Gerakan Pemuda Rakyat di Tanah Karo
GERAKAN PEMUDA RAKYAT DI TANAH KARO
(1945-1966)
SKRIPSI SARJANA
Dikerjakan
O L E H
NAMA : Julkifli Sembiring NIM : 020706004
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SEJARAH
MEDAN
(2)
GERAKAN PEMUDA RAKYAT DI TANAH KARO
(1945-1966)
DIKERJAKAN O
L E H
NAMA : Julkifli Sembiring NIM : 020706004
Pembimbing,
Drs. Bebas Surbakti NIP 131 571 775
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi
GERAKAN PEMUDA RAKYAT DI TANAH KARO
(1945-1966)
SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O
L E H
Nama : Julkifli Sembiring Nim : 020706004
Pembimbing
Drs. Bebas Surbakti NIP 131 571 775
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra
Dalam bidang Ilmu Sejarah
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
Lembar Persetujuan Ujian Skripsi
GERAKAN PEMUDA RAKYAT DI TANAH KARO
(1945-1966)
Yang diajukan Oleh Nama : Julkifli Sembiring NIM : 020706004
Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh : Pembimbing,
Drs. Bebas Surbakti Tanggal,……….
NIP 131 571 775
Ketua Departemen Sejarah,
Dra. Fitriaty Harahap, S.U Tanggal,………. NIP 131284309
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(5)
Lembar Persetujuan Ketua Departemen Sejarah
GERAKAN PEMUDA RAKYAT DI TANAH KARO
(1945-1966)
DISETUJUI OLEH :
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DEPARTEMEN SEJARAH Ketua,
Dra. Fitriaty Harahap, S.U NIP 131284309
(6)
Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian PENGESAHAN :
Diterima Oleh :
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan Pada :
Tanggal : Hari : Fakultas Sastra USU Dekan,
Drs. Syaifuddin, MA,Ph. D NIP 132098531
Panitia Ujian :
No. Tanda Tangan
1. (__________________)
2. (__________________)
3. (__________________)
4. (__________________)
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya kehadirat Tuhan Yang Maha Segalanya atas Rahmat
dan Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan tidak kurang sesuatu apapun.
Negara Indonesia saat ini sedang menghadapi banyak persoalan baik sosial
ekonomi maupun politik apalagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang memang
sangat kelam, karena lebih banyak ditinjau dan dikaji dari segi politik yang
seharusnya menjadi tanggungjawab sejarawan dengan disiplin ilmu sejarahnya,
sehingga mentalitas masyarakat dan perpolitikan Indonesia ikut terganggu. Untuk itu,
saya sebagai calon sejarawan sudah selayaknya mencoba mengkaji permasalahan
tersebut, khususnya peranan organisasi Pemuda Rakyat yang banyak mengambil
peran dalam pendidikan ideologi di Indonesia.
Penulisan skripsi ini juga, bertujuan untuk melengkapi persyaratan di dalam
mencapai gelar sarjana di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara di bidang Ilmu
Sejarah.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya ketika mampu menyelesaikan
rangkaian penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul: GERAKAN PEMUDA
RAKYAT DI TANAH KARO (1945-1966), sebab dari masa studi hingga penyelesaian program pendidikan di Fakultas Sastra Departemen Ilmu Sejarah
Universitas Sumatera Utara, tidak sedikit rintangan maupun hambatan yang saya
alami. Akan tetapi dalam penyelesaian skripsi ini, saya merasakan banyak
(8)
terutama staff pengajar Departemen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sumatera
Utara serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.
Saya berharap agar tulisan ini berguna bagi semua pihak, penulis menyadari
bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu diharapkan saran dan
kritik dari semua pihak demi terciptanya kesempurnaan penulisan skripsi yang
memiliki pembahasan yang sama kedepannya.
Medan, Juni 2008 Penulis,
Julkifli Sembiring
(9)
Ucapan Terima Kasih
Sepantasnya saya ucapkan Puji dan syukur kepada Allah S.W.T dan kepada Nabi Muhammad S.A.W. Sebab karena kuasa dan kehendak-Nyalah saya masih dapat beraktifitas sampai pada hari ini dan dengan izinnya saya memperoleh kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, saya sangat menghormati dan mengakui telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua saya yang tercinta, Bapak saya Masa Sembiring dan Mamak saya Siti Fatimah Br Sitepu juga untuk abang saya Amran Sembiring, dan adik-adik saya tercinta Delpina, Ita dan Rehulina yang selalu menyambut saya dengan senyuman, serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan kepada saya selama masa pendidikan dan dalam masa penulisan skripsi, semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT, kapanpun dan dimanapun kita berada
2. Komite Korban Pelanggaran Hak Azasi Manusia (KKP-HAM) 1965, walaupun semua inventaris, data dan karya-karya hasil olah pikir yang saudara-saudara hasilkan telah dihanguskan oleh rezim penindasan, hidup dan keturunan saudara selalu diintervensi dan dipisahkan dari kehidupan maupun pergaulan manusia,,,,saudara tidak pernah berhenti untuk berjuang…….terima kasih untuk pengorbanan saudara yang tidak dapat dibalas oleh siapapun di dunia ini.
3. Dekan Fakultas Sastra, Bapak Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat menjalani ujian meja hijau agar mendapatkan gelar kesarjanaan.
4. Ketua dan sekretaris Departemen Sejarah, Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U dan Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si, yang telah memberikan banyak kemudahan serta pengalaman selama saya menjalani masa perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Bebas Surbakti, selaku Dosen Pembimbing, yang selalu memberikan masukan ilmu walaupun dalam keadaan terdesak dan yang telah memberikan
(10)
nasehat kepada saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tanpa kontribusi dari bapak, rasanya skripsi ini akan jauh dari kesempurnaan.
6. Ibu Dra. Fatimah S.U, selaku Dosen Wali yang telah memberikan banyak nasehat terhadap saya selama menjalani masa perkuliahan yang selalu dibarengi dengan omelan yang menjengkelkan, namun solusi-solusi yang Ibu berikan sulit untuk saya lupakan, karena dalam omelan Ibu ada harapan Ibu terhadap anaknya. 7. Bapak Ibu Dosen dan seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen Sejarah,
terima kasih saya ucapkan atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama ini, semoga nantinya bermanfaat bagi saya.
8. Sahabat-sahabatku Mahasiswa Sejarah satambuk ’02 khususnya Belly dan kawan-kawan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu saya dan memberikan dukungan moral maupun moril, ingat cita-cita dan perjuangan masih panjang.
9. Kawan-Kawan seperjungan Gema Prodem khususnya Sigmen Frud, Poltak, Surung, Mika, N-g, Iqbal, Mamek, Zetro, Mega dan Otank terima kasih atas kepedulian kawan-kawan yang telah memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga bagi saya, terima kasih juga atas dukungan moral dari kawan-kawan. Salam 1/2 Merdeka.
Demokrasi Untuk Rakyat!!!
Atas semua bantuan ini saya tidak dapat membalasnya, saya hanya bisa berdoa semoga budi baik itu mendapat berkah dari Allah Yang Maha Kuasa. Akhirnya saya hanya mampu berharap semoga skripsi ini berguna bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa Jurusan Sejarah.
Medan, Juni 2008 Hormat Saya,
(11)
ABSTRAK
Peranan organisasi-organisasi pergerakan pemuda sangat besar dalam sejarah
perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dari zaman ke zaman. Sebagai bukti, bahwa
pemuda mampu melakukan hal-hal yang sangat positif dalam pembangunan bangsa
Indonesia, terutama dalam merebut, membangun dan mempertahankan kemerdekaan”
yang salah satunya adalah Pemuda Rakyat. Ketertarikan saya pada gerakaan pemuda di
Indonesia tidak terlepas dari pengetahuan dan pemahaman saya terhadap perkembangan
organisasi kepemudaan sebelum kemerdekaan Republik Indonesia 1920 hingga akhir
1965 setelah Indonesia merdeka dan sangat aktif dalam mengikuti arah kebijakan serta
perkembangan politik, ekonomi, hukum maupun sosial budaya, terhadap nasib dan masa
depan Indonesia. Organisasi kepemudaan memiliki keinginan untuk membangun
Indonesia, walaupun sekolah dan pendidikan masih belum berkembang, dibandingkan
dengan organisasi kepemudaan sekarang yang dikatakan sebagai era kemajuan
pendidikan, ilmu dan teknologi, namun sangat kurang dalam Wawasan Nusantara dan
cenderung menimbulkan konflik yang menjurus kepada perpecahan dan perang SARA.
Pemuda Rakyat sebagai salah satu organisasi kepemudaan sekitar tahun 1952
hingga 1965, mampu menyentuh hampir semua lapisan masyarakat khususnya pemuda
dari pusat hingga kedesa-desa dalam rangka pendidikan politik secara cuma-cuma untuk
membangun sumber daya manusia yang “berdikari”, metode berfikir sampai
pembangunan ideologi sebagai pedoman perjuangan dalam mempertahankan
kemerdekaan demi kesejahtraan yang kolektif bagi setiap individu yang bernafas di
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………. i
UCAPAN TERIMAKASIH……… iii
ABSTRAK……… v
DAFTAR ISI……… vi
BAB I PENDAHULUAN……… 1
1.1Latar Belakang Masalah………. 1
1.2Rumusan Permasalahan……….. 9
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 10
1.4Tinjauan Pustaka………. 10
1.5Metode Penelitian……… 13
BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN………. 15
2.1 Gambaran Umum Kabupatem Karo……… 15
2.2 Latar Belakang Sosial Ekonomi Masyarakat Karo……. 18
2.3 Sistem Kekerabatan Masyarakat Karo……… 21
2.4 Sistem Politik dan Pemerintah……… 22
BAB III GERAKAN PEMUDA RAKYAT……… 25
(13)
3.2Berdirinya Persatuan Sumatera Timur………. 31
3.3Latar Belakang Pemuda Rakyat di Tanah Karo………… 37
BAB IV AKTIVITAS GERAKAN PEMUDA RAKYAT
DI TANAH KARO………. 40 4.1 Struktur Kepengurusan Organisasi Pemuda Rakyat
di Indonesia………. 40
4.2 Aktivitas Internal Gerakan Pemuda Rakyat
di Tanah Karo………. 45
4.3 Aktivitas Eksternal Gerakan Pemuda Rakyat
di Tanah Karo……… 49
4.4 Menjelang Pecahnya Peristiwa 30 September 1965……. 51
4.5 Situasi Pemuda Rakyat Setelah Peristiwa
30 September 1965………. 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 57
- DAFTAR PUSTAKA……….. 59
- DAFTAR INFORMAN - LAMPIRAN-LAMPIRAN
(14)
(15)
ABSTRAK
Peranan organisasi-organisasi pergerakan pemuda sangat besar dalam sejarah
perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dari zaman ke zaman. Sebagai bukti, bahwa
pemuda mampu melakukan hal-hal yang sangat positif dalam pembangunan bangsa
Indonesia, terutama dalam merebut, membangun dan mempertahankan kemerdekaan”
yang salah satunya adalah Pemuda Rakyat. Ketertarikan saya pada gerakaan pemuda di
Indonesia tidak terlepas dari pengetahuan dan pemahaman saya terhadap perkembangan
organisasi kepemudaan sebelum kemerdekaan Republik Indonesia 1920 hingga akhir
1965 setelah Indonesia merdeka dan sangat aktif dalam mengikuti arah kebijakan serta
perkembangan politik, ekonomi, hukum maupun sosial budaya, terhadap nasib dan masa
depan Indonesia. Organisasi kepemudaan memiliki keinginan untuk membangun
Indonesia, walaupun sekolah dan pendidikan masih belum berkembang, dibandingkan
dengan organisasi kepemudaan sekarang yang dikatakan sebagai era kemajuan
pendidikan, ilmu dan teknologi, namun sangat kurang dalam Wawasan Nusantara dan
cenderung menimbulkan konflik yang menjurus kepada perpecahan dan perang SARA.
