6 TM Peluang Investasi Proses Bisnis dan Kondisi Investasi di Indonesia

  Disampaikan oleh: Drs. Siswantoro MM (Direktur Perencanaan Jasa dan Kawasan, BKPM)

  

PELUANG INVESTASI, KEMUDAHAN SISTEM

PERIZINAN dan KERINGANAN RETRIBUSI OLEH

PEMERINTAH

  The Investment Coordinating Board of the Republic of

I. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

  The Investment Coordinating Board of the Republic of

  Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nasional “Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan

  VIS kekuatan 10 besar dunia di tahun 2030 dan 6 besar dunia pada tahun

  I: 2050 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan”

  PDB nominal : ˜US$ 3.760 – 4.470 B PDB nominal/kapital: $ 12.855 – 16.160 2050 * PDB nominal : ˜US$ 26.679 B 2025

  PDB nominal/kapital: $ 78.478 **

2030

  Kekuatan ekonomi 6 besar dunia Kondisi saat ini: PDB nominal : ˜US$ 6.460 B –

  Kepercayaan global 8.152 B yang mulai PDB nominal/kapital: $ 20.600 2014 meningkat

  • – 25.900 PDB nominal : ˜US$ 1.206 B Kekuatan ekonomi 10 besar PDB nominal/kapital: $ 4.803 dunia Kekuatan ekonomi 14 besar

  Asumsi: Pertumbuhan 2011 dunia riil antara 7 – 8 %

  Proyeksi Goldman Sachs ** Proyeksi tidak resmi dari * pemerintah

  

Target Investasi Swasta Besar Yang Ditangani BKPM (Renstra BKPM

2010-2014)

   Total Kebutuhan Investasi 5 (Dalam Triliun Rupiah) tahun: Rp 12.460 Triliun berubah menjadi Rp.

  14.705,6 Triliun (100%)  Peran Investasi Pemerintah: Rp. 1.766,2 Triliun - Rp 1.816,7 Triliun (12%) /nominal tetap  Peran Investasi Swasta* berubah dari Rp 10.146,9 Triliun – Rp 10.643,3 Triliun (85,4%) menjadi Rp. 12.897,9 Triliun- Rp. 12.939,4 Triliun (88%)

  • Peran BKPM Dalam

  Mendorong Investasi

  • ) Peran Swasta, termasuk Rumah

  Swasta (Renstra 2010- Tangga, & Sektor Keuangan 2014): Rp 1.629,2 Triliun (12,6%)

II. Kebijakan Nasional Penanaman Modal

  The Investment Coordinating Board of the Republic of Kebijakan Nasional Penanaman Modal UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

PERLAKUAN YANG SAMA

   penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional

  Perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan

JAMINAN HAK MELAKUKAN REPATRIASI INVESTASI DAN KEUNTUNGAN

  Investor diberikan hak untuk melakukan transfer dan  repatriasi dalam valuta asing

SEKTOR BISNIS PRINSIP

   Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi DASAR kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau UU NO. jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan

  25/2007 persyaratan (Daftar Negatif)

FASILITAS PENANAMAN MODAL

  Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal  Fasilitas Fiskal dan Nonfskal

   PELAYANAN PENANAMAN MODAL Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan

   pelayanan penanaman modal, BKPM memiliki tugas dan fungsi, antara lain, mengkoordinasikan dan melaksanakan The Investment Coordinating Board of the Republic of Kebijakan Nasional Penanaman Modal

7 Elemen Utama Arah Kebijakan Penanaman Modal

ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL

  1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal

  2. Mendorong Persebaran Penanaman Modal

  3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi

  4. Penanaman Modal yang RUP

  Berwawasan Lingkungan (Green Investment)

  5. Pemberdayaan Usaha Mikro, M

  Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK)

  6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal

  7. Promosi Penanaman Modal 202 Sampai dengan

  5 The Investment Coordinating Board of the Republic of Kebijakan Nasional Penanaman Modal Fokus Investasi Infrastructure Infrastructure

  • Diversifkasi

  Diversifkasi Ekonomi Ekonomi Main Main

  Lebih banyak Lebih banyak Nilai Tambah Nilai Tambah

Goals

  Goals

  • Daya Saing

  Daya Saing Food Energy Food Energy Didukung oleh sektor Didukung oleh sektor manufaktur ( melalui manufaktur ( melalui backward & forward backward & forward linkages) linkages)

  Pendekatan Pendekatan klaster klaster

  Source: BKPM, 2011 industri industri

  The Investment Coordinating Board of the Republic of Kebijakan Nasional Penanaman Modal Roadmap Implementasi Penanaman Modal

  FASE FASE FASE FASE

  III

  IV I

  II 202

  

