Laporan Praktikum SABUN RUMPUT LAUT
Laporan Praktikum Ke- 6
Selasa, 06 Oktober 2015
Pembuatan Sabun Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Dhiska Amoriyana. S
4443122601
Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2015
Abstrak
Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan tubuh,
seperti sabun mandi. Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun
mandi berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi
kesehatan kulit . Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui untuk
mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi rumput laut terhadap kualitas sabun
rumput laut .Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 06 Oktober
2015. Pada praktikum ini perlakuan yang digunakan dalam pembuatan sabun
rumput laut ini yaitu dengan menggunakan konsentrasi rumput laut yang berbedabeda pada tiap kelompok yaitu 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%.. Hasil yang
didapat pada praktikum pembuatan sabun rumput laut ini penggunaan konsentrasi
rumput laut yang berbeda ini pada uji Duncan tidak berpengaruh nyata. Perlakuan
terbaik pada pembuatan sabun rumput laut untuk parameter aroma dan tekstur
terdapat pada perlakuan rumput laut dengan konsentrasi 2% sedangkan pada
parameter kesan bersih ada konsentrasi rumput laut 4% dan banyak busa pada
konsentrasi 10% hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai panelis
karena memiliki nilai tertinggi.
Kata Kunci :Konsentrasi, rumput laut dan sabun
PENDAHULUAN
Rumput laut atau sea weeds merupakan komoditi hasil laut yang melimpah
di Indonesia. Pada mulanya orang menggunakan rumput laut hanya untuk
sayuran. Waktu itu tidak terbayang zat apa yang ada di dalam rumput laut. Umum
1
diketahui bahwa rumput laut aman atau tidak berbahaya untuk dikonsumsi.
Dengan berjalannya waktu pengetahuan berkembang kini kandungan dari rumput
laut digunakan agar bermanfaat seoptimal mungkin tidak hanya sebagai bahan
pangan yang dikonsumsi langsung secara sederhana tetapi juga merupakan bahan
dasar pembuatan produk pangan rumah tangga maupun industri makanan skala
besar (Anggadireja, dkk., 2006).
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan penduduk yang
tinggi akan berdampak pada peningkatan permintan bahan kebutuhan sehari-hari.
Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan tubuh,
seperti sabun mandi. Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun
mandi berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi
kesehatan kulit.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
perbedaan konsentrasi rumput laut terhadap kualitas sabun rumput laut.
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput laut yang digunakan jenis Eucheuma cottoni berikut adalah
taksonomi dari Rumput menurut Anggadireja, dkk., (2006). jenis Eucheuma
cottonii :
Division
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyta
Bangsa
: Gigartinales
Suku
: Solierisceae
Marga
: Eucheuma
Jenis
: Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii)
Ciri-ciri E.cottonii yaitu thallus silindris, pemukaan licin, menyerupai
tulang rawan/muda, serta berwarna hijau terang, hijau olive, dan cokelat
kemerahan. Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus
(tonjolan-tonjolan), dan duri lunak untuk melindungi gametangia. Percabangan
bersifat berseling, tidak teratur, serta dapat bersifat percabangan dua-dua atau
sistem percabangan tiga-tiga (Zatnika, 2008). Rumput laut adalah bahan pangan
berkhasiat, kandungan serat (dietary fiber) pada rumput laut sangat tinggi. Serat
2
dalam makanan atau disebut juga serat makanan umumnya berasal dari serat buah
dan sayuran atau sedikit yang berasal dari biji-bijian dan serealia. Serat makanan
terdiri dari serat kasar (crude fiber) dan “serat makanan” (dietary fiber). Serat
kasar adalah serat yang secara laboratorium dapat menahan asam kuat (acid) atau
basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari makanan yang
tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan (Wisnu, 2010). Almatsier
(2009) menyatakan bahwa, ada 2 macam golongan serat yaitu yang tidak dapat
larut dalam air dan yang dapat larut air. Karaginan mempunyai sifat pembentuk
gel. Sifat dasar karaginan terdiri dari tiga tipe karaginan yaitu kappa, iota dan
lambda karaginan.
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani
(SNI, 1994). Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan
proses netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk
sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses
netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi
antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi
antara asam lemak dengan alkali (Kirk et al, 1954).
