Semester 4 | TEORI PIJAR

BPK Didesak Maksimalkan Audit Keuangan Kota Depok Oleh Masyarakat
dan LSM Anti Korupsi

Masyarakat dan sejumlah LSM anti korupsi Kota Depok mendesak agar
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memaksimalkan tugasnya sebagai lembaga
yang mengaudit laporan keuangan tentang proyek infrastruktur yang dianggap
rawan terhadap korupsi.

Beberapa poin yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan terhadap sejumlah proyek infrastruktur yang dibiayai dana
APBD Kota Depok, APBD Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah pusat di
Kota Depok 2010.
Menurut sejumlah dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) anti korupsi
kota Depok, banyak sejumlah proyek infrastruktur yang bermasalah serta
rawan korupsi, tapi tak tertangani secara maksimal. Beberapa kasus yang
diduga terkait kasus korupsi antara lain . kasus revitalisasi pasar semimodern
Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok senilai Rp1,2 miliar, dana sosialisasi,
penggelembungan jumlah peserta pelatihan pemberdayaan perempuan dan
keluarga berencana, serta pemalsuan tandatangan yang dilakukan sejumlah
pejabat Badan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota
Depok senilai Rp2,4 miliar, dan kasus korupsi bidang jalan lingkungan dan

Sumber daya air pada Dinas Bina Marga Sumber Daya Air Kota Depok 2010
bernilai ratusan miliar.
2. Ketegasan dari pihak BPK dan Kejaksaan Negeri
BPK dan Kejaksaan Negeri dinilai kurang tegas dalam menindak
beberapa kasus yang dinilai sebagai korupsi di Kota Depok. Beberapa kasus
juga tidak diselesaikan. Kasus korupsi revitalisasi pasar Cisalak melibatkan
pejabat Dinas Tata Ruang Permukiman Kota Depok tidak masuk pengadilan
karena pihak kejaksaan negeri berkilah nilai korupsi belum dihitung BPK.
Kejaksaan Negeri juga menolak memproses kasus korupsi di BPPKB Kota
Depok karena sesama penegak hukum tidak boleh menangani perkara yang

diproses penegak hukum lain sekalipun pelapornya orang dalam. Beda lagi
yang terjadi dalam penanganan kasus korupsi bidang jalan lingkungan dan
Sumber daya air pada Dinas Bina Marga Sumber Daya Air Kota Depok 2010,
karena penegak hukum hanya fokus kepada bidang jalan dan jembatan maka
kasus pun terkesan menjadi aneh.

PEMBAHASAN
Masyarakat serta sejumlah LSM antikorupsi di Kota Depok mendesak Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), yang saat ini sedang memeriksa keuangan

Pemerintah Kota Depok supaya bekerja keras agar laporan keuangan baik dan
masyarakat bisa terpuaskan.
"BPK harus menjadi 'setannya pemerintah' dalam memeriksa pembiayaan
penerimaan daerah, " kata kata juru bicara masyarakat dan LSM Kota Depok
Murthada Sinuraya, Selasa (3/5). Ia mengaku banyak proyek infrastruktur yang
dikelola masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kota Depok yang
bermasalah serta rawan korupsi, tapi tak tertangani secara maksimal. "Dengan
temuan tersebut, kejaksaan negeri tidak punya dalih lagi," ujarnya.
Direktur Forum Riset Ekonomi Sosial dan Humanika Kota Depok dan
mantan anggota DPRD Kota Depok itu mencatat sejumlah proyek infrastruktur
yang dibiayai dana APBD Kota Depok, APBD Provinsi Jawa Barat, dan
pemerintah pusat di Kota Depok 2010 banyak berkasus, namun tidak masuk
pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor).
Kasus yang tidak masuk pengadilan adalah kasus revitalisasi pasar
semimodern Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok senilai Rp1,2 miliar. Kasus
korupsi yang melibatkan pejabat Dinas Tata Ruang Permukiman Kota Depok ini
tak masuk pengadilan karena pihak kejaksaan negeri berkilah nilai korupsi belum
dihitung BPK.
Proyek revitalisasi pasar Cisalak yang dibiayai Kementerian Koperasi Usaha
Kecil Menengah (UKM) 2010 ini, kata dia, sudah hancur-hancuran kendati baru

direvitalisasi empat bulan lalu, tepatnya akhir Desember 2010. Proyek ini
mengerjakan perbaikan saluran air, pengecatan tembok dan tiang, pemasangan

keramik, pengerukan kotoran lumpur drainase, dan pembuatan lis keramik tangga
pasar di lantai dasar atau basemen blok A dan B.
Kasus lain, seperti dana sosialisasi, penggelembungan jumlah peserta
pelatihan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana, serta pemalsuan
tandatangan yang dilakukan sejumlah pejabat Badan Pemberdayaan Perempuan
Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Depok senilai Rp2,4 miliar, pun tak masuk ke
pengadilan tipikor meski kasusnya sudah masuk ke Polres Depok dan Kejaksaan
Negeri Kota Depok.
Kasus korupsi BPPKB Kota Depok terus menggantung. Polres Depok
mengatakan hanya memeriksa kasus pemalsuan tanda tangan. Padahal, pemalsuan
tanda tangan telah menyebabkan timbulnya kerugian negara.
Setali tiga uang, Kejaksaan Negeri menolak memproses kasus korupsi di
BPPKB Kota Depok karena sesama penegak hukum tidak boleh menangani
perkara yang diproses penegak hukum lain sekalipun pelapornya orang dalam.
Kasus korupsi BPPKB Kota Depok ini dilaporkan orang dalam. Muhamad
Yusuf, orang dalam bagian pemberdayaan perempuan BPPKB Kota Depok,
melaporkan kasus korupsi berikut barang bukti ke Polres Depok dan Kejaksaan

Negeri untuk memudahkan proses hukumnya, 2010 lalu.
Kasus lainnya lagi, kasus korupsi bidang jalan lingkungan dan Sumber daya
air pada Dinas Bina Marga Sumber Daya Air Kota Depok 2010 bernilai ratusan
miliar belum juga diusut pihak berwenang. Ia mengaku aneh dalam pengusutan
kasus korupsi Dinas Bina Marga Sumber Daya Air.
Karena penegak hukum hanya fokus kepada bidang jalan dan jembatan.
"Padahal, korupsi paling banyak disoal justru korupsi bidang jalan lingkungan dan
sumber daya air," tandasnya.
Menanggapi Sinuraya, Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Negeri
Kota Depok Farhan mengakui kasus dugaan korupsi revitalisasi pasar Cisalak,
Cimanggis, belum masuk pengadilan karena sedang dihitung jumlah kerugian
negara. "Kasus korupsi revitalisasi pasar Cisalak sudah diproses, tinggal
menghitung nilai kerugiannya berapa," pungkasnya.

Sedangkan, kasus korupsi BPPKB Kota Depok tidak bisa diproses karena
sudah ditangani pihak kepolisian. "Ada Memorandum of Understanding (MoU)
tentang penanganan perkara antara Kejaksaan, Kepolisian, dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak boleh tumpang-tindih," katanya.
Farhan mengakui kasus korupsi BPPKB pernah diproses, bahkan beberapa
saksi sudah diperiksa kejaksaan negeri. Namun, pemeriksaan terhadap saksi-saksi

tak diteruskan karena ternyata perkara tersebut sudah ditangani Polres Depok.