IDENTIFIKASI TANAMAN VEGETASI TERNAUNGI (1)
IDENTIFIKASI TANAMAN VEGETASI TERNAUNGI PADA HUTAN TANAM
TAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB)
A. Tujuan
1. Dapat mengetahui jenis-jenis tanaman vegetasi ternaungi pada hutan tanam di
Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
2. Dapat mengidentifikasi jenis- jenis tanaman vegetasi ternaungi pada hutan tanam
di Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
3. Dapat mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap keanekaragaman tanaman
vegetasi ternaungi pada hutan tanam Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Vegetasi
Menurut Soewarno, 1988 (Ivan Siahaan, 1999: 15), menyatakan vegetasi
merupakan kumpulan dari keseluruhan tumbuhan yang hidup bersama pada
suatu daerah yang khusus, ciri vegetasi ditentukan oleh jenis- jenis tumbuhan
penyusun maupun oleh gabungan karakteristik struktur dan fungsional yang
memberi fisiognomi atau kenampakan luar tertentu (Soewarno, 1988). Vegetasi
adalah jumlah total tumbuhan yang menutupi suatu daerah. Di dalam hutan
dapat tersusun pepohonan, semak atau herba, sedangkan pada lantai hutan
tersusun atas lumut, jamur. Vegetasi tidak hanya berupa kumpulan dari beberapa
individu tambahan tetapi terbentuk akibat dari hubungan beberapa faktor.
2. Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah adalah komunitas tanaman yang menyusun stratifikasi
bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya berupa rumput, herba,
semak atau perdu rendah. Jenis-jenis vegetasi ini ada yang bersifat annual,
biannual, atau perenial dengan bentuk hidup soliter, berumpun, tegak menjalar
atau memanjat. Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya anggota dari sukusuku Poaceae, Cyperaceae, araceae, asteraceae, paku-pakuan dan lain-lain.
Vegetasi ini banyak terdapat di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai,
lantai hutan, lahan pertanian dan perkebunan (Nirwani, 2011).
Tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang menempati lapisan bawah
suatu komunitas pohon. Komunitas pohon tersebut dapat berupa hutan alam,
hutan tanaman atau suatu bidang kehutanan yang lain. Tumbuhan bawah dapat
menimbulkan kerugian, tetapi ada pula manfatnya. Tumbuhan bawah
mempunyai kemampuan menahan aliran permukaan sehinga tingkat erosi akan
lebih rendah. Tumbuhan bawah menyediakan bahan organik, sehinga
menciptakan iklim mikro yang baik bagi seranga pengurai (Setiadi, 1984).
Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah menjaga kelembaban
sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat, sehingga dapat
menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Siklus hara akan berlangsung
sempurna dan guguran daun yang jatuh sebagai serasah akan dikembalikan lagi
ke pohon dalam bentuk unsur hara yang sudah diuraikan oleh bakteri (Irwanto,
2007).
Hutan yang lapisan pohon-pohon tidak begitu lebat, sehingga cukup
cahaya yang dapat menembus lantai hutan, kemungkinan perkembangan
vegetasi bawah bersifat terna, sedangkan pada tempat-tempat kering berupa
tumbuhan berkayu antara lain rumput-rumputan jenis Pennisetum dan
Didymocarpus. Pada hutan yang lebat sehingga intensitas cahaya sedikit,
tumbuhan bawah beradaptasi melalui permukaan daun yang lebar untuk
menangkap cahaya matahari sebanyak-banyaknya (Hafild & Aniger, 1984).
Komposisi dari keanekaragaman jenis tumbuhan bawah sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, pH tanah,
tutupan tajuk dari pohon di sekitarnya, dan tingkat kompetisi dari masingmasing jenis. Pada komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya matahari yang
sampai pada lantai hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan terhalang
oleh lapisan-lapisan tajuk pohon yang ada pada hutan tersebut, sehingga
tumbuhan bawah yang tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat
cahaya, sedangkan cahaya matahari bagi tumbuhan merupakan salah satu faktor
yang penting dalam proses perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi.
Keanekaragaman tumbuhan bawah memperlihatkan tingkatan keanekaragaman
yang tinggi berdasarkan komposisinya. Perbedaan bentang lahan, tanah, faktor
iklim
serta
perbandingan
keanekaragaman
spesies
vegetasi
bawah,
memperlihatkan banyak perbedaan, baik dalam kekayaan jenisnya maupun
pertumbuhannya (Nirwani, 2011).
Setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda- beda di dalam
menerima cahaya. Beberapa jenis mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik
bila ternaungi hingga batas tertentu. Naungan ini berfungsi untuk mengurangi
radiasi yang diterima daun dan mengurangi kehilangan air sehingga kelayuan
dapat dihindari (Sri Haryanti, 2010: 20).
Tanggapan terhadap peningkatan intensitas cahaya berbeda antara
tumbuhan yang cocok untuk kondisi ternaungi (shade plant: indor plant) dengan
tumbuhan yang bisa tumbuh pada kondisi tidak ternaungi. Tumbuhan cocok
ternaungi menunjukkan laju fotosintesis yang sangat rendah pada intensitas
cahaya tinggi. Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaungi mencapai titik jenuh
pada intensitas cahaya yang lebih rendah, laju fotosintesis lebih tinggi pada
intensitas cahaya yang sangat rendah, titik kompensasi cahaya lebih rendah
dibandingkan tumbuhan cocok terbuka. Dari uraian di atas menyebabkan
tumbuhan cocok ternaungi dapat bertahan hidup pada kondisi ternaungi
(intensitas cahaya yang sangat rendah) saat tumbuhan cocok terbuka tidak dapat
bertahan hidup (Lakitan, 1993).
Tanaman yang tumbuh pada lingkungan berintensitas rendah memiliki
akar yang lebih kecil, jumlahnya sedikit dan tersusun dari sel yang berdinding
tipis. Hal ini terjadi akibat terhambatnya translokasi hasil fotosintesis dari akar.
Ruas batang tanaman lebih panjang tersusun dari sel-sel berdinding tipis, ruang
antar sel lebih besar, jaringan pengangkut dan penguat lebih sedikit. Daun
berukuran lebih besar, lebih tipis dan dan ukuran stomata lebih besar, sel
epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih sedikit, ruang antar sel lebh banyak.
Sedangkan intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menurunkan laju
fotosintesis, hal ini dikarenakan adanya fotooksidasi klorofil yang berlangsung
cepat, sehingga merusak klorofil. Intensitas cahaya yang terlalu rendah akan
membatasi fotosintesis dan menyebabkan cadangan makanan cenderung lebih
banyak dipakai daripada disimpan. Pada intensitas cahaya yang tinggi
kelembaban udara berkurang, sehingga proses transpirasi berlangsung lebih
cepat (Treshow, 1970).