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan (Wade dan
Weller, 1994). Asam stearat memilki atom karbon C18 yang merupakan asam
lemak jenuh dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada
produk (Mitsui, 1997). Asam stearat mempunyai titik cair pada suhu 69,40C
(Ketaren, 1986).
NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif
serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus. NaOH berbentuk
butiran padat berwarna putih dan memilki sifat higroskopis (Wade dan Weller,
1994). Ion Na+ dari NaOH bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun
(Cavith, 2001).
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis.
Gliserin diperoleh dari hasil samping proses pembuatan sabun atau dari asam
lemak tumbuhan dan hewan. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin bersama
3
dengan sukrosa dan alkohol berfungsi dalam pembentukan struktur transparan
(Mitsui, 1997).
Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan rumus
kimia C12H22O11 (ß-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside) yang mempunyai
berat molekul 342,3. Sukrosa merupakan senyawa nonionik dan mempunyai sifat
pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency), dan
pelarutan (solubizing) yang sangat baik (Gupta et al., 1985).
METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 06 Oktober 2015
pukul 08.00 wib yang bertempat di laboratorium TPHP (Teknologi Pengolahan
Hasil Perairan) jurusan Perikanan fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini panci, sendok, kompor,
alat penjapit, gelas kimia, aluminium foil. Kemudian untuk bahannya yaitu
rumput laut Kappaphycus alvarezii, NaOH, gliserin, minyak zaitun, minyak sawit,
asam stearat, alcohol, larutan gula, dan pengharum.
Prosedur kerja yang pertama dilakukan adalah mencampurkan asam
stearat, rumput laut, minyak zaitun dan minyak sawit kemudian dipanaskan diatas
air panas dengan wadah gelas kimia. Aduk hingga merata dan adonan agak
mencair, selanjutnya angkat adonan
tambahkan NaOH dan alcohol diluar
perebusan. Kemudian panaskan kembali hingga adonan tercampur merata,
tambahkan gliserin sebagai penjernih adonan sabun aduk hingga rata dan adonan
terasa lembut. Masukan larutan gula sebagai pengemulsi dan essens parfum
sebagai pembentuk aroma wangi pada sabun, aduk hingga merata. Tuang adonan
kedalam cetakan, biarkan hingga adonan sabun mengeras, selanjutnya lakukan uji
organoleptik
Asam stearat+ rumput laut + minyak zaitun + minyak sawit dicampurkan
Tambahkan NaOH + alkohol (diluar perebusan)
Gliserin + larutan gula + pengharum aduk hingga homogen
4
Tuangkan adonan ke cetakan
Biarkan hingga adonan sabun mengeras
Uji Organoleptik
Gambar.1 Diagram alir pembuatan sabun rumput laut
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah grafik batang hasil uji organoleptik pada praktikum
pembuatan kerupuk rumput laut metode cair:
Nilai Mean
Aroma
3.6 3.23
3.4
3.2
3.0
2.8
2.6
3.5
3.3
3.13
2.97
2.97
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
Hasil yang didapat pada uji organoleptik parameter aroma mean ranks
tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi rumput laut 2% dengan nilai 3,5
dan tidak berpengaruh nyata hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai
panelis. Sedangkan perlakuan konsentrasi rumput laut 8% dan 10% adalah yang
terendah dengan skor nilai 2,97 hal ini tidak disukai panelis.
5
Nilai Mean
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
2.47
Tekstur
2.63
2.53
2.57
2.37
2.03
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
Hasil yang didapat pada uji organoleptik parameter tekstur mean ranks
tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi rumput laut 2% dengan nilai 2,63
dan tidak berpengaruh nyata hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai
panelis. Sedangkan perlakuan konsentrasi rumput laut 8% adalah yang terendah
dengan skor nilai 2,03 hal ini tidak disukai panelis.
Nilai Mean
Kesan Bersih
4
3
2
1
0
2.67
2.63
3
2.77
2.47
2.83
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
Hasil yang didapat pada uji organoleptik parameter kesan bersih mean
ranks tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi rumput laut 4% dengan nilai 3
dan tidak berpengaruh nyata hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai
panelis. Sedangkan perlakuan konsentrasi rumput laut 8% adalah yang terendah
dengan skor nilai 2,47 hal ini tidak disukai panelis.
