Contoh Laporan Keluarga Binaan tentang K

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting, banyak faktor
internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini
yaitu dari 0 – 5 tahun. Masa ini sering juga disebut dengan fase “Golden Age”.
Golden Age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi
kelainan.
Usia 0 – 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat, sehingga dikatakan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Masa kritis
anak pada usia 6 – 24 bulan, karena kelompok umur ini merupakan saat periode
pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh (growth failure) mulai terlihat (Alatas,
2007).
Soetjiningsih dalam Barus (2005) menyebutkan bahwa perkembangan anak
meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus),
personal sosial dan adatif. Pemantauan perkembangan anak berguna untuk

menemukan penyimpangan/hambatan perkembangan anak sejak dini, sehingga upaya
pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat

1

2

diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis tumbuh
kembang anak.
Salah satu proses kemampuan motorik anak adalah kemampuan motorik kasar
yang berkaitan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh gerakan otot-otot besar
(Alatas, 2007).
Pengaruh asupan zat gizi terhadap gangguan perkembangan anak menurut
Brown dan Pollit (1996) melalui terlebih dahulu menurunnya status gizi. Status gizi
yang kurang tersebut akan mrnimbulkan kerusakan otak, letargi, sakit dan penurunan
pertumbuhan fisik. Keempat keadaan ini akan berpengaruh terhadap perkembangan
intelektual. Gangguan perkembangan yang tidak normal antara lain ditandai dengan
lambatnya kematangan sel-sel syaraf, lambatnya gerakan motorik, kurangnya
kecerdasan dan lambatnya respon sosial (Barus, 2005).


1.2 Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan tentang masalah

keterlambatan perkembangan motorik kasar bayi di Dusun IV, Desa Patumbak 1,
Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang.

1.2.2

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada keluarga binaan dengan
pendekatan sistematis.

3

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah, diagnosa dan kebutuhan.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah potensial.

4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan yang menimbulkan penanganan
segera.
5. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan.
6. Mahasiswa dapat melakukan rencana yang telah ditetapkan.
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan.

1.3 Metode Pengkajian
1. Observasi
Memantau secara langsung setiap keluarga untuk mengadakan keluarga
binaan.
2. Wawancara
Dengan melakukan Tanya jawab langsung kepada setiap keluarga binaan
yang berhubungan dengan penulisan keluarga binaan ini.

1.4 Manfaat
1. Keluarga Binaan
Memberikan

kehidupan


yang

sehat

kepada

keluarga

khususnya

menjauhkan keluarga dari penyakit dan mempertahankan kekebalan.

4

2. Desa
Dengan asuhan ini dapat menghasilkan masyarakat yang sehat dan jauh
dari masalah kesehatan.
3. Institusi
Dapat menambah informasi tentang kesehatan keluarga dan masyarakat
4. Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang masalah kesehatan
ditingkat keluarga.

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Motorik Kasar Bayi

2.1.1 Pengertian Motorik Kasar Bayi
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan
dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian
atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat dan sebagainya.
Perkembangan motorik kasar pada bayi memiliki rangkaian tahapan yang
berurutan. Artinya setiap tahapan harus dilalui dan dikuasai dahulu sebelum
memasuki tahapan selanjutnya. Tidak semua bayi akan menguasai suatu keterampilan
di usia yang sama, karena perkembangan anak bersifat individual. Tapi perbedaan itu

tidak disebabkan bayi yang satu lebih pandai daripada bayi yang lain (bidanku.com,
diakses pada 27 Maret 2014).

2.1.2 Tahapan Perkembangan Motorik Kasar Bayi
Tahapan perkembangan motorik kasar pada bayi sesuai dengan pertumbuhan
usianya yaitu:
1.

Menggerakkan kaki dan tangan saat berbaring
Sejak lahir bayi sudah memiliki refleks untuk menggerakkan kaki dan
tangannya secara sederhana. Menginjak usia 1 bulan, bayi mulai belajar
menggerakkan kaki dan tangannya ke atas.
5

6

2.

Mengangkat Kepala saat Telungkup
Mengangkat kepala saat telungkup umumnya baru bisa dilakukan bayi usia

2 bulan. Namun tidak menutup kemungkinan jika sebelum usia 2 bulan,
bahkan 1 bulan, bayi sudah bisa melakukannya.

3.

Memiringkan badan saat berbaring
Memiringkan badan umumnya sudah dapat dilakukan bayi usia 3-4 bulan.

4.

Telungkup Sendiri
Bayi berusaha untuk telungkup sendiri umumnya dapat dilakukan di usia 45 bulan.

5.

Duduk
Di usia 4-6 bulan bayi belum bisa duduk sendiri, namun orangtua sudah
bisa memposisikannya duduk saat bayi di gendong atau diletakkan di
kereta bayi.


6.

Merangkak
Kemampuan merangkak umumnya dapat dilakukan bayi usia 8-10 bulan
meskipun beberapa bayi sudah dapat melakukannya di usia 6-7 bulan.
Tetapi tidak semua bayi bisa merangkak atau melalui tahapan kemampuan
merangkak ini sebelum ia berdiri dan berjalan. Meskipun demikian tak
masalah karena mungkin kemampuannya langsung meningkat ke tahapan
berdiri dan berjalan.

