Teknik Pembibitan Tanaman Padi LAPORAN P
PEMBIBITAN TANAMAN PADI
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 8
1. Felomenaria Saores Pardede
2. Dhanu Triyoso
3. Dheka Nur F
4. Muhammad Fauzy
5. Rona Alkanza
(141510501005)
(141510501136)
(141510501066)
(141510501166)
(141510501120)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara agraria
atau negara pertanian. Salah satu alasan Indonesia dikenal sebagai negara agraria
yaitu karena sektor pertanian merupakan leading sector dalam perekonomian
Indonesia dan masih banyak masyarakat Indonesia yang menggantungkan
kehidupannya dengan bekerja pada sektor pertanian. Pertanian merupakan aspek
terpenting dalam pemenuhan pangan untuk kehidupan masyarakat Indonesia. Saat
ini aspek pertanian pada bidang pangan adalah aspek strategis untuk
dikembangkan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan bahan pangan berupa
beras yang dihasilkan dari tanaman padi. Sebagian besar penduduk Indonesia
memilih memakan bahan pangan berupa beras karena dianggap memiliki kadar
protein yang tinggi.
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang
menjadi bahan baku makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.
Terdapat beberapa sistem budidaya tanaman padi yang diterapkan oleh petani di
Indonesia. Penerapan sistem budidaya tanaman padi bergantung pada kondisi
lingkungan dan budaya pada tiap-tiap daerah. Sistem budidaya yang banyak
diterapkan yaitu sistem budidaya konvensional namun kini ada beberapa sistem
budidaya yang dianjurkan oleh para ahli pertanian seperti sistem SRI dan Jajar
Legowo guna mengoptimalkan hasil produksi tanaman padi yang dibudidayakan.
Tanaman padi ditanam pada tanah yang telah diolah sedemikian rupa dan
tanah tersebut biasa disebut sawah. Bahan tanam yang digunakan untuk menanam
tanaman padi adalah bibit. Pembibitan tanaman padi menjadi salah satu fase
penting dan membutuhkan banyak perhatian pada perawatannya karena
pengolahan bibit yang kurang tepat akan sangat merugikan bagi para petani. Bibit
yang baik akan menghasilkan tanaman padi yang baik sehingga menambah
kualitas dan kuantitas produksi dan menambah jumlah keuntungan petani.
Pesemaian tanaman padi akan baik jika dilakukan ditanah yang subur dan
gembur karena tanah yang subur memiliki kandungan hara yang cukup dan baik
bagi pertumbuhan bibit padi. Lahan yang digunakan untuk pembibitan padi
sebaiknya lahan yang mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk mendukung
proses fotosintesis bibit padi misalnya tidak ada pohon yang menghalangi sinar
matahari sehingga bibit padi dapat menerima sinar matahari sebagai bahan untuk
melakukan proses fotosintesis. Sistem pengairan juga akan sangat berpengaruh
pada pembibitan tanaman padi. Kadar air yang digunakan untuk pembibitan
tergantung pada model pembibitan yang diterapkan karena terdapat 2 model
pembibitan yang umum dilakukan oleh petani yaitu model pembibitan basah dan
pembibitan kering.
Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan budidaya padi yaitu keberhasilan
pada fase pembibitan. Bibit yang baik adalah bibit yang tidak terkena serangan
penyakit maupun gangguan hama. Perawatan pada bibit padi sangat penting
dilakukan guna menghasilkan bibit yang sehat dan baik pertumbuhannya. Bibit
akan dipindahkan dan siap untuk ditanam saat umur bibit sudah mencapai
ketentuan siap tanam tergantung sistem budidaya yang diterapkan oleh para
petani.
1.2 Tujuan
1.2.1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasarkan konsentrasi
larutan uji.
1.2.2. Mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode
pembibitan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kamil (1982) dalam Misran (2014), bibit merupakan tumbuhan muda
yang sangat menentukan untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Keberhasilan
membudidayakan tanaman padi untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal
akan sangat ditentukan pada keberhasilan fase pembibitan tanaman padi. Proses
pembibitan meliputi penetapan waktu pembibitan,persiapan benih, pembuatan
media semai, penaburan atau penyebaran benih, pemeliharaan, pencabutan bibit
dan pengangkutan bibit ke areal tanam. Serangkaian proses pembibitan tersebut
harus dilakukan secara benar agar dapat menghasilkan bibit yang baik.
Menurut Anggraini, dkk (2013), faktor penentu keberhasilan pertumbuhan
bibit dikendalikan oleh dua faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
berhubungan dengan sifat yang diwariskan oleh indukan sedangkan faktor
lingkungan berkaitan dengan kondisi lingkungan tempat dimana bibit tersebut
ditanam. Kondisi lingkungan yang tepat akan mempengaruhi potensi hasil
tanaman misalnya tempat menanam padi tidak kelilingi oleh pohon besar yang
dapat menghalangi sinar matahari agar bibit padi mendapatkan cahaya matahari
yang lebih banyak dan mampu berfotosintesis secara optimal. Menurut Lakitan
(2007) dalam Chairuman (2013), tinggi tempat berpengaruh pada radiasi matahari
dan berpengaruh pada suhu. Semakin tinggi temat maka suhu semakin rendah.
Suhu mempengaruhi metabolisme yang tercermin dalam berbagai karakter seperti
laju pertumbuhan, pembungaan, pembentukan buah, dan pematangan jaringan
atau organ tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi umur panen.
Menurut Masniawati, dkk (2013), fase pertumbuhan dan kualitas bibit juga
dipengaruhi oleh benih padi. Benih padi adalah gabah yang didapat dengan cara
dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih
ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan
perontokan,
pembersihan,
peneringan,
penyimpanan
benih
sampai
fase
pertumbuhan . Setiap fase harus dilakukan secara benar dan tepat guna
mengurangi kerugian akibat kesalahan dalam melakukan proses-proses tersebut.
Menurut Sutariarti, dkk (2014), syarat penting sebelum melakukan kegiatan
budidaya tanaman padi untuk mendapatkan hasil produksi tanaman yang
menguntungkan secara ekonomis yaitu dengan penggunaan benih bermutu tinggi.
Persiapan dan perlakuan benih dirasa sangat penting untuk menjaga dan
meningkatkan mutunya agar dapat menumbuhkan bibit yang baik dan tidak
terserang penyakit. Menurut Wahyuni (2011), produksi benih yang kurang optimal
dan teknik pemeliharaan benih yang kurang baik dapat berdampak pada
penurunan daya berkecambah dan vigor benih karena penurunan kualitas benih.
Benih yang bervigor tinggi mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam proses
perkecambahan dalam kondisi lingkungan yang beragam. Menurut Idaryani, dkk
(2012), benih bermutu tinggi adalah benih yang memiliki mutu mencakup mutu
genetis, mutu fisik dan mutu fisiologis. Untuk memenuhi ketigacakupan mutu
tersebut, perlu adanya penanganan yang terencana dengan baik sejak di lapangan,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Bibit yang bermutu dapat diperoleh
dengan
penggunaan
benih
bersertifikat.
