PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLITY

Arif Fauzi Nurfrianto

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Administrasi Indonesia e-mail: ariffauzinurf@gmail.com

Rahmawati Hanny Y

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Administrasi Indonesia e-mail: rahmahanny@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, tipe industri, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, dewan direksi dan kinerja lingkungan secara bersama-sama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh Indonesia Stock Exchange (IDX) melalui website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) tahun 2012-2014.

Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 perusahaan. Dari 30 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel, total sampel selama tiga tahun menjadi 90 perusahaan. Analisis data dimulai dengan uji statistik deskriptif, kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi data panel, selanjutnya pemilihan teknik model estimasi data panel, uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas regresi, multikolonearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, tipe industri, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, dewan direksi dan kinerja lingkungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility secara simultan. Nilai adjusted R-Square sebesar 0,9825. Secara parsial hanya umur perusahaan yang berpengaruh dan signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya menggunakan sampel yang terdapat dalam penelitian ini hanya 30 perusahaan manufaktur dan hanya menggunakan tiga tahun pengamatan.

Kata Kunci: Kinerja, Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan

The Effect of Company Characteristics on Corporate Social Responsibility Disclosure

Abstract

This study aims to determine the effect of company size, company age, profitability, industry type, managerial ownership, institutional ownership, board of commissioners, board of directors and environmental performance together on the disclosure of corporate social responsibility. The population in this study are all manufacturing companies published by the Indonesia Stock Exchange (IDX) through the website of Indonesia Stock Exchange (www.idx.co.id) in 2012-2014.

Sampling by using purposive sampling. The sample in this study are as many as 30 companies. Using the help program. Data analysis begins with descriptive statistics, then proceed with panel data regression analysis, the next election panel data estimation modeling techniques, test the classical assumption of normality test regression, multikolonearitas, autocorrelation, and heteroscedasticity.

The results of this study indicate that company size, company age, profitability, industry type, managerial ownership, institutional ownership, board of commissioners, board of directors and environmental performance have an influence on corporate social responsibility disclosure simultaneously. Only partially affect the life of the company and significant impact on the disclosure of corporate social responsibility.

Keywords: Performance, Corporate Social Responsibility, Company Size

A. LATAR BELAKANG

hubungan dengan pihak-pihak yang ada dalam perusahaan saja tetapi juga secara tidak

Setiap perusahaan pada dasarnya langsung berhubungan dengan pihak-pihak di melaksanakan kegiatan usaha sesuai bidangnya luar perusahaan yang masing-masing memiliki untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam men- kepentingan tersendiri. Pengungkapan capai tujuan, perusahaan tidak hanya ber- Tanggung Jawab Sosial akan mendatangkan Setiap perusahaan pada dasarnya langsung berhubungan dengan pihak-pihak di melaksanakan kegiatan usaha sesuai bidangnya luar perusahaan yang masing-masing memiliki untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam men- kepentingan tersendiri. Pengungkapan capai tujuan, perusahaan tidak hanya ber- Tanggung Jawab Sosial akan mendatangkan

serta kemampuan dalam menghadapi perusahaan akan meningkat. Investor juga

tantangan bisnis. Tipe industri diukur dengan akan mempertimbangkan hal tersebut menjadi

membedakan industri high-profile dan low- salah satu alasan untuk berinvestasi. Pengertian

profile.

ini mengandung arti bahwa perusahaan yang Badjuri (2011) mengatakan bahwa tingkat berbentuk Perseroan Terbatas (PT) mempunyai

kepemilikan institusional yang semakin tinggi tanggung jawab sosial terhadap komunitas

akan meningkatkan tingkat pengawasan setempat dan lingkungan masyarakat umum-

terhadap manajemen. Pengungkapan CSR nya. Implementasi atas peran tanggung jawab

adalah salah satu aktivitas perusahaan yang tersebut diatur dalam Pasal 74 UU Nomor

dimonitor oleh pemilik saham institusi. Struktur

40 Tahun 2007, dan pelaksanaannya harus kepemilikan lebih banyak berada di tangan dilaporkan dalam Laporan Tahunan Perusahaan

manajer, maka manajer akan lebih leluasa dalam (pasal 66 ayat 2c). Perusahaan dihimbau untuk

mengatur melakukan pilihan- pilihan metode bertanggung jawab terhadap pihak yang lebih

akuntansi, serta kebijakan-kebijakan corporate luas dari pada kelompok pemegang saham dan

social responsibilty (Badjuri, 2011). Secara teoritis kreditur saja (Sembiring, 2005).

semakin tinggi kepemilikan institusional Semakin besar suatu perusahaan maka

dan kepemilikan manajerial menjadikan semakin banyak aktivitas yang dilakukan

pengawasan yang lebih ketat terhadap sehingga memberikan dampak yang lebih

manajemen perusahaan untuk melakukan dan besar terhadap masyarakat. Di samping itu

mengungkapkan kegiatan sosial perusahaan perusahaan besar merupakan emiten yang

(Karima, 2014).

banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar Dewan komisaris sebagai puncak dari merupakan pengurangan biaya politis sebagai

sistem pengelolaan internal perusahaan, wujud tanggung jawab sosial perusahaan

me miliki peranan terhadap aktivitas (Purnama et al, 2014).

pengawasan (Oktafia dan Khairin, 2014). Umur perusahaan merupakan faktor

Ketentuan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek yang juga mempengaruhi pengungkapan

Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli tahun 2004, tanggung jawab sosial (Santioso et al, 2012).

ketentuan ini memberikan pengaruh terhadap Susilatri et al (2011) berpendapat bahwa variabel

pengendalian dan pengawasan terhadap umur perusahaan dimulai sejak berdirinya

manajemen dalam operasi perusahaannya, perusahaan. Perusahaan yang sudah lama ber-

diantaranya adalah pengungkapan tanggung diri menunjukkan bahwa perusahaan tersebut

jawab sosial perusahaan. Sedangkan, Dewan mampu bersaing dengan perusahaan lain

Direksi merupakan manajemen puncak yang dibidangnya dan lebih mengerti informasi-

merumuskan kebijakan dan strategi yang harus informasi apa saja yang sebaiknya diungkapkan

diikuti oleh manajer. Direksi yang lebih banyak, dalam laporan tahunan.

kemampuan dan keahlian kolektif dewan akan Bagi investor, profitabilitas suatu badan

meningkatkan kebutuhan untuk pengungkapan usaha akan mempengaruhi kebijakan mereka

informasi akan lebih tinggi (Iswadi, 2013). atas penanaman modal di suatu badan usaha.

