S PLB 1001717 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu dan teknologi banyak mempengaruhi berbagai bidang
kehidupan, salah satu diantaranya dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, dunia
pendidikan harus bersifat dinamis, artinya dunia pendidikan harus dapat mengikuti
perkembangan yang ada, sesuai dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang,
terutama meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Sementara dunia
pendidikan saat ini belum menunjukan

dari waktu kewaktu belum menunjukan

kemajuan berarti. Pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kurikulum
belum mencapai sesuai dengan yang diharapkan, hal ini tampak dari rendahnya hasil
belajar peserta didik, baik dalam kognitif, psikomotirik, dan sikap. Di SLB Kota
banjar kemampuan peserta didik dalam pembelajaran matematika masih kurang dari
standar nilai untuk matematika tersebut.
Hasil obeservasi dari SLB yang ada di Kota Banjar kelas VI diperoleh
gambaran hasil belajar rata-rata ulangan harian matematika khususnya pada anak anak
tunarungu, sebagai berikut:
Tabel 1.1: Rata-Rata Ulangan Harian Pelajaran Matematika Peserta didik

No

Nama Sekolah

Nilai Rata-rata
KKM

Ulangan Harian

1

SLB Pasundan Banjar

60

42

2

SLB Negeri Banjar


60

48

60

39

3

SLB PGRI Langgensari
Banjar

Ahmad Nursyamsi, 2015
PERBANDINGAN MEDIA MODEL 3D DAN MEDIA CHART 2D TERHADAP PEMAHAMAN BANGUN RUANG DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK TUNARUNGU DI 2 SLB KOTA BANJAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambaran hasil belajar rata-rata ulangan harian matematika khususnya pada

anak anak tunarungu, sebagai berikut:
Tabel 1.2: Rata-Rata Ulangan Harian Pelajaran Matematika Bangun ruang Peserta
didik
No

Nama Sekolah

Nilai Ulangan
KKM

Harian

1

SLB Pasundan Banjar

60

50


2

SLB Negeri Banjar

60

55

60

45

3

SLB PGRI Langgensari
Banjar

Rendahnya nilai Matematika peserta didik

menunjukkan bahwa kualitas


pembelajaran Matematikamasih relatif rendah, ini merupakan tantangan bagi guru dan
calon guru Matematika, untuk memecahkan masalah ini, dengan melalui peningkatan
penguasaan bahan pelajaran, pemilihan media pembelajaran yang tepat, yang dapat
mendorong atau memotivasi peserta didik untuk tertarik belajar.
Peneliti beranggapan bahwa kesulitan belajar anak tunarungu dalam mencerna
dan memahami Matematika lebih disebabkan oleh pemilihan media pembelajaran
yang kurang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan dan kondisi peserta didik.
Pemilihan penggunaan media yang tepat, akan memudahkan peserta didik untuk
dapat mencerna materi pelajaran Matematika khususnya pada bangun ruangdengan
baik. Dalam pokok bahasan bangun ruang terdapat konsep-konsep yang tidak sedikit
peserta

didik

merasa

kesulitan

memahaminya


karena

menurut

Andreas

Dwidjosumarto (1995:5) bahwa,
‘tidak berfungsinya alat pendengaran menyebabkan anak tunarungu sulit
untuk menerima yang bersifat auditif sehingga anak mengalami kesulitan
dalam memahami lingkungan sekitarnya, anak tunarungu berusaha
memahami lingkungan melalui pengelihatannya. Oleh karena itu abak
tunarungu sering disebut juga sebagai anak visual’.
Hal ini disebabkan kemampuan belajar anak melalui telinga, mata, dan gerak
itu berbeda.
Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa penyajian materi yang berhubungan
dengan bangun ruang akan lebih efektif jika dilengkapi dengan media yang tepat,
seperti alat peraga. Menurut pendapat Arikunto ( 2005: 21),
Ahmad Nursyamsi, 2015
PERBANDINGAN MEDIA MODEL 3D DAN MEDIA CHART 2D TERHADAP PEMAHAMAN BANGUN RUANG DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK TUNARUNGU DI 2 SLB KOTA BANJAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Alat peraga adalah alat bantu pendidikan dan pengajaran dapat berupa
perbuatan-perbuatan, atau benda-benda yang mudah memberi pengertian
kepada anak didik berturut-turut dari perbuatan yang abstrak sampai kepada
benda yang kongkrit. Media model 3D adalah tiruan tiga dimensional dari
beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu
mahal, terlalu jarang, atau terlalu sulit untuk dibawa ke dalam kelas dan
dipelajari peserta didik dalam wujud aslinya. Model 3D juga merupakan salah
satu alat peraga”.
Model 3D memiliki panjang, lebar, dan tinggi.Selain model 3D, alat peraga
lain adalah chart 2D. Menurut pendapat Levie & Lentz ( dalam azhar arsyad 2012:
20), ‘Chart 2D adalah mempunyai empat fungsi media visual,yaitu (a) Fungsi atensi,
(b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif (d) fungsi kompensatoris’. Untuk melihat kedua
alat peraga ini memerlukan daya lihat peserta didik yang berbeda dalam proses
belajar.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka masalah yang diangkat adalah
“Perbandingan Media Model 3D dengan Media Chart 2D Terhadap Pemahaman
Bangun Ruang Dalam Pembelajaran Matematika Pada Anak Tunarungu Di 2 SLB

Kota Banjar .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya

kemampuan

pemahaman

matematika

anak

tunarungu

dalam

pembelajaran matematika bangun ruang .
2. Penggunaan media pembelajaran yang baik dan tepat dapat membantu

meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam pembelajaran matematika
khususnya bangun ruang.
3. Penggunaan media model 3D dalam kegiatan pembelajaran memberikan peranan
yang cukup besar sebagai salah satu faktor eksternal yang dapat mengatasi masalah
pemahaman matematika khususnya bangun ruang.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk memberikan batasan tentang hal-hal yang perlu diteliti dan dikerjakan
selama penelitian terhadap rumusan masalah tersebut di atas, maka peneliti
mengambil batasan masalah sebagai berikut:
Ahmad Nursyamsi, 2015
PERBANDINGAN MEDIA MODEL 3D DAN MEDIA CHART 2D TERHADAP PEMAHAMAN BANGUN RUANG DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK TUNARUNGU DI 2 SLB KOTA BANJAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Pada pelaksanaan pembelajaran khususnya materi bangun ruang dengan
penggunaan media pembelajaran yang berbeda, yaitu dengan menggunakan
model 3D dan chart 2D,
b. Tingkat pemahaman anak tunarungu keberhasilannya diukur dari hasil belajar
setelah proses pembelajaran melalui tes tulis

2. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah yang ada, maka agar lebih terarah
permasalahan penelitian dirumuskan “Apakah Media Model 3D lebih efektif dalam
pembelajaran matematika bangun ruang di bandingkan dengan media chart 2D di 2
SLB Kota Banjar?”.

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas antara media model 3D dengan media chart 2D
pada pemahaman materi bangun ruang dalam pembelajaran matematika.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebgai berikut :
a. Bagi Penulis
Sebagai saran untuk menempa diri dengan mengadakan berbagai kajian terhadap
masalah maslah yang berkaitan dengan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah
serta untuk mengimplementasikan pengetahuan teoritis yang diperoleh terhadap
realita permasalahan yang ada di lapangan
b. Bagi Pembaca
Menambah dan memperdalam pengetahuan tentang media model 3D dan
media chart 2D dalam pemahaman bangun ruang dalam pembelajaran

matematika.

Ahmad Nursyamsi, 2015
PERBANDINGAN MEDIA MODEL 3D DAN MEDIA CHART 2D TERHADAP PEMAHAMAN BANGUN RUANG DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK TUNARUNGU DI 2 SLB KOTA BANJAR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu