Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat IK (1)

Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Lanjut
Dosen : Dr. Fatmah Aprianty Gobel, SKM.,M.Epid.

MAPPING JOURNAL

DISUSUN OLEH :
M. SYIKIR
NIM. 0109-10-06-2016

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2017

0

KEGAWATDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT
KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE
A.

Pengertian
Kedaruratan merupakan Suatu keadaan yang mengancam nyawa

individu

dan

kelompok

masyarakat

luas

sehingga

menyebabkan

ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin
guna menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan
Kedaruratan Kesehatan masyarakat merupakan Kejadian kesehatan
masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit
menular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran
biologi, dan kontaminasi kimia, dan pangan yang menimbulkan bahaya

kesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah atau lintas negara
Kejadian Luar Biasa Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah.
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh
nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah
manusia.
B. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
1. Kondisi Geografis dan Demografis
Kondisi geografis dan demografis suatu wilayah kabupaten/ kota
seperti letaknya yang strategis ditinjau dari wilayah provinsi, letak
koordinat wilayah, batas-batas wilayah, luas wilayah, serta pembagian
administrasi pemerintahannya. Ditampilkan juga peta wilayah yang
menggambarkan secara umum kondisi wilayah tersebut. Diuraikan secara
rinci mengenai jumlah penduduk, kecamatan mana yang mempunyai
penduduk yang paling banyak, paling padat, serta yang paling spesifik

1


mempunyai resiko terbesar terjadi kedaruratan kesehatan masyaraka,
seperti kondisi topografi, kemiringan, iklim
2. Bahaya Ancaman Kedaruratan Kesehatan masyarakat
Diuraikan beberapa penyakit yang berpotensi menimbulkan bahaya
ancaman Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. Contoh penyakit tersebut
antara lain penyakit yang menjadi perhatian dunia (ebola, SARS, Mercov,
flu baru), penyakit yang endemis dan sering menimbulkan KLB di suatu
wilayah (DBD, Diare, dll), penyakit yang menjadi perhatian nasional
(Malaria, TB, HIV-AIDS), penyakit zoonosis (Rabies, Antraks, Flu
burung, Leptospirosis), penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(Campak, Polio, Tetanus Neonatorum, Difteri), dan penyakit lain yang
potensial menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat spesifik di
suatu daerah. Diuraikan upaya apa yang telah dan dapat dilakukan
pemerintah setempat dalam menanggulang dan mencegah penyakitpenyakit tersebut.
C. Kebijakan Dan Strategi Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat
Bila suatu daerah atau wilayah telah dinyatakan oleh pemerintah
(Bupati/ Walikota) sebagai Daerah yang berpotensi Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat, maka untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut dari

wilayah masuk atau keluar wilayah dilakukan beberapa tahapan melalui :
1. Mekanisme operasional Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
sebagai Koordinator bekerjasama dengan lintas sektor dan program
terkait.
2. Tahapan penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
3. Langkah pengawasan/respon terhadap sasaran (faktor risiko, orang yang
terpapar dan masyarakat), terdiri 3 (tiga) langkah yaitu
a. Langkah I : Pemeriksaan sasaran untuk menentukan tingkat resikonya;
b.

Langkah II : Analisa untuk menentukan intervensinya;

c. Langkah III : Tindakan Intervensi.

2

4. Respon Teknis Penanggulangan/ Standar Operasional Prosedur
Mengingat bahwa kejadian Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
disebabkan oleh berbagai penyakit menular, penyakit tidak menular, serta
oleh berbagai kejadian maka teknis (SOP) pengawasan/respon dalam

penanggulangannya berbeda. Tugas tingkat pusat untuk menetapkan
petunjuk teknis (SOP) terhadap Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
sedang terjadi. Petunjuk teknis (SOP) yang ditetapkan tingkat pusat harus
menjadi acuan di Kabupaten/ Kota. Standar Operasional Prosedur yang
ditetapkan tersebut, dilakukan secara cermat dan efektif sehingga
meminimalkan penyebaran penyakit.
Substansi