Penggunaan
benih
bersertifikat
merupakan faktor yang sangat mendukung untuk mendapatkan hasil produksi
yang bermutu. Kualitas benih yang baik juga menentukan peningkatan kualitas
produksi dan produktivitas padi. Pada umumnya, benih bersertifikat memiliki
keunggulan berupa keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasahan buah.
Keseragaman tiga fase tersebut menyebabkan hasil produksi yang dapat dipanen
sekaligus. Rendem beras tinggi akan meningkatkan mutu produksi beras yang
dihasilkan.
Menurut Purwono dan Heni (2007), dibutuhkan ± 20-25 kg benih per
hektarnya. Benih diuji terlebih dahulu sebelum dilakukan penyemaian. Pengujian
benih dilakukan dengan cara perendaman benih pada larutan air garam (200g
garam per liter air). Benih yang tidak layak adalah benih yang mengambang pada
permukaan larutan air garam. Benih yang tenggelam ditiriskan, lalu dicuci dan
direndam dengan air bersih selama 24 jam. Perendaman ini dilakukan untuk
memecahkan dormansi. Benih yang siap untuk disemai yaitu benih yang sudah
muncul bintik putih pada bagian ujung bakal lembaga. Menurut Redaksi Rineka
Cipta (1986), pengujian terhadap kualitas benih merupakan suatu hal yang penting
guna menghindari petani dari ancaman kerugian akibat kegagalan panen pada
usahataninya. Benih yang baik dan unggul meruakan benih yang ditunjang dengan
kultur teknik yang mantap. Tujuan pengujian benih ialah untuk mengkaji dan
menetapkan nilai setiap contoh benih, yang perlu diuji selaras dengan faktor
kualitas benih.
Menurut Martodireso dan Widada (2007), bibit yang siap pindah yaitu bibit
yang telah memiliki daun sebanyak 5-6 helai, tinggi sekitar 22-25 cm, batang
bawah besar dank eras, bebas hama dan penyakit, serta pertumbuhannya seragam.
Bibit yang memenuhi syarat tersebut adalah bibit-bibit yang siap untuk dicabut.
Saat akan melakukan pencabutan bibit, petani harus mengetahui dengan benar
cara pencabutan bibit agar bibit tetap terikat semua dan tidak rusak. Akar
merupakan bagian yang sangat perlu diperhatikan saat melakukan pencabutan
bibit.
Menurut Napitupulu, et al. (1997) dalam Pinem, dkk (2013), populasi tanaman
akan berpengaruh pada pertumbuhan bibit padi. Pengaturan jarak tanam harus
diusahakan sesuai dengan pertumbuhan bibit padi agar mengurangi persaingan
antara tanaman satu dengan tanaman yang lainnya. Menurut Uphoff (2001) dalam
Pinem, dkk (2013), kegiatan menanam satu benih per lubang tanam akan
menghemat penggunaan benih dan menciptakan ruang untuk tanaman menyebar
dan memperdalam perakarannya sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat
dalam memperoleh ruang tumbuh, cahaya dan nutrisi untuk dapat tumbuh dan
berkembang.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum matakuliah Pengantar Teknologi Pertanian acara “ Pembibitan
Tanaman Padi ” dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 pukul 07.00 –
10.00. Praktikum ini dilaksanakan di Agroteknopark Jubung
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Benih padi
2. Pupuk ZA
3. Air
4. Jerami
3.2.2 Alat
1. Timba
2. Timbangan
3. Alat tulis
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Menentukan Mutu Benih
1. Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap liter air
dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume benih yang
akan diuji.
2. Memasukkan secara hati-hati benih padi yang akan diuji kedalam lautan sambil
diaduk secara merata.
3. Mengambil benih padi yang mengapung kemudian menimbang dan mencatat
hasil timbangan.
4. Membuang secara hati-hati larutan uji sehingga yang tersisa tinggal benih padi
yang tenggelam pada dasar timba. Menimbang dan mencatat beratnya.
5. Mencuci benih padi yang telah lolos uji dengan air bersih, kemudian merendam
benih padi yang telah dicuci dalam air bersih selama 24 jam.
6. Meniriskan benih padi yang sudah direndam dan menaburkan benih padi ke
persemaian.
3.3.2. Pembibitan Padi Secara Basah
1. Menyiapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang subur sesuai dengan buku
teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan pembibitan tinggi 20 cm dan
lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau menyesuaikan kondisi lahan.
2. Menaburkan benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media semai
yang basah tetapi tidak menggenang. Bila dikhawatirkan ada hujan maka
menutup permukaan media semai menggunakan potongan jerami setebal satu
lapisan.
3. Menjaga kondisi air selama berlangsung kegiatan pembibitan dan melakukan
kegiatan pemeliharaan lain sesuai dengan buku teknis yang telah ditetapkan.
4. Mencabut benih setelah berumur 21 hari dan mengikat setiap kumpulan bibit
sampai bibit siap diangkut dan ditanam diareal tanam.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Menentukan Mutu Benih
Uraian
Berat
Hasil Pengamatan
Benih 0,26 gram
Keterangan
Benih yang mengapung
yang
adalah benih yang tidak
Mengapung
Berat
Benih 5, 34 gram
lolos uji bernasan
Benih yang siap disebar
yang Tenggelam
Persentase
5,34
5,34 +0,26
×100% = 95, 36%
Benih Baik
Persentase benih yang
lolos uji kebernasan dan
siap disebar
4.1.2 Pembibitan Tanaman Padi
Uraian
Hasil Pengamatan
Keterangan
Varietas
Sintanur
Benih
Sebar
yang
digunakan merupakan
benih
Tanggal Sebar
14 Maret 2015
unggul
bersertifikat
Praktikum pembibitan
dengan
kegiatan
menyebar benih pada
Tanggal Tanam
14 Maret 2015
lahan yang disediakan
Praktikum tergantung
varietas padi
PEKERJAAN PEMBIBITAN TANANAMAN PADI
1
Penyiapan Benih
1.
Tahap pekerjaan :
Benih yang akan dipergunakan para praktikan yang telah di
sediakan oleh pihak pengelolah ATP Jubung dengan varietas
sintanur adalah benih bermutu bersertifikat.
2.
3.
Pengamatan hasil :
Terdapat benih yang tenggelam dan mengapung setelah
melalui uji kesehatan benih dengan direndam selama 24 jam.
Keterangan :
Kegiatan ini dilakukan di ATP Jubung pada hari Sabtu, tanggal
14 Maret 2015 pada pukul 07.00 WIB
2.
Pembuatan Bedengan pembibitan
1. Tahap Pekerjaan :
Pesemaian Basah:
1.
2.
3.
4.
1. Membersihkan lahan dari rumput dan jerami.
2. Menggenangi sawah dengan air agar tanah menjadi lunak.
3. Membajak dan menggaru tanah.
4. Membuat bedengan dan memperbaiki saluran yang bocor.
Pesemaian kering:
1.
2.
3.
4.