Sampai dengan

  5 Catatan : Fase dapat berlangsung secara paralel dan simultan

  The Investment Coordinating Board of the Republic of Kebijakan Nasional Penanaman Modal DAFTAR NEGATIF INVESTASI (PERPRES No. 36/2010) PENGATURAN DALAM DAFTAR NEGATIF INVESTASI

   Tertutup Mutlak untuk Dalam Negeri dan Asing  Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi  Kemitraan  Batasan Kepemilikan Modal Asing  Lokasi Tertentu  Perizinan Khusus  Modal Dalam Negeri 100%  Kepemilikan Modal Asing dan Lokasi  Perizinan Khusus dan Kepemilikan Modal Asing  Modal Dalam Negeri 100% dan Perizinan Khusus  Persyaratan Kepemilikan Modal Asing dan/atau Lokasi Bagi Penanaman Modal dari negara ASEAN

  The Investment Coordinating Board of the Republic of

  The Investment Coordinating Board of the Republic of PENETAPAN PEMBERIAN FASILITAS, KEMUDAHAN, DAN

  KRITERIA KLASIFIKASI WILAYAH

   Prioritas tinggi;

   Menyerap banyak tenaga kerja;

   Pembangunan infrastruktur;

   Melakukan alih teknologi;

   Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;

   Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

   Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;

   Bermitra dengan UMKMK;

   Menggunakan barang modal dalam negeri.

   Wilayah maju;

   Jangka waktu KRITERIA KEGIATAN PENANAMAN MODAL

   Wilayah berkembang;

   Wilayah tertinggal.

  KOMBIN ASI FASILITAS, KEMUDAHAN, DAN INSENTIF MENURUT KEGIATAN PENANAMAN MODAL

   Pionir;

   Prioritas Tinggi.

  FASILITAS, KEMUDAHAN, DAN INSENTIF MENURUT WILAYAH

   Wilayah maju;

   Wilayah berkembang;

   Wilayah tertinggal.

  Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal

   Pionir;

   Perhitungan dampak ekonomi (analisis B/C).

  INSENTIF PERTIMBANGAN EKSTERNAL

  PERLUNYA PEMBERIAN FASILITAS, KEMUDAHAN, DAN INSENTIF PRINSIP DASAR

   Strategi negara pesaing, bagaimana negara lain melakukannya

   Intensitas persaingan merebut Foreign Direct Investment (FDI)

   Praktek terbaik internasional

   Komitmen internasional PERTIMBANGAN INTERNAL

   Strategi/kebijakan pembangunan ekonomi dan sektoral;

   Kepentingan pengembangan wilayah;

   Tujuan pemberian fasilitas, kemudahan, dan insentif;

   Pengaruh (importance) dari sektor yang bersangkutan dari segi keterkaitan dengan sektor lain, besaran sektor secara ekonomi, penyerapan tenaga kerja;

   Sinkronisasi dengan kebijakan lain yang terkait.

   Efsiensi administratif;

   Keadilan;

   Efektif;

   Sederhana;

   Transparan;

   Keadilan;

   Perhitungan dampak ekonomi (analisis B/C).

   Jangka waktu PRINSIP DASAR

   Efsiensi administratif;

   Efektif;

   Sederhana;

   Transparan;

  Kebijakan Nasional Penanaman Modal

  Kebijakan Nasional Penanaman Modal

INSENTIF FISKAL

  Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan  Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, PMK No.

  130/PMK.011/2011 yang dikeluarkan pada 15 Agustus tahun 2011.

   Fasilitas yang diberikan:

  • Pembebasan pajak 5 - 10 tahun setelah perusahaan /proyek mulai produksi komersial (100 realisasi% & memiliki IUT).
  • Setelah periode ini, wajib pajak dapat diberikan pengurangan PPh 50% dari PPh terutang selama 2 tahun setelah masa

  TAX

bebas pajak (tarif PPh 12,5% selama 2 tahun).

HOLIDAY  Lima sektor prioritas:

  1. Logam dasar;

  2. Kilang minyak bumi dan / atau bahan kimia organik dasar berasal dari minyak bumi dan gas alam;

  3. Mesin industri,

  4. Industri sumber daya terbarukan, dan 5. Industri peralatan telekomunikasi.

   Syarat : The Investment Coordinating Board of the Republic of

  Minimum investasi Rp. 1 triliun, berbentuk badan hukum Kebijakan Nasional Penanaman Modal

  INSENTIF FISKAL Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu  Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2007 jo No. 62 Tahun 2008 jo No. 52 Tahun 2011  Fasilitas yang diberikan:

  • Pengurangan pendapatan bersih 30% dari total investasi, dibebankan dalam 6 tahun dengan masing-masing 5% per

  TAX tahun. ALLOWANC

  • Pembebanan biaya penyusutan dan amortisasi yang

  E dipercepat (bangunan dan non-bangunan)

  • Kompensasi kerugian diperpanjang dari 5 tahun menjadi paling lama 10 tahun.

   Ketentuan khusus dalam PP No. 52 Tahun 2011: Fasilitas ini juga dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang telah mendapat izin penanaman modal sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini sepanjang:

  a. Memiliki rencana penanaman modal paling sedikit Rp1 Triliun; dan

b. Belum beroperasi secara komersial pada saat PP 52/2011

  The Investment Coordinating Board of the Republic of Kebijakan Nasional Penanaman Modal

INSENTIF FISKAL

  Pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal  Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.011/2009 jo PMK Nomor 76/PMK.011/2012  Diberikan kepada industri yang menghasilkan barang dan industri yang menghasilkan jasa.  Pembebasan bea masuk diberikan sepanjang mesin, barang

  IMPOR dan bahan tersebut :

  BARANG

a. Belum diproduksi di dalam negeri;

  MODAL

  b. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifkasi yang dibutuhkan; atau

  c. Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri

   Daftar Industri Jasa yang mendapat Fasilitas Pembebasan Bea Masuk:

  1. Pariwisata dan Kebudayaan

  2. Transportasi/Perhubungan (untuk Jasa Transportasi The Investment Coordinating Board of the Republic of Kebijakan Nasional Penanaman Modal

INSENTIF FISKAL

   Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah.

   Pemberian insentif dapat berbentuk:

  a. pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah; b. pengurangan, keringanan, atau pembebasan

  INSENTIF LAINNYA retribusi daerah;

  c. pemberian dana stimulan; dan/atau d. pemberian bantuan modal.

   Pemberian kemudahan dapat berbentuk: a.penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;

  b. penyediaan sarana dan prasarana;

  c. penyediaan lahan atau lokasi;

  d. pemberian bantuan teknis; dan/atau

  e. percepatan pemberian perizinan The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

  The Investment Coordinating Board of the Republic of Pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

  Pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

  PTS P PTS P Permohonan Permohonan Proses Proses Izin/non-izin Izin/non-izin PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Kebijakan Nasional Penanaman Modal

  The Investment Coordinating Board of the Republic of

  I KAB/ KOTA PENYELENGGAR A PENYELENGGAR A

  PELIMPAHAN/PENDELEGASIAN KEWENANGAN SELURUH

  PELIMPAHAN/PENDELEGASIAN KEWENANGAN SELURUH

  TINGKAT TINGKAT BKPM BKPM Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal (PDPPM) Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal (PDPPM) Perangkat Daerah Kab/Kota bidang Penanaman Modal (PDKPM) Perangkat Daerah Kab/Kota bidang Penanaman Modal (PDKPM) Menteri/ Kepala LPNK Menteri/ Kepala LPNK Gubernur Gubernur Bupati/ Walikota Bupati/ Walikota Mekanisme Pelimpahan/Pendelegasian

  Kebijakan Nasional Penanaman Modal

IZIN PENANAMAN MODAL

IZIN PENANAMAN MODAL

PUSAT PROVINS

  The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

  19 Portal Sistem Pelayanan Informasi Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE)

  Prosedur Perizinan Investasi

TAHAP PERSIAPAN

  Aplikasi izin prinsip

  INVESTO Izin Prinsip R

3 Hari Kerja

  TAHAP Perizinan Daerah

  1.Izin Lokasi KONSTRUKSI

  2.Izin Mendirikan bangunan 9IMB)

  3.Izin UUG/HO

  4.Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Fasilitas Non-fskal

  1.Angka Pengenal Importir Produsen (API-P)

  2.Izin kerja tenaga asing

  3.Rekomendasi VISA, dll Aplikasi Izin

TAHAP SIAP

  Usaha PRODUKSI /

  Izin Usaha OPERASI

7 Hari Kerja

  20 Sumber: Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 tahun 2013

III. Kinerja Investasi

  The Investment Coordinating Board of the Republic of

  Dibanding Tahun 2012 Triwulan III dan Januari – September 2013 :

Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan

  III Tahun 2013 PMDN : penanaman modal dalam negeri

  • ) Renstra BKPM 2010 – PMA : penanaman modal asing

  2014  Nilai investasi Triwulan III 2013 merupakan realisasi investasi yang dilakukan selama 3 bulan periode laporan (Juli – September 2013) berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang diterima BKPM  Di luar investasi Migas, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, dan Industri Rumah Tangga  Nilai investasi dalam Rp. Triliun (T) dan Kurs US$.1 = Rp.9.300,- untuk TW I dan TW II (sesuai

dengan APBN 2013) serta Kurs US$.1 = Rp.9.600,- untuk TW III (sesuai dengan APBNP 2013)

 Realisasi investasi pada Triwulan III 2013: Rp. 100,5 T, meningkat 0,7% dari Triwulan II 2013 (Rp.

