karo

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang beberapa tahun terakhir ini. Industri pariwisata banyak dikembangkan dibelahan dunia karena pariwisata itu sendiri dapat memberikan keuntungan seperti meningkatkan pendapatan negara atau devisa, karena pada dasarnya tingkat kunjungan wisatawan suatu negara akan mempengaruhi devisa negara terebut. Semakin banyak jumlah kunjungan wisatawan suatu negara maka devisa yang dihasilkan juga semakin banyak tentunya. Selain dari meningkatkan perekonomian suatu daerah pariwisata juga dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi kemiskinan serta memberikan lapangan kerja baru. Pariwisata sendiri juga merupakan sumber devisa terbesar bagi negara-negara berkembang. Salah satu Negara berkembang yang sumber devisa terbesarnya adalah pariwisata yaitu Indonesia.

Indonesia pada saat ini telah berupaya dalam proses pengembangan pariwisata. Upaya tersebut dapat kita lihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang terus meningkat setiap tahunnya. Indonesia memiliki banyak potensi wisata, mulai dari keindahan alam sampai keanekaragaman budaya yang dapat menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung ke Indonesia. Perkembangan pariwisata di Indonesia tentu sangat berpengaruh bagi Indonesia sendiri dimana Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia Tenggara


(2)

yang sumber pendapatan devisa terbesarnya yaitu melalui sektor pariwisata tersebut. Upaya pengembangan pariwisata ini juga terlihat pada kebijakan-kebijakan dasar pembangunan pariwisata yang dimuat dalam GBHN 1993 yang mencantumkan bahwa pariwisata merupakan unsur penting yang mengemban tugas-tugas pokok untuk menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar pemasukan devisa Negara.

Pembinaan dan pengembangan kepariwisataan juga ditujukan untuk melestarikan kualitas kebudayaan bangsa dan memperkenalkan budaya bangsa itu sendiri ke dunia luar. Indonesia sendiri terdiri dari banyak suku bangsa dengan adat dan budaya yang beraneka ragam. Setiap daerah di Indonesia memiliki adat dan budaya yang tentunya berbeda dengan daerah lain yang menjadikan setiap daerah tersebut memiliki keunikan tersendiri. Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), khususnya Bab VII tentang pembangunan Sosial dan Budaya ditetapkan bahwa pembangunan kebudayaan pariwisata dilaksanakan melalui pelestarian dan pengembangan kebudayaan dan Program Pengembangan Kebudayaan adalah menanamkan nilai-nilai budaya bangsa dalam rangka menumbuhkan pemahaman dan penghargaan masyarakat kepada warisan budaya bangsa, keragaman budaya dan tradisi, meningkatkan kualitas berbudaya masyarakat, menumbuhkan sikap kritis terhadap nilai-nilai budaya dan memperkokoh ketahanan budaya. Seperti halnya Indonesia


(3)

yang mengungunggulkan budaya dalam sektor pariwisata sama halnya dengan Sumatera Utara yang memiliki beragam budaya.

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera dengan ibukota Medan. Dalam perkembangan pariwisata Indonesia, Sumatera Utara merupakan salah satu tujuan pariwisata yang memiliki banyak daya tarik wisata. Sumatera Utara memiliki banyak daya tarik wisata alam, buatan dan juga situs peninggalan sejarah juga masih bisa kita temukan di daerah tersebut. Kabupaten Karo menjadi salah satu daerah tujuan wisata andalan di Sumatera Utara dengan pusat kepariwisataan yaitu Kota Berastagi yang berjarak sekitar 66 KM dari Medan yaitu ibukota provinsi, 130 KM dari Bandara Internasional Kuala Namu11 KM dan 11 KM dari Kota Kabanjahe yang menjadi pusat pemerintahan. Kabupaten Karo terletak pada dataran tinggi jajaran Pegunungan Bukit Barisan yang secara geografis terletak pada posisi 020-50’-030-19’ Lintang Utara dan 97055’-98038’ Bujur Timur pada ketinggian 140-1400 M diatas permukaan laut. Ditinjau dari batas wilayah Kabupaten Karo memiliki empat wilayah penyangga sebagai batas wilayah, yaitu :

Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Deli Serdang Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Toba Samosir Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Simalungun Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara

Dataran tinggi Karo memiliki bentang alam pegunungan dengan udara yang sejuk dengan berbagai daya tarik wisata alam yang indah serta didukung dengan budaya yang beraneka ragam tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Potensi