C. Metode Pengamatan
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
a. Alat tulis
b.
c.
d.
e.
Kamera
Soil tester
Lux meter
Anemometer
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Higrometer
Termometer
Kertas label
Plastik
Tali rafia
Patok
l. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
a. Jenis tanaman di vegetasi ternaungi pada lokasi yang sudah ditentukan
b. Daun dari masing- masing jenis tanaman
2. Teknik Pengamatan
a. Menentukan lokasi pengamatan, yaitu memilih lokasi yang ternaungi dari sinar
matahari secara langsung.
b. Membuat plot berukuran 10x10 m dengan menggunakan tali rafia dan patok
yang sudah disediakan.
c. Mengukur parameter lingkungan, antara lain: pH tanah, suhu, kecepatan angin,
intensitas cahaya, kelembaban tanah dan kelembaban udara dengan
menggunakan alat yang sudah disediakan.
d. Memberi label pada setiap tanaman yang terdapat di area tersebut dengan
menuliskan kode tanaman (misalnya: tanaman spesies A, B, C, dst), untuk
setiap tanaman satu spesies kode ditulis sama (misalnya: tanaman spesies A1,
A2, A3, dst).
e. Mengamati cir i- ciri morfologinya, antara lain: bentuk daun, bentuk tepi daun,
dan bentuk batang (herba/berkayu).
f. Menghitung setiap tanaman yang sama jenisnya dan mencatat hasilnya ke
dalam tabel pengamatan.
g. Mengidentifikasi spesies tanaman yang ditemukan dengan berbagai sumber,
antara lain: buku, internet, ataupun dengan wawancara.
m.
n.
o.
p.
D. Hasil Pengamatan
t. Ciri Morfologi
Tanaman
x. Bentuk daun oval
dan ujung
meruncing, tepi
daun bergerigi, dan
batang herba.
bb. Bentuk daun oval
dan ujung
meruncing, tepi
daun bergerigi, dan
batang berkayu,
berwarna putih, dan
berduri.
ff. Bentuk daun
lonjong dan
panjang, tepi daun
rata, dan batang
herba, berwarna
hijau, dan batang
halus.
jj. Daun berbentuk
oval, tepi daun rata,
dan batang berkayu,
dan berduri.
nn. Daun berbentuk
oval, tepi daun
bergelombang
bagian ujung, dan
batang berkayu.
rr. Daun berbentuk
bulat, tepi daun
bergerigi, dan
batang herba.
vv. Daun berbentuk
oval, tepi daun
begelombang bagian
ujung, dan batang
berkayu, dan berduri
banyak.
ww.
yy.
zz. Titik
keaaa.
iii.
kkk.
ooo.
ppp.
uuu.
vvv.
www.
xxx.
yyy.
aaaa.
gggg.
mmmm.
qqqq.
rrrr. Lattitude: 580 09.5051
ssss. Longitude: E 1140 28.9261
tttt. Altitude: 33 m
uuuu.
vvvv.
wwww.
E. Pembahasan
xxxx.
Pada kegiatan study ekskursi yang berjudul “identifikasi tanaman
vegetasi ternaungi pada hutan tanam TNBB” ini bertujuan untuk dapat mengetahui
flora spesies apa saja yang terdapat pada vegetasi ternaungi di hutan tanam TNBB dan
untuk mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap keanekaragaman tanaman
vegetasi ternaungi di hutan tanam TNBB.
yyyy. Pengamatan ini dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 21 November
2014 jam 09.00 s/d 10.00 WITA. Cuaca pada saat pengamatan ini dilakukan begitu
cerah, dikarenakan belum terjadinya musim hujan di daerah ini. Hal ini memudahkan
pengamat, untuk melakukan identifikasi tanaman di vegetasi ternaungi. Lokasi yang
pengamat pilih adalah lokasi yang memiliki vegetasi terlindungi dari sinar matahari
secara langsung. Lokasi pengamatan ini terletak pada garis lintang S8 009.505’ dan
garis bujur E114028.926’dengan ketinggian 33 meter. Pengamatan ini dilakukan pada
plot berukuran 10x10 meter. Pada plot ini terdapat satu jenis pohon yang menaungi
plot ini. Identifikasi tanaman dilakukan dengan mengamati morfologi daun dan
batang tanaman. Identifikasi tanaman akan lebih mudah jika dilakukan dengan
mengamati morfologi bunga tanaman tersebut juga. Namun, pada hutan tanam TNBB,
seluruh tanaman yang teramati di plot belum memiliki bunga karena belum datangnya
musim hujan pada wilayah ini. Identifikasi tanaman melalui morfologi daun dan
batang ini dilakukan berdasarkan acuan buku morfologi tumbuhan Gembong
Tjitrosoepomo (2009), dan web serta wawancara dengan ahli botani (Sudarsono).
zzzz. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
pada plot yang diamati, terdapat 7 jenis spesies, adapun penjelasan dari masingmasing spesies yang ditemukan adalah sebagai berikut:
aaaaa.
bbbbb.
ccccc.
ddddd.
eeeee.
fffff.
ggggg.
hhhhh.
iiiii.
jjjjj.
1.
Spesies A (Euphatorium sp.)
kkkkk.
lllll.
mmmmm.
nnnnn.
ooooo.
ppppp.
qqqqq.
rrrrr.
sssss. Dalam plot yang diamati,
terdapat 35 individu dari spesies ini.
a. Nama Indonesia
1) Sunda
: teklan
2) Jawa tengah : tekelan
ttttt. (Syamsuhidayat & Hutapea, 1991)
b. Klasifikasi
uuuuu. Klasifikasi tanaman ini adalah sebagai berikut:
vvvvv. Kingdom
: Plantae
wwwww.
Subkingdom : Tracheobionta
xxxxx. Super divisi : Spermatophyta
yyyyy. Divisi
: Magnoliophyta
zzzzz. Kelas
: Magnoliopsida-dicotyledonae
aaaaaa.Subkelas
: Asteridae
bbbbbb.
Ordo
: Asterales
cccccc.Famili
: Asteraceae
dddddd.
Genus
: Euphatorium
eeeeee.Spesies
: Euphatorium sp.
ffffff. (Anonim, 2014)
c. Morfologi
gggggg.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa spesies ini memiliki morfologi daun oval dan ujung
meruncing dengan tepi daun bergerigi. Spesies ini memiliki batang herba. Hal
ini sesuai dengan Chrystomo dkk (2012); Backer & Van den Brink (1965)
yang menyebutkan bahwa:
hhhhhh.
