MANAJEMEN KEUANGAN Mergers Corporate Con

MANAJEMEN KEUANGAN

Mergers, Corporate Control, and Corporate Governance PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. dan PT. Indosiar Karya Media, Tbk.

Disusun Oleh :

KP – F

Michael Janitra Wihardjo

Yanita Apsari Dewi Alie 3123179

UNIVERSITAS SURABAYA FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan pengerjaan makalah mata kuliah Manajemen Keuangan. Penulis juga bersyukur atas segala anugerah yang telah diberikan-Nya selama proses pembuatan berlangsung.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang mendukung keberhasilan penulisan makalah ini. Dosen mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pengerjaan makalah mata kuliah ini. Pada saat makalah mata kuliah ini dibuat, penulis mengalami sedikit masalah terhadap pembahasan materi, karena perlunya pencarian sumber data yang tepat bagi pemenuhan kebutuhan data makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan sarana dan prasarana serta kemampuan penulis. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak yang dapat mendukung penulisan makalah mata kuliah Manajemen Keuangan. Tema makalah ini adalah Mergers, Corporate Control, and Corporate Governance khususnya membahas Portofolio. Penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi panduan bagi semua pihak yang membutuhkan data makalah ini.

Penulis

BAB III : PEMBAHASAN ...................................................................... 23 BAB IV : PENUTUP .............................................................................. 28 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 29 LAMPIRAN ............................................................................................. 31

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kami memilih topik Mergers and Acquisition terkait dengan “Laporan Keungangan untuk Kedua Perusahaan antara PT. ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI dengan PT. INDOSIAR KARYA MEDIA”.

Merger berarti setiap transaksi yang membentuk satu unit ekonomi dari dua atau lebih unit sebelumnya. Merger horizontal adalah pada industry yang sama. Merger vertical adalah diantara tahap-tahap yang berbeda dalam suatu industry tertentu. Merger konglomerat melibatkan perusahaan dalam industry yang tidak berkaitan.

Akuisisi biasanya mengambil bentuk suatu penawaran tender. Dalam suatu penawaran tender, suatu pihak umumnya suatu perseroan yang berusaha mendapatkan pengendalian dalam perusahaan lain, meminta para pemegang saham untuk menjual lembaran saham mereka dalam perusahaan sasaran.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk. telah dibeli oleh PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. pemilik SCTV.

Profil PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK)

PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) didirikan 3 Agustus 1983 oleh Eddy Kusnadi Sariaatmadja sebagai perusahaan layanan komputer pribadi dan pernah menjadi distributor produk Compaq di Indonesia. EMTK memulai aktivitasnya di tahun 1984 dan kantor pusat EMTK terletak di Jl. Asia Afrika Lot 19 Jakarta.

Bisnis EMTK berkembang pesat, EMTK menguasai Surya Citra Media (induk SCTV) melalui PT. Abhimata Mediatama sejak 2001. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan utama EMTK adalah di bidang jasa (terutama dalam bidang penyediaan jasa teknologi, media dan telekomunikasi), perdagangan, pembangunan dan industri.

Pada 2008, SCM dikuasai langsung oleh EMTK. 1 Agustus 2004, EMTK bersama PT Mugi Rekso Abadi mendirikan stasiun televisi lokal Jakarta yakni O Channel yang Pada 2008, SCM dikuasai langsung oleh EMTK. 1 Agustus 2004, EMTK bersama PT Mugi Rekso Abadi mendirikan stasiun televisi lokal Jakarta yakni O Channel yang

Pada 1 Agustus 2010, EMTK meluncurkan rumah produksi Screenplay Productions. Pada 13 Mei 2011, EMTK resmi membeli saham Indosiar Karya Media (induk Indosiar) 27,24% dari PT. Prima Visualindo. Pada akhir penawaran tender wajib, EMTK resmi menguasai Indosiar dengan saham 84,77%.

meluncurkan televisi berlangganan bermerek Nexmedia. Nexmedia sendiri adalah televisi berlangganan yang bisa dipasang dengan antena televisi biasa. Pada 6 Mei 2013, EMTK resmi bergabung dengan Indosiar Karya Media dengan penggabungan inilah yang menyebabkan perusahaan ini menguasai SCTV dan Indosiar yang diperusahakan oleh Surya Citra Media.

Profil PT. Indosiar Karya Media Tbk.

Indosiar adalah salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia yang beroperasi dari Jl. Daan Mogot, Jakarta Barat. Direktur Utama Indosiar saat ini adalah E. Loe Soe Kim. Indosiar awalnya didirikan dan dikuasai oleh PT. Prima Visualindo melalui PT. Indosiar Karya Media Tbk. (sebelumnya PT. Indovisual Citra Persada) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta).

Indosiar resmi beroperasi pada 11 Januari 1995. Dalam siarannya, Indosiar banyak menekankan kebudayaan. Salah satu program kebudayaan yang selalu ditayangkan adalah acara pertunjukan wayang pada malam minggu.

Bentu logo Indosiar yang sangat mirip dengan bentuk logo Television Broadcasts Limited, Hongkong. Awalnya, Indosiar memang banyak menayangkan drama-drama Hongkong. Seperti misalnya serial Return of The Condor Heroes yang dibintangi oleh Andy Lau, To Liong To yang dibintangi oleh Tony Leung yang keduanya cukup populer di kalangan penonton.

Selain itu, Indosiar juga memopulerkan sinetron-sinetron Indonesia yang bertemakan cinta dan keluarga, acara-acara realitas yang melibatkan emosi penonton dan SMS Selain itu, Indosiar juga memopulerkan sinetron-sinetron Indonesia yang bertemakan cinta dan keluarga, acara-acara realitas yang melibatkan emosi penonton dan SMS

Minggu yaitu dari pukul 06.30 sampai 12.00 WIB. Pada 13 Mei 2011, mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk. dibeli oleh PT.