teknis

penanggulangan

Kedaruratan

Kesehatan

Masyarakat dari Pemerintah Pusat, yakni:
a. Lakukan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan sesuai
kewenangan;
b. Mobilisasi sumber daya sesuai kebutuhan;

c. Umpan balik dan asistensi teknis ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
d. Membangun dan memperkuat jejaring kerjasama surveilans dengan
lintas program dan sektor terkait;
e. Komunikasi resiko kepada masyarakat melalui media cetak dan
elektronik.
5. Tahapan Kegiatan
a. Tahap Persiapan
1) Koordinasi;
2) Penyusunan Rencana Operasional;
3) Pemenuhan kebutuhan operasional.
4) Tahap Pelaksanaan
Diilaksanakan setelah ada instruksi dari Bupati/ Walikota dan
dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur pada
lampiran instruksi tersebut.

3

5) Tahap Evaluasi pasca pelaksanaan
Ddilaksanakan setelah Bupati/ Walikota mendapatkan laporan

dari Koordinator Lapangan dan Koordinator Teknis bahwa situasi
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat sudah kembali normal
D.

Kegiatan Utama Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Langkah-langkah yang dilakukan dalam Penanggulangan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat dapat dilihat pada uraian berikut ini :
1.

Manajemen dan Koordinasi
Koordinasi adalah suatu usaha /proses yang sinkron dan teratur
untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat serta mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu gerakan dan tindakan yang
seragam dan harmonis. Koordinasi sebagai proses pengintegrasian tujuantujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan kerja yang terpisah untuk
mencapai tujuan organisasi secara efesien. Dalam suatu manajemen
koordinasi harus terpusat, terpadu, berkesinambungan dan menggunakan
pendekatan multi instansional. Koordinasi dan informasi yang cepat dan
tepat oleh seluruh stake holder terkait dengan menggunakan sistem yang
dipakai berbasis wilayah (dusun) setempat di koordinir oleh koordinator.


2. Penyelidikan Epidemiologi
Penilaian

terhadap

epidemiologi

penyakit

yang

berpotensi

menimbulkan KKM yang meliputi verifikasi kasus, investigasi kasus,
penelusuran kembali.
3. Tim Respon Cepat
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam upaya penanggulangan
kedaruaratan kesehatan masyarakat, deteksi dini dan respon cepat dibentuk
tim reaksi cepat yang diharapkan akan segera bergerak melakukan
berbagai tindakan jika terjadi KLB. Tim reaksi cepat yang terdiri dari

unsur terkait yang bekerja secara terintegrasi sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang ada.

4

4. Public Awareness and Community Engagement
Berbagai studi menunjukan bahwa faktor yang paling signifikan
terhadap persoalan lingkungan adalah Public Awareness dengan kata lain
problem lingkungan berakar dari aktifitas manusia. Dengan meningkatkan
komunikasi, informasi dan edukasi masyarakat diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran dan peran serta terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat pada atau dalam menghadapi kedaruratan kesehatan masyarakat.
5.

Pencegahan dan Penanggulangan
Dalam tindakan pencegahan Kedaruratan kesehatan masyarakat agar
tidak meluas ke daerah yang lain diperlukan penanggulangan yang efektif
dan efesien diperlukan data dan informasi yang adekuat melalui proses
pengumpulan bahan, pengolahan, analisis dan desiminasi terhadap pihakpihak terkait agar tindakan penanggulangan secara baik sebelum, pada saat
dan paska terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat.


6.

Pengamanan
Pada

situasi kedaruratan

kesehatan

masyarakat,

perlu juga

memperhitungkan dampak ikutan (collateral impact) atau kedaruratan
kedua yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah
yang memberikan dampak ekonomi, kerusuhan sosial dan lain-lain yang
mungkin memerlukan skenario tersendiri dan penanganan kedaruratan
yang memerlukan keahlian, ketrampilan dan kompetensi khusus serta
sumber daya yang bersifat spesifik

7.

Manajemen Kasus dan Penanganan Kematian
Manajenem kasus dan penanganan kematian harus sesuai dengan
SOP yang berlaku guna menghindari terjadinya penularan lebih luas yang
berpotensi kedaruratan kesehatan masyarakat.

8.

Laboratorium
Laboratorium pusat dan daerah pada saat terjadi kedaruratan
kesehatan masyarakat akan mengkonfirmasi kasus tersebut dalam waktu

5

sesegera mungkin maksimal 2 x 24 jam setelah spesimen tiba di
laboratorium untuk menunjang atau menegakkan diagnosis kasus.
9.

Peningkatan Pengawasan di Batas Wilayah dan Pintu Negara
Dalam melakukan tugas pokok dan fungsi cegah tangkal keluar
masuk penyakit yang berpotensi kedaruratan kesehatan masyarakat perlu
dilakukan kesiapsiagaan deteksi dini dan respon cepat di batas wilayah dan
Pintu Negara.

10. Monitoring dan Evaluasi
Langkah yang paling penting dalam menilai pelaksanaan semua
kegiatan melihat permasalahan yang ada dan menemukan solusi dalam
penangulangan kedaruratan kesehatan masyarakat. Pada monitoring dan
evaluasi ini diharapkan setiap langkah dilakukan pencatatan dan
pelaporan.
E. Demam Berdarah Dengue
1. Pengertian
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai
DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat
menghisap darah manusia.
Selama nyamuk aides aigypti tidak terkontaminasi virus dengue
maka gigitan nyamuk dbd tersebut tidak berbahaya. Jika nyamuk tersebut
menghisap darah penderita dbd maka nyamuk menjadi berbahaya karena
bisa menularkan virus dengue yang mematikan. Untuk itu perlu
pengendalian nyamuk jenis aedes aegypti agar virus dengue tidak menular
dari orang yang satu ke orang yang lain.
2. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbo
virus B, yaitu Arthropod – Borne Virus atau virus yang diseberkan oleh
Artropoda. Faktor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes Aegepty
(di daerah perkotaan) dan Aedes Albipictus (di daerah pedesaan).

6

Nyamuk yang menjadi faktor penyakit DBD adalah nyamuk yang
menjadi infeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia
(terdapat virus dalam darahnya).
Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8 – 10 hari
terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini mengigit orang
lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam
tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang
tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue
memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada di dalam darah
selama satu minggu.
3. Patogenesis
Infeksi virus terjadi melalui nyamuk, virus memasuki aliran darah
manusia untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak diri). Sebagai
perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi dengan virus yang berfungsi
sebagai antigennya.
Kompleks antigenantibodi tersebut akan melepaskan zat-zat yang
merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses autoimun.
Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat yang salah
satunya di tunjukkan dengan melebarnyapori-pori pembuluh darah
kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara
lain trombosit dan eritrosit. Akibatnya, tubuh akan mengalami perdarahan
mulai dari bercak sampai perdarahan hebat pada kulit, saluran cerna,
saluran pernapasan dan organ vital yang sering menyebabkan kematian.
4. Gambaran Klinis
Pasien DBD pada umumnya di sertai dengan tanda-tanda berikut ini :
a. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
b. Manifestasi perdarahan dengan tes rumple leede (+), mulai dari
petekie (+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah
darah, atau berak darah hitam.
c. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal 150.000 – 400.000)
hematokrit meningkat (normal : pria < 45, wanita < 40)

7

Kriteria Diagnosis (WHO, 1997)
a. Kriteria Klinis
1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung
terus menerus selama 3-7 hari
2) Terdapat manifestasi perdarahan
3) Pembesaran hati
4) syok
b. Criteria Laboratories
1)

Trombositopenia

2)

