Jamaluddin Al Afghani | Abu Dzakwan's Blog

  Bismillahirrahmanirrahim Jamaluddin Al-Afghani Milenium Pertama (1897-1997) Dr. Hasan Hanafi Muqaddimah

  Saya tidak ingin kalau peringatan milenium pertama Jamaluddin al-Afghani (1897-1997) berlalu begitu saja tanpa saya hidupkan, walau hanya melalui sebuah catatan kecil dan walau saya sedang sibuk menulis proyek Turats

  

dan Pembaharuan, yang tidak bisa menjaga pernyataan

  rasional dalam “Dari Aqidah ke Revolusi”, walaupun terdapat mimbar-mimbar pidato dalam “Agama dan Revolusi

  Oleh sebab itu, saya berpendapat untuk mengkhususkan sisa umur ini pada sesuatu yang bermanfaat bagi khalayak umum dan meninggalkan bentuk terakhir “Dari Naql ke

  

Inovasi”(Min al-Naql ila al-ibda’), yang telah saya mulai

  sejak Oktober 1984 dan belum diterbitkan hingga sekarang, karena melihat kesibukan saya dalam kehidupan budaya baru pada waktu terjadinya perpecahan bangsa dan popularisasi kebudayaan antara wacana Salaf dan wacana Sekuler (al- 1

khithab as-salafi dan al-khitab al-‘almaniuntuk

  Agama dan Revolusi di Mesir (1952-1988), terdiri dari delapan jilid: 1-Agama dan Budaya Nasionalisme, 2-Agama dan pembebasan kebudayaan, 3-Agama dan perjuangan bangsa, 4-Agama dan pembangunan Nasional, 5-Gerakan-gerakan Islam Kontemporer, 6-Ushuliah Islam, 7-Kanan dan Kiri dalam Pemikiran Agama, 8-Kiri Islam dan Persatuan Bangsa, Madbuli, Kairo, 1989 2 Kiri Islam,

  Pada saat tersebut, telah diterbitkan:

  1. Dialog Timur dan Barat, bersama sahabat Muhammad menghidupkan peringatan Milenium Pertama Jamaluddin al- Afghani.

  Beliau adalah pelopor gerakan pembaharuan modern dan pendiri Madrasah Mesir, setelah melemahnya gerakan pembaharuan dari generasi ke generasi; dari Afghani ke Muhammad Abduh disebabkan gagalnya Revolusi Arab, dari Muhammad Abduh ke Rasyid Ridha disebabkan berhasilnya Revolusi Kamaliah pada tahun 1923 dan dihilangkannya sistem kekhalifahan, dari Rasyid Ridha ke Hasan Al-Banna, hingga terbunuhnya pada tahun 1949 dan pertentangan antara Ikhwan dan Revolusi tahun 1954, dari Hasan al- Banna ke Sayyid Qutub yang merubah dari “Keadilan Sosial

  

dalam Islam”, “Pertempuran antara Islam dengan

Kapitalis”, “Perdamaian Dunia dan Islam” ke “Petunjuk-

petunjuk Jalan” dan berakhirnya gerakan pembaharuan ke

  gerakan Islam Modern; seperti Jama’ah Jihad, tulisan- tulisan Muhammad Abdussalam Farj dan Umar Abdurrahman, melemahnya Islam yang tercerahkan, ketidakmampuannya untuk membentuk aliran yang independen, atau garis liberal dalam gerakan Ikhwan Muslimin, walaupun adanya Madbuli, 1991.

  2. Muqaddiman Oksidentalisme, Ad-Dar al-Faniah, Kairo, 1991.

  3. Islam di zaman modern (dua juz). Pertama,”Agama, Ideologi dan Pembangunan”. Kedua, “Turats, Revolusi dan Kebudayaan”, Anglo Mesir, Kairo, 1995 (dengan bahasa Inggris).

  4. Kegundahan Pemikiran dan Negara (dua juz).Pertama, “Turats, Modernisasi dan Zaman”. Kedua, “Pemikiran Arab Kontemporer”, Dar Quba lithiba’ah, Kairo, 1998.

  5. Dialog antar generasi, Kairo, Dar al-Quba beberapa tulisan yang berbeda dengan berbagai ragam dan

  Ini adalah akhir masa saya dalam tulisan-tulisan yang merakyat setelah bergumul dalam tulisan-tulisan yang ilmiah. Saya telah bertekad dan semoga kondisi ini membantu saya, baik itu kondisi mesir dan Dunia Arab, untuk mengkhususkan sisa umur saya dalam menyelesaikan sisa dari proyek “Turats dan Revolusi” dengan ketiga frontnya. Saya berharap dapat kemudahan untuk berurusan dengan penerbit Darul Quba, sebagai penerbit terakhir yang terbaik setelah banyaknya penerbit-penerbit lain. Hasan Hanafi Nasr City, November 1997

  Pasal Pertama: Objek Bahasan dan Metodologi

  Jamaluddin Afghani adalah pelopor gerakan pembaharuan, pencetus kebangkitan Islam sebagaimana tertulis dalam kuburannya di Kabul. Beliau adalah orang yang pertama membentuk proyek pembaharuan modern pada paruh kedua abad lalu, saat Islam menghadapi kekuatan imprealisme dari luar dan tekanan dari dalam. Karena 3 ajaran-ajarannyalah muncul Revolusi Arab yang

  Seperti Dr. Kamal Abu Majid, Dr. Muhammad Ahmad Khalfullah, Dr. Muhammad Imarah, Penasehat Thariq Bisyri, Prof. Fahmi Huwaidi, Dr. Salim Uwa, Perkumpulan Instansi Partai Moderat (Sedang dalam pembentukan) dan yang lain dari mereka yang ada di dalam Mesir dan di luar Mesir seperti Tunis, Libanon, Semenanjung Arab, Irak, Suria, Yordania, terutama kelompok “Muslim Mu’ashi” (Muslim Modern) dan kelompok 15/21, Jama’ah Islamiyyin yang maju dikumandangkan di depan Khudeva Taufiq, di halaman depan Istana Abidin (Kairo) “Allah telah menciptakan kita dalam

  

keadaan bebas, Dia tidak menciptakan kita dengan

terbelenggu, kita tidak akan mewarisinya setelah hari

ini”. Afganilah yang mengangkat sologan “Mesir untuk

orang-orang Mesir”. Ia adalah bapak spiritual Partai

  Nasionalis Mesir, dimana program-programnya ditulis oleh muridnya Muhammad Abduh. Beliau orang pertama yang membentuk konsep-konsep persatuan pada zaman modern dan berpusat di Mesir, sebagai negara pangkalan.

  Mesir berbatasan dengan Sudan di wilayah selatannya dengan batasan lembah Nil, Mesir berbatasan dengan Maroko di wilayah utaranya. Mesir berbatasan dengan Suria di wilayah baratnya dengan batasan Syam. Mesir berbatasan dengan semenanjung Arab di wilayah Timurnya. Mesir dengan sekitarnya itulah kesatuan Arab. Mesir dengan bagian timurnya berada di Jam’iah Syarqiah. Mesir adalah kiblatnya Islam, mercusuarnya al-Azhar dalam kesatuan Islam yang menyeluruh.

  Ketika kebangkitan Islam muncul kembali saat ini, Islam mempunyai semangat yang baru dengan kembalinya gerakan pembaharuan Islam yang revolusioner. Pengaruhnya adalah perlawanan Islam di Palestina, Selatan Libanon, di Afghanistan sebelum perlawanan orang-orang Afghan terhadap pendudukan Sovyet, hingga perang sipil dan perlawanan Bosnia, juga Herzecovina terhadap Serbia.

  Dari sini nampaklah pengaruh petunjuk Afghani pada saat peringatannya yang keseratus tahun pertama. Hasil- hasilnya dapat dilihat dengan adanya pertentangan antara generasi keenam dari para pembaharu dengan para pelopor pertama.

  Setelah dilupakan karena bukan lagi menjadi objek perhatian di zaman popularisasi, dalam pernyataan politik saat ini antara kaum konservatif dan kaum sekuler berebut kekuasaan, mereka tidak mencari akar pemikiran, sehingga umat terbagi menjadi dua golongan yang saling bertentangan, saling mengkafirkan dan mengosongkan. Padahal secara tidak disadari, musuh telah mengepung pintu-pintu dan pengepungan itupun semakin merajalela hari demi hari.

  Afghani memulai pembaharuan setelah beliau mendirikan gerakan Islam yang revolusioner, untuk membebaskan Dunia Islam dan mempersatukannya kembali dengan sologan yang sederhana dan jelas. Islam menghadapi penjajahan dari luar dan tekanan dari dalam. Ide-ide Afghani menyebar di kalangan para tokoh agama, para perwira, sastrawan dan para pemikir yang hijrah dari Syam. Maka meletuslah revolusi di Mesir menuntut kebebasan, konstitusi, dan persamaan antara masyarakat pribumi dengan orang asing. Jiwa revolusi itu terus berlanjut hingga pada masa Abdullah An-Nadim; seorang Ketika revolusi Arab gagal dan Mesir diduduki, Arabi dan para pembantunya diasingkan ke Sarnadib di Samudra

  Hindia. Muridnya Muhammad Abduhpun kembali dan menyesal telah ikut serta dalam kecerobohan Arabi dan fitnah Ia diasingkan ke Bairut sebagai guru besar di Universitas Maqasid Al-Islamiah dengan 4 terhormat, ia juga berteman dengan Lord Karmer.

  Lihat kajian kita: Sandungan Pembaharuan dalam “Kajian 5 Filsafat”, Anglo Mesir, Kairo 1987, hal:177-190 Afghani berkata tentang Muhammad Abduh: “Kemudian berlalu apa yang berlalu dari revolusi Arab, lalu ia berusaha meyakinkan penduduknya akan pengaruh buruk darinya hingga mereka hendak membunuhnya”, Urwatul Wutsqa, Paris 13 Maret 1884-19 Oktober 1884, 2 juz dalam satu jilid, Markaz Arabi untuk penelitian dan penerbitan,

  Muhammad Abduh merubah arena perjuangannya dari politik ke pendidikan, dari revolusi politik ke perubahan sosial, dari jiwa yang pendek ke jiwa yang panjang. Dimulai dengan pembaharuan dalam Bahasa Arab dan peradilan-peradilan syariah. Perubahan dari realitas Mesir yang terpaku pada konstitusi ke tulisan-tulisan yang kritis dan membangun.

  Dengan itu terjadilah revolusi 1919 oleh muridnya Sa’ad Zaglul; mulai adanya pembebasan wanita Mesir oleh Qasim Amin, mulai adanya liberalisme politik oleh Ali Abdurraziq, mulai adanya kritik baru oleh Thaha Husein dan kembalinya turath filsafat oleh Musthafa Abdurraziq.

  Ketika revolusi Kamaliah di Turki terjadi, Nasionalisme Tirani menang atas Jami’ah Islamiah dan hizb

  

al-ittihad wa taraqqi (partai persatuan dan kemajuan)

  menang atas partai pembaharu. Ketika Turki menghapuskan sistem kekhalifahan, maka terjadilah reaksi yang keras dari Rasyid Ridha, murid Muhammad Abduh, ia takut percobaan Turki itu berulang di seluruh Dunia Islam. Maka ia mempertahankan sistem Imamah dan kekhalifahan yang Agung untuk melawan sekularisme Turki, mempertahankan wahyu Muhammad melawan Rasionalisme Ilmiah Barat dan mempertahankan dalil-dalil Islam dari tuduhan-tuduhan Kristen.

  Gerakan pembaharuan kembali mundur untuk kedua kalinya dari Salafiah yang bersemangat pada Afghani, ke Salafiah yang konservatif pada Muhammad bin Abdul Wahab, yang dapat dikembalikan pada Ibnu Taimiah dan terus pada Ahmad bin Hanbal atas nama nash (teks). Maka negara pangkalan pindah dari Mesir ke Saudi Arabia, begitu juga konstitusi berubah dari parlemen ke kabilah dan keluarga.

  Ketika Hasan Al-Banna yang merupakan murid Rasyid Ridha di Darul Ulum hendak kembali kepada ajaran-ajaran pelopor pertama; Islam yang bersemangat dan mewujudkan impiannya, maka ia membuat partai Islam yang revolusioner, yang akan menerapkan ideologi Islam yang revolusioner juga. Maka dibentuklah Ikhwan Muslimin di Ismailiah; di pinggiran terusan Suez, di hadapan tentara- tentara pendudukan Inggris di Syarqiah dan di hadapan para perwiranya di perbukitan besar.

  Perkumpulannya ini kemudian menjadi organisasi terbesar yang merakyat pada tahun empat puluhan sebelum revolusi (1952) dan dua tahun setelah revolusi.

  Ketika Hasan Al-Banna dibunuh pada tahun 1949, maka muncullah organisasi rahasia. Yaitu setelah terjadinya pertentangan antara para pemimpin Ikhwan dengan perwira- perwira pembebas (Dhubbath al-Ahrar) pada tahun 1954. sebagian dari pemimpin Ikhwan mati syahid, para pengikutnya disiksa dalam penjara dan Ikhwanpun mundur.

  Terbentuklah setelah itu generasi dari masyarakat yang menolak dan marah, yang ingin membalas dendam pada sistem sekuler liberal, nasionalis dan Marxisme, terutama setelah Sayyid Qutub masuk penjara.

  Di bawah kekejaman penyiksaan, berubahlah sistem dari “Keadilan Sosial dalam Islam”, “Pertempuran Islam

  

dengan Kapitalisme” dan “Perdamaian Dunia dan Islam”

  kepada sistem “Petunjuk-petunjuk jalan”, yang mengkafirkan masyarakat dan membaginya menjadi dua; iman dan kafir, Islam dan Jahiliah, iman dan tirani.

  Afghani menyeru pada hakimiyatullah (Kekuasaan di tangan Allah) melawan hakimiyyatulbasyar (Kekuasaan di tangan manusia) di bawah pengaruh Al-maududi. Walaupun keduanya terlihat berbeda, keduanya tidak ada hubungan kecuali yang satu menghancurkan yang lainnya. Kekafiran, jahiliah dan tirani hanya dapat dihancurkan oleh generasi Qur’ani yang unik di bawah kalimat “Tidak Ada Tuhan selain Allah”.

  Gerakan pembaharuan kembali mundur untuk ketiga kalinya dalam membentuk generasi Jama’ah Islamiah, yang sekarang sering melakukan kekerasan, membawa senjata dan mengkafirkan orang-orang yang keluar dari Jama’ah (kelompok) itu. Mereka punya prinsip bahwa kebenaran yang Kepada Afghanilah kembalinya pengaruh yang ada pada gerakan Islam modern di Afghanistan, saat perang kemerdekaan melawan invasi Sovyet, sebelum akhirnya berubah menjadi perang sipil antar kelompok. Setiap kelompok mengira bahwa dialah kelompok yang selamat(Firqah An-najiah).

  Di Bosnia dan Hercegovina, kaum muslimin tidak mampu melawan selama tiga tahun dan menunggu kutub penolong dari dunia, untuk menyelesaikan pertikaian mereka. Di Libanon dan Palestina, mereka melawan kependudukan Israel tanpa pencerahan Afghani; liberalisme dan ajakannya kepada kebebasan berpikir, sistem parlemen dan konstitusi.

  Jarak yang telah jauh antara liberalisme abad lampau dan awal abad ini, sejak revolusi 1882 hingga revolusi 1919. Berakhirnya revolusi-revolusi Arab sejak awal tahun lima puluhan pada sistem liberal Arab dan menjauhnya sistem kerajaan yang turun temurun, yang telah kuat setelah berkurangnya pengaruh revolusi Arab. Walaupun ada bentuk-bentuk demokrasi dalam Majlis Permusyawaratan, Dewan Perwakilan, umat, parlemen dan adanya multi partai 6 di beberapa wilayah.

  Lihat kajian kami tentang “Pengaruh A’la al-Maududi pada kelompok-kelompok agama modern” dan “Pengaruh Imam Sayyid Qutub pada gerakan agama kontemporer” dalam “Agama dan Revolusi di mesir”, juz 5, “Gerakan-gerakan Islam Kontemporer”, Madbuli, Kairo 1989, hal: 123-166, hal:167-

  Jelas, setelah panjangnya penderitaan gerakan Islam dan jauhnya ia dari kerja untuk bangsa selama setengah abad, yang telah merubahnya menjadi gerakan perlawanan yang saling menjauh; kekerasan dilawan dengan kekerasan, senjata dilawan dengan senjata.

  Mereka tidak membedakan antara musuh luar; kolonial dan Zionisme dengan musuh dalam; kerajaan dan militer, juga tidak membedakan antara dua periode sejarah; periode pembebasan negara dari penjajahan dan periode kebebasan sosial yang anti keterbelakangan.

  Setelah kemerdekaan negara, bahkan sebagian dari mereka memberikan prioritas untuk berjuang melawan orang yang masuk dalam perjuangan dan melawan orang yang keluar dari perjuangan, serta memerdekakan organisasi-organisasi Arab dari Tirani untuk membebaskan Palestina dari penjajahan kependudukan.

  Bahwa “Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum hingga mereka merubah dirinya sendiri”. Kadang Al-Quran juga memberikan prioritas perlawanan terhadap pihak luar daripada perlawanan terhadap pihak yang di dalam. “Mereka bersikap keras pada orang kafir yang saling menyayangi diantara mereka”.

  Mereka menjadikan jihad yang terbesar adalah jihad terhadap jiwa dan jihad yang paling kecil adalah jihad terhadap musuh dari luar. Walaupun ada peringatan dari para tokoh Ikhwan pertama tentang jeleknya pentakwilan mereka terhadap beberapa hadits yang tidak diyakini keshahihannya, karena ia berbahaya pada jihad melawan Petunjuk Afghani muncul pada zaman popularisasi antara dua khithab, yang keduanya bersandar pada 7 pemikiran Arab Modern. Antara khithab Salafi yang tahu

  Hasan Al-Banna, Sayyid Qutub, Abu A’la Al-Maududi: Jihad bagaimana mengatakan tetapi tidak tahu apa yang dikatakan, dengan khithab Sekuler, yang tahu apa yang dikatakan tetapi tidak tahu bagaimana mengatakannya. Afghani memberikan solusi khithab ketiga; yang tahu bagaimana mengatakan dan apa yang dikatakan. Yaitu khithab yang sedang diusahakan oleh “Kiri Islam” untuk kembali dibentuk pada awal tahun delapan puluhan, pada awal popularisasi.

  Popularisasi itu menjadikan perubahan dari perang sipil di Aljazair; pertumpahan darah dengan korban beribu-ribu orang, darah yang tidak berdosa dari anak- anak, perempuan, orang tua dan para pemuda; menjadikan ancaman bagi Turki dengan pertikaian antara tentara dan partai Rafah; menyebabkan kerusuhan di Mesir, Yaman, Teluk, Libia dan sampai adanya penindasan di Suria, Irak, Maroko dan Tunis. Maka petunjuk khithab ketiga menurut Afghani menjadikan solusi Islam Nasionalis, atau Islam Revolusi, atau Islam Politik, yang sangat dibutuhkan baik di dalam maupun di luar dan di zaman pergantian dari abad lalu ke abad yang akan datang.

  Telah muncul saat ini usaha-usaha untuk merusak gambaran Afghani pada generasi kita, agar dapat memutuskan akar perjuangan nasional kita, menghancurkan Islam Revolusi, membiarkan adanya popularisasi antara Islam Salafi dan Revolusi Sekuler Barat. Hal ini akan menimbulkan sikap dingin pada Islam Salafi dan bersikap bangga pada Revolusi Sekuler Barat.

  Peneliti tetap saja sendiri sebagai contoh untuk nasionalisme dan mengangkat sologan “Mesir untuk Orang- orang Mesir” dengan kandungannya yang sekuler, barangkali dengan kandungannya yang Koptik, bukan dengan kandungan yang Islami Nasionalis, untuk menjaga bahaya revolusi Iran yang menjadi daya tarik masyarakat Arab Islam.

  Seorang revolusioner tidak boleh kecuali orang Barat dan orang Islam hanyalah keterbelakangan. Pada Afghani segalanya dipandang jelek, hingga idenya tentang nasionalisme dan menentang penjajahan serta ajakannya pada Liga Timur dalam menghadapi Barat. Maka peneliti adalah orang Koptik dan yang diteliti adalah orang Islam; peneliti adalah orang sekuler dan yang diteliti adalah tokoh agama; peneliti adalah orang Barat dan yang Gambaran ini telah saya ambil dari arsip intelegen

  Britania, seakan gambaran Afghani lebih benar di dalam file-file musuh daripada di dalam tulisan-tulisan Afghani sendiri, murid-muridnya, dalam buku-buku orientalis yang memusuhi gerakan Islam modern untuk mempertahankan Barat dan nilai-nilainya, yang merupakan objek dari kritik Afghani.

  Laporan-laporan intelegen Britania, sama seperti laporan-laporan intelegen secara umum tentang orang-orang nasionalis yang dirusakkan citranya, agar mendapatkan alasan untuk menangkap dan menyiksa mereka. Orang nasionalis menjadi teroris, orang sosialis menjadi Arsip itu telah menyebutkan Afghani sebagai:

  1. Orang Iran dan bukan orang Afghan. Kewarganegaraan adalah unsur penting dalam hidup, misi dan ide- idenya. Beliau yang memerangi kewarganegaraan 8 sebagai ikatan antar kelompok dan sebagai faktor

  Luwis ‘Iwadh: Orang Iran yang tidak bisa ditebak, Majalah Tadhamun, mulai dari 24/4/83 hingga sepuluh edisi 9 setiap minggunya.

  Dan itu seperti: A- Irag Fasher, Ashgar Mahdir: Dokumen yang tidak diterbitkan yang berhubungan dengan Jamaluddin Afghani (dengan bahasa Prancis), Tehran, 1963. untuk mempersatukan beberapa kaum. Beliaulah yang membantah Rinen dalam ikatan antar kebudayaan dan ras, juga teorinya tentang rasisme yang berkembang pada abad lalu. Rasionalisme Aria Barat meningkat dan Rasionalisme Semit Timur mengalami kemunduran. Maka pendekatan pada kebangsaan adalah menjatuhkan masa ini pada masa lalu, dari seorang peneliti menjadi yang diteliti, dari negara nasional modern menjadi masa kekhalifahan. Pembicaraan tentang gender berubah menjadi pembicaraan tentang biologi ras dari raut muka, warna kulit, golongan darah dalam budaya yang sama antara masyarakat. Menjadikannya tidak ada kelebihan bagi Bangsa Arab atas orang asing kecuali dengan taqwa dan amal shaleh.

  2. Seorang sektarian dan bermadzhab syiah, mengaku Ahli sunah untuk mendapatkan simpati dari mayoritas kaum muslimin. Beliau seorang Baba Bahai, dua golongan dari Syiah modern yang keduanya dikeluarkan dari umat Islam karena Baba dan Bahaullah, keduanya mengaku nabi. Beliau melakukan itu untuk mendapat keuntungan dari pertikaian lama yang turun temurun antara Ahli Sunnah dan Syiah. Afghani sendiri menyeru pada kesatuan umat dan melampaui perbedaan sejarah ini.

  3. Seorang teroris dan suka kudeta. Beliau ikut serta dalam beberapa konspirasi dan kudeta politik di Afghanistan, kadang mendukung satu kelompok melawan kelompok yang lain, antara saudara dengan saudaranya yang lain. Beliau yang merencanakan pembunuhan Khadiu Ismail di jembatan Qashr Nil. Tuduhan ini biasanya ditujukan kepada setiap revolusioner dari organisasi-organisasi konservatif kekuasaan atau pemerintah kolonial seperti menuduh perlawanan Palestina yang legal melawan Zionisme sebagai teroris. Teroris adalah tindakan individual atau kelompok yang tertutup, yang tidak ada pendukungnya. Tetapi revolusi adalah gerakan rakyat, dengan alasan banyaknya revolusi yang terjadi di dunia Islam karena pengaruh dari ajaran- ajarannya. Seperti Revolusi Arab di Mesir dan revolusi Mahdiah di Sudan. Telah terjadi kudeta- kudeta di negara-negara berkembang karena pengaruh tentara dengan menggerakkan masyarakatnya pada tahun lima puluhan dan enam puluhan, sebagaimana terjadinya revolusi-revolusi Arab yang terakhir. Juga berhasilnya revolusi Islam di Iran terhadap teroris Syah dan Savak. Oleh sebab itu, maka Afghani adalah salah satu tokoh yang mempertahankan sistem parlemen, multi partai, konstitusi dan sistem kerajaan yang terikat hingga Liberalisme Barat menjadi bentuk dari modernisasi gerakan pembaharuan. Tidak ada perbedaan antara Liberalisme Barat dengan liberalisme politik menurut Thahthawi, Khairuddin At-Tunisi, atau sekulerisme menurut Syabli Syamil, Fatah Anthon, Salamah Musa dan Zaki Najib Mahmud. Aliran bercorak Ikhwan telah muncul dan kembali pada contoh liberal di Yordania, Yaman dan Kuwait dan partai moderat (dalam pembentukan) di Mesir.

  4. Seorang diktator yang beraliran Nazi, beliau berpindah dari satu kediktatoran pada kediktatoran yang lain, hingga beliau dikatakan seorang diktator yang adil. Seorang diktator tidak akan menjadi orang adil dan orang adil tidak akan menjadi seorang diktator. Yang benar adalah ungkapan seorang diktator yang adil adalah ungkapan dari percobaan kebangkitan pada masanya dan karena kekagumannya pada Muhammad Ali, pada kebangkitan Jepang dan Basmark di Jerman. Hal itu bersandarkan pada hukum syari yang lama, dengan menggabungkan dua sifat yaitu kemampuan dan keadilan dalam diri imam. Memperioritaskan yang pertama pada yang kedua jika terjadi pertentangan. Bagi seorang penguasa yang kuat, sangat penting baginya untuk mempertahankan negara dan dunia dapat memperingatkan dia untuk menjaga keadilan dan melawan kedhaliman.

  5. Seorang konspirator yang suka bermanuver, sama dengan Riyadh di Isntanbul. Beliau membuat rencana bersamanya, berkonspirasi untuk menjatuhkan Ismail dan mengangkat Abbas Hilmi. Beliau membuat manuver melawan manuver lain, anti Turki dan suka kekhalifahan, anti khilafah utsmaniah dan suka khilafah Quraisyiah. Beliau membuat “Urwatul Wutsqa” untuk mempertankan kekhalifahan. Surat pembentukan yang ditulis Sultan untuknya telah hilang dalam mencapai tujuan itu. Peneliti lain mengakui hilangnya surat berbahaya dari Muhammad Abduh kepada Toulstwi. Jika surat itu ada, maka tersingkaplah tabir dan terlihatlah yang tertutup.

  6. Seorang opportunis. Beliau tidak tetap pada satu keadaan. Beliau mempunyai dhahir dan batin, tidak memiliki aliran politik, meragukan para penguasa dalam kekuasaannya setelah mereka percaya padanya. Ini adalah sifat seorang politikus bukan sifat seorang pemikir. Yang dimaksud bukanlah mengorbankan pemikiran untuk kepentingan politik, atau melepaskan teori untuk kerja, bahkan memaksa untuk menyatukan madzhab-madzhab dan golongan- golongan dalam mencapai kesatuan kaum muslimin. Afghani sendiri mengakui hal itu dan memaksakan gambarannya dalam benak orang. Ia berkata tentang dirinya dengan prosa Parsi: “Inggris menyangka bahwa aku adalah orang Rusia; kaum muslimin menyangka bahwa aku adalah seorang Majusi; Ahlussunah menyangka bahwa aku adalah orang Rafidhah; Syiah menyangka bahwa aku adalah orang Nashibi (musuh Ali); sebagian kawan-kawan Rifaq al-‘Arba’ah menyangka bahwa aku Wahabi; sebagian pengikut Atsimah menyangka bahwa aku adalah pengikut Baba; orang yang percaya pada Allah menyangka bahwa aku seorang materialis; orang-orang yang bertqwa mempersepsikanku sebagai orang yang bersalah, tidak ada ketaqwaan; para ulama memasukkanku sebagai orang yang bodoh; orang-orang mukmin mengira bahwa aku kafir. Tidak ada seorang kafirpun yang mengajakku dan tidak seorang muslimpun yang mengajakku. Aku terusir dari Masjid dan terasingkan dari tempat ibadah”. Dalam waktu yang sama, beliau juga digambarkan sebagai seorang ahli agama, kuat imannya, pemikir yang bebas, yang berfilsafat dan Atheis. Ini adalah gambaran yang sama pada setiap pemikir dengan corak ini, yang berusaha untuk menyatukan semua golongan umat dan menyatukan khithab wathani. Beliau menurut Salafiyun adalah komunis yang tersembunyi, menurut komunis beliau adalah Salafi yang tersembunyi dan menurut negara ia adalah seorang Ikhwan yang komunis.

  7. Seorang agen Soviet yang bekerja untuk kepentingan Kaisar. Ini adalah tuduhan yang sama terhadap Jamal Abdul Nashr pada zaman polarisasi dan bahkan terhadap seluruh pemimpin nasionalis di negara- negara ketiga pada zaman pembebasan negara. Bahkan Lenin dituduh sebagai mata-mata Jerman. Afghani adalah yang hendak menyatukan Timur untuk melawan Barat. Pan-Islamisme telah masuk padanya bersama Liga Timur. Kemudian dilanjutkan oleh Sultan Galyif. Ini adalah ilham terbesar untuk mengikatkan Mesir dengan timur, dimulai sejak Hafidz Ibrahim

  “Aku adalah mahkota yang mulia di persimpangan timur” dan surat kabar mesir seperti “Cermin Timur”

  hingga “Bintang Timur”, “Aroma Timur”, menurut Nedham dan Anwar Abdul Malik.

  8. Freemasoni yang Yahudi. Ia bergabung dalam beberapa pertemuan Freemasoni bahkan ia salah satu dari pimpinannya, selama ia mau menguasai dunia sepertinya. Afghani adalah seorang Yahudi Zionis; walaupun ia wafat pada tahun yang sama dengan diadakannya muktamar zionis pertama di Bazel di bawah pimpinan Hartzel, sahabat dari Ya’qub Shanu’, walaupun ia juga bersahabat dengan orang-orang Nasrani di Syam yang berhijrah seperti Salim Adh- Dhamuri, Salim Nuqash, Lewis Shabungi, Syabli Syamil, sastrawan Ishaq adalah muridnya yang paling dekat. Afghani tidak dituduh kalau ia adalah seorang Nasrani. Tuduhan ini memaksakan kepicikan yang dibenci peneliti dan menjauhkannya dari yang diteliti. Mengingatkan akan persahabatannya dengan orang-orang Syam, untuk menurunkan derajat kemesirannya pada budaya yang berdiri atas nasionalisme dan bagi seorang pemikir yang berusaha menyatukan umat antara Mesir dan Syam.

  9. Seorang yang ambisius dan egois. Ia ingin menjadi presiden, politikus dan ingin mewujudkan impiannya.

  Ia yang menolak untuk penobatannya atas Sudan. Ia yang menjadi incaran setiap pemerintah hingga menetap di Paris dan menerbitkan “Urwatul Wutsqa”. Biasanya ini yang dituduhkan pada setiap pemimpin nasionalis bahwa ia bekerja untuk kepentingannya bukan untuk negera. Yang mendorong beberapa pemimpin untuk mempersatukan antara mereka dengan negara. Sebagaimana yang dilakukan Deigul dengan pernyataannya yang terkenal “Aku adalah Perancis”.

  10. Seorang idealis yang tidak sadar dengan realitas regionalnya; orang yang bersemangat, yang orator, tidak meninggalkan pemikiran politik yang teoritis dan teratur. Sebenarnya ini adalah gambaran untuk membaca masa sekarang di masa yang lalu. Masa Afghani masih dalam masa kekhilafahan, walaupun ada usaha-usaha di beberapa wilayah untuk melepaskan diri setelah lemahnya pusat kekhalifahan. Pembelaan Afghani untuk kesatuan umat adalah untuk menjaga kekhalifahan dari penjajah yang bersatu, untuk menghancurkannya setelah sebelumnya terpecah-pecah. Tidak ada bedanya antara penjajahan Inggris, Rusia dan Perancis. Khithab Arab modern masih dalam tingkatan secara teori, karena ini adalah khithab rakyat yang dipilih para elite untuk perjuangan negara dan bukan khithab teoritis dalam masyarakat yang stabil, yang telah mencapai tujuan dari pengajaran dan memutus dari warisannya yang lalu. Ini adalah bentuk yang sama dari khithab dalam revolusi Perancis, revolusi Amerika, revolusi Rusia, dengan perbedaan pada tingkatannya bukan pada bentuknya. Ini adalah penyimpangan yang disengaja untuk gambaran seorang Afghani. Pada hakekatnya ini adalah penghancuran terhadap akar perjuangan bangsa di saat sangat dibutuhkannya berpegang teguh padanya untuk menjaga kesatuan bangsa dan kemuliannya. Ini adalah penilaian yang mendahuluinya dengan alasan-alasannya yang tidak ilmiah. Tidak meninggalkan untuknya satu kebaikan pun seperti sikap memusuhi kolonial dan perbudakan serta membangkitkan semangat kaum muslimin dan menyatukan mereka sebagai kekuatan revolusi. Sulit bagi hati untuk mengetahui dukungannya dan ini juga terjadi pada penulis sendiri.

  Konsepsi nasionalismenya jatuh dalam sejarah hidupnya, dari periode Afganistan hingga periode Turki dan sampai pada periode Mesir. Yang terakhir ini adalah periode paling terbesar untuk menggoyangkan dan Afghani merubah pemikiran menjadi sejarah. Seorang cendekiawan dalam perjalanannya menuju pembebasan berpikir dan kemampuannya untuk memberikan pengaruh terhadap dirinya yang merupakan anak dari situasi tertentu dan pengaruh dari perjalanannya. Ia menilai pemikirannya dari perilaku pribadinya karena mudahnya menolak pemikiran dengan cara memberikan hujjah terhadap orang lain. Bahkan seorang ateis yang mempunyai hubungan dengan Ahmad Khan, seorang agen Inggris menjadi suatu kepicikan dari warisan Timur lama tanpa memiliki sikap politik. Terjadilah sindiran tajam akan filsafatnya dalam sejarah, kebangkitan umat dan kejatuhannya kemudian kebangkitannya kembali, dari seminar-seminar yang disampaikan tentang kenabian dan industri, padahal itu adalah warisan para philosop lama terutama Al-Farabi dan Ibnu Sina, yang bergabung pada sikap musuh yang menuduh Afghani dengan ateis, mengingkari kenabian dan menyerupakannya dengan industri, membagi manusia manjadi elit dan umum, mendekatkan antara Nabi dan philosop.

  Penulis adalah seorang yang progresif sekuler, tidak 10 melihat progresifism dan sekulerism kecuali sebagai Dua periode Afganistan dan Turki mencapai lima epesode, warisan barat tanpa ada akar keduanya dalam warisan filsafat lama.

  Tulisan Afghani, walaupun hanya dalam tiga paragraf tentang sejarah pribadinya menjadi suatu petunjuk besar. Di dalamnya disebutkan tanggal kelahirannya, ini tidak mempunyai manfaat yang besar, hidup dalam setengah masa atau setengah abad, sejarah ini tidak penting dan yang penting adalah pribadi-pribadi pada masanya. Ia terpaksa meninggalkan negerinya Afghanistan, dengan itu ia mengaku sebagai Afghani (seorang Afghanistan) dan bukan orang Iran, walaupun tidaklah penting keturunan biologisnya itu.

  Ia meninggalkan Turki menuju Mesir kemudian ke Astana. Semua perjalanan ini tidaklah berguna bagi orang, hanya sekedar konsepsi. Penjara adalah olahraga dalam mencari kebenaran, pengasingan adalah perjalanan wisata, dan pembunuhan adalah persaksian. Ia tidak rela dengan dirinya karena kelambanan dan ketidaksampaiannya kepada tingkat syuhada, ia hanya mencapai pada tingkat penjara dan pengasingan. Dengan itu, ia belum melaksanakan misi pertamanya, dengan tugasnya yang mulia yang dibebankan kepadanya. Ia belum meninggalkan suatu tugas mulia untuk kepentingan manusia secara umum dan untuk orang-orang Timur secara khusus kecuali ia telah melakukannya sampai pada batas kewajaran dan terkesan gegabah.