Pemuda Rakyat sebagai salah satu organisasi kepemudaan sekitar tahun 1952
hingga 1965, mampu menyentuh hampir semua lapisan masyarakat khususnya pemuda
dari pusat hingga kedesa-desa dalam rangka pendidikan politik secara cuma-cuma untuk
membangun sumber daya manusia yang “berdikari”, metode berfikir sampai
pembangunan ideologi sebagai pedoman perjuangan dalam mempertahankan
kemerdekaan demi kesejahtraan yang kolektif bagi setiap individu yang bernafas di
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masuknya Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet ke Indonesia telah
barhasil menciptakan sebuah paham baru di kalangan rakyat Indonesia yaitu paham
Komunis. Latar belakang dari Sneevliet merupakan seorang Sosialis Komunis, yang
diasingkan ke Indonesia karena tindakannya yang kontra terhadap penjajahan yang
dilakukan oleh bangsa Belanda terhadap Hindia Belanda yang selanjutnya akan
disebut Indonesia. Sifat kontra yang dimiliki oleh Sneevliet terhadap perbuatan
sebangsanya ditunjukkan melalui berbagai cara, baik berupa pemikiran maupun
perlawanan perjuangan yang bersifat revolusioner.1
Sebagai organisasi yang sangat berani, pemuda Indonesia memberikan
dukungan yang hangat terhadap Sneevliet terutama dukungan yang diberikan oleh
Serikat Islam (SI). Serikat Islam adalah organisasi sosial yang paling besar di
Indonesia saat itu dan sangat menentang dominasi ekonomi bangsa Belanda, namun Ide-ide yang paling menonjol dan yang pertama diciptakan Sneevliet di
Indonesia adalah pembentukan sebuah organisasi perlawanan terhadap penjajahan
yang dinamakan dengan Perserikatan Sosial Demokrat Hindia atau Indishe
sosial-Democratishe Vereninging (ISDV). Organisasi baru ini merupakan organisasi yang
berhaluan Komunis yang akhirnya menjadi Partai Komunis Pertama di Indonesia dan
juga di seluruh Asia.
1
(17)
pandangan yang berbeda terhadap cara perjuangan organisasi baru ini dari Serikat
Islam pada akhirnya menyebabkan terbaginya Serikat Islam menjadi dua bagian yaitu
Serikat Islam yang berhaluan Komunis atau dikenal dengan Serikat Islam Merah dan
Serikat Islam yang tetap dengan gerakannya bernuansa agama Islam atau Serikat
Islam Putih.
Setelah Serikat Islam terbagi menjadi dua bagian, Serikat Islam Merah lebih
condong terhadap gerakan Komunis di Indonesia, yang mengakibatkan terbentuknya
perkumpulan Komunis yang berlevel Nasional. Perkembangan gerakan ini sangat
cepat dengan dukungan Serikat Islam yang sebelumnya memang sudah tersebar
keberbagai daerah di Indonesia. Organisasi baru yang berhaluan Komunis di
Indonesia Sneevliet bersama mantan anggota Serikat Islam dinamakan dengan Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Sebagai organisisi yang berlevel Nasional, Partai Komunis Indonesia (PKI)
telah ikut dalam persoalan bangsa selama 42 Tahun, yaitu 1924-1966. organisasi ini
telah mampu mempengaruhi rakyat untuk berjuang dan melawan terhadap sistem
yang tidak baik di Indonesia dan ikut dalam perjungan menentang penjajahan.
Partai Komunis Indonesia menjadi organisasi yang perkembangannya paling
pesat di Indonesia. Organisasi ini berkembang di semua kalangan baik wanita
maupun dikalangan pria, tua apalagi pemuda.
Taktik yang selalu dimainkan oleh Partai Komunis Indonesia untuk tetap
membesarkan gerakannya adalah, selalu menjalin kerja sama dan konsolidasi dengan
organisasi yang besar lainnya seperti Serikat Islam, Central Serikat Islam (CSI) dan
(18)
sangat efektif untuk mengembangkan paham dan pengikutnya karena
kecendikiawanan dan keberanian kader-kadernya sehingga mampu
merasionalisasikan cita-cita perjuangan dan perlawanan terhadap Belanda di
Indonesia.2
Kongres ini merupakan propaganda besar-besaran komunisme. Dalam
kongres ini Ali Rachman, ketua pengurus besar, menyatakan bahwa aliran
kebangsaan dari kaum terpelajar dan aliran keagamaan tidak dapat hidup karena
pergerakan itu berdiri atas dasar ekonomi yang menjungjung kepentingan modal Cara-cara lain yang digunakan oleh Partai Komunis Indonesia sebagai cara
mengembangkan sayapnya adalah pendekatan terhadap masyarakat petani, buruh
kebon, dan kepada pemuda. Pada sektor-sektor ini segera terbentuk
organisasi-organisasi yang berhaluan Komunis seperti Barisan Tani Indonesia (BTI), dan Serikat
Buruh dalam perkebunan, sedangkan organisasi dalam lingkungan pemuda tergolong
sangat besar, sehingga perkembangan anggota Partai Komunis Indonesia pada
tingkatan masyarakat golongan bawah tergolong pesat. Gerakan ini pada dasarnya
bersifat reaksioner berbeda dari organisasi sosial yang lainnya.
Dalam melakukan tindakan-tindakanya PKI sebelumnya sudah melaksanakan
perencanaan-perancanaan yang matang, seperti saat Indonesia belum merdeka, PKI
telah melakukan Kongres pada bulan Maret 1923 yang menghasilkan kebijakan untuk
membentuk SI tandingan yang kemudian disebut dengan SI-Merah, kemudian untuk
tindakan yang lebih kongkrit setahun kemudian diselenggarakan kembali kongres
pada tanggal 7-10 Juni 1924. Sistem organisasi PKI ditentukan dalam kongres ini.
(19)
bangsa Indonesia yang kemudian dilanjutkan oleh Darsono yang menyatakan bahwa
revolusi yang diinginkan akan timbul bagaikan buah yang masak.
Dalam kongres ini menghasilkan beberapa keputusan partai dengan program kerja
untuk pembangunan dan pengembangan partai, antar lain ;
1. Peraturan partai yang berisi antara lain program perjuangan politik,
membentuk sistem pemerintahan yang berdasarkan atas Soviet-Soviet (Soviet
Desa, Soviet Pabrik, Soviet Distrik).
2. Diumumkan, bahwa sebelumnya nama organisasi bernama Perserikatan
Komunis di Indie menjadi Partai Komunis Indonesia disingkat menjadi PKI.
3. Memindahkan kantor besar PKI dari Semarang ke Batavia (Jakarta)
4. Memilih Pimpinan baru PKI, yaitu
Ketua : Alimin, Muso, Aliarchan, Sadjono, Winarta.
Sekretaris : Budi Sutjito
Komisaris : Marsum
Org. Wanita : Munasyah
5. Membentuk cabang-cabang di Padang, Semarang, Makassar, Surabaya dan
kota-kota lainnya.3
Semakin lengkap bagian-bagian dari organisasi Partai Komunis Indonesia,
mengakibatkan agitasi dan propaganda organisasi ini semakin cepat berkembang.
Agitasi yang dilakukan oleh anggota PKI bukan saja hanya dilakukan pada
rapat-rapat formal, tatapi mereka melakukan pendekaan emosional, agitasi pada saat
3Ibid
(20)
diskusi, dan cara yang sederhana lainnya, sehingga PKI cepat berkembang dari sudut
kuantitas maupun kualitas anggota-anggotanya.
Setelah Indonesia merdeka, Partai Komunis Indonesia melakukan upaya yang
bertujuan untuk menyebarkan ideologinya kepada masyarakat, khususnya masyarakat
perkerja kebon, petani, dan mesyarakat golongan bawah lainnya. Walaupun PKI
memfokuskan pengembangannya pada masyarakat kelas Bawah, tetapi gerakan ini
mengupayakan anggota-anggotanya memiliki kemampuan pemikiran dan keberanian
dalam mengkritisi sistem yang tidak sesuai dengan kepentingan rakyat.
Melalui diskusi-diskusi yang selalu rutin dilakukan oleh anggota PKI,
sehingga anggota-anggotanya terlihat semakin memiliki pengatahuan yang lebih
dibandingkan organisasi dan anggota masyarakat lainnya. Latar belakang inilah yang
membuat masyarakat banyak memilih masuk menjadi anggota Partai Komunis
Indonesia. Sehingga organisasi-organisasi besar maupun kecil yang berhaluan
komunis semakin berkembang di Indonesia.
Semakin berkembangnya pengetahuan dan jumlah pengikut organisasi Partai
komunis Indonesia, berpengaruh terhadap semakin beraninya anggotanya
mengeluarkan kritik baik berbentuk kritikan, melalui media radio, surat kabar dan
media tertulis lainnya, maupun bentuk perlawanan fisik berupa turun kejalan, dan
bentuk aksi protes lainnya.
Untuk tetap menjaga perkembangan PKI di Indonesia, maka salah satu
strategi yang dilakukan oleh para pemimpin PKI, adalah proses analogi antar bentuk,
dasar gerakan dan pandangannya dengan organisasi yang berkembang di Indonesia,
(21)
beragama Islam merasionalisasikan persamaan perjuangan antara agama dengan
Partai Komunis Indonesia terhadap perkembangan kolonialisme di Indonesia.
Para tokoh-tokoh agama Islam diangkat sebagai pemimpin organisasi di
daerah-daerah dan meyakinkan umatnya masuk menjadi anggota Partai Komunis
Indonesia, seperti Haji Misbah dari Solo, Haji Datuk Batuah dari Sumatera, Haji
Adnan dari Tegal, dan para pemimpin lainnya. Analogi dari tokoh-tokoh ini sangat
menarik perhatian masyarakat yang beragama Islam dengan proses rasionalisasi
antara Islam dan Partai Komunis Indonesia, sehingga mereka bersedia menjadi
anggota Partai Komunis Indonesia.
Alat agitasi yang sering dipakai oleh seorang tokoh Komunis adalah surat
kabar. Seperti rasionalisasi dari H. Moh. Siradj yang dimuat dalam Islam Bergerak
pada tanggal 10 Februari1923, yang menyatakan;
“Perkumpulan politik yang membela kaum pekerja miskin itu, sepenuhnya menyebutkan dirinya Partai Komunis. Agama Islam begitu juga harus memimpin keselamatan dunia akhirat, dan sebab itulah Partai Islam itu juga menjadi partai komunis, itu sudah selayaknya benar”4
Pada tingkatan pemuda, organisasi komunis berkembang pesat, ibarat jamur
pada musim hujan. Perkumpulan-perkumpulan pemuda yang bernuansa komunis Organisasi-organisasi terdidik dan mandiri yang bernuansa komunis semakin
berkembang di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari usaha-usaha PKI yang tidak
pernah surut melakukan penyebaran dan pelatihan melalui kongres-kongres baik
tingkat daerah mapun tingkat nasional terhadap anggotanya.
4Ibid
(22)
telah terjadi sejak Indonesia belum memperoleh kemerdekaannya, apalagi setelah
Indonesia merdeka, perkembangan kuantitas dan kualitas organisasi yang berhaluan
komunis sangat pesat. Kurang lebih dari 30 organisasi lahir saat pertama Indonesia
merdeka. Tujuan dari organisasi ini hampir memiliki latar belakang yang sama, yaitu
sebagai pilar terhadap kemerdekaan Indonesia.
Sama seperti organisasi pemuda yang bernuansa Komunis, organisasi pemuda
dari kelompok agama dan suku lainnya pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama
yaitu organisasi yang menginginkan perkembangan dan mempertahankan Indonesia,
maka untuk itu organisasi pemuda dari berbagai nuansa ini merencanakan melakukan
sebuah kongres besar pemuda yang bertujuan menyatukan kekuatan pemuda
Indonesia, maka rencana pun terlaksana pada tanggal 6 November 1945 di Jakarta.5
Banyak organisasi dari barbagai latar-belakang hadir pada kongres yang
dilaksanakan. Mr. Amir Syarifuddin yang saat itu menduduki jabatan sebagai
menteri penerangan Republik Indonesia, kesempatan ini dimanfaatkan untuk
mnengkonsolidasikan kepentingan organisasi-organisasi untuk membentuk
laskar-laskar rakyat untuk mempertahankan kedaulatan yang bersama Partai Komunis
Indonesia. Kelompok pemuda yang beraliran komunis bersama Mr. Amir Syarifuddin
menawarkan adanya pembentukan fusi (penyatuan) semua organisasi yang ada di
Indonesia menjadi satu fusi, yaitu Persatuan Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo)6
5Ibid
., hal. 10
6Ibid
., hal. 25
pada tanggal 10-11 November 1945 di Yogyakarta. Kongres itu dihadiri oleh 332
(23)
Pada awalnya organisasi dari kelompok non-Komunis setuju dengan fusi
tersebut, tetapi dikemudian hari organisasi-organisasi tersebut menarik diri dari fusi,
akhirnya organisasi yang tetap bergabung dengan Pesindo hanya organisasi yang
beraliran Komunis. Kelompok Pesindo akhirnya terlibat kedalam kegiatan politik,
dimana organisasi tersebut menjadi salah satu underbow (bagian) dari Partai Komunis
Indonesia.7
Pemuda Sosialis Indonesia yang pada awalnya masih banyak mempunyai
corak organiasi non-Komunis, pada tahun 1950, melakukan kongres, yang tujuannya
adalah membersihkan nama organisasi ini dari corak aliran lain dan memastikan
bahwa aliran utamanya adalah Komunis, maka pada tahun 1950, Pesindo berubah
nama menjadi Pemuda Rakyat.8
Organisasi Pemuda Rakyat segera tersebar keberbagai wilayah, dan
perkembangan anggotanya tiba-tiba melonjak cepat, dalam waktu satu tahun pengikut
dari organisasi ini sudah berjumlah 25.000 orang. Pada akhir tahun 1965,
keanggotaan dari Pemuda rakyat sudah mencapai 3 juta jiwa yang tersebar diseluruh
Indonesia.9
Organisasi Pemuda Rakyat juga terbentuk di Tanah Karo sekitar tahun 1945
dengan pengikutnya didominasi pemuda-pemuda yang ada di Tanah Karo. Banyak
tindakan yang dilakukan oleh Gerakan Pemuda Rakyat di Tanah Karo, baik kegiatan
Politik maupun kegiatan sosialnya. Penulis tertarik dan ingin mengetahui lebih Gerakan Pemuda rakyat menjadi salah satu organisasi pemuda yang
terbanyak pengikutnya yang pernah ada di Indonesia.
7
Lihat Harian Republik, Tanggal 17 September 1997
8WWW. Wikipedia. Org
. 15 Mare t2006
9Ibid
(24)
mendalam tentang Gerakan Pemuda Rakyat di Tanah Karo. Latar belakang inilah
yang membuat penulis mengangkat dan mengajukan permasalahan ini menjadi
penelitian akhir dari penulis.
1.2 Rumusan Permasalahan
Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah “Aktivitas
Gerakan Pemuda Rakyat di Tanah Karo”. Untuk menspesipikkan permasalahan dari penelitan ini maka penulis membuat beberapa poin permasalahan yaitu:
1. Bagaimana aktivitas dan peranan Gerakan Pemuda Rakyat yang ada di
tanah Karo?
2. Bagaimana birokrasi dari kepengurusan Gerakan Pemuda Rakyat yang ada
di Tanah Karo?
3. Bagaimana proses bubarnya Gerakan Pemuda Rakyat yang ada di Tanah
Karo?
Batasan waktu yang saya angkat dari penelitian ini menggunakan tahun 1945
sebagai batas awal, dan tahun 1966 sebagai batas akhir. Tahun 1955 sebagai batas
awal dilatarbelakangi tematis tahun tersebut adalah tahun terbentuknya Gerakan
Pemuda Rakyat di Indonesia, sebagai pengganti dari Pesindo. Tahun 1966 sebagai
batas akhir dilatarbelakangi oleh tematis bubarnya Gerakan Pemuda Rakyat pada
(25)
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sejarah aktivitas Gerakan Pemuda Rakyat adalah permasalahan yang menarik
untuk diteliti, sebab peristiwa tersebut peristiwa sejarah yang pernah dan benar-benar
terjadi di Indonesia yang sampai sekarang masih kontraversi, juga sebagai cara
rekonstruksi terhadap sejarah Indonesia, khusunya sejarah Tanah Karo. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui peranan dan aktivitas yang dilakukan Gerakan Pemuda
Rakyat di Tanah Karo.
2. Mengetahui bagaimana birokrasi dari Gerakan Pemuda Rakyat yang ada
di Tanah Karo.
3. Mengetahui proses bubarnya Gerakan Pemuda Rakyat yang ada di Tanah
Karo.
Manfaat penelitian ini diharapkan untuk:
1. Menambah literatur dalam penulisan tentang Gerakan Pemuda di Tanah
Karo, Khusunya Gerakan Pemuda Rakyat.
2. Menambah wawasan pembaca tentang aktivitas Gerakan Pemuda Rakyat
di Tanah Karo.
3. Sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana Sejarah, Fakultas Sastra
USU.
1.4 Tinjauan Pustaka
Untuk menulis tentang Gerakan Pemuda Rakyat di Tanah Karo tidak terhindar
(26)
Gerakan Pemuda Rakyat dari banyak bidang (analitik) merupakan penghindaran
terhadap penulisan sejarah yang bersifat konvensional. Gaya penulisan seperti ini
digolongkan sebagai gaya penulisan yang amatiran, dimana sejarah ditulis untuk
menonjolkan peran seorang raja, Kaisar, Panglima Perang, maupun peran seorang
penguasa, sedangkan faktor-faktor lain yang tidak kalah perannya dengan pemeran
utama ditiadakan.10
Pada bagian bab selanjutnya buku ini menguraikan bagaimana PKI
membentuk organisasi-organisasi sosial yang bernuansa PKI, seperti organisasi Perlengkapan yang perlu dimiliki oleh penulis multidimensional adalah
alat-alat metodologi berupa konsep dan teori ilmu-ilmu sosial yaitu teori gerakan sosial,
teori konflik, dan teori politik. Sedangkan ilmu Bantu yang di pakai dalam penelitian
ini adalah sosiologi, Ilmu Politik, dan Antropologi sebagai upaya mengungkap
peristiwa sejarah lebih dalam. Penulis menggunakan beberapa buku yang diharapkan
dapat membantu saat pembahasan mengenai aktivitas Gerakan Pemuda Rakyat di
Tanah Karo.
Buku karangan “Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Pusat
Sejarah dan Tradisi ABRI” yang berjudul Bahaya Laten Komunis Di Indonesia,
menguraikan bagaimana Sneevliet memulai pembentukan Komunis di Indonesia dan
pembentukan-pembentukan instrument Partai Komunis Indonesia. Buku ini
menguraikan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh komunis sebelum Indonesia
memperoleh kemerdekaannya, hingga peristiwa Madiun tahun 1948.
10
Sartono Kartodirdjo, Pemikiran Dan pekembangan Historiografi Indonesia Suatu Alternatif,
(27)
Buruh, organisasi Petani, dan organisasi dikalangan Mahasiswa, hingga tahun 1945,
organisasi Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) terbentuk. Bagian selanjutnya
dijelaskan bagaimana proses perubahan bentuk dari Pemuda Sosialis Indonesia
menjadi organisasi Pemuda Rakyat.
Buku karangan Samsudin, yang berjudul “Mengapa G 30 S/PKI Gagal?”,
membahas tentang keterlibatan komunis di Indonesia dalam kegiatan partai.
Samsudin menguraikan pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh komunis
sebagai usaha memperoleh kedudukan politik yang kuat di Indonesia. Banyak
organisasi dibentuk oleh Komunis Indonesia untuk menyebarluaskan basis-basis
Partai Komunis di Indonesia. Baik dikalangan Petani, birokrasi, Gerakan Pemuda
maupun kelompok sosial yang lainnya, sehingga komunis yang ada di Indonesia
cepat berkembang, dan bahkan pada tahun1955 Partai Komunis Indonesia menjadi
salah-satu partai yang berhasil memenangkan pemilihan umum.
Pada bagian selanjutnya Samsudin menjelaskan cara-cara yang dilakukan oleh
kelompok komunis dalam mencapai target yang ditentukannya, yang berpuncak pada
peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia, dimana menurut versi
pemerintah bahwa Partai Komunis Indonesia melakukan cara-cara kekerasan dalam
mencapai target yang akan dicapainya, seperti penculikan para Jenderal, untuk
(28)
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat desikriptif analitis, dimana penulis akan menguraikan
secara terperinci bagaimana perjalanan sejarah dari Gerakan Pemuda rakyat dan
aktivitas sosialnya yang ada di Tanah Karo.
Metode penelitian yang digunakan dalam merekonstruksi masalah ini akan
menggunakan metodologi penelitian sejarah, yang prosesnya adalah sebagai berikut;
a. Heuristik, yaitu proses pengumpulan sumber sebanyak-banyaknya yang
memberikan penjelasan tentang Gerakan Pemuda Rakyat. Penulis
mengharapkan sumber pokok adalah hasil wawancara dari angota-anggota
yang pernah terlibat dalam Gerakan Pumuda Rakyat.
1. Penelitian kepustakaan (Library research) yaitu pengumpulan
berbagai sumber tertulis seperti buku, majalah, Surat kabar,
dokumen, buletin, dan hasil laporan penelitian yang telah ada agar
dapat mendukung penelitian ini.
2. Penelitian lapangan, yaitu menggunakan metode wawancara
terhadap masyarakat dan pelaku yang mengetahui tentang Gerakan
Pemuda Rakyat di Tanah Karo.
b. Kritik sumber, yaitu upaya untuk mengetahui data yang akurat, maka di
tempuh dengan:
1. Kritik Intern, yang ditujukan untuk memperoleh dokumen yang
bersifat kredibel dengan cara menganalisis sejumlah data tertulis
(29)
2. Kritik Ekstern, untuk memperoleh data yang outentik dengan cara
menyesuaikan dengan jiwa zaman dan hasil wawancara dari
beberapa responden.
c. Interpretasi untuk analisis penafsiran data dengan menggunakan metode
komperatif (membandingkan) dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya. Metode ini akan dilakukan untuk memastikan hasil
penelitian saya dengan cara menyeragamkan dengan hasil penelitian
yang dilakukan sebelumnya.
d. Historiografi yaitu, menyusun fakta menjadi hasil penelitian yang
bentuknya adalah karya sejarah yang desikriptif analitis. Dari fakta-fakta
(30)
BAB II
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
2.1Gambaran Umum Kabupaten Karo
Kabupaten Karo dibentuk oleh Belanda pada tahun 1911 dengan
ditetapkannya batas-batas administrasi pemerintahan sejalan dengan politik
memecah-mecah wilayah suku Karo yang dikenal dengan devide et empera. Diawali
dengan pengeluaran izin oleh Sultan Mahmud kepada Neunheys untuk membuka
perkebunan di wilayah Deli pada tahun 1872, membuat masyarakat Karo yang
tinggal di wilayah Deli merasa terganggu keberadaannya, penolakan dan perlawanan
terhadap Sultan dan Belanda mulai muncul . Panglima Nabung Surbakti memulai
perlawana dan perang di dataran rendah ini yang kemudian dikenal dengan perang
Sunggal. Di dataran tinggi sendirai Kiras Bangun (Garamata) mengadakan Penolakan dan perlawanan dengan pasukannya yang bernama Simbisa. Singkatnya kedua tokoh
ini dengan banyak taktik dan pengorbanan di berbagai pihak akhirnya di tangkap.
Nabung Surbakti gugur pada tahun 1907 setelah Kiras Bangun gugur dua tahun
sebelumnya (1905).11
Dengan gugurnya kedua tokoh di atas perlawanan masyarakat Karo Mulai
menurun, namun tetap muncul perlawanan-perlawanan kecil di berbagi lokasi
didataran rendah begitu juga dengan dataran tinggi Gugurnya kedua tokoh di atas
membuat Kolonial sudah merasa aman dan mulai berani melakukan kebijakan di
11
Martin L. Peranginangin, Orang Karo Diantara Orang Batak, Jakarta : Sora Mido. 2004. hal. 77
(31)
wilayah orang Karo pada saat inilah devide et empera lebih ditingkatkan, kalau
sebelumnya dilakukan di antara Sibayak-Sibayak yang juga dibentuk oleh Belanda
untuk menjalankan pemerintahannya, maka pada tanggal 13 April 1911 dikeluarkan
Bijblad no. 7465 dan diputuskan batas Tanah Karo dengan Simalungun. Sedangkan
batas dengan Dairi Ditetapkan dengan Stablad 1908 No.604, dimana wilayah orang
Karo baluren (lembah) di sepanjang Lau Renun dimasukkan ke wilayah keresidenan
Tapanuli. Sementara wilayah orang Karo yang dilangkat dimasukkan kedalam
wilayah Afdeling Langkat dipimpin Asisten Residen orang Belanda, sedangkan
Sultan Langkat diangkat dari bumi putra. Demikian halnya dengan wilayah orang
Karo bagian timur dan Karo Jahe, seperti Deli Tua, Sibolangit, Pancur Batu dan
wilayah Sunggal dimasukkan kedalam wilayah administrasi Deli dan Serdang.12
Secara umum Kabupaten Karo memiliki alam yang sejuk dan indah yang
sering disebut dengan Taneh Karo Simalem berada pada ketinggian 400-1600 m dpl
(di atas permukaan laut) dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97% dari wilayah Provinsi
Sumatera Utara. Tanah Karo merupakan daerah pegunungan, dua di antaranya yang
terkenal yaitu; gunung Sinabung dan Sibayak dan masih aktif sampai sekarang yang
membuat Tanah karo sangat subur, sehingga mayoritas masyarakat menggantungkan
kehidupannya pada hasil bercocok tanam, dengan kesuburannya ini Tanah karo
menjadi sangat terkenal sebagai penghasil sayur dan buah. Kota Kabanjahe
merupakan ibukota dari Kabupaten Karo, dengan jarak kurang lebih 75 Km dari kota
Medan, dengan jarak tempuh 90-120 menit, sehingga daerah ini banyak dikunjungi
oleh masyarakat baik lokal, Nasional maupun manca negara yang menjadikan
12Ibid
(32)
Tanah Karo menjadi salah satu tempat pariwisata yang sangat diminati untuk
menikmati kesejukan dan keindahan alam, karena berada diketinggian tersebut tanah
Karo Simalem mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai
17 derajat celcius. Di dataran tinggi Karo inilah bisa kita temukan indahnya nuansa
alam pegunungan dengan udara yang sejuk, dan di tambah pula cirri khas daerah
yakni buah dan sayur. Di Daerah ini bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi
Sinabung dan Sibayak dalam keadaan aktif.
Dilihat dari Geografi Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan
Bukit Barisan dan merupakan daerah Hulu Sungai. Wilayah Kabupaten Karo secara
geografis terletak di antara 2 derajat 50 menit Lintang Utara sampai 3 derajat 19
menit Lintang Utara dan 97 derajat 55 menit Bujur Timur sampai dengan 98 derajat
38 menit Bujur Timur.
Batas-batas wilayah Kabupaten Karo setelah tahun 1948.
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten
Simalungun
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi
Daerah Istimewa Aceh)
Pembagian Luas wilayah Kabupaten Karo menurut ketinggiannya :
1. Daerah ketinggian 140 sampai dengan 200 meter di atas permukaan laut
(33)
2. Daerah ketinggian 200 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut
seluas 11.373 Ha (5.35 %)
3. Daerah ketinggian 500 sampai dengan 1000 meter di atas pemukaan laut
seluas 79.215 Ha (37,24%)
4. Daerah ketinggian 1000 sampai dengan 1400 meter dari permukaan laut
seluar 112.587 Ha (52,92%)
2.2Latar Belakang Sosial Ekonomi Masyarakat Karo
Sebelum pemerintah Kolonial Belanda tiba di dataran tinggi Karo, situasi dan
kondisi sosial ekonomi masyarakat sifatnya sangat tertutup. Walaupun demikian
bukan berarti tertutup seluruhnya, karena ada hubungan perdagangan dengan dunia
luar walaupun terbatas. Sejumlah orang Karo pergi merantau ke daerah lain untuk
mencari pekerjaan, terutama dataran rendah Deli dan Langkat untuk menanam lada.
Ekonomi Karo ketika ini banyak mengalami persamaan dengan etnis tetangganya
seperti Simalungun, Toba, Pakpak dan Alas. Sikap mereka terhadap aktivitas
ekonomi statis dan kaku dan seolah-olah tidak memiliki suatu harapan ekonomi akan
mengalami perubahan dan perkembangan.
Tanah yang dipergunakan masyarakat Karo untuk bertani, memelihara ternak
dan berburu tidak seluruhnya subur dan kondisinya berbukit-bukit. Produksi padi
ladang yang ditanam di lahan kering kira-kira memproduksi 1500 kg/ha. Ada
beberapa buah sungai dengan lembah-lembah yang dialirinya, namun agak sempit
dan dalam, sehingga sukar untuk membangun irigasi. Sarana jalan raya tidak ada
(34)
transportasi satu-satunya adalah menembus hutan belantara dengan cara berjalan
kaki, dan terkadang hewan kuda yang dibebani dengan sejumlah barang juga
dimanfaatkan untuk menelusuri dan mendaki hutan belantara tersebut.
Hasil utama tanaman masyarakat adalah padi, produksi tanaman ini tidak
untuk diperdagangkan karena hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
saja. Seperti telah diuraikan di atas, bahwa produksi padi sangat rendah karena
penguasaan teknik dan cara bercocok tanam sangat rendah dan sedikit. Hasil produksi
panen juga berubah-ubah dari tahun ke tahun, salah satu faktor yang mengakibatkan
demikian adalah karena masyarakat Karo tidak memiliki penanggalan yang baik, dan
tanaman padi tidak selalu diadakan pada waktu yang tepat. Untuk melindungi diri
terhadap kekurangan bahan pokok makanan dan ancaman kemarau, para petani
menanam jagung dan menyimpan padi dalam lumbung sebanyak mungkin,
kadang-kadang untuk tiga tahun atau lebih.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo memakan nasi dan gulai yang
sangat sederhana, daging dan ikan asin adalah komoditi makanan yang sangat
mewah, sedangkan beberapa jenis tikus (umumnya tikus ladang), kodok dan serangga
juga dimakan oleh masyarakat Karo. Ditinjau dari sudut keragaman dan kelezatan
makanan mereka hampir sama dengan etnis tetangga-tetangganya dan jauh sangat
ketinggalan jika dibandingkan dengan makanan orang Melayu, Minang, Jawa dan
Sunda.
Selain konsumsi makanan yang sederhana, pakaian mereka juga sangat
sederhana dan murah, demikian juga rumah mereka. Di antara orang kaya dan miskin
(35)
dikenakan sehari-hari maupun rumah tempat tinggal yang didiami. Saat-saat dimana
pola makanan mereka mengalami perubahan adalah ketika menjamu tamu atau
saat-saat mengadakan upacara kelahiran, perkawinan, kematian dan lain-lain.
Perdagangan dengan daerah lain walaupun jumlahnya sangat sedikit tapi
berperan bagi ekonomi Karo. Garam dan ikan asin, candu dan besi semuanya
diimport. Demikian juga barang pecah belah, kain dan senjata. Sebaliknya ekspor
yang dilakukan adalah ternak dan sedikit lada, terkecuali oleh orang-orang Karo yang
telah bermukim di sekitar kawasan dataran rendah yang dekat ke pantai jumlahnya
besar. Salah satu faktor kenapa ekspor mereka sangat rendah adalah karena sarana
jalan tikus tidak terawat baik, juga adalah karena kurangnya perlindungan.
Organisasi ekonomi atau kesatuan ekonomi, yang utama tiap-tiap keluarga
diharapkan memenuhi kebutuhan subsisten masing-masing. Hampir tidak ada
pembahagian kerja dan spesialisasi ekonomi, terkecuali seperti yang didapatkan pada
masyarakat pada umumnya. Ada juga beberapa orang yang memiliki pekerjaan
sambilan sebagai tukang besi, dukun dan pemain musik. Di samping itu ada juga
budak (semua bukan orang Karo) dalam jumlah kecil. Walaupun mereka budak,
status mereka diperlakukan cukup tinggi dengan tugas membantu rumah tangga dan
pekerjaan di ladang. Sedangkan tenaga upah tidak ada sama sekali, pekerjaan
dilaksanakan di atas dasar tolong-menolong sesama keluarga dan tetangga, juga
diatur atas dasar pertukaran kerja. Lembaga ini di Karo disebut aron, kebanyakan
kelompok kerja dibentuk atas dasar sukarela dan hanya bekerja di bidang pertanian.
(36)
subsisten yang berpendapatan rendah lainnya, dimana tidak terdapat hirarki pada
struktur politik dan struktur sosialnya.
Kecuali tenaga kerja dan keterampilan yang mereka miliki tanah adalah
satu-satunya sumber ekonomi mereka. Masyarakat desa sebagai kesatuan hanya memiliki
hak pakai atas tanah yang dipergunakan untuk perladangan (berpindah-pindah), tetapi
memberi hak semi permanen untuk tegalan dan tanah yang dipersawahi. Tanaman
menjadi hak bagi orang yang menanamnya. Apabila seseorang meninggal dunia dan
dia memiliki hak pakai, katakanlah atas sebidang tanah yang telah digarap, maka hak
pakainya diwarisi oleh putra-putranya dengan hak yang sama. Dalam hal yang khusus
masyarakat desa dapat membatalkan hak atas tanah yang telah diberikan sedangkan
orang luar tidak diizinkan untuk memperoleh tanah, tetap memindahkan hak-hak atas
tanah kepada orang Karo lainnya diperbolehkan.
2.3 Sistem Kekerabatan Masyarakat Karo
Hubungan kekerabatan bagi masyarakat Karo masih tetap merupakan unsur
penting dalam segala aspek kehidupan. Pada masyarakat Karo, sistem kekerabatan
sangat penting, dari hal-hal sangat sederhana sampai kepada hal-hal yang rumit.
Kekerabatan pada masyarakat Karo bukan hanya dilihat dari segi usia, tetapi juga
dengan istilah kekerabatan dengan seluk beluknya, kedekatan dengan silsilahnya.
