkan Filipina 8,3%, Malaysia 32,6% dan Singapura 34,7%
(Bappenas, 2013). Prosentase tersebut tentu sangat mengkhawatirkan, dan apabila tetap
stagnan hingga 2015 maka tenaga Indonesia potensial kalah bersaing dengan sebagian negara
ASEAN. Artinya bursa tenaga kerja Indonesia bisa dipadati tenaga kerja dari negara lain
khususnya yang masuk kualifikasi seducated dan skilled labour dan angkatan kerja Indonesia
bisa menjadi tamu di negara sendiri. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dengan
merujuk hasil kajian United Nations Development Programme dalam Human Development
Report 2015, juga setali tiga uang. Indonesia masih dihadapkan pada kondisi yang
memprihatinkan dan masih tertinggal dengan negara tetangga seperti Thailand, Malaysia,
Brunei dan lebih lagi Singapura. Posisi Indonesia (2015) di peringkat 110 dunia.
Tabel Peringkat Human Development Index Negara-negara ASEAN, 2015
N

Negara

Ranking HDI


o
1

Singapura

11

2

Brunei

31

3

Malaysia

62

4


Thailand

93

5

Indonesia

110

6

Filipina

115

7

Vietnam


116

8

Laos

141

9

Kamboja

143

10 Myanmar
148
Sumber: UNDP, Human Development Index 2015.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang

bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable” (“berpusat pada
rakyat, partisipatif, memberdayakan, dan berkelanjutan”). Kartasasmita berpendapat bahwa
pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari 3 (tiga) sisi yaitu; Pertama, menciptakan
suasana/iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Kedua
memperkuat potensi daya yang dimiliki oleh masyarakat melalui langkah nyata menyangkut

penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang yang
membuat masyarakat menjadi makin berdaya, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan,
informasi, modal, lapangan kerja, pasar dan perdagangan infrasturktur yang memadai. Ketiga
memberdayakan mengandung pula arti melindungi, mencegah lemah menjadi bertambah
lemah. Sementara itu, Mubyarto dalam Alkadafi (2014:36) mengungkapkan pemberdayaan
ekonomi masyarakat adalah upaya untuk membangun daya ekonomi masyarakat yang
mendorong, motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimiliki
masyarakat serta berupaya untuk mengembangkannya yang merangkum nilai-nilai sosial.
Memberdayakan masyarakat berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu melapaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelaakngan. Dengan kata lain memberdayakan dalam memampukan dan memandirikan
masyarakat dibidang ekonomi.
Strategi Penguatan Sumber Daya Manusia
Bicara mengenai kesiapan SDM dalam menghadapai Masyarakat Ekonomi ASEAN
melalui industri ekonomi kreatif tentunya memiliki relevansi yang kuat. Menurut Kementrian
Perdagangan Indonesia, industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan
kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan
pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu
tersebut. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa industri ekonomi kreatif
beradasar dari kreativitas, bakat dan/atau kemampuan manusia yang memunculkan suatu
manfaat, khususnya untuk menghasilkan keuntungan bahkan lapangan pekerjaan.
Terdapat beberapa bagian penting dalam sebuah industri kreatif yakni:
a. Kreativitas/bakat/kemampuan manusia, yang bisa datang dari kebudayaan setempat,
pengalaman emosional terhadap suatu peristiwa atau kondisi alam, hasil latihan atau belajar,
warisan turun-menurun dan sebagainya.
b. Karya/luaran yang dihasilkan, bisa berupa suatu produk kerajinan, desain, aplikasi, tulisan,
bangunan atau tata lanskap, film atau videografi, jasa, kuliner, permainan, jasa tertentu,
hingga pertunjukkan.
c. Keuntungan tertentu, semisal pendapatan keuangan, kemakmuran, lapangan pekerjaan,
penghargaan, perluasan jaringan, peningkatan status sosial tertentu dan sebagainya.
Ketiga hal ini tentunya tak bisa dipisahkan satu sama lain dan menjadi satu alur utuh
untuk menciptakan ekonomi kreatif yang baik. Terlebih lagi, tiga bagian pokok tersebut
tentunya memiliki pengakarannya masing-masing yang sangat luas. Oleh karena itu, dalam
mengembangkan