Elang Mahkota Teknologi Tbk., pemilik SCTV (melalui SCM sebelum bergabung dengan IDKM) dan O Channel, menjadikan ketiga stasiun televisi berada dalam satu pengendalian. Saat

ini, stasiun televisi Indosiar resmi dikuasai oleh SCM pasca bergabung dengan IDKM dan "bersaudara" dengan SCTV.

B. Identifikasi Masalah

Kesenjangan Das Sein dan Das Sollen Apa yang seharusnya / Dass Sollen nya adalah setelah melakukan akuisisi seharusnya kinerja kedua perusahaan semakin baik atau dapat dikatakan terjadi sinergi. Dari data yang diperoleh diatas : Apa yang senyatanya / Dass Sein nya adalah setelah melakukan akuisisi kinerja salah satu perusahaan menjadi semakin buruk yang nampak dari Earning Per Share yang menjadi negatif. Masalah utama yang terjadi adalah apakah penyebab kegagalan akuisisi kedua perusahaan ini yang menyebabkan kinerja salah satu perusahaan menjadi tidak optimal.

C. Tujuan

Manfaat yang diperoleh dengan adanya identifikasi masalah tersebut adalah :

1. Mengetahui terjadinya sinergi setelah terjadi akuisisi antara kedua perusahaan tersebut.

2. Mengetahui penyebab kegagalan untuk mencapai sinergi antar kedua perusahaan yang melakukan akuisisi.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Merger

Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai bahan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Penyatuan kepentingan memiliki makna yang sama dengan terminologi merger dan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 22 mendefinisikan penyatuan kepentingan (pooling of interest) adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama – sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala risiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasikan sebagai perusahaan pengakuisisi. Pihak yang masih hidup atau yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing firm). Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran (size) yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merged firm dialihkan ke surviving firm .

B. Pengetian Akuisisi

Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 22 mendefinisikan akuisisi dari perspektif akuntansi.

Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. Yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk :

1. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan

2. Mengangkat dan memberhentikan manajemen

3. Mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar

sebagai entitas hukum.

C. Pengertian Konsolidasi

Konsolidasi atau peleburan merupakan bentuk khusus merger dimana dua atau lebih perusahaan bersama – sama meleburkan diri membentuk perusahaan yang baru. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing – masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar. Dilihat dari segi yuridis dan operasional, konsolidasi lebih kompleks dibanding merger atau akuisisi.

D. Pengambilalihan (Takeover)

Takeover atau pengambilalihan adalah istilah umum untuk menggambarkan pengalihan aset atau saham sebuah perusahaan dari satu kelompok pemegang saham terhadap kelompok pemegang saham lain. Baik merger atau akuisisi adalah salah satu bentuk dari takeover. Perusahaan atau kelompok pemegang saham yang berinisiatif untuk mengambilalih disebut bidder dan perusahaan atau kelompok pemegang saham yang akan dijadikan obyek pengambilalihan dinamakan target. Bidder bisa berasal dari pihak manajemen sendiri, investor lain atau institusi lain, karyawan, atau pemegang saham.

Pengambilalihan perusahaan publik oleh sekelompok kecil investor dan selanjutnya mereka menarik saham – saham yang beredar di pasar untuk tidak lagi diperjualbelikan (delist) dinamakan going private. Per definisi istilah ini kebalikan maknanya dengan going public . Jika going private ini dilakukan oleh sekelompok manajemen perusahaan yang bersangkutan, hal ini dinamakan management buyout. Sementara itu ditinjau dari segi sumber dana dalam rangka pengambilalihan tersebut, jika sebagian terbesar pembiayaan berasal dari hutang pihak ketiga, maka hal ini dinamakan leverage buyout.

Pengambilalihan ini terjadi dalam dua bentuk yaitu friendly takeover (pengambilalihan secara ramah atau bersahabat) dan unfriendly takeover (tidak ramah atau tidak bersahabat). Friendly takeover berarti masing – masing pihak secara “suka sama suka” setuju atas pengambilalihan ini. sebaliknya jika ada tekanan dari bidderi terhadap target dan cenderung terdapat pemaksaan, maka cara ini dinamakan unfriendly takeover . Tender offer merupakan salah satu bentuk unfriendly takeover karena bidder langsung melakukan tawaran langsung melalui media massa publik kepada pemegang saham perusahaan target tanpa melewati persetujuan direksi/ manajemen target.

Posisi target yang kurang menguntungkan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesulitan likuiditas, kerugian usaha, terlalu besarnya hutang, ketidaksolidan manajemen atau kesulitan dalam pemasaran produk. Jika pengambilalihan terjadi secara paksa oleh perusahaan yang berskala lebih besar dan kuat terhadap perusahaan yang lebih kecil dan lemah yang berada pada situasi seperti itu, maka hal ini disebut hostile takeover (pencaplokan secara paksa).

E. Perusahaan Melakukan Merger atau Akuisisi

Sebagaimana sebuah organisme, perusahaan akan mengalami berbagai kondisi yaitu (1) tumbuh dan berkembang secara dinamis, (2) berada pada kondisi statis dan (3) mengalami proses kemunduran atau pengkerutan.

Dalam rangka tumbuh dan berkembang ini perusahaan bisa melakukan ekspansi bisnis dengan memilih satu diantara dua jalur alternatif yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan (organi/ internal growth), dan pertumbuhan dari luar perusahaan (external growth ).

Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun bisnis atau unit bisnis baru dari awal (start-ups business). Sebaliknya pertumbuhan eksternal ini dilakukan dengan “membeli” perusahaan yang sudah ada.

Alasan mengapa perusahaan melakukan merger atau akuisisi adalah ada “manfaat lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara lain adalah :

1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.

2. Memperoleh kemudahan dana/ pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan.

3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.

4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.

5. Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru.

6. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.

7. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat. Disamping mempeoleh berbagai manfaat, merger dan akuisisi juga memiliki kelemahan

sebagai berikut :

1. Proses integrasi yang tidak mudah.

2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.

3. Biaya konsultan yang mahal.

4. Meningkatkan kompleksitas birokrasi.

5. Biaya koordinasi yang mahal.

6. Seringkali menurunkan moral organisasi.

7. Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.

8. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

F. Pihak yang Terkena Dampak Merger dan Akuisisi

Secara umum merger dan akuisisi memiliki pengaruh baik secara langsung atau tidak langsung terhadap stakeholder seperti: pemegang saham, karyawan, direksi atau manajemen, supplier, konsumen, pemerintah, kreditor, pesaing, dan masyarakat. dalam skala internal perusahaan, keberhasilan strategi ini akan berdampak positif yaitu tercapainya tujuan perusahaan sebagaimana motivasi yang melandasi keputusan merger dan akuisisi ini, misalnya tercapainya peningkatan kekuatan segi finansial, manajerial, pemasaran, dan operasional. Sebaliknya jika strategi ini gagal, maka perusahaan harus menanggung risiko kerugian atas hilangnya sumber – sumber ekonomi dan non ekonomi yang nilainya tidak kecil.

Merger bisa berdampak positif jika perusahaan hasil merger mampu mencapai tingkat produksi pada skala ekonomis (economies of scale) yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga. Sebaliknya, merger, dalam skala tertentu, bisa berdampak negatif pada masyarakat manakala menimbulkan konsentrasi pasar atau menimbulkan dominasi oleh perusahaan hasil merger dalam industri tersebut. Disamping itu merger dan akuisisi yang diikuti oleh rasionalisasi, demi alasan efisiensi perusahaan, sering memunculkan PHK yang bisa menimbulkan masalah sosial dan ekonomi.

G. Proses Persetujuan Merger dan Akuisisi

Jika masing – masing direksi setuju, selanjutnya mereka membuat rencana merger yang memuat tentang rancangan anggaran dasar perusahaan hasil merger atau perusahaan yang diakuisisi, tata cara penyelesaian hak dan kewajiban pihak ketiga, tata cara konversi saham atau metode pembayaran, penyelesaian pemegang saham yang menolak merger atau akuisisi, dan estimasi lama proses merger atau akusisi. Selanjutnya masing – masing direksi membuat rencana rapat umum pemegang saham (RUPS) masing – masing perusahaan.

H. Klasifikasi Merger dan Akuisisi

1. Berdasarkan Akivitas Ekonomik  Merger Horizontal Meger horizontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang

bergerak dalam industri yang sama. Efek dari merger horizontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli. Bahkan jika para oligopolis ini melakukan merger maka struktur pasar akan mengarah pada monopoli.

 Merger Vertikal Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan – perusahaan

yang bergerak dalam tahapan – tahapan proses produksi atau operasi. Merger tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya dari industri hilir menuju industri hulu. Merger vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/ downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/ upward integration ).

 Merger Konglomerat Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang

masing – masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bidang bisnis semula. Apabila merger konglomerat ini dlakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi.

 Merger Eksistensi Pasar

Merger eksistensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk bersama – sama memperluas area pasar.

Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing – masing perusahaan. Merger eksistensi pasar sering dilakukan oleh perusahaan – perusahaan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar.

 Merger Eksistensi Produk Merger eksistensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua perusahaan

untuk memperluas lini produk masing – masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis produk dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas.

2. Berdasarkan Metode Pembiayaan  Kas Penggunaan kas sebagai alat pembayaran adalah yang paling sering dilakukan

dan paling disukai baik oleh pengakuisisi ataupun yang diakuisisi. Pembayaran secara tunai ini dilakukan ketika perusahaan memiliki uang tunai yang cukup besar dan uang tersebut telah direncanakan untuk mendanai transaksi.

 Hutang Jika pengakuisisi menggunakan kas untuk membiayai transaksi tersebut, tetapi

uang kas tersebut sebagian besar berasal dari pinjaman pihak ketiga (hutang), maka hal ini dinamakan leverage buyouts. Dengan kata lain, pembiayaan akuisisi dilakukan melalui hutang dan hanya sebagian kecil dibiayai dengan uang tunai pengakuisisi.

 Saham Jika pengakuisisi tidak memiliki cukup kas atau pemegang saham

perusahaan target masih tetap mempertahankan kepemilikan perusahaan yang dimerger maka pengakuisisi bisa menggunakan saham sebagai alat pembayaran.

Pembiayaan melalui saham terjadi ketika saham perusahaan target diganti atau ditukar dengan saham perusahaan hasil merger.

Rasio pertukaran antar saham tersebut didasarkan pada harga masing – masing saham berdasarkan kesepakatan kedua pihak.

 Kombinasi Kas, Hutang, dan Saham Jika pengakuisisi tidak memiliki cukup kas, tidak ingin menggunakan

saham seluruhnya, atau tidak ingin menggunakan hutang seluruhnya untuk membiayai transaksi, maka pengakuisisi bisa mengkombinasi dua atau tiga cara pembayaran tersebut. Dengan demikian pengakuisisi dapat menggunakan kas dan hutang, kas dan saham, hutang dan saham atau kas, hutang dan saham sebagai alat pembayaran. Manfaat bagi pengakuisisi adalah tidak harus membayar secara tunai seluruh nilai transaksi.

3. Berdasarkan Obyek Pajak  Terkena Pajak - Merger ke depan (forward merger) Merger ke depan (forward merger) merupakan merger yang melibatkan uang

kas sebagai media pembayaran sehingga merger tipe ini merupakan transaksi yang terkena pajak.

- Merger Berbalikan (reverse merger) Merger berbalikan adalah merger dimana pemilik saham hasil merger adalah

pemilik saham perusahaan yang dimerger. Dalam merger ini terjadi perubahan kepemilikan perusahaan hasil merger tersebut.