Misalnya dalam hal tutur sapa, khususnya untuk anak di dalam satu keluarga
mempunyai panggilan yang menunjukkan kedudukan seseorang yaitu anak sintua,
anak sintengah dan anak singuda. Anak sulung dipanggil dengan kakak tua dan ia
(37)
dalam adat karo hubungan ini diketahui melalui Ertutur yang berpedoman pada
marga, beru dan bere – bere sebagai tanda keturunan seseorang. Dari sini akan
diketahui jenjang keturunan tinggi rendahnya seseorang. Tiga tingkatan ertutur, tutur
maganjang (tutur tinggi) yaitu orang yang mempunyai panggilan ayah ke atas, tutur sintengah (tutur menengah), orang yang mempunyai panggilan senina atau rimpal.
Tutur meteruk atau tutur rendah, yaitu orang yang mempunyai panggilan anak bawah.
Dalam hubungannya dengan senioritas, faktor usia bukanlah yang
menentukan tinggi rendahnya seseorang dalam bertutur, tetapi juga karena kedekatan
sisilah atau nomor urut. Jadi tidak heran jika misalnya si Ate Malam yang berumur
tahun memanggil bibi kepada Riah Nanita yang berumur 20 tahun. Akibat adanya
pertalian keluarga atas dasar ertutur, maka juga ada 8 tutur dalam masyarakat karo
yang disebut tutur siwaluh yaitu Sembuyak, senina, siparibanen, senina sipemeren,
anak beru, anak beru mentri, kalimbubu, puang kalimbubu, dalam sebuah kegiatan
atau upacara adat mereka sudah mempunyai tempat masing-masing yang telah
ditentukan oleh adat dengan sedemikian rupa.
2.4 Sistem Politik dan Pemerintahan
Pemerintahan dan perpolitikan Masyarakat Karo tidak dapat lepas dari
pengaruh adat istiadat yang dipakai. Dimana adat adalah hukum yang paling
dihormati oleh masyarakat Karo, dasarnya adalah merga silima, rakut sitelu, tutur
siwaluh, perkade-kaden siduabelas tambah sada, garis keturunan dalam hubungan perkawinan.
(38)
Kesatuan teritorial yang terbesar adalah kuta ( kampung/desa ) setiap kuta
dikepalai oleh seorang pengulu yang sekaligus menjalankan pemerintahan diangkat
dari orang yang pertama sekali membuka lahan dan mendirikan kuta di sebuah
daerah. Setiap daerah kesatuan teritorial dihuni oleh sejumlah keluarga berasal dari sub-klan yang sama di sebut “kuta”.13
Pemerintahan desa di Tanah Karo pada mulanya adalah pemerintahan adat.
Hal ini tidak terlepas dari sejarah pembentukan desa dan situasi politik yang
melatarbelakangi kehidupan masyarakat Karo. Pembentukan desa dimulai dengan
pembentukan kesain yaitu kelompok permukiman penduduk yang semula didirikan
oleh pendiri satu desa yang disebut simanteki atau merga taneh dengan anak beru dan
senina-nya. Desa yang disebut kesain dikepalai oleh penghulu kesain dan anak beru-nya dan adapun yang menjadi penghulu di kesain yang baru tetap yang mula-mula
mendirikan kesain awal atau keturunannya yang disebut sebagai merga taneh atau Kepala desa yang tradisional atau penghulu adalah anggota merga taneh
tersebut. Bersama seorang anak beru dan seorang senina-nya, penghulu menjalankan
pemerintahan desa. Menurut adat Karo sebuah desa tidak dapat didirikan oleh satu
orang atau satu kelompok patrilineal-nya saja, tetapi harus bersama-sama dengan
anak beru dan senina dari kelompok itu. Anak beru yang demikian disebut juga anak beru tua, atau pengambil dara yang tradisional. Yang dimaksud dengan senina adalah orang atau kelompok patrilineal lain dan tergolong satu klen, tetapi berbeda sub-klen.
Ketiga kedudukan tersebut akan memerintah secara turun temurun.
13Ibid
(39)
simantek tadi. Setelah terbentuk dua atau tiga kesain atau lebih barulah terbentuk sebuah kuta.
Setelah terjadi beberapa kesain dibuatlah musyawarah antara kesain untuk
mendirikan jambur. Jambur disebut juga balai kuta yang merupakan tempat
bermusyawarah atau runggu dari penghulu-penghulu kesain yang dikepalai penghulu
kesain yang paling tua (yang mula-mula mendirikan kesain). Kepala kuta ini dibantu oleh penghulu-penghulu kesain lainnya dan tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat di
desa selain penghulu adalah guru sibaso (orang pandai menentukan hari baik atau
tidaknya suatu kegiatan dan dapat pula mengetahui arti dan makna dari suatu
kejadian) dan guru atau dukun yang pandai mengobati, pandai namura (yang pandai
bertukang), sierjabaten yaitu pemusik, pemukul gendang, tukang serunai, pemukul
gong yang besar dan kecil, pande perik (orang yang mengetahui air irigasi) dan
lainnya.
Dengan bertambahnya penduduk, terbatasnya tempat pemukiman di kesain
dan sebab-sebab lain seperti kekurangan tanah perladangan, terbentuknya kesain di
luar kuta (kumpulan kesain) semula yang dapat berkembang jadi kuta yang baru.
Hubungan kuta yang baru dengan kuta yang lama tetap terpelihara khususnya dalam
saling mengundang dan kuta yang lama akhirnya membentuk yang disebut urung.
Adapun yang menjadi penghulu urung adalah penghulu kuta pertama, penghulu
urung lama-kelamaan disebut raja urung.
Ketika Belanda menguasai Tanah Karo, maka pemerintah kolonial Belanda
mengelompokkan desa-desa yang dipimpin oleh merga yang sama dinamai sibayak
(40)
tetapi dari atas. Mereka digaji oleh pemerintah Belanda dan pangkat Sibayak ini
turun-temurun melalui Gubernur Jenderal. Hal ini diteruskan dan diakui oleh
(41)
BAB III
GERAKAN PEMUDA RAKYAT
3.1 Perkembangan Komunis di Sumatera Utara
Ide Marxisme mulai masuk di Sumatera Timur diwakili oleh Tan Malaka
(1920-1921) yang pada waktu itu ia belum mengikatkan diri sepenuhnya pada
gerakannya. P.K.I mulai masuk dan berdiri sepenuhnya pada tahun 1925 dibawah
pinpinan Sutan Said Ali yang pada bulan Desember itu juga, P.K.I dengan mendadak
mampu melancarkan pemogokan di pelabuhan Belawan., tepat pada saat Gubernur
Jenderal Hindia Belanda berkunjung ke Sumatera Timur, meskipun basis P.K.I
adalah kaum buruh kota yang terorganisir.
Tetapi P.K.I adalah satu-satunya partai yang mendapat dukungan dan
pengaruh yang besar dari kalangan buruh perkebunan, dan partai ini juga yang
pertama sekali membawa pikiran-pikiran politik moderen kepada penduduk Karo
yang masih memakai agama nenek moyang (agama Pemena)14 dan selama itu juga
belum terjangkau oleh S.I.15
14
Perbegu/Pembena adalah agama orang karo yang percaya kepada arwah nenek moyang dan kekuatan alam.
15
Anthony Reid, Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1987. hal. 111
Pemberontakan pada tahun 1926-1927 di Jawa dan
Sumatera Barat telah memberikan kekuasaan kepada pembesar-pembesar setempat
untuk menggunakan semua alat refresif untuk menghancurkan P.K.I serta ormasnya
yang membahayakan keamanan dan ketertiban umum. Diberlakukannya kekuasaan
(42)
menangkap dan membuang semua peminpin P.K.I ke Boven Digul dan Irian. Di
antara orang yang dibuang pada tahun 1927-1928 itu terdapat seorang dari suku Toba
terpelajar yang mendapat pendidikan Belanda, Urbanus Pardede yang meminpin sel
P.K.I yang terdiri dari 9 orang di Pematang Siantar ia merencanakan aksi teroris di
kalangan buruh perkebunan di Simalungun. Kesembilan orang tersebut diasingkan.
Pengasingan telah dilaksanakan dalam skala yang sangat luas, oleh Van Kempen16
yang sangat keras dan Tegas dan terus-menerus oleh pengganti-penggantinya sebagai
Gubernur Sumatera Timur, namun pada tahun 1931 sebanyak 19 orang yang dituduh
komunis di Sumatera Timur dibebaskan, tokoh- tokoh P.K.I yang dibebaskan pada
tahun-tahun berikutnya antara lain dua bersaudara Nerus dan Nolong Ginting Suka
yang sebelum diasingkan meminpin P.K.I di Tanah Karo sampai akhir 1928-an
bersama Xarim M.S seorang orator dari Aceh yang tidak diperbolehkan kembali ke
Aceh.17
Selama tindakannya terhadap kaum “ekstemis” ini, Gubernur Van Kempen
telah membangun seperangkat alat repsesif yang luar biasa luasnya dalam ukuran
standar Hindia Belanda waktu itu. Pada tahun 1926 dia menciptakan Gwestelijk
Researche (intel provinsi), suatu badan penyelidik khusus untuk sumatera timur yang
pada tahun 1930 tumbuh mencapai lebih dari enam puluh pejabat tetap dan sejumlah
spion gelap, selanjutnya dia memerintahkan dua organisasi kaum onderneming
Belanda DPV dan AVROS untuk mendirikan organisasi intelnya sendiri untuk
menyapu bersih oknum-oknum yang dianggap berbahaya di perkebunan-perkebunan.
16Ibid
., hal. 112
17Ibid
(43)
Intel kaum Planter ini segera menjadi terkenal sampai di luar Sumatera Timur karena
perlakuan-perlakuan kejam terhadap kuli-kuli kontrak yang dilakukan spion-spion
kebonnya. Secara berangsur-angsur organisasi ini dibatasi hanya sampai melakukan
tugas-tugas penyelidikan saja, tetapi telah berhasil untuk tidak memungkinkan
kegiatan politik beroperasi di perkebunan. Kelemahan posisi kaum kuli kontrak yang
setiap waktu bisa diasingkan atau ditahan, bersama larangan ketat orang luar
berkunjung ke perkebunan-perkebunan telah membuat mereka berada pada
kekosongan politik yang ditutup rapat dari dunia luar selama sisa zaman kolonial
Belanda di Indonesia.
Kegiatan politik sesudah tahun 1927 sebagian besar hanya terbatas pada
kota-kota penting terutama mengungkapkan cita-cita dan tujuan nasional Indonesia. Mr,
Iwa Kusuma Sumantri yang baru saja kembali ke Indonesia dengan segar bugar dari
pengalamanya pada “Liga Melawan Imperilisme” di Eropa dan membuka kantor
pengacaranya di Medan, telah mencetuskan daya gerak yang luar biasa kepada rasa
dan cita kebangsaan ini lewat surat kabarnya yang berumur pendek ”Matahari
Indonesia” dan dorongannya mendirikan serikat buruh dikalangan supir dan pegawai negeri. Delapan belas bulan kemudian tokoh ini diasingkan Belanda ke Banda neira.18
18Ibid
., hal. 113
hampir semua organisasi di sumatera Timur sudah lebih bercorak nasional, salah
satunya Partindo (Partai Indonesia), partai politik kedua yang didirikan Soekarno,
mulai tumbuh suatu bangunan partai nasional yang kuat dan bersifat merakyat di
daerah ini. Dua tokoh asal Mandailing yang mempunyai kharisma, Abdul Hamid
(44)
rapat-rapat umum Partindo di Medan dan Siantar pada awal tahun 1930-an19
a. Perbedaan dasar dalam sifat-sifat nasional, ras dan agama, serta
pertentangan kepentingan ekonomi di kalangan penduduknya; .
Sebelum Partindo dilumpuhkan oleh Belanda di seluruh Indonesia dengan
menyatakan larangan terhadap semua bentuk rapat umum pada tahun 1934,
terlebih-lebih yang dialami cabang-cabang di Sumatera Timur sudah dilumpuhkan dengan
cara penangkapan yang terus-menerus terhadap pemimpinnya dan larangan pada
setiap kegiatan di Kerajaan Langkat. Hamid Lubis dibuang pada tahun 1934,
kemudian partai tersebut dilarang mengadakan kegiatan oleh Belanda, akhirnya
terhentilah kegiatan partai tersebut pada tahun 1936. Lenyapnya Partindo, muncullah
partai pimpinan Hatta dan Syahrir, yaitu PNI. Partai ini kemudian lebih mampu dan
berpengalaman dalam melaksanakan rapat-rapat umum sehingga terhindar dari
Belanda. Tetapi pada hakekatnya gerakan perjuangan politik memang dapat ditentang
oleh Belanda pada pertengahan tahun 1930-an.
Sebuah laporan pemerintah Belanda pada tahun 1935 dengan ringkas
menyampaikan faktor-faktor yang menghambat gerakan nasional Indonesia di
Sumatera Timur sebagai berikut :
b. Ketiadaan yang tetap akan barisan cendikiawan dan
pemimpin-pemimpin yang terpelajar dan berasal dari anak negeri, dibanding
dengan mereka yang sebagian besar berasal dari daerah lain.
c. Kesulitan kontak langsung dengan masing-masing pengurus pusat
gerakannya ditempat lain (antara lain );
19Ibid.
(45)
d. Penduduk suku-suku pribumi yang konservatif pada umumnya
tidak mempunyai selera dalam masalah-masalah politik;
e. Akhirnya, tindakan-tindakan yang lebih ketat dijalankan oleh
gubernemen sejak Agustus 1933, dan telah melengkapi alat-alat
kekuasaan gubernemen dan polisi sehingga dapat bertindak keras
terhadap kegiatan-kegiatan yang anti gubernemen.
Faktor yang kelima di atas ini memerlukan perhatian khusus, sejak
tindakan-tindakan keras Van Kempen terhadap PKI telah disadari bahwa kekuasaan kelima
sultan yang terikat dengan perjanjian jangka panjang dengan Belanda, dan berisi
antara lain hak politik untuk berserikat dan berkumpul serta menyatakan pikiran,
dapat dipergunakan untuk kepentingan rezim Belanda. Kebencian para sultan
terhadap perantau “asing”, yaitu orang-orang kaya baru yang tidak tahu adat, serta
menjadi saingan-saingan beratnya dalam menjalankan hubungan dengan Belanda.
Tetapi kerajaan tidak akan dapat menjalankan tindakan keras terhadap kaum politik
tanpa restu gubernemen. Soalnya pemerintahan provinsi tidak menumpas kaum
nasioanalis lewat sultan-sultan ini dari yang telah dilakukan pemerintah secara
terbuka, sehingga dengan demikian mengalihkan sasaran kritik terhadap tindak
kekerasan ini ke alamat sultan-sultan itu. Kesultanan langkat menjadi daerah pertama
melarang kegiatan Partindo pada tahun 1933, sedangkan usaha partai itu mendirikan
cabangnya di kesultanan Asahan pada tahun 1935 telah dihancurkan tanpa kesulitan
oleh pihak kesultanan. Kebijaksanan politik ini mengakibatkan pertentangan tajam
antara partai-partai nasional dan kerajaan, namun sama sekali tidak menjadi persoalan
(46)
nasionalis, termasuk kaum moderatnya , untuk mengalihkan wewenang mengenai hak
politik untuk bebas berserikat dan berkumpul dari kelima kesultanan itu kepada
pemerintah pusat. Pengalaman kaum politik dalam melakukan tindakan-tindakan
represif yang di praktekkan kesultanan jauh lebih sering menjadi sumber pokok rasa
tidak puas dari pemborosannya yang berlebih-lebihan dan sifat-sifatnya yang sudah
ketinggalan zaman.
Seperti pada bagian-bagian lain di Indonesia, situasi yang tidak
memungkinkan bagi kegiatan politik pada tahun-tahun 1930-an itu telah
menggerakan kaum nasionalis dari berbagai aliran yang mencurahkan usahanya
dibidang kemasyarakatan yang lebih luas. Bank, perusahan-perusahan asuransi,
berbagai jenis usaha, koperasi telah didirikan berdasarkan prinsip nasional percaya
kepada diri sendiri, menolak orang-orang Eropa dan Cina yang menguasai ekonomi
negeri itu. Terutama telah bangkit kegairahan memperluas sarana dan keperluan
pendidikan. 20
Budi Utomo adalah organisasi yang pertama bergerak dalam bidang
pendidikan upaya yang dilaksanakan adalah mendirikan sejumlah sekolah-sekolah
yang pada awalnya ditujukan untuk anak-anak buruh. Dengan berkembangnya
kesadaran nasional, beberapa dari sekolahnya ini telah dialihkan menjadi
perhimpunan pendidikan Taman Siswa yang membuka cabangnya yang pertama di
Sumatera pada tahun 1929 yakni di Medan. Meskipun pusatnya di Jawa, namun oleh
Sogondo Karto prodjo sejak tahun 1934 di Medan, Taman Siswa yang didasari oleh
20Ibid
(47)
cita-cita nasional terus membuahkan hasil dengan banyaknya penduduk setempat ikut
bergabung.
Sepinya kehidupan politik di Indonesia pada tahun 1930-an merupakan
impian bagi Belanda karena tidak menyadari bahwa suasana yang kelihatannya begitu
tenang hanya terutama di ciptakan oleh pengwasan polisi yang begitu pada kaum
pergerakan nasional yang telah berkembang secara meluas dan mendalam selama
masa itu, sedangkan politik Belanda terus dengan ketat mengasingkan mereka dari
kerajaan. Dalam berbagai macam bentuknya kaum pergerakan telah berhasil
meningkatkan perjuangannya sehingga terwakili dalam lapisan-lapisan masyarakat
Indonesia yang lebih terpelajar dan moderen, sedangkan sultan-sultan Melayu
semakin menjalankan posisi bertahan dengan hanya berlandaskan kesetiaan mutlak
warga rakyatnya yang langsung di bawah kekuasaannya yang di backing oleh
Belanda.21
Pada akhir tahun tiga puluhan orang-orang pergerakan di Sumatera Timur
kembali mendapat kesempatan menyalurkan aspirasi politiknya, terutama lewat
Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia) dan Parindra (Partai Indonesia Raya). Bahwa
telah didirikan dua partai nasional, bukan satu saja, lagi-lagi sebagian besar
disebabkan tekanan Refresif Belanda. Pegawai-pegawai pemerintah tidak di izinkan
menjadi anggota partai-partai politik yang berhaluan radikal kerakyatan seperti
Partindo, dan kemudian Gerindo. Karena sedikit lowongan terbuka bagi orang-orang 3.2 Berdirinya Persatuan Sumtera Timur
21Ibid
(48)
Indonesia lulusan sekolah menengah atau lebih tinggi lagi maka dalam prakteknya
tumbuh perbedaan yang tajam dalam mata pekerjaan masing-masing antara sejumlah
kecil pejabat pemerintah dan para ahli yang masuk menjadi anggota Parindra yang
relatif moderat itu dan sebagian besar mereka masuk dalam arus besar Partindo dan
Gerindo.
Parindra berdiri pada tahun 1935 sebagai fusi dari Budi Utomo dan Studie
Club yang dipimpin oleh Dr. Sutomo. Cabangnya di Sumatera Timur telah banyak
menarik berbagai macam aliran seperti; saudara Tua Sutan Syahrir, Sutan Noer
Alamsyh serta dua orang pemuda yang radikalS.M. Tarigan dan Mr. Laut Tarigan
yang kemudian dikenal sebagai tokoh-tokoh P.K.I terkemuka.
Gerindo didirikan secara nasional pada tahun 193722 di atas prinsip bahwa
front persatuan melawan fasisme membenarkan kaum nasionalis yang condong ke
Marxisme untuk bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda. Berdasarkan
pertimbangan taktis di Sumatera timur garis poiltik ini segera disambut sebagai suatu
kesempatan bekas bagi anggota-anggota Partindo yang nasionalis radikal untuk
kembali bernegosiasi, dengan harapan akan berkurangnya perlakuan represif dari
pemerintah. Pemimpin Partindo di Sumatera timur, Abdul Hamid Lubis berada di
pembuangan Digul, dan Jauhari Salim berada di Rumah sakit gila pada tahun 1937.23
22Ibid
., hal. 121
23Ibid
Tokoh ketiga M. Joni menjadi tokoh partai utama yang baru muncul. Beliau bersama
dengan pengurus daerah Gerindo lainya muncul dari generasi muda partindo, yaitu
(49)
ini telah bertahan hidup sebagai wartawan politikus sambil menjadi pokrol bambu.
Pimpinan cabang Gerindo di kota-kota besar seperti Medan dan Siantar berasal dari
kaum kecil terutama dari pedagang , pengrajin tukang jahit dan kerani pada
perusahaan Cina dan Indonesia. Partai ini juga mendirikan cabangnya di kota-kota
kecil seperti Binjai, Arhemia, dan Tanah Jawa (semua tahun 1938), Kisaran Sunggal
(1939), Tanjung Balai dan Kabanjahe (1940). Paling sedikit tiga dari cabang-cabang
ini menempatkan petani yang sederhana sebagai unsur yang pokok dalam
pimpinannya. Petani karo dari dusun Deli di cabang Sunggal dan Arnhemia, petani
pendatang Toba di Tanah Jawa. Sejak pembentukan dan pendudukan Jepang, Gerindo
adalah partai terbesar dan yang paling efektif di Sumatera Timur.24
Residen di Sumatera Timur secara langsung meminta kekuasaan dari Batavia
untuk membungkam tokoh ini untuk seterusnya. Karena politik masih bersifat lunak
kepada Gerindo, maka pembesar-pembesar di Sumatera Timur hanya dibolehkan
mengeluarkan larangan kepada M. Joni untuk menghindari semua pertemuan politik Cabang-cabang Gerindo di Sumatera Timur mencerminkan Nasionalis yang
sama dengan pendahulunya, Partindo, dan mereka berulang-ulang meminta
pimimpinan pusatnya di Batavia untuk meninggalkan sikap kooperasinya dengan
pemerintah Hindia Belanda. Pada giliranya, Gewestelijk Resershe (Intel Belanda)
kembali menemui musuh-musuh utamanya dan tidak membung-buang waktu dan
menekankan pembatasan-pembatasan, sedapat mungkin berdasarkan Hukum. Joni
dilarang meneruskan pidatonya ketika dia menyinggung masalah perjuangan
kemerdekaan pada rapat umum pertama Gerindo di Medan.
24Ibid
(50)
dalam batas waktu tiga bulan sejak September 1938. Selanjutnya Joni dan Adnan
Noer Lubis untuk tiga bulan lagi sejak april 1939, sementara itu, pada bulan
Desember 1938, polisi Sumatera Timur mendapat izin dari pemerintahnya untuk
boleh menghadiri semua pertemuan yang diadakan Gerindo sebelunya, spion-spion
gelap Gewestelijk Research sudah melaporkan semua rapat yang diadakan, bahkan
kursus politik hanya diberikan semata kepada anggota, tetapi mereka tidak boleh
langsung campur tangan atau bertindak.
Akhirnya pertumbuhan pergerakan nasional yang semakin luas dan kuat
membawa pengaruh pada penduduk asli Melayu Sumatera Timur sampai akhir
1930-an. Ternyata aristokrasi Melayu yang pendidikan langsungnya segera dibatasi, telah
menerima pikiran bahwa setiap masalah mengenai orang melayu haruslah
diselesaikan lewat tradisi istana.
Gerakan pertama perubahan di mulai oleh sekelompok orang Melayu biasa
yang mengecap pendidikan Belanda di Medan yang mendirikan “Persatuan Sumatera
Timur” (PST) pada bulan april 1938. Dua tokohnya yang terkemuka, yaitu Abdul
Wahab dan Zahari, adalah guru-guru yang benar-benar menyadari keterbelakangan
tiga suku asli Sumatera Timur dalam pendidikan dan bidang kemajuan lainya. Salah
satu keprihatinan mereka yang terutama ialah semakin banyaknya orang-orang Batak
Toba yang Kristen dan kurang bisa dibaurkan itu mengisi jabatan guru dan pegawai
negeri di Sumatera Timur karena ketiadaan anak sendiri yang bisa memenuhi
syarat-syaratnya.
Perkumpulan ini mencatat banyak kemajuan pada bulan-bulan pertama
(51)
kota-kota yang tidak senang terhadap posisi yang kuat tersebut dikarenakan oleh dua hal.
Yang pertama ialah kesulitan dalam merumuskan siapa yang dinamakan anak
Sumatera Timur yang berhak untuk diterima sebagai anggota. Setelah pembicaraan
yang larut akhirnya diterima sebagai anggota. Kemudian untuk selanjutnya ditetapkan
bagi semua mereka yang menganggap Sumatera Timur sebagai Kampung
halamannya sendiri dapat diterima sebagai anggota dalam golongan rendahan.
Kriteria ini telah ditentukan sesuai dengan aturan yakni golongan B, C dan D,
sedangkan golongan A terdiri dari anggota-anggota yang nenek moyangnya sudah
menetap di daerah itu sebelum Sumatera Timur di buka oleh perkebunan Eropa pada
tahun 1860-an. Ketentuan yang sudah dijalankan ini ternyata tidak mengakhiri
percekcokan intern maupun kritik-kritik yang muncul, karena organisasi ini
sebenarnya ditujukan untuk menghadapi suku-suku lain di luar Melayu.
Hal kedua yang dihadapi PST ialah sama yang dihadapi perhimpunan
“persatuan“ yang didirikan dengan maksud serupa oleh penduduk Melayu di Malaya,
yaitu mengenai adat, kesetiaan dan segala pujian yang harus diberikan oleh Melayu
kepada Sultan-sultannya. Awalnya dalam persatuan itu terdiri dari orang-orang
Melayu biasa yang mengeluh tentang adanya rintangan-rintangan yang menghambat
kemajuan PST dan menghadapi perlawanan dari mereka yang “takut PST itu menjadi
sebuah perhimpunan radikal atau kiri” yang senantiasa memohon kerja sama dengan
pihak raja-rajanya, maka sebenarnya mereka mewakili penderitaan seorang ibu yang
melahirkan suatu gagasan pemikiran baru dalam stuktur kekuasan Melayu.
Walaupun Persatuan Sumatera Timur menyatakan kesetiaan dan sifatnya non
(52)
kepemimpinan mereka apalagi jika perkumpulan itu di pimpin oleh orang-oarng kota
biasa. Aristokarsi melayu tetap saja menjauhkan diri, sedangkan banyak bantuan dan
pengikut pertamanya adalah mereka yang sudah pindah dan terlepas dari adat
kebiasaan kampungnya. Cabang pertamanya di Medan mempunyai sekretaris
pengurus seorang karo yang menjadi anggota Gerindo. Pada bulan Oktober 1938
seluruh pengurus cabang Medan meletakkan jabatannya setelah terjadi konflik yang
tidak terselesaikan dengan pengurus lainnya. M.Said seorang wartawan terkenal yang
dipecat pengurus Parindra karena ikut mendirikan PST juga ikut keluar, sementara
pemimpin-pemimpin lainya terus merayu-rayu elite Melayu, dengan hati-hati
menekankan akan kepentingan suku anak negeri.25
25Suku anak negeri
adalah suku-suku yang telah mendiami Sumatera Timur sebelum kedatangan Belanda
Kebijakan ini mendapatkan imbalannya pada konferensi besar pertama PST
bulan Februari 1940 dimana kekuasaan melayu yang mapan itu secara dramatis
mendemonstrasikan perubahan sikapnya. Putra-putra Mahkota Kesultanan Deli dan
Serdang merestui dan tokoh-tokoh cendikiawan nigrat Melayu menyediakan dirinya
untuk menjadi pimpinan. Dr. Tengku Mansur paman Sultan Asahan dipilih menjadi
ketua dan Mr. Tengku Bahriun dari Deli dijadikan sekretaris, sedangkan pimpinan
semula yang terdiri dari orang-orang biasa dijadikan anggota pengurus. Dengan ini
perkembangan pesat PST sudah terjamin. Aristokrat-aristokrat terpelajar dari setiap
daerahnya membentuk cabang-cabangnya, termasuk dua cendikiawan terkemuka dari
(53)
Menjelang tahun 1941 PST sudah mempunyai lebih dari 900 anggota di
seluruh Provinsi itu. Nilai dari sukses ini adalah sifat konservatif yang telah
melibatkan PST, begitu organisasi ini menampilkan dirinya sebagai suatu hierarki
yang tidak begitu berbeda dari masyarakat Melayu sebagai suatu keseluruhan.
Perubahan yang dikandungnya mempunyai arti penting yang sangat mendasar dalam
memperluas kepribadian masing-masing daerah kecil atau rasa kelompok suku ke
seluruh daerah Sumatera Timur. Upaya untuk membentuk segolongan kaum ningrat
yang terpelajar dan berdaya mampu untuk menjadi pemimpin yang ampuh dalam
memperjuangkan “untuk pertama sekali perhatian dikalangan istana sebagai suatu
perkumpulan yang didirikan oleh dan untuk rakyat”. Namun dibawah pimpinan Dr.
Mansur organisasi ini bertentangan sangat tajam dengan pergerakan nasional secara
menyeluruh mengenai sikap alon-alon, sifat hierarki, pro pemerintah serta gaya
ekslusifnya. Dalam hubungannya dengan pergerakan nasional secara menyeluruh
PST adalah Ibarat “orang kena Pukau” suaranya tidak pernah terdengar, tanpa
kekuatan menghadapi soal apapun yang baru, masih senang saja dalam kealpaanya.
Latar Belakang Pemuda Rakyat Tanah Karo
Berdirinya Pemuda Rakyat di Tanah Karo Tidak terlepas dari berkembangnya
paham marxisme di Sumatera Timur yang pada mulanya dibawa oleh Tan Malaka
seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, dari awal masuknya paham ini
(54)
1872 dijajah oleh kesultanan26
Perkembangan partai dan paham-pahamnya baik nasionalis, agamais, sosialis
maupun komunis sangat menarik perhatian masyarakat Sumatera Timur, kususnya
masyarakat Karo yang tidak mempunyai keterikatan kelas seperti suku-suku yang ada
di Sumatera Timur pada umumnya, terutama paham komunis yang dari awal
perjuangannya sangat memperhatikan nasib kaum buruh, tani, nelayan dalam
perjuangan kelas yang menjadi salah satu andalan agitasi komunis yang sangat efektif
untuk merangkul kekuatan tani yang menjadi mayoritas pekerjaan masyarakat Karo.
Partai komunis merupakan partai yang paling cepat perkembangannya dan paling
besar pengaruhnya dalam perjuangan perebutan tanah di Sumatera Timur yang secara
langsung mempengaruhi pola pikir dan pandangan masyarakat Karo. Sehingga tidak
mengherankan partai ini dapat merebut hati masyarakat Karo.
yang dibiayai oleh pengusaha Belanda dan menjadi
musuh bebuyutan perkebunan dari awal berdirinya sampai Belanda menyatakan
kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1948.
Partai komunis yang telah menanamkan pengaruhnya di Sumatera Timur
terus melakukan pengkaderan sampai kedaerah-daerah salah satunya adalah Tanah
Karo dari hulu27 pada zaman kolonial sampai Tanah Karo yang kita kenal sekarang.
Pada tahun 1942 P.K.I telah membentuk struktur organisasi di sana sekaligus
mengembangakan organisasi kepemudaanya yaitu Pesindo28
26
Martin L. Peranginangin, op.cit., hal. 77
27
Deli, Langkat, Serdang pada masa penjajahan Kolonial merupakan daerah pemukiman masyarakat Karo.
28
Pesindo sebuah organisasi yang terbentuk pada 10 November 1945 dari fusi beberapa organisasi kepemudaan dan resmi menjadi organisasi sayap PKI pada tahun 1947 setelah PKI melakukan Infiltrasi terhadap organisasi-organisasi yang berbeda haluan. Pusat Sejarah TNI, op. cit.,
hal. 66
(55)
BAB IV
GERAKAN PEMUDA RAKYAT DI TANAH KARO
4.1 Struktur Kengurusan Organisasi Pemuda Rakyat di Indonesia
Struktur kepengurusan Pemuda Rakyat sangat komplit dari pusat atau
Nasional sampai ketingkat group (kelompok-kelompok diskusi di tingkatan
kelurahan, inilah yang membuat Pemuda Rakyat begitu dikenal dan dekat dengan
segala lapisan masyarakat, ditambah lagi aktivitasnya yang sangat tinggi baik
aktivitas internal maupun eksternal, selain dari segi kuantitas, kualitas Pemuda
Rakyat tidak diragukan lagi jika dibandingkan dengan organisasi-organisasi pemuda
lainnya, selain mampu menganalisis situsai baik lokal/tingkatan desa,
regional/provinsi, nasional maupun internasional, sehingga perkembangan dan
pemahaman Pemuda Rakyat sejalan dengan cepatnya informasi yang diterima secara
estapet dan selalu dibahas dari pusat hingga ke tingkatan terkecil sekalipun mengenai
perkembangan ekonomi, politik dan sosial agar tidak salah dalam memahami
pokok-pokok perjuangan dan ideologi yang sangat anti dengan monopoli, penindasan,
kapitalisme, imperialisme dan feodalisame, karena semuannya dianggap sebagai
penghambat kemajuan revolusi yang dicita-citakan oleh partai dalam menjamin
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara merata. 29
Pemuda Rakyat merupakan organisasi kader yang berbasis massa, seluruh
lapisan masyarakat dapat langsung menjadi anggotanya, setelah melalui proses yang
29
Wawancara dengan Jenda Tarigan, Seketaris I Pemuda Rakyat Tanah Karo dan anggota Pleno CDB PKI 1962
(56)
sudah ditentukan oleh organisasi, salah satunya adalah mengikuti forum dan diskusi
yang diadakan group-group di tingkatan desa yang akan dilanjutkan dengan
pendidikan politik dan ideologi yang diselenggarakan oleh partai dan Pemuda Rakyat
sebagai salah satu syarat mutlak, demi kemurnian cita-cita dan arah perjuangan dan
ideologi yang akan diemban oleh setiap kader maupun anggota Pemuda Rakyat.
Forum dan diskusi menjadi salah satu cara yang diandalkan oleh Pemuda Rakyat
dalam mempropagandakan, membangun dan mengembangkan ideologi dan cita-cita
partai yaitu “komunisme”. Dalam forum dan diskusi sangat banyak informasi,
pemahaman-pemahaman dan ide-ide yang cemerlang menyangkut sebuah
permasalahan sosial, ekonomi, politik maupun pertahanan keamanan, karena
topik-topik yang dibahas diutamakan masalah-masalah terdekat dengan komunitas
penduduk setempat yang ikut atau menjadi anggota Pemuda Rakyat, sehingga forum
dan diskusi yang diadakan sangat diminati oleh masyarakat dari berbagai golongan
umur.
(57)
Struktur Kepengurusan Pemuda Rakyat
s
Struktur ini menggambarkan system komunikasi pengurus Pemuda Rakyat
dari pusat sampai ke tingkat Group sebagai sebuah hierarki yang saling berhubungan P.R.P.R DESA D.P.P.P.R D.P.D.B.P.R. PROVINSI S.U P.C.P.R KECAMATAN D.P.D.P.R KAB GROUP PIMPINAN Daerah Besar PIMPINAN Daerah Besar PIMPINAN DAERAH PIMPINAN DAERAH PIMPINAN CABANG PIMPINAN CABANG PIMPINAN RANTING PIMPINAN RANTING GROUP GROUP
(58)
timbal balik, kepeminpinan dipegang secara kolektif sehingga tidak ada
kebijakan-kebijakan diambil atas nama pribadi, kebutuhan-kebutuhan organisasi akan
diselesaikan dalam sidang-sidang pleno sebagai wadah penggambilan kebijakan.
anggota-angota pleno diangkat secara otomatis dari pengurus-pengurus struktur
dibawahnya.
D.P.P.P.R (Dewan Pimpinan Pusat Pemuda Rakyat)
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekrataris
4. Bendahara
5. Anggota Pleno
6. Seksi-Seksi
D.P.D.B.P.R (Dewan Pimpinan Daerah Besar Pemuda Rakyat)
1. Sekretaris I
2. Wakil Sekretaris
3. Bendahara
4. Anggota Pleno
(59)
D.P.D.P.R (Dewan Pimpinan Daerah Pemuda Rakyat) Kabupaten Karo Tahun 196130
1. Sekretaris I : Jenda Tarigan
2. Wakil Sekretaris : Jurung Sinuraya
3. Bendahara : Riahta Br Sembiring
4. Anggota Pleno : Ambil Ginting
5. Seksi-Seksi : Jiman Karo-Karo
P.C.P.R (Pimpinan Cabang Pemuda Rakyat)
1. Seretaris I
2. Wakil Sekretaris
3. Bendahara
4. Anggota Pleno
5. Seksi-Seksi
P.R.P.R (Pimpinan Ranting Pemuda Rakyat)
1. Sekretaris
2. Wakil Sekretaris
3. Bendahara
4. Seksi-Seksi
5. Pinpinan Kelompok
30
Wawancara dengan Ambil Ginting, Anggota Pleno Pemuda Rakyat KAB. Karo, Guru Sekolah Ideologi Kabupaten Karo (1956-1965) dan sampai sekarang pertua di Gereja GBKP Kandibata.
(60)
GROUP
- Anggota-Anggota
4.2 Aktivitas Internal Pemuda Rakyat
Sejak berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Pemuda Rakyat di
Tanah Karo Kantor Partai ditempatkan di Berastagi
Perkembangan Partai dan Pemuda Rakyat pada tahun 1963 dipindahkan ke
Kaban Jahe Jalan Irian No. 4. DI kantor inilah segala kegiatan Pemuda Rakyat di
Tanah Karo diatur.31
Seksi-Seksi
Tenaga fulltimer di dearth (di kantor) sebanyak tiga orang untuk memberi dan
menerima informasi ketingkat cabang dan ranting. Pimpinan daerah mengadakan
sidang atau pertemuan dengan anggota pleno yang berjumlah lima belas orang untuk
mengevaluasi pelaksanaan program yang sudah ada yang sedang dilaksanakan.
Seksi-seksi ditingkat daerah, tingkat cabang, tingkat ranting pada dasarnya
sama, yaitu:
1. Seksi Ideologi
2. Seksi Organisasi
3. Seksi Kebudayaan
4. Seksi Front Pemuda
5. Seksi Olah Raga
31
Wawancara dengan Ambil Ginting, Anggota Pleno Pemuda Rakyat KAB. Karo, Guru Sekolah Ideologi Kabupaten Karo (1956-1965) dan sampai sekarang pertua di Gereja GBKP Kandibata.
(61)
6. Seksi Ekonomi
Fungsi dan Program Kerja:
1. Seksi ideologi
Program kerja utama Seksi Ideologi pada waktu itu adalah Pendidikan
Ideologi dan Politik, karena prinsip Pemuda Rakyat “Merah dulu baru Ahli”
- Pendidikan Ideologi dan Politik Tingkat Daerah/Kabupaten dilaksanakan
oleh Tingkat Propinsi yang disebut Sekolah Pemuda Daerah Besar, para
siswanya adalah kader-kader utusan daei tiap-tiap kabupaten Sumatera
Utara.
- Khusus untuk Pemuda RakyatTanah Karo yang melaksanakan pendidikan
adalah Seksi Ideologi dan Politik di Tingkat Cabang/Kecamatan yang
nantinya tugas kader-kader cabang mendidik kader ranting dan
anggota-anggotanya. Pendidikan dan politik di tingkat Ranting/ anggota-anggota
disebut S.P.D (Sekolah Politik Dasar).
Mata pelajaran yang diajarkan dalam Sekolah Pemuda Rakyat adalah ;
1. Filsafat Materialisme Dealektika dan Histori (MDH).
Mata pelajaran MDH adalah mata pelajaran yang utama dalam SPD, MDH
wajib dipahami calon-calon kader Pemuda Rakyat, karena dalam mata
pelajaran ini calon kader akan diajarkan bagaimana cara berfikir yang benar ,
analisis permasalahan-permasalahan sosial ekonomi, politik dan budaya
dengan melihat azas salaing keterkaitan dari setiap permasalahan yang ada
sehingga setiap calon kader mampu melihat sebuah permasalahan dari
(1)
Abdurahman, Dudung Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logoe Wacana Ilmu. 1999.
A. Prasetyantoko, Gerakan Mahasiswa Dan Demokrasi di Indonesia, Jakarta: PT. Alumni. 2001
Bahri, Syamsul, Penumpasan Gerakan 30 September PKI Di Sumatera Utara, Medan: Yayasan Pembaharuan Pemuda Indonesia Medan. 1992
Bill, Moyer, Merencanakan Gerakan, Yoyakarta: Pustaka Kendi. 2004
Eliseorocamora, Nasionalisme Mencari Idiologi, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. 1991
Gottschak, Louis, (Terj) Noto susanto, Nugroho, Mengerti sejarah, Jakarta: UII-Press, 1995
L, Martin, peranginangin, Orang Karo Diantara Batak, Jakarta : Pustaka Sora Mido. 2004
Kartodirdjo, Pemikiran Dan Perkembangan Historiografi Indonesia, suatu Alternatif. Jakarta: PT. Gramedia.
Kartodirdjo Sartono, Beberapa Kecenderungan Dari Studi Sejarah Di Indonesia Dalam Sejarah Indonesia Dalam Monografi, Yogyakarta: Jurusan Sejarah Dan geografi Sosial IKIP Sanata Dharma, 1980
Moleong, J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya. 1989.
(2)
Manihuruk, A.E (dkk), Perjuangan Rakyat Semesta Sumatera Utara, Jakarta : Forum Komunikasi Ex Teritorium VII Komando Sumatera. 1979.
Pelly, Usman, Urbanisasi dan Adaptasi; Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing, Jakarta : PT. Pustaka LP3S Indonesia. 1994
Reid, Anthony, Perjuangan Rakyat ; Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1987.
Samsudin, Mengapa G. 30 September Partai Komunis Indonesia Gagal?, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tim Sejarah ABRI, Bahaya Laten Komunis Di Indonesia, Jakarta: Pusat Sejarah Dan Tradisi ABRI
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Dudung Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logoe Wacana Ilmu. 1999.
A. Prasetyantoko, Gerakan Mahasiswa Dan Demokrasi di Indonesia, Jakarta: PT. Alumni. 2001
Bahri, Syamsul, Penumpasan Gerakan 30 September PKI Di Sumatera Utara, Medan: Yayasan Pembaharuan Pemuda Indonesia Medan. 1992
Bill, Moyer, Merencanakan Gerakan, Yoyakarta: Pustaka Kendi. 2004
Eliseorocamora, Nasionalisme Mencari Idiologi, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. 1991
Gottschak, Louis, (Terj) Noto susanto, Nugroho, Mengerti sejarah, Jakarta: UII-Press, 1995
L, Martin, peranginangin, Orang Karo Diantara Batak, Jakarta : Pustaka Sora Mido. 2004
Kartodirdjo, Pemikiran Dan Perkembangan Historiografi Indonesia, suatu Alternatif. Jakarta: PT. Gramedia.
Kartodirdjo Sartono, Beberapa Kecenderungan Dari Studi Sejarah Di Indonesia Dalam Sejarah Indonesia Dalam Monografi, Yogyakarta: Jurusan Sejarah Dan geografi Sosial IKIP Sanata Dharma, 1980
Moleong, J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya. 1989.
Manihuruk, A.E (dkk), Perjuangan Rakyat Semesta Sumatera Utara, Jakarta : Forum Komunikasi Ex Teritorium VII Komando Sumatera. 1979.
(4)
Pelly, Usman, Urbanisasi dan Adaptasi; Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing, Jakarta : PT. Pustaka LP3S Indonesia. 1994
Reid, Anthony, Perjuangan Rakyat ; Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1987.
Samsudin, Mengapa G. 30 September Partai Komunis Indonesia Gagal?, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tim Sejarah ABRI, Bahaya Laten Komunis Di Indonesia, Jakarta: Pusat Sejarah Dan Tradisi ABRI
(5)
Daftar Informan
1. Nama : Kumpul Ginting
Alamat : Berikari No. 61 P. Bulan, Medan
Umur : 79 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Jabatan Organisasi : Anggota DPRDSU (1959-
Peristiwa 30September 1965), Berdagang sampai sekarang.
2. Nama : Ambil Ginting
Alamat : Desa Kandibata, Kec. Kabanjahe
Umur : 79 Tahun
Pekerjaan : Bertani
Jabatan Organisasi : Guru Sekolah Ideologi Pemuda Rakyat, Pertua GBKP Kandibata
3. Nama : Jenda Tarigan
Alamat : Desa Gambir, Kecamatan Simpang IV, Kab Karo
Umur : 87 Tahun
Pekerjaan : Bertani
Jabatan Organisasi :1959; Sekretaris PKI Kab. Karo (Komite Seksi, CS), anggota Pleno CDB, anggota Dewan 1 priode; tahun 1958 s/d 1965; Ketua Front Nasional Kab. Karo (Front Nasional terdiri dari;
(6)
PNI, PKI, MURBA dan Parkindo), tahun 1945, Ketua Pandu Indonesia Dan Ketua Pemuda Sosialis Indonesia Kab Karo.
4. Nama : Jiman Karo-Karo
Alamat : Jl. Jamin Ginting, No. 27 Tuntungan
Umur : 80 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Jabatan Organisasi : Seksi Agitasi dan Propaganda DPD
KAB Karo, Ketua KKP-HAM ( 2003 s/d sekarang), Bertani
5. Nama : Sempa Sitepu
Alamat : Jl. Jamin Ginting Komp. Pamen No. 10 P. Bulan Umur : 78 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan ABRI
6. Nama : Joko Kasim
Alamat : -
Umur : 52 Tahun
Pekerjaan : Sekretaris KKP- HAM 1965
7. Nama : Kamaruddin Tarigan
Alamat : Desa Daulat Rakyat, Kec. Daulat Rakyat
Umur : 67 Tahun