industri

kreatif

harus

dimulai

dari

pengembangan

kreativitas/bakat/kemampuan manusianya. Hal ini merupakan akar penting untuk menunjang
kedua bagian setelahnya, yang berdampak pada karya/luaran yang dihasilkan serta
keuntungan yang akan diperoleh.
Selain itu, persiapan yang telah dilakukan Pemerintah untuk mengimbangi interaksi
ekonomi sepuluh negara ASEAN dalam bidang ekonomi, salah satunya adalah penyiapan
sumber daya manusia (SDM) yang handal. Pemerintah Indonesia menyikapi tantangan ini
dengan mengeluarkan kebijakan dalam peningkatan kualitas SDM. Pengembangan SDM
melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
2011-2025.

Masterplan ini merupakan salah satu dokumen percepatan pembangunan

ekonomi Indonesia yang mempercepat pembangunan suatu wilayah dengan membangun
konektivitas antara infrastruktur, pengembangan kebijakan, dan SDM-IPTEK serta
mengintegrasikannya dalam satu kawasan perhatian investasi dengan suatu sentra kegiatan
ekonomi utama sebagai fokus pengembangannya sehingga dapat menjadi pembangkit
ekonomi wilayah di sekitarnya. Diharapkan program ini akan memberi dampak yang luar
biasa pada peningkatan pendapatan per kapita di wilayah itu. Program nasional ini
disesuaikan dengan Rencana Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dengan menargetkan
pendapatan per kapita sebesar 13 juta-15 juta rupiah pada tahun 2025.
Peluang dan Tantangan
Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN direncanakan pada akhir tahun 2015,
tentunya terdapat peluang dan tantangan dalam penerapannya. Peluang dan Tantangan
Bangsa Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah sebagai beriku:
Tabel 1. Peluang dan Tantangan Bangsa Indonesia Menghadapi MasyarakatEkonomi
ASEAN 2015
Peluang
Manfaat Integrasi Ekonomi
Pasar Potensial Dunia
Negara Pengekspor
Negara Tujuan Investor
Daya Saing
Sektor Jasa yang Terbuka
Aliran Modal

Tantangan
Laju Peningkatan Ekspor dan Impor
Laju Inflasi
Dampak negatif arus modal yang lebih bebas
Kesamaan Produk
Daya saing Sektor Prioritas Integrasi
Daya saing SDM
Tingkat Perkembangan Ekonomi
Kepentingan Nsional
Kedaulatan Negara
Dalam Buku rencana pembangunan ekonomi kreatif Indonesia tahun 2009-2015

terdapat sejumlah peluang dan tantangan dalam ekonomi kreatif Indonesia, yang tentunya
terkait pula dengan posisinya terhadap pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN. Adapun
peluang berupa perubahan perilaku pasar dan konsumen, tumbuhnya era produksi massal,

porsi konsumsi produk yang relatif besar, pasar dalam negeri yang besar serta keragaman
sosio-kultur Indonesia.
Kemudian hal yang menjadi tantangan yakni minimnya kesiapan SDM kreatif,
kurangnya lembaga pendidikan, kurang siapnya perangkat negara, lemahnya lembaga
keuangan untuk industri kreatif serta adanya pasar bebas itu sendiri. Pengembangan industri
kreatif di Indonesia tentu saja tidak terlepas dari berbagai macam tantangan seperti kesiapan
SDM kreatif Indonesia sehingga perlu adanya reformasi pendidikan melalui lembaga
pendidikan yang menghasilkan insan kreatif Indonesia. Diperlukan adanya terobosan
kurikulum sejak pendidikan dini yang memicu pemikiran kreatif anak bangsa. Lulusan
perguruan tinggi perlu dibekali dengan daya juang yang tinggi sehingga mampu memecahkan
masalah secara kreatif, tidak hanya mengandalkan nilai (IPK). Lembaga pendidikan perlu
mengarah pada sistem pendidikan yang menciptakan: kompetensi yang kompetitif serta
intelijensia multi dimensi yang meliputi kecerdasan rasional (intelectual question),
kecerdasan emosi (emotional question) dan kecerdasan spiritual (spiritual question).

C. PENUTUP
Kesimpulan
Kritik yang gencar baik secara praktis maupun secara teoretis terhadap pembangunan
sebagai suatu cara berpikir dan suatu ideologi saat ini bermuara pada suatu paradigma
pembangunan yaitu pembangunan berpusat pada manusia (People Centered Development).
Pembangunan

berorientasi

lebih banyak

menggunakan

istilah

pemberdayaan

dan

menyeimbangkan aspek material dan ekonomi dengan aspek-aspek sosial-budaya. Selaras
dengan paradigma tersebut, konsep yang ada pada upaya peningkatan pembangunan manusia
melalui industri ekonomi kreatif dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN dalam penulisan ini
pun juga menonjolkan teori pembangunan tersebut.
Kebijakan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN memungkinkan terjadinya pasar bebas
serta mobilitas yang lebih mudah. Ini bermakna pula bahwa tingkat persaingan antar produk
semakin meningkat dan akan terus menuntut inovasi serta perkembangan. Indonesia sebagai
bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah seharusnya mempersiapkan diri untuk
menghadapi hal tersebut karena MEA bisa menjadi peluang atau tantangan. Oleh karena itu,
dengan segala potensi budaya, kekayaan lokal, alam, manusia, infrastuktur, regulasi dan
sebagainya harus mampu diintegrasikan dan dioptimalkan dengan sedemikian rupa.
Berbagai negara berkompetisi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya
melalui berbagai sektor, termasuk industri ekonomi kreatif. Salah satu kekayaan yang
dimiliki Indonesia adalah warisan lokal yang berupa kesenian, tradisi, budaya dan kerajinan
yang diharapkan mampu memberikan pengembangan terhadap ekonomi kreatif lebih optimal.
Hal ini guna menjangkau aspek penting dalam pengembangan sebuah ekonomi kreatif yaitu
pengembangan

kemampuan/bakat/kreativitas

manusia,

karya

yang dihasilkan

serta

keuntungan tertentu yang akan diperoleh. Untuk itu, kedepannya diperlukan pengembangan
ekonomi kreatif baik dalam hal optimalisasi maupun regenerasi masyarakat di suatu industri
kreatif, pengembangan, pengemasan dan ekspansi pemasaran karya yang dihasilkan serta
optimalisasi luaran tertentu seperti keuntungan atau perluasan tenaga kerja. Dengan
demikian, diharapkan bahwa kegagalan pembangunan yang selalu diartikan sebagai
kegagalan masyarakat dalam berpartisipasi atau beradaptasi dengan program pembangunan
yang dibuat Pemerintah tersebut dapat dihindari.
.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Retnandari, N. D. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi Dalam Kebijakan Publik. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Richard Peet and Elaine Hartwick. 2009. Theories of Development: Contentions,
Arguments, Alternatives – Second Edition. The Guilford Press. New York.
Zulkarnain. 2012. ASEAN Economy Community 2015. Warta Ekspor, Ditjen
PEN/MJL/89/X/2012. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2009. Rencana Pembangunan
Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun 2009-2015, Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
Kartasasmita,

Ginanjar.

1996.

