LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH docx

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH
27 Nov
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Di seluruh Bumi terdapat aneka macam tanah, mulai dari yang paling gersang sampai yang
paling subur, warna putih, merah, kelabu, coklat, hitam, kelabu dan lain-lain. Di Indonesia
juga terdapat banyak jenis dan macam tanah. Sebagai Negara tropis, di Indonesia
memungkinkan untuk bercocok tanam sepanjang tahun. Kesuburan tanaman tidaklah lepas
dari tingkat kesuburan tanah tempatnya tumbuh. Kesuburan tanah tiap daera tidaklah sama,
utnuk itu diperlukan ilmu khusus ubtuk mengkajinya. Kajian tersebut selain untuk mengethui
tingkat dan persebarab tanah antar daerah, juga untuk menentukan langkah yang tepat untuk
diperlakukan terhadap tanah tersebut.
Salah satu ilmu yang mempelajari tentang tanah adalah geografi tanah. Geografi tanah sendiri
merupakan ilmu tentang penyebaran jenis-jenis tanah secara geografis dan dikaitkan dengan
faktor-faktor pembentuk tanahnya ,dan kajian yang dilakukan saat praktikum geografi tanah
adalah mulai dari keadaan di sekitar tanah,lereng, tekstur, struktur, konsistensi,keasaman
tanah, kandungan bahan organik, serta kandungan kapur di dalam tanah. Dalam geografi
tanah tidaklah hanya memepelajri teori-teori tentang tanah saja, melainkan juga dituntut
untuk adanya praktik langsung guna bisa membuktikan langsung tentang jenis-jenis tanah

yang ada.
Praktikum geografi tanah bertujuan untuk menganalisa tanah guna mengtahui jenis tanah dari
sample yang ada. Dalam menganalisa dibutuhkan ketelitian serta kecermatan sehingga
mendapatkan informasi yang akurat. Oleh karena itu, dalam proses analisa dibutuhkan
ketelitian dan pemahaman yang baik tentang goeografi tanah. Dengan keakuratan data,
diharapkan hasil analisa dari praktikum, tersebut dapat dijadikan sebagai refrensi untuk
pengolahan tanah yang tepat.
Laporan ini disusun agar memeberikn informasi yang baik dan benar. Dalam penyususnan
laporan ini tidak luput dari kekeurangan baik dalm penulisan maupun dalam kelengkapan
data. Saran dan kritik yang memebangun dapat dijadikan koreksi bagi penyusun.

1. Tujuan Praktikum Geografi Tanah
Secara umum, tujuan praktikum geografi tanah adalah untuk meneganalkan kepada
mahasiswa terhadap faktor pembentuk tanah, sifat tanah, serta klasifikasi tanah. Berikut
adalah uraian dari tujuan tersebut :

1. Mengamati, meneliti, dan menjelaskan aspek geografi fisik khusunya yang berkaitan
dengan geografi tanah.
2. Sebagai tindak lanjut dari pembelajaran tentang tanah yang telah didapatkan selama
mata kuliah Geografi Tanah.

3. Menambah wawasan karena pengamatan dilakukan langsung di lapangan.
4. Mengetahui proses-proses pedogenesis yang terjadi di lapangan dan mampu
membedakan horison tanah secara langsung.

1.

Manfaat Praktikum Geografi Tanah

Manfaat yang didpatkan dari praktikum ini adalah :


Manfaat Akademis :

1. Mengenal sifat fisik dan kimia tanah secara kualitatif.
2. Mengerti proses dan perkembangan pedogenesis tanah.
3. Menegtahui jenis tanah dan persebarannya.
4. Mengerti penerapan ilmu geografi tanah di lapangan.


Manfaat Teoritis :


1. Sebagai sumber praktikum geografi tanah selanjutnya.
2. Sebagai bukti telah mengikuti praktikum geografi tanah.

BAB II
DASAR TEORI
1. Definisi Tanah
Banyak sekali ahli-ahli bidang geografi yang mempunyai definisi tentang tanah, mulai dari
definisi bahwa tanah adalah sebagai alat produksi pertanian sampai tanah yang diartikan
sebagai suatu fungsi substrat geologi dengan tenaga luar. Stetbut(dalam M. Isa Darmawijaya,
1997:9). Akan tetapi, definisi yang umum digunakan di Indonesia adalah tanah yang diartikan
sebagai akumulasi tubuh tanah alam bebas, menduduki sebgain besar pemukaan planet bumi,
yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memeiliki sifat sebagai akibat dari pengaruh iklim
dan bahan organic yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama
jangka waktu teretentu pula. M. Isa Darmawijaya (1997:9)

Syarat utama terbentuknya tanah adalah tersedianya batuan induk dan adanya faktor yang
mempengaruhi bahan asal. M. Isa Darmawijaya (1997:12). Bahan utama terbentuknya tanah
adalah batuan induk. Dengan adanya pengaruh dari iklim dan faktor-faktor lain, bahan induk
kemudian berkembang menjadi bahan induk dan terus berkembang menjadi tanah hingga

tanah mencapai batas akhir perkembangannya yaitu menjadi lempung.
M. Isa darmawijaya (1997:12) menjelaskan bahwa ada 5 faktor pembentukan tanah, yaitu
Iklim, Kehidupan, Bahan Induk, Topigrafi dan Waktu. Namun dari kesemua faktor tersebut,
iklimlah yang berpera penting. Iklim bersifat aktif dalam mengubah batuan induk menjadi
bahan induk dan kemudian menjadi tanah. Bahan induk yang sama da iklim yang berbeda
bisa menciptakan tanahyang berbeda. Begitu juga dengan bahan induk yang berbeda,
walaupun dengan iklim yang sama, mampu menciptakan tanah yang berbeda pula. Iklim dan
Organisme (kehidupan) berperan sebagai faktor penentu, bahan induk sebagai bahan
terbentuknya tanah, dan relief serta waktu sebagai faktor pendorong.

1. Faktor Pembentukan Tanah
Pembentukan tanah sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor ,antara lain :


Iklim

Iklim sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat
berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah.Setiap suhu naik 10°C
maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat. Reaksi-reaksi oleh mikroorganisme juga sangat
dipengaruhi oleh suhu tanah.



Bahan Induk

Bahan induk berwujud batuan, mineral-mineral, dan zat organik.Bahan induk sangat
berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah.Tanah biasanya dapat mencirikan asal bahan
induknya, namun hal ini tidak selalu terjadi. Isa Darmawijaya (1992) mendefinisikan tanah
yang memperlihatkan sifat-sifat(terutama kimia) yang sama dengan bahan induknya
digolongkan dalam tanah-tanah endodynamomorf , sedangkan tanah-tanah lainnya yang
memperlihatkan sifat-sifat yang lain dari bahan asalnya digolongkan dalam tanah tanah
ectodynamomorf . Sifat-sifat penting yang mempengaruhi proses pelapukan antara lain
tekstur batuan, struktur batuan, kadar Ca yang dikandung bahan induk,dan jenis mineral yang
menyusun batuan. Tiap sifat bahan induk tersebut merupakan faktor pengubah bebas dalam
proses pembentukan tanah.Tekstur batuan biasanya menentukan dalamnya profil tanah.
makin ringan tekstunya, makin dalam profil tanahnya.


Makhluk Hidup

Pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah kecil. Akumulasi bahan

organik, siklus unsus hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipegnaruhi
oleh kegiatan organisme dalam tanah. Disamping itu unsure nitrogen dapat diikat ke dalam
tanah dari udara oleh mikroorganisme baik yang hidup sendiri didalam tanah maupun yang
bersimbiosis dengan tanaman.Demikian juga dengan vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut
dapat merupakan penghalang untuk terjadinya erosi sehingga mengurangi jumlah tanah

permukaan yang hilang.Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman juga
sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Vegetasi hutan membentuk tanah-tanah hutan
berwarna merah sedang vegetasi rumput-rumput membentuk tanah berwarna hitam karena
banyaknya sisa-sisa bahan organik yang tertinggal dari akar-akar dan sisa rumput.


Topografi

Topografi suatu daerah dapat dapat menghambat atau mempercepat pengaruh iklim. Di
daerah yang datar atau cekung dimana air tidak mudah hilang dari tanah atau menggenang,
pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklah tanah berwarna kelabu atau banyak
mengandung karatan sebagai akibaat genangan air tersebut.



Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah sehingga akibat pelapukan dan
pencucian yang terus menerus maka tanah-tanah yang semakin tua juga semakin kurus.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga
tingal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.Profil tanah juga semakin berkembang dengan
meningkatnya umur.Karena proses pembentukan tanah terus berjalan maka bahan induk
tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda (immature atau young soil), tanah dewasa
(mature soil), dan tanah tua (old soil).
Kekeringan dan erosi dapat menghambat perkembangan tanah.Dalam periode waktu yang
sama (umur yang sama) tanah disuatu tempat mungkin telah berkembang lanjut sedangkan di
tempat lain yang beriklim kering atau terus menerus tererosi mungkin tanahnya belum
berkembang.Oleh karena itu tua mudanya tanah tidak dapt dinyatakan dari umur tanah
tersebut (dalam tahun), tetapi harus didasarkan pada tingkat perkembangna horison yang ada.

1. Bahan Penyusun Komponen Tanah
Bahan penyusun komponen tanah antara lain :


Air (20% – 30%)


Air terdapat di dalam tanah karena diserap masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air atau
karena drainase yang kurang baik.


Udara (20% – 30%)

Udara dan air mengisi pori-pori tanah dan jumlahnya berubah-ubah dan susunan udara di
dalam tanah berbeda dengan susunan udara di atmosfer karena :


Kandungan uap air lebih tinggi (kelembaban nisbi/relative humidity mendekati 100%)



Kandungan CO2 lebih besar daripada di atmosfer



Kandungan O2 lebih kecil daripada di atmosfer (sekitar 10-12 %)




Bahan Organik (5%)

Bahan organik terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus (humus).Humus
merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) berwarna hitam atau coklat dan
mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi .Tanah yang banyak mengandung
humus / bahan organik adalah tanah lapisan atas atau top soil.Bahan organik sangat
berpengaruh pada sifat-sifat tanah dan dampaknya pada pertumbuhan tanaman, seperti :
1. Sebagai granulator (memperbaiki struktur tanah)
2. Sumber unsur hara N,P,S, unsur mikro dll
3. Menambah kemampuan tanah menahan air
4. Menambah kemampuan tanah menahan unsur hara
5. Sumber energi bagi mikroorganisme


Bahan Mineral (45%)

Bahan mineral dapat dibedakan menjadi dua ,antara lain :



Ø Bahan mineral berdasarkan ukuran (debu ,liat ,pasir ,kerikil < 2mm ,batu)
o Bahan mineral berdasarkan proses terbentuknya (Mineral Primer : Mineral
yang berasal langsung dari batuan yang lapuk ,Mineral Skunder : Mineral
yang terbentuk selama proses pembentukkan tanah berlangsung)

1. Morfologi Tanah
Morfologi bukanlah suatu ilmu, melainkan sarana cara yang digunakan dalam penyelididkanpenyelidikan ilmiah. Tujuan morfologi utama adalah suatu uraian pelukisan, sehingga
morfologi tanah berarti suatu uraian tanah mengenai kenampakan-kenampakan, cirri-ciri dan
sifat-sifat umum yang diperlihatkan suatu profil tanah. Nilai pelukisan tanah tergantung pada
pemilihan tempat kedudukan profil tanah, bebas dari berbagai pengaruh (obyektif), lengkap
dan jelas. M. Isa Darmawijaya (1997:150).

D.1. Horizon
Suatu tubuh tanah apabila dipotong tegak lurus akan menampilkan suatu seri lapisan yang
disebut sebagai horizon. Dari horizon tersebut apabila diamati mempunyai cirri khusus, baik
dari cirri geomorfologi, sifat-sifat biologi, kimia dan fisika yang khas. Urutan susunan dari
horizon itulah yang disebut sebagai profil tanah.
Profil tanah di suatu tempat dan tempat lain tidaklah selalu sama. Namun pada umumnya

tanah dikatulistiwa paling tebal dan semakin menipis dengan semakin mendekatnya derah

tersebut ke daerah kutub. Ini dikaranakan iklim sebagai faktor aktif pembentuk tanah di
daerah katulistiwa dan kutub berberda (curah hujan dan penyinaran matahari).
Tiap-tiap lapisan pada horizon tanah mempunyai ciri khas yang berdbeda antara satu lapisan
dengan lapisan yang lainnya yaitu ciri yang spsifik dan genetis. Dengan ciri khas pada tiap
horizon tersebut maka dibuatlah klasifikasi tentang nama pada lapisan tersebut. Secara garis
besar, horizon-horizon tersebut dapat dibedakan menjadi horizon organic (horizon O) dan
horizon mineral (horizon A, B, C, dan R).


Horizon O
o Ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu dan
merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan mineral
o O1 : lapisan bentuk asli sisa-sisa tanaman yang masih terlihat
o O2 : lapisan bentuk asli sisa-sisa tanaman yang tidak terlihat jelas
o Horizon A


Horizon di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik
dan bahan mineral.Merupakan horizon eluviasi ( yang mengalami
pencucian)



A1 : Lapisan bahan mineral campur humus, berwarna gelap


A2 : Lapisan dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum
terhadap liat, Fe, Al bahan organik



A3 : Lapisan peralihan ke B, lebih menyerupai A



Horizon B


Horizon iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang
tercuci di atasnya ( liat, Fe, Al, bahan organik)



B1 : Lapisan peralihan A ke B lebih menyerupai B



B2 : Lapisan penimbunan (Iluviasi)



B3 : Lapisan peralihan ke C, lebih menyerupai B



Horizon C


Horizon C merupakan lapisan batuan induk yang
sedikit terlapuk .