“tumbuhan ini berupa semak dengan tinggi mencapai
40-60 cm. Daunnya berbentuk tombak hingga bulat telur taupun oval dengan
panjang daun 4-8 cm dan lebar 1-1,5 cm, tepi bergerigi. Bunga majemuk,
malai, tumbuh di ujung batang, keopak berbentuk lonceng sedang, mahkota
bunga berbentuk jarum berwarna putih. Buah kecil, berbulu, coklat kehitaman
dengan biji bentuk jarum kecil, hitam. Akar tunggang dan berwarna coklat
muda.”
iiiiii.
2. Spesies B (Lantana sp.)
jjjjjj.
kkkkkk.
Dalam plot yang
diamati, terdapat 10
individu dari spesies ini.
a. Nama Indonesia
1) Jawa
: kembang satek, saliyara, tahi ayam, tahi kotok, tembelekan,
teterapan.
2) Madura : tamanjho
3) Sumatera : bunga pagar, kayu singapar, lai ayam
llllll.
(Yohana, 2010 : 4-5).
b. Klasifikasi
mmmmmm. Klasifikasi spesies ini menurut USDA (2006) adalah
sebagai berikut :
nnnnnn.
Kingdom
: Plantae
oooooo.
Subkingdom : Tracheobionta
pppppp.
Super divisi : Spermatophyta
qqqqqq.
Divisi
: Magnoliophyta
rrrrrr. Kelas
: Magnoliopsida
ssssss. Subkelas
: Asteridae
tttttt. Ordo
: Lamiales
uuuuuu.
Famili
: Verbenaceae
vvvvvv.
Genus
: Lantana
wwwwww. Spesies
: Lantana sp.
xxxxxx.
(Yohana, 2010 : 4).
c. Morfologi
yyyyyy.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa spesies ini memiliki morfologi daun oval dan ujung
meruncing dengan tepi daun bergerigi. Spesies ini memiliki batang kayu
berwarna putih dan berduri. Hal ini sesuai dengan Haryanto (2009) yang
menyebutkan bahwa:
zzzzzz.“tembelekan berbentuk perdu tegak, bercabang banyak, dengan
ranting berbentuk segi empat dan terdapat varietas yang berduri, tingginya
dapat mencapai 2 meter. Daunnya tunggal, duduk berhadapan berbentuk bulat
telur atau oval dengan ujung meruncin, tepi bergerigi dan tulang menyirip.
Permukaan atas berambut banyak dan terasa kasar. Panjang daun 5-8 cm dan
lebar daun 3,5-5 cm dengan warna hijau tua. Jika telah berbunga, bunganya
akan terlihat dalam rangkaian yang bersifat rasemos dengan kelopak
berbentuk lonceng dan mahkota baian dalam berambut. Buah seperti buah
buni berwarna hitam mengkilat bila sudah matang dengan biji bulat hitam.
Akar tunggang bulat dengan warna kuning kecoklatan” (Yohana, 2010: 5).
aaaaaaa.
3. Spesies C
bbbbbbb.
ccccccc.
Dalam plot yang diamati, terdapat 26 individu dari spesies ini.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa spesies ini
memiliki morfologi daun oval dan panjang dengan tepi daun rata. Tanaman ini
belum dapat diidentifikasi karena kurangnya petunjuk selain ketiga ciri tersebut.
4. Spesies D (Dysoxylum densiflorum)
ddddddd.
eeeeeee.
Dalam plot yang diamati, terdapat 45 individu dari spesies ini.
a. Nama Indonesia
1.)
2.)
3.)
4.)
5.)
Jawa
Sunda
Madura
Bali
Minahasa
: cempaga, cepaga, kraminan
: apinango, maranginan, pingku
: ampeuluh, kheuruh
: majegau
: tumbawa rendai, tumbawa rintek
b. Klasifikasi
fffffff. Klasifikasi Ilmiah menurut bpthbalinusra.net adalah:
ggggggg.
Kerajaan
: Plantae (Tumbuhan)
hhhhhhh.
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
iiiiiii. Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
jjjjjjj. Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
kkkkkkk.
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
lllllll. Sub Kelas
: Rosidae
mmmmmmm.
nnnnnnn.
ooooooo.
ppppppp.
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Sapindales
: Meliaceae
: Dysoxylum
: Dysoxylum densiflorum Miq.
c. Morfologi
qqqqqqq.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa spesies ini memiliki morfologi daun oval dan panjang dengan
tepi daun rata. Berkayu putih dan berwarna abu-abu. Menurut website resmi
Pemerintah Provinsi Bali tanaman Majegau telah ditetapkan sebagai tumbuhan
identitas Provinsi Bali, dengan ciri-ciri pohon selalu hijau, kulit batang
berlapis, kayu berwarna kekuning-kuningan. Pucuk muda berambut pendek,
daun berselang-seling, panjang 35-46 cm, menyirip ganjil, pelepah daun
berambut pendek rapat kekuning-kuningan, anak daun berjumlah 7-15,
berhadap-hadapan atau agak berhadap-hadapan, tangkai daun 4-6 mm
berambut pendek rapat, helai anak daun berbentuk lanset, tetapi anak daun
pada bagian ujung lebih besar dan memanjang, berukuran 9-16 cm x 3-6 cm,
seperti kertas, permukaan bawah berambut pendek pada bagian tulang daun,
permukaan atas berambut pendek hanya pada tulang daun utama, 10-14 tulang
daun sekunder pada kanan dan kiri tulang daun utama, pangkal helai daun
mempulat, ujung helai daun lancip.
rrrrrrr. Rangkai bunga terdapat pada cabang tua, kadang-kadang pada
ketiak daun, tunggal atau mengelompok 2 sampai 3-10, panjang 5-9 cm, poros
rangkai berambut pendek rapat. Bunga kekuningan, 8-10 mm, tangka
berambut pendek rapat. Kelopak bunga berbentuk mangkuk, 3-4 mm, berlekuk
4, lekuk segitiga, bagian luar berambut jarang, bagian dalam tidak berambut.
Mahkota bunga 4 helai atau kelipatannya. Benang sari 6-8 c 2 mm, permukaan
berambut pendek, sisi berlekuk 8, kepala sari 8, terletak agak di dalam tabung,
ovarium di dalam mangkuk bunga, ditutupi trikoma rapat, beruang 4, kepala
putik ca. 8 mm, ditutupi rambut halus jarang, berbentuk cakram dengan
tangkai di tengah. Buah berupa kapsul, berwarna hijau kekuningan, bulat
sampai agak bulat telur, 4-6 x 2,5-4 cm, kulit buah ditutupi rapat oleh trikoma
dan tepung kuning. Biji merah cerah, dengan aril berwarna merah salmon.
Berbunga Januari-Juli, buah masak Oktober-November. Tumbuh di kawasan
hutan hujan musiman, pada umumnya sampai pada ketinggian 500-800 m dpl.,
tetapi juga bisa sampai pada ketinggian 1.700 m dpl.
sssssss.
ttttttt.
uuuuuuu.
vvvvvvv.
wwwwwww.
xxxxxxx.
yyyyyyy.
zzzzzzz.