1. Membersihkan rumput dan jerami.
2. Membolak-balik tanah dengan cangkul.
3. Menggaru tanah.
4. Membuat bedengan.
2. Pengamatan hasil :
1. Tanah persemaian sebaiknya harus bebas dari sisa rumput dan
jerami.
2. Terdapat bedengan dengan ukuran tinggi 15-20 cm, lebar 120
cm, dan panjang 500-600 cm (disesuaikan dengan kondisi
lahan dan kebiasaan petani).
3.
Keterangan :
Luas persemaian yang digunakan adalah 1/20 areal sawah yang
akan ditanami untuk persemaian basah. Tanah yang digunakan
sebagai lahan pesemaian harus betul-betul subur. Untuk
persemaian kering, kondisi dan kadar air tanah dalam kapasitas
lapang.
3.
Penyebaran Benih
1. Tahapan Pekerjaan :
Benih yang diletakkan pada ember, benih diambil sebanyak
segenggam tangam, lalu di sebarkan secara merata ke dalam
petak tanah yang sudah dibuat bedengan. Setelah benih
2.
disebar, lalu bedengan ditutupi dengan jerami.
Pengamatan hasil :
Benih yang telah disebar secara merata lalu di tutupi oleh
lapisan jerami sebanyak satu lapis jerami agar benih tidak
mengumpul pada satu tempat saat terkena benturan dengan
3.
hujan.
Keterangan :
Dilakukan di Agrotechnopark Jubung pada hari Sabtu, tanggal
14 Maret 2015 pada pukul 07.00 WIB.
4.
Pemeliharaan Pembibitan
1. Tahapan Pekerjaan :
1. Menjaga kecukupan air agar bibit tidak kekeringan.
Pembibitan basah: air yang berada diantara bedengan setinggi
mendekati permukaan bedengan.
Pembibitan kering: ketersediaan air sesuai dengan kapasitas
lapang.
2. Mengawasi areal pembibitan secara intensif untuk mencegah
2.
3.
kerusakan akibat hama.
Pengamatan hasil :
Areal pembibitan atau persemaian bebas dari serangan OPT.
Keterangan :
Pengendalian terhadap
pengolahan media semai.
gangguan
gulma
adalah
saat
5.
Pencabutan dan Pemindahan Bibit
1. Tahapan Pekerjaan :
1.
2.
Pengamatan hasil :
3. Keterangan :
1.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Agrotechnopark (ATP)
Jubung pada tanggal 14 Maret 2015 dan dilanjutkan dengan uji kebernasan benih
yang dilakukan secara berkelompok setelah pelaksanaan kegiatan praktikum, data
uji kebernasan benih yang dilakukan oleh kelompok 8 golongan A yaitu
persentase benih baik sebesar 95, 36 % dari total berat keseluruhan benih 5,60
gram. Berat benih yang mengapung yaitu sebesar 0,26 gram. Penimbangan berat
benih dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas
Jember. Benih yang disebar dapat dikategorikan sebagai bibit unggul. Selain
bersertifikat, benih yang lolos uji kebernasan benih lebih dari 90% dari jumlah
total benih yang di uji. Benih yang tidak mengapung atau benih yang tenggelam
adalah benih yang siap disebar pada lahan pesemaian. Sedangkan benih yang
mengapung adalah benih yang tidak layak untuk disebar karena benih yang
mengapung memiliki bernas benih yang tidak layak.
Teknis penyiapan lahan yang akan digunakan untuk usaha pembibitan padi
yaitu dikerjakan 3-7 hari sebelum menyebar benih. Persiapan yang dilakukan
untuk menyiapkan lahan usaha pembibitan bergantung pada sistem pembibitan
yang digunakan. Pada pengamatan dan kegiatan praktikum yang dilaksanakan
oleh praktikan, sistem pembibitan yang digunakan yaitu dengan pesemaian basah.
Untuk pesemaian basah, tanah yang digunakan harus benar-benar subur. Sebelum
digenangi dengan air, lahan yang akan digunakan untuk pesemaian harus bersih
dari sisa-sisa rumput dan jerami. Setelah bersih dari rumput dan jerami, sawah
digenangi air agar tanah sawah menjadi lunak dan siap untuk dibajak. Sawah
dibajak dan digaru sebanyak 2 kali agar tanah menjadi berlumpur dan halus untuk
siap dibentuk bedengan dengan tinggi 15-20 cm dengan ukuran dasar luas
pesemaian yang dibuat harus ± 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami.
Teknis penyiapan lahan larus dilakukan secara benar. Penyiapan lahan yang
kurang baik akan menciptakan lahan yang kurang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Hama dan gulma akan sulit dikendalikan jika pada sebelumnya lahan
dikelola dengan metode dan sistem yang salah. Hal tersebut tentu saja akan
mengurangi kualitas pertumbuhan dan produksi tanaman.
Sebelum melakukan penanaman bibit, perlu dilakukan persemaian terlebih
dahulu. Pembiakkan tanaman biji dilakukan dengan melalui pesemaian. Tanaman
yang masih muda pada umumnya adalah tanaman yang rentan terhadap
lingkungan yang terbuka dan rentan terhadap serangan OPT. pemeliharaan
tanaman muda di lingkungan yang terbuka merupakan hal yang sulit dilakukan
dan kurang efisien. Pesemaian dapat memudahkan dan mengefisienkan serta
memungkinkan untuk menghasilkan bibit yang baik dan layak untuk
dikomersilkan.
Benih yang siap disebar pada lahan pesemaian yaitu benih yang telah lolos uji
kebernasan benih. Benih yang lolos uji kebernasan benih merupakan benih yang
tenggelam saat diletakkan pada larutan uji kebernasan benih. Benih yang disebar
harus benih yang bermutu dan bebas dari serangan hama dan penyakit. Teknik
yang digunakan untuk menyebar benih yaitu dengan menyebar benih secara
merata pada lahan pesemaian yang telah disediakan oleh pihak ATP Jubung.
Faktor-fakor yang mempengaruhi keberhasilan pembibitan tanaman padi yaitu
faktor genetik dan faktor lingkungan pembibitan. Faktor genetik yang
mempengaruhi keberhasilan bibit yaitu kualitas benih yang dipakai. Sedangkan
faktor lingkungan yang menentukan keberhasilan pembibitan yaitu tempat dimana
bibit tersebut disemaikan (Anggraini dkk, 2013). Berdasarkan hasil pengamatan
dan kegiatan praktikum yang dilaksanakan, benih yang digunakan praktikum
merupakan bibit yng bermutu karena benih yang disediakan merupakan benih
yang memiliki label. Lahan yang digunakan untuk pesemaian merupakan lahan
yang layak dan sudah memenuhi ketentuan syarat lahan pesemaian yang
dianjurkan.
Pemeliharaan bibit merupakan salah satu fase yang memerlukan perhatian.
