S BIO 1106368 Chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
IPA (sains) merupakan kombinasi dua unsur utama yaitu proses dan produk
yang tidak terpisahkan, sains sebagai proses meliputi keterampilan proses dan
sikap

ilmiah yang diperlukan untuk

memperoleh dan mengembangkan

pengetahuan, sedang produk sains meliputi konsep, teori, hukum, prinsip dan dalil
(Sigit et al., 2013). Hakikat dari ilmu sains adalah proses penemuan, dan output
dari proses itu sendiri adalah kemampuan mengamati, me ngumpulkan data,
mengolah data, menginterpretasikan data, menyimpulkan, mengomunikasikan,
dan lain- lain yang diharapkan didapatkan oleh siswa (Suyana dan Siahaan, 2010).
Kemampuan


mengamati,

mengumpulkan

data,

mengolah

data,

menginterpretasikan data, menyimpulkan, dan mengomunikasikan tersebut
termasuk ke dalam keterampilan proses dasar (Widodo et al., 2013).
Saat ini penyelidikan ilmiah (scientific inquiry) telah menjadi primadona
dalam sains dan ilmu- ilmnya, dan seiring dengan perkembangannya proses yang
terdapat dalam penyelidikan ilmiah dikemas lebih sistematis berupa keterampilanketerampilan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan penyelidikan secara
ilmiah, keterampilan ini disebut sebagai “Keterampilan Proses Sains (KPS)”
(Suyana dan Siahaan, 2010). Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan,
dalam pembelajaran sains termasuk Biologi siswa ditutuntut untuk menggunakan
proses dan produk sains tersebut, dengan kata lain melibatkan Keterampiran
Proses Sains (KPS).

Kurikulum 1984 dan kurikulum 1994 menekankan penggunaan Keterampilan
Proses Sains (KPS) dalam pembelajaran sains pendidikan dasar dan sekolah
menengah (Rustaman et al., 2005). Kurikulum 2013 menekankan pada scientific
approach atau pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran, penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran sendiri melibatkan keterampian proses
seperti mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan
(Kemendikbud, 2013). Berdasarkan ketiga kurikulum yang pernah dan sedang
diterapkan di Indonesia jelaslah bahwa Keterampilan Proses Sains (KPS) dituntut
Endang Sri Novianti, 2015
Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Pada Pembelajaran Inquiry Lesson
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2

ada dalam pembelajaran sains, dan telah diberlakukan sejak pendidikan dasar,
maka sudah sewajarnya jika siswa menengah atas sudah perlu memiliki
Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi.
Asesmen dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan, hal ini sesuai dengan
salah satu prinsip asesmen autentik yaitu proses penilaian harus merupakan bagian

yang yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan kegiatan terpisan
dari proses pembelajaran (Majid, 2013). Majid (2013) juga berpendapat jika
proses penilaian di dalam kelas atau pembelajaran sendiri memiliki fungsi untuk
menelusuri agar proses pembelajaran sesuai dengan rencana, mengecek adakah
kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran,
mencari dan menemukan hal- hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan
kesalahan dalam proses pembelajaran, dan menyimpulkan apakah siswa telah
menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum,
karenanya asesmen dan pembelajaran memang dua hal yang saling berketerkaitan
dan tidak dapat dipisahkan.
Penilaian yang dapat dilakukan berdasarkan Permen pendidikan dan
kebudayaan No.104 tahun 2014 pasal 2 ayat 1 adalah penilaian autentik dan nonautentik. Sementara pada pasal 2 ayat 2 dikatakan jika penilaian autentik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pendekatan utama dalam
penilaian hasil belajar oleh pendidik. Peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan No.104 tahun 2014 pasal 1 ayat 2 mengatatakan jika penilaian
autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan
sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
Penilaian atau asesmen untuk mengukur Keterampilan Proses Sains (KPS)
dapat dilakukan dengan performence assessment atau penilaian kinerja (Rustaman

et al., 2005). Oosterhof (2003) mengemukakan bahwa penialaian autentik
merupakan penilaian kinerja, namun tidak semua penilaian kinerja merupakan
penilaian autentik. Mueller (2005) berpendapat jika penilaian autentik merupakan
suatu bentuk penilaian dimana para siswa diminta untuk menampilkan tugas-tugas
pada situasi yang sesungguhnya yang mendemostrasikan pene rapan keterampilan
dan pengetahuan esensial yang bermakna.
Endang Sri Novianti, 2015
Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Pada Pembelajaran Inquiry Lesson
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3

