S PKN 1105722 Chapter3

(1)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Nasution (2003, hlm. 5) “pendekatan kualitatif ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena dalam penelitian kualitatif ini, peneliti ingin mempelajari dan mengamati penggunaan media poster untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan secara lebih mendalam, menyeluruh, dan meluas. Peneliti ingin mengetahui secara mendalam bagaimana proses perencanaan dan pelaksanaan penggunaan media poster untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Peneliti ingin mengetahui secara lebih mengakar bagaimana respon siswa terhadap penggunaan media poster untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dan kendala-kendala yang dihadapi serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penggunaan media poster untuk meningkatkan berpikir krtitis siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut.

Dalam penelitian kualitatif, instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun ke lapangan guna mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2007, hlm. 132) bahwa:

Bagi penelitian kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya.

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Locke (dalam Creswell, 2010, hlm. 264) bahwa “penelitian kualitatif adalah penelitian interpretif, yang di dalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus menerus dengan partisipan, keterlibatan inilah yang nantinya memunculkan


(2)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serangkaian isu dalam proses penelitian kualitatif”. Berdasarkan pendapat di atas,

peneliti lebih leluasa dalam mencari informasi dan data yang terperinci dari subjek penelitian tentang berbagai hal yang diperlukan dalam penelitian ini.

Selanjutnya Sugiyono (2011, hlm. 19) memberikan pengertian penelitian kualitatif sebagai berikut:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat penelitian yang utama adalah peneliti itu sendiri, hal tersebut memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan memperoleh data yang akurat. Penelitian kualitatif berpedoman pada latar belakang alamiah secara holistik, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif, dan lebih mementingkan proses daripada hasil. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Moleong (2007, hlm. 27) yaitu:

Penelitian kualitatif ini berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dasar bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek peneliti.

Sejalan dengan pendapat di atas, Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 2007, hlm. 5) mengungkapkan bahwa “penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

melibatkan berbagai metode yang ada”.

Disamping itu, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dapat diperoleh gambaran secara faktual dan rasional berdasarkan pengalaman sebagai basis ilmu pengetahuan dengan menghimpun fakta-fakta yang menjadi data bagi penelitian ini. Moleong (2007, hlm. 6) kembali memberikan pengertian penelitian kualitatif yaitu:


(3)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holisitik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk memahami dan meneliti pada kondisi alamiah, fenomena yang dialami subjek penelitian yang menghasilkan suatu deskriptif dalam bentuk kata-kata. Penelitian kualitatif menurut pengertian di atas bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Pernyataan ini sejalan dengan yang dikemukakan Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007, hlm. 6) bahwa “penelitian kuallitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun dari orang dan pelaku yang diamati”.

2. Metode Penelitian

Suatu penelitian ilmiah dikatakan efektif dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya apabila menggunakan suatu metode yang sesuai dengan kajian penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mencari kebenaran

secara ilmiah berdasarkan pada data yang sesuai dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Keberhasilan suatu penelitian salah satunya didasari oleh metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian yang ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain metode penelitian sangat dibutuhkan karena akan memperjelas langkah atau cara-cara bagaimana menghasilkan data-data yang tepat dan sesuai dengan arahan tujuan dari penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan realita yang ada pada saat ini, kontemporer dan memusatkan masalah pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nazir (1998, hlm. 63) yang menyatakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meniliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat


(4)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (2006, hlm. 234) bahwa “studi deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”. Beberapa pendapat dari para ahli tersebut dipandang oleh peneliti bahwa metode deskriptif tepat digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran terhadap penggunaan media poster dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Partisipan Penelitan

Penentuan subjek atau dengan kata lain partisipan penelitian perlu dilakukan oleh peneliti, guna memfokuskan penelitian ini supaya sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm. 32) bahwa “subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi bertalian dengan tujuan yang ingin dicapai”.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang kemudian dijadikan subjek penelitian meliputi: Pembantu Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Pembantu Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Guru Pendidikan Kewarganegaraan, dan Siswa X MIA-6 SMA Negeri 15 Bandung dalam menganalisis penggunaan media poster untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Hal inilah yang peneliti anggap karena subjek di atas representative

purposive karena subjek tersebut akan memberikan informasi data yang peneliti butuhkan sehubungan dengan penelitian ini. Disamping itu, informasi dari narasumber lain akan digunakan oleh peneliti untuk membandingkan informasi yang telah didapatkan dari subjek penelitian sehingga hasil yang diperoleh akurat


(5)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan dapat dipercaya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm. 10) bahwa:

Data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tujuannya ialah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data.

2. Tempat Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 15 Bandung yang beralamat di Jalan Sarimanis I No. 1 Kota Bandung 40151. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan SMA Negeri 15 Bandung sebagai tempat penelitian karena berdasarkan observasi awal diperoleh gambaran bahwa sekolah ini dinilai cukup representatif untuk melakukan penelitian pendidikan dan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena SMA Negeri 15 Bandung secara akademis memiliki akreditasi sekolah yang sangat baik.

C. Tahapan Penelitian

Beberapa tahapan penelitian yang dilakukan dalam proses penelitian ini dan disusun secara sistematis. Tahap tersebut antara lain:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian diawali dengan melakukan pengamatan awal dengan mengunjungi SMA Negeri 15 Bandung dan melakukan kegiatan pra penelitian guna memperoleh informasi dari guru Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah tersebut untuk menggali mengenai permasalahan dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan untuk menentukan fokus kajian dalam penelitian.

2. Tahap Perizinan Penelitian

Tahap perizinan ditempuh untuk melakukan prosedur penelitian yang semestinya sesuai aturan yang berlaku dari instansi yang menjadi lokasi dan subjek penelitian. Adapun prosedur yang peneliti tempuh dalam melakukan penelitian ini antara lain:

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian melalui Departemen


(6)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Kewarganegaraan, selanjutnya surat diteruskan kepada Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Pembantu Dekan I untuk mendapatkan surat rekomendasi.

b. Mengajukan surat izin penelitian ke Subag Mawa Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial dengan melampirkan fotokopi proposal skripsi dengan lembar pengesahan yang telah disahkan oleh kedua pembimbing.

c. Pembantu Dekan I Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial kemudian

menerbitkan suart rekomendasi penelitian untuk ditujukan pada lokasi penelitian.

Setelah memperoleh surat rekomendasi penelitian, maka peneliti

berkonsultasi dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengetahui gambaran umum awal siswa. Selanjutnya peneliti melakukan koordinasi dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengatur jadwal penelitian. Setelah mendapatkan gambaran secara umum serta jadwal dari guru Pendidikan Kewarganegaraan, maka peneliti menyusun waktu yang tepat untuk melakukan pengamatan langsung atau observasi.

3. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap inti dari penelitian yang dilakukan, peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk memecahkan fokus masalah. Maka peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian. Penelitian dilakukan dengan maksud guna mengumpulkan data dari responden. Adapun prosedur yang ditempuh oleh peneliti sebagai berikut:

a. Menghubungi pihak sekolah dan guru Pendidikan Kewarganegaraan SMA

Negeri 15 Bandung.

b. Melakukan wawancara dengan pihak sekolah dan guru Pendidikan

Kewarganegaraan SMA Negeri 15 Bandung.

c. Melakukan wawancara dengan para siswa, kemudian hasil wawancara

tersebut ditulis dan disusun dalam bentuk catatan lengkap.

d. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi kemudian dianalisis


(7)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Pengumpulan Data

Peneliti yang bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) penelitian

terjun langsung ke lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam kondisi

alamiah (natural setting) guna mendapatkan data yang akurat dan valid. Sugiyono

(2011, hlm. 224) berpendapat bahwa “teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan”.

Sejalan dengan pendapat tersebut Nasution (2003, hlm. 5) mengungkapkan bahwa “dalam penelitian naturalistik peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama dan terjun langsung ke lapangan serta mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara”. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti masuk ke lapangan menyatu dengan sumber data untuk mengumpulkan data dalam situasi yang alamiah. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi literatur.

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu instrumen utama dalam penelitian sosial terutama penelitian kualitatif. Observasi ini dilakukan guna mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang menjadi objek penelitian. Hadi (dalam

Sugiyono, 2011, hlm. 145) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

Teknik observasi ini dilaksanakan pada saat media poster digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui observasi ini diharapkan dapat diperoleh data mengenai deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa pada saat proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dilaksanakan. Observasi dilakukan dengan peneliti terjun mengamati langsung kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2007, hlm. 174) beberapa alasan pentingnya pengamatan dalam penelitian kualitatif, yaitu:


(8)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertama, teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin menanyakannya kepada subjek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan tentang keabsahan data tersebut, jalan yang ditempuhnya adalah mengamati sendiri sendiri yang berarti mengalami langsung peristiwanya. Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat, sering terjadi keraguan pada peneliti. Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik telekomunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Selanjutnya Faisal (1990, hlm. 79) mengklasifikasikan observasi menjadi “observasi berpartispasi (participant observation), observasi yang secara

terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi

tak berstruktur (unstructured observation)”. Observasi berpartisipasi dipilih

peneliti dalam melaksanakan penelitian ini dikarenakan lebih sesuai dengan objek penelitian.

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Ketika melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh sumber data. Seperti halnya yang diungkapkan Stainback (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 227) yang menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activites”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Alasan peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif ini agar data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku tampak.

Lebih lanjut Spardley yang dikutip Stainback (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 226) dalam “observasi partisipatif ini terbagi menjadi pasrtisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif, dan partisipasi lengkap. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan partisipasi pasif, jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan subjek yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.


(9)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alasan yang mendasari peneliti dikarenakan sesuai dengan tujuan penelitian ini yakni mengetahui bagaimana penggunaan media poster untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga peneliti datang ke tempat kegiatan subjek yang diamati tetapi tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas.

Sejalan dengan alasan tersebut maka Creswell mengungkapkan (2010, hlm. 267) bahwa:

Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-partisipan hingga partisipan utuh.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontsruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Nasution (2003, hlm. 73) menjelaskan bahwa “tujuan dari wawancara

adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain”.

Sedangkan Moleong (2007, hlm. 186) menyatakan bahwa “wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Pada dasarnya wawancara atau interview merupakan kegiatan untuk

memperoleh informasi dari responden melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara lisan oleh peneliti berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu, wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab dengan responden mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Melalui wawancara peneliti akan

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi.

Estenberg (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 233) mengklasifikasikan beberapa wawancara, yakni “wawancara terstruktur, semiterstruktur dan tidak terstruktur” dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara semiterstruktur.


(10)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono (2011, hlm. 233) mendeskripsikan wawancara semiterstruktur sebagai berikut:

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana

dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

Alasan yang mendasari peneliti menggunakan teknik wawancara tersebut agar setiap responden dapat memberikan informasi secara lebih terbuka. Keunggulan dari wawancara semiterstruktur ini adalah tujuan dari wawancara lebih terfokus, data yang diperoleh lebih mudah diolah, dan agar narasumber lebih bebas mengemukakan apa yang diketahuinya. Wawancara dilakukan secara terbuka yang dilengkapi dengan susunan atau daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Alasan tersbut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Creswell (2010, hlm. 267) bahwa:

Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview

(wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka

dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam

kelompok tertentu) yang terdiri enam sampai delapan partisipan per kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan

pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan

bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan

dan opini dari para pasrtisipan.

Wawancara digunakan peneliti sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada Pembantu Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yaitu Bapak Hana Juhana, S.Pd., Pembantu Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana yaitu Bapak Drs. Cucu Suhendar, Guru Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Ibu Dra. Hj. Titin Kartini dan siswa-siswi kelas X MIA-6.


(11)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Bogdan (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 240) bahwa:

in most tradition of qualitative research, the phrase personal document in used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describe his or her own action, experience and belief.

Sedangkan Sugiyono (2011, hlm. 240) menjelaskan bahwa “hasil penelitian

dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada”.

Lebih lanjut Creswell (2010, hlm. 267) mengemukakan bahwa “selama penelitian, peneliti bisa mengumpulkan dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (koran, makalah, laporan kantor) ataupun

dokumen private (buku harian, diary, surat, email). Hal tersebut sejalan dengan

yang diungkapkan Nasution (2003, hlm. 89) bahwa “dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti surat-surat, buku harian dan dokumen resmi. Selanjutnya Danial dan Warsiah (2009, hlm. 79) mengemukakan bahwa “studi dokumentasi adalah pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian”.

Dari berbagai pendapat para ahli di atas, peneliti merasa bahwa studi dokumentasi dibutuhkan guna melengkapi data dari hasil observasi dan wawancara, sehingga didapatkan data yang teruji kredibilitasnya. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan studi dokumentasi terhadap berbagai dokumen yang terdapat di lapangan seperti profil sekolah, catatan peneliti di lapangan, dan foto-foto pada saat pelaksanaan penelitian.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari dan mengkaji buku-buku, dan sumber bacaan lainnya yang relevan dengan masalah yang dikaji oleh peneliti. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara


(12)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan penggunaan media pembelajaran terutama media poster dalam proses pembelajaran. Studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoretis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang digunakan dalam penelitian ini.

Menurut Danial dan Warsiah (2009, hlm. 80), menjelaskan bahwa “studi kepustakaan adalah teknik penelitian dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, artikel, dan lain-lain yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini peneliti gunakan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti

sebagai bahan rujukan dalam pembahasan penelitian”.

E. Analisis Data

Terdapat sejumlah tahapan umum yang dijelaskan oleh peneliti untuk mendeskripsikan secara menyeluruh mengenai aktivitas analisis data penelitian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Creswell (2010, hlm. 274) bahwa:

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Maksudnya, analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.

Lebih lanjut Creswell (2010, hlm. 245) menjelaskan bahwa “analisis data kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan buku-buku ilmiah sering kali menjadi model analisis yang umum digunakan”. Melalui model

analisis tersebut, peneliti mengumpulkan data kualitatif, kemudian

menganalisisnya berdasarkan tema-tema atau perspektif tertentu.

Miles dan Huberman (1992, hlm. 16-18) mengemukakan bahwa “teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan/verifikasi”. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut,

berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.

Berikut adalah bagan mengenai komponen-komponen analisis data menurut Miles dan Huberman (1992, hlm. 20)


(13)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

Komponen-komponen Analisis Data (Sumber: Miles dan Huberman, 1992, hlm. 20)

Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara

empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak

bolak balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi Data

Sugiyono (2011, hlm. 247) menjelaskan bahwa “reduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”. Merujuk dari pendapat di atas, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya, serta mencari kembali apabila diperlukan.

Pendapat yang sama dikemukakan Nasution (2003, hlm. 128) yang menjelaskan bahwa:

Data yang diperoleh di lapangan akan terus bertambah sehingga akan menyulitkan jika dianalisis sejak awal. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, dan dicari tema atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan. Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas relevan dengan kondisi di lapangan yang sering dijumpai dalam penelitian, setelah peneliti melakukan

Pengumpulan data

Reduksi data

Kesimpulan: Penarikan/verifikasi

Penyajian data


(14)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian data yang diperoleh semakin banyak, kompleks dan rumit. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis melalui reduksi data. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, serta mencari kembali apabila diperlukan.

2. Penyajian Data

Langkah yang ditempuh selanjutnya setelah data direduksi, yakni menyajikan data. Sugiyono (2011, hlm. 249) menjelaskan bahwa “dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart, dan sejenisnya”. Sedangkan Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono, 2011, hlm. 249) mengemukakan “the most frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”.

Sejalan dengan pendapat di atas Nasution (2003, hlm. 128) mengungkapkan bahwa:

Data yang bertumpuk dan laporan yang tebal akan sulit dipahami. Oleh karena itu, agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matrik, uraian singkat,

network, chart dan grafik.

Penyajian data dilakukan dengan menyusun sekumpulan informasi yang diperoleh sehingga dapat menarik kesimpulan. Penyajian data selanjutnya dilakukan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan dilaksanakan setelah proses klasifikasi dan penyajian data dilaksanakan. Kesimpulan awal yang dikumpulkan masih bersifat sementara, yang kemudian akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Kesimpulan yang dikumpulkan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan akurat, maka kesimpulan yang dikumpulkan dapat dikatakan bahwa kesimpulan tersebut kesimpulan yang kredibel.