Bibit yang terpelihara dengan baik akan menjadi faktor keberhasilan pertumbuhan
bibit padi. Hal yang paling utama dalam melakukan perawatan bibit padi yaitu
dengan menjaga kecukupan air pada lahan. Model dan sistem pembibitan harus
disesuaikan dengan air yang dibutuhkan agar mencegah perkembangan hama dan
penyakit. Selain kecukupan air, gulma yang tumbuh harus tetap dikendalikan
untuk mengurangi tingkat persaingan dengan bibit. Menurut Jamilah (2013),
apabila gulma tidak dikendalikan akan menyebabkan gangguan pertumbuhan
tanaman dan produksi padi. Kerapatan gulma per satuan luas akan berbanding
lurus pada penurunan hasil produksi padi.
Benih yang telah disebar dengan merata pada lahan pesemaian harus segera
ditutup atau dilapisi dengan jerami. Jerami yang menutupi benih berfungsi sebagai
pelindung benih dari benturan dengan air hujan. Jika letak benih yang sudah
disebar secara merata dan kemudian terbentur oleh benturan air hujah, benihbenih tersebut akan menggerombol dan menyebabkan kerapan benih yang kurang
seragam.
Berdasarkan pengamatan terhadap OPT yang dilaksanakan di ATP Jubung,
organisme pengganggu tanaman yang teramati secara dominan pada pembibitan
padi yaitu dari kelompok hama. Kelompok hama yang mengganggu pembibitan
padi harus segera dikendalikan agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit. Untuk
itu diperlukan pengawasan secara intensif untuk menghindari kerugian akibat
kegagalan pembibitan padi. Selain kelompok hama, gulma dapat dicegah melalui
pengolahan media semai yang baik.
Pemeliharaan bibit padi dan pengawasan terhadap OPT sangatlah penting
dilakukan. Perawatan bibit dan pengawasan yang intensif akan membantu
mensukseskan kegiatan pembibitan padi. Bila bibit rusak akibat serangan OPT
tentu saja akan menurunkan kualitas dan kuantitas produksi padi. Pengawasan
harus dilaksanakan secara optimal untuk mengurangi dampak kerugian akbat
serangan hama dan penyakit tanaman. Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan
pembibitan padi.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembibitan Padi Metode Kuadran Kelompok 8.
No.
1.
2.
3.
4.
Uraian
Benih Berkecambah
Benih Sakit
Benih Tidak Berkecambah
Benih Total
Jumlah
848
26
74
948
Petak kuadran adalah metode untuk mengamati dan mengawasi pembibitan
padi pada suatu lahan. Penggunaan metode petak kuadran yaitu untuk
mempermudah petani dalam pengamatan dan pengendalian OPT pada lahan
pembibitan. Bibit yang tumbuh maupun yang terserang penyakit akan dengan
mudah terhitung dengan metode petak kuadran. Sampel diambil secara acak untuk
memudahkan
dan
mengefisiensi
pengidentifikasian
bermasalah maupun pertumbuhan bibit pada lahan.
terhadap
bibit
yang
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Persentase benih baik sebesar 96, 36% dari berat total benih 5,60 gram. Benih
dengan persentase baik adalah benih yang siap disebar.
2. Teknik penyiapan lahan dilakukan tergantung pada sistem pembibitan yang
digunakan. Untuk sistem pembibitan basah, pembajakan dan penggaruan
dilakukan 2 kali untuk melumpurkan tanah dan siap dibentuk bedengan.
3. Pesemaian dilakukan untuk membiakkan tanaman berbiji. Pesemaian dilakukan
untuk mempermudah usaha pembibitan tanaman padi.
4. Benih disebarkan secara merata pada lahan yang telah disediakan. Penyebaran
benih yang tidak merata akan mengakibatkan pertumbuhan benih yang tidak
seragam.
5. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembibitan yaitu kualitas benih dan
lingkungan tempat pembibitan dilangsungkan.
6. Pemeliharaan bibit dilakukan dengan mengawasi kadar kecukupan air pada
lahan tempat pembibitan dan pengawasan terhadap pertumbuhan gulma serta
pengendalian OPT lainnya.
7. Jerami berfungsi sebagai pelindung benih yang telah disebar dar benturan air
hujan.
8. Benih yang sakit akibat terserang OPT yaitu sebanyak 26 benih dan benih yang
tidak berkecambah sebanyak 74 benih.
9. Pengamatan terhadap OPT untuk tetap mengkondisikan bibit padi dalam
kondisi yang baik dan sehat guna keberhasilan usaha pembibitan tanaman padi.
10. Metode petak kuadran berfungsi sebagai pengambilan sampel bibit pada suatu
lahan untuk mengidentifikasi pertumbuhan dan permasalahan pada bibit padi.
5.2 Saran
Fase pembibitan merupakan fase penting untuk menunjang produksi padi.
Pembibitan harus dilakukan dengan benar agar pertumbuhan tanaman padi dapat
bertumbuh secara optimal. Diharapkan pada masa yang akan datang, petani dapat
meningkatkan sistem budidaya padi dengan meningkatkan kualitas padi melalui
peningkatan kualitas bibit padi yang digunakan. Sudah seharusnya pemerintah
mendistribusikan dukungan kepada para petani berupa penyuluhan tentang tata
cara pembibitan yang dianjurkan oleh para ahli-ahli pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F., Agus S., dan Nurul A. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada
Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.). Varietas Inpari 13. Produksi
Tanaman, 1(2): 52-60.
Chairuman, N. 2013. Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah
Berbasis Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Dataran Tinggi
Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Pertanian Tropik, 1(1): 47-54.
Idaryani, Suriany, dan Arman W. 2012. Pengaruh Jenis Kemasan dan Periode
Simpan Terhadap Viabilitas Benih Beberapa Varietas Padi. Agrisistem, 8(2):
87-97.
Jamilah. 2013. Pengaruh Penyiangan Gulma dan Sistim Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.). Agrista,
17(1): 28-35.
Martodireso, S., Widada A. S. 2007. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam Era
Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.
Masniawati, A., Tutik K., Risco B. G., dan Risnawaty R. 2013. Identifikasi
Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu
Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Manasir, 1(1): 51-59.
Misran. 2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Padi Sawah. Penelitian Pertanian Terapan, 14(1): 39-43.
Pinem, A. H., Asil B., dan Chairani B. 2013. Efektifitas Jarak Tanam dan Jumlah
Benih Per Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo.
Agroteknologi, 1(4): 921-929.
Purwono, Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Redaksi Rineka Cipta. 1986. Teknologi Benih. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutariarti, G. A. K., Zul’aiza, Stefany D., LD, Muhammad A. K., Sri W., La M.
2014. Invigorasi Benih Padi Gogo Lokal Untuk Meningkatkan Vigor dan
Mengatasi Permasalahan Dormansi Fisiologis Pascapanen. Agroteknos,
4(2): 10-17.
Wahyuni, Sri. 2011. Peningkatan Daya Berkecambah dan Vigor Benih Padi
Hibrida Melalui Invigorasi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 30(2):
83-87.