  99,8 T) atau meningkat 22,9% dari Triwulan III 2012 (Rp.81,8 T)  Realisasi investasi pada Januari–September 2013: Rp. 293,3 T, meningkat 27,6% dari tahun sebelumnya yaitu Januari–September 2012 (Rp.229,9 T)

  The Investment Coordinating Board of the Republic of

  Dibanding Tahun 2012 Triwulan III dan Januari – September 2013 :

Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan

  III Tahun 2013 2012 2013 Target Capaian Jan- TW Jan- 2013*) **) TW I TW II TW III TW II TW III Sep

  I Sep PMDN 19,7 20,8 25,2 65,7 27,5 33,1 33,5 94,1 117,7 79,9%

  PMA 51,5 56,1 56,6 164,2 65,5 66,7 67,0 199,2 272,6 73,1% TOTAL 71,2 76,9 81,8 229,9 93,0 99,8 100,5 293,3 390,3 75,1%

  • ) Renstra BKPM 2010 – 2014
    • ) Terhadap target

  Triwulan III 2013 y-o-y q-o-q Jan-Sep 2013 y-o-y 2013

  32,9% 1,2% 43,2% PMDN PMDN 18,4% 0,4% 21,3%

  PMA PMA

  22,9% 0,7% 27,6% TOTAL TOTAL

  The Investment Coordinating Board of the Republic of Sektor , Lokasi, Negara Asal, dan Koridor Ekonomi Januari–September 2013 : Realisasi Januari–September 2013 : Berdasarkan Sektor

  PMDN PMA

  T= M= Triliun Miliar

  The Investment Coordinating Board of the Republic of Sektor , Lokasi, Negara Asal, dan Koridor Ekonomi Januari–September 2013 : Realisasi Januari–September 2013 : Berdasarkan Lokasi

  PMDN PMA

  T= M= Triliun Miliar

  The Investment Coordinating Board of the Republic of

NO LOKASI

NO LOKASI

  25

  19 Sulawesi Selatan 740,0

  6

  18 Sulawesi Tenggara 825,5

  14

  17 Lampung 980,6

  2

  16 Maluku Utara 990,7

  16

  15 Nusa Tenggara Barat 1.344,6

  51

  14 Kalimantan Tengah 1.582,8

  26

  13 Jambi 1.591,1

  12 Sumatera Selatan 1.695,9

  20 Sulawesi Barat 685,1

  21

  11 Bali 2.008,5

  37

  10 Aceh 3.300,2

  58

  9 Banten 3.349,7

  81

  8 Sumatera Utara 3.731,2

  41

  7 Riau 4.159,6

  96

  6 DKI Jakarta 4.402,7

  5 Jawa Barat 4.450,6 112

  31

  7

  4 Kalimantan Selatan 5.395,8

  11

  Januari–September 2013 : Sektor , Lokasi, Negara Asal, dan Koridor Ekonomi

  3 TOTAL 94.112,6 1.192

  34 Maluku -

  2

  33 Nusa Tenggara Timur 17,6

  13

  32 Sulawesi Utara 66,8

  1

  31 Gorontalo 84,4

  8

  30 Papua Barat 86,5

  2

  29 Bengkulu 109,6

  28 DI Yogyakarta 132,4

  21 Sulawesi Tengah 603,3

  8

  27 Kalimantan Utara 231,3

  14

  26 Sumatera Barat 254,8

  38

  25 Kepulauan Riau 365,0

  9

  24 Papua 508,6

  6

  23 Kepulauan Bangka Belitung 542,3

  27

  22 Kalimantan Barat 552,1

  7

  36

  The Investment Coordinating Board of the Republic of

  INVESTASI (US$. Juta) PROYEK

  41

  30

  20 Kepulauan Bangka Belitung 81,5

  19 Bali 129,7 374

  63

  18 Kalimantan Selatan 173,3

  17

  17 Maluku Utara 224,6

  16 Kalimantan Tengah 266,2 131

  97

  15 Kepulauan Riau 311,2

  86

  14 Sumatera Selatan 344,8

  13 Nusa Tenggara Barat 365,2 131

  12 Sulawesi Selatan 371,4

  45

  91

  11 Kalimantan Barat 382,6

  10 Jawa Tengah 389,4 117

  9 Sumatera Utara 697,3 155

  22

  8 Sulawesi Tengah 768,5

  7 Riau 1.087,0 101

  6 Kalimantan Timur 1.133,2 203

  5 DKI Jakarta 1.846,0 1.887

  53

  4 Papua 1.939,4

  3 Jawa Timur 2.027,5 387

  2 Banten 2.928,7 369

  1 Jawa Barat 5.198,1 852

  21 Aceh 73,8

  22 Sumatera Barat 70,3

  3 Kalimantan Timur 9.647,8

  30

  86

  2 Jawa Tengah 11.355,8

  1 Jawa Timur 28.319,8 249

  INVESTASI (Rp. Miliar) PROYEK

  PMA PMDN Realisasi Januari–September 2013 : Berdasarkan Lokasi

  3 TOTAL 21.202,7 5.660

  34 Sulawesi Barat 0,0

  8

  33 Gorontalo 3,8

  33

  32 Nusa Tenggara Timur 5,9

  19

  31 Bengkulu 22,3

  30 Lampung 25,8

  49

  39

  29 DI Yogyakarta 26,1

  42

  28 Jambi 33,7

  31

  27 Maluku 49,5

  41

  26 Sulawesi Tenggara 51,1

  34

  25 Papua Barat 51,8

  20

  24 Kalimantan Utara 61,2

  59

  23 Sulawesi Utara 62,0

  48

NO NEGARA ASAL

  2

  53 Ceko 0,0

  1

  52 Maroko 0,1

  5

  51 Selandia Baru 0,1

  3

  50 Polandia 0,1

  2

  49 Slovenia 0,2

  1

  48 Liberia 0,2

  1

  47 Irlandia 0,2

  46 Afghanistan 0,3

  54 Maladewa -

  1

  45 Portugal 0,3

  17

  44 Swedia 0,3

  5

  43 Mesir 0,4

  4

  42 Arab Saudi 0,4

  9

  41 Filipina 0,5

  2

  40 Bulgaria 1,1

  4

  1

  1

  3

  63 Siprus -

  Januari–September 2013 : Sektor , Lokasi, Negara Asal, dan Koridor Ekonomi

  69 Gabungan Negara 5.032,3 1.523 TOTAL 21.202,7 5.660

  1

  68 Finlandia -

  1

  67 Slovakia -

  3

  66 Hungaria -

  2

  65 Norwegia -

  1

  64 Skotlandia -

  1

  1

  55 Timor Leste -

  62 Islandia -

  1

  61 Channel Islands -

  2

  60 Isle of Man -

  2

  59 Guatemala -

  1

  58 Argentina -

  1

  57 Marshall Island -

  1

  56 Yaman -

  1

  39 Rusia 1,2

  The Investment Coordinating Board of the Republic of Realisasi Januari–September 2013 : Berdasarkan Negara Asal

  INVESTASI (US$. Juta) PROYEK

  14 Australia 181,6 174

  21 Perancis 69,7

  14

  20 Kanada 103,0

  33

  19 Cayman Islands 104,0

  31

  18 Thailand 104,1

  32

  17 Swiss 120,8

  3

  16 Yordania 131,0

  14

  15 Luxembourg 133,3

  13 R.R.China 233,0 257

  22 India 59,0

  2

  12 Brasil 275,6

  11 Hong Kong 295,9 126

  10 Taiwan 372,5 103

  9 British Virgin Islands 389,8 179

  8 Malaysia 518,9 333

  7 Belanda 720,1 128

  33

  6 Mauritius 774,7

  5 Inggris 983,0 140

  4 Korea Selatan 1.635,2 494

  3 Amerika Serikat 1.993,1 125

  2 Singapura 3.125,7 923

  1 Jepang 3.637,0 548

  75

  81

  2

  31 Denmark 4,0

  37 Uzbekistan 1,2

  4

  36 Samoa Barat 1,7

  INVESTASI (US$. Juta) PROYEK

  9 NO NEGARA ASAL

  35 Pakistan 2,4

  12

  34 Spanyol 2,9

  2

  33 Iran 2,9

  6

  32 Panama 3,9

  6

  1

  23 Jerman 47,5

  30 Puerto Rico 4,2

  8

  29 Austria 4,5

  16

  28 Turki 11,7

  16

  27 Seychelles 21,1

  14

  26 Uni Emirat Arab 23,0

  26

  25 Italia 35,2

  15

  24 Belgia 36,9

  71

  38 Brunei Darussalam 1,2 Sektor , Lokasi, Negara Asal, dan Koridor Ekonomi Januari–September 2013 : Koridor Ekonomi

  PMDN dan PMA PMDN PMA T= Triliun

  Berdasarkan Koridor Ekonomi pada periode Januari–September 2013, realisasi PMDN dan PMA tertinggi ada di Koridor Jawa. Realisasi PMDN terbesar berikutnya berada di Koridor Kalimantan, Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Sedangkan PMA terbesar berikutnya berada di Koridor Sumatera, Maluku dan Papua, Kalimantan, Sulawesi serta Bali dan Nusa