(15)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Sebagaimana

dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm. 130) bahwa “kesimpulan itu mula-mula

sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka

kesimpulan itu lebih “Grounded””. Selama penelitian berlangsung, senantiasa

diharuskan memverifikasi data agar lebih menjamin validitas penelitian dan dapat dirumuskan kesimpulan akhir yang akurat. Langkah verfikiasi ini dilakukan peneliti dengan maksud untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan agar mencapai kesimpulan yang tepat.

F. Isu Etik

Suatu penelitian dapat dikatakan efektif dan efisien apabila memiliki isu etik sebagai tolak ukur komprehensif tidaknya penelitian tersebut. Peneliti merasa perlu menggunakan isu etik dalam penelitian ini untuk menguatkan data yang diperoleh semakin akurat dan valid. Hal lain yang mendasari penggunaan isu etik dalam penelitian ini yaitu karena penelitian ini melibatkan manusia sebagai subjek penelitiannya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca dari berbagai kalangan masyarakat. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan pertimbangan potensi dampak negatif secara fisik dan psikologis yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Dilihat dari berbagai perspektif, penelitian ini membawa dampak positif bagi pengembangan media dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui penelitian ini guru sebagai ujung tombak pendidikan mendapatkan referensi untuk semakin memaksimalkan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, dalam penelitian ini diupayakan media poster dapat menjadi pionir inovasi media lainnya yang bisa diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


(1)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono (2011, hlm. 233) mendeskripsikan wawancara semiterstruktur sebagai berikut:

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

Alasan yang mendasari peneliti menggunakan teknik wawancara tersebut agar setiap responden dapat memberikan informasi secara lebih terbuka. Keunggulan dari wawancara semiterstruktur ini adalah tujuan dari wawancara lebih terfokus, data yang diperoleh lebih mudah diolah, dan agar narasumber lebih bebas mengemukakan apa yang diketahuinya. Wawancara dilakukan secara terbuka yang dilengkapi dengan susunan atau daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Alasan tersbut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Creswell (2010, hlm. 267) bahwa:

Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview

(wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri enam sampai delapan partisipan per kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para pasrtisipan.

Wawancara digunakan peneliti sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada Pembantu Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yaitu Bapak Hana Juhana, S.Pd., Pembantu Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana yaitu Bapak Drs. Cucu Suhendar, Guru Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Ibu Dra. Hj. Titin Kartini dan siswa-siswi kelas X MIA-6.


(2)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Bogdan (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 240) bahwa:

in most tradition of qualitative research, the phrase personal document in used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describe his or her own action, experience and belief.

Sedangkan Sugiyono (2011, hlm. 240) menjelaskan bahwa “hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang

telah ada”.

Lebih lanjut Creswell (2010, hlm. 267) mengemukakan bahwa “selama

penelitian, peneliti bisa mengumpulkan dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen private (buku harian, diary, surat, email). Hal tersebut sejalan dengan

yang diungkapkan Nasution (2003, hlm. 89) bahwa “dokumen terdiri atas tulisan

pribadi seperti surat-surat, buku harian dan dokumen resmi. Selanjutnya Danial

dan Warsiah (2009, hlm. 79) mengemukakan bahwa “studi dokumentasi adalah

pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi

sesuai dengan masalah penelitian”.

Dari berbagai pendapat para ahli di atas, peneliti merasa bahwa studi dokumentasi dibutuhkan guna melengkapi data dari hasil observasi dan wawancara, sehingga didapatkan data yang teruji kredibilitasnya. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan studi dokumentasi terhadap berbagai dokumen yang terdapat di lapangan seperti profil sekolah, catatan peneliti di lapangan, dan foto-foto pada saat pelaksanaan penelitian.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari dan mengkaji buku-buku, dan sumber bacaan lainnya yang relevan dengan masalah yang dikaji oleh peneliti. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara


(3)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membaca, mempelajari, dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan penggunaan media pembelajaran terutama media poster dalam proses pembelajaran. Studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoretis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang digunakan dalam penelitian ini.

Menurut Danial dan Warsiah (2009, hlm. 80), menjelaskan bahwa “studi

kepustakaan adalah teknik penelitian dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, artikel, dan lain-lain yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini peneliti gunakan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan penelitian”.