(4)

kepariwisataan Kabupaten Karo tercatat di Departemen Pariwisata Kabupaten Karo, antara lain : (Disparda Kab. Karo)

1. Wisata alam yaitu panorama atau keindahan alam (danau, gunung berapi dan pemandian air panas)

2. Agrowisata (kebun jeruk, bunga, dan sayuran)

3. Wisata kuliner/souvenir (pasar buah dan pasar tradisional )

4. Wisata Budaya ( desa budaya, pakaian adat, rumah adat tradisional karo) 5. Peninggalan sejarah (puntungan meriam putri hijau, dan museum peninggalan

sejarah serta bangunan peninggalan zaman penjajahan Belanda) 6. Wisata minat khusus (lintas alam, arung jeram, pendakian) 7. Atraksi wisata (tarian daerah, pesta dan upacara adat)

Berikut merupakan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Karo dalam tabel : Tabel 1.1

Daya Tarik Wisata di Kabupaten Karo No JENIS DAN NAMA DAYA

TARIK WISATA

LOKASI

DESA KECAMATAN

A. WISATA ALAM

1. Air Terjun Sikulikap Doulu Berastagi

2. Panorama Doulu Doulu Berastagi

3. Taman Mejuah-Juah Berastagi Gundaling II Berastagi 4. Bukit Gundaling Gundaling I Berastagi


(5)

6. Tahura Dolat Rakyat Dolat Rakyat 7. Lau Debuk-Debuk Semangat gunung Merdeka 8. Air Panas Alam Semangat Gunung Semangat Gunung Merdeka

9. Gunung Sibayak Jaranguda Merdeka

10. Danau Lau Kawar K.Gugung Naman teran

11. Gunung Sinabung Sigarang-garang Naman Teran

12. Uruk Tuhan Bakerah Naman Teran

13. Gua Liang Dahar Lau Buluh Kutabuluh

14. Air Terjun Blingking Mburidi Kutabuluh 15. Air Terjun Sipiso-Piso Pengambaten Merek 16. Tongging Sikodon-kodon Tongging Merek

17. Taman Simalem Tongging Merek

18. Gunung Sipiso-Piso Situnggaling Merek 19. Gua Ling-Ling Gara Kuta Pengkih Mardingding 20. Padang Penggembala Nodi Mbal-Mbal

Petarum

Laubaleng

21. Gunung Barus Basam Barusjahe

22. Gua Raci Basam Barusjahe

B. AGROWISATA

1. Agrowisata Tanaman Pangan dan Perkebunan (Hamparan Padi, Kopi, dll)


(6)

2. Agrowisata Buah-Buahan (kebun jeruk, Markisa, dll)

Menyebar di Setiap kecamatan

3. Agrowisata Sayur-Sayuran (Kebun Kol, Wortel, dll)

4 Agrowisata Bunga-Bungaan Menyebar di Kecamatan Berastagi dan Simpang Empat

C. WISATA KULINER & SOUVENIR

1. Pasar Tradisional Berastagi Berastagi Berastagi 2. Pasar Buah Berastagi Berastagi Berastagi 3. Pasar Bunga Berastagi Berastagi & Raya Berastagi

4. Pasar Buah Dokan Dokan Merek

D. WISATA BUDAYA

1. Desa Budaya Peceren Peceren Berastagi

2. Desa Budaya Lingga Lingga Simpang Empat

3. Desa Budaya Dokan Dokan Merek

E. PENINGGALAN SEJARAH

1. Puntungan Meriam Putri Hijau Sukanalu Tiga Panah 2. Legenda (Cerita Rakyat) Menyebar di setiap kecamatan F. WISATA MINAT KHUSUS

1. Arung Jeram / rafting Aliran DAS Lau Biang dari Desa Limang-Perbesi-Bintang Meriah


(7)

3. Lintas alam / tracking a. Rute perjalanan Berastagi & Bandar Baru melalui Gunung Barus, dimulai dari Desa Basam (6 KM dari Berastagi)

b. Rute perjalanan Berastagi-Bukit Lawang

c. Rute Perjalanan Berastagi ke Semangat Gunung (pemandian air panas) dimulai dari Desa Lau Gumba 3. Hiking Gunung Sibayak

(Desa Jaranguda)

Merdeka

Gunung Sinabung (Desa Sigarang-garang)

Naman Teran

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kabupaten Karo (2015)

Berdasarkan tabel 1.1 diatas maka Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang menjadi andalan di Sumatera Utara. Kabupaten Karo sendiri ada tiga desa yang menjadi daya tarik wisata budaya yakni Desa Peceren, Desa Dokan, Desa Lingga, ketiga desa tersebut merupakan situs peninggalan sejarah budaya Karo dan sekarang menjadi desa budaya. Daya tarik utama yang ada di desa tersebut adalah Rumah Adat Tradisional Karo atau disebut Rumah Siwaluh Jabu dan didukung dengan beberapa atraksi lainnya.