5. Spesies E
aaaaaaaa.
bbbbbbbb. Dalam plot yang diamati, terdapat 6 individu dari spesies ini.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa spesies ini
memiliki morfologi daun berbentuk oval, tepi daun bergelombang bagian ujung,
dan batang berkayu. Tanaman ini belum dapat diidentifikasi karena kurangnya
petunjuk selain ketiga ciri tersebut.
cccccccc.
6. Spesies F
dddddddd.
eeeeeeee. Dalam plot yang diamati, terdapat 1 individu dari spesies ini.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa spesies ini
memiliki morfologi daun berbentuk bulat, tepi daun bergerigi, dan batang herba.
Tanaman ini belum dapat diidentifikasi karena kurangnya petunjuk selain ketiga
ciri tersebut.
ffffffff.
gggggggg.
hhhhhhhh.
iiiiiiii.
7. Spesies G (Lamtana camara Linn)
jjjjjjjj.
kkkkkkkk.
Dalam plot yang diamati, terdapat 1 individu dari spesies ini.
a. Nama Indonesia
1.) Jawa
: kembang telek, oblo, puyengan, pucengan, tembelek,
tembelekan, teterapan, waung, wileran
2.) Sunda
: kembang setek, saliyara, saliyere, tahi ayam, tahi kotok, cente
3.) Madura : kamanco, mainco, tamanjho
4.) Sumatera : tembelekan, kembang telek, bunga pagar, kayu singapur, tahi
ayam
b. Klasifikasi
llllllll. Klasifikasi
tembelekan
hasil
identifikasi
tumbuhan
di
laboratorium Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara
adalah sebagai berikut:
mmmmmmmm.
Kingdom
: Plantae
nnnnnnnn.
Divisi
: Spermatophyta
oooooooo.
Class
: Dicotyledonae
pppppppp.
Ordo
: Lamiales
qqqqqqqq.
Famili
: Verbenaceae
rrrrrrrr. Genus
: Lantana
ssssssss.
Spesies
: Lantana camara Linn
c. Morfologi
tttttttt. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa spesies ini memiliki morfologi daun oval dengan tepi daun
bergelombang pada ujungnya. Berkayu, berwarna coklat dan berduri.
Tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn) secara morfologi merupakan herba
menahun, batang semak, berkayu, tegak, bercabang, batang berduri. Tinggi
batang mencapai 4 m, daun berhadapan , warna hijau, bundar telur, permukaan
atas daun berambut banyak dan permukaan bawah berambut jarang. Pinggir
daun bergerigi dan berbulu kasar dengan panjang 5-8 cm dan lebar 3-5 cm.
uuuuuuuu.
Perbungaan mengelompok, tersusun dalam bulir yang
padat pada ketiak daun. Warna bunga beragam, seperti putih, kuning, merah,
merah muda, dan jingga. Buah bergerombol di ujung tangkai, kecil, bulat,
warna hijau ketika mentah, hitam kebiruan dan mengkilap ketika matang. Di
dalam satu buah terdapat satu biji. Tumbuhan ini berkembang biak dengan
biji. Tumbuhan ini ditemukan di daerah tropis pada lahan terbuka sebagai
tanaman liar atau tanaman untuk pagar. Tumbuhan dari dataran rendah sampai
ketinggian 1700 m di atas permukaan laut (Djauhariya, 2004).
vvvvvvvv.
wwwwwwww.Faktor abiotik yang terukur pada plot ini adalah sebagai berikut
suhu 340C, kecepatan angin 147,93 m/s, intensitas cahaya 345,32 lux, pH 5,47,
kelembaban udara 55%, dan kelembaban tanah 51,67%. Faktor abiotik tersebut
mendukung tumbuhnya spesies-spesies tersebut.
xxxxxxxx.
F. Kesimpulan
yyyyyyyy.
Tanaman vegetasi ternaungi pada hutan tanam di Taman
Nasional Bali Barat (TNBB) ada tujuh jenis, yaitu Euphatorium sp., Lamtana sp.,
Dysoxylum densiflorum, Lamtana camara, dan tiga jenis lain tidak dapat
diidentifikasi. Masing-masing jenis tanaman vegetasi tersebut memiliki ciri
Euphatorium sp. bentuk daun oval dan ujung meruncing, tepi daun bergerigi, dan
batang herba; Lamtana sp. bentuk daun oval dan ujung meruncing, tepi daun
bergerigi, dan batang berkayu, berwarna putih, dan berduri; Dysoxylum densiflorum
daun berbentuk oval, tepi daun rata, dan batang berkayu, dan berduri; Lamtana
camara daun berbentuk oval, tepi daun begelombang bagian ujung, dan batang
berkayu, dan berduri banyak.
zzzzzzzz.
Pengaruh faktor abiotik terhadap keanekaragaman tanaman
vegetasi ternaungi pada hutan tanam Taman Nasional Bali Barat (TNBB) adalah suhu
340C, kecepatan angin 147,93 m/s, intensitas cahaya 345,32 lux, pH 5,47, kelembaban
udara 55%, dan kelembaban tanah 51,67%.
aaaaaaaaa.
ccccccccc.
ddddddddd.
bbbbbbbbb.
DAFTAR PUSTAKA
eeeeeeeee.
Djauhariya, E. dan Sukarman. (2004). Pemanfaatan Plasma Nutfah dalam
Industri Jamu dan Komestika Alami. Buletin Plasma Nutfah 8(2):12-13.
fffffffff.
ggggggggg. Haryanti, Sri. (2010). Respon Pertumbuhan Jumlah dan Luas Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth) pada Tingkat Naungan yang berbeda. Hal 20- 26.
hhhhhhhhh.
iiiiiiiii. Lakitan. (1993). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
jjjjjjjjj.
kkkkkkkkk. Nirwani. (2011). Keanekaragaman Tumbuhan Bawah. Diakses pada tanggal
17
Desember
2014.
Pukul
22.
20
WIB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22749/4/Chapter%20II.pdf
lllllllll.
mmmmmmmmm.
Setiadi, D. (1984). Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam
Hubunganya dengan Pendugan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati
Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor. Bogor: Fakultas IPB.
nnnnnnnnn.
ooooooooo. Siahaan, Ivan. (1999). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Hutan
Pinus Sekitar Danau Toba Sumatra Utara. Sumatra Utara: UAJY.
ppppppppp.
qqqqqqqqq. Tresow, M. (1970). Environtment and plant respont. New York: Mc Graw Hill
Company.
rrrrrrrrr.
sssssssss.
Yohana Fillamina Setiawan. (2010). Efek Granul Ekstrak Daun Tembelekan
(Lantana camara L.) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti L. Skripsi. FK UNS.
TAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB)
A. Tujuan
1. Dapat mengetahui jenis-jenis tanaman vegetasi ternaungi pada hutan tanam di
Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
2. Dapat mengidentifikasi jenis- jenis tanaman vegetasi ternaungi pada hutan tanam
di Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
3. Dapat mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap keanekaragaman tanaman
vegetasi ternaungi pada hutan tanam Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Vegetasi
Menurut Soewarno, 1988 (Ivan Siahaan, 1999: 15), menyatakan vegetasi
merupakan kumpulan dari keseluruhan tumbuhan yang hidup bersama pada
suatu daerah yang khusus, ciri vegetasi ditentukan oleh jenis- jenis tumbuhan
penyusun maupun oleh gabungan karakteristik struktur dan fungsional yang
memberi fisiognomi atau kenampakan luar tertentu (Soewarno, 1988). Vegetasi
adalah jumlah total tumbuhan yang menutupi suatu daerah. Di dalam hutan
dapat tersusun pepohonan, semak atau herba, sedangkan pada lantai hutan
tersusun atas lumut, jamur. Vegetasi tidak hanya berupa kumpulan dari beberapa
individu tambahan tetapi terbentuk akibat dari hubungan beberapa faktor.
2. Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah adalah komunitas tanaman yang menyusun stratifikasi
bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya berupa rumput, herba,
semak atau perdu rendah. Jenis-jenis vegetasi ini ada yang bersifat annual,
biannual, atau perenial dengan bentuk hidup soliter, berumpun, tegak menjalar
atau memanjat. Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya anggota dari sukusuku Poaceae, Cyperaceae, araceae, asteraceae, paku-pakuan dan lain-lain.
Vegetasi ini banyak terdapat di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai,
lantai hutan, lahan pertanian dan perkebunan (Nirwani, 2011).
Tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang menempati lapisan bawah
suatu komunitas pohon. Komunitas pohon tersebut dapat berupa hutan alam,
hutan tanaman atau suatu bidang kehutanan yang lain. Tumbuhan bawah dapat
menimbulkan kerugian, tetapi ada pula manfatnya. Tumbuhan bawah
mempunyai kemampuan menahan aliran permukaan sehinga tingkat erosi akan
lebih rendah. Tumbuhan bawah menyediakan bahan organik, sehinga
menciptakan iklim mikro yang baik bagi seranga pengurai (Setiadi, 1984).
Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah menjaga kelembaban
sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat, sehingga dapat
menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Siklus hara akan berlangsung
sempurna dan guguran daun yang jatuh sebagai serasah akan dikembalikan lagi
ke pohon dalam bentuk unsur hara yang sudah diuraikan oleh bakteri (Irwanto,
2007).
Hutan yang lapisan pohon-pohon tidak begitu lebat, sehingga cukup
cahaya yang dapat menembus lantai hutan, kemungkinan perkembangan
vegetasi bawah bersifat terna, sedangkan pada tempat-tempat kering berupa
tumbuhan berkayu antara lain rumput-rumputan jenis Pennisetum dan
Didymocarpus. Pada hutan yang lebat sehingga intensitas cahaya sedikit,
tumbuhan bawah beradaptasi melalui permukaan daun yang lebar untuk
menangkap cahaya matahari sebanyak-banyaknya (Hafild & Aniger, 1984).
Komposisi dari keanekaragaman jenis tumbuhan bawah sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, pH tanah,
tutupan tajuk dari pohon di sekitarnya, dan tingkat kompetisi dari masingmasing jenis. Pada komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya matahari yang
sampai pada lantai hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan terhalang
oleh lapisan-lapisan tajuk pohon yang ada pada hutan tersebut, sehingga
tumbuhan bawah yang tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat
cahaya, sedangkan cahaya matahari bagi tumbuhan merupakan salah satu faktor
yang penting dalam proses perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi.
Keanekaragaman tumbuhan bawah memperlihatkan tingkatan keanekaragaman
yang tinggi berdasarkan komposisinya. Perbedaan bentang lahan, tanah, faktor
iklim
serta
perbandingan
keanekaragaman
spesies
vegetasi
bawah,
memperlihatkan banyak perbedaan, baik dalam kekayaan jenisnya maupun
pertumbuhannya (Nirwani, 2011).
Setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda- beda di dalam
menerima cahaya. Beberapa jenis mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik
bila ternaungi hingga batas tertentu. Naungan ini berfungsi untuk mengurangi
radiasi yang diterima daun dan mengurangi kehilangan air sehingga kelayuan
dapat dihindari (Sri Haryanti, 2010: 20).
Tanggapan terhadap peningkatan intensitas cahaya berbeda antara
tumbuhan yang cocok untuk kondisi ternaungi (shade plant: indor plant) dengan
tumbuhan yang bisa tumbuh pada kondisi tidak ternaungi. Tumbuhan cocok
ternaungi menunjukkan laju fotosintesis yang sangat rendah pada intensitas
cahaya tinggi. Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaungi mencapai titik jenuh
pada intensitas cahaya yang lebih rendah, laju fotosintesis lebih tinggi pada
intensitas cahaya yang sangat rendah, titik kompensasi cahaya lebih rendah
dibandingkan tumbuhan cocok terbuka. Dari uraian di atas menyebabkan
tumbuhan cocok ternaungi dapat bertahan hidup pada kondisi ternaungi
(intensitas cahaya yang sangat rendah) saat tumbuhan cocok terbuka tidak dapat
bertahan hidup (Lakitan, 1993).
Tanaman yang tumbuh pada lingkungan berintensitas rendah memiliki
akar yang lebih kecil, jumlahnya sedikit dan tersusun dari sel yang berdinding
tipis. Hal ini terjadi akibat terhambatnya translokasi hasil fotosintesis dari akar.
Ruas batang tanaman lebih panjang tersusun dari sel-sel berdinding tipis, ruang
antar sel lebih besar, jaringan pengangkut dan penguat lebih sedikit. Daun
berukuran lebih besar, lebih tipis dan dan ukuran stomata lebih besar, sel
epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih sedikit, ruang antar sel lebh banyak.
Sedangkan intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menurunkan laju
fotosintesis, hal ini dikarenakan adanya fotooksidasi klorofil yang berlangsung
cepat, sehingga merusak klorofil. Intensitas cahaya yang terlalu rendah akan
membatasi fotosintesis dan menyebabkan cadangan makanan cenderung lebih
banyak dipakai daripada disimpan. Pada intensitas cahaya yang tinggi
kelembaban udara berkurang, sehingga proses transpirasi berlangsung lebih
cepat (Treshow, 1970).
C. Metode Pengamatan
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
a. Alat tulis
b.
c.
d.
e.
Kamera
Soil tester
Lux meter
Anemometer
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Higrometer
Termometer
Kertas label
Plastik
Tali rafia
Patok
l. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
a. Jenis tanaman di vegetasi ternaungi pada lokasi yang sudah ditentukan
b. Daun dari masing- masing jenis tanaman
2. Teknik Pengamatan
a. Menentukan lokasi pengamatan, yaitu memilih lokasi yang ternaungi dari sinar
matahari secara langsung.
b. Membuat plot berukuran 10x10 m dengan menggunakan tali rafia dan patok
yang sudah disediakan.
c. Mengukur parameter lingkungan, antara lain: pH tanah, suhu, kecepatan angin,
intensitas cahaya, kelembaban tanah dan kelembaban udara dengan
menggunakan alat yang sudah disediakan.
d. Memberi label pada setiap tanaman yang terdapat di area tersebut dengan
menuliskan kode tanaman (misalnya: tanaman spesies A, B, C, dst), untuk
setiap tanaman satu spesies kode ditulis sama (misalnya: tanaman spesies A1,
A2, A3, dst).
e. Mengamati cir i- ciri morfologinya, antara lain: bentuk daun, bentuk tepi daun,
dan bentuk batang (herba/berkayu).
f. Menghitung setiap tanaman yang sama jenisnya dan mencatat hasilnya ke
dalam tabel pengamatan.
g. Mengidentifikasi spesies tanaman yang ditemukan dengan berbagai sumber,
antara lain: buku, internet, ataupun dengan wawancara.
m.
n.
o.
p.
D. Hasil Pengamatan
t. Ciri Morfologi
Tanaman
x. Bentuk daun oval
dan ujung
meruncing, tepi
daun bergerigi, dan
batang herba.
bb. Bentuk daun oval
dan ujung
meruncing, tepi
daun bergerigi, dan
batang berkayu,
berwarna putih, dan
berduri.
ff. Bentuk daun
lonjong dan
panjang, tepi daun
rata, dan batang
herba, berwarna
hijau, dan batang
halus.
jj. Daun berbentuk
oval, tepi daun rata,
dan batang berkayu,
dan berduri.
nn. Daun berbentuk
oval, tepi daun
bergelombang
bagian ujung, dan
batang berkayu.
rr. Daun berbentuk
bulat, tepi daun
bergerigi, dan
batang herba.
vv. Daun berbentuk
oval, tepi daun
begelombang bagian
ujung, dan batang
berkayu, dan berduri
banyak.
ww.
yy.
zz. Titik
keaaa.
iii.
kkk.
ooo.
ppp.
uuu.
vvv.
www.
xxx.
yyy.
aaaa.
gggg.
mmmm.
qqqq.
rrrr. Lattitude: 580 09.5051
ssss. Longitude: E 1140 28.9261
tttt. Altitude: 33 m
uuuu.
vvvv.
wwww.
E. Pembahasan
xxxx.
Pada kegiatan study ekskursi yang berjudul “identifikasi tanaman
vegetasi ternaungi pada hutan tanam TNBB” ini bertujuan untuk dapat mengetahui
flora spesies apa saja yang terdapat pada vegetasi ternaungi di hutan tanam TNBB dan
untuk mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap keanekaragaman tanaman
vegetasi ternaungi di hutan tanam TNBB.
yyyy. Pengamatan ini dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 21 November
2014 jam 09.00 s/d 10.00 WITA. Cuaca pada saat pengamatan ini dilakukan begitu
cerah, dikarenakan belum terjadinya musim hujan di daerah ini. Hal ini memudahkan
pengamat, untuk melakukan identifikasi tanaman di vegetasi ternaungi. Lokasi yang
pengamat pilih adalah lokasi yang memiliki vegetasi terlindungi dari sinar matahari
secara langsung. Lokasi pengamatan ini terletak pada garis lintang S8 009.505’ dan
garis bujur E114028.926’dengan ketinggian 33 meter. Pengamatan ini dilakukan pada
plot berukuran 10x10 meter. Pada plot ini terdapat satu jenis pohon yang menaungi
plot ini. Identifikasi tanaman dilakukan dengan mengamati morfologi daun dan
batang tanaman. Identifikasi tanaman akan lebih mudah jika dilakukan dengan
mengamati morfologi bunga tanaman tersebut juga. Namun, pada hutan tanam TNBB,
seluruh tanaman yang teramati di plot belum memiliki bunga karena belum datangnya
musim hujan pada wilayah ini. Identifikasi tanaman melalui morfologi daun dan
batang ini dilakukan berdasarkan acuan buku morfologi tumbuhan Gembong
Tjitrosoepomo (2009), dan web serta wawancara dengan ahli botani (Sudarsono).
zzzz. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
pada plot yang diamati, terdapat 7 jenis spesies, adapun penjelasan dari masingmasing spesies yang ditemukan adalah sebagai berikut:
aaaaa.
bbbbb.
ccccc.
ddddd.
eeeee.
fffff.
ggggg.
hhhhh.
iiiii.
jjjjj.
1.
Spesies A (Euphatorium sp.)
kkkkk.
lllll.
mmmmm.
nnnnn.
ooooo.
ppppp.
qqqqq.
rrrrr.
sssss. Dalam plot yang diamati,
terdapat 35 individu dari spesies ini.
a. Nama Indonesia
1) Sunda
: teklan
2) Jawa tengah : tekelan
ttttt. (Syamsuhidayat & Hutapea, 1991)
b. Klasifikasi
uuuuu. Klasifikasi tanaman ini adalah sebagai berikut:
vvvvv. Kingdom
: Plantae
wwwww.
Subkingdom : Tracheobionta
xxxxx. Super divisi : Spermatophyta
yyyyy. Divisi
: Magnoliophyta
zzzzz. Kelas
: Magnoliopsida-dicotyledonae
aaaaaa.Subkelas
: Asteridae
bbbbbb.
Ordo
: Asterales
cccccc.Famili
: Asteraceae
dddddd.
Genus
: Euphatorium
eeeeee.Spesies
: Euphatorium sp.
ffffff. (Anonim, 2014)
c. Morfologi
gggggg.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa spesies ini memiliki morfologi daun oval dan ujung
meruncing dengan tepi daun bergerigi. Spesies ini memiliki batang herba. Hal
ini sesuai dengan Chrystomo dkk (2012); Backer & Van den Brink (1965)
yang menyebutkan bahwa:
hhhhhh.
“tumbuhan ini berupa semak dengan tinggi mencapai
40-60 cm. Daunnya berbentuk tombak hingga bulat telur taupun oval dengan
panjang daun 4-8 cm dan lebar 1-1,5 cm, tepi bergerigi. Bunga majemuk,
malai, tumbuh di ujung batang, keopak berbentuk lonceng sedang, mahkota
bunga berbentuk jarum berwarna putih. Buah kecil, berbulu, coklat kehitaman
dengan biji bentuk jarum kecil, hitam. Akar tunggang dan berwarna coklat
muda.”
iiiiii.
2. Spesies B (Lantana sp.)
jjjjjj.
kkkkkk.
Dalam plot yang
diamati, terdapat 10
individu dari spesies ini.
a. Nama Indonesia
1) Jawa
: kembang satek, saliyara, tahi ayam, tahi kotok, tembelekan,
teterapan.
2) Madura : tamanjho
3) Sumatera : bunga pagar, kayu singapar, lai ayam
llllll.
(Yohana, 2010 : 4-5).
b. Klasifikasi
mmmmmm. Klasifikasi spesies ini menurut USDA (2006) adalah
sebagai berikut :
nnnnnn.
Kingdom
: Plantae
oooooo.
Subkingdom : Tracheobionta
pppppp.
Super divisi : Spermatophyta
qqqqqq.
Divisi
: Magnoliophyta
rrrrrr. Kelas
: Magnoliopsida
ssssss. Subkelas
: Asteridae
tttttt. Ordo
: Lamiales
uuuuuu.
Famili
: Verbenaceae
vvvvvv.
Genus
: Lantana
wwwwww. Spesies
: Lantana sp.
xxxxxx.
(Yohana, 2010 : 4).
c. Morfologi
yyyyyy.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa spesies ini memiliki morfologi daun oval dan ujung
meruncing dengan tepi daun bergerigi. Spesies ini memiliki batang kayu
berwarna putih dan berduri. Hal ini sesuai dengan Haryanto (2009) yang
menyebutkan bahwa:
zzzzzz.“tembelekan berbentuk perdu tegak, bercabang banyak, dengan
ranting berbentuk segi empat dan terdapat varietas yang berduri, tingginya
dapat mencapai 2 meter. Daunnya tunggal, duduk berhadapan berbentuk bulat
telur atau oval dengan ujung meruncin, tepi bergerigi dan tulang menyirip.
Permukaan atas berambut banyak dan terasa kasar. Panjang daun 5-8 cm dan
lebar daun 3,5-5 cm dengan warna hijau tua. Jika telah berbunga, bunganya
akan terlihat dalam rangkaian yang bersifat rasemos dengan kelopak
berbentuk lonceng dan mahkota baian dalam berambut. Buah seperti buah
buni berwarna hitam mengkilat bila sudah matang dengan biji bulat hitam.
Akar tunggang bulat dengan warna kuning kecoklatan” (Yohana, 2010: 5).
aaaaaaa.
3. Spesies C
bbbbbbb.
ccccccc.
Dalam plot yang diamati, terdapat 26 individu dari spesies ini.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa spesies ini
memiliki morfologi daun oval dan panjang dengan tepi daun rata. Tanaman ini
belum dapat diidentifikasi karena kurangnya petunjuk selain ketiga ciri tersebut.
4. Spesies D (Dysoxylum densiflorum)
ddddddd.
eeeeeee.
Dalam plot yang diamati, terdapat 45 individu dari spesies ini.
a. Nama Indonesia
1.)
2.)
3.)
4.)
5.)
Jawa
Sunda
Madura
Bali
Minahasa
: cempaga, cepaga, kraminan
: apinango, maranginan, pingku
: ampeuluh, kheuruh
: majegau
: tumbawa rendai, tumbawa rintek
b. Klasifikasi
fffffff. Klasifikasi Ilmiah menurut bpthbalinusra.net adalah:
ggggggg.
Kerajaan
: Plantae (Tumbuhan)
hhhhhhh.
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
iiiiiii. Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
jjjjjjj. Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
kkkkkkk.
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
lllllll. Sub Kelas
: Rosidae
mmmmmmm.
nnnnnnn.
ooooooo.
ppppppp.
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Sapindales
: Meliaceae
: Dysoxylum
: Dysoxylum densiflorum Miq.
c. Morfologi
qqqqqqq.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa spesies ini memiliki morfologi daun oval dan panjang dengan
tepi daun rata. Berkayu putih dan berwarna abu-abu. Menurut website resmi
Pemerintah Provinsi Bali tanaman Majegau telah ditetapkan sebagai tumbuhan
identitas Provinsi Bali, dengan ciri-ciri pohon selalu hijau, kulit batang
berlapis, kayu berwarna kekuning-kuningan. Pucuk muda berambut pendek,
daun berselang-seling, panjang 35-46 cm, menyirip ganjil, pelepah daun
berambut pendek rapat kekuning-kuningan, anak daun berjumlah 7-15,
berhadap-hadapan atau agak berhadap-hadapan, tangkai daun 4-6 mm
berambut pendek rapat, helai anak daun berbentuk lanset, tetapi anak daun
pada bagian ujung lebih besar dan memanjang, berukuran 9-16 cm x 3-6 cm,
seperti kertas, permukaan bawah berambut pendek pada bagian tulang daun,
permukaan atas berambut pendek hanya pada tulang daun utama, 10-14 tulang
daun sekunder pada kanan dan kiri tulang daun utama, pangkal helai daun
mempulat, ujung helai daun lancip.
rrrrrrr. Rangkai bunga terdapat pada cabang tua, kadang-kadang pada
ketiak daun, tunggal atau mengelompok 2 sampai 3-10, panjang 5-9 cm, poros
rangkai berambut pendek rapat. Bunga kekuningan, 8-10 mm, tangka
berambut pendek rapat. Kelopak bunga berbentuk mangkuk, 3-4 mm, berlekuk
4, lekuk segitiga, bagian luar berambut jarang, bagian dalam tidak berambut.
Mahkota bunga 4 helai atau kelipatannya. Benang sari 6-8 c 2 mm, permukaan
berambut pendek, sisi berlekuk 8, kepala sari 8, terletak agak di dalam tabung,
ovarium di dalam mangkuk bunga, ditutupi trikoma rapat, beruang 4, kepala
putik ca. 8 mm, ditutupi rambut halus jarang, berbentuk cakram dengan
tangkai di tengah. Buah berupa kapsul, berwarna hijau kekuningan, bulat
sampai agak bulat telur, 4-6 x 2,5-4 cm, kulit buah ditutupi rapat oleh trikoma
dan tepung kuning. Biji merah cerah, dengan aril berwarna merah salmon.
Berbunga Januari-Juli, buah masak Oktober-November. Tumbuh di kawasan
hutan hujan musiman, pada umumnya sampai pada ketinggian 500-800 m dpl.,
tetapi juga bisa sampai pada ketinggian 1.700 m dpl.
sssssss.
ttttttt.
uuuuuuu.
vvvvvvv.
wwwwwww.
xxxxxxx.
yyyyyyy.
zzzzzzz.
5. Spesies E
aaaaaaaa.
bbbbbbbb. Dalam plot yang diamati, terdapat 6 individu dari spesies ini.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa spesies ini
memiliki morfologi daun berbentuk oval, tepi daun bergelombang bagian ujung,
dan batang berkayu. Tanaman ini belum dapat diidentifikasi karena kurangnya
petunjuk selain ketiga ciri tersebut.
cccccccc.
6. Spesies F
dddddddd.
eeeeeeee. Dalam plot yang diamati, terdapat 1 individu dari spesies ini.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa spesies ini
memiliki morfologi daun berbentuk bulat, tepi daun bergerigi, dan batang herba.
Tanaman ini belum dapat diidentifikasi karena kurangnya petunjuk selain ketiga
ciri tersebut.
ffffffff.
gggggggg.
hhhhhhhh.
iiiiiiii.
7. Spesies G (Lamtana camara Linn)
jjjjjjjj.
kkkkkkkk.
Dalam plot yang diamati, terdapat 1 individu dari spesies ini.
a. Nama Indonesia
1.) Jawa
: kembang telek, oblo, puyengan, pucengan, tembelek,
tembelekan, teterapan, waung, wileran
2.) Sunda
: kembang setek, saliyara, saliyere, tahi ayam, tahi kotok, cente
3.) Madura : kamanco, mainco, tamanjho
4.) Sumatera : tembelekan, kembang telek, bunga pagar, kayu singapur, tahi
ayam
b. Klasifikasi
llllllll. Klasifikasi
tembelekan
hasil
identifikasi
tumbuhan
di
laboratorium Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara
adalah sebagai berikut:
mmmmmmmm.
Kingdom
: Plantae
nnnnnnnn.
Divisi
: Spermatophyta
oooooooo.
Class
: Dicotyledonae
pppppppp.
Ordo
: Lamiales
qqqqqqqq.
Famili
: Verbenaceae
rrrrrrrr. Genus
: Lantana
ssssssss.
Spesies
: Lantana camara Linn
c. Morfologi
tttttttt. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa spesies ini memiliki morfologi daun oval dengan tepi daun
bergelombang pada ujungnya. Berkayu, berwarna coklat dan berduri.
Tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn) secara morfologi merupakan herba
menahun, batang semak, berkayu, tegak, bercabang, batang berduri. Tinggi
batang mencapai 4 m, daun berhadapan , warna hijau, bundar telur, permukaan
atas daun berambut banyak dan permukaan bawah berambut jarang. Pinggir
daun bergerigi dan berbulu kasar dengan panjang 5-8 cm dan lebar 3-5 cm.
uuuuuuuu.
Perbungaan mengelompok, tersusun dalam bulir yang
padat pada ketiak daun. Warna bunga beragam, seperti putih, kuning, merah,
merah muda, dan jingga. Buah bergerombol di ujung tangkai, kecil, bulat,
warna hijau ketika mentah, hitam kebiruan dan mengkilap ketika matang. Di
dalam satu buah terdapat satu biji. Tumbuhan ini berkembang biak dengan
biji. Tumbuhan ini ditemukan di daerah tropis pada lahan terbuka sebagai
tanaman liar atau tanaman untuk pagar. Tumbuhan dari dataran rendah sampai
ketinggian 1700 m di atas permukaan laut (Djauhariya, 2004).
vvvvvvvv.
wwwwwwww.Faktor abiotik yang terukur pada plot ini adalah sebagai berikut
suhu 340C, kecepatan angin 147,93 m/s, intensitas cahaya 345,32 lux, pH 5,47,
kelembaban udara 55%, dan kelembaban tanah 51,67%. Faktor abiotik tersebut
mendukung tumbuhnya spesies-spesies tersebut.
xxxxxxxx.
F. Kesimpulan
yyyyyyyy.
Tanaman vegetasi ternaungi pada hutan tanam di Taman
Nasional Bali Barat (TNBB) ada tujuh jenis, yaitu Euphatorium sp., Lamtana sp.,
Dysoxylum densiflorum, Lamtana camara, dan tiga jenis lain tidak dapat
diidentifikasi. Masing-masing jenis tanaman vegetasi tersebut memiliki ciri
Euphatorium sp. bentuk daun oval dan ujung meruncing, tepi daun bergerigi, dan
batang herba; Lamtana sp. bentuk daun oval dan ujung meruncing, tepi daun
bergerigi, dan batang berkayu, berwarna putih, dan berduri; Dysoxylum densiflorum
daun berbentuk oval, tepi daun rata, dan batang berkayu, dan berduri; Lamtana
camara daun berbentuk oval, tepi daun begelombang bagian ujung, dan batang
berkayu, dan berduri banyak.
zzzzzzzz.
Pengaruh faktor abiotik terhadap keanekaragaman tanaman
vegetasi ternaungi pada hutan tanam Taman Nasional Bali Barat (TNBB) adalah suhu
340C, kecepatan angin 147,93 m/s, intensitas cahaya 345,32 lux, pH 5,47, kelembaban
udara 55%, dan kelembaban tanah 51,67%.
aaaaaaaaa.
ccccccccc.
ddddddddd.
bbbbbbbbb.
DAFTAR PUSTAKA
eeeeeeeee.
Djauhariya, E. dan Sukarman. (2004). Pemanfaatan Plasma Nutfah dalam
Industri Jamu dan Komestika Alami. Buletin Plasma Nutfah 8(2):12-13.
fffffffff.
ggggggggg. Haryanti, Sri. (2010). Respon Pertumbuhan Jumlah dan Luas Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth) pada Tingkat Naungan yang berbeda. Hal 20- 26.
hhhhhhhhh.
iiiiiiiii. Lakitan. (1993). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
jjjjjjjjj.
kkkkkkkkk. Nirwani. (2011). Keanekaragaman Tumbuhan Bawah. Diakses pada tanggal
17
Desember
2014.
Pukul
22.
20
WIB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22749/4/Chapter%20II.pdf
lllllllll.
mmmmmmmmm.
Setiadi, D. (1984). Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam
Hubunganya dengan Pendugan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati
Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor. Bogor: Fakultas IPB.
nnnnnnnnn.
ooooooooo. Siahaan, Ivan. (1999). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Hutan
Pinus Sekitar Danau Toba Sumatra Utara. Sumatra Utara: UAJY.
ppppppppp.
qqqqqqqqq. Tresow, M. (1970). Environtment and plant respont. New York: Mc Graw Hill
Company.
rrrrrrrrr.
sssssssss.
Yohana Fillamina Setiawan. (2010). Efek Granul Ekstrak Daun Tembelekan
(Lantana camara L.) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti L. Skripsi. FK UNS.