7

7.

Berdiri
Berdiri sendiri mulai belajar dilakukannya di usia 9 bulanan lalu di usia 1012 bulan, bayi sudah mulai berdiri tanpa bantuan.

8.

Berjalan

Meskipun beberapa bayi sudah bisa berjalan sebelum menginjak usia 1
tahun, namun berdasarkan penelitian umumnya anak dapat berjalan di
rentang usia 13-15 bulan (ruly.blogdetik.com, diakses pada 26 Maret
2014).

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Terlambatnya Perkembangan Motorik Kasar
Bayi
Faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan perkembangan sistem
motorik kasar pada bayi yaitu:
1. Kecukupan Gizi
Gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar pertumbuhan fisik
anak optimal. Kondisi ini memungkinkan kemampuan motoriknya pun
akan terasah dengan baik. Sebaliknya, kondisi gizi yang kurang/buruk
tentu

akan

sangat

berpengaruh


pada

pertumbuhan

fisik

dan

kemampuannya secara umum.
2. Kematangan Otot
Ada bayi yang memiliki gangguan kematangan otot dan ini sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan kemampuan motorik kasarnya. Bila

8

demikian akan sulit pula menstimulasinya karena otot-ototnya yang belum
matang tidak bisa digunakan dengan paksa.
3. Berat Badan
Berat tubuh kurang atau berlebihan amat berkemungkinan membuat bayi

jadi sulit mengembangkan kemampuan motorik kasarnya.
4. Kenyamanan
Kekurangnyamanan bisa disebabkan ada sesuatu yang melekat di tubuh
bayi, misalnya seperti bedong dan kaus kaki. Terkadang bayi jadi sulit
mengerakkan kaki karena terikat bedong atau enggan melangkah karena
kaus kakinya yang licin sering membuatnya gampang terjatuh.
5. Pengalaman Negatif
Misalnya saat belajar merangkak, bayi pernah terjatuh yang membuat
gusinya berdarah. Kejadian ini dapat membuatnya trauma dan enggan
melakukan latihan sehingga kemampuannya jadi terlambat muncul.
6. Sakit
Bayi sering mengalami sakit, diantaranya infeksi telinga, batuk, pilek
maupun radang tenggorokan yang akan membuat perkembangan
motoriknya terlambat dibanding bayi seusianya (facebook.com, diakses
pada 26 Maret 2014).

9

2.1.4

Cara Menstimulasi Perkembangan Motorik Kasar Bayi
Menstimulasi perkembangan motorik kasar bayi dapat dilakukan dengan

tindakan berikut ini:
1. Menggerakkan kaki dan tangan saat berbaring.
Stimulasi bayi dengan menggantungkan mainan warna-warni dan berbunyi.
Bayi akan tertarik untuk menggapainnya dengan kaki atau tangan. Atau
bisa juga menstimulasinya dengan mengajak bermain sambil mengerakgerakkan tangan dan kakinya.
2. Mengangkat kepala saat telungkup
Stimulasi yang dapat dilakukan adalah dengan menggoyangkan mainan
yang berbunyi diatas kepalanya. Kita juga bisa merangsangnya dengan
memanggil namanya dari arah depan atau membelai kepala dan leher
belakangnya.
3. Memiringkan badan saat berbaring
Latihlah gerakan ini dengan membunyikan mainan dari arah samping atau
memanggil namanya. Jika bayi melakukannya, biarkan dia berusaha
mengambil

mainan

yang

ada

di

tangan

kita.

Orangtua

dapat

menstimulasinya sesering mungkin secara bergantian antara sisi kiri dan
kanan.
4. Telungkup Sendiri
Misalnya saat bayi mulai miring ke kanan, letakkan kaki kirinya ke depan.
Begitu

sebaliknya.

Agar

usaha

telungkupnya

berlanjut,

10

goyangkan/bunyikan mainan di depan posisi bayi saat miring. Biasanya
bayi akan tertarik untuk menggapai mainan yang mengeluarkan bebunyian
tadi hingga lambat laun dia akan telungkup. Kita dapat menstimulasinya
berulang kali sampai dia bisa melakukannya sendiri.
5. Duduk
Pada usia 4-6 bulan, orangtua sudah bisa memposisikan bayi untuk duduk
saat di gendong atau diletakkan di kereta bayi. Sering-seringlah
melakukannya karena posisi ini dapat melatihnya untuk mampu duduk
sendiri meski cuma sebentar tanpa di bantu di usia 6-7 bulan. Lalu di usia 8
bulan sudah dapat duduk sendiri. Agar bayi senang melakukannya, ajaklah
ia berinteraksi dengan aneka mainan.
6. Merangkak
Caranya, berikan kesempatan bayi untuk berada di lantai yang bersih.
Letakkan mainan favorit atau benda menarik di depannya. Tentu dalam
melakukannya, pastikan semuanya aman. Berikan semangat kepada bayi
meskipun awalnya dia hanya menggeser posisinya sedikit dengan perut
atau posisinya malah mundur ke belakang. Jangan lupa, setelah dia berhasil
melakukannya, berilah pujian dengan kata-kata dan tepuk tangan.
7. Berdiri
Saat belajar berdiri, orangtua bisa menstimulasinya dengan mengacungkan
kedua tangannya di depan si kecil. Hal ini berguna untuk menariknya
supaya berpegangan dan berdiri. Atau agar anak rajin melakukan aktivitas