  The Investment Coordinating Board of the Republic of

IV. Peluang Investasi

  The Investment Coordinating Board of the Republic of

  1. Sektor – Sektor Yang Didorong Bagi Penanaman Modal 2013-2014 Sektor-sektor yang memberikan nilai tambah (value added) dalam rangka program hilirisasi atau pengolahan lanjutan produk sektor pertambangan, pertanian, perikanan dan kehutanan Pengembangan Industri Prioritas Contoh: industri smelter, industri pengolahan lanjutan CPO,

  2010 - 2014 pengolahan lanjutan kakao dan pengolahan lanjutan hasil perikanan. KELOMPOK NO JENIS INDUSTRI

  INDUSTRI

  2. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat tinggi sebagai barang modal

  1 Industri Padat Tekstil, Alas Kaki, Kulit, dan bahan baku untuk pendukung industri lainnya

  Karya Furniture (substitusi impor barang modal dan barang baku) Contoh: industri besi dan baja, industri komponen otomotif, industri

  2 IKM Fesyen, Kerajinan, kimia dasar dan industri permesinan batu mulia, keramik, minyak atsiri, dll

  3. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat tinggi sebagai konsumsi

  3 Industri Permesinan, Galangan masyarakat Indonesia (substitusi impor barang

  Barang Modal Kapal konsumsi) Contoh: Industri Makanan dan Minuman (makanan olahan), Industri

  4 Industri Makanan dan Peralatan Rumah Tangga, Industri Oil Refnery (BBM, Pelumas). berbasis SDA minuman, CPO, Kakao,

  4. Sektor-sektor industri yang trend konsumsi dalam Karet, Baja & negeri meningkat Alumunium Hulu,

  Contoh: Industri semen, bahan bangunan Rumput Laut

  5 Industri Otomotif, elektronika

  5. Sektor-sektor yang berorientasi ekspor dengan Pertumbuhan dan Telematika menggunakan bahan baku dan barang modal tinggi impor yang relatif kecil.

  Contoh: Industri tekstil, Hilirisasi Industri pengolahan kelapa/kelapa sawit (minyak nabati), Industri pengolahan karet, produk kayu,

  6 Industri Industri Gula, Industri budidaya udang, industri kakao, kopi, rumput laut, industri makanan,

  Prioritas Pupuk, Industri dll

  Khusus Petrokimia, Industri Berbasis Migas

  6. Sektor-sektor infrastruktur yang pembangunannya didorong oleh pemerintah melalui pola KPS Contoh: renewable energy (energi baru dan terbarukan),

1. Sektor-sektor yang memberikan nilai tambah (value added) dalam rangka

  program hilirisasi atau pengolahan lanjutan produk sektor pertambangan, pertanian, perikanan dan kehutanan NILAI TAMBAH SEKTOR INDUSTRI

  Sources: London Metal Exchange/LME, 2011 (Processed)

  Sektor Pertambangan Mineral Mining Investment Climate in Indonesia

  Survey Result Source: Fraser Institute and Metal Economics Group

  Timeline Of Mineral Processing And Refning CAUTIOUS

   MARKET OUTLOOK: OPPORTUNITIES:

   INVESTMENT Smelter Industry (Processing and Refning) Recapitulation of Processing & Refning Plan Document

  (Update December 2012) Compa No Status ny

  1 Processing & Refning Existing

  7 Processing & Refning Proposal Before

  2 Ministry of Energy and Mineral Resources

  24 (MEMR) Regulation No 7 Year 2012 Processing & Refning Proposal After MEMR

  3 186 Regulation No 7 Year 2012

  Sektor Pertambangan Batubara 2011 MARKET LEADERS (MIO TONS)

  DEMAND REALIZATION PLANNI

MARKET OUTLOOK: CAUTIOUS

  VS NG

  Indonesian coal production will be fat in 2013 as SUPPLY the downturn in the market continued. The slowdown in China's economic growth is cutting deeper into Indonesia's coal sector, forcing producers to reduce output and slash costs.

INVESTMENT OPPORTUNITIES:

  1.Coal Infrastructure: Coal Hauling network , railways , stockpile & Seaport, Coal Blending facility

  2.Mine mouth power plant development

  3.Coal processing plant development: coal Source: Ministry of Energy and Mineral Resources, 2012

  Sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan WOOD

  Industri furniture merupakan salah satu industri berbasis kayu/rotan yang memiliki nilai tambah tinggi,

   WORKING, menyerap banyak tenaga kerja, dan memberikan kontribusi yang cukup penting terhadap perekonomian,

  FURNITURE baik dalam bentuk kontribusi pada PDB maupun dalam perolehan devisa (ekspor). KAYU DAN Negara tujuan ekspor utama: Amerika Serikat, Perancis, Jepang, Inggris dan Belanda.