Kinerja lingkungan adalah kinerja Tingkat profitabilitas yang tinggi akan dapat

perusahaan yang peduli terhadap lingkungan menarik para investor untuk menanamkan

sekitarnya dalam menciptakan lingkungan dananya guna memperluas usahanya, dan

yang baik. Kinerja lingkungan dinilai melalui tingkat profitabilitas yang rendah akan

PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja menyebabkan para investor menarik dananya.

Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Bagi badan usaha itu sendiri, profitabilitas dapat

Hidup) oleh Kementrian Lingkungan Hidup digunakan sebagai evaluasi atas efektifitas

(KLH). Perusahaan dengan kinerja lingkungan pengelolaan badan usaha tersebut. Untari

yang baik perlu mengungkapkan informasi (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang

kuantitas dan mutu lingkungan yang lebih besar dengan tingkat profitabilitas tinggi akan

dibandingkan dengan perusahaan dengan mengungkapkan informasi sosial yang lebih

kinerja lingkungan yang lebih buruk (Wijaya, besar karena besarnya sorotan dari masyarakat

terhadap perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Sari (2012) menyatakan bahwa tipe

dan menganalisis pengaruh karakteristik industri mendeskripsikan perusahaan berdasar-

perusahaan terhadap pengungkapan tanggung perusahaan terhadap pengungkapan tanggung

B. LANDASAN TEORITIS

1. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Corporate Social Responsibility dapat di- definisikan sebagaimana cara organisasi/ perusahaan mempunyai tanggung jawab atas keputusan, kegiatan dan tindakan bisnis yang diinginkan untuk tetap memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungan. Perusahaan berkewajiban memberikan kontribusi di dalam strategi bisnis, kualitas karyawan, keluarga serta masyarakat dan pemerintah. Sebagian perusahaan Indonesia telah memberikan kontribusi positifnya pada masyarakat dan lingkungan sekitar melalui CSR. Konsep CSR didasarkan pada tiga pilar yang dikenal sebagai 3-P (people, profit, planet) atau triple bottom line (ekonomi, ekologi, sosial). Melalui penerapan CSR, diharapkan agar ketiga sesi ini: manusia atau faktor sosial, keuntungan atau faktor ekonomi, dan bumi atau faktor lingkungan, tetap dalam keadaan seimbang; keadaan ideal yang diharapkan mendukung pembangunan berkelanjutan. (Rusdianto, 2013).

2. Karakteristik Perusahaan dan Peng­ ungkapan Tanggung Jawab Sosial

a. Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan (size) diyakini dapat memengaruhi luas Corporate Social Responsibility. Perusahaan yang skalanya besar biasanya cenderung lebih banyak mengungkapkan tanggung jawab sosial daripada perusahaan yang mempunyai skala kecil. Santioso et al (2012) membuktikan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Dalam penelitian Mutia et al (2011) ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Penelitian yang dilakukan oleh Purnama et al (2014) juga menunjukan hasil yang berpengaruh positif signifikan antara size tehadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

b. Umur Perusahaan (Age)

Umur perusahaan menunjukan seberapa lama perusahaan mampu bertahan. Perusahaan

yang lebih tua memproleh lebih banyak informasi sehingga memperkecil ketidakpastian investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan pendapat (Irawan, 2006) yang menyatakan bahwa perusahaan yang berumur muda (first issue di BEI) cendrung mengungkapkan informasi yang lebih luas dibandingkan perusahaan yang lebih dahulu terdaftar di BEI. Hal ini mungkin dikarenakan perusahaan yang berumur muda mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk menarik perhatian calon investor. Didalam penelitian yang dilakukan oleh Untari (2010) menyatakan umur perusahaan diharapkan memiliki hubungan positif terhadap pengungkapan sukarela. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa perusahaan yang lebih tua mungkin lebih mengerti informasi-informasi apa saja yang seharusnya diungkapkan dalam laporan tahunan sehingga perusahaan akan mengungkapkan informasi- informasi yang memberikan pengaruh positif bagi perusahaan tersebut.

c. Profitabilitas

Standar Akuntansi Keuangan (2015) meng- ungkapkan bahwa indikator kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Prospek yang bagus akan menarik minat investor untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan sehingga diperlukan pengungkapan yang lebih luas pada laporan tahunan perusahaan. Pengelolaan manajemen yang baik ditunjukkan dari tingkat profitabilitas, oleh sebab itu semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka cenderung semakin luas Corporate Social Responsibility. Dikaitkan dengan teori agensi, perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Penelitian yang dilakukan oleh Purnama et al (2014) membuktikan terdapat pengaruh negatif signifikan antara profitabilitas terhadap penungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Iswadi (2013), hasil dalam penelitian ini adalah profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan.

d. Tipe Industri (Profile)

Tipe industri (profile) adalah karakteristik

yang dimiliki oleh perusahaan yang berkaitan dengan bidang usaha, risiko usaha, karyawan yang dimiliki, dan lingkungan perusahaan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan

Sari (2012) tipe industri merupakan variabel jarang menjadi mayoritas dalam kepemilikan dummy (yaitu variabel penilaian). Tipe industri

saham. Hal tersebut dikarenakan para investor (profile) diukur menggunakan variabel dummy,

institusional memiliki sumber daya yang lebih yaitu nilai 1 untuk perusahaan high-profile dan

besar daripada pemegang saham lainnya nilai 0 untuk perusahaan low-profile. Penelitian

sehingga dianggap mampu melaksanakan ini menggunakan industri manufaktur sebagai

mekanisme pengawasan yang baik. Tingkat populasi penelitian sehingga perusahaan

kepemilikan institusional yang semakin tinggi manufaktur yang termasuk dalam kategori

akan meningkatkan pengawasan terhadap high-profile adalah perusahaan yang bergerak di

manajemen. Tingginya tingkat pengawasan bidang bahan kimia, plastik, kertas, otomotif,

manajemen membuat kinerja perusahaan makanan dan minuman, rokok, farmasi,

semakin baik yang berdampak pada ke- kosmetika dan perkakas/perabotan. Perusahaan

untungan para pemegang saham. Corporate manufaktur yang termasuk dalam kategori

Social Responsibility adalah salah satu aktivitas low-profile adalah perusahaan yang bergerak di

perusahaan yang diawasi oleh pemilik saham bidang semen, keramik, logam, pakan hewan,

institusi. Pada penelitian Purnama et al (2014) kayu, mesin dan alat berat, tekstil, alas kaki,

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kabel dan elektronik. Penelitian yang dilakukan

antara kepemilikan institusional terhadap oleh Anggraini (2006) dan Sari (2012) juga

Corporate Social Responsibility. berhasil menemukan pengaruh positif profile

g. Dewan Komisaris

terhadap Corporate Social Responsibility.