- Merger Melalui Perusahaan Anak (Subsidiary Merger) Merger Melalui Perusahaan Anak (Subsidiary Merger), dinamakan juga

Merger Segitiga (triangular merger), adalah merger yang dilakukan oleh perusahaan induk dengan melibatkan perusahaan anak.

- Merger segitiga berbalikan (triangular reverse merger) Merger segitiga berbalikan adalah merger yang (1) dilakukan antara

perusahaan target dengan perusahaan induk melalui perusahaan anak, (2) setelah merger, perusahaan anak dibubarkan dan perusahaan target dipertahankan hidup serta menjadi anak perusahaan induk. Pihak – pihak yang terlibat adalah :

o PT Induk (perusahaan induk) o PT Anak (perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki PT Induk) o PT Target (perusahaan yang akan dimerger)

 Bebas Pajak - Reorganisasi Tipe A / Merger Berdasar Statuta (statutory merger) Merger Berdasar Statuta (statutory merger), dinamakan juga Reorganisasi

Tipe A, adalah merger yang dilakukan dengan saling mempertukarkan saham.

- Reorganisasi Hybrid Tipe A (hybrid triangular merger) Reorganisasi Hybrid Tipe A dinamaukan juga merger segitiga ke depan

(forward triangular merger). Tipe merger bebas pajak (tax-free) ini terjadi apabila pengakuisisi melakukan penggabungan perusahaan target melalui

perusahaan anak. - Reorganisasi Tipe B Reorganisasi tipe B dinamakan juga “akuisisi saham untuk saham berhak

suara” (acquisition of stock for voting stock). Pengakuisisi hanya boleh menggunakan saham biasa berhak suara (voting

common stock ) untuk membeli/ mengambilalih saham biasa perusahaan target .

- Reorganisasi Tipe B Segitiga Variasi lain dari Reorganisasi Tipe B adalah merger melalui perusahaan anak

dan dinamakan pula merger segitiga bebas pajak. Pemilik perusahaan target menyerahkan sahamnya kepada perusahaan anak yang akan menerima penggabungan.

- Reorganisasi Tipe C Reorganisasi Tipe C dinamakan juga akuisisi properti untuk saham berhak

suara (acquisition of property for voting stock). Pengakuisisi harus mengambilalih minimal 80% dari nilai pasar wajar aset perusahaan target dengan menggunakan saham berhak suara pengakuisisi.

- Reorganisasi Tipe D Reorganisasi tipe D adalah bentuk khusus dari merge dimana perusahaan

yang ukurannya lebih kecil justru dipertahankan hidup, sedangkan perusahaan yang ukurannya lebih besar dibubarkan.

4. Berdasarkan Obyek yang Diakuisisi  Akuisisi Saham Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli

perusahaan, sehingga transaksi berakibat beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham – saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjualnya kepada pembeli/ pengakuisisi.

 Akuisisi Aset Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini

dinamakan akuisisi parsial. Akuisisi aset dilakukan apabila pihak pengakuisisi tidak ingin terbebani hutang yang ditanggung oleh perusahaan target.

5. Berdasarkan Perlakuan Akuntansi  Metode Pembelian Jika sebuah penggabungan bisnis melibatkan transaksi pembelian mayoritas

saham secara tunai oleh perusahaan lain yang berakibat beralihnya pengendalian, maka transaksi ini diperlakukan sebagai pembelian (purchase) dan metode akuntansi yang digunakan adalah metode pembelian (purchase method ).

 Metode Penyatuan Penggabungan usaha diperlakukan sebagai penyatuan kepentingan (pooling

interest ) jika pemegang saham perusahaan yang bergabung tetap melanjutkan kepemilikannya terhadap perusahaan hasil penggabungan.

I. Konsep Nilai

1. Nilai Intrinsik Nilai intrinsik adalah nilai dasar atau nilai senyatanya dari perusahaan kerika

perusahaan belum diakuisisi atau ketika masih berdiri secara terpisah (stand-alone) dibawah manajemen lama.

2. Nilai Pasar Bagi perusahaan yang mencatatkan sehamnya di pasar modal, nilai ini dicerminkan

oleh harga pasar saham, sedangkan bagi perusahaan yang belum go publik nilai pasar bisa ditetapkan dari harga pasar aset – aset yang dimiliki. Nilai pasar dinamakan juga

nilai kapitalisasi pasar, yaitu harga pasar saham per lembar dikalikan dengan jumlah lembar saham yang beredar di pasar.

3. Nilai/ Harga Beli

Harga beli adalah harga yang diantisipasi oleh pengakuisisi yaitu sebesar harga yang diminta oleh pemegang saham target. Harga beli bisa terbentuk dari hasil negosiasi

antara pengakuisisi dengan pemegang saham target.

4. Nilai Sinergi Sinergi adalah nilai lebih yang dihasilkan sebagai efek dari penggabungan perusahaan

diatas penjumlahan nilai masing – masing perusahaan seandainya tidak digabung.

5. Nilai Gap Nilai gap atau nilai kesenjangan adalah perbedaan antara nilai intrinsik dengan harga

beli. Semakin tinggi nilai gap berarti semakin besar premium yang dibayarkan kepada pemegang saham target.

6. Nilai Premium Akuisisi Semakin besar premium berarti semakin berat bagi pengakuisisi untuk menutup

premium tersebut. Implikasinya adalah sinergi yang tercipta harus lebih besar dari premium agar bisa menghasilkan Net Present Value (NPV) yang positif.

J. Motif Ekonomi

Motif ekonomi merger dan akuisisi meliputi :

1. Mengurangi waktu, biaya, dan risiko kegagalan memasuki pasar baru.

2. Mengakses reputasi teknologi, produk, dan merk dagang.

3. Memperoleh individu – individu sumberdaya manusia yang profesional.

4. Membangun kekuatan pasar (market power).

5. Membangun kekuatan monopoli.

6. Memperluas pangsa pasar.

7. Mengurangi persaingan.

8. Mendiversifikasi lini produk.

9. Mempercepat pertumbuhan.

10. Menstabilkan cash flow dan keuntungan.

K. Motif Sinergi

Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari dua kekuatan atau lebih elemen – elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas – aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri – sendiri. Senergi harus dipahami dalam konteks bahwa hasil riil atau manfaat ekstra tersebut harus jelas dan terukur. Pemahaman tentang sinergi harus dikaitkan dengan besarnya premium yang dibayarkan oleh perusahaan. Secara kuantitatif merger dan akuisisi akan dinilai berhasil apabila nilai sinergi lebih besar dibandingkan dengan premium sehingga memberikan Net Present Value (NPV) yang positif. Berikut ini disajikan bentuk – bentuk sinergi.

1. Sinergi operasi Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi

mampu mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya – sumberdaya perusahaan. Operating synergy dapat dibedakan dalam economies of scale dan economies of scope.

- Economies of scale atau skala ekonomis menunjukkan suatu keadaan dimana perusahaan mampu mencapai biaya rata – rata per unit yang semakin rendah seiring dengan semakin besarnya jumlah output yang diproduksi. Economies of scale dari merger dan akuisisi dapat dicapai melalui rasionalisasi produksi, penggunaan sistem distribusi tunggal, atau pengadaan input secara bersama. Namun demikian keadaan ini bisa berubah menjadi diseconomies of scale setelah melewati titik tertentu dimana biaya per unitnya semakin meningkat bila outputnya semakin besar.

- Economies of scope bisa diperoleh melalui merger dan akuisis ketika perusahaan mampu memanfaatkan secara maksimal satu input sumber daya

untuk menghasilkan beberapa output/ produk atau jasa.

2. Sinergi finansial Sinergi finansial (financial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger

memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber – sumber dari luar secara lebih mudah dan lebih murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun.

3. Sinergi manajerial Sinergi manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas

manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang lain atau ketika secara bersama – sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan – keputusan strategik.

4. Sinergi teknologi Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga

mereka saling memetik manfaat.

5. Sinergi pemasaran Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan

terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyaknya konsumen yang bisa dijangkau.

L. Motif Non-Ekonomi

Hubris Hypothesis yang menyatakan bahwa merger dan akuisisi semata – mata didorong oleh motif “ketamakan” dan kepentingan pribadi para eksekutif. Alasannya adalah mereka menginginkan perusahaan yang lebih besar. Jika hubris hypothesis ini melandasi merger dan akuisisi, maka hal – hal berikut seharusnya terjadi :

1. Harga saham pengakuisisi seharusnya turun setelah pasar mengetahui adanya rencana untuk mengakuisisi. Hal ini karena akuisisi bukan merupakan keinginan terbaik dari pemegang saham dan bukan merupakan sebuah alokasi yang efisisen dari kekayaan mereka.

2. Harga saham perusahaan target seharunya meningkat dengan adanya tawaran itu. Hal ini karena pengakuisisi bersedia membayar premium.

3. Kombinasi dari efek peningkatan nilai perusahaan target dengan penurunan nilai dari perusahaan pengakuisisi seharusnya negatif. Hal ini karena terjadinya tambahan biaya – biaya yang besar selama proses merger dan akuisisi.

M. Motif Defensif

Manajemen dan pemegang saham adalah dua pihak yang berkepentingan apabila terjadi pengambilalihan perusahaan. Alasan mengapa perusahaan melakukan taktik difensif adalah :

1. Keinginan manajemen atau jajaran direksi untuk mengamankan posisi strukturalnya.

2. Keinginan pemegang saham untuk meningkatkan posisi tawar mereka atau untuk mempertahankan kepemilikan pada perusahaan.

Manajemen perusahaan target dapat menerima tawaran tersebut dengan alasan :

1. Akuisisi tidak menyebabkan hilangnya posisi dan “power” mereka.

2. Akuisisi tidak menyebabkan hialangnya independensi untuk mengambil kebijakan secara otonom.

3. Akuisisi menyebabkan semakin baiknya kompensasi yang diterima oleh para manajer.

N. Teknik Difensif

Teknik difensif adalah cara yang digunakan untuk menghambat atau menggagalkan akuisisi. Taktik difensif yang bersifat aktif antara lain adalah :

1. Penggunaan Rekayasa Finansial

Taktik ini dilakukan oleh perusahaan dengan mengubah struktur finansial atau membuat kebijakan finansial sedemikian rupa sehingga calon pengakuisisi tidak

tertarik untuk melakukan akuisisi.

2. Peningkatan Kinerja Perusahaan Hal ini dimaksudkan agar perusahaan mampu memberikan keuntungan yang

maksimum bagi pemegang saham, sehingga mereka tidak menjual saham kepada calon pengakuisisi.

3. Perubahan/ amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Taktik ini bisa dilakukan dengan cara mengubah atau mengamandemen angggaran

dasar dan Anggaran Rumah Tangga perusahaan (shark repellent) sedemikian rupa sehingga sulit bagi perusahaan lain untuk melakukan akuisisi.

4. Golden Parachut Istilah yang digunakan untuk suatu perjanjian antara pengakuisisi dan manajemen

perusahaan target bahwa jajaran manajemen perusahaan target meminta jaminan kompensasi yang sangat besar dan benefits lain dari pengakuisisian atas kehilangan posisi mereka.

5. Dual-Class Share Perusahaan tidak hanya mengeluarkan satu jenis saham biasa, tetapi

mengeluarkan dua saham yang berbeda voting right-nya, misalnya saham kelas A dan kelas B. Saham kelas A memiliki voting power yang lebih rendah tetapi memiliki hak klaim yang lebih dulu terhadap deviden. Sebaliknya saham kelas B memiliki hak voting yang lebih besar tetapi memiliki hak klaim yang lebih rendah terhadap deviden.

6. Supermajority Amandment Melalui anggaran dasar perusahaan, merger atau akuisisi hanay bisa disetujui oleh

sejumlah suara tertentu pemegang saham.

7. Staggered Board of Director

Perusahaan target membuat peraturan melalui perubahan anggaran dasarnya bahwa jajaran direksi hanya akan bisa diganti setelah jangka waktu tertentu.

8. Pack-Man Defense Perusahaan target balik menawar saham perusahaan yang akan mengakuisisi.

9. Share Premium Buy-Back Perusahaan menawarkan untuk membeli kembali saham (repurchase stok) dari

pemegang saham dengan harga premium atau lebih tinggi dari harga yang ditawarkan oleh calon pengakuisisi.

10. White Knight Perusahaan target berusaha menggagalkan sebuah akuisisi dengan cara mencari

perusahaan lain yang lebih menguntungkan.

11. Selling The Crown Jewel Crown jewels digunakan untuk istilah aset – aset utama perusahaan. Taktik yang

dilakukan dengan menjual aset – aset utama perusahaan target ketika tejadi ancaman akuisisi.

12. Poisson Pill Perusahaan target memberi hak kepada pemegang sahamnya untuk membeli kembali

saham yang akan telah diakuisisi dengan harga yang murah atau hak untuk menukar saham dengan rasio yang menguntungkan.

13. Standstill Agreement Perjanjian yang menyebutkan bahwa pengakuisisi hanya boleh memiliki persentase

maksimum tertentu terhadap saham perusahaan target.

14. Liability Restructuring

Perusahaan mengubah struktur modal dengan meningkatkan leverage/ hutang dengan menjaminkan aset – aset perusahaan sehingga tidak menarik untuk diakuisisi.

15. LBO dan MBO Leverage buyout (LBO) dan management buyout (MBO) juga merupakan taktik

untuk menghambat takeover. Perusahaan yang melakukan LBO atau MBO ini biasanya diikuti dengan going private, yang selanjutnya kemungkinan untuk diakuisisi oleh perusahaan lain melalui tender offer sangat kecil karena mayoritas sahamnya hanya dimiliki oleh pihak tertentu seperti manajemen.

16. Golden Handcuffs Pengakuisisi harus tunduk pada ketentuan atau perjanjian dengan perusahaan target,

misalnya (1) pengakuisisi tidak boleh mengurangi jumlah karyawan target, (2) pengakuisisi tetap memperhatikan manajemen target, (3) pengakuisisi tidak menjual aset – aset strategik target pasca-akuisisi, (4) pengakuisisi tetap memberi keleluasaan manajemen target untuk mengambil keputusan secara independen.

17. Just Say “NO” Taktik ini boleh dikatakan paling sederhana karena pemegang saham target sekedar

menolak tawaran akuisisi.

18. Litigation Litigation adalah proses memperkarakan atau mengajukan gugatan hukum

pengakuisisi melalui pengadilan.

O. Spin-Off

Spin-off adalah pemisahan unit bisnis, divisi atau perusahaan anak dari perusahaan induk sehingga tercipta entitas bisnis yang baru dan independen. Spin-off digunakan (1) untuk membatalkan merger atau akuisisi yang ternyata, setelah berjalan sekian waktu, mengalami kegagalan dan (2) untuk mengatasi diversifikasi yang berlebihan.

P. Split-Off

Split-Off terjadi apabila sekelompok pemegang saham induk menerima saham perusahaan anak dan pada saat yang sama mereka harus melepaskan saham perusahaan induk yang

mereka miliki.

Q. Split-Up

Split-Up adalah serangkaian spin-off melalui pemecahan perusahaan sedemikian rupa sehingga terciptalah perusahaan – perusahaan baru dan tidak ada lagi eksistensi perusahaan yang dipecah

tersebut.

BAB III PEMBAHASAN

Berikut ini adalah analisa data laporan keuangan terkait dengan akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. yang telah dilakukan pada 13 Juli 2011 yang lalu.

PT. INDOSIAR KARYA MEDIA, TBK.

31 Desember 31 Desember

LIQUIDITY RATIO Current Ratio

1,340 0,619 Aset Lancar : Kewajiban Lancar

Quick (Acid-Test) Ratio (Aset Lancar - Persediaan) : Kewajiban Lancar

0,707 0,584 DEBT RATIOS

Debt Ratio 0,679 0,848 Jumlah Liabilitas : Jumlah Aset

PROFITABILITY RATIOS Gross Profit Margin

0,468 0,274 Laba Kotor : Pendapatan

Operating Profit Margin Operating Profit : Sales

0,060 -0,018 Net Profit Margin

Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa : 0,011 -0,113 Pendapatan

Earnings Per Share Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa :

1,043 -12,173 Jumlah Lembar Saham Biasa Beredar

Jumlah Lembar Saham Biasa Beredar (dalam lembar) 7.956.652.412 7.956.652.412

Return on Total Assets (ROA/ROI) Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa :

0,009 -0,108 Total Assets

Return on Common Equity (ROE) Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa :

0,027 -0,711 Total Equity

MARKET RATIOS

52,992 Book value per share of common stock

Market price per share of common stock 13,29

Rp147,44

Rp67,21 Price/Earnings (P/E) Ratio

Market price per share of common stock : Earnings per Share 12,744 -4,353 Market/Book (M/B) Ratio

Market price per share of common stock :

Market price per share of common stock : 0,09 0,79

PT. ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI, TBK.

31 Desember 2010 31 Desember 2011

LIQUIDITY RATIO Current Ratio

4,417 1,424 Aset Lancar : Kewajiban Lancar

Quick (Acid-Test) Ratio (Aset Lancar - Persediaan) : Kewajiban Lancar

3,947 1,280 DEBT RATIOS

Debt Ratio 0,271 0,331 Jumlah Liabilitas : Jumlah Aset

PROFITABILITY RATIOS Gross Profit Margin

Laba Kotor : Pendapatan

Operating Profit Margin Operating Profit : Sales

0,210 0,272 31 Desember 2010 31 Desember 2011

Net Profit Margin Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa :

0,150 0,178 Pendapatan

Earnings Per Share Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa :

0,098 0,131 Jumlah Lembar Saham Biasa Beredar

Jumlah Lembar Saham Biasa Beredar (dalam lembar) 5.127.302.220 5.640.032.442 Return on Total Assets (ROA/ROI)

Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa : 0,115 0,103 Total Assets

Return on Common Equity (ROE) Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa :

0,161 0,155 Total Equity

MARKET RATIOS

1823,705 Book value per share

Market price per share of common stock 750,87

Rp564,16

Rp846,31 Price/Earnings (P/E) Ratio

Market price per share of common stock : Earnings per Share 7644,60 13936,63 Market/Book (M/B) Ratio

Market price per share of common stock :

Book value per share of common stock 1,33 2,15

PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. telah melakukan akuisisi horizontal dimana perusahaan ini bergerak dalam bidang lembaga penyiaran swasta (LPS) mengakuisisi PT. Indosiar Karya Media, Tbk. yang juga berada dalam bidang yang sama. Akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. merupakan akuisisi yang terkena pajak dikarenakan PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. telah melakukan akuisisi horizontal dimana perusahaan ini bergerak dalam bidang lembaga penyiaran swasta (LPS) mengakuisisi PT. Indosiar Karya Media, Tbk. yang juga berada dalam bidang yang sama. Akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. merupakan akuisisi yang terkena pajak dikarenakan

penguasaan sebesar 72,76% atas saham PT. Indosiar Karya Media, Tbk. Setelah dilakukannya akuisisi oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. terhadap PT.

Indosiar Karya Media, Tbk. dengan landasan data laporan keuangan pada periode sebelum dan sesudah akuisisi, yaitu pada tahun 2010 dan 2011 ditemukan hal – hal yang tidak seharusnya terjadi. Hal ini adalah menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. dimana nampak dari kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang semakin menurun.

Kemampuan untuk menghasilkan keuntungan tersebut terlihat dari Gross Profit Margin yang menurun dari 0,468 menjadi 0,274, Net Profit Margin, Operating Profit Margin , Earnings Per Share , Return on Total Assets (ROA/ROI), dan Return on Common Equity (ROE) yang turun sangat drastis dimana sebelum diakuisisi berada pada kondisi yang positif. Namun, setelah dilakukan akuisisi berada pada kondisi yang negatif. Harga saham PT. Indosiar Karya Media, Tbk. mengalami fluktuasi setelah terjadinya akuisisi. Fluktuasi harga saham tersebut terjadi dengan meningkatnya harga saham setelah akuisisi hingga akhir Juli 2013 dan pada pertengahan Agustus 2013 mencapai harga terendah setelah akuisisi.

PT. Elang Media Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. ternyata mengalami penurunan dalam hal rasio likuiditas dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotor, dimana rasio likuiditas menurun sangat signifikan dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotornya menurun tidak terlalu signifikan. Rasio hutang juga meningkat, namun tidak signifikan. Upaya mengakuisisi PT. Indosiar Karya Media, Tbk. pembiayaannya dilakukan dengan penggadaian saham sebesar 1,6 miliar saham anak usahanya, PT. Surya Citra Media, Tbk. (SCMA) kepada Standard Charter Bank dan Citibank N.A . senilai Rp. 1,5 triliun. Dapat dikatakan bahwa upaya akuisisi ini dilakukan melalui cara kombinasi antara kas, hutang, dan saham kepada bank dengan sistem gadai atau jaminan dengan persentase penggunaan hutang yang terbanyak. Return on Total Assets (ROA/ROI) dan Return on Common Equity (ROE) milik PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. mengalami penurunan yang cukup besar.

Penyebab menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. adalah jumlah beban yang meningkat tajam antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Peningkatan beban ini dapat diakibatkan Penyebab menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. adalah jumlah beban yang meningkat tajam antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Peningkatan beban ini dapat diakibatkan

pendapatan. Di lain sisi, PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi

mengalami peningkatan dalam jumlah aset sebagai akibat adanya tambahan kepemilikan aset – aset baru yang berasal dari perusahaan yang diakuisisi.

Akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. tidak menghasilkan sinergi. Hal ini dikarenakan tidak terjadi prinsip sinergi dimana seharusnya perusahaan yang melakukan akuisisi dan perusahaan yang diakuisisi dapat meningkatkan kinerja perusahaannya. Jelas nampak bahwa PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan pengakuisisi dapat lebih unggul dibandingkan PT. Indosiar Karya Media, Tbk. Perusahaan yang dapat meningkatkan kinerjanya nampak dari analisa rasio keuangan yang menjadi semakin baik setelah dilaksanakan akuisisi. Banyak faktor yang menjadi alasan suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain, namun seharusnya tujuan yang hendak dicapai adalah sama antar kedua perusahaan yaitu untuk meningkatkan dan memaksimalkan kinerja kedua perusahaan tersebut.

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan dari makalah ini, ternyata teori yang ada itu tidak selalu sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Pada teori yang sebenarnya, seharusnya setelah perusahaan melakukan akuisisi. Perusahaan tersebut dapat meningkatkan kinerja kedua perusahaan yang dapat diukur dari laba yang diperoleh. Selain itu juga dapat dikatakan terjadi sinergi setelah melakukan akuisisi. Sedangkan pada kenyataannya telah ditemukan hal-hal yang tidak seharusnya terjadi.

Hal yang demikian terlihat dari kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk yang mengalami penurunan setelah melakukan akuisisi. Kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk semakin memburuk yang nampak dari Earning Per Share yang menjadi negatif.

Penyebab menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. adalah jumlah beban yang meningkat tajam antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Peningkatan beban ini dapat diakibatkan karena perusahaan pengakuisisi melimpahkan beban usahanya kepada perusahaan yang diakuisisi, dimana jumlah peningkatan beban jauh lebih besar dibandingkan jumlah peningkatan pendapatannya.

Sedangkan PT. Elang Media Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. ternyata juga tidak memperoleh keuntungan positif setelah mengakuisisi. PT. Elang Media Teknologi, Tbk. justru mengalami penurunan dalam hal rasio likuiditas dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotor.

Tidak hanya merugi dalam hal itu saja, akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. juga tidak menghasilkan sinergi. Ada pihak yang lebih unggul, yaitu perusahaan pengakuisisi Hal ini terjadi karena setelah melakukan akuisisi, kinerja yang diperoleh oleh kedua perusahaan itu tidak sesuai dengan prinsip sinergi yang ada. Dimana seharusnya tujuan yang akan dicapai bersama antar kedua perusahaan adalah untuk menghasilkan sinergi, meningkatkan dan memaksimalkan kinerja kedua perusahaan tersebut. Kejadian seperti ini seharusnya dapat dihindarkan, dimana sebenarnya perusahaan yang mengakuisisi dan diakuisisi dapat bekerjasama dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Yogyakarta: Ekonisia FE-UI Astutik, Yuni. 2011. Tak Ada Ruginya Akuisisi Indosiar.

(http://economy.okezone.com/read/2011/12/06/278/538598/tak-ada-ruginya-akuisisi- indosiar, diakses tanggal 2 Desember 2013)

Saputra, Ari. 2011. Beli Indosiar Rp 2,03 Triliun, Emtek Gadaikan Saham SCTV. (http://finance.detik.com/read/2011/04/05/135425/1608938/6/3/beli-indosiar-rp-203- triliun-emtek-gadaikan-saham-sctv, diakses tanggal 19 Desember 2013)

Triyatna, Stefanus Osa. 2011. KPPU: Akuisisi Indosiar Tidak Melanggar Undang-undang. (http://health.kompas.com/read/2011/12/21/18210318/KPPU.Akuisisi.Indosiar.Tidak.Mel anggar.Undang-undang, diakses tanggal 19 Desember 2013)

Anonim. 2011. IDKM : Indosiar Karya Media Tbk. (http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/PerformanceSummary/IDK M. pdf, diakses tanggal 19 Desember 2013)

Anonim. 2011. EMTK : Elang Media Teknologi Tbk. (http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/PerformanceSummary/EMT K. pdf, diakses tanggal 19 Desember 2013)

Purwantono, Suherman dan Surja, Sinarta. 2012. PT. Indosiar Karya Media Tbk dan Entitas Anak / and Subsidiaries. (http://static.indosiar.com/pdf/investor/audit_report_indo.pdf,

2 Desember 2013)

diakses tanggal

Purwantono, Suherman dan Surja, Sinarta. 2012. PT. Indosiar Karya Media Tbk dan entitas anak / and subsidiaries.

(http://www.emtek.co.id/Downloads/LaporanTriwulan/Laporan-Keuangan- Konsolidasi-per-31-Desember-2011.aspx, diakses tanggal 2 Desember 2013)

Anonim. 2013. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK.JK). (http://finance.yahoo.com/q/hp?s=EMTK.JK&a=00&b=1&c=2011&d=11&e=31&f= 2011&g=w, diakses tanggal 2 Desember 2013)

Anonim. 2013. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK.JK). (http://finance.yahoo.com/q/hp?s=EMTK.JK&a=00&b=1&c=2010&d=11&e=31&f=201 0&g=w, diakses tanggal 2 Desember 2013)

Anonim. 2013. Elang Mahkota Teknologi (http://id.wikipedia.org/wiki/Elang_Mahkota_Teknologi, diakses tanggal 4 Desember 2013)

Anonim. 2013. Indosiar (http://id.wikipedia.org/wiki/Indosiar, diakses tanggal 4 Desember 2013)

LAMPIRAN

PT. INDOSIAR KARYA MEDIA TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

ASET LANCAR

Kas dan setara kas Rp30.856.834.740 Rp158.057.366.512 Piutang usaha Pihak ketiga

Rp175.176.045.738 Rp275.009.217.466 Pihak - pihak berelasi

Rp209.000.000 Piutang lain - lain pihak ketiga

Rp1.158.653.090 Persediaan

Rp706.253.913

Rp26.526.855.644 Pajak dibayar di muka

Rp202.922.413.108

Rp64.465.963 Uang muka pembelian film dan uang muka lain - lain

Rp1.500.000

Rp5.096.546.848 Biaya dibayar di muka

Rp8.189.721.862

Rp2.858.024.202 Jumlah Aset Lancar

Rp11.877.206.032

Rp429.729.975.393

Rp468.980.129.725 ASET TIDAK LANCAR

Piutang pihak-pihak berelasi Rp10.070.000.000 Rp2.020.000.000 Aset pajak tangguhan - neto

Rp53.860.054.952 Aset tetap

Rp135.338.347.045

Rp339.534.527.807 Uang muka pembelian aset tetap

Rp340.870.190.520

Rp17.639.768.844 Taksiran tagihan pajak penghasilan

Rp8.494.059.580

Rp7.678.480.752 Beban tangguhan hak atas tanah

Rp10.787.195.797

Rp5.212.153.413 Aset tidak lancar lainnya

Rp5.259.493.350

Rp981.116.205 Jumlah Aset Tidak Lancar

Rp21.226.067.995

Rp532.045.354.287

Rp426.926.101.973 JUMLAH ASET Rp961.775.329.680 Rp895.906.231.698

LIABILITAS DAN EKUITAS

LIABILITAS JANGKA PENDEK

Utang bank jangka pendek Rp27.451.620.084 Rp20.000.000.000 Utang usaha Pihak ketiga

Rp85.673.502.415 Rp203.338.840.156 Pihak-pihak berelasi