3.BAB I - LPPD 2014 24Maret 2015

B AB I
PE NDAHUL UAN

I

A. DAS AR HUKUM PE NY US UNAN LP P D
S esuai amanat Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 T ahun 2004
bahwa

Kepala

Daerah

berkewajiban

untuk

memberikan

Laporan


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, dan
memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ ) kepada
DPR D, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kepada masyarakat. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dimaksud sebagai media informasi atas pelaksanaan tugas-tugas
desentralisasi, tugas pembantuan serta tugas-tugas pemerintahan umum
lainnya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3
T ahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala
Daerah kepada Dewan Perwakilan R akyat Daerah (DPR D), dan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat,
Pasal 1 ayat (8), disebutkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Pemerintah yang selanjutnya disebut LPP D adalah laporan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun
anggaran berdasarkan R encana Kerja Pembangunan Daerah (R KPD) yang
disampaikan oleh kepala daerah kepada Pemerintah.
Landasan penyusunan LP PD meliputi :
1. Undang-undang Nomor 32 T ahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 T ahun 2008;

2. Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

3. Undang-undang Nomor 29 T ahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota J akarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
R epublik Indonesia;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 T ahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan
Jakil Kepala Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 T ahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 T ahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan
Perwakilan R akyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah kepada masyarakat;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah,

Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
T ugas Pembantuan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 T ahun 2008 tentang T ahapan, T ata
C ara Penyusunan, Pengendalian dan E valuasi Pelaksanaan R encana
Pembangunan Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 T ahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 T ahun 2007 yang
selanjutnya diubah lagi dengan Peraturan Meneteri Dalam Negeri
Nomor 21 T ahun 2011;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 T ahun 2010 tentang
T ahapan,


Tata

C ara

Penyusunan,

Pengendalian dan E valuasi

Pelaksaaan R encana Pembangunan Daerah;

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-2

12. S urat E daran Menteri Dalam Negeri Nomor 120.04/5043/OTDA
T anggal 10 Desember 2014 Perihal Pedoman Penyusunan Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) T ahun 2014;
13. Peraturan


Daerah

Nomor

2

T ahun

2013

tentang

R encana

Pembangunan J angka Menengah Daerah T ahun 2013-2017;
14. Peraturan Daerah Nomor 5 T ahun 2008, tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;
15. Peraturan Daerah Nomor 12 T ahun 2014 tentang Organisasi Perangkat
Daerah;
16. Peraturan Daerah Nomor 1


Tahun

2013

tentang

Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI J akarta Tahun 2013;
17. Peraturan Gubernur Nomor 46 T ahun 2006 tentang Pelimpahan
Jewenang S ebagian Urusan Pemerintahan Daerah dari Gubernur
Kepada Jalikotamadya/Bupati Administrasi, C amat dan Lurah;
18. Peraturan Gubernur Provinsi DKI J akarta Nomor 26 Tahun 2012
tentang R KPD 2013;
19. Peraturan Gubernur Provinsi DKI J akarta Nomor 140 Tahun 2012
tentang P edoman dan Pelaksanaan Pelaporan;
20. Instruksi Gubernur Provinsi DKI J akarta No. 14 tahun 2015 tentang
Penyusunan dan E valuasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (LPPD) Tahun 2014.

B. DAS AR HUKUM PE MBE NT UKAN PR OV INS I DKI J AKAR T A
1. S E J AR AH K OT A J AK AR T A
Bermula dari sebuah bandar bernama S unda Kelapa yang terletak di
Muara S ungai C iliwung yang saat itu berfungsi sebagai kota
perdagangan, berbatasan dengan Kerajaan Pajajaran di J awa Barat.
Pada abad itu sebagian

besar

perdagangan

di

semenanjung

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-3


Malaka

dikuasai

oleh bangsa Portugis, yang selalu berusaha

mengembangkan kegiatannya di Asia Tenggara.
Pada tahun 1522 utusan Portugis datang di S unda Kelapa, untuk
mengadakan persahabatan dengan R aja Pajajaran. Beberapa tahun
kemudian kerajaan Demak yang cukup dikenal dengan kekuatan
agama Islamnya mengadakan perluasan kekuasaan dan menyebarkan
pengaruhnya ke sebelah Barat. F alatehan seorang guru agama
terkenal dari Kerajaan Demak, berhasil merebut Banten dan S unda
Kelapa dari tangan Pajajaran.
S empat terjadi peperangan terbuka antara T entara Portugis dengan
tentara Islam Demak, yang merupakan musuh kerajaan Pajajaran dan
peperangan ini berakhir dengan kekalahan pihak Portugis. F alatehan
yang

kemudian lebih dikenal dengan nama F atahillah, pada tanggal


22 J uni 1527 mengganti nama Bandar S unda Kelapa dengan F athan
Mubina atau J ayakarta, yang berarti “Kemenangan Akhir”. Tanggal
tersebut dinyatakan sebagai tanggal dikuasainya S unda Kelapa oleh
F alatehan. P ada akhirnya J ayakarta disingkat menjadi “J akarta “.
Kota pelabuhan tersebut menarik banyak pendatang asing pada tahun
1596 untuk pertama kalinya Bandar J akarta didatangi oleh 4 buah
kapal Belanda, yang akan memulai melakukan perdagangan dengan
Bangsa Indonesia. Belanda yang dipimpin V an R aay pada tanggal
20 Maret 1602 secara paksa mendirikan sebuah Benteng disekitar
teluk J akarta yang diberi nama 'Batavia' dan merupakan pusat dari
persekutuan Dagang V OC

untuk wilayah Hindia bagian timur.

S emenjak itulah Belanda memulai penjajahannya di seluruh kepulauan
Nusantara yang berjalan selama tiga setengah abad.V OC mendapat
izin untuk membangun kompleks perkantoran, gudang, dan tempat
tinggal orang Belanda yang berlokasi di dekat muara tepi bagian timur
S ungai C iliwung pada tahun 1611. Kemudian di lokasi ini dibangun


LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-4

benteng sebagai pusat perdagangan, yang selanjutnya mengubah
nama J ayakarta menjadi Batavia.
Pemerintah Belanda membentuk S tad Batavia dan V OC diberi
kewenangan