E. Analisis Data

Terdapat sejumlah tahapan umum yang dijelaskan oleh peneliti untuk mendeskripsikan secara menyeluruh mengenai aktivitas analisis data penelitian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Creswell (2010, hlm. 274) bahwa:

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Maksudnya, analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.

Lebih lanjut Creswell (2010, hlm. 245) menjelaskan bahwa “analisis data

kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan buku-buku ilmiah sering kali menjadi model analisis yang umum digunakan”. Melalui model analisis tersebut, peneliti mengumpulkan data kualitatif, kemudian menganalisisnya berdasarkan tema-tema atau perspektif tertentu.

Miles dan Huberman (1992, hlm. 16-18) mengemukakan bahwa “teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi”. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.

Berikut adalah bagan mengenai komponen-komponen analisis data menurut Miles dan Huberman (1992, hlm. 20)


(4)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

Komponen-komponen Analisis Data (Sumber: Miles dan Huberman, 1992, hlm. 20)

Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi Data

Sugiyono (2011, hlm. 247) menjelaskan bahwa “reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya”. Merujuk dari pendapat di atas, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya, serta mencari kembali apabila diperlukan.

Pendapat yang sama dikemukakan Nasution (2003, hlm. 128) yang menjelaskan bahwa:

Data yang diperoleh di lapangan akan terus bertambah sehingga akan menyulitkan jika dianalisis sejak awal. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, dan dicari tema atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan. Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas relevan dengan kondisi di lapangan yang sering dijumpai dalam penelitian, setelah peneliti melakukan

Pengumpulan data

Reduksi data

Kesimpulan: Penarikan/verifikasi

Penyajian data


(5)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian data yang diperoleh semakin banyak, kompleks dan rumit. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis melalui reduksi data. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, serta mencari kembali apabila diperlukan.

2. Penyajian Data

Langkah yang ditempuh selanjutnya setelah data direduksi, yakni menyajikan

data. Sugiyono (2011, hlm. 249) menjelaskan bahwa “dalam penelitian kualitatif,

penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya”. Sedangkan Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 249) mengemukakan “the most frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”.

Sejalan dengan pendapat di atas Nasution (2003, hlm. 128) mengungkapkan bahwa:

Data yang bertumpuk dan laporan yang tebal akan sulit dipahami. Oleh karena itu, agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matrik, uraian singkat,

network, chart dan grafik.

Penyajian data dilakukan dengan menyusun sekumpulan informasi yang diperoleh sehingga dapat menarik kesimpulan. Penyajian data selanjutnya dilakukan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan dilaksanakan setelah proses klasifikasi dan penyajian data dilaksanakan. Kesimpulan awal yang dikumpulkan masih bersifat sementara, yang kemudian akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Kesimpulan yang dikumpulkan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan akurat, maka kesimpulan yang dikumpulkan dapat dikatakan bahwa kesimpulan tersebut kesimpulan yang kredibel.


(6)

Jenal Mutaqin, 2015

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Sebagaimana

dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm. 130) bahwa “kesimpulan itu mula-mula sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih “Grounded”. Selama penelitian berlangsung, senantiasa diharuskan memverifikasi data agar lebih menjamin validitas penelitian dan dapat dirumuskan kesimpulan akhir yang akurat. Langkah verfikiasi ini dilakukan peneliti dengan maksud untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan agar mencapai kesimpulan yang tepat.

F. Isu Etik

Suatu penelitian dapat dikatakan efektif dan efisien apabila memiliki isu etik sebagai tolak ukur komprehensif tidaknya penelitian tersebut. Peneliti merasa perlu menggunakan isu etik dalam penelitian ini untuk menguatkan data yang diperoleh semakin akurat dan valid. Hal lain yang mendasari penggunaan isu etik dalam penelitian ini yaitu karena penelitian ini melibatkan manusia sebagai subjek penelitiannya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca dari berbagai kalangan masyarakat. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan pertimbangan potensi dampak negatif secara fisik dan psikologis yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Dilihat dari berbagai perspektif, penelitian ini membawa dampak positif bagi pengembangan media dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui penelitian ini guru sebagai ujung tombak pendidikan mendapatkan referensi untuk semakin memaksimalkan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, dalam penelitian ini diupayakan media poster dapat menjadi pionir inovasi media lainnya yang bisa diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.