6
Nilai Mean
Banyak Busa
2.4
2.3
2.2
2.12
1.9
1.8
1.7
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
Hasil yang didapat pada uji organoleptik parameter banyak busa mean
ranks tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi rumput laut 10% dengan nilai
2,3 dan tidak berpengaruh nyata hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut
disukai panelis. Sedangkan perlakuan konsentrasi rumput laut 6% adalah yang
terendah dengan skor nilai 1,9 hal ini tidak disukai panelis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam praktikum mengenai pembuatan sabun rumput laut ini dapat
disimpulkan bahwa penggunaan konsentrasi rumput laut yang berbeda ini pada
uji Duncan tidak berpengaruh nyata. Perlakuan terbaik pada pembuatan
sabunrumput laut untuk parameter aroma dan tekstur terdapat pada perlakuan
rumput laut dengan konsentrasi 2% sedangkan pada parameter kesan bersih ada
konsentrasi rumput laut 4% dan banyak busa pada konsentrasi 10% hal ini
menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai panelis karena memiliki nilai
tertinggi.
Adapun saran pada praktikum ini yaitu untuk praktikun pembuatan sabun
ini ada penambahan warna sabun rumput laut agar lebih menarik penampilannya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Anggadireja, J.T, Achmad Zatnika, Heri Purwoto, Sri Istini. 2006. Rumput Laut.
Jakarta: Penebar Swadaya.
7
Kateren, S. 1986. Pengantar Teknologi Pengujian Kualitas Sabun Mandi Padat.
Universitas Indonesia. Jakarta
SNI 06-3532.1994. Standar Mutu Sabun Mandi Padat. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Wisnu R.A.,2010. Analisa Komposisi Nutrisi Rumput Laut (Eucheuma cottonii)
dengan Proses Pengeringan Berbeda. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Zatnika, A. 2008. Prospek Industri dan Proses Produksi Carrageenan. Majalah
Techner, No.10 Tahun II. Jakarta : 42-45
LAMPIRAN
Tabel 1. Anova Uji Hedonik Sabun Rumput Laut
Sum of
Squares
AROMA
TEKSTUR
BANYAK
BUSA
KESAN
BERSIH
Between
Groups
Within
Groups
Total
Between
Groups
Within
Groups
Total
Between
Groups
Within
Groups
Total
Between
Groups
Within
Groups
Total
Mean
Square
df
6.383
5
1.277
108.567
174
.624
114.950
179
38.000
5
7.600
133.200
174
.766
171.200
179
2.644
5
.529
153.600
174
.883
156.244
179
5.028
5
1.006
124.633
174
.716
129.661
179
F
Sig.
2.046
.074
9.928
.000
.599
.701
1.404
.225
8
Tabel 2. Uji Lanjut Duncan Parameter Aroma Sabun Rumput Laut
Subset for alpha = .
SABUN
05
N
RL
1
2
B
30
2.9667
E
30
2.9667
C
30
3.1333
3.1333
D
30
3.2333
3.2333
A
30
3.3000
3.3000
F
30
3.5000
Sig.
.150
.103
Tabel 3. Uji Lanjut Duncan Parameter Tekstur Sabun Rumput Laut
Subset for alpha = .05
SABUN
N
RL
1
2
3
B
30
2.0333
E
30
2.3667
2.3667
D
30
2.4667
2.4667
C
30
2.5667
F
30
2.6333
A
30
3.5333
Sig.
.071
.289
1.000
Tabel 4. Uji Lanjut Duncan Parameter Banyaknya Busa Sabun Rumput
Laut
SABUN
RL
C
D
B
F
A
E
Sig.
Subset
for alpha
= .05
N
30
30
30
30
30
30
1
1.9333
2.1000
2.1000
2.1667
2.2667
2.3000
.193
Tabel 5.Uji Lanjut Duncan Parameter Kesan Bersih Sabun Rumput Laut
SABUN
N
Subset for alpha = .
RL
05
9
B
F
D
C
E
A
Sig.