Dewan

komisaris

juga diberikan

e. Kepemilikan Manajerial

wewenang untuk mengambil keputusan atas Wahidahwati

nama pemilik. Sehingga dewan komisaris ke pemilikan manajerial sebagai tingkat

mendefinisikan

diduga berpengaruh terhadap pengungkapan kepemilikan saham pihak manajemen yang

Corporate Social Responsibility. Pengujian secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan,

hipotesis yang dilakukan oleh Sembiring (2005) misalnya direktur, manajemen, dan komisaris.

dan Santioso et al (2012) menunjukkan variabel Semakin besar kepemilikan manajer maka akan

ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh semakin produktif tindakan manajer untuk

Corporate Social Responsibility. memaksimalkan nilai perusahaan dan semakin

terhadap

Dengan wewenang yang dimiliki, dewan besar pula pengungkapan informasi sosial guna

komisaris dapat memberikan pengaruh yang meningkatkan image perusahaan.

cukup kuat untuk menekan manajemen agar Beberapa hasil penelitian antara pengaruh

mengungkapkan informasi CSR lebih banyak, kepemilikan manajerial terhadap Corporate

sehingga perusahaan yang memiliki ukuran Social Responsibility mendapatkan hasil yang

dewan komisaris yang lebih besar akan lebih saling kontradiksi, diantaranya penelitian

banyak mengungkapkan CSR. yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dan

h. Karima (2014) yang membuktikan bahwa Dewan Direksi adanya pengaruh signifikan antara kepemilikan

Pengambilan keputusan yang dilakukan

manajerial terhadap Corporate Social dewan komisaris hanya dalam lingkup fungsi- Responsibility. Hasil tersebut tidak konsisten

nya sebagai pengawas, sehingga keputusan dengan penelitian yang dilakukan oleh Badjuri

mengenai kegiatan operasional perusahaan (2011) menunjukan tidak adanya pengaruh

tetap menjadi tanggung jawab dewan signifikan terhadap kepemilikan manajerial

direksi. Direksi adalah organ perseroan yang terhadap Corporate Social Responsibility.

berwenang dan bertanggug jawab penuh atas pengurus Perseroan terbatas untuk kepentingan

f. Kepemilikan Institusional

Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Kepemilikan institusional adalah institusi

ketentuan anggaran dasar (UU No 40 tahun (badan) yang memiliki saham didalam suatu

2007 tentang Perseroan Terbatas). perusahaan. Institusi tersebut diantaranya

penelitian dan berupa institusi pemerintah, swasta, domestik

Berdasarkan

hasil

pem bahasan yang telah diuraikan oleh maupun asing. Widiastuti, Midiastuty dan

Iswadi (2013) dan Oktafia et al (2014) dapat Suranta (2013: 307), kepemilikan institusional

disimpulkan bahwa ukuran dewan direksi merupakan kepemilikan saham oleh lembaga

tidak berpengaruh signifikan terhadap dari eksternal. Investor institusional tidak

Corporate Social Responsibility. Hasil tersebut Corporate Social Responsibility. Hasil tersebut

j.

Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,

Wahyu et al (2012) bahwa ukuran dewan direksi

Profitabilitas, Tipe Industri (PROFILE),

berpengaruh negative terhadap Corporate Social

Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Responsibility.

Intitusional, Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Kinerja Lingkungan terhadap

i. Kinerja Lingkungan Corporate Social Responsibility

Semakin banyak peran perusahaan dalam Deskripsi di atas, menunjukkan bahwa corporate kegiatan lingkungannya, maka akan semakin social responsibility dapat dipengaruhi oleh berbagai banyak pula yang harus diungkapkan oleh faktor karakteristik perusahaan sebagaimana yang perusahaan mengenai kinerja lingkungan yang telah diuraikan dalam keterkaitan logis-sistematisnya dilakukannya dalam laporan tahunannya. Oleh karena itu, perusahaan dengan kinerja secara parsial. Karakteristik perusahaan dalam

penelitian ini diproksikan dengan faktor berikut lingkungan yang baik perlu mengungkapkan ini, yaitu: Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, informasi kuantitas dan mutu lingkungan Profitabilitas, Tipe Industri (PROFILE), Kepemilikan yang lebih dibandingkan dengan perusahaan Manajerial, Kepemilikan Intitusional, Dewan dengan kinerja lingkungan yang lebih buruk. Komisaris, Dewan Direksi dan Kinerja Lingkungan. Penelitian Suratno et al (2006) menemukan hubungan signifikan antara kinerja lingkungan Jadi apabila keterkaitan antar variabel secara parsial

yang telah diilustrasikan secara logis-sistematis dengan Corporate Social Responsibility Disclosure. dan menunjukkan adanya pengaruh, maka Penelitian tersebut tidak sejalan dengan masih rasional-lah apabila penulis menduga kuat penelitian Wijaya (2012) yang megungkapkan bahwa semua faktor tersebut secara simultan juga bahwa kinerja lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Corporate Social berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility.

