evaluasi penawaran Sapi bibit Impor

Nama

: Yenny Rohmalia Rosanty

Nim

: 201310200311151

Jurusan

: Agronomi 1 D
Sapi Impor? Tidak Laah Yaww
By Yenny Rohmalia Rosanty

Impor adalah kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain. Orang
yang melakukan kegiatan impor disebut importir. Kegiatan ekspor (menjual
barang ke luar negeri) dapat menghasilkan devisa bagi negara. Devisa adalah
masuknya uang asing ke negara kita. Uang asing yang masuk ke negara kita
tersebut dapat kita gunakan untuk membayar barang- barang dan jasa dari luar
negeri (barang impor).
Kegiatan impor dilakukan antarnegara untuk mencukupi kebutuhan rakyat

masing-masing negara. Indonesia mengimpor barang dari luar negeri karena kita
tidak dapat menghasilkan barang tersebut ataupun jika kita dapat menghasilkan
tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Produk impor dari negara Indonesia
Secara umum produk impor dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
1) Barang migas (minyak dan gas)
2) Barang non migas yaitu barang-barang yang bukan minyak bumi dan gas
seperti hasil perkebunan, pertanian, peternakan, kerajinan dan hasil
pertambangan lain yang bukan minyak dan gas.
3) Jasa yaitu pengiriman tenaga kerja ke laur negeri.



Produk Impor Indonesia
Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi, bahan baku dan bahan penolong
serta bahan modal.
a. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari,seperti makanan, minuman, susu,
mentega, beras, dan daging.


b. Bahan baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang
diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan
pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan
bermotor.
c. Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti
mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat.
produk impor indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras,
terigu, kacang kedelai dan buah-buahan. produk impor indonesia yang
berupa hasil peternakan antara lain daging dan susu.
Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lain adalah
minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang berupa barang industri antara
lain adalah barang-barang elektronik, bahan kimia, kendaraan. dalam bidang jasa
indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.

Keuntungan impor antara lain adalah :
1) Memperoleh Barang dan Jasa yang Tidak Bisa Dihasilkan
Setiap negara memiliki sumber daya alam dan kemampuan sumber
daya manusia yang berbeda-beda. Misalnya, keadaan alam Indonesia tidak
bisa menghasilkan gandum dan Amerika tidak bisa menghasilkan kelapa
sawit. Perdagangan antarnegara akan bisa mendatangkan barang-barang

yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri.
2) Memperoleh Bahan Baku
Setiap kegiatan usaha pasti membutuhkan bahan baku. Untuk
memproduksi mobil dibutuhkan besi dan baja. Untuk memproduksi ember,
mangkuk, dan kursi plastik dibutuhkan plastik. Tidak semua bahan baku
produksi tersebut dihasilkan di dalam negeri.
Mungkin ada yang diproduksi di dalam negeri, tetapi harganya lebih
mahal. Demi kelangsungan produksi, pengusaha harus menjaga pasokan bahan
bakunya. Salah satu caranya dengan mengimpor bahan baku dari luar negeri. Kita
ambil contoh sapi impor yang masuk ke Indonesia. Sapi merupakan hewan
ternak anggota suku Bovidae. Banyak orang memelihara hewan ternak

ini,

karena

memiliki

banyak


manfaat.

Sapi

dipelihara

untuk

dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai sumber protein manusia.
Selain itu hasil sampingannya yang berupa kulit, ekor, dan tanduknya
juga digunakan sebagai hiasan perabotan rumah tangga. Di beberapa
tempat, sapi juga dimanfaatkan sebagai penggerak alat transportasi,
pengolahan sawah, dan alat industri lainnya seperti peremas tebu.
Indonesia memiliki berbagai macam bangsa sapi, dimulai dari sapi
lokal sampai dengan sapi impor yang didatangkan dari luar negeri. Hal
ini disebabkan, karena jumlah kebutuhan sapi di negeri ini sangat
besar lantaran manfaat dari hewan ternak ini sangatlah banyak.

Sapi lokal adalah sapi yang berasal dari peranakan sapi Indonesia atau dari
persilangan sapi antar wilayah di Indonesia. Ada beberapa jenis sapi lokal yang

dikembangkan di negeri ini. Diantaranya adalah; sapi PO, sapi Bali, sapi Madura,
sapi Jabres, dan sapi Aceh. Sapi PO merupakan sapi peranakan ongole, hasil
persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole dengan sapi betina Jawa yang
berwarna putih. Sapi Bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli Indonesia hasil
penjinakan (domestikasi) banteng liar yang telah dilakukan sejak akhir abad ke 19
di Bali, sehingga sapi jenis ini dinamakan Sapi Bali. Sapi Madura pada mulanya
terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu,
yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan
marginal serta tahan terhadap serangan caplak (http://dompi.co.id/_dompi.php?
_i=jenis-sapi). Sapi Jabres merupakan persilangan antara sapi peranakan ongole,
sapi madura dan sapi bali yang sudah terjadi sejak zaman penjajahan Hindia
Belanda. Wilayah sebaran asli geografisnya berada di Kabupaten Brebes dengan
wilayah

sebaran

di

Provinsi


Jawa

Tengah

(http://disnak-

kabbrebes.blogspot.com/2012/09/penetapan-rumpun-sapi-jabres-oleh.html). Sapi
Aceh, merupakan hasil persilangan antara sapi Bos Indicus dengan banteng yang
merupakan

ternak

sapi

asli,

bukan

peranakan


dari

luar

daerah

(http://duniasapi.com/id/edufarming/1897-sapi-aceh.html).
Dengan adanya permasalahan lonjaknya harga daging sapi lokal karena masuk
nya sapi impor ke Indonesia menjadikan pemerintah turun tangan. Pasalnya
kebutuhan daging masyarakat Indonesia sangat tinggi, khususnya di DKI Jakarta
dan Jawa Barat. Itu semua tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokan daging di

Indonesia karena jelas akan membuat para peternak sapi lokal menaikkan harga
daging tersebut. Menanggapi permasalahan tersebut pemerintah memilih untuk
memasukkan daging impor ke Indonesia. Meski memang kenyataannya harga
daging sapi di Indonesia paling mahal diantara negara-negara tetangga. Padahal
dengan langkah tersebut pemerintah telah merugikan para peternak sapi lokal.
Pasalnya, Kementerian Perdagangan menyebutkan selisih antara harga jual sapi
potong peternak dengan daging-daging segar sangat besar. Dari peternak, sapi
biasanya dijual dengan Rp 35.000 per kilogram. Namun sampai di pasaran,

harganya mencapai Rp 90.000 alias meroket Rp 55.000. Melihat kenyataan
tersebut yang diuntungkan disini adalah para importir yang berkesempatan
menjadi penentu harga.
(http://www.tempo.co/read/news/2013/02/06/058459510/Pedagang-Minta-HargaSapi-Impor-Sama-dengan-Lokal)
Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan para peternak baik dalam
pengelolaan serta pengolahan sapi yang mereka pelihara. Jangan sampai para
importir menguasai pasokan daging di Indonesia , padahal Indonesia sendiri
mampu untuk menyediakan kebutuhan daging masyarakatnya. Pemerintah pun
harus mencegah adanya para peternak yang menjual sapi betina produktif
meskipun harga yang ditawarkan oleh para importer tersebut tinggi karena justru
hal tersebut akan membuat keberadaan sapi semakin punah.
Oleh karena itu, pemerintah harus segera mengurangi dan meminimalisir
sapi impor dan kembali kepada sapi lokal. Pemerintah harus segera membuat
kebijaksanaan terkait keberadaan sapi lokal yang semakin sedikit pasokannya
lantaran pasokan sapi impor yang masuk ke Indonesia. Selain itu pemerintah juga
harus menyamakan harga sapi impor dan sapi lokal, karena keberadaan sapi impor
bukan untuk melambungkan harga daging tetapi untuk menstabilkan pasaran.
Pemerintah atau dinas peternakan setempat, hendaknya juga turun tangan untuk
memantau pemotongan yang ada di RPH-RPH di wilayahnya. Hal ini penting
dilakukan untuk menghindari pemotongan sapi betina produktif agar swasembada

daging 2014 benar-benar terealisasi. Dengan demikian, pemerintah harus kembali

kepada sapi lokal agar peternak-peternak Indonesia tak lagi dimiskinkan oleh
keberadaan sapi impor.