30
30
30
30
30
30
1
2.4667
2.6333
2.6667
2.7667
2.8333
.139
2
2.6333
2.6667
2.7667
2.8333
3.0000
.139
10
Selasa, 06 Oktober 2015
Pembuatan Sabun Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Dhiska Amoriyana. S
4443122601
Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2015
Abstrak
Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan tubuh,
seperti sabun mandi. Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun
mandi berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi
kesehatan kulit . Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui untuk
mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi rumput laut terhadap kualitas sabun
rumput laut .Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 06 Oktober
2015. Pada praktikum ini perlakuan yang digunakan dalam pembuatan sabun
rumput laut ini yaitu dengan menggunakan konsentrasi rumput laut yang berbedabeda pada tiap kelompok yaitu 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%.. Hasil yang
didapat pada praktikum pembuatan sabun rumput laut ini penggunaan konsentrasi
rumput laut yang berbeda ini pada uji Duncan tidak berpengaruh nyata. Perlakuan
terbaik pada pembuatan sabun rumput laut untuk parameter aroma dan tekstur
terdapat pada perlakuan rumput laut dengan konsentrasi 2% sedangkan pada
parameter kesan bersih ada konsentrasi rumput laut 4% dan banyak busa pada
konsentrasi 10% hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai panelis
karena memiliki nilai tertinggi.
Kata Kunci :Konsentrasi, rumput laut dan sabun
PENDAHULUAN
Rumput laut atau sea weeds merupakan komoditi hasil laut yang melimpah
di Indonesia. Pada mulanya orang menggunakan rumput laut hanya untuk
sayuran. Waktu itu tidak terbayang zat apa yang ada di dalam rumput laut. Umum
1
diketahui bahwa rumput laut aman atau tidak berbahaya untuk dikonsumsi.
Dengan berjalannya waktu pengetahuan berkembang kini kandungan dari rumput
laut digunakan agar bermanfaat seoptimal mungkin tidak hanya sebagai bahan
pangan yang dikonsumsi langsung secara sederhana tetapi juga merupakan bahan
dasar pembuatan produk pangan rumah tangga maupun industri makanan skala
besar (Anggadireja, dkk., 2006).
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan penduduk yang
tinggi akan berdampak pada peningkatan permintan bahan kebutuhan sehari-hari.
Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan tubuh,
seperti sabun mandi. Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun
mandi berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi
kesehatan kulit.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
perbedaan konsentrasi rumput laut terhadap kualitas sabun rumput laut.
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput laut yang digunakan jenis Eucheuma cottoni berikut adalah
taksonomi dari Rumput menurut Anggadireja, dkk., (2006). jenis Eucheuma
cottonii :
Division
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyta
Bangsa
: Gigartinales
Suku
: Solierisceae
Marga
: Eucheuma
Jenis
: Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii)
Ciri-ciri E.cottonii yaitu thallus silindris, pemukaan licin, menyerupai
tulang rawan/muda, serta berwarna hijau terang, hijau olive, dan cokelat
kemerahan. Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus
(tonjolan-tonjolan), dan duri lunak untuk melindungi gametangia. Percabangan
bersifat berseling, tidak teratur, serta dapat bersifat percabangan dua-dua atau
sistem percabangan tiga-tiga (Zatnika, 2008). Rumput laut adalah bahan pangan
berkhasiat, kandungan serat (dietary fiber) pada rumput laut sangat tinggi. Serat
2
dalam makanan atau disebut juga serat makanan umumnya berasal dari serat buah
dan sayuran atau sedikit yang berasal dari biji-bijian dan serealia. Serat makanan
terdiri dari serat kasar (crude fiber) dan “serat makanan” (dietary fiber). Serat
kasar adalah serat yang secara laboratorium dapat menahan asam kuat (acid) atau
basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari makanan yang
tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan (Wisnu, 2010). Almatsier
(2009) menyatakan bahwa, ada 2 macam golongan serat yaitu yang tidak dapat
larut dalam air dan yang dapat larut air. Karaginan mempunyai sifat pembentuk
gel. Sifat dasar karaginan terdiri dari tiga tipe karaginan yaitu kappa, iota dan
lambda karaginan.
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani
(SNI, 1994). Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan
proses netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk
sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses
netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi
antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi
antara asam lemak dengan alkali (Kirk et al, 1954).
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan (Wade dan
Weller, 1994). Asam stearat memilki atom karbon C18 yang merupakan asam
lemak jenuh dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada
produk (Mitsui, 1997). Asam stearat mempunyai titik cair pada suhu 69,40C
(Ketaren, 1986).
NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif
serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus. NaOH berbentuk
butiran padat berwarna putih dan memilki sifat higroskopis (Wade dan Weller,
1994). Ion Na+ dari NaOH bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun
(Cavith, 2001).
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis.
Gliserin diperoleh dari hasil samping proses pembuatan sabun atau dari asam
lemak tumbuhan dan hewan. Pada pembuatan sabun transparan, gliserin bersama
3
dengan sukrosa dan alkohol berfungsi dalam pembentukan struktur transparan
(Mitsui, 1997).
Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan rumus
kimia C12H22O11 (ß-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside) yang mempunyai
berat molekul 342,3. Sukrosa merupakan senyawa nonionik dan mempunyai sifat
pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency), dan
pelarutan (solubizing) yang sangat baik (Gupta et al., 1985).
METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 06 Oktober 2015
pukul 08.00 wib yang bertempat di laboratorium TPHP (Teknologi Pengolahan
Hasil Perairan) jurusan Perikanan fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini panci, sendok, kompor,
alat penjapit, gelas kimia, aluminium foil. Kemudian untuk bahannya yaitu
rumput laut Kappaphycus alvarezii, NaOH, gliserin, minyak zaitun, minyak sawit,
asam stearat, alcohol, larutan gula, dan pengharum.
Prosedur kerja yang pertama dilakukan adalah mencampurkan asam
stearat, rumput laut, minyak zaitun dan minyak sawit kemudian dipanaskan diatas
air panas dengan wadah gelas kimia. Aduk hingga merata dan adonan agak
mencair, selanjutnya angkat adonan
tambahkan NaOH dan alcohol diluar
perebusan. Kemudian panaskan kembali hingga adonan tercampur merata,
tambahkan gliserin sebagai penjernih adonan sabun aduk hingga rata dan adonan
terasa lembut. Masukan larutan gula sebagai pengemulsi dan essens parfum
sebagai pembentuk aroma wangi pada sabun, aduk hingga merata. Tuang adonan
kedalam cetakan, biarkan hingga adonan sabun mengeras, selanjutnya lakukan uji
organoleptik
Asam stearat+ rumput laut + minyak zaitun + minyak sawit dicampurkan
Tambahkan NaOH + alkohol (diluar perebusan)
Gliserin + larutan gula + pengharum aduk hingga homogen
4
Tuangkan adonan ke cetakan
Biarkan hingga adonan sabun mengeras
Uji Organoleptik
Gambar.1 Diagram alir pembuatan sabun rumput laut
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah grafik batang hasil uji organoleptik pada praktikum
pembuatan kerupuk rumput laut metode cair:
Nilai Mean
Aroma
3.6 3.23
3.4
3.2
3.0
2.8
2.6
3.5
3.3
3.13
2.97
2.97
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
Hasil yang didapat pada uji organoleptik parameter aroma mean ranks
tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi rumput laut 2% dengan nilai 3,5
dan tidak berpengaruh nyata hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai
panelis. Sedangkan perlakuan konsentrasi rumput laut 8% dan 10% adalah yang
terendah dengan skor nilai 2,97 hal ini tidak disukai panelis.
5
Nilai Mean
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
2.47
Tekstur
2.63
2.53
2.57
2.37
2.03
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
Hasil yang didapat pada uji organoleptik parameter tekstur mean ranks
tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi rumput laut 2% dengan nilai 2,63
dan tidak berpengaruh nyata hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai
panelis. Sedangkan perlakuan konsentrasi rumput laut 8% adalah yang terendah
dengan skor nilai 2,03 hal ini tidak disukai panelis.
Nilai Mean
Kesan Bersih
4
3
2
1
0
2.67
2.63
3
2.77
2.47
2.83
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
Hasil yang didapat pada uji organoleptik parameter kesan bersih mean
ranks tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi rumput laut 4% dengan nilai 3
dan tidak berpengaruh nyata hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai
panelis. Sedangkan perlakuan konsentrasi rumput laut 8% adalah yang terendah
dengan skor nilai 2,47 hal ini tidak disukai panelis.
6
Nilai Mean
Banyak Busa
2.4
2.3
2.2
2.12
1.9
1.8
1.7
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
Hasil yang didapat pada uji organoleptik parameter banyak busa mean
ranks tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi rumput laut 10% dengan nilai
2,3 dan tidak berpengaruh nyata hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut
disukai panelis. Sedangkan perlakuan konsentrasi rumput laut 6% adalah yang
terendah dengan skor nilai 1,9 hal ini tidak disukai panelis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam praktikum mengenai pembuatan sabun rumput laut ini dapat
disimpulkan bahwa penggunaan konsentrasi rumput laut yang berbeda ini pada
uji Duncan tidak berpengaruh nyata. Perlakuan terbaik pada pembuatan
sabunrumput laut untuk parameter aroma dan tekstur terdapat pada perlakuan
rumput laut dengan konsentrasi 2% sedangkan pada parameter kesan bersih ada
konsentrasi rumput laut 4% dan banyak busa pada konsentrasi 10% hal ini
menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai panelis karena memiliki nilai
tertinggi.
Adapun saran pada praktikum ini yaitu untuk praktikun pembuatan sabun
ini ada penambahan warna sabun rumput laut agar lebih menarik penampilannya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Anggadireja, J.T, Achmad Zatnika, Heri Purwoto, Sri Istini. 2006. Rumput Laut.
Jakarta: Penebar Swadaya.
7
Kateren, S. 1986. Pengantar Teknologi Pengujian Kualitas Sabun Mandi Padat.
Universitas Indonesia. Jakarta
SNI 06-3532.1994. Standar Mutu Sabun Mandi Padat. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Wisnu R.A.,2010. Analisa Komposisi Nutrisi Rumput Laut (Eucheuma cottonii)
dengan Proses Pengeringan Berbeda. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Zatnika, A. 2008. Prospek Industri dan Proses Produksi Carrageenan. Majalah
Techner, No.10 Tahun II. Jakarta : 42-45
LAMPIRAN
Tabel 1. Anova Uji Hedonik Sabun Rumput Laut
Sum of
Squares
AROMA
TEKSTUR
BANYAK
BUSA
KESAN
BERSIH
Between
Groups
Within
Groups
Total
Between
Groups
Within
Groups
Total
Between
Groups
Within
Groups
Total
Between
Groups
Within
Groups
Total
Mean
Square
df
6.383
5
1.277
108.567
174
.624
114.950
179
38.000
5
7.600
133.200
174
.766
171.200
179
2.644
5
.529
153.600
174
.883
156.244
179
5.028
5
1.006
124.633
174
.716
129.661
179
F
Sig.
2.046
.074
9.928
.000
.599
.701
1.404
.225
8
Tabel 2. Uji Lanjut Duncan Parameter Aroma Sabun Rumput Laut
Subset for alpha = .
SABUN
05
N
RL
1
2
B
30
2.9667
E
30
2.9667
C
30
3.1333
3.1333
D
30
3.2333
3.2333
A
30
3.3000
3.3000
F
30
3.5000
Sig.
.150
.103
Tabel 3. Uji Lanjut Duncan Parameter Tekstur Sabun Rumput Laut
Subset for alpha = .05
SABUN
N
RL
1
2
3
B
30
2.0333
E
30
2.3667
2.3667
D
30
2.4667
2.4667
C
30
2.5667
F
30
2.6333
A
30
3.5333
Sig.
.071
.289
1.000
Tabel 4. Uji Lanjut Duncan Parameter Banyaknya Busa Sabun Rumput
Laut
SABUN
RL
C
D
B
F
A
E
Sig.
Subset
for alpha
= .05
N
30
30
30
30
30
30
1
1.9333
2.1000
2.1000
2.1667
2.2667
2.3000
.193
Tabel 5.Uji Lanjut Duncan Parameter Kesan Bersih Sabun Rumput Laut
SABUN
N
Subset for alpha = .
RL
05
9
B
F
D
C
E
A
Sig.
30
30
30
30
30
30
1
2.4667
2.6333
2.6667
2.7667
2.8333
.139
2
2.6333
2.6667
2.7667
2.8333
3.0000
.139
10