Pendidikan Profesi PLS 3
KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENDIDIK PLS
A. Rasionel
Perkembangan pendidikan nonformal dan pendidikan informal atau yang disebut
sebagai pendidikan luar sekolah (PLS) di Indonesia sangat pesat. Pada awal kehadiran
institusi PLS hanya dimaksudkan sebagai usaha pemberantasan buta huruf dan pembangkitan
kesadaran bela negara, pada perkembangan selanjutnya PLS telah berkembang menjadi
sebuah enterprise yang sangat luas wilayah garapnya seiring dengan prinsip belajar dan
pendidikan sepanjang hayat. Sangat banyak jenis kebutuhan belajar masyarakat yang hanya
bisa dipenuhi melalui pranata PLS. Pada dua dekade terakhir ini, mulai tahun 1994/1995
khasanah pendidikan luar sekolah mengalami perluasan program dengan hadirnya program
pendidikan anak usia dini (PAUD), bahkan pada awal dekade tahun 2000 program paud
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat masif. Sehingga pada awal abad 21
ini program pendidikan nonformal dan pendidikan informal selalu dikaitkan dengan program
baru pendidikan anak usia dini, yang selanjutnya disebut dengan akronim PAUDNI. Apa
yang disebut paudni secara historis dapat dikatakan sebagai perkembangan lebih lanjut dari
apa yang dilabeli sebagai pendidikan luar sekolah pada era 1980-an, pendidikan masyarakat
pada era 1970-an, dan pendidikan rakyat pada era 1950-an. Dengan demikian apa yang
disebut sebagai paudni adalah perkembangan dan perubahan dari program dan kebijakan
pendidikan rakyat pada jaman pra dan pasca kemerdekaan.
Kelahiran paudni dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia tidak bisa dilepaskan
dari kebutuhan bangsa Indonesia akan layanan pendidikan yang lengkap pada jalur non
konvensional di luar sistem persekolahan. Apabila diletakkan Proklamasi Kemerdekaan RI
sebagai titik mula sejarah bangsa Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa kelahiran institusi
paudni adalah untuk memenuhi tuntutan tersedianya layanan pendidikan warga negara di luar
sistem sekolah. Di tengah keterbatasan daya jangkau sekolah dan keketatan prasyarat input
maupun proses pendidikan di persekolahan, maka kehadiran paudni sebagai sebuah institusi
pendidikan, program pendidikan, dan satuan pendidikan adalah sebuah keniscayaan.
Seiring dengan kebutuhan praktikal paudni berkembang ketenagaan pendidik dan
tenaga kependidikan paudni dengan variasi jenis dan tingkat pekerjaan dari yang setara
“tukang” sampai dengan tenaga profesional, dan tenaga ahli. Tersebut sebagian di antaranya
bertindak sebagai pengasuh, guru, dan tutor di program paud; tutor, pamong belajar, penilik,
tenaga lapangan pendidikan masyarakat, fasilitator desa intensif, instruktur kursus, pendidik
dan pembimbing kursus, penguji kursus, pengelola lembaga kursus, tenaga administrasi, dan
tenaga teknisi sumber belajar sebagai bidang pekerjaan. Beberapa sebutan jabatan tersebut
sudah terbakukan dan dijamin undang-undang, namun masih sangat banyak sebutan jabatan
sebagai pendidik dan tenaga kependidikan di jalur paudni yang belum terbakukan labelnya,
tugas pokok dan fungsinya, dan belum juga terbakukan pada sisi penghargaan dan
perlindungannya dalam melaksanakan tugas kerjanya sebagai PTK.
Dengan alur pikir yang berbeda juga dapat dikatakan bahwa agar program pendidikan
anak usia dini, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal sebagai subsistem dalam
sistem pendidikan nasional dapat diselenggarakan dengan baik dibutuhkan korp pendidik dan
tenaga kependidikan paudni dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Pada tataran yang
paling spesifik kebutuhan ketenagaan pendidik dan tenaga kependidikan paudni tersebut
mempersyaratkan kualifikasi dan kompetensi profesional yang sungguh-sungguh memahami
masalah-masalah dasar (basic problems) paudni dari berbagai perspektif (berdasarkan aliran
filsafat maupun teori) dan mampu mengaplikasikannya, baik untuk memahami atau
menjelaskan masalah-masalah praktis yang terjadi dalam dunia praktik paudni maupun untuk
mengembangkan bangunan teori dan bidang keilmuan paudni itu sendiri.
Tanpa tersedia dalam jumlah memadai tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
paudni dengan tingkatan dan sebaran keahlian yang proporsional, sukar diharapkan
tumbuhnya usaha pengembangan praktek dan bidang keilmuan paudni di Indonesia, yang
pada gilirannya juga akan menghambat perkembangan profesi dan profesionalisme paudni itu
sendiri. Pada area garapan paudni yang multi purposes, multi agencies, dan multi audiences
tersebut telah tumbuh laksana hutan lebat yang di dalamnya tersebar berbagai jenis tumbuhtumbuhan paudni,
berukuran besar maupun kecil, yang kesemuanya memerlukan
perlindungan dan bahkan pengembang-biakan secara terarah, berencana, serta didukung oleh
para ahli yang kompeten dan memiliki komitmen keilmuan dan profesionalitas yang tinggi.
Timbul beberapa pertanyaan di antaranya, untuk berbagai jabatan pekerjaan pendidik
dan tenaga kependidikan pada paudni tersebut apakah diperlukan keahlian khusus sebagai
seorang pendidik sampai dengan taraf tenaga profesional? Sejauh apa profesionalisme
pendidik dan tenaga kependidikan pada paudni harus dipersyaratkan? Dan siapakah yang
bertugas dan bertanggung jawab memberikan pendidikan prajabatan yang sistematis agar
para pendidik dan tenaga kependidikan pada jalur PLS tersebut memiliki kompetensi yang
memadai.
Sebagian orang, termasuk pada beberapa kelompok di kalangan dunia pendidikan
beranggapan bahwa pengajaran pada paudni, khususnya yang ditujukan untuk pendidikan
nonformal dan pendidikan informal sama saja caranya dengan pengajaran yang ditujukan
pada anak-anak dan remaja, khususnya yang dilakukan di sekolah. Bahkan ada yang
beranggapan untuk menjadi pendidik dan tenaga kependidikan di paudni tidak dibutuhkan
kompetensi khusus selain niat dan komitmen seseorang untuk menjadi seorang pendidik atau
tenaga kependidikan.
Ada jabatan fungsional pendidik dan tenaga kependidikan di jalur PLS yang
membutuhkan pendidikan prajabatan sistematis
.................................
.................................
.................................
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan yang hendak dicapai dalam program pendidikan profesi pendidik dan
tenaga kependidikan PLS adalah menghasilkan calon pendidik dan tenaga
kependidikan PLS yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional melalui jalur pendidikan nonformal dan pendidikan informal.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus program pendidikan profesi pendidik dan tenaga
kependidikan PLS adalah menghasilkan calon pendidik dan tenaga kependidikan
PLS yang memiliki:
a. kompetensi melakukan identifikasi kebutuhan belajar serta menyusun
perencanaan PLS;
b. kompetensi mengembangkan desain program dan disain pembelajaran PLS;
c. kemampuan mengelola satuan dan program, serta melakukan fasilitasi
pembelajaran pada satuan PLS;
d. kemampuan memelihara dan mengembangkan profesionalisme pendidik dan
tenaga kependidikan PLS secara berkelanjutan.
C. Kompetensi
a.
b.
c.
d.
Kompetensi Lulusan Pendidikan Profesi Pendidik PLS:
Kemampuan melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan menyusun perencanaan
program PLS;
Kemampuan mengembangkan desain program dan disain pembelajaran PLS;
Kemampuan mengelola satuan dan program, serta memfasilitasi pembelajaran pada
satuan PLS;
Kemampuan memelihara dan mengembangkan profesionalisme pendidik dan tenaga
kependidikan PLS secara berkelanjutan.
D. Struktur Kurikulum
Kurikulum pendidikan profesi pendidik PLS terdiri atas tiga klaster input peserta
didik dengan rincian mata kegiatan/diklat dan jumlah satuan kredit semester sebagai
berikut:
SKS
N
MATA
S1
S1 NON
S1
O
KEGIATAN/DIKLAT
KEPENDIDIKA
KEPENDIDIKA
PLS
N
N
Teori Pedagogi dan
1 Andragogi (Pembelajaran
0
0
6
dan Pendidikan)
Landasan dan Konsep
2
0
4
4
Dasar PLS
Keterampilan Praktis
3
8
8
8
Pengelolaan PLS
4 Praktikum
4
4
6
5 PPL PLS
6
6
8
TOTAL
18
22
32
Keterangan:
1.
Beban belajar mahasiswa berlatar belakang pendidikan S-1 PLS menempuh sebanyak 18
SKS, terdiri atas kelompok matakuliah:
a.
Keterampilan Praktis Perencanaan & Pengelolaan PLS 8 SKS
b.
Praktikum Pengajaran dan Pengelolaan
4 SKS
c.
Program Pengalaman Lapangan
6 SKS
(keterangan: workshop 8 minggu, PPL 2 bulan)
2.
Beban belajar mahasiswa berlatar belakang pendidikan selain S-1 Pendidikan non PLS
menempuh sebanyak 22 SKS, terdiri atas kelompok matakuliah:
a.
Landasan dan Teori PLS
4 SKS
b.
Keterampilan Praktis Pengelolaan PLS
8 SKS
c.
Praktikum Pengajaran dan pengelolaan
4 SKS
d.
Program Pengalaman Lapangan
6 SKS
(keterangan: workshop 1 semester, PPL 2 bulan)
3.
Beban belajar mahasiswa berlatar belakang pendidikan sarjana (S-1) atau Diploma IV (D-IV)
non Pendidikan menempuh sebanyak 32 SKS, terdiri atas kelompok matakuliah:
a.
Pembelajaran dan Pendidikan
6 SKS
b.
Landasan dan Teori PLS
4 SKS
c.
Keterampilan Praktis Pengelolaan PLS
8 SKS
d.
Praktikum Pengajaran dan pengelolaan
6 SKS
e.
Program Pengalaman Lapangan
8 SKS
(keterangan: matrikulasi 6 SKSm workshop 1 semester, PPL 3 bulan)
Matrikulasi wajib bagi peserta didik lulusan non kependidikan adalah Pengantar dan Landasan
Kependidikan terdiri atas 3 mata kuliah, yaitu (1) Pengantar Pendidikan, (2) Belajar dan
Pembelajaran, dan (3) Perkembangan Peserta Didik.
E. Sebaran Matakuliah
N
o
S1 PLS
Mata Kuliah
1
1
1
2
3
4
5
6
7
Pembelajaran dan Pendidikan
Landasan dan Teori PLS
Keterampilan asesmen dan
perencanaan pendidikan
Keterampilan pengembangan
kurikulum, metode, bahan, dan
media PLS
Keterampilan pengelolaan
program dan fasilitasi
pembelajaran
Keterampilan pengembangan
disain, alat evaluasi dan
penilaian program pembelajaran
Praktikum
PPL
Jumlah
Smt
2
Jml
0
0
S1 Kepend Non
PLS
Smt
Jml
1
2
0
4
2
S1 Non
Kependd
Smt
Jml
1
2
6
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
6
18
4
6
22
4
6
32
F. Diskripsi Matakuliah
a. Landasan dan Teori PLS
Konsep dasar PLS; Pembelajaran orang dewasa, Pendidikan sepanjang hayat
b. Keterampilan asesmen dan perencanaan pendidikan
Melakukan identifikasi kebutuhan belajar; menyusun rencana pembelajaran PLS
c. Keterampilan pengembangan kurikulum, bahan, dan media PLS
Menyusun/mengembangkan kurikulum PLS, pengembangan bahan belajar,
pengembangan media belajar
d. Keterampilan pengelolaan program dan fasilitasi pembelajaran
Mengelola program pembelajaran PLS pada satuan PLS, melakukan fasilitasi
pembelajaran PLS pada satuan PLS
e. Keterampilan pengembangan alat evaluasi dan penilaian hasil belajar
Menyusun/mengembangkan alat evaluasi program dan hasil belajar PLS, melakukan
penilaian hasil belajar warga belajar program PLS
f. Praktikum Pengajaran dan Pengelolaan
Melakukan praktik pengelolaan dan pembelajaran PLS
g. Program Pengalaman Lapangan
Pengenalan lapangan, latihan keterampilan mengajar terbatas secara terjadual, latihan
mengajar terbimbing, dan latihan mengajar mandiri.
G. Proses Pembelajaran
Perkuliahan dilakukan dengan menggunakan pembelajaran tatap muka, praktikum, dan
program pengalaman lapangan.
1. Pembelajaran Tatap Muka
Kegiatan pembelajaran tatap muka diadakan untuk memantapkan penguasaan mahasiswa
terhadap materi yang disajikan dalam bahan belajar mandiri melalui serangkaian
pertemuan langsung antara mahasiswa dengan dosen secara terprogram. Bahan belajar
yang dikaji dalam kegiatan pembelajaran tatap muka meliputi:
a. Konsep-konsep dalam bahan belajar mandiri yang sulit dan masih belum dipahami
oleh mahasiswa setelah mempelajarinya secara mandiri.
b. Aplikasi dan pemecahan masalah yang diangkat dari materi yang terkandung dalam
bahan belajar mandiri.
c. Masukan bagi penyelesaian tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa
dalam kapasitas individu dan kelompok.
d. Masukan bagi pelaksanaan praktikum yang harus dikerjakan oleh mahasiswa, baik
secara individual maupun kelompok.
Kegiatan pembelajaran tatap muka meliputi:
a. Diskusi kelas atau kelompok.
b. Bimbingan kegiatan praktik
c. Bimbingan penyelesaian tugas-tugas.
d. Penugasan terstruktur.
Kegiatan pembelajaran tatap muka dilakukan dengan dukungan bahan dan sarana seperti:
a. Hand out yang disiapkan oleh dosen.
b. Sumber belajar berupa buku, jurnal, dan referensi lainnya.
c. Bahan-bahan sajian yang disiapkan oleh mahasiswa.
Pembelajaran tatap muka dilaksanakan 16 kali pertemuan kuliah dalam satu semester.
Lama pertemuan pembelajaran tatap muka disesuaikan dengan bobot sks mata kuliah
yang bersangkutan (1 sks = 50 menit).
2. Praktikum
Praktikum adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengaplikasikan teori,
konsep, atau prosedur dengan pengawasan langsung dosen/pembimbing. Praktikum
merupakan bentuk pembelajaran yang memadukan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor dalam rangka pencapaian kompetensi yang bersifat multi dimensi.
Dosen pengampu mata kuliah praktik melakukan bimbingan untuk:
a. membantu mahasiswa dalam merencanakan praktikum;
b. mengawasi pelaksanaan kegiatan praktikum;
c. memberikan arahan, saran dan bantuan untuk mengatasi kesulitan atau masalah
yang muncul dalam kegiatan praktikum; dan
b. membantu mahasiswa dalam membuat laporan kegiatan praktikum.
Dalam menyelesaikan mata kuliah, mahasiswa diharuskan melaksanakan tugas-tugas,
baik yang tercantum dalam bahan belajar mandiri maupun pedoman penilaian. Dosen
pengampu mata kuliah melakukan bimbingan untuk membantu mahasiswa dalam:
a. menentukan topik dan lingkup permasalahan yang akan diselesaikan;
b. menghimpun, menganalisis, dan mensintesis informasi yang sudah diperoleh;
c. menyusun laporan praktikum.
3. Praktik Pengalaman Lapangan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan untuk mendukung ketercapaian kompetensi profesional sebagai pendidik
PLS berdasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan berbasis kompetensi yang meliputi
kompetensi paedagogik, personal, profesional, dan sosial.
Kegiatan PPL meliputi praktik (1) identifikasi kebutuhan belajar dan perencanaan
pendidikan; (2) mengembangkan kurikulum, bahan belajar dan media belajar PLS; (3)
mengelola program dan melakukan fasilitasi pembelajaran pada satuan PLS; (4)
mengembangkan alat evaluasi program dan penilaian hasil belajar program PLS.
PPL dilaksanakan di satuan-satuan PLS, dan penyelenggaraannya diatur dan disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Universitas Negeri Malang.
4. Pemantauan Perkuliahan
Pemantauan perkuliahan dilakukan melalui dua macam, yaitu:
a. Monitoring yang berkaitan dengan proses perkuliahan di dalam kampus dilakukan
Pusat Jaminan Mutu Universitas Negeri Malang. Dalam hal ini Jurusan/Program
Studi melalui Gugus Penjaminan Mutu menyampaikan laporan monitoring
perkuliahan pada tengah dan akhir semester.
b. Monitoring yang berkaitan dengan perkuliahan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di satuan-satuan PLS dilakukan oleh Pusat Program Pengalaman Lapangan
Universitas Negeri Malang.
Aspek-aspek yang tercakup dalam kegiatan monitoring adalah aspek akademik dan
aspek administratif.
H. Sistem Evaluasi
Evaluasi pembelajaran mencakup tiga komponen pokok, yaitu: asesmen penguasaan
kemampuan akademik, asesmen kemampuan profesional, dan asesmen dalam konteks
ujian akhir (ujian komprehensif).
1. Asesmen Penguasaan Kemampuan Akademik
Penguasaan kemampuan akademik yang komprehensif dijabarkan dari sosok utuh calon
pendidik PLS yang profesional, diases melalui Tes Kemampuan Akademik berupa ujian
tertulis, baik berbentuk objektif maupun esai dan pemecahan masalah, serta ujian
kinerja yang dikembangkan oleh Pusat Pengembgangan Kurikulum dan Evaluasi
Pendidikan. Ketentuan yang terkait dengan asesmen penguasaan kemampuan akademik
dijelaskan sebagai berikut:
a. Asesmen dilakukan oleh dosen mata kuliah masing-masing secara formatif, untuk
keperluan umpan balik dan perbaikan, dan secara sumatif untuk keperluan penentuan
kelulusan. Evaluasi tersebut mencakup ujian tengah dan akhir semester serta tugastugas sepanjang perkuliahan berlangsung. Tugas-tugas yang diberikan lebih diarahkan
pada penerapan konsep-konsep yang telah dipelajari secara bertahap dan
berkelanjutan.
b. Berdasarkan ciri kurikulum berbasis kompetensi, evaluasi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang hasilnya
menggambarkan profil kompetensi yang telah dan belum dicapai mahasiswa.
Pendekatan PAP diterapkan baik dalam pengembangan materi evaluasi maupun
analisis hasil yang dicapai.
c. Penilaian dihasilkan dari berbagai bentuk evaluasi termasuk tes, observasi, dan
rubrik.
d. Hasil evaluasi dinyatakan dalam huruf atau angka atas dasar persentase pencapaian
kompetensi.
e. Kriteria minimal kelulusan dalam suatu matakuliah adalah 75% dengan catatan
mahasiswa yang hasil evaluasinya di bawah kriteria minimal diberi kesempatan untuk
memperbaiki dengan diberikan program remedial.
f. Penilaian terhadap keberhasilan studi mahasiswa untuk setiap mata kuliah dilakukan
dengan cara menentukan batas kelulusan berdasarkan tingkat ketercapaian mahasiswa
atas tujuan mata kuliah yang diikutinya. Nilai keberhasilan studi untuk setiap mata
kuliah merupakan hasil kumulatif dari komponen tugas, ujian tengah semester, ujian
akhir semester, serta komponen penilaian lainnya.
2. Asesmen Penguasaan Kemampuan Profesional
Penguasaan kemampuan profesional ini meliputi kemampuan melakukan identifikasi
kebutuhan belajar dan perencanaan pendidikan; kemampuan mengembangkan
kurikulum, bahan belajar dan media belajar PLS; kemampuan mengelola program dan
melakukan fasilitasi pembelajaran pada satuan PLS; kemampuan mengembangkan
alat evaluasi dan penilaian hasil belajar program PLS. Dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas, dalam asesmen tagihan penguasaan kompetensi ini
melibatkan penilai luar, yaitu dosen pembimbing dan pamong belajar dari tempat
praktikum atau PPL.
3. Asesmen dalam Konteks Ujian Akhir (Ujian Komprehensif)
Komponen ujian akhir terdiri atas ujian tulis dan ujian kinerja.
a. ujian tulis dilaksanakan oleh program studi yang dikoordinasikan oleh Pusat
Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi Pendidikan, Lembaga Pengembangan
Profesi, Universitas Negeri Malang.
Ujian kinerja dilaksanakan oleh program studi yang dikoordinasikan oleh Pusat
Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi Pendidikan, Lembaga Pengembangan
Profesi, Universitas Negeri Malang dengan melibatkan organisasi profesi.
A. Rasionel
Perkembangan pendidikan nonformal dan pendidikan informal atau yang disebut
sebagai pendidikan luar sekolah (PLS) di Indonesia sangat pesat. Pada awal kehadiran
institusi PLS hanya dimaksudkan sebagai usaha pemberantasan buta huruf dan pembangkitan
kesadaran bela negara, pada perkembangan selanjutnya PLS telah berkembang menjadi
sebuah enterprise yang sangat luas wilayah garapnya seiring dengan prinsip belajar dan
pendidikan sepanjang hayat. Sangat banyak jenis kebutuhan belajar masyarakat yang hanya
bisa dipenuhi melalui pranata PLS. Pada dua dekade terakhir ini, mulai tahun 1994/1995
khasanah pendidikan luar sekolah mengalami perluasan program dengan hadirnya program
pendidikan anak usia dini (PAUD), bahkan pada awal dekade tahun 2000 program paud
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat masif. Sehingga pada awal abad 21
ini program pendidikan nonformal dan pendidikan informal selalu dikaitkan dengan program
baru pendidikan anak usia dini, yang selanjutnya disebut dengan akronim PAUDNI. Apa
yang disebut paudni secara historis dapat dikatakan sebagai perkembangan lebih lanjut dari
apa yang dilabeli sebagai pendidikan luar sekolah pada era 1980-an, pendidikan masyarakat
pada era 1970-an, dan pendidikan rakyat pada era 1950-an. Dengan demikian apa yang
disebut sebagai paudni adalah perkembangan dan perubahan dari program dan kebijakan
pendidikan rakyat pada jaman pra dan pasca kemerdekaan.
Kelahiran paudni dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia tidak bisa dilepaskan
dari kebutuhan bangsa Indonesia akan layanan pendidikan yang lengkap pada jalur non
konvensional di luar sistem persekolahan. Apabila diletakkan Proklamasi Kemerdekaan RI
sebagai titik mula sejarah bangsa Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa kelahiran institusi
paudni adalah untuk memenuhi tuntutan tersedianya layanan pendidikan warga negara di luar
sistem sekolah. Di tengah keterbatasan daya jangkau sekolah dan keketatan prasyarat input
maupun proses pendidikan di persekolahan, maka kehadiran paudni sebagai sebuah institusi
pendidikan, program pendidikan, dan satuan pendidikan adalah sebuah keniscayaan.
Seiring dengan kebutuhan praktikal paudni berkembang ketenagaan pendidik dan
tenaga kependidikan paudni dengan variasi jenis dan tingkat pekerjaan dari yang setara
“tukang” sampai dengan tenaga profesional, dan tenaga ahli. Tersebut sebagian di antaranya
bertindak sebagai pengasuh, guru, dan tutor di program paud; tutor, pamong belajar, penilik,
tenaga lapangan pendidikan masyarakat, fasilitator desa intensif, instruktur kursus, pendidik
dan pembimbing kursus, penguji kursus, pengelola lembaga kursus, tenaga administrasi, dan
tenaga teknisi sumber belajar sebagai bidang pekerjaan. Beberapa sebutan jabatan tersebut
sudah terbakukan dan dijamin undang-undang, namun masih sangat banyak sebutan jabatan
sebagai pendidik dan tenaga kependidikan di jalur paudni yang belum terbakukan labelnya,
tugas pokok dan fungsinya, dan belum juga terbakukan pada sisi penghargaan dan
perlindungannya dalam melaksanakan tugas kerjanya sebagai PTK.
Dengan alur pikir yang berbeda juga dapat dikatakan bahwa agar program pendidikan
anak usia dini, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal sebagai subsistem dalam
sistem pendidikan nasional dapat diselenggarakan dengan baik dibutuhkan korp pendidik dan
tenaga kependidikan paudni dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Pada tataran yang
paling spesifik kebutuhan ketenagaan pendidik dan tenaga kependidikan paudni tersebut
mempersyaratkan kualifikasi dan kompetensi profesional yang sungguh-sungguh memahami
masalah-masalah dasar (basic problems) paudni dari berbagai perspektif (berdasarkan aliran
filsafat maupun teori) dan mampu mengaplikasikannya, baik untuk memahami atau
menjelaskan masalah-masalah praktis yang terjadi dalam dunia praktik paudni maupun untuk
mengembangkan bangunan teori dan bidang keilmuan paudni itu sendiri.
Tanpa tersedia dalam jumlah memadai tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
paudni dengan tingkatan dan sebaran keahlian yang proporsional, sukar diharapkan
tumbuhnya usaha pengembangan praktek dan bidang keilmuan paudni di Indonesia, yang
pada gilirannya juga akan menghambat perkembangan profesi dan profesionalisme paudni itu
sendiri. Pada area garapan paudni yang multi purposes, multi agencies, dan multi audiences
tersebut telah tumbuh laksana hutan lebat yang di dalamnya tersebar berbagai jenis tumbuhtumbuhan paudni,
berukuran besar maupun kecil, yang kesemuanya memerlukan
perlindungan dan bahkan pengembang-biakan secara terarah, berencana, serta didukung oleh
para ahli yang kompeten dan memiliki komitmen keilmuan dan profesionalitas yang tinggi.
Timbul beberapa pertanyaan di antaranya, untuk berbagai jabatan pekerjaan pendidik
dan tenaga kependidikan pada paudni tersebut apakah diperlukan keahlian khusus sebagai
seorang pendidik sampai dengan taraf tenaga profesional? Sejauh apa profesionalisme
pendidik dan tenaga kependidikan pada paudni harus dipersyaratkan? Dan siapakah yang
bertugas dan bertanggung jawab memberikan pendidikan prajabatan yang sistematis agar
para pendidik dan tenaga kependidikan pada jalur PLS tersebut memiliki kompetensi yang
memadai.
Sebagian orang, termasuk pada beberapa kelompok di kalangan dunia pendidikan
beranggapan bahwa pengajaran pada paudni, khususnya yang ditujukan untuk pendidikan
nonformal dan pendidikan informal sama saja caranya dengan pengajaran yang ditujukan
pada anak-anak dan remaja, khususnya yang dilakukan di sekolah. Bahkan ada yang
beranggapan untuk menjadi pendidik dan tenaga kependidikan di paudni tidak dibutuhkan
kompetensi khusus selain niat dan komitmen seseorang untuk menjadi seorang pendidik atau
tenaga kependidikan.
Ada jabatan fungsional pendidik dan tenaga kependidikan di jalur PLS yang
membutuhkan pendidikan prajabatan sistematis
.................................
.................................
.................................
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan yang hendak dicapai dalam program pendidikan profesi pendidik dan
tenaga kependidikan PLS adalah menghasilkan calon pendidik dan tenaga
kependidikan PLS yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional melalui jalur pendidikan nonformal dan pendidikan informal.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus program pendidikan profesi pendidik dan tenaga
kependidikan PLS adalah menghasilkan calon pendidik dan tenaga kependidikan
PLS yang memiliki:
a. kompetensi melakukan identifikasi kebutuhan belajar serta menyusun
perencanaan PLS;
b. kompetensi mengembangkan desain program dan disain pembelajaran PLS;
c. kemampuan mengelola satuan dan program, serta melakukan fasilitasi
pembelajaran pada satuan PLS;
d. kemampuan memelihara dan mengembangkan profesionalisme pendidik dan
tenaga kependidikan PLS secara berkelanjutan.
C. Kompetensi
a.
b.
c.
d.
Kompetensi Lulusan Pendidikan Profesi Pendidik PLS:
Kemampuan melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan menyusun perencanaan
program PLS;
Kemampuan mengembangkan desain program dan disain pembelajaran PLS;
Kemampuan mengelola satuan dan program, serta memfasilitasi pembelajaran pada
satuan PLS;
Kemampuan memelihara dan mengembangkan profesionalisme pendidik dan tenaga
kependidikan PLS secara berkelanjutan.
D. Struktur Kurikulum
Kurikulum pendidikan profesi pendidik PLS terdiri atas tiga klaster input peserta
didik dengan rincian mata kegiatan/diklat dan jumlah satuan kredit semester sebagai
berikut:
SKS
N
MATA
S1
S1 NON
S1
O
KEGIATAN/DIKLAT
KEPENDIDIKA
KEPENDIDIKA
PLS
N
N
Teori Pedagogi dan
1 Andragogi (Pembelajaran
0
0
6
dan Pendidikan)
Landasan dan Konsep
2
0
4
4
Dasar PLS
Keterampilan Praktis
3
8
8
8
Pengelolaan PLS
4 Praktikum
4
4
6
5 PPL PLS
6
6
8
TOTAL
18
22
32
Keterangan:
1.
Beban belajar mahasiswa berlatar belakang pendidikan S-1 PLS menempuh sebanyak 18
SKS, terdiri atas kelompok matakuliah:
a.
Keterampilan Praktis Perencanaan & Pengelolaan PLS 8 SKS
b.
Praktikum Pengajaran dan Pengelolaan
4 SKS
c.
Program Pengalaman Lapangan
6 SKS
(keterangan: workshop 8 minggu, PPL 2 bulan)
2.
Beban belajar mahasiswa berlatar belakang pendidikan selain S-1 Pendidikan non PLS
menempuh sebanyak 22 SKS, terdiri atas kelompok matakuliah:
a.
Landasan dan Teori PLS
4 SKS
b.
Keterampilan Praktis Pengelolaan PLS
8 SKS
c.
Praktikum Pengajaran dan pengelolaan
4 SKS
d.
Program Pengalaman Lapangan
6 SKS
(keterangan: workshop 1 semester, PPL 2 bulan)
3.
Beban belajar mahasiswa berlatar belakang pendidikan sarjana (S-1) atau Diploma IV (D-IV)
non Pendidikan menempuh sebanyak 32 SKS, terdiri atas kelompok matakuliah:
a.
Pembelajaran dan Pendidikan
6 SKS
b.
Landasan dan Teori PLS
4 SKS
c.
Keterampilan Praktis Pengelolaan PLS
8 SKS
d.
Praktikum Pengajaran dan pengelolaan
6 SKS
e.
Program Pengalaman Lapangan
8 SKS
(keterangan: matrikulasi 6 SKSm workshop 1 semester, PPL 3 bulan)
Matrikulasi wajib bagi peserta didik lulusan non kependidikan adalah Pengantar dan Landasan
Kependidikan terdiri atas 3 mata kuliah, yaitu (1) Pengantar Pendidikan, (2) Belajar dan
Pembelajaran, dan (3) Perkembangan Peserta Didik.
E. Sebaran Matakuliah
N
o
S1 PLS
Mata Kuliah
1
1
1
2
3
4
5
6
7
Pembelajaran dan Pendidikan
Landasan dan Teori PLS
Keterampilan asesmen dan
perencanaan pendidikan
Keterampilan pengembangan
kurikulum, metode, bahan, dan
media PLS
Keterampilan pengelolaan
program dan fasilitasi
pembelajaran
Keterampilan pengembangan
disain, alat evaluasi dan
penilaian program pembelajaran
Praktikum
PPL
Jumlah
Smt
2
Jml
0
0
S1 Kepend Non
PLS
Smt
Jml
1
2
0
4
2
S1 Non
Kependd
Smt
Jml
1
2
6
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
6
18
4
6
22
4
6
32
F. Diskripsi Matakuliah
a. Landasan dan Teori PLS
Konsep dasar PLS; Pembelajaran orang dewasa, Pendidikan sepanjang hayat
b. Keterampilan asesmen dan perencanaan pendidikan
Melakukan identifikasi kebutuhan belajar; menyusun rencana pembelajaran PLS
c. Keterampilan pengembangan kurikulum, bahan, dan media PLS
Menyusun/mengembangkan kurikulum PLS, pengembangan bahan belajar,
pengembangan media belajar
d. Keterampilan pengelolaan program dan fasilitasi pembelajaran
Mengelola program pembelajaran PLS pada satuan PLS, melakukan fasilitasi
pembelajaran PLS pada satuan PLS
e. Keterampilan pengembangan alat evaluasi dan penilaian hasil belajar
Menyusun/mengembangkan alat evaluasi program dan hasil belajar PLS, melakukan
penilaian hasil belajar warga belajar program PLS
f. Praktikum Pengajaran dan Pengelolaan
Melakukan praktik pengelolaan dan pembelajaran PLS
g. Program Pengalaman Lapangan
Pengenalan lapangan, latihan keterampilan mengajar terbatas secara terjadual, latihan
mengajar terbimbing, dan latihan mengajar mandiri.
G. Proses Pembelajaran
Perkuliahan dilakukan dengan menggunakan pembelajaran tatap muka, praktikum, dan
program pengalaman lapangan.
1. Pembelajaran Tatap Muka
Kegiatan pembelajaran tatap muka diadakan untuk memantapkan penguasaan mahasiswa
terhadap materi yang disajikan dalam bahan belajar mandiri melalui serangkaian
pertemuan langsung antara mahasiswa dengan dosen secara terprogram. Bahan belajar
yang dikaji dalam kegiatan pembelajaran tatap muka meliputi:
a. Konsep-konsep dalam bahan belajar mandiri yang sulit dan masih belum dipahami
oleh mahasiswa setelah mempelajarinya secara mandiri.
b. Aplikasi dan pemecahan masalah yang diangkat dari materi yang terkandung dalam
bahan belajar mandiri.
c. Masukan bagi penyelesaian tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa
dalam kapasitas individu dan kelompok.
d. Masukan bagi pelaksanaan praktikum yang harus dikerjakan oleh mahasiswa, baik
secara individual maupun kelompok.
Kegiatan pembelajaran tatap muka meliputi:
a. Diskusi kelas atau kelompok.
b. Bimbingan kegiatan praktik
c. Bimbingan penyelesaian tugas-tugas.
d. Penugasan terstruktur.
Kegiatan pembelajaran tatap muka dilakukan dengan dukungan bahan dan sarana seperti:
a. Hand out yang disiapkan oleh dosen.
b. Sumber belajar berupa buku, jurnal, dan referensi lainnya.
c. Bahan-bahan sajian yang disiapkan oleh mahasiswa.
Pembelajaran tatap muka dilaksanakan 16 kali pertemuan kuliah dalam satu semester.
Lama pertemuan pembelajaran tatap muka disesuaikan dengan bobot sks mata kuliah
yang bersangkutan (1 sks = 50 menit).
2. Praktikum
Praktikum adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengaplikasikan teori,
konsep, atau prosedur dengan pengawasan langsung dosen/pembimbing. Praktikum
merupakan bentuk pembelajaran yang memadukan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor dalam rangka pencapaian kompetensi yang bersifat multi dimensi.
Dosen pengampu mata kuliah praktik melakukan bimbingan untuk:
a. membantu mahasiswa dalam merencanakan praktikum;
b. mengawasi pelaksanaan kegiatan praktikum;
c. memberikan arahan, saran dan bantuan untuk mengatasi kesulitan atau masalah
yang muncul dalam kegiatan praktikum; dan
b. membantu mahasiswa dalam membuat laporan kegiatan praktikum.
Dalam menyelesaikan mata kuliah, mahasiswa diharuskan melaksanakan tugas-tugas,
baik yang tercantum dalam bahan belajar mandiri maupun pedoman penilaian. Dosen
pengampu mata kuliah melakukan bimbingan untuk membantu mahasiswa dalam:
a. menentukan topik dan lingkup permasalahan yang akan diselesaikan;
b. menghimpun, menganalisis, dan mensintesis informasi yang sudah diperoleh;
c. menyusun laporan praktikum.