Horizon D



Horizon D atau R merupakan lapisan
batuan keras yang belum terlapuk .

D.2. Warna tanah
Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling nyata dan paling mudah untuk
ditemukan.meskipun pengaruhnya yang langsung terhadap fungsi tanah hanya sedikit, tetapi
seseorang tapi seseorang dapat memperoleh keterangan banyak dari warna tanah, apalagi jika
dihubungkan dengan cir-ciri lain. Jadi warna tanah hampir merupaka ukuran yang tak
langsung mengenai sifat dan mutu tanah, serta bersifat menggantikan cir-ciri penting lain
yang sukar diamti teliti.
Warna tanah merupakan pernyataan jenis dan kadar bahan organic; keadaan drainase dan
aersi tanah dalam hubungan dengan hidratasi, oxidasi, dan prosespelindian; tingkat
perkembangan tanah; kadar air tanah termasuk pula dalamnya permukaan air tanah; dan atau
adanya bahan-bahan tertentu.
Pada umumnya, bahan organic member warna kelam pada tanah, artinya jika tanah asalnya
berwarna kuning dan kecoklatan, kandungan bahan organik menyebabkan tanah cenderung
berwarna hitam atau kecoklatan. Semakin stabil bahan organik, makin tua warnanya.
Sedangkan makjn segar, makin cerah warnanya. Dan humus yang stabil berwarna hitam. M.
Isa Darmawijaya (1997:158).
D.3. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relative tiga golongan besar partikel tanah dalm suatu
massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay), debu (slit), dan pasir
(sand). Butiran tunggal tanah diberi istilah partikel tanah, dan golongan partikel tanah diberi
istilah fraksi tanah.
Tekstur suatu horizon tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah, beralinan dengan
struktur dan konsistensi. Memang kadang-kadang didapati perubahan dalam lapisan itu
sendiri karena dipindahkannya lapisan permukaan atau berkambangnya lapisan permukaan
baru. Pemindahan ini juga dapat disebabkan oleh erosi tanah. Karena sifatnya yang relative
tetap untuk jangka waktu tertentu maka tekstur tanah sudah lama menjadi dasar klasifikasi
tanah. Istialh populer tanah berat dan tanah ringan yang merupakan pernyataan beratringannya penggarapan tanah seolah-olah ditentukan tekstur tanah, karena para petani sudah
lama mengetahui bahwa tanah pasir adalah tanah ringan dan tanah lempung adalah tanah
berat. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, berupa kecepatan infiltrasi,
penetrasi, dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. M. Isa Darmawijaya (1997:163).
Nama kelas tekstur tanah pada umumnya diambil dari fraksi yang sebagian besar dikandung
massa tanah tersebut jika campuran partikel lain dapat diabaikan karena sedikitnya, sehingga
dikenal klas-klas tekstur tanah:
1. tanah pasir kasar (coarsed sand)
2. tanah pasir (sand)
3. tanah pasir sangat halus (very fine sand)

4. tanah debu (silt)
5. tanah lempung (clay)
6. tanah lempung berat (heavy clay).
Jika tercampur sedikit fraksi lain maka nama-nama kelas tekstur tanah menjadi :
1. tanah lempung pasiran (sandy clay)
2. tanah lempung debuan (silt clay).
Pembatasan ketiga fraksi masing-masing tekstur tanah dapat digambarkan dengan jelas dalam
Bagan I yang berbentuk segitiga dan disebut trianguler texstur. Titik sudutnya menunjukkan
100% salah satu fraksi, sedang tiap sisi menggambarkan persentase berat masing-masing
fraksi mulai 0% sampai 100%. Segetiga ini terbagi atas 12 bidang atau zone yang
menunjukkan masing-masing tekstur tanah. Dalam zone 1 dibagi menjadi 2 bagian yaitu
heavy clay dan clay

X: % Sand
Y: % Clay
Z: % Silt

Gambar I. Trianguler Textur

Terdapat 2 cara yang dapat digunakan untung menetapkan tekstur tanah. Cara tersebut
adalah :
1. Cara Kualitatif ( di lapangan )
Di kerjakan di lapangan dengan cara mengambil segumpal tanah (sedimen) sebesar kelereng
dengan meremas atau menguli contoh tanah diantara telunjuk dan ibu jari. Jika dalam
keadaan kering sukar diremas atau di uli sehingga harus dibasahi terlebih dahulu agar mudah
diuli. Ada beberapa ketentuan sebagai berikut.
a.
Bila terasa kasar, tidak dapat dibentuk,partikel pasir yang dominan disebut tanah
bertekstur pasir.
b.
Bila terasa halus, licin seperti sabun atau serbuk talk bila kering, dapat dibentuk,
tetapi mudah pecah, partikel debu yang dominan, disebut tekstur debu.
c.
Bila dalam keadaan basah melincir, liat dan lekat, mudah sekali dibentuk dan tidak
mudah pecah disebut tekstur lempung(clay).
d.
Bila terasa kasar, halus dan liat bersama-sama dalam proporsi yang kurang lebih
sama disebut tekstur geluh(loam).
1. Cara Kuantitatif
Dikerjakan di laboratorium, di kenal sebagai analisa mekanik atau analisis granuler dengan
cara pipet atau dengan cara hidrometrik.
Sedangkan untuk menentukan tekstur tanah dengan cara triangular tekstur adalah dengan
mencocokkan persentase masing-masing fraksi dengan segitiga tekstur tanah. Langkah
mencocokkan dilakukan dengan cara membuat garis pertemuan dalam segitiga tekstur tanah
kemudian membuat satu titik temu antasa tiga garis tersebut. Garis dibuat dengan cara
menarik sejajar dengan garis segitiga disebelah kanan garis yang kita buat sesuai dengan
kandungan masing-masing fraksi tanah.

Tekstur tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konsistensi dan struktur tanah,
sehingga tanah pasir selalu lepas-lepas dan berbutir tunggal, sedang tanah lempung selalu
sangat teguh dan hampir selalu mampat. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah
berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Oleh karena
itu tekstur tanah perlu dipertimbangkan dalam menentukan cara pengolahan tanah (soil
cultivation).
Tekstur tanah merupakan satu-satunya sifat fisik tanah yang tetap dan tidak mudah diubah
oleh tangan manusia jika tidak ditambah dari tempat lain. Erosi dapat menyebabkan
perubahan tekstur karena terkikisnya tanah lapisan permukaan atau diendapkannya tanah
yang terkikis dari tempat lain yang lebih tinggi.
D.4. Struktur tanah
Struktur didefinisikan sebagai susunan saling mengikat partikel-partikel tanah. Ikatan partikel
tanah itu berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya. Agregat tanah ini
dinamakn ped. Gumpalan tanah yang terbentuk sebagai akibat penggarapan tanah., atau yang
terbentukkarena akumulasi lokal senyawa-senyawa yang mengikat partikel tanah (konkresi)
tidak termasuk apa yang dinamakan agregat tanah.
Pada dasarnya agregat tanah berbentuk remah mempunyai ruang pori antara agregat yang
lebih banyak daripada struktur gumpal ataupun pejal, sehingga prembesan airnya lebih cepat
dan biasanya lebih subur.
Berdasarkan bentuk dan besarnya, tipe struktur tanah dapat dibagi menjadi tipe lempeng,
tiang, gumpal, remah, granuler, berbutir tunggal, dan pejal. M. Isa Darmawijaya (1997:170).
D.5. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-partikel tanah dan
ketahanan (resistensi) massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai
kekuatan yang memepengaruhi bentuk tanah. Dalam profil tanah tiap horizon berbeda
konsistensinya. Konsistensi ditentukan olehtekstur dan struktur tanah. Pentingnya konsistensi
tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanaha yang efisien dan penetrasi akar
tanaman di lapisan tanah bawahan.
Cara menenetukan konkresi tanah d ilapangan adalah dengann cara memijit tanah, dalam
berbagai keadaan kandungan air seperti basah, lembab, dan kering diantara ibu jari dan
telunjuk. M. Isa Darmawijaya (1997:172).
Konsistensi dipertelakan untuk tiga taraf kelembaban yaitu
basah, lembab, dan kering. Suatu tanah mungkin lengket bila basah,kenyal bila lembab, dan
keras bila kering. Istilah istilah yang digunakan untuk mempertelakan lkonsistensi
mencakup :
1) Tanah basah/ tak lengket, lengket, tak plastis, plastis.
2) Tanah lembab/lepas, mudah rontok, kenyal.