Hemokonsentrasi (Ht meningkat > 20 %)

5. Pencegahan dan pemberantasan
a. Tujuan
1) Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD
2) Mencegah dan menanggulangi KLB
3) Meningkatkan

peran

serta

masyarakat

(PSM)

dalam

pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
b. Strategi
1) Kewaspadaan dini

3) Peniingkatan keterampilan petugas

2) Penanggulangan KLB

4) penyuluhan

c. Pemberantasan
1) Pembersihan jentik
a) Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
b) Larvadasi
c) Menggunakan ikan
2) Pencegahan gigitan nyamuk
a) Menggunakan kelambu
b) Menggunakan obat nyamuk
c) Tidak

melakukan

kebiasaan

menggantung baju)
d) Penyemprotan

8

beresiko

(tidur

siang,

F.

Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue
1. Wilayah Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Data Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis
Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga akhir Januari tahun 2016,
kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten
dan 3 Kota dari 11 Provinsi di Indonesia, antara lain: 1) Provinsi Banten,
yaitu Kabupaten Tangerang; 2) Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Kota
Lubuklinggau; 3) Provinsi Bengkulu, yakni Kota Bengkulu; 4) Provinsi
Bali, yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar; 5) Provinsi Sulawesi
Selatan, yaitu Kabupaten Bulukumba, Pangkep, Luwu Utara, dan Wajo; 6)
Provinsi Gorontalo, yaitu Kabupaten Gorontalo; serta 7) Provinsi Papua
Barat, yakni Kabupaten Kaimana; 8) Provinsi Papua, yakni Kabupaten
Mappi 9) Provinsi NTT, yakni Kabupaten Sikka; 10) Provinsi Jawa
Tengah, yaitu Kabupaten Banyumas; 11) Provinsi Sulawesi Barat, yakni
Kabupaten Majene. Sepanjang bulan Januari dan Februari 2016, kasus
DBD yang terjadi di wilayah tersebut tercatat sebanyak 492 orang dengan
jumlah kematian 25 orang pada bulan Januari 2016 sedangkan pada bulan
Februari tercatat sebanyak 116 orang dengan jumlah kematian 9 orang.
Hasil data tersebut menunjukan adanya penurunan KLB di Indonesia
sepanjang bulan Januari-Februari 2016.
Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di
Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang
penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak
yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai
43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%.
Masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap penyakit DBD
mengingat setiap tahun kejadian penyakit demam berdarah dengue di
Indonesia cenderung meningkat pada pertengahan musim penghujan
sekitar Januari, dan cenderung turun pada Februari hingga ke penghujung
tahun.

9

Perlu kita ketahui, KLB DBD dinyatakan bila: 1) Jumlah kasus baru
DBD dalam periode bulan tertentu menunjukkan kenaikan dua kali lipat
atau lebih dibandingkan angka rata-rata per bulan dalam tahun
sebelumnya; 2) Timbulnya kasus DBD pada suatu daerah yang
sebelumnya belum pernah terjadi; atau 3) Angka kematian DBD dalam
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai
faktor risiko, yaitu: 1) Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya
tempat perindukan nyamuk Aedes; 2) Pemahaman masyarakat yang masih
terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M
Plus; 3) Perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi
lingkungan yang etrjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat
pemukiman baru; serta 4) Meningkatnya mobilitas penduduk.
2. Indikator KLB
KLB adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan / kematian dan atau
meningkatnya suatu kejadian atau kesakitan / kematian yang bermakna
secara epidemiologi pada sutu kelompok penduduk dalam kurun waktu
tertentu. Termasuk kejadian kesakitan/kematian yang disebabkan oleh
penyakit menular maupun yang tidak menular dan kejadian bencana alam
yang disertai wabah penyakit
Kriteria penetapan KLB Demam berdarah Dengue :
a) Timbulnya

penyakit

demam

berdarah

dengue

(DBD)

yang

sebelumnya tidak ada di suatu daerah Tingkat II.
b) Adanya peningkatan kejadian kesakitan DBD dua kali atau lebih
dibandingkan jumlah kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu
yang sama tahun sebelumnya
Indikator KLB Demam Berdarah Dengue dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Indikator Indonesia
Sehat 2010 dirumuskan indikator KLB Demam Berdarah Dengue yaitu:
“Aneka kesakitan (morbiditas) DBD adalah jumlah kasus DBD di suatu

10

wilayah tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk di wilayah dan
kurun waktu yang sama, dikalikan 100.000.” (Depkes 2003)
3. Upaya Pengendalian DBD
KLB DBD dapat dihindari bila Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
dan

pengendalian

vektor

dilakukan

dengan

baik,

terpadu

dan

berkesinambungan. Pengendalian vektor melalui surveilans vektor diatur
dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang
dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk PSN dengan pesan inti 3M plus.
Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas
Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.
Untuk menekan terjadinya KLB DBD, perlu membudayakan kembali
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus secara berkelanjutan
sepanjang tahun dan mewujudkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
Sejak

tahun

2004

komunikasi/penyampaian

telah

diperkenalkan

informasi/pesan

yang

suatu
berdampak

metode
pada

perubahan perilaku dalam pelaksanaan PSN melalui pendekatan sosial
budaya setempat yaitu Metode Communication for Behavioral Impact
(COMBI). Pada tahun 2007 pelaksanaan PSN dengan metode COMBI
telah dilaksanakan di beberapa kota antara lain Jakarta Selatan, Jakarta
Timur, Padang, dan Yogyakarta; sedangkan pada tahun 2008 dilaksanakan
di 5 kota, yaitu Jakarta Selatan, Bandung, Tangerang, Semarang, dan
Surabaya. Kegiatan PSN dengan metode pendekatan COMBI tersebut
menjadi salah satu prioritas kegiatan dalam program P2DBD di masa yang
akan datang. Data ABJ ini didapatkan dari Survei COMBI. Pada tahun
2009 survei COMBI ABJ dilaksanakan di Kota Bogor, Kota Bekasi, Kota
Depok, Kota Batam dan Kota Mataram. Dari tahun 1994 – 2008 diperoleh
angka ABJ masih di bawah dibawah target,

11

DAFTAR PUSTAKA

Candra Aryu. 2010. Demam Berdarah Dengue : Epidemologi, Patogenesis,
dan
Faktor
Resiko
Penularan.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=78871&val=490.
Akses Tanggal 22 April 2017
Jeffery, Scott K. 2012. Master Plan Kedaruratan Medik. Tangeran Selatan.
Binarupa Aksara.
Kemenkes RI. 2014. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.
https://silahuddinm.files.wordpress.com/2013/02/bk2007-g4.pdf. Akses
Tanggal 22 April 2017
Kemenkes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Topik Utama Demam
Berdarah
Dengue.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=
download/pusdatin/buletin/buletin-dbd.pdf. Akses Tanggal 22 April
2017
Kemenkes RI. 2016. Wilayah KLB DBD Ada Di 11 Provinsi.
http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-adadi-11-provinsi.html. Akses Tanggal 22 April 2017
Kunoli J. Firdaus,. 2012.. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta.
TIM.
Lumbantoruan. Pirton. 2015. BTCLS & Disaster Manajement. Jakarta.
Medhatama Restyan.
Sikkabola. 2012. Penatalaksanaan dan Penanggulangan Demam Berdarah
Di
Puskesmas.
https://sikkabola.wordpress.com/2012/07/05/
penatalaksanaan- dan-penanggulangan-demam-berdarah-di-puskesmas/.
Akses Tanggal 22 April 2017
Yasir Muhammad. 2015. Rencana Kontinjensi Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat. http://epiders.blogspot.co.id/2015/10/rencana-kontinjensikedaruratan.html . Akses Tanggal 22 April 2017

12