3. Praktik Pengalaman Lapangan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan untuk mendukung ketercapaian kompetensi profesional sebagai pendidik
PLS berdasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan berbasis kompetensi yang meliputi
kompetensi paedagogik, personal, profesional, dan sosial.
Kegiatan PPL meliputi praktik (1) identifikasi kebutuhan belajar dan perencanaan
pendidikan; (2) mengembangkan kurikulum, bahan belajar dan media belajar PLS; (3)
mengelola program dan melakukan fasilitasi pembelajaran pada satuan PLS; (4)
mengembangkan alat evaluasi program dan penilaian hasil belajar program PLS.
PPL dilaksanakan di satuan-satuan PLS, dan penyelenggaraannya diatur dan disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Universitas Negeri Malang.
4. Pemantauan Perkuliahan
Pemantauan perkuliahan dilakukan melalui dua macam, yaitu:
a. Monitoring yang berkaitan dengan proses perkuliahan di dalam kampus dilakukan
Pusat Jaminan Mutu Universitas Negeri Malang. Dalam hal ini Jurusan/Program
Studi melalui Gugus Penjaminan Mutu menyampaikan laporan monitoring
perkuliahan pada tengah dan akhir semester.
b. Monitoring yang berkaitan dengan perkuliahan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di satuan-satuan PLS dilakukan oleh Pusat Program Pengalaman Lapangan
Universitas Negeri Malang.
Aspek-aspek yang tercakup dalam kegiatan monitoring adalah aspek akademik dan
aspek administratif.
H. Sistem Evaluasi
Evaluasi pembelajaran mencakup tiga komponen pokok, yaitu: asesmen penguasaan
kemampuan akademik, asesmen kemampuan profesional, dan asesmen dalam konteks
ujian akhir (ujian komprehensif).
1. Asesmen Penguasaan Kemampuan Akademik
Penguasaan kemampuan akademik yang komprehensif dijabarkan dari sosok utuh calon
pendidik PLS yang profesional, diases melalui Tes Kemampuan Akademik berupa ujian
tertulis, baik berbentuk objektif maupun esai dan pemecahan masalah, serta ujian
kinerja yang dikembangkan oleh Pusat Pengembgangan Kurikulum dan Evaluasi
Pendidikan. Ketentuan yang terkait dengan asesmen penguasaan kemampuan akademik
dijelaskan sebagai berikut:
a. Asesmen dilakukan oleh dosen mata kuliah masing-masing secara formatif, untuk
keperluan umpan balik dan perbaikan, dan secara sumatif untuk keperluan penentuan
kelulusan. Evaluasi tersebut mencakup ujian tengah dan akhir semester serta tugastugas sepanjang perkuliahan berlangsung. Tugas-tugas yang diberikan lebih diarahkan
pada penerapan konsep-konsep yang telah dipelajari secara bertahap dan
berkelanjutan.
b. Berdasarkan ciri kurikulum berbasis kompetensi, evaluasi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang hasilnya
menggambarkan profil kompetensi yang telah dan belum dicapai mahasiswa.
Pendekatan PAP diterapkan baik dalam pengembangan materi evaluasi maupun
analisis hasil yang dicapai.
c. Penilaian dihasilkan dari berbagai bentuk evaluasi termasuk tes, observasi, dan
rubrik.
d. Hasil evaluasi dinyatakan dalam huruf atau angka atas dasar persentase pencapaian
kompetensi.
e. Kriteria minimal kelulusan dalam suatu matakuliah adalah 75% dengan catatan
mahasiswa yang hasil evaluasinya di bawah kriteria minimal diberi kesempatan untuk
memperbaiki dengan diberikan program remedial.
f. Penilaian terhadap keberhasilan studi mahasiswa untuk setiap mata kuliah dilakukan
dengan cara menentukan batas kelulusan berdasarkan tingkat ketercapaian mahasiswa
atas tujuan mata kuliah yang diikutinya. Nilai keberhasilan studi untuk setiap mata
kuliah merupakan hasil kumulatif dari komponen tugas, ujian tengah semester, ujian
akhir semester, serta komponen penilaian lainnya.
2. Asesmen Penguasaan Kemampuan Profesional
Penguasaan kemampuan profesional ini meliputi kemampuan melakukan identifikasi
kebutuhan belajar dan perencanaan pendidikan; kemampuan mengembangkan
kurikulum, bahan belajar dan media belajar PLS; kemampuan mengelola program dan
melakukan fasilitasi pembelajaran pada satuan PLS; kemampuan mengembangkan
alat evaluasi dan penilaian hasil belajar program PLS. Dalam rangka mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas, dalam asesmen tagihan penguasaan kompetensi ini
melibatkan penilai luar, yaitu dosen pembimbing dan pamong belajar dari tempat
praktikum atau PPL.
3. Asesmen dalam Konteks Ujian Akhir (Ujian Komprehensif)
Komponen ujian akhir terdiri atas ujian tulis dan ujian kinerja.
a. ujian tulis dilaksanakan oleh program studi yang dikoordinasikan oleh Pusat
Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi Pendidikan, Lembaga Pengembangan
Profesi, Universitas Negeri Malang.
Ujian kinerja dilaksanakan oleh program studi yang dikoordinasikan oleh Pusat
Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi Pendidikan, Lembaga Pengembangan
Profesi, Universitas Negeri Malang dengan melibatkan organisasi profesi.