HI-Tanggung Jawab Negara
TANGGUNG JAWAB NEGARA
(STATE RESPONSIBILITY)
6 Desember 2006
SISTEMATIKA
Pendahuluan
– Prinsip-prinsip penting
Macam-macam tanggung jawab negara
– Tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum
– Tanggung jawab atas pelanggaran perjanjian
Teori-teori penentuan kesalahan
Pengecualian terhadap prinsip tanggung jawab
negara
Tanggung jawab negara dalam hal:
– Ekspropriasi
– Perlindungan dan pelestarian lingkungan
PENDAHULUAN
Tanggung jawab negara vis-à-vis kedaulatan negara
– Berdasarkan hukum int’l suatu negara dapat diminta
pertanggungjawaban untuk tindakan-tindakannya yang
menyalahgunakan kedaulatannya
– Tidak ada satu negara pun yang dapat menikmati hak-haknya
tanpa menghormati hak-hak negara lain
Judge Huber, dalam kasus “Spanish Zone of Morocco
Claims”, 1925:
“…responsibility is the necessary corollary of a right. All rights of an
international character involve international responsibility”
Kasus “Chorzów Factory” (Jerman v. Polandia), 1928:
“…it is a principle of international law, and even a general conception
of law that any breach of an engagement involves an obligation to
make reparation”
PENDAHULUAN
Karakteristik tanggung jawab negara tergantung
dari:
– Adanya suatu kewajiban hukum internasional yang
berlaku antara dua negara tertentu;
– Adanya suatu perbuatan melanggar hukum atau
kelalaian yang melanggar kewajiban tersebut dan
melahirkan tanggung jawab negara;
– Adanya kerusakan atau kerugian sebagai akibat
tindakan melanggar hukum atau kelalaian
(Shaw, 1999)
PENDAHULUAN
ILC Draft on Responsibility of States for
Internationally Wrongful Acts (2001)
–
Merupakan upaya ILC untuk mengkodifikasi prinsipprinsip tanggung jawab negara
Beberapa prinsip penting:
–
–
Art.1: Every internationally wrongful act of a State
entails the international responsibility of that State
Art.2: Elements of an internationally wrongful act of a
State
(a) Attributable to the State under international law; and
(b) Constitutes a breach of an international obligation of the State
PENDAHULUAN
Kasus “Corfu Channel ” (UK v. Albania), 1949:
“… These grave omissions involve the international responsibility of
Albania. The Court therefore reaches the conclusion that Albania is
responsible under international law for the damage and loss of
human life which resulted from …, and there is a duty upon Albania
to pay compensation to the United Kingdom”
Kasus “US Diplomatic and Consular Staff in Tehran” (US v.
Iran), 1980:
“… Its plain duty was at once to make every effort, and to take every
appropriate step, to bring these flagrant infringements of the
inviolability of the premises, archives and diplomatic and consular
staff of the United States to a speedy end… and in general to reestablish the status quo and to offer reparation for the damage”
“… No such step was, however, taken by the Iranian authorities…”
MACAM-MACAM
TANGGUNG JAWAB NEGARA
Perbuatan melawan hukum (delictual liability)
– Eksplorasi ruang angkasa Convention on International Liability
for Damage caused by Space Objects, 1972
– Eksplorasi nuklir Vienna Convention on Civil Liability, 1963
– Kegiatan-kegiatan lintas batas (transboundary)
Terkait dengan tanggung jawab negara di bidang lingkungan
Pelanggaran perjanjian (contractual liability)
– Pelanggaran terhadap perjanjian antar negara, misalnya pacta sunt
servanda
– Pelanggaran terhadap kontrak, misalnya di bidang penanaman
modal asing
Terkait dengan masalah ekspropriasi
TEORI-TEORI
PENENTUAN KESALAHAN
Teori subjektif
– Tanggung jawab negara ditentukan adanya unsur keinginan atau
maksud untuk melakukan suatu perbuatan (kesengajaan/ dolus)
atau kelalaian (culpa) pada pejabat atau agen negara yang
bersangkutan
Teori objektif
– Pada saat tindakan melawan hukum telah terjadi, yang
menyebabkan kerugian dan dilakukan oleh pejabat atau agen
negara, negara tersebut bertanggung jawab menurut hukum
internasional tanpa perlu dibuktikan apakah tindakan tersebut
mengandung unsur kesalahan atau kelalaian
– Verzijl dalam Kasus “Caire”, 1929:
“… the doctrine of the objective responsibility of States that is to say, a
responsibility for those committed by its officials or its organs, and
which they are bound to perform, despite the absence of fault on their
part…”
PENGECUALIAN TERHADAP
TANGGUNG JAWAB NEGARA
Beberapa kemungkinan pengecualian:
– Lihat ILC Draft 2001, Articles 20-27:
Art. 20: Consent
Art. 21: Self-defence
Art. 22: Countermeasures in respect of an internationally
wrongful act
Art. 23: Force majeure
Art. 24: Distress
Art. 25: Necessity
Art. 26: Compliance with peremptory norms
Art. 27: Consequences of invokint a circumstance precluding
wrongfulness
EKSPROPRIASI
Apa itu ekspropriasi?