   ROTAN  industri pulp dan kertas Indonesia merupakan penyumbang terbesar di pasar internasional, yaitu industri pulp yang menempati nomor 9 dan industri kertas nomor 11 di dunia.

PULP/KERTAS

   dengan produksi 6,52 juta ton dan sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun untuk kebutuhan pulp serat panjang, Indonesia masih mengimpor. Indonesia merupakan produsen nomor 2 terbesar di dunia setelah Thailand, tetapi dari sisi luas area no 1 di

  Keunggulan Indonesia terletak pada bahan baku kayu berdaun lebar, yang menghasilkan pulp serat pendek

   dunia dengan luas mencapai 3,40 juta ha. Total produksi tahun 2012 mencapai 2,8 juta ton atau sekitar KARET 27,91% dari total produksi karet dunia sebanyak 10,21 juta ton. (CRUMB

   Sebagian besar karet alam tersebut diekspor dalam bentuk crumb rubber untuk memenuhi kebutuhan RUBBER) karet alam dunia. Dalam rangka meningkatkan nilai tambah karet alam menjadi produk hilir perlu didorong peningkatan investasi di bidang industri pengolahannya.

  Indonesia merupakan negara produsen Minyak Mentah Sawit (CPO) terbesar di dunia, dengan produksi  pada tahun 2012 mencapai 29.5 juta atau 54% dari total produksi CPO di dunia. Sebagian besar CPO masih

  INDUSTRI diekspor dalam bentuk mentah, sementara itu permintaan dunia terhadap produk turunan minyak kelapa

  HILIR KELAPA sawit semakin besar. SAWIT Tiga lokasi potensial untuk dikembangkan klaster industri hilir kelapa sawit: Sei Mangke (Sumatera Utara),

   Dumai (Riau), dan Maloy (Kalimantan Timur). Kakao termasuk salah satu komoditas perkebunan yang prospektif di dunia. Kakao menghasilkan devisa

   terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan karet untuk kategori perkebunan. Devisa dari kakao pada 2010 mencapai USD 1,6 miliar.

  COKLAT

   Indonesia adalah produsen biji kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading.

  (KAKAO) Konsumsi coklat Amerika Serikat 2,25 ka/kapita/tahun, Konsumsi coklat eropa 1,87kg/kapita/tahun, 

Konsumsi cokelat Asia 0.06 kg/kapita/tahun dan Indonesia 0,3 Kg/kapita/tahun.

  Rumput Laut adalah salah satu dari komoditas utama nasional dengan produksi 4,3 juta ton pada tahun 

2. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat tinggi

  sebagai barang modal dan bahan baku untuk pendukung industri lainnya (substitusi impor barang modal dan barang baku)

12 BESAR IMPOR HASIL INDUSTRI (USD JUTA) GROWTH SHARE NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 2012 2012

  Besi Baja, Mesin-

1 31,684 43,219 52,472 62,605 19.3% 45%

mesin dan Otomotif

  

2 Elektronika 10,497 14,176 16,117 16,701 3.6% 12%

  

3 Kimia Dasar 8,095 11,432 15,413 16,076 4.3% 12%

  4 T e k s t i l 3,397 5,031 6,735 6,805 1.0% 5% Makanan dan 5 2,811 4,514 6,852 6,159 -10.1% 4% Minuman

  6 Alat-alat Listrik 2,106 3,143 3,769 4,190 11.2% 3%

  7 Pulp dan Kertas 1,883 2,732 3,263 3,020 -7.4% 2% Barang-barang 8 1,662 2,199 2,592 2,757 6.3% 2% Kimia lainnya

  9 Makanan Ternak 1,679 1,872 2,221 2,800 26.1% 2% Pengolahan 10 1,027 1,822 2,195 2,377 8.3% 2% Tembaga, Timah dll.

  11 P u p u k 929 1,509 2,707 2,918 7.8% 2% Pengolahan

  12   1,398 1,937 1,973 1.9% 1% Aluminium

  Total 12 Besar Industri 66,804 93,047 116,272 128,381 10.4% 92% Industri Lainnya 5,734 8,069 9,828 11,333 15.3% 8% Total Industri

  72,398 101,115 126,100 139,714 10.8% 100% Pengolahan ARAH PENGEMBANGAN INVESTASI:

  Industri Besi Baja, Industri Komponen Otomotif, Industri Kimia Dasar (Petrokimia)

  Contoh: Industri Besi dan Baja

INVESTMENT OPPORTUNITIES: INDONESIA STEEL INDUSTRY STEEL CONSUMPTION

  STRUCTURE Potential Locations

  MARKET OUTLOOK: STABLE Until now, the domestic steel market is still in defcit. There is over demand both in the upstream, intermediate and

  West South Sumatera downstream. Kalimantan National steel demand to reach 10 million tons per year. While the national steel products reached 5.5 million tons. The rest,

  Bante East amounting to 4.5 million tonnes, supported by imports. n Java

  Contoh: Industri Alat Berat

   In Indonesia, the major demand of HE is on

DEMAND OF HE IN

  three sectors such as Mining, Agriculture and

  INDONESIA (%) Construction.

  Despite there are many players in HE Industry,  the market only focuses in four big companies that are PT Komatsu Indonesia, PT Caterpillar Indonesia, PT Hitachi Construction Machinery of Indonesia and PT Kobelco.  Major production of HE are Eskavator (80%), Buldozer (18%), and Mining truck (2%)

  MARKET OUTLOOK: CAUTIOUS CONSTRUCTION & MINING EQUIPMENT PRODUCTION AND DEMAND (UNIT) MARKET SHARE OF HE SALES BY BRAND (%)

  Contoh: Industri Kimia Dasar (Petrokimia)

  INDONESIA PETROCHEMICAL

  INDONESIA PETROCHEMICAL INDUSTRY STRUCTURE

  INDUSTRY (EXISTING CONDITION) MARKET OUTLOOK: PROSPECTIVE

  INVESTMENT OPPORTUNITIES: Indonesia is still sufering an insufcient supply of petrochemical products (net importers)

  

PETROCHEMICAL

SUPPLY VS DEMAND (YEAR CLUSTER

  1. Anyer, Merak, Cilegon, 2011)

  Serang And Bojanegara – Banten Province (Olefn Center)

  2. Gresik, Lamongan, Tuban Dan Cepu – East Java

(Aromatic Center)

  3. Bontang Dan Balikpapan, East Kalimantan (Methane Center)

3. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat tinggi

  sebagai konsumsi masyarakat Indonesia (substitusi impor barang konsumsi)

  IMPOR BARANG-BARANG KONSUMSI 2012 (JUTA USD)  SEKTOR NILAI SHARE Makanan dan Minuman 1 (Olahan) Untuk Rumah 2,837 21%

  1. Sektor pertanian (buah- Tangga buahan, beras, sayur

  Barang Konsumsi Setengah

  2 1,954 15% Tahan Lama sayuran)

  Barang Konsumsi Tidak

  3 1,927 14% Tahan Lama

  Barang Konsumsi Tahan

  2. Industri Makanan dan

  4 1,585 12% Lama

  Minuman (makanan Makanan dan Minuman olahan)

  5 (Belum Diolah) Untuk Rumah 1,541 11% Tangga

  6 Mobil Penumpang 1,515 11%

  3. Industri Peralatan Rumah Tangga Bahan Bakar dan Pelumas

  7 1,435 11% (Olahan)

  Alat Angkutan bukan untuk

  8 350 3%

  4. Industri Otomotif Industri Barang Yang Tidak

  9 264 2% Diklasifkasikan

  5. Industri Oil Refnery (BBM,

BARANG KONSUMSI 13,409 100%

  Pelumas)

4. Sektor-sektor Industri Yang Trend Konsumsi Dalam Negeri Meningkat

  (Domestic Based Industry)

PENGELUARAN RATA-RATA PER KAPITA SEBULAN MENURUT KELOMPOK BARANG (RUPIAH), 2010-2012

  1. Industri pertanian

  2. Industri makanan dan minuman

  3. Industri semen

  4. Industri tembakau

  5. Industri bahan bangunan

  Contoh: Industri Semen

CEMENT CAPACITY COULD ALMOST DOUBLE

  IN THE NEXT 5 YEARS DOMESTIC MARKET CONSUMPTION (2011) MARKET OUTLOOK: PROSPECTIVE Key Drivers of Domestic cement demand:

  1.National Economic Growth

  2.Favorable Interest Rate Environment

  3.Infrastructure Expansion

  4.Per Capita Consumption increase from current low levels (kg/capita)  Indonesia (199); China (1.900); Singapore (900);

  Retail (residential) sector is the Malaysia (700); Vietnam (500); Thailand largest

5. Sektor-sektor yang berorientasi ekspor dengan menggunakan bahan baku

  dan barang modal impor yang relatif kecil “Indonesia as Production Hub For