Berdasarkan deskripsi di atas baik secara Responsibility. parsial dan simultan, maka model kerangka

pemikiran dan pengembangan hipotesis di-

Ukuran Perusahaan (size)

H1 susun sebagaimana berikut:

H2

Umur Perusahaan (age)

Tipe Industri (profile)

Kepemilikan Manajerial

Corporate Social Responsibility

H6

H7

Kepemilikan Institusional

H8

Dewan Komisaris

H9

Dewan Direksi

Kinerja Lingkungan

H10

H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility H2: Umur Perusahaan berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility H4: Tipe Industri (profile) berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility H5: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility H6: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility H7: Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility H8: Dewan Direksi berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility H9: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility H10: Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Tipe Industri (profile), Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Intitusional, Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responsibility

C. METODE PENELITIAN

maka penyesuaian kemudian dilakukan.

1. Jenis Penelitian

Dua belas item dihapuskan karena kurang sesuai untuk diterapkan dengan kondisi di

Penelitian ini termasuk kategori penelitian Indonesia sehingga secara total tersisa 78 item kuantitatif, karena penelitian ini menggunakan

pengungkapan. Tujuh puluh delapan item pendekatan-pendekatan yang bersifat empiris

tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan kuantitatif untuk mengumpulkan, menganalisa,

masing-masing sektor industri sehingga item dan menyajikan data beserta hasil penelitiannya.

pengungkapan yang diharapkan dari setiap Dalam penelitian kuantitatif terdapat beberapa

sektor berbeda-beda. Secara lengkap item metode penelitian, salah satu diantaranya

pengungkapan masing-masing sektor dapat adalah yang diaplikasikan dalam penelitian

dilihat pada lampiran 11.

ini, yaitu metode penelitian asosiatif. Metode

b. Variabel Independen

tersebut digunakan karena penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh atau hubungan

(1) Ukuran Perusahaan: Ukuran perusahaan antara dua variabel atau lebih.

diproksi dengan log natural total asset. Secara matematis ukuran perusahaan

2. Populasi dan Sampel

(size) yang digunakan dirumuskan sebagai Populasi adalah wilayah generalisasi yang

berikut (Sari, 2012):

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang

Size = Log natural (total asset)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan Umur Perusahaan: Variabel ini diukur kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

sejak perusahaan melakukan first issue ke 2007: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah

Bursa Efek Indonesia. Umur perusahaan 142 perusahaan manufaktur yang terdaftar

dihitung dari pertama kali perusahaan di BEI tahun 2012-2014. Dari perusahaan ini

listed (terdaftar) di BEI hingga tahun saat yang dilakukan penelitian oleh penulis adalah

dijadikan sampel penelitian (Santioso et al, Laporan Keuangan Tahunan yang telah diaudit

periode 2012-2014. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

(2) Profitabilitas: Skala pengukuran untuk populasi, dalam penelitian ini penulis memilih

profitabilitas perusahaan adalah rasio. Ber- perusahaan manufaktur yang listed di BEI dari

dasarkan penelitian Sari (2012) pengukuran 2010-2014. Sebanyak 30 perusahaan dipilih

dalam penelitian ini menggunakan rumus: menjadi sampel dengan menggunakan teknik

laba bersih setelah pajak

purposive sampling. Data yang digunakan dalam

Return of asset =

total asset

penelitian ini ialah data Sekunder dan teknik sampling , maka pengumpulan data didasarkan

(3) Tipe Industri: Berdasarkan penelitian pada teknik dokumentasi yang dipublikasikan

yang pernah dilakukan Sari (2012), tipe oleh Indonesia Stock Exchange (IDX) melalui

industri (profile) diukur menggunakan website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

variabel dummy , yaitu nilai 1 untuk perusahaan high-profile dan nilai 0 untuk

3. Definisi Operasional dan Pengukuran

perusahaan

low-profile. perusahaan

Variabel

manufaktur yang termasuk dalam kategori

a. Variabel Dependen

high-profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia, plastik,

Checklist dilakukan dengan melihat peng- ungkapan tanggung jawab sosial perusahaan kertas, otomotif, makanan dan minuman,

rokok, farmasi, kosmetika dan perkakas/ dalam tujuh kategori yaitu: lingkungan, energi, perabotan. Perusahaan manufaktur yang kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, termasuk dalam kategori low-profile adalah lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan perusahaan yang bergerak di bidang masyarakat, dan umum. Kategori ini diadopsi semen, keramik, logam, pakan hewan, dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston kayu, mesin dan alat berat, tekstil, alas dan Milne (1996). Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Ber- kaki, kabel dan elektronik.

dasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 (4) Kepemilikan Manajerial: Kepemilikan tentang laporan tahunan dan kesesuaian item

manajerial dilakukan dengan menggunakan tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia,

variabel dummy (Aji et al, 2010)

(5) Kepemilikan Institusional: Variabel ini data panel menurut Rohmana (2010) digunakan diukur dari jumlah persentase saham yang

3 teknik, yaitu:

dimiliki oleh institusi pada akhir tahun

a. (Rawi et al, 2010). Common Effect Model (6) Dewan Komisaris: Ukuran Dewan

Model common effect merupakan model Komisaris dilihat dari banyaknya jumlah

sederhana yaitu menggabungkan seluruh data anggota dewan komisaris yang dimiliki

time series dengan cross section, selanjutnya perusahaan (Sembiring, 2005).

dilakukan estimasi model dengan menggunakan dengan menggunakan OLS (Ordinary Least

(7) Dewan Direksi: Ukuran Dewan Direksi Square). Model ini menganggap bahwa intersep dilihat dari banyaknya jumlah anggota dewan direksi yang dimiliki perusahaan dan slop dari setiap variabel untuk setiap

(Iswadi, 2013). objek observasi. Kelemahan model ini adalah ketidaksesuaian model dengan kenyataannya.

(8) Kinerja Lingkungan: Kinerja lingkungan Kondisi setiap objek berbeda dan kondisi diukur melalui prestasi perusahaan

suatu objek dan satu waktu dengan waktu mengikuti Program Penilaian Peringkat

lain dapat berbeda. Model common effect dapat Kinerja Perusahaan (PROPER) (Rakhiemah

diformulasikan sebagai berikut: et al, 2009).

it =β Y 1 +β 2 +β 3 X 3it +….+ β n X nit +u it

D. TEKNIK ANALISIS DATA

b. Fixed Effect Model

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagaimana berikut:

Pendekatan efek tetap (fixed effect) salah satu kesulitan prosedur data panel bahwa

1. Pengujian Statistik Deskriptif

intersep dan slope yang konsisten sulit terpenuhi. Definisi statistik deskriptif menurut

Untuk mengatasi hal tersebut, yang dilakukan Sugiyono (2012: 206) adalah statistik yang

dalam panel data adalah memasukan variabel digunakan untuk menganalisis data dengan

boneka (dummy variabel) untuk mengizinkan cara mendeskripsikan atau menggambarkan

terjadinya perbedaan nilai parameter yang data yang telah terkumpul sebagai mana

berbeda beda baik lintas unit (cross section) adanya maksud membuat kesimpulan yang

maupun antar waktu (time series). Pendekatan berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik

dengan memasukan variabel boneka ini biasa deskriptif adalah penyajian data melalui

disebut fixed effect atau least squre dummy variable perhitungan mean, media, modus, standar deviasi

(LSDV).

dan range (Sugiyono, 2012: 206). it Y =α 1 +α 2 D 2 + …..+ α n D n +β 2 X 2it + …+

n X β nit +u it

2. Pengujian Data Penelitian

Pengujian data dalam penelitian ini

c. Random Effect Model

menggunakan software Eviews 8. Dan data penelitian ini termasuk kategori data panel,

Random effect model (REM) digunakan yaitu kombinasi dari data time series dan cross

untuk mengatasi kelemahan model efek tetap section. Sedangkan pengujian hipotesis akan

yang menggunakan dummy variable, sehingga dilakukan dengan analisis regresi, yang menurut

model mengalami ketidakpastian. Penggunaan Ghozali (2013) merupakan studi mengenai

dummy variable akan mengurangi derajat ketergantungan variabel dependen (terikat)

bebas (degree of freedom) yang pada akhirnya dengan satu atau lebih variabel independen

akan mengurangi efisiensi dari parameter (variabel bebas), dengan tujuan untuk

yang diestimasi. Random Effect model (REM) mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata

menggunakan residual yang diduga memiliki populasi atau nilai rata-rata variabel dependen

hubungan antar waktu, antar individu. berdasarkan nilai variabel independen yang

Sehingga REM mengasumsikan bahwa setiap diketahui. Hasil analisis regresi adalah berupa

individu memiliki perbedaan intersep yang koefisien untuk masing-masing variabel

merupakan variabel random. Model REM secara independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara

umum dituliskan sebegai berikut: memprediksi nilai variabel dependen dengan

suatu persamaan. Oleh karena itu, pengujian it =β Y 1 +β 2 X 2it + …+ β n X nit +ε it +u it hipotesis yang menggunakan analisis regresi

3. Pemilihan Tehnik Model Estimasi Data

2) Uji Multikoliniaritas

Panel

Uji multikolinearitas dilakukan untuk Untuk memilih model yang tepat, ada

melihat ada atau tidaknya korelasi beberapa uji yang perlu dilakukan. Pertama,

yang tinggi antara variabel-variabel menggunakan uji signifikan fixed effect (uji F) atau

bebas dalam suatu model regresi linier chow-test. Kedua, dengan uji Hausman. Chow-

berganda. Salah satu cara mendeteksi test atau likelihood ratio test adalah pengujian

keberadaan multikolinearitas di dalam

F Statistic untuk memilih apakah model yang suatu model adalah dengan melihat jika nilai R digunakan Common atau 2 fixed effect. Lagrange yang dihasilkan dari suatu

Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui estimasi model empiris sangat tinggi, apakah Random Effect Model (REM) atau Pooled

tetapi secara individual variabel-variabel Least Square (PLS). Sedangkan uji Hausman

independen banyak yang tidak signifikan adalah uji untuk memilih model fixed effect atau

mempengaruhi variabel dependen random effect (Baltagi, 2005).

(Ghozali, 2013: 77).

a. 2 Uji Asumsi Klasik R < 0,8 maka tidak terdapat multikolinearitas. 2 > 0,8 maka terdapat multikolinearitas. R

Untuk mengetahui bentuk model regeresi yang dapat dipertanggungjawabkan, terdapat

3) Uji Autokorelasi

beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi, Di dalam Ghozali (2013: 137) uji autokorelasi yakni antar variabel dengan bebas saling

bertujuan menguji apakah dalam suatu berkolerasi tinggi (bebas dari multikolinearitas),

model regresi linear ada korelasi antara bersifat homokedasticity atau memiliki variasi

kesalahan pengganggu pada periode error yang konstan untuk tiap-tiap variabel

t dengan kesalahan pengganggu pada bebas, bebas dari gangguan autokorelasi,

periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi berdistribusi normal. Tetapi dalam praktiknya,

korelasi, maka dinamakan adanya bisa saja diketemukan suatu model regresi yang

autokorelasi. Autokorelasi tidak memenuhi satu atau beberapa asumsi di

problem

muncul karena observasi yang berurutan atas. Apabila masalah di atas ditemukan maka

sepanjang waktu berkaitan satu sama perlu dilakukan suatu generalisasi terhadap

lainnya. Masalah ini timbul karena model regresi agar hasil estimasinya dapat

residual (kesalahan pengganggu) tidak dipertanggungjawabkan secara statistik. Untuk

bebas dari satu observasi ke observasi menghasilkan model yang baik, persamaan

lainnya. Hal ini sering ditemukan pada regresi linear harus dilakukan beberapa asumsi

data time series karena “gangguan” klasik diantaranya:

pada

seseorang

individu/kelompok

1) Uji Normalitas Regresi cenderung memengaruhi “gangguan” Ghozali (2013) mengungkapan bahwa

pada individu/kelompok yang sama uji normalitas bertujuan untuk menguji

pada periode berikutnya. Nilai Durbin apakah dalam model regresi, variabel

Watson kemudian dibandingkan dengan pengganggu atau residual memiliki

nilai d-tabel. Hasil perbandingan akan distribusi normal. Model regresi yang baik

menghasilkan kesimpulan seperti kriteria adalah memiliki distribusi data normal

sebagai berikut:

atau mendekati normal. Dalam Eviews,

a) Jika d < dl, berarti terdapat normalitas sebuah data dapat diketahui

autokorelasi positif dengan membandingkan nilai Jarque-Bera

b) Jika d > (4 – dl), berarti terdapat

autokorelasi negatif Jarque-Bera didapat dari histogram normality

(JB) dan nilai Chi Square tabel (χ 2 tabel). Uji

c) Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak pada Eviews. Untuk mendeteksi apakah

terdapat autokorelasi residualnya berdistribusi normal atau

d) Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dengan membandingkan nilai Jarque

tidak dapat disimpulkan Bera dengan χ 2 tabel yaitu:

4) Uji Heteroskedastisitas

Asumsi ini menyatakan bahwa variansi residualnya berdistribusi tidak normal.

a) Jika nilai Jarque-Bera > χ 2 tabel, maka

residual di sekitar garis regresi adalah

konstan untuk setiap kombinasi dari nilai residualnya berdistribusi normal.

b) Jika nilai Jarque-Bera < χ 2 tabel, maka

variabel independennya. Secara matematis variabel independennya. Secara matematis

2 j )=s (homoskedastisitas).

E. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Validitas dari asumsi ini telah ditunjukkan

1. Hasil

dalam regresi nilai mutlak residual pada variabel independen. Salah satu cara

a. Statistik Deskriptif

mendeteksi Heteroskedastisitas adalah

Tabel 1. Statistik Deskriptif

dengan melihat residual graphics. Jika dalam regresi residual graphics tidak membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit, pola linear atau kuadratis) maka dalam regresi asumsi heteroskedastisitas tidak terjadi (Ghozali, 2013: 112).

b. Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis dengan menggunakan

Sumber: Data yang sudah diolah penulis, 2016.

analisis regresi data panel dilakukan melalui:

1) Uji Signifikansi Regresi Parsial

2. Model Estimasi Data Panel

Di dalam Sudjana (2005: 380) regresi Berdasarkan hasil analisis Chow-Test parsial digunakan untuk mengetahui

(Likelihood Ratio Test) menunjukan bahwa apakah varibel independen mempengaruhi

tingkat signifikan Cross-section f sebesar 0,0000 variabel dependen. Adapun kriteria ujinya

dan Cross-section Chi-square lebih kecil dari 0,05 adalah apabila t o < 0,05 berarti berpengaruh,

berarti h 1 (Model Fixed Effect) diterima h o (Model

PLS) ditolak. Hal ini menunjukan bahwa Fixed apabila t o > 0,05 berarti tidak berpengaruh,

maka H 0 ditolak, H a diterima. Sedangkan

Effect Model yang dipilih dalam uji chow.

maka H 0 diterima, H a ditolak.

Uji Housman tingkat signifikan cross-section

2) Uji Signifikansi Regresi Berganda random sebesar 0.0178 lebih kecil dari 0,05, hal Di dalam Sudjana (2005: 380) regresi

ini menunjukan bahwa h 0 (model random effect) berganda digunakan untuk mengetahui

ditolak, h 1 (model fixed effect) diterima. Hal ini apakah varibel independen secara bersama-

menunjukan bahwa model fixed effect yang sama mempengaruhi variabel dependen.

dipilih dalam uji hausman . Berdasarkan uji chow Hasil uji ini menggunakan kriteria Uji,

dan hausman model panel yang dipilih adalah apabila F o > 0,05 berarti berpengaruh, maka

model fixed effect. Pertimbangan lainnya memilih

H 0 ditolak, Ha diterima. Sedangkan apabila model fixed effect adalah terlihat pada nilai

F o < 0,05 berarti tidak berpengaruh, maka adjusted r squared pada ketiga model tersebut.

H 0 diterima, H a ditolak. Model yang akan dipilih adalah yang nilai

adjusted r squared nya paling tinggi. nilai adjusted Besarnya pengaruh variabel bebas secara

3) Uji Koefisien Determinasi (R 2 )

r squared yang paling tinggi sebesar 0.982500 parsial dilihat dari besarnya determinasi

yang terdapat pada model fixed effect. Hal ini parsial (R 2 ) (Algifari, 2010: 58). Koefisien

berarti model fixed effect- lah yang akan menjadi determinasi digunakan untuk mengetahui

atau yang akan dipilih dalam data panel. seberapa jauh kemampuan model dalam

3. Uji Asumsi Klasik

menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Adapun kriteria ujinya adalah

a. Uji Normalitas Regresi

dengan melihat besarnya koefisien

S S a e r m i e p s l : e S t a 10 n 2 0 1 2 d a 2 0 r d 1 i z 4 e d R e s i d u a l s

determinasi dilihat dari nilai adjusted

R-Square.

8 Median Mean

Std. Dev. -0.032068 0.011485

0 Probability Jarque-Bera 0.029500 0.985358 -0.03 -0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02

Gambar 1. Histogram Normality

Dalam Eviews, normalitas sebuah data residual graphics. Dengan hasil di atas kita dapat diketahui dengan membandingkan nilai

menduga tidak terjadi heteroskedastisitas, Jarque-Bera (JB) dan nilai Chi Square tabel (χ 2 karena residualnya tidak membentuk pola

tabel). Uji Jarque-Bera didapat dari histogram tertentu, dengan kata lainnya residualnya normality pada Eviews . Berdasarkan histogram

cenderung konstan.

normality nilai Jarque-Bera sebesar 0,029500 dan nilai Chi Square sebesar 113,145 yang dimana

4. Uji Hipotesis

0,029500 < 113,145, maka dapat disimpulkan Hipotesis dalam penelitian ini bertujuan adalah residualnya berdistribusi normal.

untuk mengetahui pengaruh variabel ukuran

perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, tipe industri, kepemilikan manajerial, ke-

b. Uji Multikolinearitas

Tabel 2. Uji Multikolonearitas

pemilikan institusional, dewan komisaris, dewan direksi dan kinerja lingkungan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Ringkasan hasil pengujian tersebut adalah seperti dalam tabel

pada tabel fixed effect model.