(8)

Kabupaten Karo memiliki gunung merapi tertinggi di Sumatera Utara yaitu Gunung Sinabung dengan ketinggian 2.451 M diatas permukaan laut. Gunung Sinabung meletus pada Agustus 2010 silam setelah tercatat tidak pernah meletus semenjak tahun 1600. Pada September 2013 Gunung Sinabung kembali meletus dan letusan ini mengakibatkan 21 Desa di sekitar Gunung Sinabung harus diungsikan dan beberapa desa harus di relokasikan. Letusan Gunung Sinabung ini tidak hanya berdampak pada perekonomian dan pertanian Kabupaten Karo tetapi juga berdampak pada sektor pariwisata di Kabupaten Karo. Penutupan beberapa daya tarik wisata merupakan salah satu bukti menurunnya industri pariwisata di Kabupaten Karo.

Tabel 1.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Karo Periode 2009-2015

Tahun Wisatawan Domestik

Wisatawan Mancanegar a (orang)

Jumlah Pertumbu han (%)

2009 434.641 6.491 441.132 -

2010 402.102 5.796 407.898 -2,4

2011 406.245 5.500 411.745 0,9

2012 433.421 5.647 439.068 6,6

2013 380.486 2.711 383.197 -0,8

2014 324.670 1.951 326.621 -0,5

2015 297.101 628 297.729 -1


(9)

Berdasarkan tabel 1.2 diatas maka dapat dilihat pertumbuhan kunjungan wisatawan tidak stabil dan mengalami penurunan yang signifikan mulai pada tahun 2012 sampai pada tahun 2015. Hal tersebut bukan tanpa alasan, salah satu yang mengakibatkan penurunan yang signifikan tersebut adalah karena adanya bencana alam meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.

Salah Satu desa yang berada di Kabupaten Karo dengan potensi pariwisata budaya yang khas adalah Desa Lingga. Desa Lingga merupakan salah satu desa budaya yang ada di Kabupaten Karo dengan radius 15 KM dari Gunung Sinabung. Desa ini merupakan salah satu desa yang menjadi situs sejarah Budaya Karo terlengkap, hal ini terlihat dari adanya peninggalan sejarah seperti Rumah Adat Karo yang berumur ratusan tahun yang masih berdiri dan mejadi daya tarik desa budaya tersebut. Selain dari rumah adat yang masih ada, desa ini juga memiliki satu museum peninggalan dari Suku Karo terdahulu. Berikut merupakan jumlah kunjungan ke Desa Lingga yang menjadi salah satu desa budaya di Kabupaten Karo:

Tabel 1.3

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Desa Lingga

Tahun

Jumlah Kunjungan Wisatawan

(orang)

Pertumbuhan (%)

2010 10.335 -

2011 10.800 4,4

2012 15.383 14,2


(10)

2014 7.170 -49,6

2015 8.235 1,4

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo (2015)

Berdasarkan tabel 1.3 diatas dapat dilihat kunjungan wisatawan yang paling tinggi ada pada tahun 2012 yakni sebanyak 15.383 orang. Tetapi mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2014. Pada umumnya wisatawan yang berkunjung ke Desa Lingga adalah wisatawan domestik dan hanya sebagian kecil yang berasal dari mancanegara.

Seiiring perkembangan jaman banyak orang mulai tidak peduli dengan budaya dan adat istiadat, salah satunya sudah mulai menurunnya kepedulian terhadap Rumah Adat Karo, hal ini dapat terlihat dari orang-orang sudah tidak mau lagi tinggal di rumah adat tersebut dan memilih untuk membangun dan tinggal di rumah modern, sehingga rumah adat tersebut terlantar dan tidak terawat lagi. Rumah Adat Karo yang ada di Desa Peceren sudah roboh akibat tidak ada yang menempati dan merawat rumah tersebut dan beberapa daerah lain yang sudah kehilangan Rumah Adat Karo tersebut. Selain dari semakin minimnya kepedulian dari masyarakat sendiri faktor bencana alam juga berpengaruh terhadap kelestarian Rumah Adat Karo tersebut, letusan Gunung Sinabung yang terjadi pada September 2013 sampai sekarang sangat berdampak pada Rumah Adat Karo tersebut, banyak rumah adat rusak akibat debu vulkanik yang diakibatkan oleh gunung tersebut.

Desa Lingga merupakan desa budaya yang dahulunya merupakan sebuah perkampungan Karo yang seluruh rumah masyarakatnya merupakan Rumah Adat


(11)

Karo dengan sistem kehidupan berlandaskan nilai-nilai budaya dan adat istiadat. Pada awalnya Desa Lingga memiliki jumlah rumah adat yang cukup banyak yakni 29 buah Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu dan karena hal tersebut maka Desa Lingga disebut Kampung Karo, yang pada tahun 2002 jumah ini berkurang drastis dan hanya menyisakan 9 buah Rumah Adat Karo. Penurunan yang drastis juga tidak menjadikan masyarakat dan pemerintah bekerjasama untuk berupaya dalam menjaga kelestarian warisan leluhur itu. Jumlah yang sedikit juga semakin berkurang setiap tahunnya yang kini hanya menyisakan dua Rumah Adat Karo yang ada di Desa Lingga.

Selain dari faktor alam, kurangnya kepedulian masyarakat dan pemerintah lokal juga menjadi alasan mengapa Rumah Adat Karo tersebut semakin berkurang setiap tahunnya. Jumlah yang semakin berkurang memerlukan perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat lokal. Pemerintah daerah dan masyarakat lokal harus bekerjasama dalam upaya konservasi Rumah Adat Karo tersebut. Jika tidak dilakukan dengan segera, bukan tidak mungkin Tanah Karo akan kehilangan peninggalan Rumah Adat Karo yang sudah berumur ratusan tahun tersebut. Perhatian dan campur tangan pemerintah daerah setempat tentu sangat diperlukan dalam upaya konservasi Rumah Adat Karo tersebut, mengingat keberadaan Rumah Adat Karo sangat diperlukan sebagai salah satu sumber daya budaya yang ada di Kabupaten Karo.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini akan mengungkapkan upaya konservasi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat lokal, termasuk mengetahui pendapat wisatawan terhadap upaya konservasi Rumah Adat Karo sebagai pariwisata budaya di Desa Lingga. Melihat upaya dari pemerintah


(12)

daerah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo pada penelitian ini dianggap penting karena sesuai dengan fungsi dan perannya sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam menjaga budaya dan berbagai aset pariwisata dan Rumah Adat Karo merupakan salah satu sumber daya budaya dan aset pariwisata dalam perkembangan pariwisata Kabupaten Karo. Pemerintah daerah dalam upaya konservasi Rumah Adat Karo juga harus bekerjasama dengan masyarakat agar upaya konservasi dapat bertahan dan berkembang dengan bantuan dari masyarakat. Pendapat wisatawan juga penting untuk diketahui khususnya terkait dengan upaya konservasi Rumah Adat Karo yang nantinya jadi bahan pertimbangan untuk melakukan konservasi terkait Rumah Adat Karo sebagai daya tarik wisata budaya.

1.2RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masa lah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Pendapat Wisatawan Terhadap Konservasi Rumah Adat Karo Sebagai Pariwisata Budaya di Desa Lingga?

2. Bagaimana Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Konservasi Rumah Adat Karo dalam Menunjang Pariwisata Budaya?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:


(13)

2. Untuk mengetahui upaya konservasi Rumah Adat Karo yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menunjang pariwisata budaya.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat baik secara langsung maupun tidak seperti beberapa diantaranya :

1. Manfaat Akademis

Melalui penelitian ini diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan serta menerapkan konsep antropologi pariwisata yang telah di dapat semasa mengikuti pembelajaran di bangku kuliah terutama mengenai konsep konservasi dalam hal ini upaya konservasi rumah adat dalam menunjang pariwisata budaya dan juga tentunya peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memberi informasi kepada pembaca dan dapat juga dijadikan sebagai landasan untuk penelitian yang lebih lanjut lagi.

2. Manfaat praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai rumah adat yang dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata yang dapat menarik wisatawan melalui wisata budaya. Melalui penelitian ini juga diharapkan agar bermanfaat bagi pihak yang terkait yaitu pihak pengelola atau masyarakat setempat agar mengetahui bahwa Rumah Adat Karo tersebut merupakan warisan leluhur yang kelestariannya patut dijaga dan juga tentunya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dengan


(14)

memanfaatkan Rumah Adat Karo menjadi fungsi baru yaitu sebagai pariwisata budaya.

1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, sistematika penulisan akan disusun menjadi 5 bab, dan masing-masing akan diuraikan sebagai berikut :

BAB 1 :PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian ini disertai sistematika penulisan.

BAB II :LANDASAN KONSEP DAN TEORI

Bab ini akan menguraikan mengenai hasil penelitian sebelumnya dan menguraikan konsep-konsep yang ada seperti konsep pariwisata, pariwisata budaya, kebudayaan, wisatawan, upaya, konservasi, rumah adat, daya tarik wisata, masyarakat, etnik Karo dan pendapat. BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas mengenai lokasi penelitian, ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penentuan informan dan analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum Desa Lingga yang melingkupi Sejarah dan legenda Desa Lingga, profil Desa


(15)

Lingga, Rumah Adat Karo dan cara mendirikan Rumah Ada Karo atau Rumah Siwaluh Jabu, daya tarik wisata di Desa Lingga, dan upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan Rumah Adat Karo dalam menunjang pariwisata budaya yang dilakukan oleh masyarakat dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo, serta mencantumkan pendapat wisatawan terhadap keberadaan Rumah Adat Karo sebagai pariwisata budaya di Desa Lingga. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari keseluruhan bab sebelumnya atau yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini serta berisi saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pelestarian Rumah Adat Karo dalam menunjang pariwisata budaya di Desa Lingga.


(1)

2014 7.170 -49,6

2015 8.235 1,4

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo (2015)

Berdasarkan tabel 1.3 diatas dapat dilihat kunjungan wisatawan yang paling tinggi ada pada tahun 2012 yakni sebanyak 15.383 orang. Tetapi mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2014. Pada umumnya wisatawan yang berkunjung ke Desa Lingga adalah wisatawan domestik dan hanya sebagian kecil yang berasal dari mancanegara.

Seiiring perkembangan jaman banyak orang mulai tidak peduli dengan budaya dan adat istiadat, salah satunya sudah mulai menurunnya kepedulian terhadap Rumah Adat Karo, hal ini dapat terlihat dari orang-orang sudah tidak mau lagi tinggal di rumah adat tersebut dan memilih untuk membangun dan tinggal di rumah modern, sehingga rumah adat tersebut terlantar dan tidak terawat lagi. Rumah Adat Karo yang ada di Desa Peceren sudah roboh akibat tidak ada yang menempati dan merawat rumah tersebut dan beberapa daerah lain yang sudah kehilangan Rumah Adat Karo tersebut. Selain dari semakin minimnya kepedulian dari masyarakat sendiri faktor bencana alam juga berpengaruh terhadap kelestarian Rumah Adat Karo tersebut, letusan Gunung Sinabung yang terjadi pada September 2013 sampai sekarang sangat berdampak pada Rumah Adat Karo tersebut, banyak rumah adat rusak akibat debu vulkanik yang diakibatkan oleh gunung tersebut.

Desa Lingga merupakan desa budaya yang dahulunya merupakan sebuah perkampungan Karo yang seluruh rumah masyarakatnya merupakan Rumah Adat


(2)

Karo dengan sistem kehidupan berlandaskan nilai-nilai budaya dan adat istiadat. Pada awalnya Desa Lingga memiliki jumlah rumah adat yang cukup banyak yakni 29 buah Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu dan karena hal tersebut maka Desa Lingga disebut Kampung Karo, yang pada tahun 2002 jumah ini berkurang drastis dan hanya menyisakan 9 buah Rumah Adat Karo. Penurunan yang drastis juga tidak menjadikan masyarakat dan pemerintah bekerjasama untuk berupaya dalam menjaga kelestarian warisan leluhur itu. Jumlah yang sedikit juga semakin berkurang setiap tahunnya yang kini hanya menyisakan dua Rumah Adat Karo yang ada di Desa Lingga.

Selain dari faktor alam, kurangnya kepedulian masyarakat dan pemerintah lokal juga menjadi alasan mengapa Rumah Adat Karo tersebut semakin berkurang setiap tahunnya. Jumlah yang semakin berkurang memerlukan perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat lokal. Pemerintah daerah dan masyarakat lokal harus bekerjasama dalam upaya konservasi Rumah Adat Karo tersebut. Jika tidak dilakukan dengan segera, bukan tidak mungkin Tanah Karo akan kehilangan peninggalan Rumah Adat Karo yang sudah berumur ratusan tahun tersebut. Perhatian dan campur tangan pemerintah daerah setempat tentu sangat diperlukan dalam upaya konservasi Rumah Adat Karo tersebut, mengingat keberadaan Rumah Adat Karo sangat diperlukan sebagai salah satu sumber daya budaya yang ada di Kabupaten Karo.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini akan mengungkapkan upaya konservasi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat lokal, termasuk mengetahui pendapat wisatawan terhadap upaya konservasi Rumah Adat Karo sebagai pariwisata budaya di Desa Lingga. Melihat upaya dari pemerintah


(3)

daerah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo pada penelitian ini dianggap penting karena sesuai dengan fungsi dan perannya sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam menjaga budaya dan berbagai aset pariwisata dan Rumah Adat Karo merupakan salah satu sumber daya budaya dan aset pariwisata dalam perkembangan pariwisata Kabupaten Karo. Pemerintah daerah dalam upaya konservasi Rumah Adat Karo juga harus bekerjasama dengan masyarakat agar upaya konservasi dapat bertahan dan berkembang dengan bantuan dari masyarakat. Pendapat wisatawan juga penting untuk diketahui khususnya terkait dengan upaya konservasi Rumah Adat Karo yang nantinya jadi bahan pertimbangan untuk melakukan konservasi terkait Rumah Adat Karo sebagai daya tarik wisata budaya.

1.2RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masa lah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Pendapat Wisatawan Terhadap Konservasi Rumah Adat Karo Sebagai Pariwisata Budaya di Desa Lingga?

2. Bagaimana Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Konservasi Rumah Adat Karo dalam Menunjang Pariwisata Budaya?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pendapat wisatawan terhadap konservasi Rumah Adat Karo sebagai pariwisata budaya di Desa Lingga.


(4)

2. Untuk mengetahui upaya konservasi Rumah Adat Karo yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menunjang pariwisata budaya.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat baik secara langsung maupun tidak seperti beberapa diantaranya :

1. Manfaat Akademis

Melalui penelitian ini diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan serta menerapkan konsep antropologi pariwisata yang telah di dapat semasa mengikuti pembelajaran di bangku kuliah terutama mengenai konsep konservasi dalam hal ini upaya konservasi rumah adat dalam menunjang pariwisata budaya dan juga tentunya peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat memberi informasi kepada pembaca dan dapat juga dijadikan sebagai landasan untuk penelitian yang lebih lanjut lagi.

2. Manfaat praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai rumah adat yang dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata yang dapat menarik wisatawan melalui wisata budaya. Melalui penelitian ini juga diharapkan agar bermanfaat bagi pihak yang terkait yaitu pihak pengelola atau masyarakat setempat agar mengetahui bahwa Rumah Adat Karo tersebut merupakan warisan leluhur yang kelestariannya patut dijaga dan juga tentunya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dengan


(5)

memanfaatkan Rumah Adat Karo menjadi fungsi baru yaitu sebagai pariwisata budaya.

1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, sistematika penulisan akan disusun menjadi 5 bab, dan masing-masing akan diuraikan sebagai berikut :

BAB 1 :PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian ini disertai sistematika penulisan.

BAB II :LANDASAN KONSEP DAN TEORI

Bab ini akan menguraikan mengenai hasil penelitian sebelumnya dan menguraikan konsep-konsep yang ada seperti konsep pariwisata, pariwisata budaya, kebudayaan, wisatawan, upaya, konservasi, rumah adat, daya tarik wisata, masyarakat, etnik Karo dan pendapat. BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas mengenai lokasi penelitian, ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penentuan informan dan analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum Desa Lingga yang melingkupi Sejarah dan legenda Desa Lingga, profil Desa


(6)

Lingga, Rumah Adat Karo dan cara mendirikan Rumah Ada Karo atau Rumah Siwaluh Jabu, daya tarik wisata di Desa Lingga, dan upaya apa saja yang dilakukan dalam melestarikan Rumah Adat Karo dalam menunjang pariwisata budaya yang dilakukan oleh masyarakat dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo, serta mencantumkan pendapat wisatawan terhadap keberadaan Rumah Adat Karo sebagai pariwisata budaya di Desa Lingga. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari keseluruhan bab sebelumnya atau yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini serta berisi saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pelestarian Rumah Adat Karo dalam menunjang pariwisata budaya di Desa Lingga.