oleh

Pemerintah

Belanda

untuk

melaksanakan


pemerintahan S tad Batavia tersebut pada tanggal 4 Maret 1621. Pada
tahun 1799 karena alasan merugi maka VOC dibubarkan sehingga
pemerintahan daerah-daerah yang selama itu dikuasai V OC diambil
alih kembali oleh Pemerintah Belanda. S ejak saat itu Pemerintah
Belanda menjadikan daerah-daerah bekas V OC sebagai daerah
otonomi yang dinamakan Hindia Belanda di bawah pimpinan seorang
Gubernur J enderal.
S tad Batavia diubah menjadi Gemeente Batavia pada tanggal 1 April
1905, yang diberi kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri
sebagai bagian dari Pemerintah Hindia Belanda. Gemeente Batavia
merupakan Pemerintah Daerah yang pertama kali dibentuk di Hindia
Belanda. Luas wilayah Gemeente Batavia kurang lebih 125 km², tidak
termasuk pulau-pulau di Teluk J akarta (Kepulauan S eribu).
Jilayah Karesidenan (S tad) Batavia dibagi menjadi 5 (lima) wilayah
yang lebih kecil, yang disebut “afdeling” (kabupaten/ kota), yaitu (1)
Afdeling Batavia (kota dan pinggiran kota Batavia), (2) Afdeling
Meester C ornelis (sekarang J atinegara), (3) Afdeling T anggerang (4)
Afdeling Buitenzorg (Bogor) dan (5) Afdeling Karawang.
Jilayah Afdeling Batavia dibagi menjadi 2 Distrik pada tahun 1908,
yakni Distrik Batavia dan Jeltevreden yang dibagi lagi menjadi 6 sub
Distrik (Onderdistrik). Distrik Batavia terdiri dari sub Distrik Mangga
Besar, Penjaringan dan Tanjung Priuk sedangkan Distrik Jeltevreden
terdiri dari sub Distrik Gambir, S enen, dan Tanah Abang.
S ekitar tahun 1922 keluar Undang-Undang (UU) tentang Pembaharuan
Pemerintahan, yang diikuti dengan terbitnya UU Propinsi, UU
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-5

Kabupaten (R egentschap, 1924) dan UU Kota (S tadsgemeente,
1926).

S elanjutnya

“Gemeente

Batavia”

ditetapkan

menjadi

Pemerintahan Kota (S tadsgemeente Batavia). UU Pemerintahan Kota
(S tadsgemeente) tahun 1926 menetapkan sistem pemerintahan Kota
(S tadsgemeente) yang terdiri dari: (1) DPR D (R aad); (2) DPD (C ollege
van Burgemeester en Jethouders) dan (3) Jalikota (Burgemeester).
Kota Batavia jatuh ke tangan balatentara J epang

pada tanggal 5

Maret 1942 dan tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda
menyerah

tanpa

syarat

kepada

J epang.

Pemerintah

J epang

mengeluarkan UU Nomor 42 Tahun 1942 tentang Perubahan Tata
Pemerintahan Daerah yang mengatur bahwa Pulau J awa dibagi
menjadi

satuan-satuan

daerah

yang

disebut

Pemerintahan

Keresidenan (S yuu). Karesidenan (S yuu) dibagi lagi menjadi beberapa
Kabupaten (Ken) dan Kota (S hi).
Bila S tadsgemeente hanya merupakan badan yang mengurus rumah
tangganya saja tanpa melaksanakan urusan kepamongprajaan, maka
menurut UU T ata Pemerintahan Daerah masa Pemerintahan J epang,
“S hi” (S tadsgemeente) mengerjakan semua urusan pemerintahan,
termasuk

kepamongprajaan dalam lingkup

pemerintahan

(pamongpraja)

di

wilayahnya.

Urusan

dalam„ S tadsgemeente’ yang

sebelumnya diurus oleh R egent (Bupati), Jedana, Asisten-Jedana,
Kepala Kampung atau Jijkmeester, sekarang diurus dan merupakan
kewenangan “S hichoo” (Jalikota). Mereka itu mejadi pegawai S hi dan
menjalankan urusan pemerintahan S hi di bawah pemerintahan dan
pimpinan “S hichoo”.
S elanjutnya menurut Undang-Undang tersebut, “Gunseikan” (Kepala
Pemerintahan Militer J epang) dapat membentuk pemerintahan kota
khusus (Tokubetsu S hi). Beda pemerintahan kota khusus (Tokubetsu
S hi) dengan pemerintahan kota (S hi) adalah bahwa pemerintahan kota
khusus (Tokubetsu S hi) tidak di bawah Keresidenan (S yuu), melainkan
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-6

langsung di bawah Pemerintahan Militer J epang (Gunseikan). J akarta
merupakan pemerintahan kota khusus (J akarta Tokubetsu S hi) yang
dipimpin oleh walikota khusus (Tokubetsu S hi), yang berarti kedudukan
J akarta meningkat dari kota (S hi) menjadi kota khusus (Tokubetsu
S hi). Jalikota khusus J akarta (Tokubetsu S hichoo) dibantu oleh
beberapa pegawai tinggi (Zyoyaku). Jalikota dan pegawai tinggi
diangkat oleh Pemerintahan Militer J epang (Gunseikan).
J akarta adalah satu-satunya pemerintahan kota khusus (Tokubetsu
S hi) di Indonesia selama pemerintahan militer J epang. Jalikota
pertama kota khusus J akarta adalah T sukamoto dan yang terakhir
adalah Hasegawa. S etelah kemerdekaan, dengan Keputusan Presiden
Nomor 25 T ahun 1950 kedudukan kota Djakarta ditetapkan sebagai
daerah S watantra yang disebut “Kotapradja Djakarta R aya” dengan
Jalikotanya adalah S oewiryo (1945-1951), S yamsuridjal (1951-1953),
dan S oediro (1953-1960).
Kota Djakarta ditingkatkan menjadi Daerah T ingkat I dengan Kepala
Daerah yang berpangkat Gubernur pada tanggal 15 J anuari 1960.
Pada periode Gubernur S oemarno (1960-1964) terbit UU Nomor 2
T ahun 1961 tentang pembentukan “Pemerintahan Daerah C husus
Ibukota Djakarta R aya”. S ejak itu disebut Pemerintah DC I Djakarta
R aya. Pada periode Gubernur Henk Ngantung (1964-1966) terbit UU
Nomor 10 Tahun 1964 tentang Djakarta sebagai Ibukota R epublik
Indonesia dengan nama “Djakarta”. S ejak itu Pemerintah DC I Djakarta
R aya berubah menjadi Pemerintah DC I Djakarta.
Pada periode Gubernur Ali S adikin (1966-1977) sebutan Pemerintah
DC I Djakarta berubah menjadi Pemerintah Daerah DKI Djakarta,
dengan Gubernurnya yaitu T jokropranolo (1977-1982), S oeprapto
(1982-1987), Jiyogo Atmodarminto (1987-1992). Pada

periode

Gubernur Jiyogo Atmodarminto terbit UU Nomor 11 Tahun 1990
tentang S usunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-7

R epublik Indonesia J akarta. S ejak itu sebutan Pemerintah Daerah DKI
J akarta berubah menjadi Pemerintah Propinsi DKI J akarta sampai
dengan periode Gubernur S urjadi S oedirdja (1992 – 1997).
Pada periode Gubernur S utiyoso (1997-2007) terbit UU Nomor 34
T ahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Negara R epublik Indonesia J akarta. S ejak saat itu sebutan Pemerintah
Propinsi DKI J akarta berubah menjadi Pemerintah P rovinsi DKI J akarta
dan sebutan tersebut berlaku hingga kini.

Di masa akhir jabatan

Gubernur S utiyoso terbit Undang-Undang Nomor 29 T ahun 2007
tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota J akarta
S ebagai Ibukota Negara Kesatuan R epublik Indonesia.
Pada periode Gubernur F auzi Bowo (2007-2012) terbit Perpres Nomor
54 Tahun 2008 tentang Penataan R uang Kawasan J akarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, C ianjur. Penataan ruang Kawasan
J abodetabekpunjur memiliki fungsi sebagai pedoman bagi semua
pemangku kepentingan yang terlibat langsung ataupun tidak langsung
dalam penyelenggaraan penataan ruang secara terpadu di Kawasan
J abodetabekpunjur,

melalui

kegiatan

perencanaan

tata

ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

2. DAS AR HUK UM PE ME R INT AH PR OV INS I DK I J AK AR T A
Dasar hukum yang melandasi penyelenggaraan Pemerintah Provinsi
DKI J akarta adalah sebagai berikut :
a) Undang-Undang Nomor 23 T ahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah
b) Undang-Undang Nomor 32 T ahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
12 T ahun 2008
c)

Undang-Undang Nomor 29 T ahun 2007 tentang Pemerintahan

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-8

Provinsi Daerah Khusus Ibukota J akarta sebagai Ibukota Negara
Kesatuan R epublik Indonesia.
d) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.
e) Peraturan Daerah Nomor 10 T ahun 2008 tentang Organisasi
Perangkat Daerah.

C . GAMBAR AN UMUM PR OV INS I DK I J AK AR T A
1. K ONDIS I GE OGR AF IS
Kondisi geografis Provinsi DKI J akarta disajikan dalam bentuk
informasi tentang batas administrasi daerah dan luas wilayah, iklim,
dan geologi.
a . B a ta s A dminis tra s i D a e ra h da n L ua s J ila ya h
Provinsi DKI J akarta terletak pada posisi 6o 12‟Lintang S elatan
dan 106o 48” Bujur T imur dan merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata

+

7

meter di atas

permukaan

laut.

Berdasarkan S K Gubernur Nomor 171 tahun 2007, luas wilayah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota J akarta J akarta adalah 7.639,83
km², dengan luas daratan 662,33 km² (termasuk 110 pulau yang
tersebar di Kepulauan S eribu) dan luas lautan 6.977,5 km².

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-9

Gambar 1.1
S ungai, K anal, dan F lood Jay yang Meng aliri DK I J akarta

S umber : Dinas Tata R uang Pemerintah Provinsi DKI J akarta

Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi DKI J akarta memiliki
batas-batas: di sebelah utara membentang pantai dari Barat
sampai ke T imur sepanjang ± 35 km yang menjadi tempat
bermuaranya 13 sungai, 2 kanal, dan 2 flood way 2 buah kanal,
yang berbatasan dengan Laut J awa. Letak geografis di wilayah
Utara sebagai muara 13 sungai yang melintas di J akarta,
menyebabkan J akarta rawan genangan, baik karena curah hujan
maupun karena

semakin tingginya

air laut pasang

(rob).

S ementara itu disebelah selatan dan timur berbatasan dengan
wilayah Provinsi J awa Barat, sebelah barat dengan Provinsi
Banten.
Disamping itu Provinsi DKI J akarta merupakan bagian dari
kawasan strategis nasional yang ditetapkan dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 T ahun 2008 tentang Penataan R uang
Kawasan J abodetabekpunjur, sebagaimana disajikan dalam peta
berikut.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-10

Gambar 1.2

Peta A dministrasi K awas an S trateg is Nasional
J abodetabekpunjur

S umber : Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2 008

Provinsi DKI J akarta sebagai ibukota negara, memiliki status
istimewa dan diberikan otonomi khusus berdasarkan UU Nomor 29
T ahun 2007,

dengan menyandang

status

khusus,

seluruh

kebijakan mengenai pemerintahan maupun anggaran ditentukan
pada tingkat provinsi karena lembaga legislatif hanya ada pada
tingkat provinsi.
Dalam

struktur

wilayah

administrasi,

J akarta

mengalami

pemekaran wilayah pada tahun 2001 yakni dari 5 kotamadya
menjadi1 kabupaten administrasi dan 5 kota aministrasi. Jilayah
Administrasi Provinsi DKI J akarta terbagi menjadi lima wilayah
kota Administrasi dan 1 (satu) Kabupaten Administrasi, yakni kota
J akarta S elatan dengan luas daratan 141,27 km2, J akarta T imur
dengan luas daratan

188,03 km2, J akarta Pusat dengan luas

daratan 48,13 km2, J akarta Barat dengan luas daratan 129,54 km2
dan J akarta Utara dengan luas daratan 146,66 km2, serta
Kabupaten Administrasi Kepulauan S eribu dengan luas daratan
8,70 km2.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-11

Gambar 1.3

Peta Pembagian Jilayah DK I J akarta

S umber: R TRJ DKI J akarta 2030

Untuk memudahkan koordinasi pelayanan pemerintah terhadap
masyarakat, struktur administrasi wilayah DKI J akarta dibagi
menjadi R ukun J arga (RJ ) dan R ukun T etangga (R T ). S elama
kurun waktu 2007-2011, jumlah RJ dan R T pun mengalami
penambahan wilayah administrasi dibawahnya juga mengalami
penambahan. J umlah RJ yang pada tahun 2007 hanya 2.682,
bertambah menjadi 2.706 pada tahun 2011. Demikin pula dengan
jumlah R T, pada tahun 2007 hanya 29.904, bertambah menjadi
30.211 pada tahun 2011 dan pada Tahun 2014 J umlah R J
bertambah menjadi 2.720 dan jumlah R T bertambah menjadi
30.442.

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-12

T abel 1.1 J umlah Kecamatan, Kelurahan, R ukun J arga dan R ukun T etangga,
2010-2014

Tahun

K ecamatan

K elurahan

RJ

RT

44

267

2.704

30.215

44

267

2.706

30.211

44

267

2.707

30.300

44

267

2.706

30.442

44

267

2.720

30.442

2010
2011
2012
2013
2014
S umber : J akarta Dalam Angka 2014 BPS DKI J akarta dan Biro T ata P emerintahan DKI J akarta (diolah)

b. I k l i m
J akarta beriklim tropis sebagaimana di Indonesia pada umumnya,
dengan karakteristik musim penghujan rata-rata pada bulan
Oktober hingga Maret dan musim kemarau pada bulan April
hingga S eptember. C uaca di kawasan J akarta dipengaruhi oleh
angin laut dan darat yang bertiup secara bergantian antara siang
dan malam. S uhu udara harian rata-rata di daerah pantai
umumnya relatif tidak berubah, baik pada siang maupun malam
hari. S uhu harian rata-rata berkisar antara 22,4 – 35,8° C .
Perbedaan suhu antara musim hujan dan musim kemarau relatif
kecil. Hal tersebut dapat dipahami oleh karena perubahan suhu
udara di kawasan J akarta
Indonesia

tidak

seperti halnya wilayah lainnya di

dipengaruhi

oleh

musim,

melainkan

oleh

perbedaan ketinggian wilayah.