3) Tanah kering/lepas, halus, keras.
Perekatan (cementation) juga merupakan tipe konsistensi dan disebakan oleh bahan perekat
seperti kalsium karbonat, silika, atau oksida oksida besi dan aluminium. Perekatan itu sedikit
diupengaruhi oleh kandungan air. Terekat atau mengeras digunakan untuk mempertelakan
perekatan. Tanah yang mengeras itu begitu keras sehingga diperlukan pukulan palu yang
keras untuk memecahkan tanah itu dan pada umumnya palu akan berdering sebagai akibat
pukulan itu.
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir tanah atau daya adhesi butir tanah
dengan benda lainnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan percobaan, perbedaan
konsistensi tanah bergantung pada tekstur, kadar bahan organik, kadar dan sifat koloid serta
kadar lengas tanah.
Tanah basah (berdasarkan kelekatan):
ü 0 = tak lekat, tidak melekat pada jari tangan atau benda lain
ü 1 = agak lekat, sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi
ü 2 = lekat, ada adhesi tanah pada jari dan jika dipijit memapar
ü 3 = sangat lekat, adhesi tanah menempelkan ibu jari dan telunjuk yang sukar dilepaskan
Tanah basah (berdasarkan plastisitas)
ü 0 = tak liat, tak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil
ü 1 = agak liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil yang dapat diubah bentuknya
ü 2 = liat, dapat membentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk tertentu yang dapat diubah
bentuknya dengan ditekan
ü 3 = sangat liat, dapat membentuk gilingan kecil dan hanya dapat diubah bentuknya dengan
pijitan kuat
Tanah lembab:


0 = lepas, tidak ada adhesi butir-butir tanah



1 = sangat gembur, dipijit mudah hancur



2 = gembur, hancur apabila dipijitkuat



3 = teguh, dipijit sukar hancur



4 = sangat teguh, ditekan kuat yang menyakitkan baru hancur



5 = luar biasa teguh, pijatan yang sangat kuat baru menghancurkan

Tanah kering:


0 = lepas, tidak ada kohesi



1 = lunak, kohesi lemah sehingga ditekan sedikit sudah hancur



2 = agak keras, sedikit tahan terhadap pijatan tangan



3 = keras, baru pecah terhadap tekanan kuat



4 = sangat keras, tak dapat dipecahkan dengan jari
o 5 = luar biasa keras, hanya dapat dipecahkan dengan palu atau benda keras

D.6. pH Tanah
Penenetuan pH tanah dalam klasifikasi dan pemetaan tanah diperlukan selain untuk mnaksir
lanjut tidaknya perkembangan tanah juga diperlukan dalm penggunaan tanahnya terutama
untuk tanah pertanian.
Pada umumnya tanah yang telah berkembang lanjut dalam dearah iklim basah mempunyai
pH tanah rendah. Makin lanjut umur tanah makin asam pula tanahnya. Sebaliknya tanah di
daerah kering penguapan menyebabkan tertimbunnya unsure-unsur basa dipermukaan tanah
karena besarnya evaporasi dibandingkan dengan presipitasi, sehingga makin lanjut umurnya,
maka makin tinggi pHnya. Akan tetapi pada umunya di daerah kering jarang ditemukan tanah
yang senantiasa bertiup sebagai akibat dari perubahan iklim yang besar. M. Isa Darmawijaya
(1997:175).
D.7. Bentuk Istimewa
Bentuk istimewa berupa padas, konkresi, efflorescences, dan krotovinas, penting karena
pengaruhnya dalam penggunaan tanah, terutama karena sering menunjukkan kualitas tanah
yang tidak langsung dapat diamati dilapangan
D.7.1. Padas
Padas adalah lapisan tanah yang mampat, padat dan keras, terbentuk selama bagian proses
pembentukan tanah-atau warisan suatu daur (cyclus) pelapukan menjadi bahan induk tanah
yang sekarang ada. Seringkali padas dapat menunjukan dalamnya penyebaran akar
vegetasinya.
Padas dapat terbentuk karena (a) terlalu beratnya massa yang ada di atasnya (misalnya, akibat
pembajakan yang terlalu berat atau adanya glacier), (b) pemadatan akibat cuaca yang
membekukan, (c) agregrasi tanah disertai perubahan temperatu, atau (d) karena pengikatan
yang sangat erat berupa sementasi, baik oleh bahan perekat besi, bahan organik, silika
ataupun lempung.
Beberapa bentuk padas yang perlu dikenal antara lain seperti dibawah ini:

1. Laterit. Padas yang kaya sesquixida, terutama besi, berwarna merah karat hampir
menyerupai lapisan bata dan merupakan tanda telah lanjutnya proses latolisasi dengan
menurunnya permukaan air tanah, dan menjadi ciri jenis tanah Groundwater Laterite.
Air dan akar masih mungkin menyusup ke dalam laterit yang lunak tanpa kesukaran.
Lapisan laterit keras dapat ditemukan dalam berbagai jenis tanah daerah tropika
sebagai ciri yang berhubungan dengan ekologi sekarang.
2. Ortstein. Padas besi dan bahan organik yang terbentuk oleh saling berflokulasinya
koloid-koloid besi yang positif akibat fluktuasi permukaan air tanah yang letaknya
dangkal, merupakan ciri Groundwater Podzol, dan bebarapa jenis Podzol lainnya.
Meskipun demikian ortstein juga dapat terbentuk dalam tanah yang drainasenya baik.
3. Croute Calcaire. Di daerah dengan curah hujan yang terlalu rendah untuk
memindahkan mineral-mineral yang larut dalam tanah, biasanya kapur tertimbun
sebagai tepung lunak, sebagai butir konkresi keras atau sebagai lapisan padas.
Akumulasi kapur yang menjadi padas ini dinamakan croute calcaire atau hardened
caliche (di USA). Pada kapur dapat meluas serta menghambat penetrasi air dan akar.
4. Claypan. Padas yang berkadar lempung tinggi ini merupakan padas yang mampat,
padat, keras, kadang-kadang terpisah tegas atau berangsur dari lapisan di atasnya.
Terbentuknya padas lempung ini sering kali diduga karena adanya sisa horison B1 tua
di dalam horison A2 yang pucat. Padas lempung ini dapat dibentuk karena akumulasi
hasil illuviasiataupun berasal dari batuan induk yang kaya lempung. Padas lempung
sangat menghambat penetrasi air dan akar. Pembongkaran padas ini dapat
meningkatkan air dan akar, akan tetapi tanpa tindakan lain pengaruh ini tidak tahan
lama terhadap terbentuknya kembali padas lempung ini.
5. Silicapan. Di tanah cekungan daerah iklim kering (arid atau semiarid), terdapat padas
kersik yang terdiri atas abu gunung yang direkatkan oleh silika, kadang-kadang juga
tercampur kapur. Padas ini jika telah berkembang lanjut menjadi sangat keras dan
sulit untuk di tembus air dan akar sehingga perlu dihancurkan dengan bahan peledak.
Padas ini berwarna kelabub seperti batu.
6. Fragipan. Pada topografi yang landai sampai agak miring di daerah iklim basah,
terbentuk lapisan padas yang kompak dan masih bisa diresapi akar dan air, sehingga
kalau terdapat di permukaan tanah dapat meningkatkan bahaya erosi, hal tersebut
diakibatkan oleh jenuhnya lapisan tanah di atas padas yang digenangi air setelah turun
hujan. Padas ini dinamakan fragipan (fragile= rapuh), karena sifatnya yang rapuh
berkadar debu (silt) dan pasir yang tinggi. Fragipan terdapat dalam tanah-tanah yang
berkembang dari bahan induk setempat atau terangkut (residual or transported parent
materials).
7. Permafrost. Semacam padas thermal yang tetap membeku dibawah tanah di daerah
arctic dan subarctic, lapisan paling atas permafrost merupakan batas terendah
pencairan musiman. Lapisan permafrost dapat mencapai kedalaman beratus-ratus kaki
(feet).
D.7.2. Konkresi

Konkresi adalah konsentrasi lokal berbagai senyawa kimia yang membentuk butir-butir atau
batang-batang keras. Bentuk, besar, dan warnanya berbeda-beda tergantung susunan
kimianya.
Bebearapa konkresi, yaitu :
1. Konkresi kapur. Konkresi kapur umumnya terdiri atas calcit yang tercampur bahan
lain di lapisan tanah. Kebanyakan berbentuk bundar tidak teratur sebesar antara 1-50
mm, kadang-kadang memperlihatkan lembaran-lembaran konsentrik, kadang-kadang
berongga (cavernous). Terbentuknya konkresi kapur dilapisan permukaan tanah
biasanya menunjukan pengikisan oleh erosi air atau angin. Hewan-hewan kecil
penggali tanah juga dapat membawa konkresi kapur dari dalam tanah ke lapisan
permukaan tanah.
2. Konkresi Fe dan Mn. Umumnya konkresi ini campuran bahan-bahan tanah yang
direkatkan oleh akumulasi oksida-oksida Fe dan Mn berwujud konkresi dalam bentuk
bundar atau lonjong (pisolites or spherical pellets) yang padat dan keras sebesar 0,05
– 20 mm. Pada lapisan tanah yang lebih dalam biasanya lebih besar. Makin merah
warna konkresi makin besar kadar Fe-nya, sedang makin hitam maka makin tinggi
kadar Mn-nya. Seringkali ini terdapat sebagai sisipan (inclusion) dalam horison yang
mengalami glesiasi. Perkembangan akumulasi Fe dan Mn dimulai dari kenampakan
bercak-bercak (mottling) berwarnw merah hitam, kemudian makin terbentuk konkresi
dan akhirnya menjadi lapisan laterit.
3. Plinthite. Akumulasi lempung lokal dengan selimut lempung halus (clay coating)
yang mengkilap (slicken side) dapat membentuk butir-butir berwarna kelabu sebesar
antara 0,5-50 mm dan pemukaannya licin. Konkresi ini tidak sekeras konkresi Fe dan
Mn, akan tetapi kadang-kadang lebih keras dari konkresi kapur.
D.7.3. Effloresences
Efflorsences adalah pembentukan berbagai kristal garam sebagai crust, coating, atau pockets.
Pada umumnya merupakan senyawa karbonat, khlorida dan sulfat dari Ca, Mg, dan Na.
1. Kerak (crust) garam ini terbentuk di permukaan tanah sebagai sisa endapan garam
karena evaporasi air yang melarutkannya di daerah beriklim arid. Di daerah beriklim
humid juga dapat terbentuk kerak garam secara periodik karena pengendapan air
garam yang tergenang di musim kemarau, misalnya: di pantai laut.
2. Selimut (coatings), garam yang meliputi dinding atau batas-batas retakan massa
tanah. Seringkali di daerah iklim arid pada batas-batas retakan tanah sangat berat
selama musim kering terbentuk coatings periodik yang segera terlindi hujan pertama.
Selimut berkilat sering meliputi butir-butir atau retakan tanah.
3. Kantong (pockets), garam-garam dapat pula terbentuk pseudomycelium garis-garis
tipis, nodula atau jaringan-jaringan menyusup massa tanah. Pockets paling mudah
dilihat setelah periode kering.
4. Kilap lempung (slicken sides), adalh permukaan gumpalan tanah yang licin
mengkilap,dihasilkan oleh geseran logam di permukaan lempung.

5. Lidah (tongues), adalah sisipan bahan-bahan berwarna pucat ke horison di bawahnya
yang lebih kelam berwujud seperti lidah.
D.7.4. Krotovinas
Krotovinas adalah coretan-coretan berbentuk tabung tak teratur di dalam suatu horison karena
terangkutnya bahan dari horison air. Hal ini disebabkan karena pengikisan terowonganterowongan yang digali hewan-hewan tanah seperti, tikus dan Astachidae. Warna pada
kontrovinas dapat cerah di horison kelam atau kelam di horison cerah. Kontrovinas adalah
ciri umum jenis tanah Chernozem atau tanah-tanah berwarna kelabu di bawah padang
rumput.
D.8. Perakaran
Pengamatan teliti akar-akar tanaman dalm hubungannya dengan morfologi tanah diperlukan
sebagai dasar peramalan cocok tidaknya jenis tanaman terhadap jenis tanaman dan dalamnya
akr tanaman dapat menembus tanah.
Banyaknya akar tergantung pada air, udadar dan zat hara tanaman dalam horizon tanah.
Horizon-horizon tertentu tidak dapat ditembus akar tanaman. Biasanya akar tidak dapat
menembus padas, kecuali jika pecah. Akan tetapi claypan meskipun penetrasi akar ke dalam
sukar, padas ini tidak mencegah perkembangan akar, karena mengikuti retakan-retakan yang
ada. Kurangnya akar di dalam claypan hanya mungkin karena kekurangan kandungan hara
tanaman dan pH tanah yang tak sesuai. M. Isa Darmawijaya (1997:182)
D.9. Bahan Organik
Hasil fotosintesis merupakan sumber utama bahan organik tanah, yaitu bagian atas tanaman
seperti daun, duri, serta sisa tanaman lainnya termasuk rerumputan, gulma, dan limbah pasca
panen (jerami, daun kering). Semua sumber bahan organik mengandung air, bahan mineral,
dan senyawa organik (Rachman Soetanto, 2005:58). Bahan Organik berasal dari bahan-bahan
yang telah lapuk, bahan organik