11

ini, kita bisa menaruh mainan kegemarannya di tempat yang bisa di jankau
anak.
8. Berjalan
Stimulasi yang tepat dapat membuatnya lebih cepat berjalan. Caranya,
dengan memperlihatkan mainan menarik sewaktu ia berdiri hingga
memotivasi/ merangsangnya untuk melangkah. Sering menitahnya pun
dapat membuatnya lebih cepat terampil berjalan. Cobalah minta sang anak
untuk mengayunkan kaki 1-2 langkah. Misalnya, dengan meminta ia
berjalan menuju ayahnya yang terpisah 2-3 langkah di depan dan siap
memeluknya. Awalnya mungkin bayi akan takut, namun bila terus di latih,
bayi akan berani melakukannya. Buatlah suasana riang agar anak tertarik
melakukannya.

2.2 Asupan Gizi pada Bayi (Usia 6-24 Bulan)
Pada usia 0-6 bulan, ASI Eksklusif sangat baik diberikan pada bayi. Pada usia
selanjutnya, bayi tetap mendapat atau diberi ASI. Akan tetapi, seiring perkembangan
dan pertumbuhannya, kecukupan zat gizi bayi tidak bisa terpenuhi hanya dari ASI.
Karena itulah, bayi perlu mendapat makanan pendamping ASI (MPASI).
MPASI adalah makanan maupun minuman yang bervariasi yang diberikan
kepada bayi. MPASI terbagi menjadi dua, yaitu MPASI yang dibuat sendiri dirumah
(MPASI keluarga) dan MPASI siap saji (Pabrikan).

12

Menurut pakar gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI),
Dr. Fiastuti Witjaksono MS, SpG(K) mengungkapkan bahwa MPASI merupakan
masa atau titik kritis makan anak.
Menurut Lilian Juwono (2004), MPASI yang memenuhi syarat adalah:
1.

Kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin
A, vitamin C, dan folat).

2.

Bersih dan aman. Artinya tak aada patogen bakteri penyebab penyakit atau
organisme yang berbahaya lainnya. Tidak ada bahan kimia yang berbahaya atau
toksin. Tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras maupun yang membuat
anak tersedak. Tidak terlalu panas serta tidak terlalu pedas atau asin.

3.

Mudah dimakan oleh anak dan disukai anak.

4.

Bahan makanan tersebut tersedian di daerah dimana keluarga tinggal dan
harganya terjangkau.

5.

Mudah disiapkan.

2.2.1

Zat-zat Gizi
Zat-zat gizi yang diperlukan oleh bayi adalah sebahai berikut.

1.

Energi
Kebutuhan energi pada usia 6-24 bulan adalah 950 kkal per hari yang

berfungsi untuk menunjang keseluruhan proses pertumbuhan dan perkembangan
anak.

13

2.

Protein
Kebutuhan protein pada usia 6-24 bulan adalah 20 gram yang berfungsi untuk

membentuk sel-sel baru yang akan menunjang proses pertumbuhan seluruh organ
tubuh juga pertumbuhan, dan perkembangan otak anak.
3.

Lemak
Lemak berperan penting dalam proses tumbuh kembang sel-sel saraf otak

untuk kecerdasan anak. Lemak yang diperlukan adalah asam lemak esensial (asam
linoleat/omega 6, asam linolenat/omega 3) serta asam lemak non-esensial (asam
oleat/omega 9, EPA, DHA, AA).
4.

Vitamin A
Vitamin A berperan untuk menjaga kesehatan mata, menjaga kelembutan

kulit, dan membuat pertumbuhan optimal bagi anak.
5.

Vitamin C
Vitamin ini berfungsi untuk pembentukan kolagen (tulang rawan),

meningkatkan daya tahan tubuh, dan menyerap kalsium yang diperlukan untuk
pembentukan tulang dan gigi yang kuat.
6.

Yodium
Yodium bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh sehingga

tak mengalami hambatan seprti kerdil/kretinisme, berperan dalam proses metabolisme
tubuh, mengubah karoten yang teradapat dalam makanan menjadi viatamin A.

14

7.

Kalsium
Kalsium penting dalam pembentukan tulang dan gigi, kontraksi dalam otot,

membantu penyerapan vitamin B12 (untuk mencegah anemia dan membantu
membentuk sel darah merah).
8.

Zinc/zat seng
Zinc tersebar di semua sel, jaringan, dan organ tubuh. Zinc diperlukan untuk

pertumbuhan, fungsi otak, yang mempengaruhi respon tingkah laku dan emosi anak.
9.

Zat besi
Zat ini diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mempengaruhi penggunaan

energi yang diperlukan tubuh, pembentukan sel darah yang membantu proses
penyebaran zat gizi serta oksigen ke seluruh organ tubuh.
10. Asam folat
Asam folat sangat penting pada masa pertumbuhan anak, memproduksi sel
darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang, berperan dalam pematangan
sel darah merah, dan mencegah anemia (kompas.com, diakses pada 27 Maret 2014).