LAMPIRAN
Gambar 1. Berat Benih yang Tenggelam
Gambar 3. Bibit yang Tumbuh pada
Bedengan Golongan A
Gambar 2. Berat Benih yang
Mengapung
Gambar 4. Penghitungan Jumlah Bibit
dengan Metode Kuadran
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 8
1. Felomenaria Saores Pardede
2. Dhanu Triyoso
3. Dheka Nur F
4. Muhammad Fauzy
5. Rona Alkanza
(141510501005)
(141510501136)
(141510501066)
(141510501166)
(141510501120)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara agraria
atau negara pertanian. Salah satu alasan Indonesia dikenal sebagai negara agraria
yaitu karena sektor pertanian merupakan leading sector dalam perekonomian
Indonesia dan masih banyak masyarakat Indonesia yang menggantungkan
kehidupannya dengan bekerja pada sektor pertanian. Pertanian merupakan aspek
terpenting dalam pemenuhan pangan untuk kehidupan masyarakat Indonesia. Saat
ini aspek pertanian pada bidang pangan adalah aspek strategis untuk
dikembangkan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan bahan pangan berupa
beras yang dihasilkan dari tanaman padi. Sebagian besar penduduk Indonesia
memilih memakan bahan pangan berupa beras karena dianggap memiliki kadar
protein yang tinggi.
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang
menjadi bahan baku makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.
Terdapat beberapa sistem budidaya tanaman padi yang diterapkan oleh petani di
Indonesia. Penerapan sistem budidaya tanaman padi bergantung pada kondisi
lingkungan dan budaya pada tiap-tiap daerah. Sistem budidaya yang banyak
diterapkan yaitu sistem budidaya konvensional namun kini ada beberapa sistem
budidaya yang dianjurkan oleh para ahli pertanian seperti sistem SRI dan Jajar
Legowo guna mengoptimalkan hasil produksi tanaman padi yang dibudidayakan.
Tanaman padi ditanam pada tanah yang telah diolah sedemikian rupa dan
tanah tersebut biasa disebut sawah. Bahan tanam yang digunakan untuk menanam
tanaman padi adalah bibit. Pembibitan tanaman padi menjadi salah satu fase
penting dan membutuhkan banyak perhatian pada perawatannya karena
pengolahan bibit yang kurang tepat akan sangat merugikan bagi para petani. Bibit
yang baik akan menghasilkan tanaman padi yang baik sehingga menambah
kualitas dan kuantitas produksi dan menambah jumlah keuntungan petani.
Pesemaian tanaman padi akan baik jika dilakukan ditanah yang subur dan
gembur karena tanah yang subur memiliki kandungan hara yang cukup dan baik
bagi pertumbuhan bibit padi. Lahan yang digunakan untuk pembibitan padi
sebaiknya lahan yang mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk mendukung
proses fotosintesis bibit padi misalnya tidak ada pohon yang menghalangi sinar
matahari sehingga bibit padi dapat menerima sinar matahari sebagai bahan untuk
melakukan proses fotosintesis. Sistem pengairan juga akan sangat berpengaruh
pada pembibitan tanaman padi. Kadar air yang digunakan untuk pembibitan
tergantung pada model pembibitan yang diterapkan karena terdapat 2 model
pembibitan yang umum dilakukan oleh petani yaitu model pembibitan basah dan
pembibitan kering.
Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan budidaya padi yaitu keberhasilan
pada fase pembibitan. Bibit yang baik adalah bibit yang tidak terkena serangan
penyakit maupun gangguan hama. Perawatan pada bibit padi sangat penting
dilakukan guna menghasilkan bibit yang sehat dan baik pertumbuhannya. Bibit
akan dipindahkan dan siap untuk ditanam saat umur bibit sudah mencapai
ketentuan siap tanam tergantung sistem budidaya yang diterapkan oleh para
petani.
1.2 Tujuan
1.2.1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasarkan konsentrasi
larutan uji.
1.2.2. Mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode
pembibitan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kamil (1982) dalam Misran (2014), bibit merupakan tumbuhan muda
yang sangat menentukan untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Keberhasilan
membudidayakan tanaman padi untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal
akan sangat ditentukan pada keberhasilan fase pembibitan tanaman padi. Proses
pembibitan meliputi penetapan waktu pembibitan,persiapan benih, pembuatan
media semai, penaburan atau penyebaran benih, pemeliharaan, pencabutan bibit
dan pengangkutan bibit ke areal tanam. Serangkaian proses pembibitan tersebut
harus dilakukan secara benar agar dapat menghasilkan bibit yang baik.
Menurut Anggraini, dkk (2013), faktor penentu keberhasilan pertumbuhan
bibit dikendalikan oleh dua faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
berhubungan dengan sifat yang diwariskan oleh indukan sedangkan faktor
lingkungan berkaitan dengan kondisi lingkungan tempat dimana bibit tersebut
ditanam. Kondisi lingkungan yang tepat akan mempengaruhi potensi hasil
tanaman misalnya tempat menanam padi tidak kelilingi oleh pohon besar yang
dapat menghalangi sinar matahari agar bibit padi mendapatkan cahaya matahari
yang lebih banyak dan mampu berfotosintesis secara optimal. Menurut Lakitan
(2007) dalam Chairuman (2013), tinggi tempat berpengaruh pada radiasi matahari
dan berpengaruh pada suhu. Semakin tinggi temat maka suhu semakin rendah.
Suhu mempengaruhi metabolisme yang tercermin dalam berbagai karakter seperti
laju pertumbuhan, pembungaan, pembentukan buah, dan pematangan jaringan
atau organ tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi umur panen.
Menurut Masniawati, dkk (2013), fase pertumbuhan dan kualitas bibit juga
dipengaruhi oleh benih padi. Benih padi adalah gabah yang didapat dengan cara
dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih
ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan
perontokan,
pembersihan,
peneringan,
penyimpanan
benih
sampai
fase
pertumbuhan . Setiap fase harus dilakukan secara benar dan tepat guna
mengurangi kerugian akibat kesalahan dalam melakukan proses-proses tersebut.
Menurut Sutariarti, dkk (2014), syarat penting sebelum melakukan kegiatan
budidaya tanaman padi untuk mendapatkan hasil produksi tanaman yang
menguntungkan secara ekonomis yaitu dengan penggunaan benih bermutu tinggi.
Persiapan dan perlakuan benih dirasa sangat penting untuk menjaga dan
meningkatkan mutunya agar dapat menumbuhkan bibit yang baik dan tidak
terserang penyakit. Menurut Wahyuni (2011), produksi benih yang kurang optimal
dan teknik pemeliharaan benih yang kurang baik dapat berdampak pada
penurunan daya berkecambah dan vigor benih karena penurunan kualitas benih.
Benih yang bervigor tinggi mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam proses
perkecambahan dalam kondisi lingkungan yang beragam. Menurut Idaryani, dkk
(2012), benih bermutu tinggi adalah benih yang memiliki mutu mencakup mutu
genetis, mutu fisik dan mutu fisiologis. Untuk memenuhi ketigacakupan mutu
tersebut, perlu adanya penanganan yang terencana dengan baik sejak di lapangan,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Bibit yang bermutu dapat diperoleh
dengan
penggunaan
benih
bersertifikat.