– Pengambilalihan suatu kekayaan sebagai akibat dari
kedaulatan yang dimiliki suatu negara
– Dikenal juga dengan istilah: “confiscation”, “takings”,
“nationalisation”
Mengapa ekspropriasi?
– Perwujudan kedaulatan negara, khususnya kedaulatan
mutlak atas SDA
Pembatasan (Jennings & Watts, 1996)
–
–
–
–
Tidak boleh sewenang-wenang
Untuk kepentingan umum
Non-diskrimniasi
Disertai pembayaran kompensasi
HUKUM INT’L TENTANG
EKSPROPRIASI
Tinjauan umum
– Tidak selalu jelas; tergantung pada kasus dan bagaimana pengadilan
menginterpretasikan hukum yang berlaku
Review: Sumber hukum int’l
– Pasal 38 Ayat (1) Statuta Mahkamah Int’l
– Putusan pengadilan merupakan satu-satunya sumber yang paling
memungkinkan untuk menemukan hukum int’l tentang ekspropriasi
Peran pengadilan
– Menentukan definisi ekspropriasi (“Harza Engineering”; “TAMS-AFFA”)
– Kekayaan (“AMOCO”)
– Perhitungan kompensasi (“AMOCO”)
Jumlah kompensasi merupakan masalah yang paling
banyak diperdebatkan
PEMBAYARAN KOMPENSASI
DALAM EKSPROPRIASI
Kasus “Chorzow Factory” (1928)
– “Lawful” “Fair compensation”
– “Unlawful” “Restitutio in integrum”
Resolusi Majelis Umum
– GA Res 1803 (XVII) tentang PSNR
Keperluan publik, keamanan, atau kepentingan nasional
Kompensasi yang “sesuai” (“appropriate”)
Sesuai dengan aturan negara yang mengekspropriasi dan hukum
int’l
– GA Res 3281 (XXIX) tentang CERDS
Tidak menyebutkan “keperluan publik” dan tidak mengacu pada
“hukum int’l”
“Hull Formula”
– Segera (“prompt”)
– Efektif (“effective”)
– Cukup (“adequate”)
IRAN-US CLAIMS TRIBUNAL:
KASUS “AMOCO”
Prinsip-prinsip penting:
– Ekspropriasi harus didasarkan pada
Kepentingan publik
Tidak boleh diskriminatif
– Kekayaan (property) mencakup:
Aset yang nyata (tangible)
Aset yang tidak nyata (intangible)
– Perhitungan kompensasi
“Going concern value” untuk ekspropriasi yang sah
“Lucrum cessans”/ “Restitutio in integrum untuk ekspropriasi
yang tidak sah
TANGGUNG JAWAB NEGARA
DI BIDANG LINGKUNGAN
Rio Declaration on Environment and Development, 1992:
“States have, in accordance with the Charter of the United Nations
and the principles of international law, the sovereign right to explore
their own resources pursuant to their own environmental and
developmental policies, and the responsibility to ensure that
activities within their jurisdiction or control do not cause damage to
the environment of other States or of areas beyond the limits of
national jurisdiction”
Kewajiban negara
–
–
–
–
Tidak menyebabkan kerusakan lingkungan lintas batas
Kerjasama
Prinsip kehati-hatian
Keadilan inter-generasi
(STATE RESPONSIBILITY)
6 Desember 2006
SISTEMATIKA
Pendahuluan
– Prinsip-prinsip penting
Macam-macam tanggung jawab negara
– Tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum
– Tanggung jawab atas pelanggaran perjanjian
Teori-teori penentuan kesalahan
Pengecualian terhadap prinsip tanggung jawab
negara
Tanggung jawab negara dalam hal:
– Ekspropriasi
– Perlindungan dan pelestarian lingkungan
PENDAHULUAN
Tanggung jawab negara vis-à-vis kedaulatan negara
– Berdasarkan hukum int’l suatu negara dapat diminta
pertanggungjawaban untuk tindakan-tindakannya yang
menyalahgunakan kedaulatannya
– Tidak ada satu negara pun yang dapat menikmati hak-haknya
tanpa menghormati hak-hak negara lain
Judge Huber, dalam kasus “Spanish Zone of Morocco
Claims”, 1925:
“…responsibility is the necessary corollary of a right. All rights of an
international character involve international responsibility”
Kasus “Chorzów Factory” (Jerman v. Polandia), 1928:
“…it is a principle of international law, and even a general conception
of law that any breach of an engagement involves an obligation to
make reparation”
PENDAHULUAN
Karakteristik tanggung jawab negara tergantung
dari:
– Adanya suatu kewajiban hukum internasional yang
berlaku antara dua negara tertentu;
– Adanya suatu perbuatan melanggar hukum atau
kelalaian yang melanggar kewajiban tersebut dan
melahirkan tanggung jawab negara;
– Adanya kerusakan atau kerugian sebagai akibat
tindakan melanggar hukum atau kelalaian
(Shaw, 1999)
PENDAHULUAN
ILC Draft on Responsibility of States for
Internationally Wrongful Acts (2001)
–
Merupakan upaya ILC untuk mengkodifikasi prinsipprinsip tanggung jawab negara
Beberapa prinsip penting:
–
–
Art.1: Every internationally wrongful act of a State
entails the international responsibility of that State
Art.2: Elements of an internationally wrongful act of a
State
(a) Attributable to the State under international law; and
(b) Constitutes a breach of an international obligation of the State
PENDAHULUAN
Kasus “Corfu Channel ” (UK v. Albania), 1949:
“… These grave omissions involve the international responsibility of
Albania. The Court therefore reaches the conclusion that Albania is
responsible under international law for the damage and loss of
human life which resulted from …, and there is a duty upon Albania
to pay compensation to the United Kingdom”
Kasus “US Diplomatic and Consular Staff in Tehran” (US v.
Iran), 1980:
“… Its plain duty was at once to make every effort, and to take every
appropriate step, to bring these flagrant infringements of the
inviolability of the premises, archives and diplomatic and consular
staff of the United States to a speedy end… and in general to reestablish the status quo and to offer reparation for the damage”
“… No such step was, however, taken by the Iranian authorities…”
MACAM-MACAM
TANGGUNG JAWAB NEGARA
Perbuatan melawan hukum (delictual liability)
– Eksplorasi ruang angkasa Convention on International Liability
for Damage caused by Space Objects, 1972
– Eksplorasi nuklir Vienna Convention on Civil Liability, 1963
– Kegiatan-kegiatan lintas batas (transboundary)
Terkait dengan tanggung jawab negara di bidang lingkungan
Pelanggaran perjanjian (contractual liability)
– Pelanggaran terhadap perjanjian antar negara, misalnya pacta sunt
servanda
– Pelanggaran terhadap kontrak, misalnya di bidang penanaman
modal asing
Terkait dengan masalah ekspropriasi
TEORI-TEORI
PENENTUAN KESALAHAN
Teori subjektif
– Tanggung jawab negara ditentukan adanya unsur keinginan atau
maksud untuk melakukan suatu perbuatan (kesengajaan/ dolus)
atau kelalaian (culpa) pada pejabat atau agen negara yang
bersangkutan
Teori objektif
– Pada saat tindakan melawan hukum telah terjadi, yang
menyebabkan kerugian dan dilakukan oleh pejabat atau agen
negara, negara tersebut bertanggung jawab menurut hukum
internasional tanpa perlu dibuktikan apakah tindakan tersebut
mengandung unsur kesalahan atau kelalaian
– Verzijl dalam Kasus “Caire”, 1929:
“… the doctrine of the objective responsibility of States that is to say, a
responsibility for those committed by its officials or its organs, and
which they are bound to perform, despite the absence of fault on their
part…”
PENGECUALIAN TERHADAP
TANGGUNG JAWAB NEGARA
Beberapa kemungkinan pengecualian:
– Lihat ILC Draft 2001, Articles 20-27:
Art. 20: Consent
Art. 21: Self-defence
Art. 22: Countermeasures in respect of an internationally
wrongful act
Art. 23: Force majeure
Art. 24: Distress
Art. 25: Necessity
Art. 26: Compliance with peremptory norms
Art. 27: Consequences of invokint a circumstance precluding
wrongfulness
EKSPROPRIASI
Apa itu ekspropriasi?
– Pengambilalihan suatu kekayaan sebagai akibat dari
kedaulatan yang dimiliki suatu negara
– Dikenal juga dengan istilah: “confiscation”, “takings”,
“nationalisation”
Mengapa ekspropriasi?
– Perwujudan kedaulatan negara, khususnya kedaulatan
mutlak atas SDA
Pembatasan (Jennings & Watts, 1996)
–
–
–
–
Tidak boleh sewenang-wenang
Untuk kepentingan umum
Non-diskrimniasi
Disertai pembayaran kompensasi
HUKUM INT’L TENTANG
EKSPROPRIASI
Tinjauan umum
– Tidak selalu jelas; tergantung pada kasus dan bagaimana pengadilan
menginterpretasikan hukum yang berlaku
Review: Sumber hukum int’l
– Pasal 38 Ayat (1) Statuta Mahkamah Int’l
– Putusan pengadilan merupakan satu-satunya sumber yang paling
memungkinkan untuk menemukan hukum int’l tentang ekspropriasi
Peran pengadilan
– Menentukan definisi ekspropriasi (“Harza Engineering”; “TAMS-AFFA”)
– Kekayaan (“AMOCO”)
– Perhitungan kompensasi (“AMOCO”)
Jumlah kompensasi merupakan masalah yang paling
banyak diperdebatkan
PEMBAYARAN KOMPENSASI
DALAM EKSPROPRIASI
Kasus “Chorzow Factory” (1928)
– “Lawful” “Fair compensation”
– “Unlawful” “Restitutio in integrum”
Resolusi Majelis Umum
– GA Res 1803 (XVII) tentang PSNR
Keperluan publik, keamanan, atau kepentingan nasional
Kompensasi yang “sesuai” (“appropriate”)
Sesuai dengan aturan negara yang mengekspropriasi dan hukum
int’l
– GA Res 3281 (XXIX) tentang CERDS
Tidak menyebutkan “keperluan publik” dan tidak mengacu pada
“hukum int’l”
“Hull Formula”
– Segera (“prompt”)
– Efektif (“effective”)
– Cukup (“adequate”)
IRAN-US CLAIMS TRIBUNAL:
KASUS “AMOCO”
Prinsip-prinsip penting:
– Ekspropriasi harus didasarkan pada
Kepentingan publik
Tidak boleh diskriminatif
– Kekayaan (property) mencakup:
Aset yang nyata (tangible)
Aset yang tidak nyata (intangible)
– Perhitungan kompensasi
“Going concern value” untuk ekspropriasi yang sah
“Lucrum cessans”/ “Restitutio in integrum untuk ekspropriasi
yang tidak sah
TANGGUNG JAWAB NEGARA
DI BIDANG LINGKUNGAN
Rio Declaration on Environment and Development, 1992:
“States have, in accordance with the Charter of the United Nations
and the principles of international law, the sovereign right to explore
their own resources pursuant to their own environmental and
developmental policies, and the responsibility to ensure that
activities within their jurisdiction or control do not cause damage to
the environment of other States or of areas beyond the limits of
national jurisdiction”
Kewajiban negara
–
–
–
–
Tidak menyebabkan kerusakan lingkungan lintas batas
Kerjasama
Prinsip kehati-hatian
Keadilan inter-generasi