15

BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KELUARGA BINAAN

I.

PENGKAJIAN
Dusun IV Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.
A. Kependudukan
1. Nama KK

: Budi Amdani

2. Jumlah anggota keluarga

: 3 Orang

a. Laki-laki

: 1 Orang

b. Perempuan

: 2 Orang

3. Distribusi anggota keluarga menurut kelompok umur dan jenis kelamin
No.

Kelompok Umur

L

P

1.

0 - 11 bulan

-

1

2.

1 - 4 tahun

-

-

3.

5 - 6 tahun

-

-

4.

7 - 15 tahun

1

-

5.

15 - 49 tahun

1

1

6.

50 - 60 tahun

-

-

7.

> 60 tahun

-

-

Jumlah

2

2

15

16

4. Distribusi anggota keluarga menurut tingkat pendidikan
No.

Tingkat pendidikan

Jumlah

1.

Tidak Sekolah

-

2.

Belum Sekolah

1

3.

Belum Tamat TK

-

4.

Belum Tamat SD

1

5.

Tidak Tamat SD

-

6.

Tamat SD

-

7.

Tamat SLTP

2

8.

Tamat SLTA

-

9.

Tamat PT/Akademi

-

Jumlah

4

5. Distribusi anggota keluarga menurut mata pencaharian (17 tahun ke atas)
No.

Mata Pencaharian

Jumlah

1. Petani

-

2. Nelayan

-

3. Peternak

-

4. Pengusaha Industri

2

5. Pekerjaan Buruh Kerja

-

6. Pengrajin

-

7. PNS (ABRI/Sipil)

-

8. Karyawan Swasta

-

17

9. Pensiunan

-

10. Lain-lain

-

Jumlah

2

B. Status Kesehatan
1. Kesakitan
a. Anggota keluarga yang sakit

: Ada, Bayi

b. Proporsi sakit

: Tidak Ada

-

Bayi

: Ada

-

Balita

: Tidak Ada

-

Ibu

: Tidak Ada

2. Sarana tempat berobat

: Praktek Swasta

3. Kematian anggota keluarga dalam 1 tahun terakhir

: Tidak Ada

C. Pelayanan Kesehatan
1. KIA
a. Kehamilan

: Tidak Ada

1) Umur kehamilan

: Tidak Ada

2) Frekuensi pemeriksaan kehamilan

: Tidak Ada

Alasan periksa
3) Imunisasi TT
Alasan imunisasi TT tidak lengkap

: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada

18

4) Pemberian tablet FE

: Tidak Ada

5) PMT Bumil

: Tidak Ada

6) Vitamin

: Tidak Ada

7) Buku KIA/KMS Bumil

: Tidak Ada

8) Bumil mengikuti Tabulin

: Tidak Ada

9) Bumil dengan faktor resiko

: Tidak Ada

b. Persalinan (umur bayi maksimal 11 bulan 29 hari) : Tidak Ada
c. Ibu Nifas

: Tidak Ada

d. Ibu Meneteki

: Ada

e. Bayi dan Balita

: Ada

f. Prasekolah

: Tidak Ada

g. Usia Sekolah

: Ada

h. Remaja

: Tidak Ada

i. Dewasa

: Ada

j. Menopause

: Tidak Ada

k. Lansia

: Tidak Ada

l. Imunisasi

: BCG, Polio III, DPT
III, Hepatitis B

2. Keluarga Berencana
Ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun sejak pasca melahirkan.
3. Jenis industri RT

: Ada (Rumah Makan)

4. P2M (Pencegahan Penyakit Menular)

: Tidak Ada

19

Anggota keluarga mengalami demam

: Tidak Ada

Periksa darah ke laboratorium

: Tidak Ada

5. Perkesmas
Penderita sakit dirawat dirumah

: Tidak Ada

6. Laboratorium
Anggota keluarga periksa ke laboratorium

: Tidak Ada

D. Perilaku Terhadap Kesehatan Umum
1. Perilaku gosok gigi dan mandi
-

Frekuensi

: 2x Sehari

-

Tempat mandi

: Kamar mandi di dalam rumah

-

Penggunaan sabun

: sabun padat bersama

-

Frekuensi gosok gigi

: 2x sehari

-

Jumlah sikat gigi

: 9 buah

2. Perilaku BAB
Tempat BAB

: di Closet (WC)

3. Kebiasaan mengambil air minum
Tempat dan apakah dimasak

: Air Sumur dan di masak

4. Kebiasaan ganti pakaian sehari

: 1x Sehari

5. Kebiasaan membersihkan rumah

: 2x Sehari

6. Pantangan makan dan minum

: Tidak Ada

20

7. Keluarga sadar gizi (kadarzi)
a. Hasil kadar gizi
1) Keluarga makan aneka ragam makanan : Ya
2) Keluarga memantau kesehatan dan pertumbuhan dengan cara
timbang berat badan : Tidak
3) Keluarga gunakan garam beryodium dalam makanan sehari-hari :
Ya
4) Ibu memberi ASI sampai bayi berumur 4 bulan : Ya
5) Keluarga biasa makan pagi : Ya, Pukul 08.30 WIB
6) Makan 3x sehari : Ya
b. Status kadarzi : Sadar gizi

E. Lingkungan
1. Kesehatan Lingkungan
a. Pembuangan kotoran

: Ada dan Sesuai

b. Penyediaan air bersih

: Ada, Sumur

c. Pembuangan sampah

: Dikumpulkan dan Dibakar

d. Pembuangan air limbah

: Ada, dari galian tanah/selokan

e. Jendela rumah/ventilasi

: Ada

f. Cerobong asap dapur

: Ada

g. Ruang tidur

: Ada, 3 ruang kamar tidur

h. Bebas jentik

: Ya

21

i. Bebas tikus

: Ya

j. Bebas lalat

: Tidak

k. Pekarangan rumah

: Cukup bersih

l. Kelayakan rumah

: Layak

2. Sosial ekonomi
Keluarga ini termasuk golongan ekonomi menengah keatas, dengan
pekerjaan suami dan istri adalah pengusaha industri (pemilik rumah
makan) dengan penghasilan ± Rp. 2.000.000,- per bulan.
3. Sosial budaya
Suku bapak Budi Amdani adalah Piliang (Padang) namun lingkungan
sekitar rumahnya adalah mayoritas suku jawa. Beliau mengikuti adat
istiadat dan aturan setempat. Jadi keluarga bapak Budi Amdani sudah
berbaur dengan masyarakat setempat.
4. Kebutuhan kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat
Jika keluarga sakit ringan seperti flu, demam, dan lain-lain biasanya
mereka berobat ke Dokter umum praktek swasta. Keluarga ini cukup
merasakan dana sehat dari pemerintah dalam bentuk imunisasi gratis.
Namun masyarakat Dusun IV jarang pergi berobat ke puskesmas kecuali
untuk imunisasi anaknya dan lebih banyak ke praktek swasta untuk
berobat.

22

II.

INTERPRETASI DATA
Diagnosa

: Bayi perempuan usia 8 bulan 24 hari dengan keterlambatan
perkembangan motorik kasar.

Dasar

: Ibu mengatakan bahwa bayi perempuannya berusia 8 bulan
24 hari, proporsi tubuh yang kurus dengan berat badan 9,2
kg dan belum memiliki kemampuan untuk telungkup sendiri
serta merangkak yang pada umumnya dapat dilakukan bayi
usia 8 – 10 bulan.

Masalah

: Keterlambatan perkembangan motorik kasar bayi.

Dasar

: - Berat badan bayi : 9,2 kg
- Bayi belum bisa telungkup sendiri dan merangkak.

Kebutuhan

: - Keluarga membutuhkan penyuluhan tentang pentingnya
stimulasi motorik kasar dan pemenuhan asupan gizi yang
cukup pada bayi.

III. DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Gangguan perkembangan kecerdasan, pertumbuhan fisik dan mental.

IV.

ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi keluarga dengan dokter untuk memastikan keadaan bayi dan
perencanaan menjalani fisioterapi.

23

V.

PLANNING/INTERVENSI
a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan motorik kasar yang
normal pada bayi.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang faktor-faktor penyebab terjadinya
keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi.
c. Jelaskan kepada keluarga tentang cara menstimulasi motorik kasar pada
bayi.
d. Jelaskan kepada keluarga tentang pemenuhan asupan gizi yang cukup
untuk bayi usia 6-24 bulan.
e. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap membawa bayinya ke posyandu
sesuai jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.
f. Anjurkan keluarga untuk kolaborasi dengan dokter untuk memastikan
keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

VI.

IMPLEMENTASI
a.

Menjelaskan kepada keluarga tentang perkembangan motorik kasar yang
normal pada bayi.
1) Menggerakkan kaki dan tangan saat berbaring.
Sejak lahir bayi sudah memiliki refleks untuk menggerakkan kaki dan
tangannya secara sederhana. Menginjak usia 1 bulan, bayi mulai
belajar menggerakkan kaki dan tangannya ke atas.

24

2) Mengangkat kepala saat telungkup.
Mengangkat kepala saat telungkup umumnya baru bisa dilakukan pada
bayi usia 2 bulan. Namun tidak menutup kemungkinan jika sebelum
usia 2 bulan, bahkan 1 bulan, bayi sudah bisa melakukannya.
3) Memiringkan badan saat berbaring.
Memiringkan badan umumnya sudah dapat dilakukan bayi usia 3-4
bulan.
4) Telungkup Sendiri.
Bayi berusaha untuk telungkup sendiri umumnya dapat dilakukan di
usia 4-5 bulan.
5) Duduk.
Di usia 4-6 bulan bayi belum bisa duduk sendiri, namun orangtua
sudah bisa memposisikannya duduk saat bayi di gendong atau
diletakkan di kereta bayi.
6) Merangkak.
Kemampuan merangkak umumnya dapat dilakukan bayi usia 8-10
bulan meskipun beberapa bayi sudah dapat melakukannya di usia 6-7
bulan. Tetapi tidak semua bayi bisa merangkak atau melalui tahapan
kemampuan merangkak ini sebelum ia berdiri dan berjalan. Meskipun
demikian tak masalah karena mungkin kemampuannya langsung
meningkat ke tahapan berdiri dan berjalan.

25

7) Berdiri.
Berdiri sendiri mulai belajar dilakukannya di usia 9 bulanan lalu di
usia 10-12 bulan, bayi sudah mulai berdiri tanpa bantuan.
8) Berjalan.
Meskipun beberapa bayi sudah bisa berjalan sebelum menginjak usia 1
tahun, namun berdasarkan penelitian umumnya anak dapat berjalan di
rentang usia 13-15 bulan.
b.

Menjelaskan kepada keluarga tentang faktor-faktor penyebab terjadinya
keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi.
1) Kecukupan Gizi
Gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar pertumbuhan
fisik anak optimal. Kondisi ini memungkinkan kemampuan motoriknya
pun akan terasah dengan baik. Sebaliknya, kondisi gizi yang
kurang/buruk tentu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik
dan kemampuannya secara umum.
2) Kematangan Otot
Ada bayi yang memiliki gangguan kematangan otot dan ini sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan kemampuan motorik kasarnya. Bila
demikian akan sulit pula menstimulasinya karena otot-ototnya yang
belum matang tidak bisa digunakan dengan paksa.

26

3) Berat Badan
Berat tubuh kurang atau berlebihan amat berkemungkinan membuat
bayi jadi sulit mengembangkan kemampuan motorik kasarnya.
4) Kenyamanan
Kekurangnyamanan bisa disebabkan ada sesuatu yang melekat di tubuh
bayi, misalnya seperti bedong dan kaus kaki. Terkadang bayi jadi sulit
mengerakkan kaki karena terikat bedong atau enggan melangkah
karena kaus kakinya yang licin sering membuatnya gampang terjatuh.
5) Pengalaman Negatif
Misalnya saat belajar merangkak, bayi pernah terjatuh yang membuat
gusinya berdarah. Kejadian ini dapat membuatnya trauma dan enggan
melakukan latihan sehingga kemampuannya jadi terlambat muncul.
6) Sakit
Bayi sering mengalami sakit, diantaranya infeksi telinga, batuk, pilek
maupun radang tenggorokan yang akan membuat perkembangan
motoriknya terlambat dibanding bayi seusianya.
c. Menjelaskan kepada keluarga tentang cara stimulasi motorik kasar pada
bayi.
1) Menggerakkan kaki dan tangan saat berbaring.
Stimulasi bayi dengan menggantungkan mainan warna-warni dan
berbunyi. Bayi akan tertarik untuk menggapainnya dengan kaki atau

27

tangan. Atau bisa juga menstimulasinya dengan mengajak bermain
sambil mengerak-gerakkan tangan dan kakinya.
2) Mengangkat kepala saat telungkup.
Stimulasi yang dapat dilakukan adalah dengan menggoyangkan mainan
yang berbunyi diatas kepalanya. Kita juga bisa merangsangnya dengan
memanggil namanya dari arah depan atau membelai kepala dan leher
belakangnya.
3) Memiringkan badan saat berbaring.
Latihlah gerakan ini dengan membunyikan mainan dari arah samping
atau memanggil namanya. Jika bayi melakukannya, biarkan dia
berusaha mengambil mainan yang ada di tangan kita. Orangtua dapat
menstimulasinya sesering mungkin secara bergantian antara sisi kiri
dan kanan.
4) Telungkup Sendiri.
Misalnya saat bayi mulai miring ke kanan, letakkan kaki kirinya ke
depan. Begitu sebaliknya. Agar usaha telungkupnya berlanjut,
goyangkan/bunyikan mainan di depan posisi bayi saat miring. Biasanya
bayi akan tertarik untuk menggapai mainan yang mengeluarkan
bebunyian tadi hingga lambat laun dia akan telungkup. Kita dapat
menstimulasinya berulang kali sampai dia bisa melakukannya sendiri.

28

5) Duduk.
Pada usia 4-6 bulan, orangtua sudah bisa memposisikan bayi untuk
duduk saat di gendong atau diletakkan di kereta bayi. Sering-seringlah
melakukannya karena posisi ini dapat melatihnya untuk mampu duduk
sendiri meski cuma sebentar tanpa di bantu di usia 6-7 bulan. Lalu di
usia 8 bulan sudah dapat duduk sendiri. Agar bayi senang
melakukannya, ajaklah ia berinteraksi dengan aneka mainan.
6) Merangkak.
Caranya, berikan kesempatan bayi untuk berada di lantai yang bersih.
Letakkan mainan favorit atau benda menarik di depannya. Tentu dalam
melakukannya, pastikan semuanya aman. Berikan semangat kepada
bayi meskipun awalnya dia hanya menggeser posisinya sedikit dengan
perut atau posisinya malah mundur ke belakang. Jangan lupa, setelah
dia berhasil melakukannya, berilah pujian dengan kata-kata dan tepuk
tangan.
7) Berdiri.
Saat

belajar

berdiri,

orangtua

bisa

menstimulasinya

dengan

mengacungkan kedua tangannya di depan si kecil. Hal ini berguna
untuk menariknya supaya berpegangan dan berdiri. Atau agar anak
rajin melakukan aktivitas ini, kita bisa menaruh mainan kegemarannya
di tempat yang bisa di jankau anak.