Penggunaan
benih
bersertifikat
merupakan faktor yang sangat mendukung untuk mendapatkan hasil produksi
yang bermutu. Kualitas benih yang baik juga menentukan peningkatan kualitas
produksi dan produktivitas padi. Pada umumnya, benih bersertifikat memiliki
keunggulan berupa keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasahan buah.
Keseragaman tiga fase tersebut menyebabkan hasil produksi yang dapat dipanen
sekaligus. Rendem beras tinggi akan meningkatkan mutu produksi beras yang
dihasilkan.
Menurut Purwono dan Heni (2007), dibutuhkan ± 20-25 kg benih per
hektarnya. Benih diuji terlebih dahulu sebelum dilakukan penyemaian. Pengujian
benih dilakukan dengan cara perendaman benih pada larutan air garam (200g
garam per liter air). Benih yang tidak layak adalah benih yang mengambang pada
permukaan larutan air garam. Benih yang tenggelam ditiriskan, lalu dicuci dan
direndam dengan air bersih selama 24 jam. Perendaman ini dilakukan untuk
memecahkan dormansi. Benih yang siap untuk disemai yaitu benih yang sudah
muncul bintik putih pada bagian ujung bakal lembaga. Menurut Redaksi Rineka
Cipta (1986), pengujian terhadap kualitas benih merupakan suatu hal yang penting
guna menghindari petani dari ancaman kerugian akibat kegagalan panen pada
usahataninya. Benih yang baik dan unggul meruakan benih yang ditunjang dengan
kultur teknik yang mantap. Tujuan pengujian benih ialah untuk mengkaji dan
menetapkan nilai setiap contoh benih, yang perlu diuji selaras dengan faktor
kualitas benih.
Menurut Martodireso dan Widada (2007), bibit yang siap pindah yaitu bibit
yang telah memiliki daun sebanyak 5-6 helai, tinggi sekitar 22-25 cm, batang
bawah besar dank eras, bebas hama dan penyakit, serta pertumbuhannya seragam.
Bibit yang memenuhi syarat tersebut adalah bibit-bibit yang siap untuk dicabut.
Saat akan melakukan pencabutan bibit, petani harus mengetahui dengan benar
cara pencabutan bibit agar bibit tetap terikat semua dan tidak rusak. Akar
merupakan bagian yang sangat perlu diperhatikan saat melakukan pencabutan
bibit.
Menurut Napitupulu, et al. (1997) dalam Pinem, dkk (2013), populasi tanaman
akan berpengaruh pada pertumbuhan bibit padi. Pengaturan jarak tanam harus
diusahakan sesuai dengan pertumbuhan bibit padi agar mengurangi persaingan
antara tanaman satu dengan tanaman yang lainnya. Menurut Uphoff (2001) dalam
Pinem, dkk (2013), kegiatan menanam satu benih per lubang tanam akan
menghemat penggunaan benih dan menciptakan ruang untuk tanaman menyebar
dan memperdalam perakarannya sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat
dalam memperoleh ruang tumbuh, cahaya dan nutrisi untuk dapat tumbuh dan
berkembang.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum matakuliah Pengantar Teknologi Pertanian acara “ Pembibitan
Tanaman Padi ” dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 pukul 07.00 –
10.00. Praktikum ini dilaksanakan di Agroteknopark Jubung
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Benih padi
2. Pupuk ZA
3. Air
4. Jerami
3.2.2 Alat
1. Timba
2. Timbangan
3. Alat tulis
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Menentukan Mutu Benih
1. Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap liter air
dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume benih yang
akan diuji.
2. Memasukkan secara hati-hati benih padi yang akan diuji kedalam lautan sambil
diaduk secara merata.
3. Mengambil benih padi yang mengapung kemudian menimbang dan mencatat
hasil timbangan.
4. Membuang secara hati-hati larutan uji sehingga yang tersisa tinggal benih padi
yang tenggelam pada dasar timba. Menimbang dan mencatat beratnya.
5. Mencuci benih padi yang telah lolos uji dengan air bersih, kemudian merendam
benih padi yang telah dicuci dalam air bersih selama 24 jam.
6. Meniriskan benih padi yang sudah direndam dan menaburkan benih padi ke
persemaian.
3.3.2. Pembibitan Padi Secara Basah
1. Menyiapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang subur sesuai dengan buku
teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan pembibitan tinggi 20 cm dan
lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau menyesuaikan kondisi lahan.
2. Menaburkan benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media semai
yang basah tetapi tidak menggenang. Bila dikhawatirkan ada hujan maka
menutup permukaan media semai menggunakan potongan jerami setebal satu
lapisan.
3. Menjaga kondisi air selama berlangsung kegiatan pembibitan dan melakukan
kegiatan pemeliharaan lain sesuai dengan buku teknis yang telah ditetapkan.
4. Mencabut benih setelah berumur 21 hari dan mengikat setiap kumpulan bibit
sampai bibit siap diangkut dan ditanam diareal tanam.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Menentukan Mutu Benih
Uraian
Berat
Hasil Pengamatan
Benih 0,26 gram
Keterangan
Benih yang mengapung
yang
adalah benih yang tidak
Mengapung
Berat
Benih 5, 34 gram
lolos uji bernasan
Benih yang siap disebar
yang Tenggelam
Persentase
5,34
5,34 +0,26
×100% = 95, 36%
Benih Baik
Persentase benih yang
lolos uji kebernasan dan
siap disebar
4.1.2 Pembibitan Tanaman Padi
Uraian
Hasil Pengamatan
Keterangan
Varietas
Sintanur
Benih
Sebar
yang
digunakan merupakan
benih
Tanggal Sebar
14 Maret 2015
unggul
bersertifikat
Praktikum pembibitan
dengan
kegiatan
menyebar benih pada
Tanggal Tanam
14 Maret 2015
lahan yang disediakan
Praktikum tergantung
varietas padi
PEKERJAAN PEMBIBITAN TANANAMAN PADI
1
Penyiapan Benih
1.
Tahap pekerjaan :
Benih yang akan dipergunakan para praktikan yang telah di
sediakan oleh pihak pengelolah ATP Jubung dengan varietas
sintanur adalah benih bermutu bersertifikat.
2.
3.
Pengamatan hasil :
Terdapat benih yang tenggelam dan mengapung setelah
melalui uji kesehatan benih dengan direndam selama 24 jam.
Keterangan :
Kegiatan ini dilakukan di ATP Jubung pada hari Sabtu, tanggal
14 Maret 2015 pada pukul 07.00 WIB
2.
Pembuatan Bedengan pembibitan
1. Tahap Pekerjaan :
Pesemaian Basah:
1.
2.
3.
4.
1. Membersihkan lahan dari rumput dan jerami.
2. Menggenangi sawah dengan air agar tanah menjadi lunak.
3. Membajak dan menggaru tanah.
4. Membuat bedengan dan memperbaiki saluran yang bocor.
Pesemaian kering:
1.
2.
3.
4.
1. Membersihkan rumput dan jerami.
2. Membolak-balik tanah dengan cangkul.
3. Menggaru tanah.
4. Membuat bedengan.
2. Pengamatan hasil :
1. Tanah persemaian sebaiknya harus bebas dari sisa rumput dan
jerami.
2. Terdapat bedengan dengan ukuran tinggi 15-20 cm, lebar 120
cm, dan panjang 500-600 cm (disesuaikan dengan kondisi
lahan dan kebiasaan petani).
3.
Keterangan :
Luas persemaian yang digunakan adalah 1/20 areal sawah yang
akan ditanami untuk persemaian basah. Tanah yang digunakan
sebagai lahan pesemaian harus betul-betul subur. Untuk
persemaian kering, kondisi dan kadar air tanah dalam kapasitas
lapang.
3.
Penyebaran Benih
1. Tahapan Pekerjaan :
Benih yang diletakkan pada ember, benih diambil sebanyak
segenggam tangam, lalu di sebarkan secara merata ke dalam
petak tanah yang sudah dibuat bedengan. Setelah benih
2.
disebar, lalu bedengan ditutupi dengan jerami.
Pengamatan hasil :
Benih yang telah disebar secara merata lalu di tutupi oleh
lapisan jerami sebanyak satu lapis jerami agar benih tidak
mengumpul pada satu tempat saat terkena benturan dengan
3.
hujan.
Keterangan :
Dilakukan di Agrotechnopark Jubung pada hari Sabtu, tanggal
14 Maret 2015 pada pukul 07.00 WIB.
4.
Pemeliharaan Pembibitan
1. Tahapan Pekerjaan :
1. Menjaga kecukupan air agar bibit tidak kekeringan.
Pembibitan basah: air yang berada diantara bedengan setinggi
mendekati permukaan bedengan.
Pembibitan kering: ketersediaan air sesuai dengan kapasitas
lapang.
2. Mengawasi areal pembibitan secara intensif untuk mencegah
2.
3.
kerusakan akibat hama.
Pengamatan hasil :
Areal pembibitan atau persemaian bebas dari serangan OPT.
Keterangan :
Pengendalian terhadap
pengolahan media semai.
gangguan
gulma
adalah
saat
5.
Pencabutan dan Pemindahan Bibit
1. Tahapan Pekerjaan :
1.
2.
Pengamatan hasil :
3. Keterangan :
1.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Agrotechnopark (ATP)
Jubung pada tanggal 14 Maret 2015 dan dilanjutkan dengan uji kebernasan benih
yang dilakukan secara berkelompok setelah pelaksanaan kegiatan praktikum, data
uji kebernasan benih yang dilakukan oleh kelompok 8 golongan A yaitu
persentase benih baik sebesar 95, 36 % dari total berat keseluruhan benih 5,60
gram. Berat benih yang mengapung yaitu sebesar 0,26 gram. Penimbangan berat
benih dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas
Jember. Benih yang disebar dapat dikategorikan sebagai bibit unggul. Selain
bersertifikat, benih yang lolos uji kebernasan benih lebih dari 90% dari jumlah
total benih yang di uji. Benih yang tidak mengapung atau benih yang tenggelam
adalah benih yang siap disebar pada lahan pesemaian. Sedangkan benih yang
mengapung adalah benih yang tidak layak untuk disebar karena benih yang
mengapung memiliki bernas benih yang tidak layak.
Teknis penyiapan lahan yang akan digunakan untuk usaha pembibitan padi
yaitu dikerjakan 3-7 hari sebelum menyebar benih. Persiapan yang dilakukan
untuk menyiapkan lahan usaha pembibitan bergantung pada sistem pembibitan
yang digunakan. Pada pengamatan dan kegiatan praktikum yang dilaksanakan
oleh praktikan, sistem pembibitan yang digunakan yaitu dengan pesemaian basah.
Untuk pesemaian basah, tanah yang digunakan harus benar-benar subur. Sebelum
digenangi dengan air, lahan yang akan digunakan untuk pesemaian harus bersih
dari sisa-sisa rumput dan jerami. Setelah bersih dari rumput dan jerami, sawah
digenangi air agar tanah sawah menjadi lunak dan siap untuk dibajak. Sawah
dibajak dan digaru sebanyak 2 kali agar tanah menjadi berlumpur dan halus untuk
siap dibentuk bedengan dengan tinggi 15-20 cm dengan ukuran dasar luas
pesemaian yang dibuat harus ± 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami.
Teknis penyiapan lahan larus dilakukan secara benar. Penyiapan lahan yang
kurang baik akan menciptakan lahan yang kurang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Hama dan gulma akan sulit dikendalikan jika pada sebelumnya lahan
dikelola dengan metode dan sistem yang salah. Hal tersebut tentu saja akan
mengurangi kualitas pertumbuhan dan produksi tanaman.
Sebelum melakukan penanaman bibit, perlu dilakukan persemaian terlebih
dahulu. Pembiakkan tanaman biji dilakukan dengan melalui pesemaian. Tanaman
yang masih muda pada umumnya adalah tanaman yang rentan terhadap
lingkungan yang terbuka dan rentan terhadap serangan OPT. pemeliharaan
tanaman muda di lingkungan yang terbuka merupakan hal yang sulit dilakukan
dan kurang efisien. Pesemaian dapat memudahkan dan mengefisienkan serta
memungkinkan untuk menghasilkan bibit yang baik dan layak untuk
dikomersilkan.
Benih yang siap disebar pada lahan pesemaian yaitu benih yang telah lolos uji
kebernasan benih. Benih yang lolos uji kebernasan benih merupakan benih yang
tenggelam saat diletakkan pada larutan uji kebernasan benih. Benih yang disebar
harus benih yang bermutu dan bebas dari serangan hama dan penyakit. Teknik
yang digunakan untuk menyebar benih yaitu dengan menyebar benih secara
merata pada lahan pesemaian yang telah disediakan oleh pihak ATP Jubung.
Faktor-fakor yang mempengaruhi keberhasilan pembibitan tanaman padi yaitu
faktor genetik dan faktor lingkungan pembibitan. Faktor genetik yang
mempengaruhi keberhasilan bibit yaitu kualitas benih yang dipakai. Sedangkan
faktor lingkungan yang menentukan keberhasilan pembibitan yaitu tempat dimana
bibit tersebut disemaikan (Anggraini dkk, 2013). Berdasarkan hasil pengamatan
dan kegiatan praktikum yang dilaksanakan, benih yang digunakan praktikum
merupakan bibit yng bermutu karena benih yang disediakan merupakan benih
yang memiliki label. Lahan yang digunakan untuk pesemaian merupakan lahan
yang layak dan sudah memenuhi ketentuan syarat lahan pesemaian yang
dianjurkan.
Pemeliharaan bibit merupakan salah satu fase yang memerlukan perhatian.
Bibit yang terpelihara dengan baik akan menjadi faktor keberhasilan pertumbuhan
bibit padi. Hal yang paling utama dalam melakukan perawatan bibit padi yaitu
dengan menjaga kecukupan air pada lahan. Model dan sistem pembibitan harus
disesuaikan dengan air yang dibutuhkan agar mencegah perkembangan hama dan
penyakit. Selain kecukupan air, gulma yang tumbuh harus tetap dikendalikan
untuk mengurangi tingkat persaingan dengan bibit. Menurut Jamilah (2013),
apabila gulma tidak dikendalikan akan menyebabkan gangguan pertumbuhan
tanaman dan produksi padi. Kerapatan gulma per satuan luas akan berbanding
lurus pada penurunan hasil produksi padi.
Benih yang telah disebar dengan merata pada lahan pesemaian harus segera
ditutup atau dilapisi dengan jerami. Jerami yang menutupi benih berfungsi sebagai
pelindung benih dari benturan dengan air hujan. Jika letak benih yang sudah
disebar secara merata dan kemudian terbentur oleh benturan air hujah, benihbenih tersebut akan menggerombol dan menyebabkan kerapan benih yang kurang
seragam.
Berdasarkan pengamatan terhadap OPT yang dilaksanakan di ATP Jubung,
organisme pengganggu tanaman yang teramati secara dominan pada pembibitan
padi yaitu dari kelompok hama. Kelompok hama yang mengganggu pembibitan
padi harus segera dikendalikan agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit. Untuk
itu diperlukan pengawasan secara intensif untuk menghindari kerugian akibat
kegagalan pembibitan padi. Selain kelompok hama, gulma dapat dicegah melalui
pengolahan media semai yang baik.
Pemeliharaan bibit padi dan pengawasan terhadap OPT sangatlah penting
dilakukan. Perawatan bibit dan pengawasan yang intensif akan membantu
mensukseskan kegiatan pembibitan padi. Bila bibit rusak akibat serangan OPT
tentu saja akan menurunkan kualitas dan kuantitas produksi padi. Pengawasan
harus dilaksanakan secara optimal untuk mengurangi dampak kerugian akbat
serangan hama dan penyakit tanaman. Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan
pembibitan padi.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembibitan Padi Metode Kuadran Kelompok 8.
No.
1.
2.
3.
4.
Uraian
Benih Berkecambah
Benih Sakit
Benih Tidak Berkecambah
Benih Total
Jumlah
848
26
74
948
Petak kuadran adalah metode untuk mengamati dan mengawasi pembibitan
padi pada suatu lahan. Penggunaan metode petak kuadran yaitu untuk
mempermudah petani dalam pengamatan dan pengendalian OPT pada lahan
pembibitan. Bibit yang tumbuh maupun yang terserang penyakit akan dengan
mudah terhitung dengan metode petak kuadran. Sampel diambil secara acak untuk
memudahkan
dan
mengefisiensi
pengidentifikasian
bermasalah maupun pertumbuhan bibit pada lahan.
terhadap
bibit
yang
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Persentase benih baik sebesar 96, 36% dari berat total benih 5,60 gram. Benih
dengan persentase baik adalah benih yang siap disebar.
2. Teknik penyiapan lahan dilakukan tergantung pada sistem pembibitan yang
digunakan. Untuk sistem pembibitan basah, pembajakan dan penggaruan
dilakukan 2 kali untuk melumpurkan tanah dan siap dibentuk bedengan.
3. Pesemaian dilakukan untuk membiakkan tanaman berbiji. Pesemaian dilakukan
untuk mempermudah usaha pembibitan tanaman padi.
4. Benih disebarkan secara merata pada lahan yang telah disediakan. Penyebaran
benih yang tidak merata akan mengakibatkan pertumbuhan benih yang tidak
seragam.
5. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembibitan yaitu kualitas benih dan
lingkungan tempat pembibitan dilangsungkan.
6. Pemeliharaan bibit dilakukan dengan mengawasi kadar kecukupan air pada
lahan tempat pembibitan dan pengawasan terhadap pertumbuhan gulma serta
pengendalian OPT lainnya.
7. Jerami berfungsi sebagai pelindung benih yang telah disebar dar benturan air
hujan.
8. Benih yang sakit akibat terserang OPT yaitu sebanyak 26 benih dan benih yang
tidak berkecambah sebanyak 74 benih.
9. Pengamatan terhadap OPT untuk tetap mengkondisikan bibit padi dalam
kondisi yang baik dan sehat guna keberhasilan usaha pembibitan tanaman padi.
10. Metode petak kuadran berfungsi sebagai pengambilan sampel bibit pada suatu
lahan untuk mengidentifikasi pertumbuhan dan permasalahan pada bibit padi.
5.2 Saran
Fase pembibitan merupakan fase penting untuk menunjang produksi padi.
Pembibitan harus dilakukan dengan benar agar pertumbuhan tanaman padi dapat
bertumbuh secara optimal. Diharapkan pada masa yang akan datang, petani dapat
meningkatkan sistem budidaya padi dengan meningkatkan kualitas padi melalui
peningkatan kualitas bibit padi yang digunakan. Sudah seharusnya pemerintah
mendistribusikan dukungan kepada para petani berupa penyuluhan tentang tata
cara pembibitan yang dianjurkan oleh para ahli-ahli pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F., Agus S., dan Nurul A. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada
Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.). Varietas Inpari 13. Produksi
Tanaman, 1(2): 52-60.
Chairuman, N. 2013. Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah
Berbasis Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Dataran Tinggi
Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Pertanian Tropik, 1(1): 47-54.
Idaryani, Suriany, dan Arman W. 2012. Pengaruh Jenis Kemasan dan Periode
Simpan Terhadap Viabilitas Benih Beberapa Varietas Padi. Agrisistem, 8(2):
87-97.
Jamilah. 2013. Pengaruh Penyiangan Gulma dan Sistim Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.). Agrista,
17(1): 28-35.
Martodireso, S., Widada A. S. 2007. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam Era
Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.
Masniawati, A., Tutik K., Risco B. G., dan Risnawaty R. 2013. Identifikasi
Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu
Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Manasir, 1(1): 51-59.
Misran. 2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Padi Sawah. Penelitian Pertanian Terapan, 14(1): 39-43.
Pinem, A. H., Asil B., dan Chairani B. 2013. Efektifitas Jarak Tanam dan Jumlah
Benih Per Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo.
Agroteknologi, 1(4): 921-929.
Purwono, Heni P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Redaksi Rineka Cipta. 1986. Teknologi Benih. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutariarti, G. A. K., Zul’aiza, Stefany D., LD, Muhammad A. K., Sri W., La M.
2014. Invigorasi Benih Padi Gogo Lokal Untuk Meningkatkan Vigor dan
Mengatasi Permasalahan Dormansi Fisiologis Pascapanen. Agroteknos,
4(2): 10-17.
Wahyuni, Sri. 2011. Peningkatan Daya Berkecambah dan Vigor Benih Padi
Hibrida Melalui Invigorasi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 30(2):
83-87.
LAMPIRAN
Gambar 1. Berat Benih yang Tenggelam
Gambar 3. Bibit yang Tumbuh pada
Bedengan Golongan A
Gambar 2. Berat Benih yang
Mengapung
Gambar 4. Penghitungan Jumlah Bibit
dengan Metode Kuadran