Secara simultan, variabel independen

(SIZE, AGE, PROFIT, PROFILE, MANJ, INST, setiap variabel dependen tidak ada yang lebih

Berdasarkan tabel di atas nilai R 2

untuk

KOM, DIR dan KL) mempunyai pengaruh besar dari 0,8. Hal ini menunjukan bahwa tidak

sebesar 89,25% (Adjusted R 2 = 0,8925) dalam terdapat multikolinearitas pada setiap variabel.

menentukan pengungkapan tanggung jawab

c. Uji Autokorelasi

sosial perusahaan. Hasil pengujian juga menunjukkan pengaruh ini signifikan secara

Berdasarkan dari model yang telah dipilih

sebesar 132,3931 (p yaitu fungsi fixed effect maka diperoleh nilai

statistik dengan nilai F-

hitung

Durbin-Watson sebesar 2,082389. kemudian Dari tabel tersebut juga dapat dilihat nilai Dl dari tabel Durbin-Watson sebesar bahwa hanya satu variabel yang secara parsial 1,4448 dan nilai Du dari tabel Durbin-Watson berpengaruh (p ≤ 0,05) terhadap pengungkapan sebesar 1,8813. Dari angka tersebut maka dapat tanggung jawab sosial, yaitu umur perusahaan diperoleh 1,4448. Berdasarkan kriteria di atas (age) dengan nilai t- hitung dan probabilitas sebesar maka dapat di peroleh: 2,479 (p = 0,0165). Dengan demikian hipotesis 2

1,4448 < 2,082389 < ( 4 – 1,8813) diterima karena memiliki p < 0,05 . Variabel independen yang secara parsial

Maka dapat dismpulkan bahwa tidak tidak berpengaruh, yaitu ukuran perusahaan terdapat auto korelasi pada model Fix.

(SIZE), profitabilitas (PROFIT), tipe industry

d. Uji Heterokedasitas (PROFILE), kepemilikan manajerial (MANJ),

kepemilikan institusional (INST), dewan

komisaris (KOM), dewan direksi (DIR) dan

kinerja lingkungan (KL) tidak berpengaruh

.5 signifikan terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial karena mempunyai nilai

probabilitas yang lebih besar dari 0,05 (p >

0,05). Nilai t- hitung dan probabilitas pada variabel

1 - 12 2 - 12 3 - 12 4 - 12 5 - 12 6 - 12 7 - 12 8 - 12 2 2 1 9 - 12 1 1 2 tersebut adalah sebesar 0,0399 (p = 0,9683),

1 0 1 - 1 - 1 2 -0,0073 (p = 0,9941), 0,4288 (p = 0,6698), 1,7975

s u u i t d (p = 0,0782), 0,5169 (p = 0,6074), -0,6969 (p =

Sumber: Data yang sudah diolah penulis, 2016

0,4890), 1,1398 (p = 0,2597), dan -0,1942 (p = Gambar 2 . Residual Graphics

0,8568). Berdasarkan hal tersebut hipotesis 1, hipotesis 3, hipotesis 4, hipotesis 5, hipotesis 6,

Salah satu cara mendeteksi hipotesis 7, hipotesis 8 dan hipotesis 9 ditolak Heteroskedastisitas adalah dengan melihat

karena memiliki p > 0,05.

2. Analisis

2,59%. Adanya kepemilikan manajerial yang relatif kecil menyebabkan manajer belum dapat

a. Ukuran Perusahaan

memaksimalkan nilai perusahaan melalui Ukuran perusahaan tidak berpengaruh

pengungkapan corporate social responsibility. ter hadap corporate social responsibility. Peng-

ungkapan corporate social responsibility tidak

f. Kepemilikan Institusional

terkait dengan besar kecilnya total aktiva yang Kepemilikan institusional tidak ber- dimiliki oleh perusahaan, perusahaan tidak mau

pengaruh terhadap corporate social responsibility. menjalankan program-program corporate social

Hasil penelitian ini sejalan dengan Kartikasari responsibility karena melihat hal tersebut hanya

(2011) yang menyatakan bahwa alasan yang sebagai pengeluaran biaya.

mendasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini adalah bahwa adanya

b. Umur Perusahaan

kepemilikan institusional pada perusahaan di Umur perusahaan berpengaruh terhadap

Indonesia secara umum belum mempedulikan corporate social responsibility . Penyebabnya

masalah lingkungan dan sosial sebagai isu adalah semakin lama umur perusahaan, maka

kritis yang ekstensif untuk diungkapkan semakin banyak informasi yang diperoleh

dalam laporan tahunan. Dengan adanya saham dari perusahaan untuk menunjukkan bahwa

institusi tidak mempengaruhi perusahaan perusahaan tersebut mampu bersaing dengan

untuk mengungkapan semakin banyaknya perusahaan lain dibidangnya.

informasi sosial.

c. Profitabilitas

g. Dewan Komisaris

Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Dewan komisaris tidak berpengaruh corporate social responsibility. Penyebabnya adalah

corporate social responsibility. tingkat laba perusahaan yang tinggi meng anggap

ter hadap

dewan komisaris perusahaan (manajemen) tidak perlu melaporkan

Penyebabnya

karena

merupakan wakil shareholder yang berfungsi hal-hal yang dapat mengganggu informasi

mengawasi pengelolaan perusahaan yang tentang sukses keuangan perusahaan termasuk

dilakukan oleh manajemen (Fahrizqi, 2010), pengungkapan corporate social responsibility.

maka dewan komisaris akan membuat

d. Tipe Industri

kebijakan menggunakan laba perusahaan untuk aktivitas operasional perusahaan yang lebih

Tipe industri tidak berpengaruh terhadap menguntungkan dari pada melakukan aktivitas corporate social responsibility. Freedman dan

sosial seperti mengungkapkan tanggung jawab Jaggi (1988) dalam Sari (2012) menyatakan

sosial.

bahwa perusahaan kategori low-profile dengan kondisi ekonomi perusahaan yang tidak terlalu

h. Dewan Direksi

baik disebabkan oleh biaya yang dikeluarkan Dewan direksi tidak berpengaruh terhadap perusahaan berkaitan dengan tanggung jawab

corporate social responsibility. Hasil penelitian sosial bertujuan untuk memberikan dampak

ini mengindikasikan bahwa semakin sedikit positif untuk kondisi ekonomi perusahaan di

jumlah dewan direksi akan lebih mengarah masa mendatang. Bagi perusahaan kategori

kepada mekanisme monitoring sehingga high-profile, perusahaan (manajemen) merasa

pengungkapan corporate social responsibility tidak perlu melaporkan hal-hal yang dianggap

dapat lebih di tingkatkan.

mengganggu informasi tentang kondisi ekonomi yang sudah baik.

i.

Kinerja Lingkungan

Kinerja lingkungan tidak berpengaruh

e. Kepemilikan Manajerial

terhadap corporate social responsibility. Wijaya Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh

(2012) menyetakan bahwa kinerja lingkungan terhadap

corporate social responsibility. tidak mempunyai pengaruh secara signifikan Dalam penelitian Terzaghi (2012) hal ini di-

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. mungkinkan karena secara statistik rata-rata

Penyebabnya karena pengungkapan tanggung jumlah kepemilikan saham manajerial pada

jawab sosial yang diungkapkan perusahaan perusahaan di Indonesia relatif kecil sehingga

yang masuk kedalam PROPER tidak banyak belum terdapat keselarasan kepentingan antara

diungkapkan di laporan tahunan. pemilik dan manajer. Dari data yang diperoleh rata-rata kepemilikan manajerial hanya sebesar

5. Statistik Deskriptif

6. Hasil Analisis Chow-Test (Likelihood Ratio Test)

7. Hasil Analisis Hausmann

8. Histogram Normality

peneliti selanjutnya agar menambah jangka waktu

12 Series: Standardized Residuals

penelitian agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

10 Sample 2012 2014 Observations 90

Aji, D. Y. & Mita, A. F. 2010. Pengaruh Profitabilitas,

Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan Dan

Std. Dev.

0.011485 4 Skewness -0.037329

Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek

Kurtosis

Perataan Laba Yang Menggunakan Populasi

2 Jarque-Bera 0.029500

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

Probability

0 BEI Tahun 2002-2008. Simposium Nasional

-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02 Akuntansi XIII, Purwokerto. Anggraini, Fr. R. R. 2006. Pengungkapan Informasi

9. Residual Graphics

Sosial Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pengungkapan Informasi Sosial Dalam

Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris

Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar

Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional

Akuntansi 9 Padang. Universitas Sanata

Dharma Yogya.

Badjuri, A. 2011. Faktor-Faktor Fundamental, Mekanisme

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan

-1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 - -

1 1 1 1 1 1 6 1 7 1 8 1 9 1 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 2 0 3 Manufaktur Dan Sumber Daya Alam Di Indonesia.

Universitas Stikubank. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Mei 2011, ISSN: 1979-4878 (Vol. 3, No. 1). Hal: 38-54.

F. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bayoud, N. S., Kavanagh, M., & Slaughter, G.

2012. Factor Influencing LevelsOf Corporate Social Responsibility Disclosure By Libyan

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang Firms: A Mixed Study. International Journal dilakukan, hanya variabel umur perusahaan yang

Of Economics Ad Finance. Vol. 4. No.4; April. memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

Fahrizqi, A. 2010 Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility.

Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sedang kan untuk ukuran perusahaan, profitabilitas,

(CSR) dalam Laporan Tahunan Perusahaan, tipe industri, kepemilikan manajerial, kepemilikan

Tesis Pascasarjana FE Undip, Semarang: institusional, dewan komisaris, dewan direksi dan

Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap

Diponegoro.

pengungkapan corporate social responsibility. Pada Hackston, D. and Milne, M. J., 1996. Some penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan,

Determinants Of Social And Environmental diantaranya penelitian yang dilakukan hanya

Disclosures In New Zaeland Companies, menggunakan 30 perusahaan dengan jumlah

Accounting, Auditing and Accountability sampel 90 data perusahaan dimana periode

Journal, Vol. 9, No. 1, pp. 77-108. penelitian yang dilakukan hanya tiga tahun sejak

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2015). Standar tahun 2012 sampai 2014.

Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Irawan, B. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

2. Rekomendasi

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Terdapat beberapa saran yang mungkin

Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat dapat dipertimbangkan oleh beberapa pihak

Di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi diantaranya hendaknya penelitian selanjut nya

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. memperluas lingkup penelitian. Diharapkan untuk

Iswadi. 2013. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi, penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh

Financial Leverage, Ukuran Perusahaan, terhadap corporate social responsibility dengan

Profitabilitas, Dan Umur Perusahaan Terhadap menambahkan sampel di luar perusahaan yang

Pengungkapan Informasi Sosial Perusahaan Pada terdaftar di PROPER tujuannya adalah untuk

Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di membandingkan tingkat pengungkapan corporate

Bursa Efek Indonesia. Universitas Malikussaleh social responsibility di perusahaan yang terdaftar di

Lhoksumawe Aceh. Jurnal Kebangsaan, PROPER dan tidak terdaftar di PROPER dan proksi

Vol.2 No.4, Juli. ISSN: 2089-5917. yang digunakan lebih diperluas dengan proksi

Karima, N. 2014. Pengaaruh Kepemilikan Manajerial, lain seperti kepemilikan asing, leverage, growth,

Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan dan yang lainnya. Peneliti juga berharap untuk

Asing Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan. Universitas Sebelas Maret Environmental Disclosure Dan Economic Surakarta. Widya Warta No. 02 Tahun XXXV

Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan

III. Juli. ISSN 0854-1981. Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Mutia, E., Zuraida & Andriani, D. 2011. Pengaruh

Jakarta Periode 2001-2004). SNA IX Padang. Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Dan Ukuran

Susilatri, A. R. & Indriani, D. 2011. Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan

Profitabilitas, Size, Umur Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan

Leverage,

Perusahaan Dan Ukuran Dewan Komisaris Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Indonesia. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi,

Sosial Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Vol. 4. No. 2. Juli. Hal. 187-201.

Pertambangan Yang Listing di BEI Tahun Oktafia, Y. & Fibriyani, N. K. 2014. Pengaruh

2004-2008). Universitas Riau. Pekbis Corporate Governance Terhadap Pengungkapan

Jurnal, Vol.3, No.1, Maret. Hal. 412-428. Tanggung Jawab Sosial. Ikatan Akuntansi

Terzaghi, M. T. 2012. Pengaruh Earning Management Indonesia Wilayah Jawa Timur. Didownload

Dan Mekanisme Corporate Governance dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id.

Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Purnama, A. I., Admadja, A. T. & Darmawan,

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa N. A. S. 2014. Pengaruh Size, Profitabilitas,