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-13

grafik 1.1
S uhu Maksimum, S uhu Minimum, dan S uhu R ata-R ata, di DK I J akarta, 2015

S umber : J akarta dalam Angka 2014, BPS DKI J akarta

Berikut merupakan tabel curah hujan di Provinsi DKI J akarta
T abel 1.2
C urah Hujan dan Hari Hujan di J akarta Menurut Bulan, 2014
. ul
an

/ urahI uj
an

. any
ak
ny
aI ariI uj
an

2

a on
th

wainfal
l(
mm )
(
1
)

(
2
)

Crequ
encyo
fwain(
day
s)
(
3
)

J
anuari/
J
an
uary
t eb ruari/
Ceb ruary

6
2
1
,
9
1
4
6
,
6

2
3
2
0

a aret/
a arch

1
8
4
,
4

1
6

A pril
/
A pril

2
04
,
3

1
8

a ei/
a ay

1
0
1
,
0

1
2

J
uni/
J
une

2
5
6
,
7

1
9

J
ul
i/
J
ul
y

2
5
6
,
7

1
9

A gustus/
Au
gust

6
1
,
4

8

Septemb er/
Septemb er

4
9
,
5

5

hk
tob er/
hcto
b er

1
1
0
,
1

9

bop
emb er/
bo
v
emb er

1
9
6
,
6

1
4

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-14

5esemb er/
5ecemb er

3
3
8
,
9

2
3

S umber : J akarta dalam Angka 2014, BPS DKI J akarta

Adanya pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan
terhadap kondisi klimatologi yang antara lain ditandai dengan
semakin tidak meratanya pola temperatur dan tekanan udara
secara spasial. S ebagai akibatnya
ekstrem,

badai

muncul fenomena

cuaca

tropis yang semakin sering, dan pergeseran

musim. Hasil analisis BMKG dari pengolahan data selama 50
tahun menunjukkan bahwa akan semakin tingginya intesitas siklon
tropis terutama di S amudera Hindia, perubahan panjang musim,
dan awal musim hujan/musim kemarau, kenaikan suhu laut dan
kenaikan permukaan laut. Untuk Provinsi DKI J akarta diperkirakan
adanya kecenderungan terjadinya awal musim hujan

semakin

maju sementara awal musim kemarau semakin mundur. Hal ini
menyebabkan musim hujan di J akarta semakin memanjang dan
musim kemarau semakin memendek, walaupun dalam kadar
yang tidak terlalu tinggi (0,1 – 0,3 hari pertahun).
S alah satu faktor penting dalam tata kelola air di J akarta adalah
perubahan

musim

dan

karena perubahan iklim.

pola

curah

hujan

yang

terjadi

Ketika curah hujan di J akarta tinggi,

terjadilah banjir, tetapi pada musim kering hal sebaliknya terjadi,
air menjadi langka dan tinggi permukaan air di sungai-sungai
menurun drastis.
S alah satu dampak perubahan iklim global pada Kota J akarta
adalah kenaikan paras muka air laut. Pemuaian air laut,
mencairnya gletser dan lapisan es di kutub menyebabkan
permukaan air laut naik antara 9 hingga 100 cm. Kenaikan muka
air laut dapat mempercepat erosi wilayah pesisir, memicu intrusi
air laut ke air tanah, dan merusak lahan rawa pesisir serta
menenggelamkan pulau-pulau kecil. Kenaikan tinggi muka air laut
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-15

antara 8 hingga 30 centimeter akan berdampak parah pada Kota
J akarta yang rentan terhadap banjir dan limpasan badai.
c . G eologi
Jilayah J akarta merupakan dataran rendah yang sebagian besar
terdiri dari lapisan batu endapan zaman Pleitosen yang batas
lapisan atasnya berada 50 meter di bawah permukaan tanah.
Bagian selatan merupakan bagian aleuvial Bogor yang terdiri
atas lapisan alluvial, sedangkan dataran rendah pantai merentang
ke bagian pedalaman sekitar 10 km dan di bawahnya terdapat
lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada
permukaan

tanah

karena

seluruhnya

merupakan

endapan

alluvium. Di bawah bagian utara, permukaan keras baru terdapat
pada kedalaman 10–25 m, makin ke selatan permukaan keras
semakin dangkal pada kedalaman 8–15 m, pada bagian kota
tertentu, lapisan permukaan tanah yang keras terdapat pada
kedalaman 40m.
Gambar 1.4

Morfolog i Tanah

S umber : S awarendro

Berdasarkan lapisannya tanah di wilayah endapan J akarta dapat
Berdasarkan lapisannya tanah di wilayah endapan
dibagi dalam dua bagian. Bagian selatan adalah tanah latosol
dengan tekstur variabel dari lempung sampai sedikit berpasir. Di
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-16

bagian utara dekat pantai karena merupakan endapan batuan
muda, maka sifatnya tidak padat dan air tanahnya terpengaruh
oleh air laut. S edangkan dari aspek morfologi tanah di sebelah
selatan tanggul- tanggul pantai seperti tersebut di atas lebih
mirip

tanah

laterit kemerah-merahan karena merupakan hasil

pelapukan dari batuan dan tanah di sebelah utara tebing lebih
banyak berwarna keabu-abuan yang merujuk pada endapan
lempung laut.

J ilayah J akarta memiliki lithologi sebagai berikut :
Pasir lempungan dan lempung pasiran, merupakan endapan
aluvial sungai dan pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah
terdiri dari lanau lempungan, lanau pasiran dan lempung pasiran.
S emakin kearah Utara mendekati pantai berupa lanau pasiran
dengan sisipan lempung organik dan pecahan cangkang kerang,
tebal endapan antara perselang-seling lapisannya berkisar antara
3-12 m dengan ketebalan secara keseluruhan diperkirankan
mencapai 300 m.
S atuan Pasir Lempungan, merupakan endapan pematang pantai
berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari perselangselangan lanau pasiran dan pasir lempungan. T ebal endapan
antara 4,5 – 13 m.
S atuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan,

merupakan

endapan limpah banjir sungai. S atuan ini tersusun berselangselang antara lempung pasiran dan pasir lempungan.
Lempung Lanauan dan Lanau Pasiran, merupakan endapan kipas
aluvial vulkanik (tanah tufa dan konglomerat), berangsur-angsur
dari atas ke bawah terdiri dari lempung lanauan dan lanau pasiran
dengan tebal lapisan antara 3 – 13,5 m.
Potongan melintang S elatan-Utara J akarta menunjukkan endapan
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-17

vulkanik kuarter yang terdiri dari F ormasi C italang, F ormasi
Kaliwangu,

dan F ormasi Parigi. F ormasi C italang

memiliki

kedalaman hingga kira-kira 80 m dengan bagian atasnya
merupakan batu lempung. F ormasi ini didominasi oleh batu pasir
pada bagian bawahnya dan pada beberapa tempat terdapat
breksi/konglomerat, terutama di sekitar Blok M dan Dukuh Atas.
S ementara itu, F ormasi Kaliwangu memiliki kedalaman sangat
bervariasi dengan kedalaman bagian Utaranya lebih dari 300 m
dan F ormasi Parigi di sekitar Babakan mendesak ke atas hingga
kedalaman 80 m. F ormasi ini di dominasi oleh batu lempung
diselang-selingi oleh batu pasir.
Gambar 1.5
Potongan Melintang S elatan - Utara

S umber : R T RJ Provinsi DKI J akarta 2011-2030

J akarta merupakan kota delta yang dilintasi oleh 13 sungai dan
diapit 2 sungai besar di sebelah timur S ungai Citarum dan sebelah
barat S ungai Cisadaden. Dua sungai besar ini membawa lebih
banyak bahan erosi sehingga terjadi pengendapan yang lebih
bayak dari sungai lainnya. Keadaan ini menyebabkan pergeseran
garis pantai pada wilayah kedua muara sungai, sehingga terbetuk
delta dan semenanjung

yang menjorok

ke

laut,

akibatnya

terbentuklah T eluk J akarta.
Proses pembentukan wilayah di sepanjang pantai T eluk J akarta
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-18

dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor : (1) pembentukan lahan pantai
baru yang berada di muara sungai yang kandungan sendimennya
tinggi lebih cepat daripada

di muara

sungai-sungai yang

kandungan sedimennya rendah. Dalam masa ribuan tahun
terbentuklah dataran lebar yang disebut dataran alluvial (dataran
endapan). Proses sedimentasi yang berlangsung bertahun-tahun
mengakibatkanterbentuknya dataran J akarta semakin melebar,
menggeser garis pantai rata-rata enam sampai 9 (sembilan) meter
per tahun. Dengan bertambah lebarnya dataran alluvial, maka
dataran rendah menjadi lebih landai; (2) iklim yang menimbulkan
angin

pada

musim angin barat meniup ke arah daratan.

Hempasan air laut dapat menghalangi pembentukan lahan yang
bergantung pada perbandingan antara arus sungai dan besar
kecilnya

kandungan

sedimen

yang

terbawa.

Akibatnya

pembentukan T eluk J akarta ada yang berlangsung cepat, agak
lamban bahkan juga terjadi penggerusan dari lahan pantai. Di
bagian timur antara Kalibaru sampai Marunda pantai semakin
mundur, akibat terkikis oleh abrasi laut.
Gambar 1.6

Topog rafi DK I J akarta

S umber : Pemerintah P rovinsi DK I J akarta

Kondisi geografis serta topografi J akarta sebagai kota delta yang
sebagian kawasan utaranya merupakan daerah rendah di bawah
permukaan laut serta adanya fenomena perubahan iklim yang
mengakibatkan perubahan intensitas dan variabilitas curah hujan
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-19

serta peninggian muka air pasang, menjadikan J akarta sebagai
wilayah rawan

banjir.

Dalam siklus

lima

tahunan,

J akarta

memiliki potensi banjir cukup tinggi, terbukti pada tahun 2002
dan 2007 terjadi banjir besar dengan kerugian yang besar pula.
Gambar 1.7
Peta K emiring an L ereng J abodetabek

S umber : R TR J Provinsi DK I J akarta 2011-2030

2. GAMB AR AN UMUM DE MOGR AF IS
J umlah penduduk Kota J akarta tahun 2015 diperkirakan sebanyak ......
jiwa, terdiri dari laki-laki ..... jiwa dan perempuan ...... jiwa.
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan atau disebut
rasio jenis kelamin (sex ratio) tercatat 103,92. Angka tersebut
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-20

menjelaskan bahwa di DKI J akarta pada tahun 2014 terdapat
kelebihan penduduk laki-laki.
T abel 1.3

R egistrasi P enduduk Menurut J enis Kelamin, R asio J enis K elamin
Menurut K abupaten/Kota Administrasi, 2013

Yab /
YotaA dm.

Yepul
auanSerib u

amin
J
enis Yel
L ak
il
ak
i
t erempuan

J
uml
ah

wasioJ
enis
Yel
amin

1
24
8
0

1
20
6
7

2
45
4
7

1
0
3
,
4
2

J
ak
arta Sel
atan

5
3
91
8
3

5
2
35
7
7

10
6
27
6
0

1
0
3
,
3
5

J
ak
arta Timur

8
5
84
9
9

8
2
20
8
0

16
8
05
7
9

1
0
3
,
8
8

J
ak
arta t usat

11
6
81
6
7

11
1
74
0
9

22
8
55
7
6

1
0
2
,
9
8

J
ak
arta . arat

10
6
83
9
3

10
3
37
4
2

21
0
21
3
5

1
0
4
,
5
4

J
ak
arta U tara

14
4
33
5
3

13
8
93
7
9

28
3
27
3
2

1
0
4
,
4
3

J
uml
ah/
To
tal

50
9
00
7
5

48
9
82
5
4

99
8
83
2
9

1
0
3
,
9
2

50
2
63
8
9

47
3
50
1
8

97
6
14
0
7

1
0
6
,
1
5

2
0
1
1

52
5
27
6
7

49
3
48
2
8

1
01
8
75
9
5

1
0
6
,
4
4

2
0
1
0

46
5
10
7
3

38
7
30
7
9

85
2
41
5
2

1
2
0
,
0
9

2
0
0
9

46
5
18
4
6

38
7
13
1
1

85
2
31
5
7

1
2
0
,
1
6

2
0
1
2

S umber : J akarta dalam Angka 2014, BPS DKI J akarta

Berdasarkan T abel 1.3, terlihat bahwa Laju pertumbuhan penduduk
DKI J akarta tahun 2014 sekitar 1,09 persen dengan kepadatan
penduduk sebesar 15.076 jiwa/km2.
J ika dilihat dari komposisi penduduk DKI J akarta, diketahui bahwa
penduduk DKI J akarta terbesar didominasi oleh penduduk usia 25 – 29
tahun sebesar 1.076.903 jiwa, kemudian diikuti oleh penduduk usia 30
– 34 tahun sebesar 1.035.907 jiwa, usia 20 – 24 tahun sebesar
951.908 jiwa, usia 0 – 4 tahun sebesar 928.905 jiwa dan usia 35 – 39
tahun sebesar 893.105 jiwa (J akarta dalam angka 2014). Terlihat
bahwa penduduk DKI J akarta didominasi oleh usia produktif berkisar
antara usia 20 – 39 tahun. Namun jika diamati pada piramida
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-21

penduduk, kelompok usia 0-4 tahun terlihat membesar, fenomena ini
merupakan indikasi bahwa penanganan kesehatan oleh pemerintah
DKI J akarta pada anak balita semakin baik, sehingga tingkat kematian
pada anak balita menjadi lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya
disamping tingkat kelahiran yang masih relatif lebih tinggi.
3. K ONDIS I E K ONOMI (DINAS K OPE R AS I)
a. Potens i Unggulan Daerah
1 )

E k p o r Me l a l u i D K I J a k a rta
Nilai ekspor melalui DKI J akarta periode J anuari-Desember
2014 mencapai 48.079.48 juta US $ atau lebih tinggi 1,43
persen dari periode yang sama tahun 2013 yakni sebesar
47.402 juta US $.

2 )

E k s p o r P ro d u k D K I J a k a rta
E kspor yang mempunyai pengaruh besar dan langsung
terhadap perekonomian J akarta adalah ekspor atas produkproduk yang dihasilkan oleh unit usaha yang berdomisili di
wilayah DKI J akarta dan diekspor melalui pelabuhan DKI
J akarta maupun ekspor produk DKI J akarta yang diekspor
melalui pelabuhan lain seperti Lampung, J awa T engah dan
J awa T imur, dan lain-lain. R angkaian proses produksi maupun
jalur distribusi mulai dari penanganan bahan baku untuk
diproses hingga menjadi komoditi siap ekspor, seluruh
kegiatan itu akan menciptakan lapangan kerja dan sekaligus
akan men-generate income di DKI J akarta
Nilai ekspor produk-produk DKI J akarta pada tahun 2014
mencapai 11.546.19 juta US $, lebih tinggi 1,50 persen bila
dibandingkan dengan nilai ekpor tahun 2013. Pada tahun
2013 nilai ekspor produk-produk DKI J akarta sebesar 11.375
juta US $.

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-22

Pada T ahun 2014, negara yang menjadi pasar utama di
masing-masing kawasan adalah S ingapura untuk kawasan
AS E AN dengan nilai ekspor 1,139.26 juta dollar Amerika;
Hongkong untuk kawasan Asia dengan nilai ekspor 826.66
juta dollar Amerika; dan Amerika S erikat untuk kawasan
Amerika dengan nilai ekspor 1,108.39 juta dollar Amerika.
S edangkan unggulan ekspor produk non migas DKI J akarta
pada Tahun 2014 perhiasan/permata 1,481.21 juta dollar
Amerika; pakaian jadi bukan rajutan 680.63 juta dollar
Amerika; mesin-mesin/peralatan mekanik 903.27 juta dollar
Amerika; dan plastik dan barang dari plastik 284.71 juta dollar
Amerika; kendaraan dan bagiannya 3,019.09 juta dollar
Amerika; ikan dan udang 682.48 juta dollar Amerika; lemak &
minyak hewan/nabati 352.11 juta dollar Amerika; dan barangbarang rajutan 492.92 juta dollarAmerika.
S elama Tahun 2014 ekspor sepuluh (10) golongan barang
(HS 2 Dijit) memberikan total ekspor produk DKI J akarta
sebesar 11,546.19 juta dollar Amerika.
3 )

Imp o r
Nilai impor melalui DKI J akarta bulan Desember 2014
mencapai 6.846,07 juta US $, lebih rendah 2,66 persen
dari nilai impor pada bulan Desember 2013. Berdasarkan
atau

Broad

golongan

penggunaan

barang

C ategory,

nilai

J anuari-Desember

golongan

penggunaan

impor

barang

E conomic

2014

konsumsi

untuk

mengalami

peningkatan 4,10 persen dibandingkan dengan J anuariDesember 2013.

Namun

untuk

golongan

penggunaan

barang bahan baku dan penolong dan barang modal
mengalami penurunan 5,29 persen dan 11,07 persen. Dari
ketiga jenis golongan tersebut, proporsi terbesar adalah nilai
impor bahan baku dan penolong 66,56 persen.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-23

Dari total nilai impor melalui DKI J akarta pada T ahun 2014
mencapai sebesar 84,604.81 juta dollar Amerika yang terdiri
dari nilai impor Mesin/Pesawat Mekanik 16,501.69 juta dollar
Amerika, Mesin/Perlatan Listrik 12,503.64 juta dollar Amerika ,
Kendaraan dan bagiannya 5,602.69 juta dollar Amerika, Plastik
dan barang dari plastik 5,264.54 juta dollar Amerika, Besi dan
baja 4, 619.84 juta dollar Amerika, Bahan bakar mineral 3,
941.41 juta dollar Amerika, Bahan kimia organic 2, 356.92 juta
dollar Amerika, Perangkat optic 1,603.67 juta dollar Amerika,
Kapas 1,743.46 juta dollar Amerika, Benda-benda dari besi dan
baja 1,700.92 juta dollar Amerika.
S ebanyak lima (5) negara yang merupakan pemasok barang
impor utama yang melalui DKI J akarta pada tahun 2014, C hina
18,574.00 juta dollar Amerika; J epang 14,057.26 juta dollar
Amerika; Thailand 7,351.82 juta dollar Amerika; Korea 11,06
juta dollar Amerika; S ingapura 5,887.84 juta dollar Amerika,
dari total jumlah impor melalui DKI J akarta sebesar 84, 604.81
juta dollar Amerika.
4 )

P e rtu mb u h a n E k o n o mi
Perekonomian

DKI

J akarta

tahun

2014

yang

diukur

berdasarkan P roduk Domestik R egional Bruto (PDR B) atas
dasar harga berlaku mencapai R p 1.761,41 triliun dan PDR B
perkapita mencapai R p 174,82 juta atau 14,73 ribu US $.
E konomi DK I J akarta tahun 2014 tumbuh sebesar 5,95
persen, melambat dibanding tahun 2013 sebesar 6,11
persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha.
T ransportasi dan Pergudangan merupakan lapangan usaha
yang

mengalami pertumbuhan

tertinggi

sebesar 13,72

persen, diikuti oleh Informasi dan Komunikasi sebesar
11,08 persen dan J asa Perusahaan sebesar 8,95 persen.

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-24

S truktur perekonomian DKI J akarta menurut lapangan usaha
tahun 2014 didominasi oleh empat lapangan usaha utama
yaitu P erdagangan Besar dan E ceran, dan R eparasi Mobil
dan S epeda Motor (17,30 persen); Industri Pengolahan
(13,60

persen);

K onstruksi(13,30

persen)

dan

J asa

Keuangan dan Asuransi (10,16 persen). Bila dilihat dari
penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi DKI J akarta
tahun 2014,

Informasi dan Komunikasi memiliki sumber

pertumbuhan

tertinggi

sebesar

Perdagangan Besar dan E ceran,
S epeda

Motor

sebesar

0,83

0,99

persen;

diikuti

R eparasi Mobil dan
persen;

dan

Industri

Pengolahan sebesar 0,72 persen.
5 )

In fl a s i
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya
secara

umum dan terus

menerus

harga-harga

berkaitan dengan

mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau
bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai uang secara
kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi rendahnya tingkat harga.
Inflasi di DKI J akarta selama tahun 2014 adalah sebesar
8,95%, lebih tinggi dari inflasi tahun 2013 yaitu 8,00 %.
Penyebabnya utama inflasi DKI J akarta melonjak tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya adalah kebijakan kenaikan
harga BBM pada bulan J uli 2013.Namun demikian, inflasi
DKI J akarta tahun 2014 ini lebih tinggi dibandingkan inflasi
nasional sebesar 8,36%.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-25

b. Pembangunan Manus ia
Pembangunan manusia yang mencakup tiga dimensi yaitu umur
panjang, pengetahuan dan standar kehidupan yang layak dapat
dilihat dari perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM).
T ercapainya upaya pembangunan manusia berkelanjutan didukung
antara lain oleh pertumbuhan ekonomi yang baik. S elanjutnya
pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan kesempatan kerja yang
merupakan jembatan penghubung antara pembangunan manusia
dengan pembangunan ekonomi. Dalam kurun waktu tahun 20092014 pertumbuhan ekonomi DKI J akarta mencapai angka diatas 2
persen.
Perkembangan angka IPM selama kurun waktu 2009-2014
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2009
sebesar 77,36 lalu meningkat di tahun 2014 menjadi 78,59.
Kenaikan itu didukung oleh semua komponen IPM.
Gambar 1.8
Indeks Pembangunan Manusia DK I J akarta
wincian
S atuan 2009 2
010 2011 2012
Lndek
s t emb angunana anusia
%
7
7,
3
6 7
7,
6 7
7,
9
7 7
8,
3
3
(
Lt a )
S umber : J akarta dalam Angka 2014, BPS DKI J akarta

Peningkatan
peningkatan

angka
derajat

harapan

hidup

kesehatan

2013 2014
78,
59 ……

menunjukkan

adanya

masyarakat

J akarta.

Berkembangnya fasilitas kesehatan memberikan andil dalam
capaian ini. Dari sisi pengetahuan meliputi angkat melek huruf dan
rata-rata lama sekolah, kontribusi berbagai kebijakan pemerintah,
seperti kebijakan pelaksanaan wajib belajar 9 tahun, pemberian
Biaya Operasional S ekolah (BOS ), Kartu J akarta Pintar (KJ P) turut
memberkan andil untuk capaian yang diperoleh. S edangkan
dimensi standar hidup layak direpresentasikan dari pendapatan
perkapita disesuaikan, menunjukkan peningkatan selama kurun
waktu 2009-2014.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-26

c. K etenagakerjaan
1 )

T i n g k a t P e n g a n g g u ra n
S elama periode 2011-2013, rata-rata persentase penduduk
usia kerja (15 tahun ke atas) di DKI J akarta yang masuk
dalam kategori angkatan kerja tercatat lebih dari 68 persen.
Dalam kurun waktu tersebut, tingkat partisipasi angkatan kerja
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebagai berikut
T abel 1.4

T ingkat Pengangguran T erbuka (T PT ) dan T ingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(T PAK) Menurut Kabupaten/Kota Administrasi 2011-2013
Tt T/
hU ws

Tt A Y/
L Ct ws

Yab up
aten/
Yota A dm
wegency
/
au
nicipal
ity

2
0
1
1

2
0
1
2

2
0
1
3

2
0
1
1

2
0
1
2

2
0
1
3

(
1
)

(
2
)

(
3
)

(
4
)

(
5
)

(
6
)

(
7
)

Yepul
auanSerib u

1
1
.
3
8

1
39
7

60
3

7
1
.
4
3

7
41
9

6
37
3

J
ak
arta Sel
atan

1
0
.
3
6

89
6

85
6

6
9
.
0
5

6
93
1

6
66
2

J
ak
arta Timur

1
0
.
9
5

1
03
9

94
7

6
9
.
8
5

6
45
7

6
52
0

J
ak
arta t usat

1
1
.
2
1

1
07
2

86
0

6
8
.
9
1

8
41
8

7
79
9

J
ak
arta . arat

1
0
.
7
2

93
1

86
9

6
9
.
2
0

7
05
6

7
02
8

J
ak
arta U tara

1
0
.
9
8

1
03
3

96
7

6
9
.
4
2

7
99
7

6
62
0

J
uml
ah/
To
tal

1
0
.
8
0

98
7

90
2

6
9
.
3
6

7
15
6

6
80
9

S umber : J akarta dalam Angka 2014, BPS DKI J akarta

Berdasarkan pendekatan tiga sektor utama (Agriculture,
Manufacture dan S ervices), S ektor jasa-jasa (S ) mendominasi
dalam penyerapan tenaga kerja di DKI J akarta. S elama tahun
2010 -2012 penyerapan tenaga kerja pada sektor ini lebih dari
78 persen. Pada tahun 2012 sektor jasa-jasa mampu
menyerap sebesar 80,28 persen. S ementara itu sektor
Manufacture (industri, konstruksi dan LGA) menempati urutan
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-27

kedua

yaitu sebesar 17,09 persen.

S ektor Agriculture

(pertanian dan pertambangan) hanya menyerap sebesar 2,63
persen.
Kegiatan formal dan informal dari tenaga kerja dapat dilihat
dari status pekerjaan. Klasifikasi formal adalah mereka yang
bekerja sebagai buruh/karyawan dan yang berusaha dibantu
buruh tetap, sedangkan status lainnya masuk dalam klasifikasi
informal. Dari tahun 2009- 2012, persentase penduduk yang
bekerja di sektor formal terus menunjukkan peningkatan. Dari
69,11 persen di tahun 2011 naik menjadi 69,14 (3,26 juta)
pada tahun 2012.
Upah minimum Provinsi (UMP) di DKI J akarta selama tahun
2009-2012 terus mengalami kenaikan. Persentase kenaikan
UMP dari tahun 2011 ke tahun 2012 merupakan tertinggi
selama kurun waktu 6 tahun terakhir sebesar 18,54 persen.
S ejak tahun 2009 UMP DKI J akarta sudah menembus R p. 1
juta rupiah yaitu R p.1.069.865,-. S elanjutnya naik 11,04
persen di tahun 2010 menjadi R p.1.188.010,-. Di tahun 2012
sebesar R p. 1.529.150,- naik sebesar R p.239.150,-. Di tahun
2013 sebesar R p. 2.200.000,- naik sebesar R p.670.850. Di
tahun 2013 sebesar R p. 2.441.000,- naik sebesar R p.241.000.
S elama kurun waktu 10 tahun terakhir persentase kenaikan
UMP selalu lebih tinggi dari inflasi, kecuali di tahun 2005 dan
tahun 2008. (J akarta dalam angka 2014)
2 )

P e k e rja S e k to r F o rma l d a n In fo rma l
Kegiatan formal dan informal dari tenaga kerja dapat dilihat
dari status pekerjaan. Klasifikasi formal adalah mereka yang
bekerja sebagai buruh/karyawan dan yang berusaha dibantu
buruh tetap, sedangkan status lain nya masuk dalam
klasifikasi informal. Dari tahun 2009- 2012, persentase
penduduk yang bekerja di sektor formal terus menunjukkan

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-28

peningkatan. Dari 69,11 persen di tahun 2011 naik menjadi
69,14 (3,26 juta) pada tahun 2012.
Upah minimum Provinsi (UMP) di DKI J akarta selama tahun
2009-2014 terus mengalami kenaikan. Persentase kenaikan
UMP dari tahun 2012 ke tahun 2013 merupakan tertinggi
selama kurun waktu 6 tahun terakhir sebesar 18,54 persen.
S ejak tahun 2009 UMP DKI J akarta sudah menembus R p. 1
juta rupiah yaitu R p.1.069.865,-. S elanjutnya naik 11,04
persen di tahun 2010 menjadi R p.1.188.010,-. Di tahun 2012
naik 8,58 persen sebesar R p. 1.529.150,- naik sebesar
R p.239.150,-. ,-. Di tahun 2013 naik 43,87 persen sebesar R p.
2.200.000,- naik sebesar R p.670.850. Di tahun 2013 naik
10,96

persen

sebesar

R p.

2.441.000,-

naik

sebesar

R p.241.000. S elama kurun waktu 10 tahun terakhir persentase
kenaikan UMP selalu lebih tinggi dari inflasi, kecuali di tahun
2005 dan ta-hun 2008.
d. Perumahan
Berkembangnya pembangunan di J akarta, menjadikan peruntukan
untuk tempat tinggal semakin terbatas. Hal ini mengakibatkan harga tanah di J akarta semakin tinggi. S ementara jumlah penduduk
terus bertambah, sehing-ga semakin sulit bagi masyarakat DKI
J akarta untuk memiliki rumah.
Di DKI J akarta masih ada sekitar 42 persen perumahan dengan
luas lantai kurang dari 10 m2. Oleh karena itu salah satu solusi
kepemilikan rumah bagi warga J akarta ada-lah dengan membeli
rumah susun sederhana dengan harga yang terjangkau. S aat ini
jumlah unit di DKI J akarta ada 10.525 unit dari 23 lokasi R usunami.

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-29

T abel 1.5
R umah S usun S ederhana
Menurut K ota 2012

U raian
5escreptio
n

Satuan J
ak
arta J
ak
arta
U nit
Sel
atan Timur

(
1)

(
2)

J
ak
arta
t usat
(
5)

J
ak
arta J
ak
arta
. arat U tara
(
6)

(
7)

J
uml
ah
Total

(
3)

(
4)

(
8)

2

15

10

8

13

48

2,
60

10,
71

50,
37

35,
74

29,
16

231,
70

L ok
asi
L ocation

L ok
asi
L ocation

L uas A rea
A rea

Ia

J
uml
ah. lok
.l
ock
s

.l
ok
.l
ock
s

6

32

29

13

37

117

12

U nit

-

-

-

-

-

-

14

U nit

-

68

-

-

-

68

16

U nit

-

84

-

-

-

84

18

U nit

-

688

288

192

1198

2366

21

U nit

440

264

2258

1018

824

4804

27

U nit

-

-

66

-

-

66

30

U nit

-

3662

80

360

3760

7862

36

U nit

-

-

-

200

146

346

54

U nit

-

-

-

-

16

16

440

4766

2692

1770

5944

15612

Tipe
Ty
pe

J
uml
ah/
Total

S umber : J akarta Dalam Angka 2014

Hampir seluruh rumah tangga di DKI J akarta (99,95 persen)
menggunakan listrik sebagai fasilitas penerangannya baik listrik
PLN maupun Non PLN. J aringan listrik yang sudah merata di
seluruh wilayah kecuali Kabupaten Administrasi Kepulauan S eribu,
menyebabkan masyarakat mudah mengakses listrik.
Pada

tahun

2009,

sekitar

91,66

persen

rumah

tangga

menggunakan tangki septik. Angka ini meningkat menjadi 93,90
persen pada tahun 2011. Penggunaan air minum leding atau
kemasan memperlihatkan peningkatan selama 3 tahun terakhir.
Pada tahun 2009, rumah tangga yang mengkonsumsi air bersih
(leding/kemasan) tercatat sebanyak 76,20 persen. Pada tahun
2011, persentasenya naik hampir 6 poin menjadi 81,94 persen.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-30

Meningkatnya penggunaan air leding dan kemasan sebagai
sumber air minum memberikan indikasi bahwa air tanah di DKI
J akarta sudah tidak layak minum.
e. K emis kinan
J umlah penduduk miskin di DKI J akarta pada bulan S eptember
2013 sebesar 375,70 ribu orang (3,72 persen). Dibandingkan
dengan Maret 2013 (354,19 ribu orang atau 3,55 persen), jumlah
penduduk miskin meningkat sebesar 21,51 ribu atau meningkat
0,17 poin. S edangkan dibandingkan dengan S eptember 2012
dengan jumlah penduduk miskin sebesar 366,77 ribu orang (3,70
persen), jumlah penduduk miskin meningkat 8,93 ribu atau
meningkat 0,02 poin.
J umlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh besarnya Garis
Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan. S elama S eptember 2012 – Maret 2013 – S eptember
2013, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,60 persen dari Maret s/d
S eptember 2013 (dari R p 407.437 per kapita per bulan menjadi R p
434.322 per kapita per bulan) dan naik sebesar 10,64 persen dari
S eptember 2012 s/d S eptember 2013 (dari R p 392.571 per kapita
per bulan menjadi R p 434.322 per kapita per bulan). Dengan
memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan NonMakanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan lebih
besar

dibandingkan

(perumahan,

sandang,

peranan

komoditi

pendidikan,

bukan

makanan

dan kesehatan). Namun

demikian, selama periode Maret - S eptember 2013, sumbangan
GKM terhadap GK mengalami sedikit perubahan yaitu mengalami
penurunan sebesar 1,71 poin.
Komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras.
Pada bulan S eptember 2013, sumbangan pengeluaran beras
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-31

terhadap Garis Kemiskinan Makanan sebesar 25,84 persen. S elain
beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh
cukup besar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok kretek filter
(18,84 persen),telur ayam ras (6,25 persen), daging ayam ras (4,41
persen) Mie Instan (4,34 persen), ikan kembung (2,99 persen),
gula pasir (2,94 persen), tempe (2,83 persen), dan tahu (2,58
persen), serta kopi (2,47 persen).
Untuk komoditi bukan makanan, komoditi barang/jasa yang
mempunyai peranan terbesar adalah perumahan (32,61 persen),
angkutan (10,07 persen), listrik (9,65 persen), bensin (7,05
persen), dan pendidikan (6,90 persen), pakaian jadi anak-anak
(4,64 persen), pakaian jadi laki-laki dewasa (4,50 persen), pakaian
jadi perempuan dewasa (3,99 persen), dan perlengkapan mandi
(2,89 persen), serta air (2,79 persen).
Persoalan

kemiskinan

bukan

hanya

sekedar

jumlah

dan

persentase penduduk miskin, dimensi lain yang perlu diperhatikan
adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. S elain harus
mampu

memperkecil

jumlah

penduduk

miskin,

kebijakan

penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi
tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Pada periode S eptember 2012 – Maret 2013 – S eptember 2013,
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. Indeks Kedalaman
Kemiskinan turun sebesar 0,24 poin dari 0,629 pada Maret 2013
menjadi 0,388 pada keadaaan S eptember 2013 dan turun sebesar
0,17 poin dari 0,557 pada S eptember 2012 menjadi 0,388 pada
S eptember 2013. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan
turun 0,10 poin dari 0,169 menjadi 0,073 (Maret -S eptember 2013)
dan turun sebesar 0,08 poin dari 0,151 menjadi 0,073 (S eptember
2012-S eptember 2013) (sumber J akarta dalam angka 2014).
Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVIN