answer and question ekonomi pertanian

Rifqi Mochtar Latif
C1A011114
Ekonomi Pertanian
1. Apa yang harus diperhatikan untuk meningkatkan produktivitas pertanian?
Permasalahan peningkatan produktivitas pertanian harus memperhatikan aspek yang
saling berkaitan yaitu permintaan dan penawaran. Aspek permintaan berkaitan dengan
kuantitas dan kualitas penduduk sedangkan aspek penawaran berkaitan dengan jumlah
peroduk pertanian yang dihasilkan.
a. Aspek Permintaan
Data jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk masih tinggi, kondisi ini
membutuhkan pangan yang besar dimana sebagian harus dipasok dari hasil produksi
pertanian.
Namun jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang tinggi belum
diimbangi dengan kualitas penduduk yang tinggi. Perkembangan Human Development Index
(HDI) Indonesia untuk tahun 1980 sampai dengan 2011 masih belum menggembirakan.
Karena dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin besarlah jumlah pangan yang
dibutuhkan.
b. Aspek Penawaran
Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan terus mengalami penurunan,
kondisi ini menunjukkan bahwa sektor tersebut pertumbuhannya semakin melambat. Bahkan,
jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor lainnya, maka laju pertumbuhan sektor

pertanian,

peternakan,

kehutanan

dan

perikanan

tergolong

paling

lambat.Apabila

produktivitas pertanian ingin kedelai hanya 1,4 ton per hektar. Pertumbuhan produktivitas
tebu sangat tidak terpola, kadang tinggi sampai 6,2 ton per hektar, tetapi kadang anjlok
sampai di bawah 5,8 ton per hektar. Hanya jagung yang menunjukkan peningkatan
produktivitas konsisten hampir dua kali lipat. Fenomena produktivitas tersebut sekaligus

menunjukkan inkonsistensi pola dan sistem produksi pangan strategis di Indonesia.
Kapasitas produktivitas pertanian di Indonesia, selain memang rendah sejak awal,
juga mengalami kelelahan sistematis karena pola budidaya, lingkungan tumbuh dan
inefisiensi skala produksi usaha tani. Petani sebagai pelaku utama memiliki keterbatasan
dalam mengelola dan memodifikasi lingkungan biofisik dan sosial ekonomi sistem produksi
ditingkatkan lebih lanjut, maka faktor pertama yang harus diperhatikan adalah ketersediaan
dan kualitas infrastruktur, pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dimana
semakin tinggi nilai elastisitas, maka semakin penting pengaruh faktor tersebut terhadap

pertumbuhan ekonomi. Secara nasional infrastruktur irigasi mempunyai angka elastisitas di
atas 1 yang berarti sangat penting pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan ekonomi.
Khususnya pengaruh terhadap perkembangan produktivitas pertanian.
2.

Apa yang menjadi hambatan untuk meningkatkan produktivitas pertanian
guna mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka ketahanan nasional?

Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian, Indonesia masih menghadapi
berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi permasalahan
paradigma, produksi, distribusi, konsumsi, koordinasi dan keuangan.

Pertama, dari aspek paradigma mencakup: sistem agribisnis harus digeser menjadi
berbasis kepada petani dan pengusaha, sedangkan peran pemerintah hanya sebagai fasilitator,
pendekatan masih bersifat sektoral, dan peran pemerintah daerah masih kurang.
Kedua, dari aspek produksi mencakup: skala usaha petani masih kecil, alih fungsi
lahan pertanian ke non-pertanian masih tinggi, rusaknya infrastruktur pertanian di berbagai
daerah, melemahnya sistem penyuluhan pertanian, suplai air semakin berkurang, laju
pertumbuhan penduduk relatif tinggi, ketergantungan masyarakat terhadap beras masih
tinggi, produksi beras cenderung berfluktuatif, adopsi teknologi relatif rendah, pemilikan
lahan sangat kecil (rata-rata 25 ha per petani), kelembagaan petani masih lemah, pasca panen
tergantung alam, keadaan cuaca, dan keadaan geografi setempat.
Ketiga, dari aspek distribusi mencakup: fluktuasi harga/inflasi relatif tinggi,
pengelolaan distribusi yang belum merata di seluruh wilayah, permintaan dari luar daerah
sangat tinggi, cadangan pangan beras belum terdata dengan baik dan biaya koleksi dan
distribusi yang relatif tinggi.
Keempat, dari aspek konsumsi mencakup: keamanan pangan, kerawanan pangan dan
gizi, diversifikasi pangan serta daya beli masyarakat yang belum memadai.
Kelima, dari aspek koordinasi mencakup: masing-masing instansi hanya fokus pada
tugas pokok fungsinya masing-masing, lemahnya koordinasi antar-instansi dan lemahnya
leadership yang dapat mengkoordinasi berbagai instansi.
Keenam, dari aspek keuangan yaitu terbatasnya akses petani terhadap sumber

permodalan serta belum adanya perlindungan keuangan terhadap petani.
Karena masih banyak permasalahan yang harus diatasi, sehingga diperlukan
kesadaran bersama baik pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk saling
bersinergi dengan pendekatan holistic integral dalam meningkatkan produktivitas pertanian
guna meningkatkan ketahanan pangan dalam rangka ketahanan nasional.

Hal ini disebabkan Implementasi kebijakan dan program kegiatan, belum berjalan
secara optimal sebagai satu kesatuan kebijakan yang utuh, serasi dan selaras, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian atas keseluruhan kebijakan serta program
kegiatan. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan maupun implementasi program kegiatan
belum sepenuhnya terselenggara secara efisien dan efektif antara pemerintah pusat dengan
pemerintah Daerah maupun dengan para pemangku kepentingan lainnya.
3. Apa saja upaya pengembangan diversifikasi pertanian?
a.

Pengembangan Teknologi Pertanian

Peningkatan produksi dan produktivitas merupakan suatu keharusan, karena
pembangunan pertanian merupakan prasyarat dan landasan bagi proses industrialisasi.
Peningkatan produksi dan produktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi

yang lebih efisien, baik teknologi biologis, mekanis maupun teknologi sosial.
Menyadari adanya konsekunsi tambahan biaya sebagia akibat penerapan teknologi
baru, maka perlu dipertimbangkan untung-ruginya bagi usahatani. Disamping itu perlu
diperhatikan sikap dan tanggapan para petani terhadap teknologi terserbut, karena apabila
petani belum siap menerimanya maka akan menimbulkan masalah. Oleh karena itu dalam
pengembangan teknologi baru senantiasa harus diperhitungkan bahwa teknologi tersebut
harus dapat diterima petani, petani mampu melaksanakannya, serta menguntungkan dan
sudah tentu tidak menganggu kelestarian budaya setempat.
Perlu juga diketahui bahwa waktu yang diperlukan petani untuk dapat menerapkan
teknologi baru cukup lama, karena harus mengalami suatu proses, yaitu peroses adapsi yang
meliputi lima tahap yaitu antara lain: sadar, minat, evaluasi, mencoba dan adopsi. Teknologi
yang dikembangkan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya yang ada, bersifat
fleksibel mengikuti perubahan yang terjadi, baik perubahan permintaan pasar maupun
perubahan teknologi itu sendiri dan sudah tentu disesuaikan pula dengan jenis komoditi yang
cocok (potensial) untuk dikembangkan di daerah tersebut.
b.

Pengembangan Kelembagaan

Aspek kelembagaan dan sistem pelayanan harus terus dikembangkan seiring dengan

perkembangan komoditas pertanian dan teknologi produksinya serta pengolahan hasil dan
poemasrannya. Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan keuangan (Bank) untuk
melayani kredit dan menabung; kelembagaan penyuluhan; kelembagaan penyaluran sarana
produksi maupun kelembagaan pemasaran hasil pertanian. Selain itu, kelembagaan sosial
pedesaan yang ada harus didorong dan dibina terus karena lembaga ini sangat beragam baik

bentuk maupun fungsinya yang sangat efektif dalam memberikan pelayanan kepada petani
dan masyarakat pedesaan.
c.

Peningkatan Kualitas Sumberdaya Pertanian

Sumberdaya pertanian yang dimaksudkan adalah sumberdaya alam (tanah), modal,
sumberdaya manusia (tenaga kerja) dan penhgeloaan (manajemen). Menghadapi alih funsi
lahan pertanian, dimana lahan pertanian semakin berkurang luasnya sebagai akibat dari terus
meningkatnya jumlah penduduk dan dampak pembangunan yang sedang beralih ke sektor
industri, maka perlu adanya peningkatan penataan penggunaan tanah, sehingga lahan
pertanian yang produktif tetap dipertahankan. Sudah saatnya pemerintah secara konsekwen
harus menghentikan pengusuran lahan sawah terutama yang beririgasi teknis dan secara
konsisten menindak tegas para penggusur.

Untuk menghindari ketergantungan dari satu komoditi saja, diversifikasi tanaman
tetap harus dipertahankan untuk melestarikan program diversifikasi pangan. Untuk itu
diperlukan upaya pemupukan modal, karena dalam program produksi dengan pengolahan
hasilnya dibutuhkan modal dan ketrampilan. Searah dengan pengembangan usahatani,
pendapatan petani meningkat
d.

Perbaikan gizi masyarakat

Untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat pedesaan diversifikasi pangan adalah
salah satu jawabannya. Misalnya melalui gerakan tanaman pekarangan, dari pekarangan ini
petani dapat melakukan diversifikasi tanaman terutama berbagai tanaman sayur-sayuran,
buah-buahan, umbi-umbian dan tanaman obat yang dipadukan dengan usaha ternak dan
perikanan darat.
Pengembangan areal percontohan pertanian terpadu dengan memilih komoditi yang
sesuai dengan kondisi setempat dapat dilakukan dengan pembinaan yang intensif, sehingga
dihasilkan komoditi yang mampu bersaing. Lembaga pendidikan dan penelitian serta instansi
terkait hendaknya dilibatkan sebagai unsur pembina di lapangan
e.


Perbaikan Sistem Pemasaran

Sistem pemasaran sarana produksi dan produk pertanian yang kurang efisien akan
menyebabkan besarnya kehilangan, kerusakan, dan penurunan mutu produksi serta ongkos
angkut yang mahal. Hal ini akan menyebabkan harga produk pertanian menjadi mahal dan
kualitasnya rendah, sehingga tidak kompetitif. Untuk itu, dapat dikembangkan sistem
usahatani kontrak.
Usahatani kontrak, dimana suatu perusahaan (penyalur sarana produksi ataupun
pengolahan produk pertanian) setuju mutu membeli dan atau menjual kepada seseorang

petani yang berniat menghasilkan komoditi atau menggunakan sarana produksi yang dijual
perusahaan tersebut. Syarat-syarat memperhatikan harga komoditi dan atau harga sarana
produksi, kuantitas, kualitas dan waktu penyerahan.
f.

Campur tangan Pemerintah

Pemerintah hendaknya mampu mendorong di bidang pertanian dan pengusaha itu
sndiri mau memberikan pembinaan-pembinaan kepada petani di pedesaan, sehingga petani
terangsang untuk meningkatkan usahataninya. Campur tangan pemerintah yang berlebihan

justru akan mengakibatkan inefisiensi.
4. Apa peran pertanian di perekonomian?
Indonesia disebut negara agraris atau pertanian karena peran pertanian masih dominan
dalam hal:


PDB (Produk Domestik Bruto)



Penyerapan tenaga kerja



Nilai ekspor.

5.

Apa saja aspek-aspek ketahanan pangan?


Bagi bangsa Indonesia, dengan jumlah penduduk tahun 1997mencapai 200 juta jiwa
dan pada tahun 2020, diperkirakan akan mencapai sekitar 220 juta jiwa, pengadaan pangan
merupakan merupakan persoalan serius. Pengalaman sejarah Pembangunan Indonesia
menunjukan bahwa masalah ketahan pangan (food security) sangat erat kaitannya dengan
stabilitas ekonomi (khususnya inflasi), biaya produksi ekonomi agregat (biaya hidup), dan
stabilitas sosial politik nasional. Oleh karena itu, ketahan pangan menjadi syarat mutlak bagi
penyelenggaraan pembangunan nasional.
Pengolahan ketahanan pangan menyangkutaspek-aspek berikut:
1.

Penyediaan jumlah bahan-bahan pangan yang cukup untuk memenuhi permintaan
pangan yang meningkat baik karena pertambahan penduduk, perubahan
komposisi penduduk maupun akibat peningkatan pendapatan penduduk.

2.

Pemenuhan tuntutan kualitas dan keanekaan bahan pangan untuk mengantisipasi
perubahab preferensi konsumen yang semakin peduli pada masalah kesehatan dan
kebugaran.


3.

Masalah pendistribusian bahan-bahan pangan pada ruang (penduduk yang
terbesar pada sekitar 10000 pulau) dan waktu (harus tersedia setiap hari
sepanjang tahun).

4.

Masalah keterjangkauan pangan (food accessibility), yakni ketersediaan bahan
pangan (jumlah, kualitas, ruang dan waktu) harus dapat dijangkau oleh seluruh
masyarakat.

Disamping bahan pangan yang semakin mahal (sehingga diperlukan devisa yang lebih
besar), juga belum tentu tersedia sebesar jumlah yang kita butuhkan di pasar Internasional.
Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi bangsa Indonesia untuk menjamin ketahan
pangan, kecuali dari produksi domestik.