  Soal tempat kelahirannya tidaklah penting juga. Itu hanya sebuah konsepsi nasional; putra abad ini, yang bukan di abad lalu di dunia Islam ini, dimana saat itu tidak ada batas nasional antara Afghanistan dan Iran. Ia terlahir di dekat kota Kabul, tempat kelahirannya adalah Afghanistan. Ia tinggal di India, Iran dan di Mesir, Turki kemudian di Paris. Tempat tinggalnya banyak tetapi personnya satu, pemikirannya bersambung, ia adalah orang Timur melawan Barat. Ia membawa kegelisahan Timur:

  “Aku merasakan baik, kita berbeda tempat tinggal, tetapi setiap dari kita adalah bagian dari kegelisahan

  Muhammad Al-Makhzumi telah munulis dalam sebuah pembukaan yang pendek tentang hidupnya, yang dikenal baik oleh dirinya tanpa harus meminta kepercayaan akan apa yang telah ditulisnya dari orang lain. Tidak ada bedanya antara riwayat hidup Afghani atau kepribadiannya, antara pemikirannya dan ciri-cirinya. Sebagaimana diungkapkan oleh Georgy Zaidan, pemilik Al-Hilal, ia salah seorang pengagumnya. Ia mempunyai keinginan untuk menulis riwayat hidup pribadi Afghani, yang biasanya ditulis setelah meninggalnya. Untuk itu al-Makhzumi telah mengirimkan kepada Georgy Zaidan setelah Afghani wafat, bahkan sebagiannya telah diterbitkan dalam “Al-Hilal”.

  Ketika Al-Makhzumi mengutarakan keinginannya kepada Jamaluddin, ia berkata: “Orang yang terlihat dengan kasat mata tidak perlu penerjemah”. Cukuplah apa yang dikatan orang lain tentangnya bersifat rahasia atau berpetualang dan tersesat di bumi ini. Inilah gambaran tentang Afghani menurut para musuh-musuhnya dan para pendengkinya setelah Sultan Abdul Hamid menerima dirinya.

  Ia beraqidah yang benar, beriman dengan ketuhanan, sangat berpegang teguh dengan hikmah agama, maka itu ia sangat jauh dari sikap fanatis dan taqlid pada madzhab. Ia seorang mujtahid pada tingkatan yang kadang aneh dan keluar dari yang biasa dikenal dalam penafsiran. Ingatannya sangat kuat, cepat dalam menghapal dan lambat lupa. Ia memberikan khutbah secara spontan atau membuat makalah yang langsung ia diktekan atau menyusun suatu 11 buku yang dibuatnya bertahun-tahun. Argumentatif yang menarik lawan bicaranya dan memberikan bukti yang kuat walaupun kadang kurang jelas. Ia mempunyai gaya bahasa yang khas dalam memberikan premis-premis, yang tentu melahirkan premis yang baru. Sangat sulit meyakinkannya dalam berdebat karena gaya bahasanya yang khas dalam mematahkan argumen-argumen lawan, tanpa harus berkeras kepala. Menjadikan lawannya mengakui kebenaran setelah membantahnya, lalu ia menunjukkannya apa yang terlupakan dari argumen-argumen itu. Ia sangat kuat pikirannya, yang tidak lepas dari tabiatnya. Membawa lawan bicaranya pada hal-hal yang besar dan meringankan hal-hal yang sulit.

  Jiwanya besar, keinginannya kuat dan sangat pemberani. Ia tampil saat orang lain berpantang, ia berbicara saat yang lain diam, baik dengan membuat mereka tertarik atau takut, ia juga cepat dalam mengambil inisiatif. Ia diterima oleh setiap kalangan dan juga dicintai, disaat yang sama ia juga rendah hati dengan orang yang di bawahnya, membanggakan diri di depan para raja dan para pembesar, tetapi tidak menyombongkan dirinya atau merendahkan lawan bicaranya dengan nama-nama panggilan mereka seperti; yang mulia atau yang dipertuan agung. Ia juga tidak memuji pemikiran, hikmah dan pidato mereka dan merendahkan orang yang sudah meninggal.

  Tujuannya adalah mendapatkan ketenangan hati bahwa ia mengatakan yang benar dan tidak menyembunyikannya. Mengingatkan kaum muslimin karena mereka adalah unsur mayoritas di Timur dan agama para kerajaan. Timur adalah kata yang menunjukkan pada Umat Islam. Ia ingin membangunkan orang-orang Timur, mengingatkan dan mendekatkan mereka, pada saat yang sama ia juga mencintai kebaikan seluruh manusia, ia menyamaratakan mereka semua dalam hak-hak umum yang berdasarkan pada kebebasan yang 12

  Orang yang terbaik dalam menuliskan riwayat hidupnya adalah muridnya yaitu Muhammad Abduh, seperti halnya Al- Jauzani menuliskan riwayat hidup gurunya Ibnu Sina. Abduh menulis sebagian dari hidupnya, lupa sebagian yang lainnya dan juga menyembunyian sebagian yang lainnya lagi karena faktor politik.

  Afghani lahir di desa Sa’adAbad, tahun 1839 pindah bersama ayahnya ke Kabul. Ia mulai belajar sejak umur delapan tahun. Orang tuanya sangat memperhatikannya karena melihat pada dirinya ada kekuatan fitrah, kamauan dan kepintaran otak. Ia sangat pintar dalam ilmu-ilmu Arab, sejarah, syariah, tafsir, hadits, fiqih, ushulfiqh, ilmu kalam dan tasawuf. Ia juga pintar dalam sebagian ilmu-ilmu rasional seperti logika, politik, ekonomi dan ilmu-ilmu matematika seperti al-hisab, ilmu ukur, al- jabar, falak, kedokteran dan anatomi. Ia mengumpulkan antara dua hikmat.

  Muhammad Al-Makhzumi Basya, yang menyertainya di tahun-tahun terakhir hidupnya di Astana menjelaskan tentang masa kanak-kanaknya. Afghani adalah putra Sayyid Shafar dari keluarga Afghan. Keluarganya dinisbatkan kepada Tirmidzi ahli hadits dan terus ke atas hingga kepada Husein bin Ali. Afghani hidup di Kanar, sebuah kota di Kabul, di rumah yang menghormati ilmu. Keluarganya juga mempunyai hak perintah kepada beberapa daerah Afghanistan, yang kemudian diambil oleh pemerintahan Daoust Muhammad Khan, yang memindahkan orang tua Jamaluddin dan sebagian dari pamannya ke Kabul.

  Ia belajar dengan cara tradisional, menyelesaikan pengajarannya dari para Syaikh pada umur delapan belas. Kemudian pergi ke India untuk beberapa saat, yang merupakan tempat pengajaran Islam tradisional dan kadang pengajaran hadits. Ke India untuk menyelesaikan pelajaran-pelajaran matematika modern. Dari India ia pergi ke Hijaz untuk melaksanakan kewajiban haji, ia mengenal kebiasaan-kebiasaan bangsa lain dan akhlak- akhlak mereka selama satu tahun. Kemudian kembali ke Kabul menjadi pegawai dalam pemerintahan Daoust Muhammad Khan.

  Aghani menyertai Khan untuk membebaskan kota Herah yang dikuasai oleh Ahmad Syah, menantu dan putra pamannya. Ia ikut serta dalam pengepungannya hingga wafatnya Amir dan kota itu akhirnya dapat dibebaskan yang kemudian diperintah oleh putra mahkotanya Syir Ali Khan. Ali Khan memerintah menterinya untuk menangkap saudara- saudaranya Afghani yaitu Muhammad A’dham, Muhammad Aslam dan Muhammad Ayat. Afghani membantu Muhammad A’dham dan keduanya lari hingga dapat mengalahkan saingannya itu. Setelah itu pemerintahan dikuasai oleh Muhammad A’dham, ia mengagungkan Afghani dan menjadikannya sebagai menteri pertama dan penasehatnnya, dengan tidak bersikap diktator dari berpendapat, ia melapangkan dadanya untuk Afghani. Ia mempersiapkan pemerintahan untuk anak-anaknya yang baru yang menyebabkan kekalahannya. Setelah itu Afghani meninggalkannya pergi ke tanah Hijaz untuk berhaji melalui India. Pemerintah Inggris menyambutnya dengan sambutan hangat. Setelah kegiatannya di India membuat pemerintah Inggris terpojok dan mengeluarkannya dari India. Sebelum keluar, ia memberikan seruannya yang terkenal kepada orang-orang India bahwa kalaupun mereka itu lalat maka ia dapat menggigit telinga orang Britania, kalaupun mereka kura-kura maka mereka dapat mengarungi lautan dan menenggelamkan pulau Britania. Dan Sultan Gazanswi tidaklah datang ke India dengan menangis mengeluarkan air mata tetapi ia datang sebagai pembebas 13

  Dari India Afghani diasingkan ke Mesir, dan tinggal di Mesir selama empat puluh hari. Selama disana ia mondar-mandir ke masjid Al-Azhar. Ia bergaul dengan pencari ilmu dari Suria, mereka sangat tertarik dengannya, mereka memintanya untuk membacakan penjelasan kitab Al-Adhhar. Lalu ia membacakan untuk mereka sebagian dari kitab itu di rumahnya.

  Walaupun ia pertama kali tinggal di Mesir dengan waktu yang sangat pendek, tetapi ia memberikan pengaruh besar dalam memberikan pencerahan kepada orang-orang Azhar dengan ilmu baru dan keberanian untuk memberikan penjelasan karya-karya orang lama dengan penjelasan yang baru. Inilah yang dicari oleh Thaha Husein setelah itu, ia tidak menemukannya kecuali di Universitas Mesir.

  Kemudian ia pergi ke Astana dan bertemu dengan Shadr A’dham Ali Basya. Orang-orang Turki menyambutnya dengan pakaian Afghanistan. Setelah enam bulan, ia ditetapkan menjadi anggota Majlis Ilmu Pengetahuan. Ide-ide Afghani membuat kemarahan syaikhul Islam pada saat itu yang menyentuh lapangan rejekinya. Direncanakanlah dengan membuat permintaan kepada direktur Dar-Al-Funun (Rumah Seni) meminta kepadanya untuk memberikan ceramah yang menganjurkan untuk industri. Lalu ia menulis surat dan disampaikan kepada Menteri Ilmu Pengetahuan dan para petinggi kepolisian serta sebagian anggota Majlis Ilmu Pengetahuan, dan mereka menyatakan kebaikannya.

  Dalam ceramahnya, ia menyamakan kehidupan ini dengan badan yang hidup. Setiap industri adalah satu anggota dari badan tersebut. Raja adalah otak dan pusat perencanaan dan pengurusan. Pertanian adalah hatinya dan pelayaran adalah kedua kakinya. Dari sinilah terbentuk badan kebahagiaan manusia. Perumpamaan ini ada sejak lama, yang diwariskan dari Al-Farabi dan Ibnu Sina.

  Tidak akan ada badan tanpa roh, maka roh itu adalah kenabian atau hikmah. Yang pertama adalah pemberian Tuhan, kedua adalah usaha manusia. Yang pertama adalah keyakinan dan kedua adalah dugaan (dhan). Yang pertama adalah kebenaran mutlak, yang kedua adalah kebenaran yang bisa salah dan benar. Yang pertama harus diikuti dan kedua adalah sunnah dari sisi pertama. Tetapi yang terbaik adalah jangan sampai hikmah itu tidak menyalami syariat ilahi.

  Dengan itu Syaikhul Islam marah dan menuduh Afghani menganggap kenabian itu adalah keahlian (shina’ah). Ia memberikan himbauan-himbauan kepada para khatib di masjid, yang merupakan media yang sudah siap di tangan para agamawan dan politikus, mengeritik Afghani dan meminta agar ia dihukum dan di tuduh dengan kakafiran serta mengingkari hal-hal yang harus diketahui dalam agama. Terjadilah fitnah, masyarakatpun terbagi menjadi dua kelompok; kelompok yang bersama Afghani dan kelompok yang menentangnya.

  Al-Shadar A’dham merasa cemas dan meminta Afghani untuk meninggalkan Astanah agar mereka tenang dan ia meminta maaf atas perilaku orang yang jumud dan dengan kebaikan hatinya ia dijadikan Syaikhul Islam. Afghanilah yang menentang dua kekuasaan agama dan politik dan membongkar kerjasama keduanya yang terselubung dan yang terang-terangan.