Hasil temuan di lapangan, asesmen atau penilaian yang dilakukan oleh guru
pada materi pencemaran lingkungan adalah penilaian tradisional berupa soal-soal
pilihan ganda. Soal-soal tersebut hanya memuat aspek kognitif jenjang C1-C3
(bukti berupa RPP pembelajaran dilampirkan dalam Lampiran D1), padahal
asesmen abad ke-21 seharusnya lebih difokuskan kepada asesmen autentik yang
mengukur baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hariyanto dan Bas uki,
2014)

Pembelajaran yang ditemukan di lapangan sendiri meskipun pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dituliskan latihan keterampilan, discovery
(penemuan), kerja individu dan pemecahan masalah sebagai metode pembelajaran,
tetapi pada kenyataannya metode tersebut tidak benar-benar dilakukan, terutama
jika waktu tidak memungkinkan. Guru akan memilih metode ceramah atau
menugaskan siswa untuk membaca, padahal yang seharusnya pembelajaran sains
pada kurikulum 2013 tidak dapat terlepas dari pendekatan ilmiah (scientific
approach), hal ini dikarenakan pendekatan ilmiah dipandang paling cocok
digunakan dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik (Nasution, 2013). Sebagaimana yang dijabarkan dalam tujuan pendidikan
nasional pada kurikulum 2013 bahwa kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
mencakup kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Nuh, 2013).
Subiantoro (2011) juga berpendapat jika proses pembelajaran IPA (sains)
hendaknya menekankan pada pengalaman langsung dan diarahkan pada
pembelajaran berbasis inkuiri untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam
menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah, pendidikan sains juga hendaknya
diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam.
Wenning (2010) mengklasifikasikan level inkuiri berdasarkan sejauh mana
peran antara guru dan siswa serta kompleksitas pengalaman intelektual yang

didapat siswa dalam pembelajaran, dan salah satu level pembelajaran berbasis
inquiry tersebut adalah inquiry lesson. Pada pembelajaran level inquiry lesson,
guru mulai menunjukkan proses ilmiah secara eksplisit kepada siswa dengan
menekankan pada penjelasan yang dapat membantu siswa untuk memahami
bagaimana cara melakukan eksperimen, mengidentifikasi, mengontrol variabel,
Endang Sri Novianti, 2015
Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Pada Pembelajaran Inquiry Lesson
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4

dan lainnya, pada tahap ini pula siswa sudah diarahkan pada kegiatan percobaan
ilmiah, namun masih terdapat bimbingan langsung dari guru (Wenning, 2004).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka penelitian ini per lu
dilakukan, dengan pembelajaran berbasis inkuiri pada level inquiry lesson
diharapkan siswa dapat memperoleh keterampilan proses sains dengan baik
sehingga integrasinya dapat meningkat. Materi pada penelitian ini adalah
mengenai dampak penecemaran bagi lingkungan, karena materi ini telah diajarkan
pada siswa sejak SMP. Siswa sudah memiliki pengalaman melakukan percobaan

mengenai materi tersebut, oleh karena itu melalui pembelajaran dan penilaian
autentik yang dikembangkan dalam penelitian ini siswa diharapkan dapat
merancang dan melakukan percobaan mereka sendiri melalui pengembangan dari
pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan pada jenjang pendidikan
sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan asesmen autentik untuk menilai
Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa pada pembelajaran inquiry
lesson?” rumusan masalah ini dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi siswa pada
pembelajaran inquiry lesson berdasarkan hasil ujicoba?
2. Bagaimanakah asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi siswa pada
pembelajaran inquiry lesson berdasarkan hasil penerapan?
3. Apakah

kelebihan


dan

kekurangan

dari

asesmen

autentik

yang

dikembangkan?
4. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru mengenai asesmen autentik yang
dikembangkan?
5. Bagaimanakah Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi yang dimiliki
siswa kelas penerapan?

