4.BAB I - LPPD 2015

B AB I
PE NDAHUL UAN

I

A. DAS AR HUKUM PE NY US UNAN LP P D
S esuai amanat Undang-Undang Nomor 23 T ahun 2014 Pasal 69 Ayat (1)
tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa “Kepala Daerah
Jajib Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
kepada Pemerintah”,
Lebih lanjut dijelaskan bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3
T ahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala
Daerah kepada Dewan Perwakilan R akyat Daerah (DPR D), dan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat,
Pasal 1 ayat (8), disebutkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Pemerintah yang selanjutnya disebut LPP D adalah laporan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun
anggaran berdasarkan R encana Kerja Pembangunan Daerah (R KPD) yang
disampaikan oleh kepala daerah kepada Pemerintah.
Landasan penyusunan LP PD meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 23 T ahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
yang terakhir diubah menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
2. Undang-undang Nomor 32 T ahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 T ahun 2008;
3. Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
4. Undang-undang Nomor 29 T ahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota J akarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
R epublik Indonesia;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 T ahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan
Jakil Kepala Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 T ahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 3 T ahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan
Perwakilan R akyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kepada masyarakat;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah,

Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
T ugas Pembantuan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 T ahun 2008 tentang T ahapan, T ata
C ara Penyusunan, Pengendalian dan E valuasi Pelaksanaan R encana
Pembangunan Daerah;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 T ahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 T ahun 2007 yang
selanjutnya diubah lagi dengan Peraturan Meneteri Dalam Negeri

Nomor 21 T ahun 2011;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 T ahun 2010 tentang
T ahapan,

Tata

C ara

Penyusunan,

Pengendalian dan E valuasi

Pelaksaaan R encana Pembangunan Daerah;
13. S urat E daran Kementerian Dalam Negeri Nomor: 120.04./7504/OT DA
tentang P edoman P enyusunan LPP D T ahun 2015;

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-2


14. Peraturan

Daerah

Nomor

2

T ahun

2013

tentang

R encana

Pembangunan J angka Menengah Daerah T ahun 2013-2017;
15. Peraturan Daerah Nomor 5 T ahun 2008, tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;

16. Peraturan Daerah Nomor 12 T ahun 2014 tentang Organisasi Perangkat
Daerah;
17. Peraturan Gubernur Nomor 160 Tahun 2015 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI J akarta Tahun 2015;
18. Peraturan Gubernur Nomor 46 T ahun 2006 tentang Pelimpahan
Jewenang S ebagian Urusan Pemerintahan Daerah dari Gubernur
Kepada Jalikotamadya/Bupati Administrasi, C amat dan Lurah;
19. Peraturan Gubernur Provinsi DKI J akarta Nomor 181 Tahun 2015
tentang R KPD 2015;
20. Peraturan Gubernur Provinsi DKI J akarta Nomor 140 Tahun 2012
tentang P edoman dan Pelaksanaan Pelaporan;
21. Instruksi Gubernur Provinsi DKI J akarta No. 26 tahun 2016 tentang
Penyusunan dan E valuasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (LPPD) Tahun 2015.
B. DAS AR HUKUM PE MBE NT UKAN PR OV INS I DKI J AKAR T A
1. S E J AR AH K OT A J AK AR T A
Bermula dari sebuah bandar bernama S unda Kelapa yang terletak di
Muara S ungai C iliwung yang saat itu berfungsi sebagai kota
perdagangan, berbatasan dengan Kerajaan Pajajaran di J awa Barat.
Pada abad itu sebagian

Malaka

dikuasai

besar

perdagangan

di

semenanjung

oleh bangsa Portugis, yang selalu berusaha

mengembangkan kegiatannya di Asia Tenggara.
Pada tahun 1522 utusan Portugis datang di S unda Kelapa, untuk
mengadakan persahabatan dengan R aja Pajajaran. Beberapa tahun
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN


I-3

kemudian kerajaan Demak yang cukup dikenal dengan kekuatan
agama Islamnya mengadakan perluasan kekuasaan dan menyebarkan
pengaruhnya ke sebelah Barat. F alatehan seorang guru agama
terkenal dari Kerajaan Demak, berhasil merebut Banten dan S unda
Kelapa dari tangan Pajajaran.
S empat terjadi peperangan terbuka antara T entara Portugis dengan
tentara Islam Demak, yang merupakan musuh kerajaan Pajajaran dan
peperangan ini berakhir dengan kekalahan pihak Portugis. F alatehan
yang

kemudian lebih dikenal dengan nama F atahillah, pada tanggal

22 J uni 1527 mengganti nama Bandar S unda Kelapa dengan F athan
Mubina atau J ayakarta, yang berarti “Kemenangan Akhir”. Tanggal
tersebut dinyatakan sebagai tanggal dikuasainya S unda Kelapa oleh
F alatehan. P ada akhirnya J ayakarta disingkat menjadi “J akarta “.
Kota pelabuhan tersebut menarik banyak pendatang asing pada tahun
1596 untuk pertama kalinya Bandar J akarta didatangi oleh 4 buah

kapal Belanda, yang akan memulai melakukan perdagangan dengan
Bangsa Indonesia. Belanda yang dipimpin V an R aay pada tanggal
20 Maret 1602 secara paksa mendirikan sebuah Benteng disekitar
teluk J akarta yang diberi nama 'Batavia' dan merupakan pusat dari
persekutuan Dagang V OC

untuk wilayah Hindia bagian timur.

S emenjak itulah Belanda memulai penjajahannya di seluruh kepulauan
Nusantara yang berjalan selama tiga setengah abad.V OC mendapat
izin untuk membangun kompleks perkantoran, gudang, dan tempat
tinggal orang Belanda yang berlokasi di dekat muara tepi bagian timur
S ungai C iliwung pada tahun 1611. Kemudian di lokasi ini dibangun
benteng sebagai pusat perdagangan, yang selanjutnya mengubah
nama J ayakarta menjadi Batavia.
Pemerintah Belanda membentuk S tad Batavia dan V OC diberi
kewenangan

oleh


Pemerintah

Belanda

untuk

melaksanakan

pemerintahan S tad Batavia tersebut pada tanggal 4 Maret 1621. Pada
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-4

tahun 1799 karena alasan merugi maka VOC dibubarkan sehingga
pemerintahan daerah-daerah yang selama itu dikuasai V OC diambil
alih kembali oleh Pemerintah Belanda. S ejak saat itu Pemerintah
Belanda menjadikan daerah-daerah bekas V OC sebagai daerah
otonomi yang dinamakan Hindia Belanda di bawah pimpinan seorang
Gubernur J enderal.

S tad Batavia diubah menjadi Gemeente Batavia pada tanggal 1 April
1905, yang diberi kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri
sebagai bagian dari Pemerintah Hindia Belanda. Gemeente Batavia
merupakan Pemerintah Daerah yang pertama kali dibentuk di Hindia
Belanda. Luas wilayah Gemeente Batavia kurang lebih 125 km², tidak
termasuk pulau-pulau di Teluk J akarta (Kepulauan S eribu).
Jilayah Karesidenan (S tad) Batavia dibagi menjadi 5 (lima) wilayah
yang lebih kecil, yang disebut “afdeling” (kabupaten/ kota), yaitu (1)
Afdeling Batavia (kota dan pinggiran kota Batavia), (2) Afdeling
Meester C ornelis (sekarang J atinegara), (3) Afdeling T anggerang (4)
Afdeling Buitenzorg (Bogor) dan (5) Afdeling Karawang.
Jilayah Afdeling Batavia dibagi menjadi 2 Distrik pada tahun 1908,
yakni Distrik Batavia dan Jeltevreden yang dibagi lagi menjadi 6 sub
Distrik (Onderdistrik). Distrik Batavia terdiri dari sub Distrik Mangga
Besar, Penjaringan dan Tanjung Priuk sedangkan Distrik Jeltevreden
terdiri dari sub Distrik Gambir, S enen, dan Tanah Abang.
S ekitar tahun 1922 keluar Undang-Undang (UU) tentang Pembaharuan
Pemerintahan, yang diikuti dengan terbitnya UU Propinsi, UU
Kabupaten (R egentschap, 1924) dan UU Kota (S tadsgemeente,
1926).


S elanjutnya

“Gemeente

Batavia”

ditetapkan

menjadi

Pemerintahan Kota (S tadsgemeente Batavia). UU Pemerintahan Kota
(S tadsgemeente) tahun 1926 menetapkan sistem pemerintahan Kota
(S tadsgemeente) yang terdiri dari: (1) DPR D (R aad); (2) DPD (C ollege
van Burgemeester en Jethouders) dan (3) Jalikota (Burgemeester).
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-5

Kota Batavia jatuh ke tangan balatentara J epang

pada tanggal 5

Maret 1942 dan tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda
menyerah

tanpa

syarat

kepada

J epang.

Pemerintah

J epang

mengeluarkan UU Nomor 42 Tahun 1942 tentang Perubahan Tata
Pemerintahan Daerah yang mengatur bahwa Pulau J awa dibagi
menjadi

satuan-satuan

daerah

yang

disebut

Pemerintahan

Keresidenan (S yuu). Karesidenan (S yuu) dibagi lagi menjadi beberapa
Kabupaten (Ken) dan Kota (S hi).
Bila S tadsgemeente hanya merupakan badan yang mengurus rumah
tangganya saja tanpa melaksanakan urusan kepamongprajaan, maka
menurut UU T ata Pemerintahan Daerah masa Pemerintahan J epang,
“S hi” (S tadsgemeente) mengerjakan semua urusan pemerintahan,
termasuk

kepamongprajaan dalam lingkup

pemerintahan

(pamongpraja)

di

wilayahnya.

Urusan

dalam„ S tadsgemeente’ yang

sebelumnya diurus oleh R egent (Bupati), Jedana, Asisten-Jedana,
Kepala Kampung atau Jijkmeester, sekarang diurus dan merupakan
kewenangan “S hichoo” (Jalikota). Mereka itu mejadi pegawai S hi dan
menjalankan urusan pemerintahan S hi di bawah pemerintahan dan
pimpinan “S hichoo”.
S elanjutnya menurut Undang-Undang tersebut, “Gunseikan” (Kepala
Pemerintahan Militer J epang) dapat membentuk pemerintahan kota
khusus (Tokubetsu S hi). Beda pemerintahan kota khusus (Tokubetsu
S hi) dengan pemerintahan kota (S hi) adalah bahwa pemerintahan kota
khusus (Tokubetsu S hi) tidak di bawah Keresidenan (S yuu), melainkan
langsung di bawah Pemerintahan Militer J epang (Gunseikan). J akarta
merupakan pemerintahan kota khusus (J akarta Tokubetsu S hi) yang
dipimpin oleh walikota khusus (Tokubetsu S hi), yang berarti kedudukan
J akarta meningkat dari kota (S hi) menjadi kota khusus (Tokubetsu
S hi). Jalikota khusus J akarta (Tokubetsu S hichoo) dibantu oleh
beberapa pegawai tinggi (Zyoyaku). Jalikota dan pegawai tinggi
diangkat oleh Pemerintahan Militer J epang (Gunseikan).
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-6

J akarta adalah satu-satunya pemerintahan kota khusus (Tokubetsu
S hi) di Indonesia selama pemerintahan militer J epang. Jalikota
pertama kota khusus J akarta adalah T sukamoto dan yang terakhir
adalah Hasegawa. S etelah kemerdekaan, dengan Keputusan Presiden
Nomor 25 T ahun 1950 kedudukan kota Djakarta ditetapkan sebagai
daerah S watantra yang disebut “Kotapradja Djakarta R aya” dengan
Jalikotanya adalah S oewiryo (1945-1951), S yamsuridjal (1951-1953),
dan S oediro (1953-1960).
Kota Djakarta ditingkatkan menjadi Daerah T ingkat I dengan Kepala
Daerah yang berpangkat Gubernur pada tanggal 15 J anuari 1960.
Pada periode Gubernur S oemarno (1960-1964) terbit UU Nomor 2
T ahun 1961 tentang pembentukan “Pemerintahan Daerah C husus
Ibukota Djakarta R aya”. S ejak itu disebut Pemerintah DC I Djakarta
R aya. Pada periode Gubernur Henk Ngantung (1964-1966) terbit UU
Nomor 10 Tahun 1964 tentang Djakarta sebagai Ibukota R epublik
Indonesia dengan nama “Djakarta”. S ejak itu Pemerintah DC I Djakarta
R aya berubah menjadi Pemerintah DC I Djakarta.
Pada periode Gubernur Ali S adikin (1966-1977) sebutan Pemerintah
DC I Djakarta berubah menjadi Pemerintah Daerah DKI Djakarta,
dengan Gubernurnya yaitu T jokropranolo (1977-1982), S oeprapto
(1982-1987), Jiyogo Atmodarminto (1987-1992). Pada

periode

Gubernur Jiyogo Atmodarminto terbit UU Nomor 11 Tahun 1990
tentang S usunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara
R epublik Indonesia J akarta. S ejak itu sebutan Pemerintah Daerah DKI
J akarta berubah menjadi Pemerintah Propinsi DKI J akarta sampai
dengan periode Gubernur S urjadi S oedirdja (1992 – 1997).
Pada periode Gubernur S utiyoso (1997-2007) terbit UU Nomor 34
T ahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Negara R epublik Indonesia J akarta. S ejak saat itu sebutan Pemerintah
Propinsi DKI J akarta berubah menjadi Pemerintah P rovinsi DKI J akarta
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-7

dan sebutan tersebut berlaku hingga kini.

Di masa akhir jabatan

Gubernur S utiyoso terbit Undang-Undang Nomor 29 T ahun 2007
tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota J akarta
S ebagai Ibukota Negara Kesatuan R epublik Indonesia.
Pada periode Gubernur F auzi Bowo (2007-2012) terbit Perpres Nomor
54 Tahun 2008 tentang Penataan R uang Kawasan J akarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, C ianjur. Penataan ruang Kawasan
J abodetabekpunjur memiliki fungsi sebagai pedoman bagi semua
pemangku kepentingan yang terlibat langsung ataupun tidak langsung
dalam penyelenggaraan penataan ruang secara terpadu di Kawasan
J abodetabekpunjur,

melalui

kegiatan

perencanaan

tata

ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

2. DAS AR HUK UM PE ME R INT AH PR OV INS I DK I J AK AR T A
Dasar hukum yang melandasi penyelenggaraan Pemerintah Provinsi
DKI J akarta adalah sebagai berikut :
a) Undang-Undang Nomor 9 T ahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 T ahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
b) Undang-Undang Nomor 32 T ahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
12 T ahun 2008
c)

Undang-Undang Nomor 29 T ahun 2007 tentang Pemerintahan
Provinsi Daerah Khusus Ibukota J akarta sebagai Ibukota Negara
Kesatuan R epublik Indonesia.

d) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.
e) Peraturan Daerah Nomor 12 T ahun 2014 tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-8

C . GAMBAR AN UMUM PR OV INS I DK I J AK AR T A
1. K ONDIS I GE OGR AF IS
Kondisi geografis Provinsi DKI J akarta disajikan dalam bentuk informasi
tentang batas administrasi daerah dan luas wilayah, iklim, dan geologi.
a . B a ta s A dminis tra s i D a e ra h da n L ua s J ila ya h
Provinsi DKI J akarta terletak pada posisi 6o 12‟Lintang S elatan dan
106o 48” Bujur T imur dan merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata + 7 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan
S K Gubernur Nomor 171 tahun 2007, luas wilayah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota J akarta J akarta adalah 7.639,83 km², dengan luas
daratan 662,33 km² (termasuk 110 pulau yang tersebar di Kepulauan
S eribu) dan luas lautan 6.977,5 km².

Gambar 1.1
S ungai, K anal, dan F lood Jay yang Meng aliri DK I J akarta

S umber : Dinas Penataan Kota Pemerintah Provinsi DKI J akarta

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-9

Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi DKI J akarta memiliki batasbatas: di sebelah utara membentang pantai dari Barat sampai ke
T imur sepanjang ± 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 13
sungai, 2 kanal, dan 2 flood way 2

buah kanal, yang berbatasan

dengan Laut J awa. Letak geografis di wilayah Utara sebagai muara 13
sungai yang melintas di J akarta, menyebabkan J akarta rawan
genangan, baik karena curah hujan maupun karena semakin tingginya
air laut pasang (rob). S ementara itu disebelah selatan dan timur
berbatasan dengan wilayah Provinsi J awa Barat, sebelah barat
dengan Provinsi Banten.
Disamping itu Provinsi DKI J akarta merupakan bagian dari kawasan
strategis nasional yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor
54

T ahun

2008

tentang

Penataan

R uang

Kawasan

J abodetabekpunjur, sebagaimana disajikan dalam peta berikut.

Gambar 1.2
Peta A dministrasi K awas an S trateg is Nasional
J abodetabekpunjur

S umber : Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2 008

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-10

Provinsi DKI J akarta sebagai ibukota negara, memiliki status istimewa
dan diberikan otonomi khusus berdasarkan UU Nomor 29 Tahun
2007,

dengan menyandang

status

khusus,

seluruh kebijakan

mengenai pemerintahan maupun anggaran ditentukan pada tingkat
provinsi karena lembaga legislatif hanya ada pada tingkat provinsi.
Dalam struktur wilayah administrasi, J akarta mengalami pemekaran
wilayah pada tahun 2001 yakni dari 5 kotamadya menjadi1 kabupaten
administrasi dan 5 kota aministrasi. Jilayah Administrasi Provinsi DKI
J akarta terbagi menjadi lima wilayah kota Administrasi dan 1 (satu)
Kabupaten Administrasi, yakni kota J akarta S elatan dengan luas
daratan 141,27 km2, J akarta T imur dengan luas daratan 188,03 km2,
J akarta Pusat dengan luas daratan 48,13 km2, J akarta Barat dengan
luas daratan 129,54 km2 dan J akarta Utara dengan luas daratan
146,66 km2, serta Kabupaten Administrasi Kepulauan S eribu dengan
luas daratan 8,70 km2.

Gambar 1.3
Peta Pembagian Jilayah DK I J akarta

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-11

S umber: R TRJ DKI J akarta 2030

Untuk memudahkan

koordinasi pelayanan pemerintah

terhadap

masyarakat, struktur administrasi wilayah DKI J akarta dibagi menjadi
R ukun J arga (RJ ) dan R ukun T etangga (R T ). S elama kurun waktu
2007-2011, jumlah R J dan R T pun mengalami penambahan wilayah
administrasi dibawahnya juga mengalami penambahan. J umlah RJ
yang pada tahun 2007 hanya 2.682, bertambah menjadi 2.706 pada
tahun 2011. Demikin pula dengan jumlah R T, pada tahun 2007 hanya
29.904, bertambah menjadi 30.211 pada tahun 2011 dan pada Tahun
2014 J umlah R J bertambah menjadi 2.720 dan jumlah R T bertambah
menjadi 30.442.

T abel 1.1
J umlah Kecamatan, Kelurahan, R ukun J arga dan R ukun T etangga, 20102014
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-12

Tahun

K ecamatan

K elurahan

RJ

RT

44

267

2.704

30.215

44

267

2.706

30.211

44

267

2.707

30.300

44

267

2.706

30.442

44

267

2.720

30.442

2010
2011
2012
2013
2014
S umber : J akarta Dalam Angka 2015 BPS DKI J akarta dan Biro T ata P emerintahan DK I J akarta (diolah)

b. I k l i m
J akarta beriklim tropis sebagaimana di Indonesia pada umumnya,
dengan karakteristik musim penghujan rata-rata pada bulan Oktober
hingga

Maret

dan

musim

kemarau

pada

bulan April hingga

S eptember. C uaca di kawasan J akarta dipengaruhi oleh angin laut
dan darat yang bertiup secara bergantian antara siang dan malam.
S uhu udara harian rata-rata di daerah pantai umumnya relatif tidak
berubah, baik pada siang maupun malam hari. S uhu harian rata-rata
berkisar antara 22,4 – 35,8° C . Perbedaan suhu antara musim hujan
dan musim kemarau relatif kecil. Hal tersebut dapat dipahami oleh
karena perubahan suhu udara di kawasan J akarta seperti halnya
wilayah lainnya di Indonesia tidak dipengaruhi oleh musim, melainkan
oleh perbedaan ketinggian wilayah.

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-13

grafik 1.1
S uhu Maksimum, S uhu Minimum, dan S uhu R ata-R ata, di DK I J akarta, 2015

S umber : J akarta dalam Angka 2015, BPS DKI J akarta

Berikut merupakan tabel curah hujan di Provinsi DKI J akarta
T abel 1.2
C urah Hujan dan Hari Hujan di J akarta Menurut Bulan, 2015

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-14

No

Bula n

C urah Hujan
(mm2)

Ba nya knya Ha ri
Hujan (ha ri)

1

J anuari

1 075

26

2

F ebruari

689

22

3

Maret

174

20

4

A pril

168

16

5

Mei

47

10

6

J uni

174

12

7

J uli

214

16

8

A gustus

39

4

9

S eptember

0

1

10

Oktober

52

4

11

Nopember

65

11

12

Desember

211

15

S umber : BP S P rovinsi DK I J ak arta 2016

Adanya pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan
terhadap kondisi klimatologi yang antara lain ditandai dengan semakin
tidak meratanya pola temperatur dan tekanan udara secara spasial.
S ebagai akibatnya muncul fenomena cuaca ekstrem, badai tropis
yang semakin sering, dan pergeseran musim. Hasil analisis BMKG
dari pengolahan data selama 50 tahun menunjukkan bahwa akan
semakin tingginya intesitas siklon tropis terutama di S amudera Hindia,
perubahan panjang musim, dan awal musim hujan/musim kemarau,
kenaikan suhu laut dan kenaikan permukaan laut. Untuk Provinsi DKI
J akarta diperkirakan adanya kecenderungan terjadinya awal musim
hujan semakin maju sementara awal musim kemarau semakin
mundur. Hal ini menyebabkan musim hujan di J akarta semakin
memanjang dan musim kemarau semakin memendek, walaupun
dalam kadar yang tidak terlalu tinggi (0,1 – 0,3 hari pertahun).
S alah satu faktor penting dalam tata kelola air di J akarta adalah
perubahan musim dan pola curah hujan yang terjadi karena
perubahan iklim. Ketika curah hujan di J akarta tinggi, terjadilah banjir,
tetapi pada musim kering hal sebaliknya terjadi, air menjadi langka
dan tinggi permukaan air di sungai-sungai menurun drastis.
S alah satu dampak perubahan iklim global pada Kota J akarta
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-15

adalah kenaikan paras muka air laut. Pemuaian air laut, mencairnya
gletser dan lapisan es di kutub menyebabkan permukaan air laut naik
antara 9 hingga 100 cm. Kenaikan muka air laut dapat mempercepat
erosi wilayah pesisir, memicu intrusi air laut ke air tanah, dan merusak
lahan rawa

pesisir serta

menenggelamkan pulau-pulau kecil.

Kenaikan tinggi muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter akan
berdampak parah pada Kota J akarta yang rentan terhadap banjir dan
limpasan badai.
c . G eologi
Jilayah J akarta merupakan dataran rendah yang sebagian besar
terdiri dari lapisan batu endapan zaman Pleitosen yang batas lapisan
atasnya berada 50 meter di bawah permukaan tanah. Bagian selatan
merupakan bagian aleuvial Bogor yang terdiri atas lapisan alluvial,
sedangkan dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman
sekitar 10 km dan di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih
tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena seluruhnya
merupakan endapan alluvium. Di bawah bagian utara, permukaan
keras baru terdapat pada kedalaman 10–25 m, makin ke selatan
permukaan keras semakin dangkal pada kedalaman 8–15 m, pada
bagian kota tertentu, lapisan permukaan tanah yang keras terdapat
pada kedalaman 40m.

Gambar 1.4
Morfolog i Tanah

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-16

Berdasarkan lapisannya tanah di wilayah endapan J akarta dapat
dibagi dalam dua bagian. Bagian selatan adalah tanah latosol dengan
tekstur variabel dari lempung sampai sedikit berpasir. Di bagian utara
dekat pantai karena merupakan endapan batuan muda, maka sifatnya
tidak padat dan air tanahnya terpengaruh oleh air laut. S edangkan
dari aspek morfologi tanah di sebelah selatan tanggul- tanggul pantai
seperti tersebut di atas lebih mirip tanah laterit kemerah-merahan
karena merupakan hasil pelapukan dari batuan dan tanah di sebelah
utara tebing lebih banyak berwarna keabu-abuan yang merujuk pada
endapan lempung laut.
J ilayah J akarta memiliki lithologi sebagai berikut :
Pasir lempungan dan lempung pasiran, merupakan endapan aluvial
sungai dan pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari
lanau lempungan, lanau pasiran dan lempung pasiran. S emakin
kearah Utara mendekati pantai berupa lanau pasiran dengan sisipan
lempung organik dan pecahan cangkang kerang, tebal endapan
antara perselang-seling lapisannya berkisar antara 3-12 m dengan
ketebalan secara keseluruhan diperkirankan mencapai 300 m.
S atuan Pasir Lempungan, merupakan endapan pematang pantai
berangsur-angsur dari

atas

ke

bawah

terdiri

dari

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

perselangI-17

selangan lanau pasiran dan pasir lempungan. Tebal endapan antara
4,5 – 13 m. S atuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan,
merupakan endapan limpah banjir sungai. S atuan ini tersusun
berselang-selang antara lempung pasiran dan pasir lempungan.
Lempung Lanauan dan Lanau Pasiran, merupakan endapan kipas
aluvial vulkanik (tanah tufa dan konglomerat), berangsur-angsur dari
atas ke bawah terdiri dari lempung lanauan dan lanau pasiran dengan
tebal lapisan antara 3 – 13,5 m.
Potongan melintang S elatan-Utara J akarta menunjukkan endapan
vulkanik

kuarter yang

terdiri dari F ormasi C italang,

F ormasi

Kaliwangu, dan F ormasi Parigi. F ormasi C italang memiliki kedalaman
hingga kira-kira 80 m dengan bagian atasnya merupakan batu
lempung. F ormasi ini didominasi oleh batu pasir pada bagian
bawahnya dan pada beberapa tempat terdapat breksi/konglomerat,
terutama di sekitar Blok M dan Dukuh Atas. S ementara itu, F ormasi
Kaliwangu memiliki kedalaman sangat bervariasi dengan kedalaman
bagian Utaranya lebih dari 300 m dan F ormasi Parigi di sekitar
Babakan mendesak ke atas hingga kedalaman 80 m. F ormasi ini di
dominasi oleh batu lempung diselang-selingi oleh batu pasir.
Gambar 1.5
Potongan Melintang S elatan - Utara

S umber : R T RJ Provinsi DKI J akarta 2011-2030

J akarta merupakan kota delta yang dilintasi oleh 13 sungai dan diapit
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-18

2 sungai besar di sebelah timur S ungai Citarum dan sebelah barat
S ungai Cisadaden. Dua sungai besar ini membawa lebih banyak
bahan erosi sehingga terjadi pengendapan yang lebih bayak dari
sungai lainnya. Keadaan ini menyebabkan pergeseran garis pantai
pada wilayah kedua muara sungai, sehingga terbetuk delta dan
semenanjung yang menjorok ke laut, akibatnya terbentuklah T eluk
J akarta.
Proses pembentukan wilayah di sepanjang pantai T eluk J akarta
dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor : (1) pembentukan lahan pantai baru
yang berada di muara sungai yang kandungan sendimennya tinggi
lebih cepat daripada di muara sungai-sungai yang kandungan
sedimennya rendah. Dalam masa ribuan tahun terbentuklah dataran
lebar yang disebut dataran alluvial (dataran endapan). Proses
sedimentasi

yang

mengakibatkanterbentuknya

berlangsung
dataran

bertahun-tahun

J akarta

semakin

melebar,

menggeser garis pantai rata-rata enam sampai 9 (sembilan) meter per
tahun. Dengan bertambah lebarnya dataran alluvial, maka dataran
rendah menjadi lebih landai; (2) iklim yang

menimbulkan angin

pada musim angin barat meniup ke arah daratan. Hempasan air laut
dapat menghalangi pembentukan lahan yang bergantung pada
perbandingan antara arus sungai dan besar kecilnya kandungan
sedimen yang terbawa. Akibatnya pembentukan T eluk J akarta ada
yang

berlangsung

cepat,

agak

lamban

bahkan

juga

terjadi

penggerusan dari lahan pantai. Di bagian timur antara Kalibaru sampai
Marunda pantai semakin mundur, akibat terkikis oleh abrasi laut.
Gambar 1.6
Topog rafi DK I J akarta

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-19

S umber : Pemerintah P rovinsi DK I J akarta

Kondisi geografis serta topografi J akarta sebagai kota delta yang
sebagian kawasan utaranya merupakan daerah rendah di bawah
permukaan laut serta adanya fenomena perubahan iklim yang
mengakibatkan perubahan intensitas dan variabilitas curah hujan serta
peninggian muka air pasang, menjadikan J akarta sebagai wilayah
rawan banjir. Dalam siklus lima tahunan, J akarta memiliki potensi
banjir cukup tinggi, terbukti pada tahun 2002 dan 2007 terjadi banjir
besar dengan kerugian yang besar pula.

Gambar 1.7
Peta K emiring an L ereng J abodetabek

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-20

S umber : R TR J Provinsi DK I J akarta 2011-2030

2. GAMB AR AN UMUM DE MOGR AF IS
J umlah penduduk Kota J akarta tahun 2015 diperkirakan sebanyak 10
196.173 jiwa, terdiri dari laki-laki 5.167.197 jiwa dan perempuan
5.028.976 jiwa.
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan atau disebut
rasio jenis kelamin (sex ratio) tercatat 103,97. Angka tersebut
menjelaskan bahwa di DKI J akarta pada tahun 2015 terdapat
kelebihan penduduk laki-laki.

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-21

T abel 1.3
R egistrasi P enduduk Menurut J enis Kelamin, R asio J enis
Kelamin Menurut Kabupaten/Kota Administrasi, 2015
Yab /
YotaA dm.

Yepul
auanSerib u
J
ak
arta Sel
atan
J
ak
arta Timur

J
enis Yel
amin
L ak
il
ak
i
t erempuan

J
uml
ah

wasioJ
enis
Yel
amin

1
28
2
2

2
55
3
5

1
0
3
,
3
5

1
.
0
6
3
.
2
8
2

2.
148.
084

1
0
3
,
3
9

1
.
4
4
2
.
0
8
7

2.
923.
2745

1
0
4
,
6
9

1.084.802
1
.
4
8
1
.
6
5
8

1
27
1
3

J
ak
arta t usat

555.
955

542.
430

1.
098.
385

1
0
4
,
4
5

J
ak
arta . arat

1169.
812

1.
134.
597

2.
304.
409

1
0
3
,
0
8

J
ak
arta U tara

862.
148

833.
867

1.
696.
015

1
0
4
,
0
6

J
uml
ah/
To
tal

5103614

4908657

10012271

1
0
3
,
9
7

S umber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan S ipil Provinsi DKI J akarta

Berdasarkan T abel 1.3, terlihat bahwa Laju pertumbuhan penduduk
DKI J akarta tahun 2015 sekitar 1,06 persen dengan kepadatan
penduduk sebesar 15.234 jiwa/km2.
J ika dilihat dari komposisi penduduk DKI J akarta, diketahui bahwa
penduduk DKI J akarta terbesar didominasi oleh penduduk usia 25 – 29
tahun sebesar 1.064.303 jiwa, kemudian diikuti oleh penduduk usia 30
– 34 tahun sebesar 1.043.357 jiwa, usia 20 – 24 tahun sebesar
917.787 jiwa, usia 0 – 4 tahun sebesar 943.057 jiwa dan usia 35 – 39
tahun sebesar 909.825 jiwa (J akarta dalam angka 2015). Terlihat
bahwa penduduk DKI J akarta didominasi oleh usia produktif berkisar
antara usia 20 – 39 tahun. Namun jika diamati pada piramida
penduduk, kelompok usia 0-4 tahun terlihat membesar, fenomena ini
merupakan indikasi bahwa penanganan kesehatan oleh pemerintah
DKI J akarta pada anak balita semakin baik, sehingga tingkat kematian
pada anak balita menjadi lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya
disamping tingkat kelahiran yang masih relatif lebih tinggi.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-22

3. K ONDIS I E K ONOMI (DINAS K OPE R AS I)
a. Potens i Unggulan Daerah
1 )

E k p o r Me l a l u i D K I J a k a rta
Nilai ekspor melalui DKI J akarta periode J anuari-Desember 2015
mencapai 46.347,11 juta US $ atau lebih rendah 3,60 persen dari
periode yang sama tahun 2014 yakni sebesar 48.079,48 juta US $.
S epanjang periode 2015 tercatat nilai ekspor melalui DKI J akarta
tertinggi terjadi pada bulan J uni (4.216,67 juta US $) dan
terendah terjadi di bulan J uli (3.297,64 juta US $). Menurunnya
nilai ekspor melalui DKI J akarta ini disebabkan belum pulihnya
kondisi perekonomian global. Nilai ekspor melalui DKI J akarta
bulan J uli 2015 mencapai 3.297,21 juta dollar Amerika, turun
21,81 persen dari nilai ekspor bulan J uni 2015 yang mencapai
4.216,67 juta dollar Amerika, dan juga lebih rendah 10,80 persen
dibandingkan J uli 2014. Hal ini sejalan dengan ekspor nasional
yang juga mengalami penurunan pada bulan J uli 2015 sebesar
15,53 persen dibandingkan bulan J uni 2015, dan juga lebih
rendah 19,23 persen dibandingkan J uli 2014

2 )

E k s p o r P ro d u k D K I J a k a rta
E kspor yang mempunyai pengaruh besar dan langsung terhadap
perekonomian J akarta adalah ekspor atas produk-produk yang
dihasilkan oleh unit usaha yang berdomisili di wilayah DKI J akarta
dan diekspor melalui pelabuhan DKI J akarta maupun ekspor
produk DKI J akarta yang diekspor melalui pelabuhan lain seperti
Lampung, J awa Tengah dan J awa T imur, dan lain-lain. R angkaian
proses produksi maupun jalur distribusi mulai dari penanganan
bahan baku untuk diproses hingga menjadi komoditi siap ekspor,
seluruh kegiatan itu akan menciptakan lapangan kerja dan
sekaligus akan men-generate income di DKI J akarta
Nilai ekspor produk-produk DKI J akarta pada tahun 2015
mencapai 11.544.15 juta US $, lebih rendah 0,02 persen bila
dibandingkan dengan nilai ekpor tahun 2014. Pada tahun 2014
nilai ekspor produk-produk DKI J akarta sebesar 11.546.19 juta
US $.
Pada T ahun 2015, negara yang menjadi pasar utama di masingmasing kawasan adalah S ingapura untuk kawasan AS E AN
dengan nilai ekspor 1.726.22 juta dollar Amerika; Tiongkok untuk
kawasan Asia dengan nilai ekspor 580,68 juta dollar Amerika;
Australia untuk kawasan Australia dan Oceania dengan nilai
ekspor 254,23 juta dollar Amerika; dan Amerika S erikat untuk
kawasan Amerika dengan nilai ekspor 1.011,23 juta dollar
Amerika.

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-23

S edangkan unggulan ekspor produk non migas DKI J akarta pada
T ahun 2015 berupa kendaraan dan bagiannya sebesar 3.179,15
juta dollar Amerika; perhiasan/permata 1.860,28 juta dollar
Amerika; mesin-mesin/pesawat 891,82 juta dollar Amerika;
pakaian jadi bukan rajutan 638,30 juta dollar Amerika; ikan dan
udang 618,35 juta dollar Amerika; mesin/peralatan listrik 560,43
juta dollar Amerika; barang-barang rajutan 411,75 juta dollar
Amerika; lemak & minyak hewan/nabati 225,74 juta dollar Amerika;
tembaga 247,58 juta dollar Amerika; plastik dan barang dari plastik
244,01 juta dollar Amerika;
S elama Tahun 2015 ekspor sepuluh (10) golongan barang (HS 2
Dijit) memberikan total ekspor produk DKI J akarta sebesar
8.877,41 juta dollar Amerika.

3 )

Imp o r
Nilai impor melalui DKI J akarta sampai Desember 2015
mencapai 71.154,56 juta US $, lebih rendah dari sampai bulan
Desember 2014 yaitu 84.604,81 US $.
Dari total nilai impor melalui DKI J akarta pada T ahun 2015
mencapai sebesar 71.154,56 juta dollar Amerika yang terdiri dari
nilai impor Mesin/Pesawat Mekanik 13.169,04 juta dollar Amerika,
Mesin/Peralatan Listrik 11.090,61 juta dollar Amerika; Plastik dan
barang dari plastik 4.444,29 juta dollar Amerika; Besi dan baja
3.578,94 juta dollar Amerika; Kendaraan dan bagiannya 4.682,01
juta dollar Amerika; Perangkat optic 1.567,84 juta dollar Amerika;
Bahan kimia organic 2.002,22 juta dollar Amerika; Bahan bakar
mineral 2.409,41 juta dollar Amerika; Kapas 1.472,93 juta dollar
Amerika; dan Benda-benda dari besi dan baja 1.339,32 juta dollar
Amerika.
S ebanyak lima (5) negara yang merupakan pemasok barang impor
utama yang melalui DKI J akarta pada tahun 2015 yaitu T iongkok
17.063,49 juta dollar Amerika; J epang 10.540,44 juta dollar
Amerika; Thailand 5.717,84 juta dollar Amerika; E ropa lainnya
5.439,31 juta dollar Amerika; dan S ingapore 5.216,71 juta dollar
Amerika.

4 )

P e rtu mb u h a n E k o n o mi
Perekonomian DKI J akarta tahun 2015 yang diukur berdasarkan
Produk Domestik R egional Bruto (PDR B) atas dasar harga berlaku
(tahun dasar 2010) mencapai R p 1.983,42 triliun dan PDR B

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-24

perkapita per tahun mencapai R p 194,87 juta. E konomi DKI
J akarta tahun 2015 tumbuh sebesar 5,88 persen, melambat
dibanding tahun 2014 sebesar 5,95 persen. Pertumbuhan terjadi
pada seluruh lapangan usaha. J asa-jasa merupakan lapangan
usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 16,29
persen, diikuti oleh Industri Pengolahan sebesar 14,71 persen dan
Keuangan, R eal E state & J asa Perusahaan sebesar 13,90 persen.
S truktur perekonomian DKI J akarta menurut lapangan usaha
tahun 2014 didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu
Keuangan, R eal E state dan J asa Perusahaan (36,27 persen);
Perdagangan, Hotel dan R estoran (21,99 persen); Industri
Pengolahan (13,84 persen) dan Konstruksi (13,16 persen). Bila
dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi DKI J akarta
tahun 2015, Keuangan, R eal E state dan J asa Perusahaan
memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,47 persen;
diikuti Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 1,22 persen; dan
Perdagangan, Hotel dan R estoran sebesar 0,72 persen
5 )

In fl a s i
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain,
inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai uang secara
kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi
rendahnya tingkat harga.
Inflasi di DKI J akarta selama tahun 2015 adalah sebesar 3,35
persen, lebih rendah dari inflasi tahun 2014 yaitu 8,95 persen.
S erta berada dalam kisaran sasaran inflasi 2015 yang ditetapkan
pemerintah, yaitu sebesar empat plus minus satu persen (yoy).
Pencapaian sasaran inflasi tersebut tidak terlepas dari kebijakan
pengendalian inflasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia (BI) dan
pemerintah, melalui T im Pengendali Inflasi (TPI) dan T im
Pengendali Inflasi Daerah (T PID). Melalui peningkatan produksi
dan memperbaiki distribusi serta meminimalkan berbagai distorsi
harga bahan pangan. Dan didukung oleh reformasi subsidi berupa

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-25

penyesuaian harga bahan bakar minyak dan LPG 12 kilogram
serta penyesuaian tarif listrik, di tengah menurunnya harga minyak
dan gas global. S elain itu, inflasi DKI J akarta tahun 2015 ini lebih
rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,35 persen. Y ang
didorong oleh lebih rendahnya harga komoditas

kelompok

administered prices, terutama untuk komoditas yang terkait
dengan energi, seperti bensin, solar, dan bahan bakar rumah
tangga. Perkembangan ini juga berdampak pada turunnya tarif
dalam subkelompok tranportasi, terutama pada angkutan udara
dan angkutan antarkota. R elatif lebih rendahnya inflasi 2015 dari
2014 juga didorong oleh aktivitas perekonomian J akarta yang juga
lebih rendah dari tahun sebelumnya yang disebabkan terbatasnya
tekanan inflasi dari sisi permintaan masyarakat.
T erjadi deflasi di Bulan J anuari 2015 disebabkan kebijakan
Pemerintah menurunkan harga bensin dan solar, pertamax, dan
tarif angkutan dalam kota. Dimana dari empat sub kelompok yang
termasuk pada kelompok ini, hanya satu sub kelompok mengalami
deflasi, yaitu: sub kelompok transpor 5,26 persen; satu sub
kelompok mengalami inflasi, yaitu sub kelompok sarana dan
penunjang transpor 0,75 persen. S edangkan dua sub kelompok
lainnya tidak mengalami perubahan indeks, yaitu: sub kelompok
komunikasi dan pengiriman; serta sub kelompok jasa keuangan.
S erta deflasi yang terjadi pada bulan Oktober disebabkan turunnya
harga-harga pada kelompok bahan makanan. Dimana kelompok
bahan makanan mengalami deflasi paling besar sebesar 1,16
persen yang dipengaruhi terutama oleh koreksi harga aneka
daging dan aneka cabai yang masih berlanjut pada bulan Oktober
2015.
Perkembangan inflasi DKI J akarta tahun 2015 menunjukkan inflasi
tertinggi terjadi pada bulan J uli 2015 yang
kenaikan harga

di seluruh indeks

terjadi karena ada

kelompok

pengeluaran.

Kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi,
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-26

dan jasa merupakan komponen utama penyumbang inflasi di
bulan J uli 2015.
Dampak

siklus

R amadhan

dan

lebaran

mengakibatkan

peningkatan inflasi dari bulan sebelumnya sebesar 0,62% menjadi
sebesar 0,97% pada bulan J uli. Lebih jauh, tingkat inflasi inti (yoy)
memiliki pola yang berbeda. Untuk pertama kali dalam empat
bulan terakhir, inflasi inti (yoy) lebih rendah dari batas maksimal
target inflasi BI. Hal ini menandakan bahwa dampak siklus
permintaan

lebaran dan

R amadhan tahun ini

lebih kecil

dibandingkan tahun lalu atau terjadinya penurunan permintaan
aggregat dalam perekonomian. Dengan fakta bahwa inflasi dari
harga

barang

bergejolak

merupakan

kontributor

utama

meningkatnya inflasi bulan J uli mencerminkan lemahnya sisi
penawaran dengan permintaan yang cenderung stagnan.

b. P embangunan Manus ia
Pembangunan manusia yang mencakup tiga dimensi yaitu umur
panjang, pengetahuan dan standar kehidupan yang layak dapat dilihat
dari perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM). T ercapainya
upaya pembangunan manusia berkelanjutan didukung antara lain oleh
pertumbuhan ekonomi yang baik. S elanjutnya pertumbuhan ekonomi
akan meningkatkan kesempatan kerja yang merupakan jembatan
penghubung antara pembangunan manusia dengan pembangunan
ekonomi. Dalam kurun waktu tahun 2009-2014 pertumbuhan ekonomi
DKI J akarta mencapai angka diatas 2 persen.
Perkembangan angka IP M selama kurun waktu 2010-2014
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2010
sebesar 77,36 lalu meningkat di tahun 2014 menjadi 78,59. Kenaikan
itu didukung oleh semua komponen IPM.
Gambar 1.8
Indeks Pembangunan Manusia DK I J akarta
wincian
S atuan 2010 2
011 2012 2013
Lndek
s t emb angunana anusia
%
7
7,
3
6 7
7,
6 7
7,
9
7 7
8,
3
3
(
Lt a )
S umber : J akarta dalam Angka 2015, BPS DKI J akarta

2014
78,
59

Peningkatan angka harapan hidup menunjukkan adanya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat J akarta. Berkembangnya fasilitas
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-27

kesehatan memberikan andil dalam capaian ini. Dari sisi pengetahuan
meliputi angkat melek huruf dan rata-rata lama sekolah, kontribusi
berbagai kebijakan pemerintah, seperti kebijakan pelaksanaan wajib
belajar 9 tahun, pemberian Biaya Operasional S ekolah (BOS ), Kartu
J akarta Pintar (KJ P) turut memberkan andil untuk capaian yang
diperoleh. S edangkan dimensi standar hidup layak direpresentasikan
dari pendapatan perkapita disesuaikan, menunjukkan peningkatan
selama kurun waktu 2009-2014.

c. K etenag akerjaan
1 )

T i n g k a t P e n g a n g g u ra n
S elama periode 2012-2014, rata-rata persentase penduduk usia
kerja (15 tahun ke atas) di DKI J akarta yang masuk dalam kategori
angkatan kerja tercatat lebih dari 68 persen. Dalam kurun waktu
tersebut, tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan
yang signifikan yaitu sebagai berikut
T abel 1.4
T ingkat Pengangguran T erbuka (T PT ) dan T ingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(T PAK) Menurut Kabupaten/Kota Administrasi 2012-2014
Tt T/
hU ws

Yab up
aten/
Yota A dm

Tt A Y/
L Ct ws

wegency
/
au
nicipal
ity

2012

2013

2014

(
1
)

(
2
)

(
3
)

(
4
)

Yepul
auanSerib u

13,
97

6,
0
3

5,
42

J
ak
arta Sel
atan

8,
96

8
,
5
6

J
ak
arta Timur

10,
39

J
ak
arta t usat

2012

2013

20
14

(
5
)

(
6
)

(
7
)

74,
19

63,
73

6
8,
0
4

7,
56

69,
31

66,
62

6
6,
6
2

9,
4
7

8,
72

64,
57

65,
20

6
4,
8
3

10,
72

8,
6
0

7,
81

84,
18

77,
99

6
7,
7
5

J
ak
arta . arat

9,
31

8
,
6
9

9,
00

70,
56

70,
28

6
8,
1
4

J
ak
arta U tara

10,
33

9,
6
7

8,
88

79,
97

66,
20

6
6,
6
8

J
uml
ah/
To
tal

9,
87

9
,
0
2

8,
47

71,
56

68,
09

6
6,
6
1

S umber : J akarta dalam Angka 2015, BPS DKI J akata

Berdasarkan pendekatan tiga sektor utama (Agriculture,
Manufacture dan S ervices), S ektor jasa-jasa (S ) mendominasi
dalam penyerapan tenaga kerja di DKI J akarta. S elama tahun 2010
-2012 penyerapan tenaga kerja pada sektor ini lebih dari 78 persen.
Pada tahun 2012 sektor jasa-jasa mampu menyerap sebesar 80,28
persen. S ementara itu sektor Manufacture (industri, konstruksi dan
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-28

LGA) menempati urutan kedua yaitu sebesar 17,09 persen. S ektor
Agriculture (pertanian dan pertambangan) hanya menyerap
sebesar 2,63 persen.
Kegiatan formal dan informal dari tenaga kerja dapat dilihat dari
status pekerjaan. Klasifikasi formal adalah mereka yang bekerja
sebagai buruh/karyawan dan yang berusaha dibantu buruh tetap,
sedangkan status lainnya masuk dalam klasifikasi informal. Dari
tahun 2009- 2012, persentase penduduk yang bekerja di sektor
formal terus menunjukkan peningkatan. Dari 69,11 persen di tahun
2011 naik menjadi 69,14 (3,26 juta) pada tahun 2012.
Upah minimum Provinsi (UMP) di DKI J akarta selama tahun 20092012 terus mengalami kenaikan. Persentase kenaikan UMP dari
tahun 2011 ke tahun 2012 merupakan tertinggi selama kurun waktu
6 tahun terakhir sebesar 18,54 persen. S ejak tahun 2009 UMP DKI
J akarta sudah menembus R p. 1 juta rupiah yaitu R p.1.069.865,-.
S elanjutnya naik 11,04 persen di tahun 2010 menjadi
R p.1.188.010,-. Di tahun 2012 sebesar R p. 1.529.150,- naik
sebesar R p.239.150,-. Di tahun 2013 sebesar R p. 2.200.000,- naik
sebesar R p.670.850. Di tahun 2014 sebesar R p. 2.441.000,- naik
sebesar R p.241.00o, dan T ahun 2015 naik menjadi R p. 2.700.000,S elama kurun waktu 10 tahun terakhir persentase kenaikan UMP
selalu lebih tinggi dari inflasi, kecuali di tahun 2005 dan tahun 2008.
(J akarta dalam angka 2014)
2 )

P e k e rja S e k to r F o rma l d a n In fo rma l
Kegiatan formal dan informal dari tenaga kerja dapat dilihat dari
status pekerjaan. Klasifikasi formal adalah mereka yang bekerja
sebagai buruh/karyawan dan yang berusaha dibantu buruh tetap,
sedangkan status lain nya masuk dalam klasifikasi informal. Dari
tahun 2009- 2012, persentase penduduk yang bekerja di sektor
formal terus menunjukkan peningkatan. Dari 69,11 persen di tahun
2011 naik menjadi 69,14 (3,26 juta) pada tahun 2012.
Upah minimum Provinsi (UMP) di DKI J akarta selama tahun 20092014 terus mengalami kenaikan. Persentase kenaikan UMP dari
tahun 2012 ke tahun 2013 merupakan tertinggi selama kurun waktu
6 tahun terakhir sebesar 18,54 persen. S ejak tahun 2009 UMP DKI
J akarta sudah menembus R p. 1 juta rupiah yaitu R p.1.069.865,-.
S elanjutnya naik 11,04 persen di tahun 2010 menjadi
R p.1.188.010,-. Di tahun 2012 naik 8,58 persen sebesar R p.
1.529.150,- naik sebesar R p.239.150,-. ,-. Di tahun 2013 naik 43,87
persen sebesar R p. 2.200.000,- naik sebesar R p.670.850. Di tahun
2013 naik 10,96 persen sebesar R p. 2.441.000,- naik sebesar
R p.241.000. S elama kurun waktu 10 tahun terakhir persentase
kenaikan UMP selalu lebih tinggi dari inflasi, kecuali di tahun 2005
dan tahun 2008.

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-29

d. Perumahan
Berkembangnya pembangunan di J akarta, menjadikan peruntukan
untuk tempat tinggal semakin terbatas. Hal ini mengakibatkan har-ga
tanah di J akarta semakin tinggi. S ementara jumlah penduduk terus
bertambah, sehing-ga semakin sulit bagi masyarakat DKI J akarta
untuk memiliki rumah.
Di DKI J akarta masih ada sekitar 42 persen perumahan dengan luas
lantai kurang dari 10 m2. Oleh karena itu salah satu solusi kepemilikan
rumah bagi warga J akarta ada-lah dengan membeli rumah susun
sederhana dengan harga yang terjangkau. S aat ini jumlah unit di DKI
J akarta ada 18.326 unit dari 48 lokasi R usunami.
T abel 1.5
R umah S usun S ederhana
Menurut K ota 2014

U raian
5escreptio
n

Satuan J
ak
arta J
ak
arta
U nit
Sel
atan Timur

(
1)

(
2)

L ok
asi
L ocation

L ok
asi
L ocation

L uas A rea
A rea

Ia

J
uml
ah. lok
.l
ock
s

.l
ok
.l
ock
s

(
3)

(
4)

2

15

J
ak
arta
t usat
(
5)
10

J
ak
arta J
ak
arta
. arat U tara
(
6)
8

(
7)

J
uml
ah
Total
(
8)

13

48

2,
60

46,
29

5,
96

27,
77

50,
52

133,
14

6

65

27

24

60

182

Tipe
Ty
pe
12

U nit

-

-

-

-

-

-

14

U nit

-

68

-

-

-

68

16

U nit

-

84

-

-

-

84

18

U nit

-

688

288

192

1198

2366

21

U nit

440

264

2258

1018

824

4804

27

U nit

-

-

66

-

-

66

30

U nit

-

4382

80

909

4562

9931

36

U nit

-

-

-

840

146

986

54

U nit

-

-

-

-

J
uml
ah/
Total

440

5486

2695

2959

16
6746

16

18326

S umber : J akarta Dalam Angka 2015

Hampir seluruh rumah tangga di DKI J akarta (99,95 persen)
menggunakan listrik sebagai fasilitas penerangannya baik listrik PLN
maupun Non PLN. J aringan listrik yang sudah merata di seluruh
wilayah kecuali Kabupaten Administrasi Kepulauan S eribu,
menyebabkan masyarakat mudah mengakses listrik.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENDAHULUAN

I-30

Pada tahun 2009, sekitar 91,66 persen rumah tangga menggunakan
tangki septik. Angka ini meningkat menjadi 93,90 persen pada tahun
2011. Penggunaan air minum leding atau kemasan memperlihatkan
peningkatan selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2009, rumah tangga
yang mengkonsumsi air bersih (leding/kemasan) tercatat sebanyak
76,20 persen. Pada tahun 2011, persentasenya naik hampir 6 poin
menjadi 81,94 persen. Meningkatnya penggunaan air leding dan
kemasan sebagai sumber air minum memberikan indikasi bahwa air
tanah di DKI J akarta sudah tidak layak minum.
e. K emis kinan
J umlah penduduk miskin di DKI J akarta pada bulan S eptember 2013
sebesar 375,70 ribu orang (3,72 persen). Dibandingkan dengan Maret
2013 (354,19 ribu orang atau 3,55 persen), jumlah penduduk miskin
meningkat sebesar 21,51 ribu atau meningkat 0,17 poin. S edangkan
dibandingkan dengan S eptember 2012 dengan jumlah penduduk
miskin sebesar 366,77 ribu orang (3,70 persen), jumlah penduduk
miskin meningkat 8,93 ribu atau meningkat 0,02 poin.
J umlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh besarnya Garis
Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan. S elama S eptember 2012 – Maret 2013 – S eptember
2013, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,60 persen dari Maret s/d
S eptember 2013 (dari R p 407.437 per kapita per bulan menjadi R p
434.322 per kapita per bulan) dan naik sebesar 10,64 persen dari
S eptember 2012 s/d S eptember 2013 (dari R p 392.571 per kapita per
bulan menjadi R p 434.322 per kapita per bulan). Dengan
memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), y