tanggung jawab Negara terhadap kejahatan

1. Hong Kong
Selama tahun 1960 sampai awal 1970-an, Hong Kong pernah dijuluki sebagai
tempat terkorup sejagat, bahkan korupsi dianggap sebagai gaya hidup waktu itu.
Tetapi, sekarang, Hong Kong sering dipandang sebagai salah satu masyarakat yang
paling bebas korupsi di dunia. Hal ini ditengarai akibat berdirinya lembaga
pembasmi korupsi yang dinamai ICAC (Independent Commission against Corruption)
pada tahun 1974. ICAC mengadopsi three-pronged strategy yang terdiri dari
pencegahan, pemberantasan, dan pendidikan. Dari ketiga sektor itu, ICAC
menghabiskan 70% sumber dayanya pada operasi pemberantasan. ICAC sadar
bahwa mengandalkan satu lembaga saja tidak akan bisa menyelesaikan masalah
korupsi. Karena itu, mereka juga menjalin kemitraan dengan beberapa agensi
pemerintah, komunitas bisnis, media massa, institusi pendidikan, LSM, sampai
jaringan internasional.
2. Georgia
Negara yang berada di persimpangan antara Eropa Timur dan Asia Barat ini tidak
punya kekuatan ekonomi yang luar biasa. Total GDP-nya bahkan tidak masuk ke
dalam peringkat 100 besar dunia. Namun, kegigihannya dalam memberantas
korupsi membuat namanya menggaung di dunia internasional. Pada tahun 2003,
Corruption Perception Index (CPI) Georgia hanya menduduki peringkat ke-124 dunia.
Dua belas tahun kemudian, peringkatnya meroket ke posisi 48, mengalahkan
Indonesia. Sejak Pemilu Legislatif tahun 2003 dan Pemilu Presiden tahun 2004 yang

memenangkan Mikhail Saakashvili dengan perolehan lebih dari 90% suara, Georgia
melakukan reformasi besar-besaran dalam beberapa bidang, yaitu penggantian
personel polisi lalu lintas, reformasi pajak dengan memanfaatkan teknologi daring,
memperbaiki sektor energi dengan memberikan kekuasaan dan insentif lebih bagi
staf mereka dalam menagih biaya listrik, mereformasi administrasi publik dengan
menerapkan pelayanan satu pintu dan memotong biaya regulasi bisnis, membenahi
pelayanan pemerintah daerah, dan memotong tarif impor.
3. Rwanda
Masyarakat awam lebih mengenal Rwanda sebagai tempat terjadinya genosida
suku Tutsi oleh suku Hutu yang menelan lebih dari setengah juta korban jiwa. Tetapi,
sedikit yang tahu bahwa Rwanda punya prestasi yang luar biasa dalam
memberantas korupsi. Pada tahun 2007, Freedom House menganugerahi Rwanda
sebagai negara yang korupsinya paling sedikit di antara negara Afrika lainnya.
Perubahan ini berakar dari visi ekonomi Presiden Rwanda Paul Kagame yang tertulis
secara resmi dalam dokumen yang disebut Rwanda Vision 2020. Presiden Kagame
ingin menjadikan investasi di Rwanda dikendalikan oleh visi jangka panjang demi
pembangunan ekonomi daripada sekadar mengejar keuntungan pribadi. Lebih
spesifik, visi ini diterjemahkan dalam misi-misi seperti menyentralisasi rente hasil
ekstraksi SDA, menguatkan kerangka institusional dan hukum, meningkatkan
efektifitas pemerintah dengan mengefisienkan prosedur administratif dan

memotong kontrol birokrasi.
4. Liberia
Pada tahun 2005, Liberia masih berada di urutan yang sama dengan Indonesia
dalam CPI, yaitu peringkat 137 dengan skor 2.2. Tahun 2012, Liberia mencetak skor

CPI tertingginya yaitu 41. Sedangkan, Indonesia masih belum mampu tembus ke
angka 40-an sampai tahun 2015 lalu. Liberia menjadi cukup terkenal dalam
pemberantasan korupsi di masa Ellen Johnson Sirleaf berkuasa di tahun 2006.
Presiden perempuan pertama Liberia ini mendirikan Komisi Anti Korupsi Liberia dan
merestrukturisasi Komisi Audit Umum negaranya. Tindakannya yang paling terkenal
adalah menonaktifkan anaknya sendiri, Charles Sirleaf, yang bekerja sebagai Deputi
Gubernur Bank Sentral Liberia karena enggan melaporkan aset yang dimilikinya.
5. Singapura
Singapura sudah tidak diragukan lagi prestasinya dalam memberangus korupsi.
Menjadi satu-satunya negara Asia yang duduk di sepuluh besar negara yang paling
tidak korup di dunia selama puluhan tahun membuatnya menjadi primadona bagi
para penulis artikel tentang korupsi di Asia agar bisa dijadikan tauladan. Namun,
Singapura tidak begitu saja menjelma menjadi negara Asia paling antikorupsi. Ada
proses panjang di baliknya. Sejak kemerdekaannya, Singapura menghadapi
masalah korupsi yang pelik. Singapura sudah punya Corrupt Practices Investigation

Bureau (CPIB) yang bertugas untuk memberantas korupsi ketika masih dijajah oleh
Inggris. Namun, CPIB ini tidak menghasilkan dampak yang signifikan sampai adanya
restrukturisasi pada tahun 1970-an yang memberi mereka kuasa yang luar biasa
dalam menumpas korupsi. Selain CPIB, Singapura juga memiliki Framework of
Corruptional Control yang menjadi inti dan panduan dalam kampanye antikorupsi
mereka. FCC terdiri dari 4 pilar (4A), yaitu Act (Undang-Undang/Hukum), Agensi,
Ajudikasi, dan Administrasi. Usaha-usaha tersebut berhasil mengurangi tingkat
korupsi dan menarik investor ke Singapura yang menjadikannya sebagai satusatunya negara maju di Asia Tenggara.
Jika lima negara di atas yang banyak di antaranya tidak lebih maju dari Indonesia
bisa melakukan reformasi yang signifikan dalam pemberantasan korupsi,
seharusnya, Indonesia mampu melakukan yang jauh lebih baik. Tetapi, kenapa
justru Indonesia sulit sekali mendapat skor CPI yang bagus? Apa itu CPI, kenapa CPI
ini penting dalam menilai kinerja penumpasan korupsi di suatu negara? Apa
langkah-langkah yang bisa kita lakukan agar Indonesia bisa meningkatkan skor CPInya? Semua jawaban atas pertanyaan itu bisa kamu temukan di Seminar Nasional
Anti-Corruption and Democray Outlook 2016 yang diadakan oleh Transparency
International Indonesia dan Selasar tanggal 15 Maret 2016 ini.