29

8) Berjalan.
Stimulasi yang tepat dapat membuatnya lebih cepat berjalan. Caranya,
dengan memperlihatkan mainan menarik sewaktu ia berdiri hingga
memotivasi/merangsangnya untuk melangkah. Sering menitahnya pun
dapat membuatnya lebih cepat terampil berjalan. Cobalah minta sang
anak untuk mengayunkan kaki 1-2 langkah. Misalnya, dengan meminta
ia berjalan menuju ayahnya yang terpisah 2-3 langkah di depan dan
siap memeluknya. Awalnya mungkin bayi akan takut, namun bila terus
di latih, bayi akan berani melakukannya. Buatlah suasana riang agar
anak tertarik melakukannya.
d. Menjelaskan kepada keluarga tentang pemenuhan asupan gizi yang cukup
untuk bayi (6-24 bulan).
Ajari anak makan makanan bervariasi, perkenalkan dengan satu persatu, tapi
bergantian untuk semua makanan karena tidak ada satupun makanan yang
kandungan gizinya sempurna. MPASI harus memenuhi persyaratan tentang
jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak,
vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya. Menurut Lilian Juwono
(2004), MPASI yang memenuhi syarat adalah:
1) Kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium,
vitamin A, vitamin C, dan folat).
2) Bersih dan aman. Artinya, tak ada patogen bakteri penyebab penyakit
atau organisme yang berbahaya lainnya. Tidak ada bahan kimia yang

30

berbahaya atau toksin. Tidak ada potongan tulang atau bagian yang
keras atau yang membuat anak tersedak, atau tidak terlalu panas serta
tidak terlalu pedas.
3) Mudah dimakan oleh anak dan disukai anak.
4) Bahan makanan tersebut tersedia di daerah dimana keluarga tinggal dan
harganya terjangkau.
5) Mudah disiapkan.
e. Menganjurkan keluarga untuk tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai
jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.
f. Menganjurkan keluarga untuk kolaborasi dengan dokter untuk memastikan
keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

VII. EVALUASI
Tanggal: 24 Maret 2014
a.

Pukul : 09.00 WIB

Keluarga sudah mengerti tentang perkembangan motorik kasar normal
pada bayi

b.

Keluarga sudah mengerti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya
keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi

c.

Keluarga sudah mengerti tentang cara stimulasi motorik kasar pada bayi

d.

Keluarga sudah mengerti tentang pemenuhan asupan gizi yang cukup untuk
bayi (6-24 bulan).

31

e.

Keluarga bersedia tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai jadwal agar
mendapatkan imunisasi lengkap.

f.

Keluarga bersedia berkolaborasi dengan dokter untuk memastikan keadaan
bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi jika dibutuhkan.

DATA PERKEMBANGAN 1
Tanggal : 25 Maret 2014

Pukul : 13.00 WIB

Data Subjektif : - Ibu mengatakan bahwa bayinya dalam keadaan baik/tidak sakit.
- Ibu mengatakan tetap memberikan ASI kepada bayinya.
- Ibu mengatakan bahwa bayinya kurang nafsu makan dalam
mengkonsumsi Makanan Penambah ASI (MPASI).
- Ibu mengatakan mulai

melakukan cara-cara menstimulasi

perkembangan motorik kasar pada bayinya.
Data Objektif:
-

Keadaan Umum

: Baik

- Kesadaran : Composmentis

-

Tekanan Darah

:-

- Nadi

: 95 x/i

-

Pernafasan

: 36 x/i

- Suhu

: 36,7ºC

Assesment

:

Diagnosa

: Bayi perempuan usia 8 bulan 25 hari dengan keterlambatan
perkembangan motorik kasar.

Potensial Masalah

: Gangguan perkembangan kecerdasan, pertumbuhan fisik
dan mental.

32

Tindakan Segera

: Kolaborasi keluarga dengan dokter untuk memastikan
keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

Planning/Perencanaan :
a. Jelaskan kepada keluarga tentang pijat bayi yang mampu menstimulasi
perkembangan motorik kasar bayi.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara pemberian makan yang baik pada bayi.
c. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai
jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.
d. Anjurkan keluarga untuk kolaborasi dengan dokter untuk memastikan keadaan
bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

DATA PERKEMBANGAN 2
Tanggal : 26 Maret 2014

Pukul : 15.00 WIB

Data Subjektif : - Ibu mengatakan bahwa bayinya dalam keadaan baik/tidak sakit.
- Ibu mengatakan tetap memberikan ASI kepada bayinya.
- Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah mau mengkonsumsi
MPASI yang di buat oleh ibu yaitu nasi bubur tim dengan
campuran kentang, wortel dan daging ayam yang di potongpotong halus.
- Ibu mengatakan mulai

melakukan cara-cara menstimulasi

perkembangan motorik kasar pada bayinya.
- Ibu sudah membawa bayinya untuk dilakukan pijat pada bayinya.

33

Data Objektif:
-

Keadaan Umum

: Baik

- Kesadaran : Composmentis

-

Tekanan Darah

:-

- Nadi

: 94 x/i

-

Pernafasan

: 34 x/i

- Suhu

: 36,8ºC

Assesment

:

Diagnosa

: Bayi perempuan usia 8 bulan 26 hari dengan keterlambatan
perkembangan motorik kasar.

Potensial Masalah

: Gangguan perkembangan kecerdasan, pertumbuhan fisik
dan mental.

Tindakan Segera

: Kolaborasi keluarga dengan dokter untuk memastikan
keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.

Planning/Perencanaan :
a. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap melakukan pijat bayi agar membantu
perkembangan motorik kasar pada bayinya.
b. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap memberikan makanan yang dapat
memenuhi asupan gizi yang baik pada bayinya.
c. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai
jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.
d. Anjurkan keluarga untuk kolaborasi dengan dokter untuk memastikan keadaan
bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi jika dibutuhkan.

34

BAB 4
PEMBAHASAN

a.

Analisa Data
Sebelum

dilakukan

konseling,

keluarga

belum

mengerti

tentang

perkembangan motorik kasar normal pada bayi, faktor-faktor penyebab terjadinya
keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi, cara stimulasi motorik kasar
pada bayi dan pemenuhan asupan gizi yang cukup untuk bayi (6-24 bulan). Keluarga
bersedia tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai jadwal agar mendapatkan
imunisasi lengkap dan bersedia berkolaborasi dengan dokter untuk memastikan
keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi jika dibutuhkan.

4.2 Pembahasan
Perkembangan motorik kasar anak yang tidak optimal bisa menyebabkan
menurunnya kreatifitas anak dalam beradaptasi. Perkembangan motorik kasar yang
lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah kelainan tonus otot
atau penyakit neuromuskuler. Faktor keluarga juga mempengaruhi perkembangan
motorik, seperti anak yang sering di gendong atau di letakkan di baby walker dapat
mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik kasar.
Keterlambatan motorik kasar pada bayi Tn. Budi Amdani tersebut
dikarenakan faktor keterbatasan waktu dan faktor pengasuhan yang diberikan kepada
bayi. Kebutuhan nutrisi dan gizi pada bayi tidak terpenuhi sehingga menyebabkan
33

35

bayi tersebut memiliki proporsi berat badan yang kurus dan tidak sesuai dengan usia
bayi tersebut. Dari permasalahan tersebut, sebaiknya dilakukan stimulasi terhadap
perkembangan motorik kasar pada bayi serta pemberian/pemenuhan gizi dan nutrisi
yang cukup untuk bayi, serta kolaborasi dengan dokter untuk memastikan keadaan
bayi untuk selanjutnya dapat dilaksanakannya fisioterapi.

36

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Asuhan keluarga binaan pada bayi Tn. Budi Amdani dengan masalah
keterlambatan perkembangan motorik kasar. Adapun kebutuhan yang diperlukan
dalam asuhan yaitu konseling mengenai pentingnya stimulasi motorik kasar dan
pemenuhan asupan gizi yang cukup pada bayi.
Rencana yang dilakukan yakni pelaksanaan dan intervensi yang diberikan
yaitu :
1. Mengadakan kunjungan rumah.
2. Memberi informasi dan penyuluhan tentang perkembangan motorik kasar
yang normal pada bayi.
3. Memberi informasi dan penyuluhan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya
keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi.
4. Memberi informasi dan penyuluhan tentang cara menstimulasi motorik kasar
pada bayi.
5. Memberi informasi dan penyuluhan tentang pemenuhan asupan gizi yang
cukup untuk bayi usia 6-24 bulan.
6. Menganjurkan keluarga untuk tetap membawa bayinya ke posyandu sesuai
jadwal agar mendapatkan imunisasi lengkap.
35

37

7. Menganjurkan keluarga untuk kolaborasi dengan dokter untuk memastikan
keadaan bayi dan perencanaan menjalani fisioterapi.
Setelah melakukan pelaksanaan diperoleh hasil ibu telah mengetahui dan
mengerti tentang permasalahan dan penanganan pada keterlambatan perkembangan
motorik kasar bayi.

5.2

Saran
1. Keluarga Binaan
Setelah dilakukan Asuhan kebidanan pada keluarga maka akhirnya setiap
keluarga dapat menyadari akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan.
2. Desa
Diharapkan kepada masyarakat desa agar memberikan dorongan serta
dorongan

moral

dalam

menjalankan

program

penanganan

masalah

keterlambatan perkembangan motorik kasar pada bayi.
3. Kesehatan Kader
Diharapkan agar penyuluh tidak bosan-bosannya memberikan penyuluhan
agar masyarakat semua mengerti arti pentingnya kesehatan.
4. Institusi
Diharapkan kepada institusi selalu peduli kepada masyarakat dan keluarga dan
selalu memberikan informasi tentang kesehatan agar masyarakat dan keluarga
mengerti akan pentingnya kesehatan.