Pembangunan

Untuk

Rakyat,

Memadukan

Pertumbuhan dan Pemerataan. CIDES. Jakarta.
Pranarka & Moeljarto, 1996 “Pemberdayaan (Empowerment)” : Konsep, Kebijakan
dan Implementasinya. Centre for Strategic and International Studies. Jakarta.
Jurnal
Sunardi

dan Abid Djazuli. 2015. Evaluasi Desain Sistem Perencanaan dan

Pengendalian Manajemen Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. BENEFIT
Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 19, Nomor 1, hlm 113-124.
Adaninggar, Wulan, Asti; Saptono, Hendro; dan Roisah, Kholis. 2016. Perlindungan
Produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah Terkait Hak Kekayaan Intelektual dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Diponegoro Law Journal, Vol.5 No. 3, hal 1-11.
Wahyudi Wibowo. 2013. The Prospects of ASEAN Economic Community. Journal of
Economics, Business, and Accountancy, STIE Perbanas Surabaya. Ventura Vol 16, No 2, pp:
187-198.
Adhiputra, Wahyu, Made. 2015. Strategi Bersaing Industri Kreatif Lokal
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015. Department of Management, Faculty
of Economics, Semarang State University. Jurnal Dinamika Manajemen (Journal of
Management Dynamics) Proceeding Madic.
Potts, Jason and Cunningham, Stuart. 2007. Four Models Of The Creative Industries,
Cultural Science : hal: 1-20.
Utomo, Pudjo. 2014. Kesiapan Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja) Bidang
Konstruksi di Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum QISTIE Vol. 7 No. 2 hal: 85-97.

Alkadafi, Muammar. 2014. Penguatan Ekonomi Masyarakat Melalui Pengelolaan
Kelembagaan Badan Usaha Milik Desa Menuju ASEAN Economic Community 2015. Jurnal
El-Riyasah Vol 5, No 1, hal: 32-40.
Suppanunta Romprasert. 2013. Asian Economic Community with Selected
Macroeconomic Variables for Exports Sustainability. International Journal of Economics and
Financial Issues. Vol. 3, No. 3, pp: 602-605.
Kurniawan, Erin Putri; Aulia, Elza; dan Sekar Arum, Adhela Kurniartha. 2015.
Penggunaan Perizinan Industri Sebagai Instrumen untuk Meningkatkan Pertumbuhan
Masyarakat Surakarta dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jurnal Pivat
Law No 7, hal: 104-114.
Sulistiowati, Rahayu. 2011. Teori Pembangunan Dunia Ketiga dan Pengaruhnya
Terhadap Pembangunan Nasional. Jurnal PUBLICA Vol 1, No 1, hal: 1-13.
Apresian, Stanislaus, Risadi. 2014. Menuju ASEAN Economic Community 2015
dalam Kondisi Pembangunan Ekonomi yang Timpang. Jurnal Ilmiah Hubugan Internasional,
Universitas Katolik Parahyangan. Vol 10, No 1, hal: 81-105.
Artikel
Hamid, Suandy, Edy. 2016. Tantangan dan Langkah Meningkatkan Daya Saing
Indonesia dalam Era MEA. Disampaikan pada Seminar Membangun Kemandirian Bangsa
dan Kesiapan Daya Saing Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015 yang diadakan
diUniversitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
_________________. 2016. MEA 2015: Tantangan Sumber Daya Manusia dan
Perguruan Tinggi Indonesia. Disampaikan pada forum Seminar di FE UAJY Maret 2016.
Angga Fauzan. 2016. Pengembangan Ekonomi Kreatif Lokal Desa Tumang Dengan
Pendekatan Komunikasi Visual Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi. Prosiding Seminar
Nasional INDOCOMPAC, hal 146-157.
Website
MEA 2015 dan Kesiapan Sumber Daya Manusia Indonesia diakses melalui
http://www.businessnews.co.id/ekonomi-bisnis/mea-2015-dan-kesiapan-sumber-dayamanusia-indonesia.php tanggal 17 Oktober 2016 pukul 20.00 WIB.
Peluang, Tantangan dan Risiko Bagi Indonesia Dengan Adanya Masyarakat
Ekonomi ASEAN diakses melalui http://www.crmsindonesia.org/node/624 tanggal 17
Oktober 2016 pukul 21.00 WIB.