Endang Sri Novianti, 2015
Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi

Pada Pembelajaran Inquiry Lesson
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5

C. Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki batasan-batasan tertentu agar penelitian yang
dilakukan menjadi lebih terarah pada tujuan dan rumusan masalah yang telah
ditentukan. Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran inquiry lesson pada penelitian ini adalah pembelajaran inquiry
lesson menurut Wenning (2010) dengan tahapan yaitu observasi, manipulasi,
generalisasi, verifikasi, dan aplikasi
2. Perangkat asesmen autentik yang dikembangkan adalah asesmen kinerja yang
terdiri dari Lembar Kinerja Siswa (LKS) dan rubrik penilaian
3. Mengacu pada kurikulum 2013 sebagaimana silabus yang dikeluarkan oleh
Kemendikbud (2013), materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah
materi mengenai perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah yang
mencakup

kerusakan


lingkungan/pencemaran

lingkungan,

pelestaraian

lingkungan, limbah dan daur ulang (jenis limbah dan proses daur ulang),
sedang materi yang difokuskan dalam penelitian ini adalah mengenai
kurusakan lingkungan/pencemaran lingkungan.
4. Sekolah yang dijadikan tempat penelitian merupakan sekolah menengah atas
(SMA) dengan klaster sedang. Artinya bukan sekolah dengan fasilitas
memadai juga bukan sekolah dengan fasilitas yang kurang, dengan harapan
penelitian dapat digeneralisasikan untuk siswa yang berkarakteristik pada
umumnya, yaitu berkemampuan sedang.

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana hasil pengembangan
asesmen autentik yang sesuai untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS)

terintegrasi siswa pada pembelajaran inquiry lesson berdasarkan hasil uji coba dan
penerapan, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perangkat asesmen autentik
yang dikembangkan, mengetahui tanggapan siswa dan guru mengenai perangkat
asesmen autentik yang dikembangkan, serta menganalisis Keterampilan Proses
Sains (KPS) terintegrasi siswa kelas penerapan.

Endang Sri Novianti, 2015
Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Pada Pembelajaran Inquiry Lesson
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

6

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan sumbangan
pemikiran dalam upaya pengembangan dan penerapan asesmen autentik yang
merupakan ciri khas dari kurikulum 2013 yang tengah dikembangkan di Indonesia.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengembangan
asesmen autentik pada pembelajaran inquiry lesson untuk menilai keterampilan
proses sains terintegrasi siswa, baik tahap pengembangan maupun penerapannya.
2. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman pada siswa dalam
melakukan percobaan dimulai dari merancang hingga melaksanakannya secara
mandiri melalui pembelajaran inquiry lesson dengan menggunakan asesmen
autentik. Penelitian ini juga diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa
untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan penilaian yang
dilakukan.
3. Bagi Sekolah
Penelitian

ini diharapkan dapat

menjadi bahan evaluasi mengenai

pengembangan asesmen autentik, khususnya pada pembelajaran inquiry lesson
pada konsep pencemaran lingkungan.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referesi dan bahan
pertimbngan untuk penelitian serupa ataupun dikembangkan menjadi penelitian
eksperimen.

F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi pada skripsi ini yaitu, BAB I berisi latar belakang,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaa t penelitian
terkait penelitian mengenai pengembangan asesmen autentik untuk menilai
Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi dalam pembelajaran inquiry lesson.
BAB II berisi tinjauan pustaka mengenai pembelajaran inquiry lesson,
Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi, asesmen autentik, asesmen kinerja,
Endang Sri Novianti, 2015
Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Pada Pembelajaran Inquiry Lesson
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

7

serta tinjauan pembelajaran dan asesmen autentik pada pembelajaran konsep
perubahan lingkungan/ pencemaran lingkungan. BAB III merupakan metode
penelitian yang berisi desain penelitian, definisi oprasional, populasi dan sampel,
instrumen penelitian, tekhnik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan
analisi data penelitian.
BAB IV berisi temuan yang didapatkan selama penelitian berlangsung
mencakup hasil ujicoba dan penerapan perangkat asesmen autentik yang
dikembangkan yaitu karakteristik dari perangkat asesmen autentik tersebut
termasuk kelemahan dan kekuatannya, tanggapan siswa dan guru mengenai
perangkat asesmen autentik yang dikembangkan, serta bagaimana Keteramp ilan
Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa kelas penerapan. Terakhir BAB V berisi
simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang didapatkan dari penelitian.

Endang Sri Novianti, 2015
Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Pada Pembelajaran Inquiry Lesson
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu