t pkn 0908379 chapter5
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari semua
hasil temuan penelitian sesuai dengan perumusan masalah, pertanyaan penelitian,
dan hasil pengujian hipotesis. Kesimpulan ini terdiri atas kesimpulan umum dan
kesimpulan khusus yang dipaparkan sebagai berikut:
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan sejumlah temuan dari hasil kajian yang telah dilakukan, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dan proses habituasi berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter. Akan
tetapi pada kenyataannya pembelajaran PKn masih dihadapkan pada beberapa
kondisi empirik yang sifatnya kotraproduktif dengan kedudukan pembelajaran
PKn sebagai wahana pembangunan karakter, diantaranya: masukan instrumental
(instrumental input) terutama yang berkaitan dengan kualitas guru serta
keterbatasan fasilitas dan sumber belajar; dan masukan lingkungan (enviromental
input) terutama yang berkaitan dengan situasi dan kehidupan lingkungan di mana
siswa berada. Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut, pembelajaran
PKn sebagai salah satu program atau kegiatan akedemik harus diimplementasikan
dengan mengembangkan model-model pembelajaran yang mengelaborasi muatanmuatan yang terdapat dalam kurikulum dengan pengalaman hidup siswa. Selain
207
208
itu Pendidikan Kewarganegaraan harus ditempatkan sebagai suatu gerakan
sosiokultural, sebagai pendidikan yang mampu membangun karakter bangsa.
Dalam upaya membangun karakter, bukan hanya tanggung jawab dunia
pendidikan formal, apalagi menjadi tanggung jawab mata pelajaran PKn semata,
tetapi merupakan tanggung jawab bagi semua pihak, sehinggga pembangunan
karakter hendaknya dilakukan baik secara makro maupun secara mikro. Secara
makro, pengembangan karakter dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan
pembudayaan yang berlangsung dalam tiga pilar pendidikan, yaitu: dalam satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat, dan secara mikro, pembangunan karakter
dilaksanakan melalui satuan pendidikan. Pembangunan karakter pada satuan
pendidikan dibagi ke dalam empat pilar, yaitu kegiatan belajar mengajar di kelas,
kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan,
kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra-kurikuler, serta kegiatan keseharian di
rumah dan di masyarakat.
Pembangunan karakter melalui kegiatan belajar menagajar di kelas telah
dilaksanakan, terutama melalui pembelajaran PKn, meskipun konstribusinya
masih kecil. Sehingga perlu ditunjang dengan pembangunan karakter melalui
kegiatan keseharian dalam bentuk pembiasaan atau proses habituasi. Hal ini
didasarkan atas pemikiaran bahwa karakter dikembangkan melalui tahap
pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Proses
habituasi merupakan upaya untuk menciptakan situasi, kondisi, dan penguatan
yang memungkinkan peserta didik membiasakan diri berperilaku sesuai dengan
nilai yang menjadi karakter yang diinginkan. Untuk itu ada lima nilai moral yang
209
harus menjadi proses habituasi di lingkungan sekolah, yaitu; (1) membiasakan
nilai-nilai terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) membiasaan nilai-nilai terhadap
diri sendiri; (3) membiasakan nilai-nilai terhadap sesama; (4) membiasaan nilainilai terhadap lingkungan; dan (5) membiasakan nilai-nilai kebangsaan.
Melalui pembangunan karakter diharapkan terbentuknya karakter-karakter
siswa yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila, yaitu: Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa;
Menjungjung Kemanusiaan Yang Adil dan beradab; Mengedepankan Persatuan
dan Kesatuan Bangsa; Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum Dan Hak
Asasi Manusia; Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan. Kesemuanya itu
hendaknya bersumber dari: olah hati, olah pikir, olahraga/ kinestetik, olah rasa
dan karsa.
2. Kesimpulan Khusus
Kesimpulan khusus ini merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian
yang diajukan. Kesimpulan khusus tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.
Pembelajaran PKn berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter
siswa, Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan
dengan mengorganisir komponen-komponen pembelajaran yang meliputi
materi, metode, media, sumber belajar dan evaluasi pembelajaran akan
berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa, yaitu siswa yang
memiliki sikap jujur, peduli terhadap orang lain, mencintai keberishan, dan
memiliki nilai-nilai kebangsaan.
b.
Proses habituasi berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter siswa.
Proses Habituasi yang dilaksanakan dengan membiasakan lima nilai utama,
210
yaitu; (1) nilai-nilai terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) nilai-nilai terhadap
diri sendiri, (3) nilai-nilai terhadap sesama, (4) nilai-nilai terhadap
lingkungan, dan (5) nilai-nilai kebangsaan akan mencerminkan pola perilaku
siswa yang memiliki karakter yang baik sehingga pembiasaan tersebut harus
selalu ditingkatkan yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan program
pengembangan diri di sekolah.
c.
Pembelajaran PKn dan proses habituasi secara bersama-sama berpengaruh
positif terhadap pembangunan karakter siswa. Pengaruh tersebut disebabkan
karena selain adanya pembelajaran PKn juga adanya pendidikan karakter
dalam konteks mikro melalui program pengembangan diri, sehingga
pembangunan karater dapat diwujudkan melalui pengetahuan moral (moral
knowing), kesadaran moral (moral feeling) dan tindakan moral (moral
action).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan, yaitu “pembelajaran PKn dan
proses habituasi dapat berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa” dapat
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn dan proses
habituasi berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa.
B. Rekomendasi
Berdasarkan
temuan-temuan
dan
kesimpulan
penelitian,
penulis
merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Pembelajaran PKn berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter,
walaupun pengaruh tersebut masih rendah. Untuk meningkatkan pengaruh
pembelajaran
PKn
terhadap
pembangunan
karakter
maka
kualitas
211
pembelajaran PKn hendaknya selalu ditingkatkan, baik materi, metode,
media, sumber belajar, maupun evaluasi pembelajaran sehingga mampu
memberikan konstribusi yang lebih optimal terhadap pembangunan karakter
siswa. Untuk itu pembelajaran PKn hendaknya: (1) Menciptakan suasana
belajar yang menuntut partisipasi dan keaktifan siswa dalam belajar; (2)
Menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif
sehingga siswa dapat belajar dalam suasana nyaman, aman, penuh
penghargaan, dan bersemangat; (3) Memberikan model (contoh) perilaku
positif, seperti adanya teladan, perilaku penuh perhatian dan penuh
penghargaan dari guru dalam interkasinya dengan siswa; (4) Menciptakan
peluang bagi siswa dalam membuat keputusan dan tindakan yang sesuai
dengan nilai-nilai moral yang berlaku.
2.
Proses habituasi berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter siswa
dan
termasuk
pengaruh
yang
kuat.
Untuk
mempertahankan
atau
meningkatkan pengaruh proses habituasi terhadap pembangunan karakter,
maka lima nilai utama yang ada di sekolah harus menjadi suatu kebiasaan dan
terus ditingkatkan. Kelima nilai utama yang dimaksud, yaitu; (1) Nilai-Nilai
Perilaku terhadap Tuhan, nilai-nilai ini dapat ditanamkan melalui kegiatan,
antara lain: membiasakan berdoa bersama sebelum dan setelah pelajaran
berlangsung,
melaksanakan
ibadah
secara
bersama-sama,
mengkaji/
mempelajari ajaran agama masing-masing di luar jam pelajaran agama,
merayakan hari-hari besar agama, yang kesemuanya dapat menumbuhkan
kesadaran kepada siswa untuk melaksanakan ajaran agama masing-masing;
212
(2) Nilai-Nilai Perilaku terhadap diri sendiri, hal ini perlu ditanamkan kepada
siswa melalui pembiasaan: berpenampilan bersih dan rapi, berperilaku tertib,
mengerjakan tugas individu secara mandiri, mengembangkan potensi diri,
serta tekad dalam mengembangkan diri; (3) Nilai-Nilai Perilaku terhadap
sesama, hal ini perlu ditanamkan kepada siswa melalui pembiasaan:
mengucapkan sapa/ salam ketika berjumpa dengan teman/guru, mengucapkan
permisi/ salam ketika hendak masuk atau meninggalkan ruangan, saling
mendoakan ketika teman/ guru sedang sakit, meringankan beban orang lain
yang ditimpa musibah, menghormati pendapat orang lain; (4) Nilai-Nilai
Perilaku terhadap Lingkungan, hal ini perlu ditanamkan kepada siswa melalu
pembiasaan: membuang sampah pada tempatnya, melaksanakan tugas piket,
memelihara taman,
mengadakan
penghijauan,
kesadaran
memelihara
kebersihan lingkungan; (5) Nilai-nilai Kebangsaan, nilai ini dapat ditamankan
melalui kebiasaan antara lain: mengikuti/ melaksanakan upacara bendera
secara
hikmat,
melaksanakan
kegiatan
yang
menggugah
semangat
nasionalisme; menghormati simbol-simbol kenegaraan, mengikuti peringatan
hari-hari besar nasional, menampilkan sikap cinta tanah air.
3.
Pembelajaran PKn dan proses habituasi secara bersama-sama berpengaruh
positif terhadap pembangunan karakter siswa dan termasuk pengaruh kuat.
Untuk dapat mempertahankan atau meningkatkan pengaruh tersebut maka
perlu adanya suatu program sekolah yang terpadu, yaitu program yang
merujuk kepada pemuatan atau pengisian nilai-nilai karakter pada tiap
komponen yang ada di sekolah, sesuai dengan kekhasannya masing-masing.
213
Selanjutnya, sekolah dapat mengisi pendidikan karakter yang terpadu dengan
sistem pengelolaan sekolah itu sendiri. Artinya, sekolah hendaknya
merencanakan pendidikan (program dan kegiatan) yang menanamkan nilainilai karakter, melaksanakan program dan kegiatan yang berkarakter, dan
juga melakukan pengendalian mutu sekolah secara berkarakter. Selain itu,
hendaknya menciptakan suasana lingkungan yang yang kondusif bagi
terbentuknya karakter anak, serta memberikan keteladanan yang baik kepada
anak.
4.
Kepada pemerhati pendidikan atau peneliti selanjutnya, kiranya dapat
melakukan penelitian lebih lanjut, karena mengingat penelitian ini masih
memiliki sejumlah keterbatasan dalam lingkup metode penelitian, fokus
penelitian, dan setting penelitian. (1) metode penelitian kuantitatif yang
mendominasi penelitian ini tidak dapat mengeksplorasi secara mendalam dan
holistik terhadap bagaimana sebenarnya karakter siswa yang terbentuk dari
hasil
pembelajran
PKn
dan
proses
habituasi.
Untuk
itu
penulis
merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan metode
kualitatif untuk dapat lebih mengeksplorasi pengaruh pembelajaran PKn dan
proses habituasi dapat membangun karakter siswa melalui studi kasus pada
suatu atau penelitian kualitatif yang lainnya. (2) fokus penelitian ini
menempatkan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai civic education sehingga
fokus penelitian hanya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
yang berlansung di sekolah, dan proses habituasi hanya proses habituasi yang
berlangsung di sekolah. Sedangkan proses habituasi yang berlangsung di
214
rumah dan di lingkungan masyarakat belum tergali,
untuk itu penulis
merekomendasikan untuk dapat diteliti lebih lanjut tentang pengaruh proses
habituasi terhadap pembangunan karakter, baik dari lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. (3) setting penelitian ini belum menjangkau sampel
sekolah swasta dan sekolah yang berbasis agama (seperti Madrasah
Tsanawiayah atau sekolah Kristen/Katholik) yang ada di Kabupaten Bangka,
oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode komperatif
atau studi kasus untuk mengkaji lebih mendalam tentang pengaruh
pembelajaran PKn dan Proses Habituasi terhadap pembangunan karakter
siswa berdasarkan karakteristik sekolah.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari semua
hasil temuan penelitian sesuai dengan perumusan masalah, pertanyaan penelitian,
dan hasil pengujian hipotesis. Kesimpulan ini terdiri atas kesimpulan umum dan
kesimpulan khusus yang dipaparkan sebagai berikut:
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan sejumlah temuan dari hasil kajian yang telah dilakukan, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dan proses habituasi berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter. Akan
tetapi pada kenyataannya pembelajaran PKn masih dihadapkan pada beberapa
kondisi empirik yang sifatnya kotraproduktif dengan kedudukan pembelajaran
PKn sebagai wahana pembangunan karakter, diantaranya: masukan instrumental
(instrumental input) terutama yang berkaitan dengan kualitas guru serta
keterbatasan fasilitas dan sumber belajar; dan masukan lingkungan (enviromental
input) terutama yang berkaitan dengan situasi dan kehidupan lingkungan di mana
siswa berada. Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut, pembelajaran
PKn sebagai salah satu program atau kegiatan akedemik harus diimplementasikan
dengan mengembangkan model-model pembelajaran yang mengelaborasi muatanmuatan yang terdapat dalam kurikulum dengan pengalaman hidup siswa. Selain
207
208
itu Pendidikan Kewarganegaraan harus ditempatkan sebagai suatu gerakan
sosiokultural, sebagai pendidikan yang mampu membangun karakter bangsa.
Dalam upaya membangun karakter, bukan hanya tanggung jawab dunia
pendidikan formal, apalagi menjadi tanggung jawab mata pelajaran PKn semata,
tetapi merupakan tanggung jawab bagi semua pihak, sehinggga pembangunan
karakter hendaknya dilakukan baik secara makro maupun secara mikro. Secara
makro, pengembangan karakter dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan
pembudayaan yang berlangsung dalam tiga pilar pendidikan, yaitu: dalam satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat, dan secara mikro, pembangunan karakter
dilaksanakan melalui satuan pendidikan. Pembangunan karakter pada satuan
pendidikan dibagi ke dalam empat pilar, yaitu kegiatan belajar mengajar di kelas,
kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan,
kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra-kurikuler, serta kegiatan keseharian di
rumah dan di masyarakat.
Pembangunan karakter melalui kegiatan belajar menagajar di kelas telah
dilaksanakan, terutama melalui pembelajaran PKn, meskipun konstribusinya
masih kecil. Sehingga perlu ditunjang dengan pembangunan karakter melalui
kegiatan keseharian dalam bentuk pembiasaan atau proses habituasi. Hal ini
didasarkan atas pemikiaran bahwa karakter dikembangkan melalui tahap
pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Proses
habituasi merupakan upaya untuk menciptakan situasi, kondisi, dan penguatan
yang memungkinkan peserta didik membiasakan diri berperilaku sesuai dengan
nilai yang menjadi karakter yang diinginkan. Untuk itu ada lima nilai moral yang
209
harus menjadi proses habituasi di lingkungan sekolah, yaitu; (1) membiasakan
nilai-nilai terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) membiasaan nilai-nilai terhadap
diri sendiri; (3) membiasakan nilai-nilai terhadap sesama; (4) membiasaan nilainilai terhadap lingkungan; dan (5) membiasakan nilai-nilai kebangsaan.
Melalui pembangunan karakter diharapkan terbentuknya karakter-karakter
siswa yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila, yaitu: Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa;
Menjungjung Kemanusiaan Yang Adil dan beradab; Mengedepankan Persatuan
dan Kesatuan Bangsa; Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum Dan Hak
Asasi Manusia; Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan. Kesemuanya itu
hendaknya bersumber dari: olah hati, olah pikir, olahraga/ kinestetik, olah rasa
dan karsa.
2. Kesimpulan Khusus
Kesimpulan khusus ini merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian
yang diajukan. Kesimpulan khusus tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.
Pembelajaran PKn berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter
siswa, Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan
dengan mengorganisir komponen-komponen pembelajaran yang meliputi
materi, metode, media, sumber belajar dan evaluasi pembelajaran akan
berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa, yaitu siswa yang
memiliki sikap jujur, peduli terhadap orang lain, mencintai keberishan, dan
memiliki nilai-nilai kebangsaan.
b.
Proses habituasi berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter siswa.
Proses Habituasi yang dilaksanakan dengan membiasakan lima nilai utama,
210
yaitu; (1) nilai-nilai terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) nilai-nilai terhadap
diri sendiri, (3) nilai-nilai terhadap sesama, (4) nilai-nilai terhadap
lingkungan, dan (5) nilai-nilai kebangsaan akan mencerminkan pola perilaku
siswa yang memiliki karakter yang baik sehingga pembiasaan tersebut harus
selalu ditingkatkan yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan program
pengembangan diri di sekolah.
c.
Pembelajaran PKn dan proses habituasi secara bersama-sama berpengaruh
positif terhadap pembangunan karakter siswa. Pengaruh tersebut disebabkan
karena selain adanya pembelajaran PKn juga adanya pendidikan karakter
dalam konteks mikro melalui program pengembangan diri, sehingga
pembangunan karater dapat diwujudkan melalui pengetahuan moral (moral
knowing), kesadaran moral (moral feeling) dan tindakan moral (moral
action).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan, yaitu “pembelajaran PKn dan
proses habituasi dapat berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa” dapat
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn dan proses
habituasi berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa.
B. Rekomendasi
Berdasarkan
temuan-temuan
dan
kesimpulan
penelitian,
penulis
merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Pembelajaran PKn berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter,
walaupun pengaruh tersebut masih rendah. Untuk meningkatkan pengaruh
pembelajaran
PKn
terhadap
pembangunan
karakter
maka
kualitas
211
pembelajaran PKn hendaknya selalu ditingkatkan, baik materi, metode,
media, sumber belajar, maupun evaluasi pembelajaran sehingga mampu
memberikan konstribusi yang lebih optimal terhadap pembangunan karakter
siswa. Untuk itu pembelajaran PKn hendaknya: (1) Menciptakan suasana
belajar yang menuntut partisipasi dan keaktifan siswa dalam belajar; (2)
Menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif
sehingga siswa dapat belajar dalam suasana nyaman, aman, penuh
penghargaan, dan bersemangat; (3) Memberikan model (contoh) perilaku
positif, seperti adanya teladan, perilaku penuh perhatian dan penuh
penghargaan dari guru dalam interkasinya dengan siswa; (4) Menciptakan
peluang bagi siswa dalam membuat keputusan dan tindakan yang sesuai
dengan nilai-nilai moral yang berlaku.
2.
Proses habituasi berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter siswa
dan
termasuk
pengaruh
yang
kuat.
Untuk
mempertahankan
atau
meningkatkan pengaruh proses habituasi terhadap pembangunan karakter,
maka lima nilai utama yang ada di sekolah harus menjadi suatu kebiasaan dan
terus ditingkatkan. Kelima nilai utama yang dimaksud, yaitu; (1) Nilai-Nilai
Perilaku terhadap Tuhan, nilai-nilai ini dapat ditanamkan melalui kegiatan,
antara lain: membiasakan berdoa bersama sebelum dan setelah pelajaran
berlangsung,
melaksanakan
ibadah
secara
bersama-sama,
mengkaji/
mempelajari ajaran agama masing-masing di luar jam pelajaran agama,
merayakan hari-hari besar agama, yang kesemuanya dapat menumbuhkan
kesadaran kepada siswa untuk melaksanakan ajaran agama masing-masing;
212
(2) Nilai-Nilai Perilaku terhadap diri sendiri, hal ini perlu ditanamkan kepada
siswa melalui pembiasaan: berpenampilan bersih dan rapi, berperilaku tertib,
mengerjakan tugas individu secara mandiri, mengembangkan potensi diri,
serta tekad dalam mengembangkan diri; (3) Nilai-Nilai Perilaku terhadap
sesama, hal ini perlu ditanamkan kepada siswa melalui pembiasaan:
mengucapkan sapa/ salam ketika berjumpa dengan teman/guru, mengucapkan
permisi/ salam ketika hendak masuk atau meninggalkan ruangan, saling
mendoakan ketika teman/ guru sedang sakit, meringankan beban orang lain
yang ditimpa musibah, menghormati pendapat orang lain; (4) Nilai-Nilai
Perilaku terhadap Lingkungan, hal ini perlu ditanamkan kepada siswa melalu
pembiasaan: membuang sampah pada tempatnya, melaksanakan tugas piket,
memelihara taman,
mengadakan
penghijauan,
kesadaran
memelihara
kebersihan lingkungan; (5) Nilai-nilai Kebangsaan, nilai ini dapat ditamankan
melalui kebiasaan antara lain: mengikuti/ melaksanakan upacara bendera
secara
hikmat,
melaksanakan
kegiatan
yang
menggugah
semangat
nasionalisme; menghormati simbol-simbol kenegaraan, mengikuti peringatan
hari-hari besar nasional, menampilkan sikap cinta tanah air.
3.
Pembelajaran PKn dan proses habituasi secara bersama-sama berpengaruh
positif terhadap pembangunan karakter siswa dan termasuk pengaruh kuat.
Untuk dapat mempertahankan atau meningkatkan pengaruh tersebut maka
perlu adanya suatu program sekolah yang terpadu, yaitu program yang
merujuk kepada pemuatan atau pengisian nilai-nilai karakter pada tiap
komponen yang ada di sekolah, sesuai dengan kekhasannya masing-masing.
213
Selanjutnya, sekolah dapat mengisi pendidikan karakter yang terpadu dengan
sistem pengelolaan sekolah itu sendiri. Artinya, sekolah hendaknya
merencanakan pendidikan (program dan kegiatan) yang menanamkan nilainilai karakter, melaksanakan program dan kegiatan yang berkarakter, dan
juga melakukan pengendalian mutu sekolah secara berkarakter. Selain itu,
hendaknya menciptakan suasana lingkungan yang yang kondusif bagi
terbentuknya karakter anak, serta memberikan keteladanan yang baik kepada
anak.
4.
Kepada pemerhati pendidikan atau peneliti selanjutnya, kiranya dapat
melakukan penelitian lebih lanjut, karena mengingat penelitian ini masih
memiliki sejumlah keterbatasan dalam lingkup metode penelitian, fokus
penelitian, dan setting penelitian. (1) metode penelitian kuantitatif yang
mendominasi penelitian ini tidak dapat mengeksplorasi secara mendalam dan
holistik terhadap bagaimana sebenarnya karakter siswa yang terbentuk dari
hasil
pembelajran
PKn
dan
proses
habituasi.
Untuk
itu
penulis
merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan metode
kualitatif untuk dapat lebih mengeksplorasi pengaruh pembelajaran PKn dan
proses habituasi dapat membangun karakter siswa melalui studi kasus pada
suatu atau penelitian kualitatif yang lainnya. (2) fokus penelitian ini
menempatkan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai civic education sehingga
fokus penelitian hanya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
yang berlansung di sekolah, dan proses habituasi hanya proses habituasi yang
berlangsung di sekolah. Sedangkan proses habituasi yang berlangsung di
214
rumah dan di lingkungan masyarakat belum tergali,
untuk itu penulis
merekomendasikan untuk dapat diteliti lebih lanjut tentang pengaruh proses
habituasi terhadap pembangunan karakter, baik dari lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. (3) setting penelitian ini belum menjangkau sampel
sekolah swasta dan sekolah yang berbasis agama (seperti Madrasah
Tsanawiayah atau sekolah Kristen/Katholik) yang ada di Kabupaten Bangka,
oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode komperatif
atau studi kasus untuk mengkaji lebih mendalam tentang pengaruh
pembelajaran PKn dan Proses Habituasi terhadap pembangunan karakter
siswa berdasarkan karakteristik sekolah.