TUGAS RESUME MATA KULIAH HUKUM PERDATA I
TUGAS RESUME
MATA KULIAH : HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
DOSEN : Prof., Dr. Zulfa Djoko Basuki, S.H., M.A.,
Nama : Daniel
NIM : 2015 – 050 – 287
BAB 1
PENGERTIAN HUKUM ANTAR TATA HUKUM
1. Selalu Terdapat Perbedaaan Pendapat
Ada perbedaan dalam pengertian HPI ini. Ada istilah Conflict of Law tetapi diganti
menjadi Conflict of Lawyers. Karena pada dasarnya yang berkonflik ialah para ahli
hukumnya, bukan sistem hukumnya. Pendapat yang sama dari para ahli mengenai
HPI hanyalah mengenai HPI ialah cabang ilmu hukum yang sulit, untuk selebihnya
pasti ada perbedaan pendapat dan terkadang menjadi sebuah perdebatan.
2. HPI Internasional atau Nasional?
PI merupakan bagian daripada hukum nasional. Demikian banyak negara nasional,
demikian banyak juga sistem HPI. Oleh karena itu tiap – tiap negara yang merdeka
dan berdaulat memiliki sistem HPI masing – masing. Maka pada dasarnya ialah tepat
pemakaian istilah “Hukum Perdata Internasional Indonesia” karena HPI Indonesia
ialah sistem Hukum Nasional Indonesia dan tidak bersifat supra nasional. Istilah
Internasioanl tidak menunjuk pada sumber hukumnya, tetapi hanya menunjuk pada
fakta – faktanya. Karena ada unsur asing maka dengan inilah yang menjadikan
hubungan – hubungan tersebut menjadi internasional. Pada intinya ialah HPI
merupakan hukum perdata untuk hubungan internasional.
3. Keberatan Terhadap Istilah HPI : bukan Internasional tetapi Nasional sifatnya
Istilah Internasional ialah bukan tentang antar negaranya dan bukan tentang hukum
antar negaranya. Melainkan ialah ada unsur dari luar, ada unsur asingnya (foreign
element).
4. Perdata Tapi Internasional
Perdata pada dasarnya ialah privat antara orang pribadi, dan mana mungkin bisa men
jadi internasional. Bila dilihat dari segi istilah Internasionalnya terus – menerus maka
perdebatan ini akan selalu muncul. Maka harus benar – benar dipahami bahwa unsur
asing dan luar negerilah yang membedakan dan menjadi pelurus antara perdebatan
tadi.
5. Contoh – Contoh
Seorang warga negara Indonesia berkontrak dengan orang asing, seorang warga
negara membeli dari negara lain, dua orang warga negara mengatur jual beli tentang
suatu pabrik yang diimpor dari luar negeri. Itu semua adalah hubungan sehari – hari,
hubungan perdata tetapi bersifat internasional yang mempunyai hubungan
internasional.
6. Istilah HPI Sudah Umum Diterima
Sistem HPI sebenarnya sudah bisa diterima secara umum karena dianggap praktis.
Sebaiknya istilah HPI ini tetap digunakan sekalipun muncul nantinya istilah baru yang
lebih baik, karena orang – orang sudah mulai memahami makna dari istilah HPI ini.
7. Istilah “Hukum Perselisihan”
Muncul juga istilah hukum perselisihan. Tetapi sebaiknya tidak dipakai dan jangan
dipergunakan lai dan diganti dengan istilah “Hukum Antar Tata Hukum”.
8. Aneka Ragam Pandangan Tentang Luas Bidang HPI
a. HPI = rechtstoepassingsrecht
b. HPI = Choice of Law + Choice of Jurisdiction
c. HPI = Choice of Law + Choice of Jurisdiction + Condition des etrangers +
nationalite
9. Keberatan Kesan Konflik Kedaulatan
Sebenarnya sama sekali tidak ada konflik kedaulatan. Karena HPI merupakan bagian
dari sistem hukum nasional. Jika menurut kaidah HPI kita harus dipakai hukum asing
maka ini adalah penentuan dari hukum nasional sang hakim sendiri. Sesungguhnya
tidak ada konflik, karena tugas dari HPI justru ialah untuk menghindarkan timbulnya
konflik, menghindari terjadinya bentrokan. Dengan jalan memilih antara sistem
hukum yang dikaitkan, yang mana yang akan berlaku.
10. Pembagian HATAH
HATAH dapat dibagi dalam bagian intern dan ekstern. Tiap norma hukum mempunyai
4 lingkungan kekuasaan atau rechtsgebieden berlakunya hukum ini. Yang pertama
ialah lingkungan kuasa waktu. Yang kedua lingkungan kuasa ruang. Yang ketiga
lingkungan kuasa pribadi dan keempat lingkugan kuasa soal – soal.
11. Hukum Antar Waktu
Sebagai contoh konkrit misalnya kita mengenal Undang – Undang Lalu Lintas Devisa
yang dirubah pada tahun 1964. Sebelumnya Undang – Undang Devisa 1964 itu
penduduk devisa Indonesia dilarang mempunyai alat – alat pembayaran luar negeri
tanpa mengadakan laporan kepada atau memperoleh ijin dari Lembaga Alat – Alat
Pembayaran Luar Negeri (LAAPLN). Sekarang ini keadaannya sudah berubah,
penduduk devisa Indonesia sudah bisa memiliki dollar, bisa memiliki Deutsche
Marken, Yen, dsb, tanpa perlu ijin dari LAAPLN.
Gambarannya ialah waktunya yang berbeda tetapi tempatnya bersaamaan, pribadinya
berbeda dan soal – soalnya berbeda pula.
12. Perumusan HAW
Pada HAW norma – norma yang bertemu terjadinya di dalam suatu negara karena
termasuk HATAH intern. HAW ialah keseluruhan peraturan dan keputusan hukum
yang menunjukkan hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan
hukum, jika hubugan – hubungan dan peristiwa – peristiwa antara warga negara
dalam satu negara dan satu tempat, memperlihatkan titik – titik pertalian denga stelsel
– stelsel dan kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan – lingkuan kuasa waktu
dan soal – soal.
13. Hukum Antar Tempat (HAT)
Orang dari satu negara mengadakan hubungan dengan orang dari negara lain, karena
orang – orang dari negara bagian yang berlainan, dengan masig – masing mempunyai
perdatanya yang berbeda, timbullah masalah HAT yang dalam scope besar
menyerupai masalah HPI. Di dalam negara kita sendiri ada 19 macam hukum adat
yang dikaitkan dengan wilayah tertent. Kalau orang – orang dari lingkungan adat ini
mengadakan hubngan satu dengan lain timbullah persoalan tentang hukum mana yang
berlaku. Itu adalah pernyataan HATAH.
14. Perumusan HAT
Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum
manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan – hubngan
dan peristiwa – peristiwa antara warga negara dalam satu negara dan satu waktu
tertentu memperlihatkan titik – titik pertalian dengan stelsel – stelsel dan kaidah
hukum yang berbeda dengan lingkungan kuasa tempat dan soal – soal.
15. Persoalan HAT sama dengan HPI
HAT persoalannya terjadi dalam lingkungan satu negara, NKRI. Sedangkan HPI
kaidah ini adalah dari dua atau lebih negara. Misalnya Indonesia dengan Jerman. HPI
bisa dimasukkan dalam skema HAT. Baik HPI dan HAT yang tditekankan adalah
tempat secara geografis.
16. Hukum Antar Golongan (HAG)
Ialah keseluruhan peraturan dan keputusan yang menunjukkan stelsel hukum
manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungannya dan
peristiwa – peristiwa antara warga negara dalam satu negara, satu tempat dan satu
waktu tertentu, memperlihatkan titik - titik pertalian dengan stelsel – stelsel dan
kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan kuasa pribadi dan soal – soal.
17. HATAH Intern
Ialah keseluruhan peraturan dan keputusan hakim yang menunjukkan stelsel hukum
manakah yang belaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan – hubngan
dan peristiwa – peristiwa antara warga negara dalam satu negara, memperlihatkan
titik – titik pertalian dengan stelsel – stelse dan kaidah hukum yang berbeda dalam
lingkungan kuasa waktu, tempat pribadi dan soal – soal.
18. Hukum Perdata Internasional (HPI)
Keseluruhan peraturan dan keputusan hakim yang menunjukkan stelsel hukum
manakah yang belaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan – hubngan
dan peristiwa – peristiwa antara warga negara dalam satu negara, memperlihatkan
titik – titik pertalian dengan stelsel – stelse dan kaidah hukum yang berbeda dalam
lingkungan kuasa waktu, tempat pribadi dan soal – soal.
Disini yang ditekankan ialah perbedaan dalam lingkungan kuasa tempat dan soal –
soal serta pembedaan dalam sistem satu negara dengan negara lain, artinya adanya
unsur luar negerinya.
BAB 2
TITIK –TITIK PERTALIAN
1. Titik Taut Primer untuk HAG : Golongan Rakyat
Golongan rakyat merupakan titik pertalian yang pertama yang menentukan status dari
para pihak, para subek hukum. Dalam suatu hubungan tertentu golongan rakyat
mereka yang menimbulkan persoalan antar golongan.
2. Titik Taut Primer untuk HPI : Kewarganegaraan
Kewarganegaraan daripada pihak – pihak yang menyebabkan timbulnya suatu
persoalan HPI. Karena biasanya 2 warga negara yang berhubungan berada di bawah
hukum perdata yang berbeda. Masalah HPI ini yang timbul karena kewarganegaraan
orang- orang yang bersangkutan.
3. Bendera Kapal TPP untuk HPI
Dengan kapal – kapal timbul juga masalah HPI, karena bendera dari kapal ini berbeda
dari orang – orang yang mengadakan hubungan dengan kapal ini. Misalnya ada
sebuah kapal yang berbendera Panama. Para penumpangnya yang turut berlayar di
kapal itu adalah WNI. Kapal itu juga berlayar di perairan Indonesia. Ini semua
masalah yang timbul karena adanya bendera kapal yang berbeda
4. Tanah sebagai TPP untuk HAG
Sebelum UU Pokok Agraria tidak semua tanah berada di bawah satu macam kota
besar atau pusat industri dimana Kadaster sudah mulai bekerja, tanah merupakan
lingkungan hukum barat. Tanah menjadi faktor yang menyebabkan timbulnya
masalah antar golongan.
5. Domisili
Domisili seseorang dapat menjadi faktor yang menimbulkan masalah HPI. Domisili
merupakan suatu pengertian hukum yang baru lair kalau sudah terpenuhi syarat
tertentu, misalnya kediaman yang permanen di suatu tempat, tidak ada maksud untuk
pulang kembali dan sebagainya. Yang bersangkutan sudah hidup sehari – hari secara
benar – benar menetap di tempat ia mencari nafkah. Barulah domisilinya berubah
menurut konsepsi Anglo Saxon tentang domisili.
6. Tempat Kediaman
Tempat ini ialah dimana sesorang sehari – hari yang bersangkutan dianggap
mempunya kediamannya dimana ada rumahnya, dimana ia bekerja sehari – hari,
disitu adalah residence dari orang tersebut
7. Tempat Kedudukan Badan Hukum
Untuk badan – badan hukum, perseroan terbatas dan sebagainya, kita bukannya bicara
tentang domisili, tetapi bicara tentang tempat kedudukan.
8. Hubungan antara TPP dan TPS
TPP ialah faktor dan keadaan yang menimbulkan, menciptakan suatu hubungan
HATAH.
TPS ialah faktor dan keadaan yang menentukan berlakunya suatu sistem hukum
tertentu. TPS muncul setelah adanya TPP. TPS ini terutama dikedepankan dan dapat
kita temukan dari yurisprudensi.
9. Pilihan Hukum
Hukum mana yang berlaku untuk suatu perjanjian ditentukan pertam – tama oleh
maksud dari para pihak, apa yang dikehendaki para pihak, apa yang diinginkan para
pihal. Ini adalah yang terkenal di dalam HPI sebagai partijautonomie. Autonomie van
partijen ialah autonomie dari para pihak untuk menentukan sendiri hukum yang
mereka kehendaki. Jadi di bidang hukum perjanjian para pihak dapat menentukan
sendiri hukum mana yang berlaku bagi perjanjian mereka. Mereka memilih sendiri
menghendaki sendiri pula. Di samping pilihan hukum secara tegas, dapat pula
dilakukan pilihan secara diam – diam. Orang diam – diam bisa mengutarakan sesuatu
yang dikehendaki oleh para pihak. Jadi ada 2 cara memilihnya, yaitu secara tegas atau
secara diam – diam.
10. Tempat Letaknya Benda (Situs)
Letaknya suatu benda merupakan titik taut yang menentukan hukum yang harus
diberlakukan. Untuk benda – benda tetap berlaku ketentuan bahwa hukum dari tempat
letaknya benda itu adalah yang dipakai untuk hubungan hukum yang berkenaan
dengan benda itu. Tetapi bukan hanya untuk benda tetap berlaku asas lex rei sitae ini.
Juga berlaku untuk benda – benda bergerak dibidang HPI diterima secara umum
bahwa lex rei sitae yang berlaku.
11. Tempat Dilangsungkannya Perbuatan Hukum
Tempat dimana perbuatan hukum dilangsungkan atau perjanjian dibuat merupakan
faktor yang menentukan akan hukum yang harus diberlakukan
12. Contoh – Contoh dari Yurisprudensi Indonesia Tempat Dilaksanakan Perjanjian
Seseorang telah mengadakan perjanjian peminjaman uang yang dibuat di Tiongkok.
Dipakai Hukum Tiongkok sebagai hukum dimana tempat perjanjian telah dibuat.
Demikian diputuskan oleh Raad van Justitie di Medan pada tahun 1926. Ditambahkan
pula oleh Pengadilan bersangkutan bahwa berlakunya hukum Tiongkok ini ialah
karena menurut maksud para pihak memang hukum dari tempat perjanjian inilah yang
mereka kehendaki.
13. Tempat terjadinya Perbuatan Melanggar Hukum
Dalam perbuatan melanggar hukum, dipakai menurut teori klasik, hukum dari tempat
dimana perbuatan melanggar hukum dilakukan.
14. Hukum Harta Benda dalam Perkawinan
Untuk hukum harta benda dalam perkawinan, ternyata juga telah dipakai hukum
nasional para pihak. Hooggerechtshof dalam 1936 menyatakn bawa untuk orang asing
warga negara Tiongkok yang telah menikah di Tiongkok pada tahun 1910 berlakulah
hukum harta benda perkawinan Tiongkok. Staatsblad 1855 no.79 tidak berlaku untuk
mereka.
15. Syarat Perkawinan
Mengenai syarat perkawinan kita melihat adanya ketentuan pemakaian hukum
nasional dimana orang – orang yang hendak menikah adalah orang Tionghua asing di
Medan maka ternyata hukum Iongkok yang telah dipakai, menurut hukum Tiongkok
maupun hukum Inggris, maka untuk dapat menikah cuup kalau sudah mencaai usia 21
tahun dapat leluasa menikah tanpa memerlukan persetujuan khusu dari orangtua
mereka. Walaupun mereka belum berumur 30 tahun, jadi pasal 42 BW tidak berlaku.
16. Pewarisan
Untuk pewarisan, ternyata Raad van Justitie Jaakrta telah memakai hukum nasional si
pewaris hukum Tiongkok. Warisan dari Ho Tjoeng Kon, wijkmeester dari Sijoek yang
semula berstatus kaulanegara Belanda tapi karna kepergiannya ke Tiongkok untuk 11
tahun, dianggap kehilangan status itu. Hukum Tiongkok 1927 menentukan bahwa
anak perempun sudah diakui sebagai ahli waris tetapi hanya mereka yang belum
keluar dari keluarganya karena perkawinan.
BAB 3
PRINSIP KEWARGANEGARAAN DAN PRINSIP DOMISILI
1. Negara – Negara dengan Prinsip Nasionalitas
Pertama – tama ada negara Perancis dan negara – negara jajahannya. Kemudian ada
Italia dan negara – negara jajahannya, lalu ada Belgia, Luxemburg, Monaco, Belanda,
Suriname, Rumania, Bulgaria, Finlandia, Jerman, Yunani, Hungaria, Liechtein,
Montenegro, Polandia, Portugal, Spanyol, Iran, Tiongkok,Jepang, dari negara
Amerika Latin ada Costa Rica,Kuba, Rep. Dominica, Ekuador, Haiti, Honduras,
Mexico, Panama, Venezuela, Colombia Equator
2. Negara – Negara dengan Prinsip Domisili
Ada semua negara – negara Inggris yang menganut sistem Common Law, juga
Skotlandia, Afrika Selatan, Denmark, Norwegia, Islandia. Dari negara Amerika Latin
ada Brazil, Argentina, Guatemala, Nicaragua, Paraguay, Peru
3. Tidak Ada Prisnsip yang a Priori Lebih Baik
Perbedaan antara kedua prinsip ini pada pokoknya dapat dikembalikan pada
perbedaan diltakkannya titik berat atas segi personalitas atau segi teritorialitas
daripada hukum. Yang mana di antara kedua stelsel adalah yang lebih baik hal ini
tidak dapat ditentukan begitu saja secara a priori.
4. Kecondongan Negara Eropa Kontinental terhadap Negara Anglo Saxon
HPI daripada negara – negara Eropa Kontinental titik taunnya lebih mengedepankan
segi personalitas daripada hukum. Sebaliknya untuk HPI negara – negara Anglo
Saxon titik tautnya lebih mengedepankan segi teritorial daripada hukum.
5. Teritorialitas terhadap Personalitas daripada Hukum
Lingkungan kuasa teritorial daripada hukum sesuatu negara yang dikedepankan.
Dengan demikian kita saksikan bahwa semua orang yang berada di dalam wilayah
suatu negaa dianggap takluk di bawah hukum negara itu. Hal ini adalah akibat
daripada dikedepankannya titik – titik pertalian yang bersifat teritorial. Hukum
personil dari seseorang adalah hukum nasionalnya. Hukum yang ditentukan oleh
kewarganegaraannya. Setiap warga negara ini tetap takluk di bawah hukum nasional
daripada negaranya maupun ia pergi.
6. Masing – Masing Aliran Mempunyai Pembela – Pembelanya
Mereka yang pro dan kontra pada prinsip domisili ini tidak dapat diyakinkan satu
terhadap yang lain. Dan acapkali kita saksikan bahwa sebenarnya kepentingan –
kepentingan dari negara – negara bersangkutan masing – masinglah yang memegang
peranan dalam memilih salah satu prinsip. Negara – negara muda seperti Amerika
Serikat yang banyak memiliki imigran menganut sistem domisili dengan tujuan
supaya para imigran lekas takluk di bawah hukum perdata dari negara yang baru.
Sebaliknya negara Eropa Kontinental menghendaki bahwa warga negaranya yang
mengembara ke luar negeri sedapat mungkin takluk tetap di bawah hukum mereka
sendiri
7. Alasan –Alasan Pro Prinsip Kewarganegaraan
a. Prinsip ini paling cocok untuk perasaan hukum seseorang
b. Lebih permanen daripada hukum domisili
c. Prinsip kewarganegaraan membawa kepastian lebih banyak
8. Alasan –Alasan Pro Prinsip Domisili
a. Hukum domisili ialah hukum dimana yang bersangkutan sesungguhnya hidup
b. Prinsip kewarganegaraan seringkali memerlukan bantuan domisili
c. Hukum domisili seringakali sama dengan Hukum sang Hakim
d. Cocok untuk negara – negara dengan pluralisme hukum
e. Domisili menolong dimana prinsip kewarganegaraan tidak dapat dilaksanakan
f. Demi kepentingan adaptas dan asimilasi dari para imigran
9. Jalan Keluar dari Berbagai Kesulitan
Prinsip nasonalitas ternyata membawa berbagai kesulitan. Maka ada yang
menganjurkan supaya menggantikannya saja dengan prinsip domisili. Sebaliknya
ternyata juga ada angan – angan supaya prinsip domisili diganti dengan prinsip
nasionalitas. Prinsip nasionalitas dalam praktek ternyata membawa berbagai kesulitas.
Kandasnya konvensi – konvensi HPI Den Haag yang lebih tua adalah karena
terlampau teguh dipegang pada prinsip nasionalitas ini.
10. Pendirian Kita
Tidak akan mungkin untuk memperoleh kata sepakat mengenai apa yang lebih baik
untuk stelsel – stelsel HPI bersangkutan di antara kedua prinsip ini. Tidak akan
mungkin untuk meyakinkan masing – masing pembela dari prinsip nasionalitas dan
prinsip domisili. Sebaiknya carilah “modus vivendi” yang dapat diberlakukan antara
kedua prinsip ini. Kombinasi daripada kedua prinsiplah yang paling baik. Dan juga
untuk tiap negara harus ditentukan sendiri – sendiri sistem mana yang paling cocok.
11. Prinsip Nasionalitas yang Sekarang Berlaku untuk RI
Bapak dari Hukum Antar Golongan Indonesia, Kollewijn mengemukakan bahwa
prinsip kewarganegaraan kiranya jangan dipergunakan secara kaku hingga
menyebabkan suatu “ontaarding”. Beliau condong kepada diterimanya prinsip
domisili oleh Hindia Belanda. Sebagai keuntungan ialah bahwa hukum ini aldalah
lebih “berstendig” atau “duurzaam”, tidak mudah dirubah – ubah dengan pemindahan
ke luar negeri. Terutama dimana demikian mudah untuk pindah – pindah seperti
waktu sekarang ini. Tetapi faktor – faktor “bestendigheid” baik dari prinsip
nasionalitas maupun prinsip domisili boleh dikatakan sama kuatnya. Kecondongan
dimana beradanya seseorang sehari – hari dimana mereka hidup bersama – sama dan
bekerja sama sehari – hari adalah lebih tepat untuk dipergunakan bagi penentuan
hukum status personil.
12. Prinsip yang Sebaiknya utuk Indonesia
Untuk Indonesia sebaiknya dipakai prinsip domisili. Adapun alasan – alasannya
sebagai berikut :
a. Lebih praktis
b. Tidak bertentangan dengan asas hukum yang berlaku
c. Akan lebih mendekati “rechtswerkeliijkheid”
d. Lebih baik menggunakan hukum negara sendiri
e. Karena masih terdapat pluralisme aneka warna hukum di Indonesia
f. Karena Indonesia merupakan negara imigran
g. Indonesia harus secepat mungkin melakukan asimilasi daripada orang – orang
asing (imigran)
h. Letak Indonesia diantara negara – negara dengan prinsip domisili
MATA KULIAH : HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
DOSEN : Prof., Dr. Zulfa Djoko Basuki, S.H., M.A.,
Nama : Daniel
NIM : 2015 – 050 – 287
BAB 1
PENGERTIAN HUKUM ANTAR TATA HUKUM
1. Selalu Terdapat Perbedaaan Pendapat
Ada perbedaan dalam pengertian HPI ini. Ada istilah Conflict of Law tetapi diganti
menjadi Conflict of Lawyers. Karena pada dasarnya yang berkonflik ialah para ahli
hukumnya, bukan sistem hukumnya. Pendapat yang sama dari para ahli mengenai
HPI hanyalah mengenai HPI ialah cabang ilmu hukum yang sulit, untuk selebihnya
pasti ada perbedaan pendapat dan terkadang menjadi sebuah perdebatan.
2. HPI Internasional atau Nasional?
PI merupakan bagian daripada hukum nasional. Demikian banyak negara nasional,
demikian banyak juga sistem HPI. Oleh karena itu tiap – tiap negara yang merdeka
dan berdaulat memiliki sistem HPI masing – masing. Maka pada dasarnya ialah tepat
pemakaian istilah “Hukum Perdata Internasional Indonesia” karena HPI Indonesia
ialah sistem Hukum Nasional Indonesia dan tidak bersifat supra nasional. Istilah
Internasioanl tidak menunjuk pada sumber hukumnya, tetapi hanya menunjuk pada
fakta – faktanya. Karena ada unsur asing maka dengan inilah yang menjadikan
hubungan – hubungan tersebut menjadi internasional. Pada intinya ialah HPI
merupakan hukum perdata untuk hubungan internasional.
3. Keberatan Terhadap Istilah HPI : bukan Internasional tetapi Nasional sifatnya
Istilah Internasional ialah bukan tentang antar negaranya dan bukan tentang hukum
antar negaranya. Melainkan ialah ada unsur dari luar, ada unsur asingnya (foreign
element).
4. Perdata Tapi Internasional
Perdata pada dasarnya ialah privat antara orang pribadi, dan mana mungkin bisa men
jadi internasional. Bila dilihat dari segi istilah Internasionalnya terus – menerus maka
perdebatan ini akan selalu muncul. Maka harus benar – benar dipahami bahwa unsur
asing dan luar negerilah yang membedakan dan menjadi pelurus antara perdebatan
tadi.
5. Contoh – Contoh
Seorang warga negara Indonesia berkontrak dengan orang asing, seorang warga
negara membeli dari negara lain, dua orang warga negara mengatur jual beli tentang
suatu pabrik yang diimpor dari luar negeri. Itu semua adalah hubungan sehari – hari,
hubungan perdata tetapi bersifat internasional yang mempunyai hubungan
internasional.
6. Istilah HPI Sudah Umum Diterima
Sistem HPI sebenarnya sudah bisa diterima secara umum karena dianggap praktis.
Sebaiknya istilah HPI ini tetap digunakan sekalipun muncul nantinya istilah baru yang
lebih baik, karena orang – orang sudah mulai memahami makna dari istilah HPI ini.
7. Istilah “Hukum Perselisihan”
Muncul juga istilah hukum perselisihan. Tetapi sebaiknya tidak dipakai dan jangan
dipergunakan lai dan diganti dengan istilah “Hukum Antar Tata Hukum”.
8. Aneka Ragam Pandangan Tentang Luas Bidang HPI
a. HPI = rechtstoepassingsrecht
b. HPI = Choice of Law + Choice of Jurisdiction
c. HPI = Choice of Law + Choice of Jurisdiction + Condition des etrangers +
nationalite
9. Keberatan Kesan Konflik Kedaulatan
Sebenarnya sama sekali tidak ada konflik kedaulatan. Karena HPI merupakan bagian
dari sistem hukum nasional. Jika menurut kaidah HPI kita harus dipakai hukum asing
maka ini adalah penentuan dari hukum nasional sang hakim sendiri. Sesungguhnya
tidak ada konflik, karena tugas dari HPI justru ialah untuk menghindarkan timbulnya
konflik, menghindari terjadinya bentrokan. Dengan jalan memilih antara sistem
hukum yang dikaitkan, yang mana yang akan berlaku.
10. Pembagian HATAH
HATAH dapat dibagi dalam bagian intern dan ekstern. Tiap norma hukum mempunyai
4 lingkungan kekuasaan atau rechtsgebieden berlakunya hukum ini. Yang pertama
ialah lingkungan kuasa waktu. Yang kedua lingkungan kuasa ruang. Yang ketiga
lingkungan kuasa pribadi dan keempat lingkugan kuasa soal – soal.
11. Hukum Antar Waktu
Sebagai contoh konkrit misalnya kita mengenal Undang – Undang Lalu Lintas Devisa
yang dirubah pada tahun 1964. Sebelumnya Undang – Undang Devisa 1964 itu
penduduk devisa Indonesia dilarang mempunyai alat – alat pembayaran luar negeri
tanpa mengadakan laporan kepada atau memperoleh ijin dari Lembaga Alat – Alat
Pembayaran Luar Negeri (LAAPLN). Sekarang ini keadaannya sudah berubah,
penduduk devisa Indonesia sudah bisa memiliki dollar, bisa memiliki Deutsche
Marken, Yen, dsb, tanpa perlu ijin dari LAAPLN.
Gambarannya ialah waktunya yang berbeda tetapi tempatnya bersaamaan, pribadinya
berbeda dan soal – soalnya berbeda pula.
12. Perumusan HAW
Pada HAW norma – norma yang bertemu terjadinya di dalam suatu negara karena
termasuk HATAH intern. HAW ialah keseluruhan peraturan dan keputusan hukum
yang menunjukkan hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan
hukum, jika hubugan – hubungan dan peristiwa – peristiwa antara warga negara
dalam satu negara dan satu tempat, memperlihatkan titik – titik pertalian denga stelsel
– stelsel dan kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan – lingkuan kuasa waktu
dan soal – soal.
13. Hukum Antar Tempat (HAT)
Orang dari satu negara mengadakan hubungan dengan orang dari negara lain, karena
orang – orang dari negara bagian yang berlainan, dengan masig – masing mempunyai
perdatanya yang berbeda, timbullah masalah HAT yang dalam scope besar
menyerupai masalah HPI. Di dalam negara kita sendiri ada 19 macam hukum adat
yang dikaitkan dengan wilayah tertent. Kalau orang – orang dari lingkungan adat ini
mengadakan hubngan satu dengan lain timbullah persoalan tentang hukum mana yang
berlaku. Itu adalah pernyataan HATAH.
14. Perumusan HAT
Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum
manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan – hubngan
dan peristiwa – peristiwa antara warga negara dalam satu negara dan satu waktu
tertentu memperlihatkan titik – titik pertalian dengan stelsel – stelsel dan kaidah
hukum yang berbeda dengan lingkungan kuasa tempat dan soal – soal.
15. Persoalan HAT sama dengan HPI
HAT persoalannya terjadi dalam lingkungan satu negara, NKRI. Sedangkan HPI
kaidah ini adalah dari dua atau lebih negara. Misalnya Indonesia dengan Jerman. HPI
bisa dimasukkan dalam skema HAT. Baik HPI dan HAT yang tditekankan adalah
tempat secara geografis.
16. Hukum Antar Golongan (HAG)
Ialah keseluruhan peraturan dan keputusan yang menunjukkan stelsel hukum
manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungannya dan
peristiwa – peristiwa antara warga negara dalam satu negara, satu tempat dan satu
waktu tertentu, memperlihatkan titik - titik pertalian dengan stelsel – stelsel dan
kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan kuasa pribadi dan soal – soal.
17. HATAH Intern
Ialah keseluruhan peraturan dan keputusan hakim yang menunjukkan stelsel hukum
manakah yang belaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan – hubngan
dan peristiwa – peristiwa antara warga negara dalam satu negara, memperlihatkan
titik – titik pertalian dengan stelsel – stelse dan kaidah hukum yang berbeda dalam
lingkungan kuasa waktu, tempat pribadi dan soal – soal.
18. Hukum Perdata Internasional (HPI)
Keseluruhan peraturan dan keputusan hakim yang menunjukkan stelsel hukum
manakah yang belaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan – hubngan
dan peristiwa – peristiwa antara warga negara dalam satu negara, memperlihatkan
titik – titik pertalian dengan stelsel – stelse dan kaidah hukum yang berbeda dalam
lingkungan kuasa waktu, tempat pribadi dan soal – soal.
Disini yang ditekankan ialah perbedaan dalam lingkungan kuasa tempat dan soal –
soal serta pembedaan dalam sistem satu negara dengan negara lain, artinya adanya
unsur luar negerinya.
BAB 2
TITIK –TITIK PERTALIAN
1. Titik Taut Primer untuk HAG : Golongan Rakyat
Golongan rakyat merupakan titik pertalian yang pertama yang menentukan status dari
para pihak, para subek hukum. Dalam suatu hubungan tertentu golongan rakyat
mereka yang menimbulkan persoalan antar golongan.
2. Titik Taut Primer untuk HPI : Kewarganegaraan
Kewarganegaraan daripada pihak – pihak yang menyebabkan timbulnya suatu
persoalan HPI. Karena biasanya 2 warga negara yang berhubungan berada di bawah
hukum perdata yang berbeda. Masalah HPI ini yang timbul karena kewarganegaraan
orang- orang yang bersangkutan.
3. Bendera Kapal TPP untuk HPI
Dengan kapal – kapal timbul juga masalah HPI, karena bendera dari kapal ini berbeda
dari orang – orang yang mengadakan hubungan dengan kapal ini. Misalnya ada
sebuah kapal yang berbendera Panama. Para penumpangnya yang turut berlayar di
kapal itu adalah WNI. Kapal itu juga berlayar di perairan Indonesia. Ini semua
masalah yang timbul karena adanya bendera kapal yang berbeda
4. Tanah sebagai TPP untuk HAG
Sebelum UU Pokok Agraria tidak semua tanah berada di bawah satu macam kota
besar atau pusat industri dimana Kadaster sudah mulai bekerja, tanah merupakan
lingkungan hukum barat. Tanah menjadi faktor yang menyebabkan timbulnya
masalah antar golongan.
5. Domisili
Domisili seseorang dapat menjadi faktor yang menimbulkan masalah HPI. Domisili
merupakan suatu pengertian hukum yang baru lair kalau sudah terpenuhi syarat
tertentu, misalnya kediaman yang permanen di suatu tempat, tidak ada maksud untuk
pulang kembali dan sebagainya. Yang bersangkutan sudah hidup sehari – hari secara
benar – benar menetap di tempat ia mencari nafkah. Barulah domisilinya berubah
menurut konsepsi Anglo Saxon tentang domisili.
6. Tempat Kediaman
Tempat ini ialah dimana sesorang sehari – hari yang bersangkutan dianggap
mempunya kediamannya dimana ada rumahnya, dimana ia bekerja sehari – hari,
disitu adalah residence dari orang tersebut
7. Tempat Kedudukan Badan Hukum
Untuk badan – badan hukum, perseroan terbatas dan sebagainya, kita bukannya bicara
tentang domisili, tetapi bicara tentang tempat kedudukan.
8. Hubungan antara TPP dan TPS
TPP ialah faktor dan keadaan yang menimbulkan, menciptakan suatu hubungan
HATAH.
TPS ialah faktor dan keadaan yang menentukan berlakunya suatu sistem hukum
tertentu. TPS muncul setelah adanya TPP. TPS ini terutama dikedepankan dan dapat
kita temukan dari yurisprudensi.
9. Pilihan Hukum
Hukum mana yang berlaku untuk suatu perjanjian ditentukan pertam – tama oleh
maksud dari para pihak, apa yang dikehendaki para pihak, apa yang diinginkan para
pihal. Ini adalah yang terkenal di dalam HPI sebagai partijautonomie. Autonomie van
partijen ialah autonomie dari para pihak untuk menentukan sendiri hukum yang
mereka kehendaki. Jadi di bidang hukum perjanjian para pihak dapat menentukan
sendiri hukum mana yang berlaku bagi perjanjian mereka. Mereka memilih sendiri
menghendaki sendiri pula. Di samping pilihan hukum secara tegas, dapat pula
dilakukan pilihan secara diam – diam. Orang diam – diam bisa mengutarakan sesuatu
yang dikehendaki oleh para pihak. Jadi ada 2 cara memilihnya, yaitu secara tegas atau
secara diam – diam.
10. Tempat Letaknya Benda (Situs)
Letaknya suatu benda merupakan titik taut yang menentukan hukum yang harus
diberlakukan. Untuk benda – benda tetap berlaku ketentuan bahwa hukum dari tempat
letaknya benda itu adalah yang dipakai untuk hubungan hukum yang berkenaan
dengan benda itu. Tetapi bukan hanya untuk benda tetap berlaku asas lex rei sitae ini.
Juga berlaku untuk benda – benda bergerak dibidang HPI diterima secara umum
bahwa lex rei sitae yang berlaku.
11. Tempat Dilangsungkannya Perbuatan Hukum
Tempat dimana perbuatan hukum dilangsungkan atau perjanjian dibuat merupakan
faktor yang menentukan akan hukum yang harus diberlakukan
12. Contoh – Contoh dari Yurisprudensi Indonesia Tempat Dilaksanakan Perjanjian
Seseorang telah mengadakan perjanjian peminjaman uang yang dibuat di Tiongkok.
Dipakai Hukum Tiongkok sebagai hukum dimana tempat perjanjian telah dibuat.
Demikian diputuskan oleh Raad van Justitie di Medan pada tahun 1926. Ditambahkan
pula oleh Pengadilan bersangkutan bahwa berlakunya hukum Tiongkok ini ialah
karena menurut maksud para pihak memang hukum dari tempat perjanjian inilah yang
mereka kehendaki.
13. Tempat terjadinya Perbuatan Melanggar Hukum
Dalam perbuatan melanggar hukum, dipakai menurut teori klasik, hukum dari tempat
dimana perbuatan melanggar hukum dilakukan.
14. Hukum Harta Benda dalam Perkawinan
Untuk hukum harta benda dalam perkawinan, ternyata juga telah dipakai hukum
nasional para pihak. Hooggerechtshof dalam 1936 menyatakn bawa untuk orang asing
warga negara Tiongkok yang telah menikah di Tiongkok pada tahun 1910 berlakulah
hukum harta benda perkawinan Tiongkok. Staatsblad 1855 no.79 tidak berlaku untuk
mereka.
15. Syarat Perkawinan
Mengenai syarat perkawinan kita melihat adanya ketentuan pemakaian hukum
nasional dimana orang – orang yang hendak menikah adalah orang Tionghua asing di
Medan maka ternyata hukum Iongkok yang telah dipakai, menurut hukum Tiongkok
maupun hukum Inggris, maka untuk dapat menikah cuup kalau sudah mencaai usia 21
tahun dapat leluasa menikah tanpa memerlukan persetujuan khusu dari orangtua
mereka. Walaupun mereka belum berumur 30 tahun, jadi pasal 42 BW tidak berlaku.
16. Pewarisan
Untuk pewarisan, ternyata Raad van Justitie Jaakrta telah memakai hukum nasional si
pewaris hukum Tiongkok. Warisan dari Ho Tjoeng Kon, wijkmeester dari Sijoek yang
semula berstatus kaulanegara Belanda tapi karna kepergiannya ke Tiongkok untuk 11
tahun, dianggap kehilangan status itu. Hukum Tiongkok 1927 menentukan bahwa
anak perempun sudah diakui sebagai ahli waris tetapi hanya mereka yang belum
keluar dari keluarganya karena perkawinan.
BAB 3
PRINSIP KEWARGANEGARAAN DAN PRINSIP DOMISILI
1. Negara – Negara dengan Prinsip Nasionalitas
Pertama – tama ada negara Perancis dan negara – negara jajahannya. Kemudian ada
Italia dan negara – negara jajahannya, lalu ada Belgia, Luxemburg, Monaco, Belanda,
Suriname, Rumania, Bulgaria, Finlandia, Jerman, Yunani, Hungaria, Liechtein,
Montenegro, Polandia, Portugal, Spanyol, Iran, Tiongkok,Jepang, dari negara
Amerika Latin ada Costa Rica,Kuba, Rep. Dominica, Ekuador, Haiti, Honduras,
Mexico, Panama, Venezuela, Colombia Equator
2. Negara – Negara dengan Prinsip Domisili
Ada semua negara – negara Inggris yang menganut sistem Common Law, juga
Skotlandia, Afrika Selatan, Denmark, Norwegia, Islandia. Dari negara Amerika Latin
ada Brazil, Argentina, Guatemala, Nicaragua, Paraguay, Peru
3. Tidak Ada Prisnsip yang a Priori Lebih Baik
Perbedaan antara kedua prinsip ini pada pokoknya dapat dikembalikan pada
perbedaan diltakkannya titik berat atas segi personalitas atau segi teritorialitas
daripada hukum. Yang mana di antara kedua stelsel adalah yang lebih baik hal ini
tidak dapat ditentukan begitu saja secara a priori.
4. Kecondongan Negara Eropa Kontinental terhadap Negara Anglo Saxon
HPI daripada negara – negara Eropa Kontinental titik taunnya lebih mengedepankan
segi personalitas daripada hukum. Sebaliknya untuk HPI negara – negara Anglo
Saxon titik tautnya lebih mengedepankan segi teritorial daripada hukum.
5. Teritorialitas terhadap Personalitas daripada Hukum
Lingkungan kuasa teritorial daripada hukum sesuatu negara yang dikedepankan.
Dengan demikian kita saksikan bahwa semua orang yang berada di dalam wilayah
suatu negaa dianggap takluk di bawah hukum negara itu. Hal ini adalah akibat
daripada dikedepankannya titik – titik pertalian yang bersifat teritorial. Hukum
personil dari seseorang adalah hukum nasionalnya. Hukum yang ditentukan oleh
kewarganegaraannya. Setiap warga negara ini tetap takluk di bawah hukum nasional
daripada negaranya maupun ia pergi.
6. Masing – Masing Aliran Mempunyai Pembela – Pembelanya
Mereka yang pro dan kontra pada prinsip domisili ini tidak dapat diyakinkan satu
terhadap yang lain. Dan acapkali kita saksikan bahwa sebenarnya kepentingan –
kepentingan dari negara – negara bersangkutan masing – masinglah yang memegang
peranan dalam memilih salah satu prinsip. Negara – negara muda seperti Amerika
Serikat yang banyak memiliki imigran menganut sistem domisili dengan tujuan
supaya para imigran lekas takluk di bawah hukum perdata dari negara yang baru.
Sebaliknya negara Eropa Kontinental menghendaki bahwa warga negaranya yang
mengembara ke luar negeri sedapat mungkin takluk tetap di bawah hukum mereka
sendiri
7. Alasan –Alasan Pro Prinsip Kewarganegaraan
a. Prinsip ini paling cocok untuk perasaan hukum seseorang
b. Lebih permanen daripada hukum domisili
c. Prinsip kewarganegaraan membawa kepastian lebih banyak
8. Alasan –Alasan Pro Prinsip Domisili
a. Hukum domisili ialah hukum dimana yang bersangkutan sesungguhnya hidup
b. Prinsip kewarganegaraan seringkali memerlukan bantuan domisili
c. Hukum domisili seringakali sama dengan Hukum sang Hakim
d. Cocok untuk negara – negara dengan pluralisme hukum
e. Domisili menolong dimana prinsip kewarganegaraan tidak dapat dilaksanakan
f. Demi kepentingan adaptas dan asimilasi dari para imigran
9. Jalan Keluar dari Berbagai Kesulitan
Prinsip nasonalitas ternyata membawa berbagai kesulitan. Maka ada yang
menganjurkan supaya menggantikannya saja dengan prinsip domisili. Sebaliknya
ternyata juga ada angan – angan supaya prinsip domisili diganti dengan prinsip
nasionalitas. Prinsip nasionalitas dalam praktek ternyata membawa berbagai kesulitas.
Kandasnya konvensi – konvensi HPI Den Haag yang lebih tua adalah karena
terlampau teguh dipegang pada prinsip nasionalitas ini.
10. Pendirian Kita
Tidak akan mungkin untuk memperoleh kata sepakat mengenai apa yang lebih baik
untuk stelsel – stelsel HPI bersangkutan di antara kedua prinsip ini. Tidak akan
mungkin untuk meyakinkan masing – masing pembela dari prinsip nasionalitas dan
prinsip domisili. Sebaiknya carilah “modus vivendi” yang dapat diberlakukan antara
kedua prinsip ini. Kombinasi daripada kedua prinsiplah yang paling baik. Dan juga
untuk tiap negara harus ditentukan sendiri – sendiri sistem mana yang paling cocok.
11. Prinsip Nasionalitas yang Sekarang Berlaku untuk RI
Bapak dari Hukum Antar Golongan Indonesia, Kollewijn mengemukakan bahwa
prinsip kewarganegaraan kiranya jangan dipergunakan secara kaku hingga
menyebabkan suatu “ontaarding”. Beliau condong kepada diterimanya prinsip
domisili oleh Hindia Belanda. Sebagai keuntungan ialah bahwa hukum ini aldalah
lebih “berstendig” atau “duurzaam”, tidak mudah dirubah – ubah dengan pemindahan
ke luar negeri. Terutama dimana demikian mudah untuk pindah – pindah seperti
waktu sekarang ini. Tetapi faktor – faktor “bestendigheid” baik dari prinsip
nasionalitas maupun prinsip domisili boleh dikatakan sama kuatnya. Kecondongan
dimana beradanya seseorang sehari – hari dimana mereka hidup bersama – sama dan
bekerja sama sehari – hari adalah lebih tepat untuk dipergunakan bagi penentuan
hukum status personil.
12. Prinsip yang Sebaiknya utuk Indonesia
Untuk Indonesia sebaiknya dipakai prinsip domisili. Adapun alasan – alasannya
sebagai berikut :
a. Lebih praktis
b. Tidak bertentangan dengan asas hukum yang berlaku
c. Akan lebih mendekati “rechtswerkeliijkheid”
d. Lebih baik menggunakan hukum negara sendiri
e. Karena masih terdapat pluralisme aneka warna hukum di Indonesia
f. Karena Indonesia merupakan negara imigran
g. Indonesia harus secepat mungkin melakukan asimilasi daripada orang – orang
asing (imigran)
h. Letak Indonesia diantara negara – negara dengan prinsip domisili