t pkn 0908379 chapter3

(1)

92 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu, pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan pola “the dominant-less dominant design” dari Creswell (1994:177). Bagian dominan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Cresswell (2008 : 46) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai berikut : Quantitative research is a type of educational research in which the researcher decides what to study: ask, specifics, narrow question; collects

quantifiable data from participant; analyzes theses number using statistics and

conduct the inquiry in an unbiased, objective manner.

Kutipan di atas mempunyai makna bahwa penelitian kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian pendidikan dimana peneliti memutuskan apa yang akan diteliti lebih lanjut. Penelitian dapat di lakukan dengan cara membuat pertanyaan yang spesifik, pertanyaan tertutup, mengumpulkan data dari responden, menganalisis hasil penghitungan dan membuat kesimpulan dari hasil hitungan tersebut. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan tujuan untuk mengukur banyaknya variabel, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman atau karakteristik dari suatu fenomena. Penelitian ini mengambil sampel dari suatu populasi yang banyak yang tersebar di kabupaten bangka, untuk itu penulis menggunakan teknik kuesioner dalam pengumpulan data.


(2)

Pendekatan kuantitatif yang digunakan ini menggunakan metode deskritif analitis, menurut Nazir, M (1988 : 63) bahwa : “Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian tentang kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kejadian pada masa sekarang.”. Metode deskriptif -analitis dalam penelitian dioperasionalisasikan dengan menggunkan statistik inferensial, yaitu menganalisis data sampel yang hasilnya digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel itu diambil (Sugiyono, 2009:14)

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dilakukan suvei. Mc Millan & Schumaker (2001;304) menyatakan bahwa ‘dalam penelitian survei, peneliti menyeleksi suatu sampel dari responden dan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi terhadap variabel yang menjadi perhatian peneliti. Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari populasi tertentu’. Neuman (1991:267) juga menyatakan bahwa para peneliti survei mengambil sampel dari banyak responden yang menjawab sejumlah pertanyaan. Mereka mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman, atau karakteristik dari suatu fenomena. Dengan demikian penelitian ini memiliki karakteristik sebagaimana diungkapkan Singleton & Strais (1999: 239) yaitu: (1) sejumlah besar responden dipilih melalui sampling probabilitas untuk mewakili populasi; (2) kuesioner sistematik digunakan untuk bertanya sesuatu mengenai responden dan mancatat jawaban-jawaban mereka; (3) jawaban-jawaban tersebut dikode secara numerik dan dianalisis dengan bantuan statistik.


(3)

Langkah berikutnya dalam penelitian ini menggunakan paradigma tambahan (less dominant) dengan pendekatan kualitatitf untuk pendalaman. Pada tahap ini metode yang digunakan adalah wawancara. Pendapat yang membenarkan adanya penambahan melalui informasi pelengkap dengan wawancara ini dikemukakan oleh Kerlinger (2000:769) yang mengatakan:’... wawancara itu dapat digunakan sebagai penopang atau pelengkap metode lain, tindak lanjut dalam menghadapi hasil yang tak terduga/terharapkan, memvalidasikan metode-metode lain, menyelami lebih dalam motivasi responden serta alasan-alasan responden memberikan jawaban dengan cara tertentu’. Singarimbun dan Efendi (1995: 9) mengemukakan pendapat serupa bahwa: ‘penelitian kuantitatif yang menggunakan kuesioner yang disiapkan sebelumnya, kemudian diperkaya melalui wawancara maupun observasi kualitatif tersebut, maka gambaran tentang fenomena sosial yang disajikan dalam tabel menjadi semakin jelas, menarik dan lebih hidup nuansa-nuansa fenomena sosial yang ditampilkan’.

B. Prosedur Penelitian

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, disusun prosedur penelitian dengan sistematika tertentu sebagai berikut:

1. Perumusan problem statement.

2. Pengakajian dan pengembangan teori, yang mencakup teori pembelajaran PKn dan proses habutuasi serta teori karakter yang baik.

3. Perumusan tujuan dan hipotesis.

4. Penyusunan instrumen pengumpulan data sesuai dengan variabel yang telah dirumuskan serta landasan dan kerangka teoritik.


(4)

5. Pemilihan unit analisis penelitian, yaitu sejumlah SMP Negeri di Kabupaten Bangka yang guru PKn berlatar belakan S1 PKn. Kemudia dilanjutkan dengan pemilihan subyek/ responden penelitian yaitu siswa dari SMPN tersebut.

6. Pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara

7. Pengolahan data dengan cara melakukan verifikasi, analisis dan intrepertasi. 8. Perumusan temuan penelitian, kesimpulan dan rekomendasi.

Secara garis besar prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

PROSEDUR PENELITIAN

Gambar : 3.1. Prosedur Penelitian Pengkajian,

pengembagan teori

Penyususnan Instrumen

Penyususnan hipotesis

Pemilihan unit analisis

data

Perumusan hasil Pengolahan

data Pengumpulan

data

Problem statemen


(5)

C. Lokasi , Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Populasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dari data dokumentasi di dinas Pendidikan Kabupaten Bangka diketahui, terdapat 26 SMP Negeri yang tersebar di 8 Kecamatan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri kelas VIII di Kabupaten Bangka yang mata pelajaran PKn diajar oleh guru yang berlatar belakang Pendidikan Kewarganegaraan. Populasi tersebut dipilih karena memiliki karakteristik dengan tujuan penelitian, yaitu: (1) Guru PKn SMPN yang berlatar belakang Pendidikan Kewarganegaraan diasumsikan memiliki pemahaman tentang visi, misi, dan tujuan PKn serta strategi pembelajaran PKn (2) Siswa SMPN kelas VIII berada pada tahun kedua (tingkat II) di SMP sehingga mereka sudah banyak menerima dan mengalami proses pembelajaran dan proses habituasi di sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi di Dinas Pendidikan Kabupaten bangka diperoleh data bahwa pada tahun pelajaran 2010/2011 terdapat 26 SMPN, yang tersebar di 8 Kecamatan. jumlah guru PKn yang berlatar belakang PKn sebanyak 33 dan jumlah siswa kelas VIII sebanyak 2.488 siswa. 2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data yang dapat mewakili seluruh populasi. Dari gambaran jumlah populasi tersebut di atas cukup banyak dan wilayahnya pun cukup luas, oleh karena itu perlu dilakukan pengambilan sampel. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama; cluster sampling dan tahap


(6)

kedua; proportional random sampling. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Pertama Cluster sampling

Teknik ini dilakukan dengan cara membagi wilayah kabupaten Bangka menjadi dua wilayah, yaitu: (1) Kecamatan Induk yang terdiri atas 5 kecamatan dan (2) Kecamatan Pemekaran yang terdiri atas 3 kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel: 3.1. Persebaran Jumlah SMP Negeri Di Kabupaten Bangka

WILAYAH NAMA

KECAMATAN

NAMA

SEKOLAH KETERANGAN

Kecamatan Induk Kecamatan Sungailiat

SMP Negeri 1 SMP Negeri 2 SMP Negeri 3 SMP Negeri 4 SMP Negeri 5

Terdapat 5 SMP Negeri

Kecamatan Puding Besar

SMP Negeri 1 SMP Negeri 2

Terdapat 2 SMP Negeri

Kecamatan Merawang

SMP Negeri 1 SMP Negeri 2

Terdapat 2 SMP Negeri

Kecamatan Mendo Barat

SMP Negeri 1 SMP Negeri 2 SMP Negeri 3 SMP Negeri 4

Terdapat 4 SMP Negeri

Kecamatan Belinyu

SMP Negeri 1 SMP Negeri 2 SMP Negeri 3 SMP Negeri 4

Terdapat 4 SMP Negeri

Kecamatan Pemekaran

Kecamatan Pemali SMP Negeri 1 SMP Negeri 2 SMP Negeri 3

Terdapat 3 SMP Negeri

Kecamatan Riau Silip

SMP Negeri 1 SMP Negeri 2 SMP Negeri 3

Terdapat 3 SMP Negeri


(7)

SMP Negeri 2 SMP Negeri 3

Negeri JUMLAH 8 Kecamatan 26 SMP Negeri Sumber Data: Dinas Pendidikan Kab. Bangka

Dari masing-masing wilayah tesebut ditetapkan 5 kecamatan yang dijadikan sampel, tiga kecamatan dari wilayah kecamatan induk, yaitu; Kecamatan Sungailiat, Kecamatan Merawang dan Kecamatan Mendo Barat. Dan 2 kecamatan dari wilayah kecamatan pemekaran, yaitu kecamatan Pemali dan Riau Silip.

Dari 5 kecamatan yang terpilih, terdapat 17 SMP Negeri yang gurunya berlatar belakang S-1 PKn. Dari 17 SMP Negeri tersebut dipilih 9 sekolah untuk dijadikan lokasi penelitian dengan pertimbangan letak lokasi sekolah yaitu di ibu kota kecamatan dan di luar ibu kota kecamatan. Dari 9 sekolah tersebut, jumlah siswa sebanyak 1.119 orang, dan sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 265 orang. Keputusan penentuan jumlah sampel tersebut didasarkan atas tabel penentuan jumlah sampel yang dikembangkan dari Isaac dan Michael dalam Sugiyono (2009:128). Bahwa jika jumlah populasi sebanyak 1.100 dengan tingkat kesalahan 5% maka jumlah sampel adalah 265. Penentuan sampel sebanyak itu dilakukan secara acak (random).

b. Tahap Kedua: Proportional Random Sampling

Teknik ini dilakukan dengan memilih sampel secara acak dan proporsional, sehingga sampel yang berjumlah 265 tersebut berasal dari populasi setiap sekolah yang dipilih secara acak dan proporsionl (proportional random sampling) dari masing-masing sekolah. Untuk lebih lengkap penarikan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(8)

Tabel: 3.2. Distribusi Penarikan Sampel Wilayah kabupaten bangka Kecamatan ditetapkan SMP Negeri yang ditetapkan Jumlah siswa kelas VIII Jumlah sampel * Kecamatan Induk

Sungailiat SMP Negeri 1 SMP Negeri 3 SMP Negeri 4

188 126 124 45 29 29 Merawang SMP Negeri 1

SMP Negeri 2

157 125

38 29 Mendo Barat SMP Negeri 1 125 30 Kecamatan

Pemekaran

Pemali SMP Negeri 1 SMP Negeri 2

130 48

31 11

Riau Silip SMP Negeri 1 94 23

JUMLAH 5 Kecamatan 9 SMP Negeri 1.119 siswa 265 siswa Keterangan : *Jumlah Sampel = Jumlah siswa di sekolah X 265

Jumlah Populasi

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Setiap terminologi memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan dalam lapangan studi yang berbeda. Oleh karena itu, untuk memperjelas konsep dari variabel yang diteliti, sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda, maka perlu dirumuskan operasionalisasi variabel sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ( sebagai variabel X1)

Menurut Djahiri (2005:2) Proses pembelajaran PKn merupakan proses kegiatan belajar siswa yang direkayasa oleh guru dari seluruh komponen belajar yang meliputi; materi, metode, media, sumber belajar dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu dalam proses pembelajaran PKn, guru hendaknya mengorganisir materi, metode, media, sumber belajar dan evaluasi pembelajaran agar berlangsung proses pembelajaran yang efektif sehingga mencapai tujuan pembelajaran.


(9)

Untuk itu yang dimaksud Pembelajaran PKn dalam tesis ini adalah proses belajar mengajar mata pelajaran PKn yang melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik yang didalamnya dioperasionalisasikan berbagai aspek atau dimensi yang meliputi; (1) materi; (2) metode; (3) media; (4) sumber belajar; dan (5) evaluasi pembelajaran. Selanjutnya aspek-aspek tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator sebagai berikut:

Dimensi materi Pembelajaran PKn dikembangkan menjadi beberapa indikator, yaitu: Kesesuaian materi dengan Standar Isi; Kesesuaian materi dengan tingkat berpikir siswa; Kesesuaian materi dengan realitas kehidupan siswa; Kesesuaian materi dengan tingkat perkembangan moral siswa; Kesesuaian materi dengan pembangunan karakter baik siswa. Dimensi Metode Pembelajaran PKn dikembangkan menjadi beberapa indikator, yaitu: Kesesuaian metode dengan materi pembelajaran; Penggunaan metode yang menuntut keaktifan belajar siswa; Penggunaan metode yang meningkatkan motivasi belajar siswa; Penggunaan metode yang bervariasi. Dimensi Media Pembelajaran PKn dikembangkan menjadi beberapa indikator, yaitu: Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran; Penggunaan media yang menambah wawasan siswa; Penggunaan media yang meningkatkan motivasi belajar siswa; Penggunaan media yang bervariasi (visual, audio, audio visual). Dimensi Sumber belajar PKn dikembangkan menjadi beberapa indikator, yaitu: Kesesuaian sumber belajar dengan materi dan tujuan pembelajaran; Penggunaan sumber belajar yang menambah pengayaan siswa; Penggunaan sumber belajar yang dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa; Penggunaan sumber belajar yang bervariasi. Dimensi Evaluasi Pembelajaran PKn


(10)

dikembangkan menjadi beberapa indikator yaitu: Kesesuaian evaluasi dengan tujuan pembelajaran; Penggunaan waktu pelaksanaan evaluasi (evaluasi proses dan hasil); Penggunaan bentuk dan jenis evaluasi yang bervariasi; Adanya tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi.

2. Proses habituasi (sebagai variabel X2)

Menurut Budimansyah (2010:63) habituasi adalah proses menciptakan aneka situasi dan kondisi (persisten-life situation) yang berisi aneka ragam penguatan (reinforcment) yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, di rumah, di lingkungan masyarakatnya membasakan diri berprilaku sesuai nilai dan menjadikan perangkat nilai yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi melalui proses olah hati, olah pikir, olah raga dan olah rasa dan karasa itu sebagai karakter atau watak. Proses Habituasi yang dimaksud penulis dalam tesis ini adalah kembiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan di lingkungan sekolah dalam upaya menanamkan nilai ketuhanan, nilai pribadi, nilai sosial dan nilai kebangsaan guna membangun karakter baik siswa. Kebiasaan-kebiasaan baik tersebut meliputi lima dimensi sebagai berikut: (a) nilai-nilai perilaku manusia terhadap Tuhan; (b) nilai-nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri; (c) nilai-nilai perilaku manusia terhadap sesama; (d) nilai-nilai perilaku manusia terhadap lingkungan; dan (e) nilai-nilai kebangsaan. Selanjutnya dimensi tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator sebagai berikut:

Dimensi nilai perilaku manusia dengan Tuhan, dikembangkan menjadi indikator: Kebiasaan melaksanakan ajaran agama; Kebiasaan melaksanakan ibadah secara bersama dan memperingati hari-hari besar agama. Dimensi nilai


(11)

perilaku manusia terhadap diri sendiri dikembangkan menjadi indikator: Kebiasaan berpenampilan dan berperilaku bersih, rapi, sehat, dan tertib; Kebiasaan mengembangkan potensi diri. Dimensi nilai perilaku manusia terhadap sesama manusia, dikembangkan menjadi indikator: Kebiasaan berperilaku baik terhadap teman; Kebiasaan berperilaku baik terhadap guru/TU dan semua orang.Dimensi nilai perilaku manusia terhadap lingkungan, dikembangkan menjadi indikator: Kebiasaan memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan; Kebiasaan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan. Dimensi Nilai kebangsaan, dikembangkan menjadi indikator: Kebiasaan mengikuti dan melaksanakan upacara bendera serta peringatan hari-hari besar nasional.

3. Pembangunan Karakter ( sebagai variabel Y)

Pembangunan karakter siswa dimaksudkan sebagai upaya membangun nilai kejujuran, kebersihan, kepedulian, dan kebangsaan dengan mengacu pada karakter baik (good character) siswa. Dalam upaya membangun karakter diperlukan upaya sunggung-sungguh untuk membangun karakter individu. Karakter individu merupakan hasil keterpaduan dari olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa yang dapat diwujudkan dalam bentuk; jujur, cerdas, besih dan sehat, serta peduli dan kreatif. Sementara itu Filosof Yunani terkenal, yaitu Aristoteles, mendefinisikan Karakter yang baik sebagai ‘the life of right conduct- right conduct in the relation to other person and in relation to oneself’

(Lickona, 1992:50), yaitu hidup pada perilaku yang baik- perilaku yang baik dalam kaitannya dengan orang lain dan dengan diri sendiri. Menurut Lickona bahwa karakter yang baik memiliki tiga unsur atau dimensi yakni; moral knowing


(12)

(pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral action (perilaku moral). Masing-masing dimensi tersebut memiliki beberapa indikator sebagai berikut:

Dimensi Pengetahuan Moral (Moral knowing), dengan indikator: Kesadaran moral (moral awareness); Wawasan nilai moral (knowing moral values); Kemampuan mengambil pandangan orang lain (perspective taking);Penalaran Moral (moral reasoning);Mengambil keputusan (decision making); dan Pemahaman diri sendiri (self knowledge). Dimensi Pengetahuan Moral (Moral feeling) dengan indikator: Kata hati atau nurani (conscience); Harapan diri sendiri (self- esteem); Merasakan diri orang lain (emphaty); Mencintai kebaikan (loving the good); Kontrol diri (self-control); dan Merasakan diri sendiri (humility). Dimensi Tindakan moral (Moral Action) dengan indikator: kompetensi (competence); keinginan (will); kebiasaan (habit).

Untuk lebih jelasnya, operasinalisasi variabel dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel: 3.3. Operasionalisasi Variabel

VARIA-BEL DIMENSI INDIKATOR SKALA

Pembela-jaran PKn (X1)

1. Materi Pembelajaran PKn

a.Kesesuaian materi dengan Standar Isi

Mengguna kan Skala Ordinal b.Kesesuaian materi dengan

tingkat berpikir siswa c.Kesesuaian materi dengan

realitas kehidupan siswa d.Kesesuaian materi dengan

tingkat perkembangan moral siswa

e.Kesesuaian materi dengan pembangunan karakter baik


(13)

siswa 2. Metode

Pembelajaran PKn

a.Kesesuaian metode dengan materi pembelajaran b.Penggunaan metode yang

menuntut keaktifan dan

meningkatkan motivasi belajar siswa

c.Penggunaan metode yang bervariasi

3. Media Pembelajaran PKn

a.Penggunaan media yang bervariasi (visual, audio, audio visual)

b.Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran c.Penggunaan media yang

menambah wawasan siswa d.Penggunaan media yang

meningkatkan motivasi belajar siswa

4. Sumber Belajar PKn

a.Kesesuaian sumber belajar dengan materi dan tujuan pembelajaran

b.Penggunaan sumber belajar yang menambah pengayaan siswa

c.Penggunaan sumber belajar yang dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa d.Penggunaan sumber belajar

yang bervariasi 5. Evaluasi

Pembelajaran PKn

a.Kesesuaian evaluasi dengan tujuan pembelajaran

b.Penggunaan waktu

pelaksanaan evaluasi (evaluasi proses dan hasil)

c.Penggunaan bentuk dan jenis evaluasi yang bervariasi d.Adanya tindak lanjut dari


(14)

Proses Habituasi (X2)

1.Membiasakan nilai-nilai perilaku

terhadap Tuhan Yang Maha Esa

a.Kebiasaan melaksanakan ajaran agama

Mengguna kan Skala Ordial b.Kebiasaan melaksanakan

ibadah secara bersama dan memperingati hari-hari besar agama 2.Membiasakan nilai-nilai perilaku terhadap diri sendiri.

a.Kebiasaan berpenampilan dan berperilaku bersih, rapi, sehat, tertib, dan jujur.

b.Kebiasaan mengembangkan potensi diri 3.Membiasakan nilai-nilai perilaku terhadap sesama.

a.Kebiasaan berperilaku baik terhadap teman

b.Kebiasaan berperilaku baik terhadap guru/TU dan semua orang 4.Membiasa kan nilai-nilai perilaku terhadap lingkungan

a. Kebiasaan memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan

b. Kebiasaan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan 5.Membiasakan

nilai-nilai kebangsaan

a. Kebiasaan mengikuti dan melaksanakan upacara bendera b. Kebiasaan mengikuti dan

melaksanakanserta peringatan hari-hari besar nasional. Karakter

Siswa (Y)

1. Pengeta-huan moral (Moral knowing)

a. Kesadaran moral (moral awareness),

Mengguna kan skala ordinal b. Wawasan nilai moral (knowing

moral values)

c. Kemampuan mengambil pandangan orang lain

(perspective taking), d. Penalaran Moral (moral

reasoning),

e. Mengambil keputusan (decision making),

f. Pemahaman diri sendiri (self knowledge

2.kesadaran Moral (Moral feeling)

a. Kata hati atau nurani (conscience).

b. Harapan diri sendiri (self- esteem),


(15)

(emphaty)

d. Mencintai kebaikan (loving the good),

e. Kontrol diri (self-control), f. Merasakan diri sendiri

(humility). 3.Perilaku

bermoral

(Moral Action)

a. kompetensi (competence).

b. Keinginan (will). c. Kebiasaan (habit),.

E. Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah: a) Angket

Teknik ini merupakan teknik utama untuk mendapatkan data primer, berupa data tentang variabel Pembelajaran PKn, proses habituasi, dan karakter siswa. Untuk mendapatkan data tersebut menggunakan angket skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, yaitu dengan 5 (lima) option; (1) selalu, (2) sering, (3) kadang-kadang (4) jarang, (5) tidak pernah. Jawaban yang tepat memperoleh bobot nilai lima (5), dan seterusnya memperoleh bobot nilai 4, 3, 2, dan 1. Penggunaan skala SSHA ini tidak menuntut siswa untuk menjawab soal dengan benar berdasarkan pengetahuannya, tetapi bagaimana siswa melakukan kebiasaan-kebiasaan aktivitas sehari-hari.

b) Wawancara

Wawancara (interview) adalah situasi peran antara pribadi bertemu muka (face-to-face), ketika seseorang, yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan


(16)

dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai atau responden (Kerlinger, 2000: dalam Supardan, 2004:159). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap guru PKn SMP Negeri di Kabupaten Bangka , yang tujuannya untuk mengungkap pandangan dan tanggapan pembelajaran PKn dan proses habituasi yang dapat membangun karakter siswa.

Jenis wawancara yang penulis gunakan adalah the general interview guide approach. Patton (Wiriaatmadja, 1992: 148-149) menyebutnya jenis wawancara ini merupakan wawancara umum dengan pendekatan terarah, yang merupakan jalan tengah antara jenis wawancara berstruktur dengan wawancara bebas. Wawancara berstruktur ataupun baku dengan mengurutan pertanyaan itu sedemikian rupa telah disusun sebelumnya secara cermat. Kalaupun ada sedikit ‘kebebasan’ untuk mengembangkan pertanyaan, kebebasan itu hanyalah sangat kecil. Berbeda dengan jenis wawancara ‘tidak berstruktur” atau sering disebut wawancara ‘bebas’. Tipe wawancara ini lebih luwes dan terbuka, biasanya hampir tidak menggunakan skedul yang tetap ataupun baku.

Substansi wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru SMPN tersebut menyangkut pertanyaan-pertanyaan peranan pembelajaran PKn dalam membentuk karakter siswa. Hal ini dilakukan untuk memvalidasi jawaban-jawaban responden sebelumnya yang telah diperoleh melalaui jawaban kuesioner yang diberikan kepada responden. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik dan mendalam, diharapkan guru mampu memberikan jawaban yang lebih lugas dan mampu memberikan informasi tambahan sesuai dengan kebutuhan peneliti.


(17)

c) Observasi

Teknik ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai kehidupan sosial yang terjadi di sekolah diharapkan dapat melengkapi penjelasan dalam hasil penelitian.

2. Strategi Pengembangan Instrumen

Data yang digunakan dalam penelitian haruslah data yang diperoleh dari suatu instrumen pengukuran yang kredibel, dalam arti data harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Suatu instrumen memenuhi syarat validitas jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan realibilitas merujuk pada konsistensi, akurasi, dan stabiltas nilai dari hasil skala pengukuran tersebut.

Untuk mendapatkan instrumen yang memiliki tingkat validitas yang diharapkan, maka instrumen tersebut harus dikembangkan melalui prosedur sebagai berikut:

a. Melakukan analisis deduktif, yaitu mengembangkan instrumen berdasarkan teori pembelajaran PKn, proses habituasi dan karakter yang baik, seperti yang telah diuraikan dalam operasionalisasi variabel. Hal ini dilakukan untuk memenuhi validitas isi (content validity), yaitu bahwa item-item instrumen mencerminkan domain konsep dari variabel dari yang akan diteliti. Untuk itu maka dibuat kisi-kisi instrumen penelitian yang dikemabangkan dari definisi operasional variabel. Instumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel pembelajaran PKn, Proses Habituasi, dan Pembangunan Karakter siswa adalah kuesioner skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, yaitu dengan 5


(18)

(lima) option; (1) selalu, (2) sering, (3) kadang-kadang, (4) jarang, (5) tidak pernah. Jawaban yang tepat memperoleh bobot nilai lima (5), dan seterusnya memperoleh bobot nilai 4, 3,2, dan 1. Selanjutnya instrumen tersebut diperkuat dengan konsultasi para ahli, yaitu dosen pembimbing tesis yang kualifikasi profesor dan doktor di bidangnya.

Disamping itu digunakan pula wawancara untuk memperkuat dan memperkaya analisis hasil penelitian dari angket. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap 5 guru PKn SMP Negeri yang mewakili SMP yang dijadikan sampel penelitian.

b. Melakukan analisis induktif, yaitu dengan mengumpulkan data terlebih dahulu melalui penyebaran uji coba yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Dalam uji coba tersebut angket disebarkan kepada 40 orang siswa SMP Negeri 5 di Kabupaten Bangka, hal ini dilakukan untuk melakukan pengujian validitas yaitu menguji tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Validitas dilakukan melalui internal atau konstruk (contruct validity). Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan skala instrumen yang harus mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur. Bersamaan itu pula dilakukan pengujian validitas eksternal atau kriteria (criteria validity). Validitas eksternal menyangkut tingkat skala instrumen yang mampu memprediksi variabel yang dirancang sebagai keriteria. Item dinyatakan valid jika nilai koefisien korelasi lebih dari r tabel yang


(19)

ditetapkan sebesar 0,312. Jika koefisien korelasi kurang dari r tabel maka item dinyatakan tidak valid.

c. Melakukan pengujian realibilitas instrumen. Uji ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya dan sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan ukur (measurment error). Dengan demikian realibiltas adalah kepercayaan hasil suatu pengukuran yang konsisten bila dilakukan pada waktu yang berbeda terhadap responden, sehingga instrumen penelitian dianggap dapat dipercaya, handal, dan ajeg. Pengujian dilakukan dengan rumus Alpha Cronbach. Pengujian reliabel dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient sebagai rhitung yang dibandingkan dengan rtabel (0,312). Jika tertnyata r hitung lebih besar dari rtabel, maka dinyatakan reliabel. (Riduan & Sunarto, 2009: 353)

3. Hasil Uji coba Instrumen

Uji coba instrumen dilaksanakan di SMP Negeri 5 Sungailiat terhadap 40 orang siswa, dan hasilnya diolah dengan bantuan SPSS 17. Untuk mengetahui tingkat validitas item, dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item denga skor total item (r hitung) dibandingkan dengan r tabel Jika nilai

r

hitung lebih besar dari

r

tabel, maka item tersebut valid. Berdasarkan hasil uji validitas terhadap variabel X1 dapat disimpulkan bahwa jumlah item ada 30, yang valid ada 25, yaitu nomor: 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15,16, 17, 19, 20,21, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 30. Sedangkan yang tidak valid ada lima item, yaitu nomor: 4,12, 18, 24,27. Hasil uji validitas variabel X2 dapat disimpulkan bahwa jumlah item sebanyak 33, yang


(20)

valid ada 27 item, yaitu no: 31,32, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 42,43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,50, 51, 52, 53,54, 55, 56, 58, 59, 61, 62. Sedangkan yang tidak valid ada enam item, yaitu: 33,37,41, 57,60, 63. Dan hasil uji validitas terhadap variabel Y dapat disimpulkan bahwa jumlah item sebanyak 64, yang valid ada 56 item, yaitu nomor: 64,65, 66, 67, 68, 69, 71,72,73,74,75,76,77, 78, 79,80, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 92, 93, 94, 96, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106,107,108,109,110,111, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 127. Sedangkan yang tidak valid ada tujuh item, yaitu nomor: 70, 81, 91, 95, 97,112,126. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk uji realibilitas, pengujian reliabel dapat dilihat pada nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient, sebagai r hitung. Bila r hitung lebih besar dari r tabel (yang ditetapkan sebesar 0,312), maka dapat disimulkan bahwa angket tersebu reliabel. Berdasarkan hasil uji reliabilitas terhadap variabel X1, diperoleh data bahwa nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient, sebagai rhitung, yaitu sebasar 0,599. Bila dibandingkan dengan r tabel (0,312) tertnyata r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel X1 tersebut reliabel. Untuk hasil uji realibilitas terhadap variabel X2, diperoleh nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient, sebagai r hitung, yaitu sebasar 0,777. Bila dibandingkan dengan r tabel (0,312) tertnyata r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel X2 tersebut reliabel. Dan hasil uji realibilitas terhadap variabel Y, diperoleh nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient, sebagai r hitung, yaitu sebasar 0,861. Bila dibandingkan dengan r tabel (0,312)


(21)

tertnyata r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Y tersebut reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari lampiran. 4. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Dari uji validitas terhadap variabel X1, ada lima item yang tidak valid, yaitu pertanyaan nomor: 4, 12, 18, 24, dan 27. Pertanyaan tersebut selajutnya dianalisis sebagai berikut:

Tabel: 3.4. Hasil Analisis Uji Validitas Variabel X1

No.Item Rumusan Pertanyaan Analisis Keputusan

4

Apakah materi

pembelajaran PKn yang disampaikan guru ada hubungannya dengan pengalaman hidup Anda sehari-hari?

Pertanyaan ini sudah terwakili dengan pertanyaan no.sebelumnya sehingga tidak diperlukan lagi Tidak digunakan

12 Apakah guru

menggunakan video atau TV dalam pembelajaran PKn ?

Rumusan ini memiliki kaitan dengan nomor pertanyaan sebelumnya Tetap digunakan tetapi digambungkan dengan pertanyaan sebelumnya sehingga pertanyaan menjadi: Apakah guru menggunakan audio atau audio visual dalam pembelajaran PKn (misalnya tape, radio atau VCD, TV)?

18 Apakah guru

menggunakan sumber belajar dari satu buku sumber ?

Pertanyaan ini membingungkan siswa

Tidak digunakan

24 Apakah Anda berpartisipasi dalam mendapatkan sumber belajar, misalnya

Pertanyaan ini dianggap belum sesuai untuk siswa SMP, dan dianggap


(22)

melakukan wawancara terhadap tokoh

masyarakat?

sudah terwakili oleh pertanyaan

sebelumnya 27 Apakah guru

melaksanakan penilaian saat ulangan harian, ulangan tengah semeter atau ulangan semester?

Pertanyaan ini dianggap tidak perlu karena secara otomatis guru

mengadaan penilaian saat ulangan tengah semester atau ulangan semester

Tidak digunakan

Variabel X2

Hasil uji validitas terhadap variabel X2, ada enam item yang tidak valid, yaitu pertanyaan nomor: 33, 36, 41, 56, 60, dan 63. Pertanyaan tersebut selanjutnya dianalisis sebagai berikut:

Tabel: 3.5.Hasil Analisis Uji Validitas Variabel X2

No.Item Rumusan Pertanyaan Analisis Keputusan

33 Apakah ada kebiasaan mengkaji/ mendalami ajaran agama?

Pertanyaan dianggap kurang jelas dan terlalu umum sehingga

membingungkan siswa

Tidak digunakan

36 Apakah ada kebiasaan merayakan hari besar agama di sekolah?

Pertanyaan ini sudah terkait dengan pertanyaan no.37 sehingga dianggap tidak perlu

Tidak digunakan

41 Apakah ada kebiasaan tertib ketika masuk atau keluar/

meninggalkan kelas?

Pertanyaan ini sudah terwakili dengan

pertanyaan no.40 sehingga dianggap tidak perlu

Tidak digunakan

56 Apakah ada kebiasaan menjaga keamanan kelas?

Pertanyaan ini terlalu umum dan sudah terwakili dengan pertanyaan no.57

Tidak digunakan 60 Apakah ada kebiasaan

memperingati hari-hari besar nasional ?

Pertanyaan ini sudah terkait dengan pertanyaan no.59 dan 61.

Tidak digunakan


(23)

63 Apakah ada kebiasaan menghormati lambang kenegaraan, misalnya menghormati bendera merah putih saat dikibarkan?

Pertanyaan ini sudah terwakili pertanyaan yang lain

Tidak digunakan

Variabel Y

Dari hasil uji validitas variabel Y, ada tujuh item yang tidak valid, yaitu pertanyaan nomor; 70, 81, 91, 95, 97,112, dan 126. Pertanyaan tersebut selanjutnya dianalisis sebagai berikut:

Tabel: 3.6. Hasil Analisis Uji Validitas Variabel Y

No.Item Rumusan

Pertanyaan Analisis Keputusan

70 Apakah anda mengetahui bahwa menolong orang lain dengan ikhlas akan mendapat pahala dari Tuhan YME?

Pertanyaan ini dianggap terlalu verbalis untuk siswa SMP

Tidak digunakan

81 Apakah anda menyimpan sampah dalam saku atau tas jika anda ingin

membuangnya tapi tidak ada tempat sampah?

Pertanyaan ini dianggap

membingungkan siswa

Tidak digunakan

91 Apakah kejujuran, kebersihan atau kebaikan yang anda lakukan semata-mata untuk mendapatkan pahala dari Tuhan?

Pertanyaan ini sudah terangkum dalam pertanyaan-pertanyaan sebelumnya

Tidak digunakan

95 Apakah harga diri Anda berkurang jika

menolong orang yang membutuhkan

pertolongan?

Pertanyaan ini dianggap tidak dapat dicerna oleh siswa SMP karena mereka tidak dapat mengukur harga dirinya.

Tidak digunakan

97 Apakah Anda merasa bertanggung jawab menjaga kebersihan kelas walaupun anda tidak sedang piket?

Pertanyaan ini

dianggap sudah berlaku umum bagi semua siswa

Tidak digunakan


(24)

112 Apakah anda mau memaafkan jika orang lain berbuat salah pada anda?

Pertanyaan ini

dianggap belum dapat dicerna oleh siswa SMP karena pemberian maaf dipahami jika orang meminta maaf.

Tidak digunakan

126 Apakah anda

mempunyai kebiasaan menolong orang lain tanpa melihat status orang tersebut (apakah kaya atau miskin)?

Pertanyaan ini dianggap tidak jelas karena dalam kondisi apa orang mau di tolong

Tidak digunakan

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa: untuk pertanyaan variabel X1,yang direvisi ada satu dan yang tidak digunakan ada lima pertanyaan, sehingga pada mulanya jumlah item ada 30 menjadi 25 item. Untuk variabel X2, pertanyaan yang tidak digunakan ada enam item sehingga jumlah pertanyaan pada mulanya ada 33 menjadi 27 item. Untuk variabel Y ada tujuh yang tidak digunakan, sehingga jumlah pertanyaan sebelumnya ada 64 item menjadi 57 item. Jumlah item yang digunakan dalam penelitian sebanyak 109 pertanyaan.

F. Teknik Analisis Data

Hasil pengumpulan data dengan instrumen yang sudah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas selanjutnya diolah dan dianalisis. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat apakah data tersebut memenuhi persyaratan untuk diuji dengan analisis dengan parametrik atau non parametrik, dilanjutkan pula dengan uji persyaratan regresi linier, dan kemudian pengujian hipotesis.

1. Persyaratan Penggunaan Statistik Parametrik

Untuk melakukan analisis data dengan menggunakan statistik parametrik, maka data harus merupakan data interval atau rasio. Selain itu juga harus memenuhi persyaratan normalitas, homogenitas, dan linieritas (Ridwan,


(25)

2003:184). Jika tidak memenuhi persyaratan tersebut maka pengolahan data menggunakan statistik non parametris.

a. Perubahan data dari ordinal ke interval. Data harus merupakan data interval, sedangkan instrumen penelitian menggunakan data ordinal, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan data ordinal ke data interval dengan menggunakan rumus: 50+10((X-x)/SD) (Riduwan, 2008:143) perhitungan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel.

b. Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat sejumlah data yang diperoleh berdasarkan uji berdistribusi normal. Untuk menguji tingkat kenormalan dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogrov Smirnov Tes. Dalam melakukan pengujian normalitas distribusi populasi ini diajukan hipotesis sebagai berikut: (1) Ho: data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal; (2) Ha: Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: tolak Ho dan terima Ha jika nilai Asymp sig. (2-tailed) > dari alpha (α) yang ditetapkan sebesar 0,05.

Tabel:3.7. Hasil Pengujian Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pembelajaran PKn (X1)

Proses Habituas (X2)

Pembangunan Karakter (Y)

N 265 265 265

Normal Parametersa,,b

Mean 87.39 108.12 235.07

Std. Deviation 10.717 11.515 23.062 Most Extreme

Differences

Absolute .048 .074 .062

Positive .038 .035 .034

Negative -.048 -.074 -.062

Kolmogorov-Smirnov Z .773 1.210 1.011 Asymp. Sig. (2-tailed) .588 .107 .259 a. Test distribution is Normal.


(26)

Dari tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai Asymp sig. (2-tailed) variabel X dan Y, masing-masing sebagai berikut: X1 =0,588; X2 = 0,107; dan Y = 0,259. Dengan demikian bahwa seleuruh variabel memiliki nilai Asymp sig. (2-tailed) > 0,05. Untuk itu hasil pengujian menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini berarti data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

c. Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel yang diperoleh bervarians homogen atau tidak. Jika asumsi data sampel berasal dari populasi yang homogen ini tidak terpenuhi, maka hal ini menunjukkan bahwa ragam (

є

i) dari masing-masing sampel tidak sama. Apabila terjadi kecendrungan ragam nilai penelitian yang makin besar akibat dari nilai penelitian yang makin besar pula, maka menunjukkan bahwa populasi tersebut tidak bersifat homogen. Untuk melakukan pengujian homogenitas ini, digunakan uji Level Statistic. Untuk melakukan pengujian homogenitas varian ini, diajukan hipotesis sebagai berikut: (1) Ho : Data berasal dari populasi dengan variansi tidak homogen; (2) Ha: Data berasal dari populasi dengan variansi homogen. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: tolak Ho dan terima Ha jika nilai signifikansi Level Statistic < (α), yang ditetapkan sebesar 0,05. Dengan mengacu pada hasil pengujian homogenitas dengan Level Statistic, seperti tabel berikut ini:

Tabel: 3.8. Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Pembangunan Karakter

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.694 41 215 .009


(27)

Dari tabel tersebut tampak bahwa nilai sig. Sebesar 0,009 ini memperlihatkan bahwa variabel memiliki nilai sig. < 0,05. Dengan demikian pengujian menolak Ho dan menerima Ha, yang berarti data berasal dari populasi dengan varians homogen.

2. Teknik Analisis Deskriptif.

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variable penelitian dalam bentuk visualisasi berupa bagan atau table prosentase dari jawaban responden terhadap indikator permasalahan dengan menggunakan cara penentuan kelompok berdasarkan perbandingan nilai skor responden dengan nilai ideal. Adapun kriteria pengelompokan rendah, sedang, dan tinggi ditentukan dengan rentang sebagai berikut: kriteria rendah, rentang nilai kurang dari (< ) 27 %; kriteria sedang, rentang nilai antara 27 % - 73 %; dan kriteria tinggi, rentang nilai lebih dari (>) 73 %.Sedangkan statistic inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi. Selanjutnya dihitung distribusi frekuensi data variabel berdasarkan kriteria kelompok. Dari tabel distribusi frekuensi data tersebut dibuat tabel prosentasi berdasarkan kelompok kriteria data.

3. Analisis Korelasi

Uji hipotesis hubungan antara variabel penelitian dilakukan melalui uji korelasi sederhana (zero order), parsial, dan majemuk dengan teknik analisis

Pearson Correlation. Interpretasi terhadap hubungan antara variabel, dilakukan bukan saja dengan mengkaji signifikansi antara variabel tetapi juga dengan menelaah kuatnya atau lemahnya korelasi.


(28)

Korelasi Pearson dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1, artinya memiliki korelasi negatif sempurna; r = 0, artinya tidak ada korelasi; dan r = 1, artinya korelasi positif yang sempurna. Berikut ini interpretasi nilai r selengkapnya:

Tabel : 3.9. Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi (r)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,00 0,60 – 0,79 0,40 – 0,59 0,20 – 0,39 0,00 – 0,19

Sangat Kuat Kuat

Cukup Kuat Rendah

Sangat Rendah (Ridwan, 2008:136)

Sementara itu untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel, dianalisis dengan menggunakan parameter: (1) jika probabilitas/nilai sig. (2-tailed) < α = 0,05, maka hubungan kedua variabel signivikan; (2) sebaliknya jika nilai sig. > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

4. Analisis Regresi Linier

a. Persyaratan Penggunaan Teknik Analisis Regresi Linier

Dalam menganalisis pengaruh variabel bebas atau prediktor (X) terhadap variabel terikat atau kriterium (Y), dan untuk menguji/membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan, digunakan teknik analisis regresi ganda (multiple regression). Dalam hal ini data dikelompokkan ke dalam satu atau beberapa variabel bebas serta variabel terikat. Secara konseptual, akan dibuktikan bahwa variabel terikat memiliki hubungan dengan dengan variabel bebas yang telah diidentifikasi. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat


(29)

menggunakan teknik analisis regresi linier ganda, yaitu: uji liniearitas garis regresi, uji multikolineritas, uji autokolerasi, dan uji heteroskedastisitas.

b. Hasil Pengujian Persyaratan Regresi Linier

Uji linearitas garis regresi, dengan menggunakan tabel Anova, dilakukan untuk mengambil keputusan model regresi yang akan digunakan. Dalam melakukan pengujian liniearitas garis regresi ini, diajukan hiotesis sebagai berikut: (1) Ho: Model regresi berbentuk tidak linier; (2) Ha : Model regresi berebentuk linier. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

- Jika nilai Sig. lebih besar atau sama dengan nilai α (alpha) atau (Sig. ≥

0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak linier.

- Jika nilai Sig. lebih kecil atau sama dengan nilai α (alpha =0,05) atau (Sig.≤ 0,05.), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya linier.

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel ANOVA tampak bahwa nilai Sig. Sebsar 0,000 seperti pada tabel berikut ini:

Tabel : 3.10. Linieritas variabel Y dengan variabel X ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 57643.186 2 28821.593 91.237 .000a Residual 82765.592 262 315.899

Total 140408.777 264

a. Predictors: (Constant), PROSES HABITUASI, PEMBELAJARAN PKn

b. Dependent Variable: PEMBANGUNAN KARAKTER

Dari tabel tersebut terlihat, bahwa nilai Sig. Sebesar 0,000 yang berti nilai Sig. lebih kecil dari nilai α (alpha=0,05) atau (Sig. < 0,05), dengan demikian pengujian menolak Ho dan menerima Ha, yang berarti distribusi data tersebut


(30)

berpola linier. Atau dengan kata lain bahwa hubungan antara variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X) berbentuk linier.

Uji multikolinearitas, dimaksudkan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lainnya. Sekaitan dengan ini, pendugaan adanya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendeteksi adanya multikoliniearitas, bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu: besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Pedoman untuk menentukan model regresi bebas multikolinearitas adalah:

1) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1;

2) Mempunyai angka tolerance mendekati angka 1

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 17,diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel : 3.11. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 84.324 11.849 7.117 .000

Pembelajaran PKn .268 .108 .124 2.469 .014 .887 1.127 Proses Habituasi 1.178 .101 .588 11.679 .000 .887 1.127 a. Dependent Variable: PEMBANGUNAN KARAKTER

Pada tabel 3.11. terlihat bahwa kedua variabel bebas tersebut, angka VIF ada disekitar angka 1 dan nilai tolerance juga mendekati angka 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut mengalami bebas multikolinearitas.

Uji Autokorelasi yang menggunakan uji Durbin Waston, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi diantara data pengamatan


(31)

atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksiran memiliki varians tidak minimum, dan uji t tidak dapat digunakan karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Menditeksi autokorelasi dapat dilihat dari besaran Durbin-Waston. Secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:

• Angka D-W di bawah -2 berarti autokorelasi positif.

• Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

• Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Berdasarkan pengolahan SPSS 17, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel : 3.12. Hasil Uji Autokorelasi Model Summary

Model

Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .411 91.237 2 262 .000 1.896

Pada bagian model summary terlihat angka Durbin Waston sebesar +1,896 Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi.

Uji heteroskedastisitas, dilakukan untuk mengetahui apakah variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Apabila asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas tidak terpenuhi, maka penaksiran tidak terpenuhi, maka penaksiran menjadi tidak efisien dan estimasi koefisien menjadi kurang akurat. Analisis uji heteroskedastisitas ini menggunakan korelasi rank dari Spearman. Pedoman yang digunakan yaitu jika chart menunjukkan adanya pola tertentu, seperti titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas. Melalui pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 17, hasilnya terlihat bahwa gambar titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas


(32)

maupun di bawah sumbu Y hal ini bebarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel terikat (Y) berdasarkan masukan variabel bebasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar : 3.2.Hasil Uji Heteroskedastisitas

Keseluruhan hasil pengujian tersebut di atas memperlihatkan bukti yang signifikan tentang terpenuhinya persyaratan penggunaan regresi linier. Oleh karena itu dalam analisis regresi ganda dapat digunakan metode enter.

5. Analisis Konstribusi

Untuk menguji sejauh mana derajat kemampuan menerangkan dari variabel bebas terhadap variabel terikat, digunakan analisis koefisien konstribusi R Square (R2). Koefisien ini akan menunjukkan kekuatan hubungan antara variabel bebas (pembelajan PKn dan proses habituasi) dengan variabel terikat


(33)

(pembangunan karakter baik). Nilai R2 adalah 0 – 1 (0<R2<1), dengan ketentuan bila R2 semakin mendekati nilai 1 maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat, sebaliknya bila R2 menjauhi nilai 1, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat semakin renggang.


(1)

Korelasi Pearson dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1, artinya memiliki korelasi negatif sempurna; r = 0, artinya tidak ada korelasi; dan r = 1, artinya korelasi positif yang sempurna. Berikut ini interpretasi nilai r selengkapnya:

Tabel : 3.9. Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi (r)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,00 0,60 – 0,79 0,40 – 0,59 0,20 – 0,39 0,00 – 0,19

Sangat Kuat Kuat

Cukup Kuat Rendah

Sangat Rendah (Ridwan, 2008:136)

Sementara itu untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel, dianalisis dengan menggunakan parameter: (1) jika probabilitas/nilai sig. (2-tailed) < α = 0,05, maka hubungan kedua variabel signivikan; (2) sebaliknya jika nilai sig. > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

4. Analisis Regresi Linier

a. Persyaratan Penggunaan Teknik Analisis Regresi Linier

Dalam menganalisis pengaruh variabel bebas atau prediktor (X) terhadap variabel terikat atau kriterium (Y), dan untuk menguji/membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan, digunakan teknik analisis regresi ganda (multiple regression). Dalam hal ini data dikelompokkan ke dalam satu atau beberapa variabel bebas serta variabel terikat. Secara konseptual, akan dibuktikan bahwa variabel terikat memiliki hubungan dengan dengan variabel bebas yang telah diidentifikasi. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat


(2)

menggunakan teknik analisis regresi linier ganda, yaitu: uji liniearitas garis regresi, uji multikolineritas, uji autokolerasi, dan uji heteroskedastisitas.

b. Hasil Pengujian Persyaratan Regresi Linier

Uji linearitas garis regresi, dengan menggunakan tabel Anova, dilakukan untuk mengambil keputusan model regresi yang akan digunakan. Dalam melakukan pengujian liniearitas garis regresi ini, diajukan hiotesis sebagai berikut: (1) Ho: Model regresi berbentuk tidak linier; (2) Ha : Model regresi berebentuk linier. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

- Jika nilai Sig. lebih besar atau sama dengan nilai α (alpha) atau (Sig. ≥ 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak linier.

- Jika nilai Sig. lebih kecil atau sama dengan nilai α (alpha =0,05) atau (Sig.≤ 0,05.), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya linier.

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel ANOVA tampak bahwa nilai Sig. Sebsar 0,000 seperti pada tabel berikut ini:

Tabel : 3.10. Linieritas variabel Y dengan variabel X

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 57643.186 2 28821.593 91.237 .000a

Residual 82765.592 262 315.899

Total 140408.777 264

a. Predictors: (Constant), PROSES HABITUASI, PEMBELAJARAN PKn

b. Dependent Variable: PEMBANGUNAN KARAKTER

Dari tabel tersebut terlihat, bahwa nilai Sig. Sebesar 0,000 yang berti nilai Sig. lebih kecil dari nilai α (alpha=0,05) atau (Sig. < 0,05), dengan demikian pengujian menolak Ho dan menerima Ha, yang berarti distribusi data tersebut


(3)

berpola linier. Atau dengan kata lain bahwa hubungan antara variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X) berbentuk linier.

Uji multikolinearitas, dimaksudkan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lainnya. Sekaitan dengan ini, pendugaan adanya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendeteksi adanya multikoliniearitas, bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu: besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Pedoman untuk menentukan model regresi bebas multikolinearitas adalah:

1) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1;

2) Mempunyai angka tolerance mendekati angka 1

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 17,diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel : 3.11. Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 84.324 11.849 7.117 .000

Pembelajaran PKn .268 .108 .124 2.469 .014 .887 1.127 Proses Habituasi 1.178 .101 .588 11.679 .000 .887 1.127 a. Dependent Variable: PEMBANGUNAN KARAKTER

Pada tabel 3.11. terlihat bahwa kedua variabel bebas tersebut, angka VIF ada disekitar angka 1 dan nilai tolerance juga mendekati angka 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut mengalami bebas multikolinearitas.

Uji Autokorelasi yang menggunakan uji Durbin Waston, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi diantara data pengamatan


(4)

atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksiran memiliki varians tidak minimum, dan uji t tidak dapat digunakan karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Menditeksi autokorelasi dapat dilihat dari besaran Durbin-Waston. Secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:

• Angka D-W di bawah -2 berarti autokorelasi positif.

• Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

• Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Berdasarkan pengolahan SPSS 17, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel : 3.12. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary

Model

Change Statistics

Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .411 91.237 2 262 .000 1.896

Pada bagian model summary terlihat angka Durbin Waston sebesar +1,896 Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi.

Uji heteroskedastisitas, dilakukan untuk mengetahui apakah variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan. Apabila asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas tidak terpenuhi, maka penaksiran tidak terpenuhi, maka penaksiran menjadi tidak efisien dan estimasi koefisien menjadi kurang akurat. Analisis uji heteroskedastisitas ini menggunakan korelasi rank dari Spearman. Pedoman yang digunakan yaitu jika chart menunjukkan adanya pola tertentu, seperti titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas. Melalui pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 17, hasilnya terlihat bahwa gambar titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas


(5)

maupun di bawah sumbu Y hal ini bebarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel terikat (Y) berdasarkan masukan variabel bebasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar : 3.2.Hasil Uji Heteroskedastisitas

Keseluruhan hasil pengujian tersebut di atas memperlihatkan bukti yang signifikan tentang terpenuhinya persyaratan penggunaan regresi linier. Oleh karena itu dalam analisis regresi ganda dapat digunakan metode enter.

5. Analisis Konstribusi

Untuk menguji sejauh mana derajat kemampuan menerangkan dari variabel bebas terhadap variabel terikat, digunakan analisis koefisien konstribusi R Square (R2). Koefisien ini akan menunjukkan kekuatan hubungan antara variabel bebas (pembelajan PKn dan proses habituasi) dengan variabel terikat


(6)

(pembangunan karakter baik). Nilai R2 adalah 0 – 1 (0<R2<1), dengan ketentuan bila R2 semakin mendekati nilai 1 maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat, sebaliknya bila R2 menjauhi nilai 1, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat semakin renggang.