Implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) dalam upaya penguatan manajemen pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (Mts) Negeri Surabaya 1.

(1)

IMPLEMENTASI EVALUASI DIRI MADRASAH (EDM) DALAM UPAYA PENGUATAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DI MADRASAH

TSANAWIYAH (MTs) NEGERI SURABAYA 1

SKRIPSI

OLEH: ABDUL WAHAB

NIM D73213034

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

ABSTRAK

Wahab, Abdul, Implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) dalam Upaya

Penguatan Manajemen Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Surabaya 1, 2017, pembimbing: Dr. Hj. Hanun Asrohah, M.Ag dan Muhammad Nuril Huda, M.Pd.

Fokus penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah mengenai 2 hal, yaitu prosedur implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) yang dilakukan oleh MTs Negeri Surabaya 1 dan penguatan manajemen pendidikan melalui Evaluasi Diri Madrasah di MTs Negeri Surabaya 1.

Subyek penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Surabaya 1, penelitian ini menggunakan metodelogi penelitian dengan pendekatan kualitatif fenomologis. Untuk mengumpulkan data yang dipakai dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu wawancara (dengan beberapa

pihak stakeholders MTs Negeri Surabaya 1), dokumentasi (arsip pelaksanaan

evaluasi diri madrasah dan standar pendidikan) dan observasi (kegiatan pembelajaran di kelas). Sedangkan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, peneliti memakai teknik analisis data penelitian kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu dengan tiga tahapan analisa:

reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), verifikasi atau

penarikan kesimpulan (conclusion drawing and verification).

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukan bahwa implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) di MTs Negeri Surabaya 1 dilaksanakan melalui 4 tahap, yaitu: pembentukan Tim Pengembang Madrasah (TPM), pengisian Instrumen Evaluasi Diri Madrasah (EDM), presentasi hasil kerja Tim Pengembang Madrasah (TPM), dan penarikan kesimpulan dari presentasi Tim Pengembang Madrasah. Sedangkan penguatan manajemen malalui Evaluasi Diri Madrasah terhadap kinerja pendidikan MTs Negeri Surabaya 1 tergolong baik karena hasil Evaluasi Diri Madrasah di pakai dalam penguatan perencanaan penyusunan perencanaan program madrasah, pelaksanaan kerja madrasah, dan pengelolaan sistem informasi. Dan hampir sebagian besar dari komponen/indikator standar telah memenuhi SNP.


(7)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...i

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...ii

PERNYATAAN KEASLIAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

HALAMAN MOTTO...v

ABSTRAK...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I : PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Penelitian...1

B. Fokus Penelitian...11

C. Tujuan Penelitian...11

D. Manfaat Penelitian...11

E. Definisi Konseptual...12

F. Keaslian Penelitian ...14

G. Sistematika Pembahasan...15

BAB II : KAJIAN PUSTAKA...17


(8)

xi

1. Pengertian Evaluasi Diri Madrasah (EDM)...17

2. Dasar Hukum...20

3. Pelaksanaan Evaluasi Diri Madrasah (EDM)...20

4. Manfaat Evaluasi Diri Madrasah (EDM)...23

5. Tujuan Evaluasi Diri Madrasah (EDM)...25

6. Prinsip Evaluasi Diri Madrasah (EDM)...25

7. Sasaran Evaluasi Diri Madrasah (EDM)...27

B. Manajemen Pendidikan...32

1. Pengertian Manajemen Pendidikan...32

2. Manfaat dan Tujuan Manajemen Pendidikan...36

3. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan...37

C. Keterkaitan antara Evaluasi Diri Madrasah (EDM) dengan Penguatan Manajemen Pendidikan...42

BAB III : METODE PENELITIAN...45

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...45

B. Lokasi Penelitian...46

C. Sumber Data...46

D. Kehadiran Penelitian...48

E. Cara Pengumpulan Data...48

F. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data...50

G. Keabsahan Data...52

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...55


(9)

xii

1. Lokasi Penelitian...55

1. Sejarah Berdirinya MTsN Surabaya 1...55

2. Letak Geografis MTsN Surabaya 1...57

3. Struktur Organisasi MTsN Surabaya 1...57

4. Kondisi Guru dan Karyawan MTsN Surabaya 1....57

5. Kondisi Siswa MTsN Surabaya 1...57

6. Keadaan Sarana dan Prasaran MTsN Surabaya 1...58

2. Deskripsi Informan...58

B. Deskripsi Hasil Penelitian...61

1. Implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) di MTsN Surabaya 1...61

2. Penguatan Manajemen Pendidikan Melalui Evaluasi Diri Madrasah di MTs Negeri Surabaya 1...75

C. Analisis Penelitian...108

1. Implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) di MTsN Surabaya 1...108

2. Penguatan Manajemen Pendidikan Melalui Evaluasi Diri Madrasah di MTs Negeri Surabaya 1...112

BAB V : PENUTUP...127

A. Simpulan ...127

B. Saran...128


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Era globalisasi dan pasar bebas ditandai dengan munculnya kesepakatan bersama diantara negara-negara Asia, Asia Pasific, dan Asian Tenggara. Asean Free Trade Agreement (AFTA), dan Asean Free Labour Agreement (AFLA) merupakan salah satu bentuk kerja sama kemitraan untuk menciptakan perdagangan bebas dan tenaga kerja bebas diantara negara-negara Asian Tenggara. Dengan diberlakukannya AFLA dan AFTA pada tahun 2010, perdangangan barang dan layanan jasa di antara negara anggota menjadi lancar, bebas, dan dilindungi hukum. Permasalahan yang dihadapi barang dan jasa yang dijual harus memenuhi kualitas dan harganya murah. Tenaga kerja harus memiliki kompetensi relevan dengan keahlihan, mampu

mengembangkan keunggulan lokal, dan bersaing di pasar global1.

Sementara itu lembaga pendidikan sekolah/madrasah dituntut untuk terus berusaha memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik, optimal dan maksimal kepada peserta didik. Untuk memberikan pelayanan pendidikan yang baik, optimal dan maksimal tidak terlepas dari semakin kuatnya persaingan untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan maju di era globalisasi. Untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan maju, maka setiap

1 Nuchron dan Nurdjito,Evaluasi Diri Dalam Pengembangan Sekolah Menyongsong Kurikulum Kurikulum 2013, (Yogyakarta), 4.


(11)

2

sekolah/madrasah harus memiliki sebuah upaya real dan konkret untuk dapat meningkatkan mutu pendidikannya. Meningkatkan mutu pendidikan berarti terus berupaya untuk memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik, maksimal dan optimal kepada peserta didik.

Sekolah sebagai institusi pendidikan merupakan tempat proses pendidikan. Dalam kegiatanya, sekolah bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, melainkan merupakan suatu tatanan sistem yang rumit dan saling berkaitan, oleh karenanya sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan, sehingga menghasilkan lulusan berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan bangsa, problem yang dihadapi dunia pendidikan saat ini (termasuk oleh madrasah) antara lain masih

rendahnya mutu pendidikan2.

Peningkatan mutu sekolah/madrasah dapat dilihat dari pengelolaan manajemen pendidikan, manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien mandiri, dan

akuntabel3. Semakin bagus pengelolaan manajemen pendidikannya maka

dengan begitu semakin meningkatkan mutu pendidikan terutama sekolah/madrasah.

2Nadlir,“Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah: Antara Peluang dan Tantangan”. Attawa

Vol.4 No. 7 (Januari – Juni, 2005) , 72.

3Husaini Usman,Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,


(12)

3

Peningkatan mutu sekolah/madrasah melalui penguatan manajemen pendidikan merupakan salah satu upaya yang tepat. Karena manajemen pendidikan yang berkualitas akan memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Upaya agar manajemen pendidikan meningkat dan maksimal tidak hanya sekedar perbaikan yang dilakukan oleh satu pihak saja, akan tetapi banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Hal ini membutuhkan perhatian dan komitmen bersama, baik pemerintah, masyarakat, guru, maupun pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan.

Salah satu upaya meningkatkan kinerja dan mutu madrasah terkait pengelolaan manajemen pendidikan secara berlanjut adalah madrasah rutin melaksanakan evaluasi internal sekolah terhadap kinerjanya. Hal ini disebabkan karena dengan kegiatan evaluasi akan dapat ditemukan dan ditentukan kondisi dimana suatu tujuan telah dapat dicapai atau belum dicapai. Selama ini yang sering terjadi adalah evaluasi terhadap kinerja madrasah hanya dilakukan oleh pemerintah yang diwakili oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) dalam kurun waktu 4 tahun sekali. Karena berbagai macam hal dan kendala, maka hasil evaluasi itupun seringkali kurang memberikan dampak positif yang maksimal dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi internal yang dilakukan sendiri oleh sekolah/madrasah terhadap kinerjanya. Evaluasi internal dilakukan oleh warga sekolah/madrasah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa dan tenaga kependidikan) dan tentu dengan


(13)

4

partisipasi dari stakeholder lain untuk memantau proses pelaksanaan dan

untuk mengevaluasi hasil program-program yang telah dilakukan. Evaluasi semacam ini sering disebut sebagai evaluasi diri.

Adapun ayat Al-Qur’an yang terkait dengan hal itu, QS. Al-Hasyr : 18.

8. 8Rom 8. ϥ˶8· 涚 ϥ˶o· ϥ˶8ϥ䁀 ˶ ϥ˶· β˸ϔ˴·涚 8. ϥ˶8· ϥϔ˶ β o 8· ˸

Rϥ · oa β o

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.4

Berdasarkan ayat diatas, pengertian evaluasi dapat dijelaskan dengan memperhatikan kata β˸ϔ˴·涚 yang artinya sepadan dengan kata menimbang ( ϥ䁀), memikirkan (βaϥ· βސm), memperkirakan ( ϥ䁀), dan membandingkan dan mengukur (ϥ 䁀).

Evaluasi Diri sebagai cara menumbuhkan budaya peningkatan mutu berkelanjutan di Sekolah/Madrasah. Evaluasi Diri dilaksanakan oleh setiap Sekolah/Madrasah sebagai satu kebutuhan untuk meningkatkan kinerja dan

mutu Madrasah secara berkelanjutan.5

Evaluasi menurut Stufflebeam adalah “the process for determining the

degree to which these changes in behavior are actually taking place”. Dapat

4Al-Quran Al-Hasyr ayat 18

5 Modul Untuk Pelatih Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah 2010/2011, (Jakarta: Kemendiknas,


(14)

5

diartikan evaluasi adalah proses menentukan derajat perubahan tingkah laku yang terjadi. Pengertian ini berkaitan erat dengan istilah pengukuran yang

dimaknai bahwa pengukuran itu merupakan bagian dari suatu evaluasi.6

Sedangkan menurut Gay evaluasi adalah: (1) evaluation is a systematic

proses of collecting and analyzing data in order to determine whether, and to what degree, objectives have been or are being achieved; (2) evaluation is a systematic proses of collecting and abaliyzing data in order to make decision.

Kedua pernyataan tersebut memberikan pengertian bahwa dalam melakukan suatu evaluasi ada suatu proses yang dilalui secara sistematis. Jadi pada dasarnya evaluasi itu merupakan suatu proses untuk sampai pada pembuatan keputusan (memberikan makna) berdasarkan data-data yang diperoleh. Evaluasi merupakan sesuatu yang komplek dimana didalamnya meliputi pembuatan/pengambilan keputusan atau pertimbangan tentang ketercapaian tujuan, yang dapat didasarkan atas data kuantitatif maupun data kualitatif.7

Evaluasi diri dalam rangka untuk menilai dan memberikan jaminan mutu Sekolah/Madrasah merupakan evaluasi internal sekolah/madrasah adalah langkah pertama yang hasilnya dapat digunakan untuk berbagai maksud. Hasil evaluasi diri dapat digunakan untuk memutakhirkan pengkalan data Sekolah/Madrasah dalam bentuk profil yang komprehensif, perencanaan, strategi pengembangan dan perbaikan sekolah berkelanjutan, panjaminan

6 Stufflebeam. D.L. & Shinkfield. A. J. Systematic Evaluation. (Boston: Kluwer Nijhof

Publishing,1985), 69.

7 Gay.L.R. Education research: competencies analysis and aplication. (3nded), edition.


(15)

6

mutu internal Sekolah/Madrasah, dan untuk mempersiapkan evaluasi

eksternal atau akreditasi.8

Menurut Soenarto evaluasi diri adalah evaluasi yang dilakukan oleh institusi sendiri, untuk mengumpulkan data, analisis data, dan tujuh interprestasi hasil yang digunakan untuk perencanaan, pengembangan, perbaikan dan/atau peningkatan kinerja lembaga. Ditinjau dari waktunya, evaluasi dapat dilakukan seiring dengan tahapan program yang akan dievaluasi.

Lebih lanjut Soenarto, mengatakan, melaksanakan evaluasi diri dengan baik ada beberapa syarat harus terpenuhi: (1) semua pihak (warga sekolah, sivitas akademik) yang terlibat mendukung kelancaran dan membuahkan hasil yang akurat; (2) pimpinan harus jelas, jujur, dan terbuka dalam mengungkap fakta; (3) penetapan indikator kinerja lembaga (sekolah) didasarkan acuan yang telah ditentukan; dan (4) hasil evaluasi diri dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan guna perencanaan sekolah

berikutnya.9

Pelaksanaan Evaluasi Diri, menurut Djemari Mardapi, mengacu pada empat prinsip implementasi yaitu:

1. Berorientasi pada tujuan; evaluasi diri hendaknya dilaksanakan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai. Hasil evaluasi diri dipergunakan sebagai bahan untuk perbaikan atau peningkatan

8 Wayan dan sunartana,Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional Surabaya, 1986), 6. 9 Soenarto, dkk. Program Pendampingan Evaluasi Diri SMK-BI 2007, (Jakarta: Direktorat


(16)

7

program pada evaluasi formatif dan membuat jastifikasi dan akuntabilitas pada evaluasi sumatif.

2. Mengacu pada kriteria keberhasilan; evaluasi diri dilaksanakan mengacu pada kriteria keberhasilan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentu kriteria keberhasilan dilakukan bersama antara para evaluator, para sponsor, pelaksana program (pimpinan dan staf), para pemakai lulusan (konsumen), lembaga terkait (di mana peserta kegiatan bekerja).

3. Asas manfaat; Evaluasi diri sudah seharusnya dilaksanakan dengan manfaat yang jelas, berupa saran, masukan atau rekomendasi untuk perbaikan program-program yang dievaluasi atau program sejenis di masa medatang, (d) Objektif; Evaluasi diri harus dilaksanakan secara objektif. Petugas Evaluasi diri harus bertindak objektif, yaitu

melaporkan temuanya apa adanya.10

Agar evaluasi diri sekolah/madrasah tersebut bisa mendapatkan informasi yang faktual dan akhirnya dapat menghasilkan produk evaluasi yang akurat dan maksimal maka diperlukan evaluasi yang terprogram dan terencana dengan baik. Atas dasar problem inilah kemudian pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) membuat program Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/EDM).

EDM adalah proses evaluasi diri madrasah yang bersifat internal yang

melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk melihat kinerja

10Djemari Mardapi, Pemantauan – Evaluasi (Pe) LPMP dan PPPG.Laporan Penelitian Subdit Pengembangan Sarana Diklat Ditbindiklat.(Jakarta: Ditjen PMPTK Depdiknas, 2006), 3.


(17)

8

madrasah berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang hasilnya dipakai sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Madrasah (RKM) dan sebagai masukan bagi perencanaan

investasi pendidikan tingkat kabupaten/kota.11 EDM dilaksanakan oleh Tim

Pengembang Madrasah (TPM) yang terdiri atas: Kepala Madrasah, wakilunsur guru, wakil komite madrasah, wakil orang tua, dan pengawas. Tim Pengembang Madrasah (TPM) mengumpulkan bukti dan informasi dari berbagai sumber untuk menilai kinerja madrasah berdasarkan indikator-indikator yang dirumuskan dalam instrumen.

Dengan menggunakan instrumen EDM, madrasah dapat mengukur dampak kinerjanya terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik. Dengan melakukukan pengukuran terhadap kinerja madrasah maka akan diketahui

kelemahan dan kelebihan kinerja yang dicapai oleh madrasah.12

EDM merupakan komponen penentu yang sangat penting dalam sistem pengembangan pendidikan nasional karena dengan EDM berperan dalam membangun informasi pendidikan nasional terutama dalam memotret kinerja madrasah dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan. Hasil EDM dimanfaatkan sebagai bahan untuk menyusun program pengembangan Madrasah dan laporan kepada Dinas

11 Bpsdmpk-Kemdikbud, Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah Dalam Mengelola

Implementasi Kurikulum – Evaluasi Diri Sekolah”.(Jakarta: Kemdikbud, 2015) , 3.

12 Kemendiknas dengan Kemenag, Peningakatan Manajemen Penguatann Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah,23.


(18)

9

Pendidikan Pemuda dan Olahraga tentang pencapaian Madrasah untuk

pengembangan lebih lanjut.13

Laporan EDM disusun untuk mentindak lanjuti hasil temuan yang didapatkan melalui instrumen EDM dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Delapan standar tersebut meliputi: (1) Standar Kompetensi Lulusan (SKL); (2) Standar Isi; (3) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (4) Standar Proses; (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pembiayaan; (7) Standar Pengelolaan; (8) Standar Penilaian

Pendidikan.14

Disini jelas terlihat bahwa EDM dipandang sebagai suatu proses yang memberikan tanggung jawab kepada madrasah untuk menetapkan prioritasnya peningkatan mutu madrasah.

Pada akhirnya nanti tujuan utama dari kegiatan EDM adalah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang ada, yang kemudian pada tanggal 11 Juni 2003 telah disahkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) yang baru, sebagai pengganti Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. UU

13 Nuchron dan Nurdjito,Evaluasi Diri Dalam Pengembangan Sekolah Menyongsong Kurikulum Kurikulum 2013. (Yogyakarta: BOPTN, 2013), 5.


(19)

10

Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga merupakan perwujudan dari salah satu tuntutan yang marak

sejak tahun 1998.15

Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh madrasah untuk mewujudkan tujuan itu, termasuk dengan cara mengevaluasi kinerja pendidikannya secara internal agar mengetahui kelemahan/kekurangan mutu pendidikanya, maka madrasah dapat menyusun program pendidikan untuk jangka pendek maupun jangka menengah dengan baik dan akurat. Sehingga dengan program pendidikan yang akurat dan tepat sasaran tersebut, diharapkan madrasah mampu meningkatkan mutu pendidikannya. Inilah yang disebut dengan EDM dan pentingnya bagi peningkatan mutu pendidikan di madrasah.

MTs Negeri Surabaya 1 adalah salah satu lembaga pendidikan di wilayah surabaya di jalan Medokan Semampir Indah Nomor 91 Sukolilo yang memiliki visi dan misi yang jelas dan kompetitif agar menjadi madrasah yang unggul dalam kualitas maupun kuantitas.

Kepala MTs Negeri Surabaya 1 sadar bahwa untuk dapat terus memberikan pelayanan yang optimal kepada para peserta didiknya serta meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Surabaya 1 bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Diperlukan suatu usaha yang konkret dan efektif-efisien untuk mewujudkannya. Dan untuk mewujudkan semua itu, Pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri Surabaya 1 selalu melakukan evaluasi kinerjanya setiap akhir tahun pelajaran dengan program Evaluasi


(20)

11

Diri Madrasah (EDM) dengan harapan mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan kinerja program-program pendidikan yang telah dilakukan, baik yang sudah terealisasikan maupun yang belum terealisaikan.

Memandang begitu pentingnya EDM bagi perencanaan sekaligus peningkatan mutu pendidikan terkait penguatan manajemen pendidikan di MTs Negeri Surabaya 1 (satu) dan bagi madrasah lainnya, maka judul yang penulis pakai adalah “Implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) Dalam Upaya Penguatan Manajemen Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Surabaya 1”.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) yang dilakukan oleh MTs Negeri Surabaya 1?

2. Bagaimana penguatan Manajemen Pendidikan di MTs Negeri Surabaya 1 melalui Evaluasi Diri Madrasah (EDM)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) yang dilakukan oleh MTs Negeri Surabaya 1 ?

2. Untuk mengetahui bagaimana penguatan Manajemen Pendidikan di MTs Negeri Surabaya 1 melalui Evaluasi Diri Madrasah (EDM) ?

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan


(21)

12

Keguruan Program Studi Manajemen Pendidikan Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya.

b. Untuk menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan khususnya dalam penguatan manajemen pendidikan di madrasah. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan

rujukan sebagai data untuk melakukan penelitian yang sejenis. 2. Secara Praktis

a. Bagi Objek Penelitian

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran untuk dijadikan petunjuk dalam meningkatkan kinerjanya dan akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan di madrasahnya khususnya dalam penguatan manajemen pendidikan.

2) Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan berupa data-data tentang upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam penguatan manajemen pendidikan.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi suatu pengalaman guna memperoleh gambaran yang nyata tentang upaya penguatan manajemen pendidikan melalui Evaluasi Diri Madrasah (EDM).

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul


(22)

13

penelitian “Implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) Dalam Upaya

Penguatan Manajemen Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Surabaya 1”.

1. Evaluasi Diri Madrasah

Evaluasi Diri Madrasah (EDM) adalah proses evaluasi diri madrasah yang bersifat internal yang melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk melihat kinerja madrasah berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang hasilnya dipakai sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Madrasah (RKM) dan sebagai masukan bagi perencanaan investasi pendidikan

tingkat kabupaten/kota.16

2. Penguatan

Penguatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara perbuatan menguati atau menguatkan. Proses atau cara yang dilakukan untuk memberikan penguatan terhadap sesuatu karena adanya sesuatu

yang dipandang ada kekurangan atau kelemahan.17

3. Manajemen Pendidikan

Manajemen Pendidikan didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya

16 Bpsdmpk-Kemdikbud, Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah Dalam Mengelola

Implementasi Kurikulum – Evaluasi Diri Sekolah”, (Jakarta: Kemdikbud, 2015), 3.


(23)

14

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien,

mandiri, dan akuntabel.18

F. Keaslian Penelitian

Setelah melakukan kajian terhadap beberapa karya ilmiah, peneliti menemukan beberapa penelitian yang mempunyai tema serupa, diantaranya: 1. Jurnal berjudul “Evaluasi Diri Dalam Pengembangan Sekolah

Menyongsong Kurikulum 2013 di SMK DIY”. Oleh Nuchron dan

Nurdjito pada tahun 2013.(Penelitian ini bertujuan: (1) Mengembangkan

model, prosedur, dan instrumen evaluasi diri yang dapat dijadikan indikator yang penting dan relevan untuk mengevaluasi SMK; (2) Mengembangkan instrumen evaluasi diri yang dapat mewadahi atau mencakup komponen dan indikator kinerja SMK dalam peningkatan kinerja secara berkelanjutan; (3) Menguji model evaluasi diri yang dikembangkan, setelah mengetahui kelebihan dan bermanfaat dilakukan desiminasi program ke SMK).

2. Skripsi berjudul “Pengaruh Intensitas Pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah Terhadap Kinerja Guru MTs Negeri Boyalali”. Oleh Trinigsih Fuji Rahayu pada tahun 2011. (Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh dari intensitas pelaksanaan evaluasi diri sekolah terhadap peningkatan kinerja guru MTs Ngawi).

3. Jurnal berjudul “Kendala – kendala Pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)”. Oleh Hendarman pada tahun 2014. (Penelitian ini terkait dengan

18 Husaini Usman,Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,


(24)

15

pelaksanaan evaluasi diri sekolah (EDS) dengan dua tujuan, yaitu: (1) mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan EDS; dan (2) mengidentifikasi solusi alternatif untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

Dari beberapa jurnal dan beberapa skripsi belum ada yang membahas secara sepesifik maupun general tentang penguatan manajemen pendidikan di madrasah melalui Evaluasi Diri Madrasah (EDM). Untuk itu penelitian ini

bisa menjadi complementer (pelengkap) dari penelitian-penilitian terdahulu

yang meneliti tentangberbagai upaya madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Sehingga penelitian tantang Evaluasi Diri Madrasah (EDM) dalam upaya penguatan manajemen pendidikan ini sangat penting untuk dilakukan sebagai tambahan ilmu dan wacana upaya peningkatan mutu

pendidikan di Madrasah.19

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I. Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, keaslian penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II. Bab ini membahas kajian pustaka, yaitu berisi kajian kepustakaan konseptual, penjelasan teori yang berkenaan tentang pengertian program Evaluasi Diri Madrasah (EDM), tujuan dan manfaaat program EDM,


(25)

16

Prinsip Evaluasi Diri Madrasah (EDM) serta sasaran program Evaluasi Diri Madrasah (EDM). Selanjutnya di bahas tentang pengertian manajemen pendidikan, tujuan dan manfaat manajemen pendidikan, dan ruang lingkup manajemen pendidikan. Setelah itu dijelaskan keterkaitan program Evaluasi Diri Madrasah (EMD) dalam upaya penguatan manajemen pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Surabaya 1.

BAB III. Yaitu berisi tentang metode penelitian, pada bab ini membahas secara detail mengenai metode yang digunakan dalam upaya penelitian ini yang terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian, sumber data dan informasi penelitian, cara pengumpulan data, prosedur analisis dan interpretasi data, serta teknik validitas / keabsahan data.

BAB IV. Yaitu berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data yang memaparkan fakta-fakta mengenai masalah yang diangkat dan hasil analisis data dan di uji keabsahan datanya dibandingkan dengan teori. Hasil uraian tersebut tertulis sub bab pembahasan.

BAB V. Sebagai bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan yang tentunya merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dirancang. Disamping itu juga disertakan saran-saran sebagai masukan yang dimunculkan dari hasil penelitian ini.


(26)

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsepsi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) 1. Pengertian Evaluasi Diri Madrasah (EDM)

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran. Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana yakni untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Evaluasi bukanlah sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah

berdasarkan atas tujuan yang jelas1.

Dalam kaitanya dengan dunia pendidikan, di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 57 ayat (1), dikatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelengaraan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya

terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan.2

Berdasarkan isi dari Undang-Undang tentang SISDIKNAS diatas dijelaskan bahwa evaluasi dalam bidang pendidikan adalah dimaksudkan untuk menjamin dan sekaligus meningkatkan mutu pendidikan sebagai

1M. Chabib Thoha,Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 1. 2 H.M.Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Yogyakarta: Bumi Askara,


(27)

18

bentuk tanggung jawab terhadap proses pendidikan yang telah dilakukan. Agar kegiatan evaluasi ini dapat menjamin dan sekaligus meningkatkan mutu pendidikan dalam skala yang lebih besar, maka evaluasi pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh dan maksimal, tidak hanya terkait dengan evaluasi pembelajaran di kelas saja, tapi juga dengan melakukan evaluasi kinerja pendidikan sekolah. Tujuan pokok dari evaluasi kinerja sekolah ini adalah untuk dapat mengetahui secara pasti pencapaian,

kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan

program/kegiatan, selanjutnya dicari upaya perbaikan program/kegiatan di masa yang akan datang. Adapun fungsi dari evaluasi kinerja ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu organiasai dan memberikan masukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Keuntungan dari evaluasi bermanfaat untuk perbaikan perencanaan, strategi, kebijakan; untuk pengambilan keputusan untuk tujuan pengendalian program/kegiatan; untuk perbaikan input, proses, dan output, perbaikan tatanan atau system prosedur. Kinerja suatu instansi dapat dievaluasi dengan mengevaluasi seluruh atau sebagian dari kebijakan, program dan kegiatan-kegiatannya. Dari hasil evaluasi terhadap berbagai kegiatan, program dan kebijakan ini diharapkan dapat menarik kesimpulan mengenai kinerja organisasi instansi secara

keseluruhan3.

3 Akdon,Strategic Management: For Educational Management, (Bandung: Alfabeta, 2011),


(28)

19

Evaluasi internal ini dilakukan oleh warga sekolah/madrasah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa dan tenaga kependidikan) dan

tentu dengan partisipasi dari stakeholder lain untuk memantau proses

pelaksanaan dan untuk mengevaluasi hasil program-program yang telah dilakukan. Evaluasi semacam ini sering disebut sebagai evaluasi diri. Evaluasi diri harus dilakukan dengan jujur dan transparan agar

benar-benar dapat mengungkapkan informasi yang sebenar-benarnya4. Secara

metedologis, evaluasi tersebut dilakukan menggunakan pendekatan expost facto, yaitu mengungkapkan apa saja yang telah terjadi dan dilakukan oleh sekolah/madrasah atau pihak lain yang terkait.

Sedangkan yang dimaksud dengan EDM adalah proses evaluasi diri madrasah yang bersifat internal yang melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk melihat kinerja madrasah berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang hasilnya dipakai sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Madrasah (RKM) dan sebagai masukan bagi perencanaan investasi pendidikan

tingkat kabupaten/kota5. Evaluasi Diri Madrasah ini dilaksanakan oleh

Tim Pengemabang Madrasah (TPM) yang terdiri atas: Kepala Madrasah, wakil unsur guru, wakil komite madrasah, wakil orang tua, dan pengawas. Tim Pengembang Madrasah (TPM) mengumpulkan bukti dan informasi dari berbagai sumber untuk menilai kinerja madrasah berdasarkan

indikator-indikator yang dirumuskan dalam instrumen.

4Rohiat,Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik,(Bandung; Refika Aditama, 2010), 65. 5Bpsdmpk-Kemdikbud,Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah Dalam Mengelola Implementasi Kurikulum- Evaluasi Diri Sekolah.,(Jakarta: Kemdikbud, 2015), 3.


(29)

20

Dengan menggunakan instrumen EDM, madrasah dapat mengukur dampak kinerjanya terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik. Madrasah juga dapat memeriksa hasil dan tindak lanjutnya terhadap perbaikan layanan pembelajaran yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran peserta didik. Kegiatan ini melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan di madrasah untuk memperoleh

infromasi dan pendapat dari seluruh pemangku kepentingan madrasah6.

2. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah. e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009

tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

f. Peraturan lain yang releven dengan implementasi delapan standar nasional pendidikan.

3. Pelaksanaan Evaluasi Diri Madrasah (EDM)

6 Kemendiknas dengan Kemenag, Peningakatan Manajemen Penguatann Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah,23.


(30)

21

Tahapan-tahapan berikut adalah upaya yang dilaksanakan untuk

menunjang keberhasilan pelaksanaan EDS, yakni:7

a. Persiapan

Sebelum proses ini dapat dimulai, dibutuhkan pelatihan EDS secara berkelanjutan. Pelatihan ditujukan untuk mempersiapkan sekolah melaksanakan evaluasi secara transparan, untuk menjamin validitas dan mempergunakan informasi yang dikumpulkan untuk memberikan masukan terhadap perencanaan pengembangan sekolah.

Pelatihan ini dilaksanakan dengan mempergunakan sistem berikut ini:

1) LPMP/BDK dilatih sebagai pelatih bagi pelatih (Trainers of Trainers/ToT).

2) Kepala Seksi Kurikulum, Koordinator Pengawas, beberapa Pengawas dilatih oleh LPMP/BDK.

3) Koordinator Pengawas dan pengawas sekolah terpilih melatih Tim TPS/EDS dalam gugus sekolah.

b. Melaksanakan Proses Evaluasi Diri Sekolah

Setelah pelaksanaan pelatihan, kepala sekolah dengan dukungan pengawas sekolah pembina melaksanakan EDS bersama Tim TPS yang terdiri dari perwakilan guru, komite sekolah, orang tua, Pengawas dan perwakilan lain dari kelompok masyarakat yang memang dipandang layak untuk diikutsertakan.

7 Kemendiknas dengan Kemenag ,Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Panduan Teknis Evaluasi Diri Sekolah ,(Jakarta: Kemendiknas, 2011), 15.


(31)

22

Tim ini akan mempergunakan instrumen yang disediakan untuk menetapkan profil kinerja sekolah berdasarkan indikator pencapaian. Informasi yang didapatkan kemudian dianalisa dan dipergunakan oleh TPS untuk mengidentifikasi kelebihan dan bidang perbaikan yang dibutuhkan, serta merencanakan program tahunan sekolah. Pengawas sekolah pembina harus dilibatkan secara penuh untuk mendukung sekolah dalam proses tersebut, serta dalam mengimplementasikan rencana perbaikan yang dikembangkan berdasarkan hasil dari proses ini.

Keterlibatan pengawas sekolah juga akan mendorong terciptanya transparansi dan keandalan data yang dikumpulkan, serta membantu sekolah untuk melangkah maju dalam program perbaikan berkelanjutan. Pengawas sekolah dan kepala sekolah akan menjadi pemain inti dalam pelibatan pemangku kepentingan untuk mendapatkan gambaran yang realistis mengenai sekolah dalam melakukan perbaikan, dan bukan hanya sekedar mengisi data yang menunjukkan pencapaian standar.

Instrumen EDS didasarkan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang memberikan dua tujuan untuk menyediakan informasi bagi rencana pengembangan sekolah, seiring dengan pemutakhiran sistem manajemen informasi pendidikan nasional. Bidang dan pertanyaan inti yang disediakan dalam instrumen tersebut merefleksikan


(32)

23

aspek yang penting bagi sekolah yang diperlukan untuk merencanakan perbaikan sekolah. Karena itulah maka perlu diantisipasi agar sekolah dapat melakukan proses ini dengan benar dan tidak memandangnya sekedar sebagai kegiatan pengisian formulir. Penting untuk ditekankan disini adalah sekolah harus mendeskripsikan situasi nyata yang ada di sekolah mereka dan kemudian, saat proses ini diulang, mereka harus mampu menunjukkan adanya perbaikan seiring dengan waktu yang berjalan. 4. Manfaat Evaluasi Diri Madrasah (EDM)

Evaluasi Diri Madrasah memberikan kebebasan dan kekuasan yang besar pada madrasah, disertai tanggung jawab yang besar. Maka dari itu kesempatan yang diberikan kepada madrasah dapat memberikan manfaat terhadap madrasah dan lembaga pendidikan lainnya.

Adapun manfaat dari dilaksanakannya Evaluasi Diri Madrasah adalah sebagai berikut:

a. Bagi sekolah/madrasah

1) Sekolah/Madrasah dapat menemukan kelebihan dan

kekurangannya sendiri dan merencanakan pengembangan kedepan.

2) Sekolah/Madrasah dapat memiliki data dasar yang akurat sebagai basis bagi pengembangan dan peningkatan di masa mendatang.


(33)

24

3) Sekolah/Madrasah dapat mengidentifikasi peluang yang tersedia untuk meningkatkan mutu pendidikan, mengkaji apakah inisiatif peningkatan tersebut berjalan dengan baik dan menyesuaiakan program sesaui dengan hasilnya.

4) Sekolah/Madrasah dapat memberikan laporan formal kepada

pemangku kepentingan (stakeholder) demi meningkatkan

akuntabilitas sekolah/madrasah7.

b. Bagi tingkatan lain dalam sistem (Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi):

1) Menyedikan data dan informasi yang penting untuk perencanaan, pembuatan keputusan, dan perencanaan anggaran pendidikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

2) Mengidentifikasi bidang prioritas untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan.

3) Mengidentifikasi jenis dukungan yang dibutuhkan oleh sekolah/madrasah.

4) Mengidetifikasi pelatihan serta kebutuhan program

pengembangan lainnya.

5) Mengidentifikasi keberhasilan sekolah/madrasah berdasarkan berbagai indikator pencapaian sesuai dengan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP)8.

7Kemendiknas dengan Kemenag ,Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Panduan Teknis Evaluasi Diri Sekolah ,(Jakarta: Kemendiknas, 2011), 7.

8Kemendiknas dengan Kemenag ,Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Panduan Teknis Evaluasi Diri Sekolah ,(Jakarta: Kemendiknas, 2011), 8.


(34)

25

5. Tujuan Evaluasi Diri Madrasah (EDM)

Setiap program/kegiatan pendidikan harus memiliki tujuan agar menjadi jelas arah pelaksanaanya. Begitu pula dengan Evaluasi Diri Madrasah (EDM) juga memiliki tujuan yang penting. Tujuan dari pelaksanaan program Evaluasi Diri Madrasah (EDM) adalah sebagai berikut:

a. Menilai pencapaian kinerja mutu pendidikan berdasarkan indikator kunci untuk mengetahui keberhasilan yang dicapai dan mengidentifikasi hal-hal yang membutuhkan perbaikan. Artinya madrasah dapat mengukur tingkat keberhasilannya dan membuat data tentang hal-hal apa yang masih kurang dan membutuhkan perbaikan.

b. Menyusun rencana dan menetapkan prioritas untuk perbaikan dan pengembangan madrasah berdasarkan informasi yang terkumpul. Artinya madrasah harus selalu membuat perencanaan kedepan untuk mengupayakan pengembangan madrasah dan memperbaiki yang sudah berjalan.

c. Menyediakan informasi mengenai pencapaian kinerja madrasah melalui sistem manajemen data tingkat kabupaten atau kota, provinsi,

dan nasional.9

6. Prinsip Evaluasi Diri Madrasah (EDM)

Evaluasi Diri Madrasah (EDM) diharapkan menjadi kegiatan rutin di sekolah yang dilakukan secara terus menerus setiap tahun, untuk mengetahui ketercapaian tahapan pengembangan yang diharapkan. Kegiatan ini sebaiknya dilaksanakan mengacu pada beberapa prinsip, sebagai berikut:

a. Berbasis tujuan


(35)

26

Kegiatan EDM dilaksanakan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, karena hasilnya sangat penting untuk menentukan tujuan rencana pengembangan sekolah yang lebih spesifik dan akurat. b. Beracuan kriteria kegiatan

EDM dilaksanakan mengacu pada kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dikembangkan oleh satuan pendidikan maupun oleh pemerintah dan instansi terkait lainnya.

c. Berasas manfaat kegiatan

EDM dilaksanakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya harus mampu menghasilkan rekomendasi untuk penyusunan dan perbaikan Rencana Kerja Madrasah (RKM).

d. Objektif

Kegiatan EDM dilaksanakan secara jujur dan apa adanya, karena hasilnya digunakan untuk mengetahui, memahami, dan menyadari dengan baik kondisi nyata madrasah baik mutu maupun kondisi lainnya. Hasil Evaluasi Diri Madrasah tersebut merupakan informasi dan fakta yang sangat penting untuk penyusunan rencana pengembangan madrasah, dan dijadikan bahan masukan pemangku

kepentingan10.

10 Bpsdmpk-Kemdikbud, Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah Dalam Mengelola


(36)

27

7. Sasaran Evaluasi Diri Madrasah (EDM)

Yang menjadi sasaran dari pelaksanaan Evaluasi Diri Madrasah (EDM) adalah delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dijabarkan kedalam dua puluh enam komponen. Setiap standar terdiri atas sejumlah komponen yang mengacu pada masing-masing Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai dasar bagi madrasah dalam memperoleh informasi kinerjanya yang bersifat kualitatif.

Standar pendidikan beserta sejumlah komponennya yang dievaluasi melalui Evaluasi Diri Madrasah (EDM) mencakup hal berikut:

a. Standar Isi

Menurut Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 bahwa “Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat

satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik”.11

Komponen yang dievaluasi dalam standar isi melalui Evaluasi Diri Madrasah mencakup:

1) Kurikulum sudah sesuai dan relavan.

2) Sekolah atau madrasah menyediakan kebutuhan pengembangan

pribadi peserta didik12.

b. Standar Proses

11 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan , Pasal 5 12Kemendiknas dengan Kemenag,Peningkatan Manajemen Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah, 29.


(37)

28

Menurut Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 bahwa “Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran dikembangkan oleh BSNP, dan

ditetapkan dengan Peraturan Menteri”.13

Komponen yang dievaluasi dalam standar proses melalui Evaluasi Diri Madrasah mencakup:

1) Silabus sudah sesaui/releven dengan standar nasional.

2) RPP dirancang untuk mencapai pembelajaran efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

3) Sumber belajar dapat diperoleh dengan mudah dan digunakan secara tepat.

4) Pembelajaran dilaksanakan dengan mengunakan metode yang interaktif, inspiratif, menyenagkan, kreatif, menantang dan memotivasi peserta didik.

5) Supervisi dan evaluasi proses pembelajaran dilaksanakan secara

berkala dan berkelanjutan.14

c. Standar Kompetensi Lulusan

Menurut Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 25 bahwa “Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai pendoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dan satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran dan mata kuliah. Kualifikasi kemampuan lulusan

yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan”.15

13Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 14Kemendiknas dengan Kemenag,Peningkatan Manajemen, 29.


(38)

29

Komponen yang dievaluasi dalam standar kompetensi lulusan melalui Evaluasi Diri Madrasah mencakup:

1) Peserta didik dapat mencapai target akademis yang diharapkan. 2) Peserta didik dapat mengembangkan potensi penuh mereka

sebagai anggota masyarakat.16

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 bahwa “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”.

“Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan”.

“Manajemen tenaga kependidikan (guru atau karyawan)

mencakup perencanaan pegawai, pengadaan pegawai,

pembinaan dan pengembangan pegawai, promosi dan mutasi, pemberhentian pegawai, kompensasi, dan yang terakhir penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan

dengan baik dan berkualitas”.17

Komponen yang dievaluasi dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan melaui Evaluasi Diri Madrasah mencakup:

1) Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sudah memadai. 2) Kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan sudah memadai. 3) Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sudah

memadai.18

16Kemendiknas dengan Kemenag,Peningkatan Manajemen, 29.

17Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39. 18Kemendiknas dengan Kemenag,Peningkatan Manajemen,29.


(39)

30

e. Standar Sarana dan Prasarana

Menurut Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 42 bahwa “Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi

dan komunikasi”.19

Komponen yang dievaluasi dalam standar sarana dan prasarana melalui Evaluasi Diri Madrasah mencakup:

1) Sarana sekolah/madrasah sudah memadai.

2) Sarana sekolah/madrasah dalam kondisi terpelihara dan baik.20

f. Standar pengelolaan

Menurut Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 49 bahwa “Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kepada kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efesiensi

dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan”.21

Komponen yang dievaluasi dalam standar pengelolaan melalui Evaluasi Diri Madrasah mencakup:

1) Kinerja pengelolaan sekolah/madrasah berdasarkan kerja tim dan kemitraan yang kuat dengan visi dan misi yang jelas dan diketahui oleh semua pihak.

19Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 42 20Kemendiknas dengan Kemenag,Peningkatan Manajemen, 29.


(40)

31

2) Rencana kerja sekolah/madrasah mencantumkan tujuan yang jelas untuk program peningkatan dan perbaikan berkelanjutan yang tersosialisasikan dengan baik.

3) Rencana pengembangan sekolah/madrasah atau rencana kerja sekolah/madrasah berdampak terhadap peningkatan hasil belajar. 4) Pengumpulan dan penggunaan data dapat dipercaya dan sah. 5) Pemberian dukungan dan kesempatan pengembangan profesi

bagi para pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan dengan baik dan konsisten.

6) Masyarakat berperan serta dalam kehidupan sekolah/madrasah.22

g. Standar Pembiayaan

Menurut Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 62 bahwa “Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara

teratur dan berkelanjutan”.23

Komponen yang dievaluasi dalam standar pembiayaan melalui Evaluasi Diri Madrasah mencakup:

1) Sekolah/madrasah merencanakan keuangan sesuai standar. 2) Sekolah/madrasah berupaya untuk mendapatkan tambahan

dukungan pembiayaan lainnya.

22Kemendiknas dengan Kemenag,Peningkatan Manajemen,30.


(41)

32

3) Sekolah/madrasah menjamin kesetaraan akses.24

h. Standar Penilaian

Menurut Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 63 bahwa “Standar penilaian adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil

belajar peserta didik”.25

Komponen yang dievaluasi dalam standar penilaian melalui Evaluasi Diri Madrasah mencakup:

1) Sistem penilaian disusun untuk menilai peserta didik baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

2) Penilaian berdampak pada proses belajar.

3) Orangtua peserta didik terlibat dalam proses belajar anak

mereka.26

B. Manajemen Pendidikan

1. Pengertian Manajemen Pendidikan

Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan danagere yang berarti melakukan. Kata-kata

itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.

Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata

kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk

orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management

24Kemendiknas dengan Kemenag,Peningkatan Manajemen,30.

25Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 63. 26Kemendiknas dengan Kemenag,Peningkatan Manajemen,30.


(42)

33

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau

pengelolaan.27

Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang batasan manajemen.

Manajemen menurut Parker ialah seni melaksanakan pekerjaan

melalui orang-orang(the art of getting things done through people).28

MenurutPeter, “Management is also tasks, activities, and functions,

irrespective of the labels attached to managing, the elements of planning, organizing, directing, and controlling are assential”29

Manajemen adalah juga tugas, aktivitas dan fungsi. Terlepas dari aturan yang mengikat untuk mengatur unsur-unsur pada perencanaan, pengorganisasian, tujuan dan pengawasan adalah hal-hal yang sangat penting.

James, “Management is a fundamental human activitvity”30

Manajemen adalah aktivitas manusia yang sangat mendasar.

Menurut Siagian: “Manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui

kegiatan orang lain.”31

Menurut Dale, Manajemen merupakan “(1) mengelola orang-orang, (2) pengambilan keputusan, (3) proses pengorganisasian dan memakai

sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan.”32

27 Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Askara,

2009), 5.

28Ibid, 5.

29Peter. P. Schoderbek,Management,(San Diego: Harcourt Broce Javano Vich, 1988), 8.

30 James H.Donnelly. JR, Fundamentals of Management, (Irwin Dorsey: Business Publications,

1981), 1.

3 1Sondang P. Siagian,Filsafat Admnistrasi, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), cet. 20, 5. 32Made Pidarta,Manajemen Pendidikan Indonesia,(Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet.1, 3.


(43)

34

Menurut Terry, Manajemen yaitu: “Mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dahulu dengan mempergunakan kegiatan-kegiatan lain.”33

Menurut Sarwoto secara singkat mengatakan bahwa manajemen adalah persoalan mencapai suatu tujuan-tujuan tertentu dengan suatu

kelompok orang-orang.34

Sedangkan menurut Winardi, Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber-sumber lain.35

Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Sedangkan manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah yang meliputi: perencanaan program sekolah/madrasah, pelaksanakan program

sekolah/madrasah, kepemimpinan kepala sekolah/madrasah,

pengawas/evaluasi, dan sistem informasi sekolah/madrasah.36

Dalam pendidikan manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditemukan sebelumnya.37

Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

33J. Pangkyim,Manajemen Suatu Pengantar,(Jakarta: Gladia Indonesia, 1982), 38. 34Sarwato,Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978), 44. 35Winardi,Asas-asas Manajemen,(Bandung: Penerbit Alumni, 1983), 4.

36Usman,Manajemen, 5.


(44)

35

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif,

efesien mandiri, dan akuntabel.38

Manajemen Pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan. Dalam arti, ia merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efesien. Bisa juga didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan

pendidikan Islam secara efektif dan efesien.39

Selanjutnya, Bush & Coleman mendefinisikan manajemen

pendidikan sebagai berikut, “Educational management is a field of study

and practive concerned with the operation of educational organization”.40

2. Tujuan Dan Manfaat Manajemen Pendidikan Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain:

38 Usman,Manajemen,12.

39 Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah/Madrasah,(Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2010), cet. 1, 4.


(45)

36

a. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, dan Bermakna (PAKEMB),

b. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara,

c. Terpenuhinya salah satu dari lima kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer),

d. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien,

e. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan),

f. Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% masalah mutu disebabkan oleh manajemenya,

g. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel,

h. Meningkatnya citra positif pendidikan.41

Tujuan manajemen pendidikan menurut Nanang Fattah menyitir pendapat Shorde dan Voich tujuan manajemen adalah produktivitas dan kepuasan seperti peningkatan mutu pendidikan, pemenuhan kesempatan kerja pada pembangunan daerah/nasional serta tanggung jawab sosial.


(46)

37

Tujuan tersebut ditentukan berdasarkan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang dan

ancaman.42

3. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

Subtansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagai proses atau disebut juga sebagai fungsi manajemen adalah (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan (motivasi, kepemimpinan, kekuasaan, pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi, negosiasi, manajemen konflik, perubahan organisasi, keterampilan interpesonal, membangun kepercayaan, penilaian kinerja,

dan kepuasan kerja), (4) pengendalian meliputi pemantauan (monitoring),

penilaian, dan pelaporan. Monitoring dan evaluasi sering disingkat ME

atau Monev.43

Fungsi adalah besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu

berubah maka besaran yang lain berubah.44

Dari sudut ilmu sosial yang di maksud dengan fungsi adalah adanya karakteristik tertentu yang membedakan suatu tugas dengan tugas lain, sehingga fungsi suatu pekerjaan akan memberikan warna tersendiri

42 Nanang Fattah,Landasan Manajemen Pendidikan,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet.3.

15.

43 Usman,Manajemen, 15.

44 Tim Penyusun Kamus Pustaka Pembinaan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1993), Cet.4, 245.


(47)

38

terhadapa persyaratan proses penyediaan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.45

Dalam manajemen yang dimaksud dengan fungsi adalah tugas-tugas

tertentu yang harus dilaksanakan sendiri.46

Menurut Made Pidarta fungsi manajemen banyak ragamnya seperti, “merencanakan, mengorganisasikan, menyusun staf, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengontrol, mencatat, dan melaporakan, menyusun anggaran belanja. Kemudian dibuat lebih sederhana terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan, memberi komando,

mengkoordinasi, dan mengontrol”.47

Menurut Hani Handoko fungsi manajemen ada lima, “Fungsi yang

paling pentingplanning, organizing, staffing, leading, dancontrolling.”48

Menurut Winardi bahwa diantara beberapa fungsi dasar manajemen

yang meliputi perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),

Pergerakan(actuating),pengawasan(controlling).49

Dari berbagai pengertian fungsi manajemen diatas dapat ditarik secara garis besarnya bahwa fungsi manajemen pendidikan secara umum sebagai berikut :

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan (planning) adalah memilih dan

menghubung-menghubungkan kenyataan yang dibayangkan serta merumuskan

45Soebagio Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadlzya Jaya, 2000),

12-13.

46Siagian,Filsafat Admnistrasi, 101.

47Pidarta,Manajemen Pendidikan Indonesia, 4.

48Hani Handoko,Manajemen, Edisi II, (Yogyakarta: BPFP, 1989), Cet.2, 23. 49Winardi,Asas-Asas Manajemen, 63.


(48)

39

tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang

diinginkan.50

Planning dapat didefinisikan sebagai “keseluruhan proses pemikiran dan penentu secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa akan datang dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah ditentukan”.51

Perencanaan pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan selama waktu tertentu agar sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan

bermutu yang relevan dengan kebutuhan pembangunan.52

b. Pengorganisasian (Organizing)

Mengorganisasikan adalah proses mengatur mengalokasikan pekerjaan, wewenang, sumber daya diantara anggota organisasi,

sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi.53

Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, hingga mereka dapat bekerja sama secara efisien dan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi

lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.54

50Ibid, 78. 51Ibid, 108.

52Fattah,Landasan Manajemen Pendidikan,50.

53James A.F. Stoner,Manajemen,(Jakarta: Prenhallindo, 1996), 11. 54Winardi,Asas-Asas Manajemen, 217.


(49)

40

Menurut Nanang Fattah pengorganisasian adalah proses membagi kerja kedalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan

tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya.55

Kemudian pengorganisasian pendidikan menurut Soebagio Atmodiwirio ialah “Merupakan usaha mempersatukan sumber-sumber daya pokok dengan cara yang teratur dan mengatur orang dalam pola yang sedemikian rupa, dengan efektif dan efisien hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas guna pencapaian

tujuan yang telah ditentukan.56

c. Penggerakkan (Motivating)

Penggerakkan (Motivating) dapat didefisinikan: “Keseluruhan

proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya

tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis”57

Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang perilaku. Motivasi sangat penting bagi manajer untuk meningkatkan kinerja (Performance) bawahannya karena kinerja tergantung dari motivasi,

kemampuan, dan lingkungannya.58

d. Pengawasan (Control)

55Fattah,Landasan Manajemen Pendidikan,71.

56Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, 100. 57Siagian,Filsafat Admnistrasi,128.


(50)

41

Pengawasan menurut James A. F. Stoner dalam terjemahan Alexender Sindoro: Proses untuk memastikan bahwa aktivitas

sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan.59

Control (pengawasan) dapat diartikan perintah atau pengarahan dan sebenarnya, namun karena diterapkan dalam pengertian

manajemen, control berarti memeriksa kemajuan pelaksanaan

apakah sesuai tidak dengan rencana. Jika prestasinya memenuhi apa yang diperlukan untuk meraih sasaran, yang bersangkutan mesti

mengoreksinya.60

Sedang pengawasan pendidikan dalam hal ini adalah suatu proses pengamatan yang bertujuan mengawasi pelaksanaan suatu program pendidikan. Baik kegiatannya maupun hasilnya sejak permulaan hingga penutup dengan jalan mengumpulkan data-data secara terus menerus. Sehingga diperoleh suatu bahan yang cocok untuk dijadikan dasar bagi proses evaluasi dan perbaikan prioritas,

kelak bilamana diperlukan.61

Secara yuridis, ruang lingkup manajemen pendidik yang dilaksanakan oleh kepala sekolah/madrasah di sekolah/madrasah mengacu pada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Sekolah/Madrasah adalah: (1) rencana program sekolah/madrasah, (2) pelaksanaan program sekolah, (3)

59Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, 12.

60Emest Dale, L.c. Michelon,Metode-metode Managemen Moderen,(Andalas Putra), 10. 61Kamal Muhammad’Isa,Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Fikahati Aneska, 1994), 163


(51)

42

kepemimpinan, (4) pengawasan/evaluasi, dan (5) sistem informasi

manajemen.62

C. Keterkaitan antara Evaluasi Diri Madrasah (EDM) dengan Penguatan Manajemen Pendidikan

Sekolah sebagai institusi pendidikan merupakan tempat proses proses pendidikan. Dalam kegiatanya, sekolah bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, melainkan merupakan suatu tatanan system yang rumit dan saling berkaitan, oleh karenanya sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan, sehingga menghasilkan lulusan berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan bangsa, problem yang dihadapi dunia pendidikan saat ini (termasuk oleh madrasah) antara lain masih

rendahnya mutu pendidikan.63

Peningkatan mutu sekolah/madrasah dapat dilihat dari pengelolaan

manajemen pendidikan, semakin bagus pengelolaan manajemen

pendidikannya maka dengan begitu semakin meningkatkan mutu pendidikan terutama sekolah/madrasah. Peningkatan mutu sekolah/madrasah melalui penguatan manajemen pendidikan merupakan salah satu upaya yang tepat. Karena manajemen pendidikan yang berkualitas akan memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Upaya agar manajemen pendidikan meningkat dan maksimal tidak hanya sekedar perbaikan yang dilakukan oleh satu pihak saja, akan tetapi banyak

62Usman,Manajemen,16.

63Nadlir, “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah: Antara Peluang dan Tantangan”, Attaqwa,


(52)

43

faktor yang perlu dipertimbangkan. Hal ini membutuhkan perhatian dan komitmen bersama, baik pemerintah, masyarakat, guru, maupun pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja dan mutu madrasah terkait pengelolaan manajemen pendidikan secara berlanjut adalah madrasah rutin melaksanakan evaluasi.

Evaluasi yang dimaksud tidak hanya terkait dengan kegiatan belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik, akan tetapi agar evaluasi ini bisa secara nyata dapat meningkatan mutu pendidikan di madrasah maka yang perlu dilakukan adalah kegiatan evaluasi internal atau Evaluasi Diri Madrasah (EDM), yaitu evaluasi yang dilakukan oleh internal madrasah terhadap kinerja pendidikannya sendiri yang telah berlangsung. Karena dengan adanya evaluasi terhadap kinerja madrasah, tentu dapat diketahui secara pasti tentang kesesuaian anatara kondisi dengan tujuan, termasuk adalah kelemahan-kelemahan yang muncul baik dari subtansi program pendidikanya maupun proses implementasinya. Dengan mengetahui kelemahan/kendala inilah sehingga dapat dilakukan suatu tindakan perbaikan, baik dalam bentuk perbaikan program pendidikan maupun perbaikan teknik implementasinya.

Berdasarkan dari hasil Evaluasi Diri Madrasah, madrasah akan mampu membuat Rencana Kerja Madrasah (RKM) yang lebih baik, lebih progresif dan lebih kompetitif. Dan apabila madrasah telah dapat membuat rencana pendidikan yang lebih baik, lebih progresif dan lebih kompetitif serta


(53)

44

diimplementasikan dengan sunguh-sunguh maka itu akan sangat menunjang terhadap peningkatan mutu pendidikan.


(54)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dalam suatu penelitian ilmiah mempunyai kedudukan yang sangat penting karena di dalamnya membicarakan tata kerja dan cara pemecahan secara sistematis yang ditempuh seseorang peneliti.

Metode penelitian di artikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 Ketetapan dalam menggunakan suatu

metode akan dapat menghasilkan data yang tepat pula dan dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah.2

A. Jenis dan Pendekatan penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yaitu

penelitian yang dilakukan untuk menyelesaikan sebuah kasus dengan terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan.

Penelitian ini bersifat deskriptif analistis, yaitu bertujuan untuk

melukiskan dan menganalisis keadaan yang ada khususnya tentang implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) dalam upaya penguatan manajemen pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Surabaya 1 dengan menggunakan fakta-fakta atau data-data yang ada dan menggunakan instrumen Evaluasi Diri Madrasah (EDM) untuk mengetahui tingkat kinerja Madrasah Tsanawiyah Negeri Surabaya 1 dalam dunia.

1Sugiono,Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), 3.


(55)

46

Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dimana data disajikan dalam bentuk kata-kata. Adapun penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik dan penyajian data dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.3

Dan peneliti menggunakan pendekatan fenomenologis sebagai sudut pandang penelitian. Sebagaimana Bogdan mengatakan bahwa untuk dapat memahami suatu makna peristiwa dan interaksi orang, digunakan orientasi teoritis atau perspektif teoritis dengan pendekatan fenomenologis (Phenomenological approach).4 Pemaknaan terhadap data dapat dilakukan

apabila memperoleh kedalaman atas fakta yang diproleh secara menyeluruh dan utuh mengetahui tentang implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM). B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Surabaya 1 di Jalan Medokan Semampir Indah Nomor 91 Sukolilo Surabaya. C. Sumber Data

Sumber data ialah subjek dari mana data itu diperoleh.5

Data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:

3 J.Lexi.Moleong,Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 6. 4 Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research For Education: An Introduction Theory and Methods,(Boston: Aliyn dan Bacon, Inc, 1998), 31.

5 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,(Jakarta: PT.Bima Karya,


(56)

47

1. Data Primer

Data Primer adalah sumber informasi yang mempunyai wewenang

dan tanggung jawab terhadap pengumpulan ataupun penyimpanan data.6

Sumber data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari informan yaitu orang yang berpengaruh dalam proses

perolehan data atau bisa disebut key member yang memegang kunci

sumber data penelitian ini. Adapun sumber data primer yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah para pemangku kepentingan (stakeholder), baik yang berasal dari unsur sekolah seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru maupun yang berasal dari unsur masyarakat (tokoh masyarakat dan wali murid).

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi data-data primer. Adapun sumber data sekunder, penulis jadikan sebagai landasan teori kedua dalam kajian skripsi setelah sumber data primer. Data ini berfungsi sebagai penunjang data primer.

Data sekunder biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, data sekunder yang penulis gunakan adalah data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berkaitan berupa data-data sekolah, hasil-hasil rapat, keputusan pemimpin, surat menyurat, administrasi pembelajaran, registrasi guru, kerja siswa dan berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan seperti buku,

6 Muhammad Ali,Penelitian Kependidikan:Prosedur dan Strategi,(Bandung: Angkasa, 1987),


(57)

48

makalah, karya ilmiah, skripsi dan tesis yang berkaitan dengan penguatan manajemen pendidikan melalui Evaluasi kinerja.

D. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan pengumpul data utama. Dalam hal ini, Sebagaimana dinyatakan oleh Lexy Moleong, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi

pelopor hasil penelitiannya.7

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada dasarnya kehadiran peneliti merupakan faktor penting dalam seluruh kegiatan penelitian kualitatif ini. E. Cara pengumpulan data

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, yaitu:

1. Metode Observasi

Observasi adalah kegiatan pencatatan dan pengamatan yang disengaja dan modelatik tentang keadaan/fenomena sosial dan

gejala-gejala yang muncul pada objek penelitian.8

Observasi sebagai alat pengumpul data dimaksudkan sebagai observasi yang sistematis, bukan observasi yang dilakukan secara kebetulan. Dalam observasi, penulis berusaha mengamati keadaan yang

7J.Lexi.Moleong,Metodelogi,121.


(58)

49

wajar dan yang sebenarnya tanpa ada usaha yang disengaja untuk

mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasinya.9

Dari proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat di

bedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan

non participant observation (observasi tidak berperan serta). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi non participant karena dalam penelitian ini, peneliti tidak terlibat langsung dan hanya berperan sebagai pengamat.

2. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui proses

tanya-jawab antaraInformation HunterdenganInformation Supplyer.10

Dalam wawancara ini penulis akan menggunakan bentuk wawancara berstruktur. Dimana semua pertanyaan akan dirumuskan sebelumnya dengan cermat dalam bentuk daftar tulisan. peneliti bisa menggunakan daftar pertanyaaan tersebut ketika melakukan interview atau mungkin

bisa menghafalnya agar percakapan menjadi lancar dan wajar.11

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada para

pemangku kepentingan (stakholder) di MTs Negeri Surabaya 1.

3. Dokumentasi

9Nasution,Metode Research (Penelitian Ilmiah),(Jakartaa: Bumi Aksara, 2009), 106. 10Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian,232.


(59)

50

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yan bersumber

pada dokumen atau catatan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.12

Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari data-data yang telah di dokumentasikan di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda–benda tertulis seperti arsip-arsip, catatan-catatan, buku–buku, majalah, dokumen, peraturan–peraturan, dan sebagainya yang berhubungan dengan implementasi EDM yang telah dilakukan oleh MTs Negeri Surabaya 1 dan yang berhubungan dengan kinerja pendidikan di MTs Negeri Surabaya 1.

Teknik dokumentasi bertujuan untuk mencari data atau informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan obyek kajian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitin kualitatif.

F. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis cacatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai

temuan bagi orang lain.13

Adapun dalam penelitian ini, penelitri menggunakan teknik analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu tiga tahap analisis data yang dilakukan secara interaktif dan saling berhubungan baik selama

12 Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya,

1983), 132.


(60)

51

ataupun sesudah pengumpulan data, oleh sebab itu dinamakan model

interkatif.14Tiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerdahaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan studi. Data akan disesuaikan dengan kebutuhan yang ditetapkan dalam penelitian ini sesuai dengan fokus penelitian, dengan cara mengadopsi data yang diperlukan dan relavan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan untuk relevansi dan fokus kepada data yang berhubungan penguatan manajemen pendidikan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah deskripsi kumpulan informasi tersusun dalam bentuk teks naratif yang memungkinkan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengorganisasian data untuk menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, diagram atau sejenisnya, sehingga akan memudahkan dalam menuturkan, menuliskan, meyimpulkan dan menginterpretasikan data yang ada.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi (Conclusion Drawing and

Verification).

14 Agus Salim dan Ali Forman,Pengantar dan berfikir Kualitatif dalam Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial,(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 22-23.


(61)

52

Selama penelitian berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetepakan secara terus menerus dilakukan verifikasi hingga benar-benar diperoleh konklusi yang valid dan kokoh serta dapat di pertanggung jawabkan.

Ketiga tahap analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang dinamakan Model Interaktif dapat dijelaskan dalam bagan berikut:

Gambar 1

Analisis data Model Interaktif Oleh Miles dan Huberman

Sumber: A. Michael Huberman dalam Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 22.

G. Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data, maka diperlukan uji keabsahan data.

Uji keabsahan data meliputi uji kredebilitas data (Validitas Internal), Uji

Depenabilitas (reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas

eksternal/generalisasi), dan uji konfirmabilitas (obyektivitas). Uji keabsahan

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data

Verifikasi dan Kesimpulan


(1)

127

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi Evaluasi Diri Madrasah (EDM) di MTs Negeri Surabaya 1 di laksanakan melalui 4 tahap, yaitu pembentukan Tim Pengembang Madrasah (TPM), pengisian Instrumen Evaluasi Diri Madrasah (EDM), presentasi hasil kerja Tim Pengembang Madrasah dan penyimpulan hasil presentasi Tim Pengembang Madrasah.

2. Penguatan manajemen melalui EDM terbukti perumusan visi dan misi madrasah jelas dan terbuka, jelas karena mempertimbangkan situasi, kondisi, dan kebutuhan madrasah serta masyarakat. Terbuka karena dalam penyusunannya melibatkan semua unsur stakeholders. Sedangkan untuk perumusan kerja madrasah dengan adanya penguatan EDM penyusunan RKM memenuhi unsur transparasi, akuntabel, dan memiliki

target jelas karena melibatkan stakeholders. Penguatan dalam

pelaksanaan rencana kerja, dengan adanya penguatan kinerja pendidikan MTs Negeri Surabaya 1 yang mencakup 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) tergolong baik, karena sebagaian besar komponen/indikator dari 8 standar tersebut telah dapat mencapai standar yang ditentukan oleh pemerintah (SNP). Akan tetapi masih ada sebagian komponen/indikator dari masing-masing standar pendidikan yang belum dapat mencapai SNP.


(2)

128

Akan tetapi MTs Negeri Surabaya 1 komitmen untuk meningkatkan kinerjanya salah satunya dengan cara melaksanakan Evaluasi Diri Madrasah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti ingin memberikan beberapa saran yang kami tujukan kepada beberapa pihak yang terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di MTs Negeri Surabaya 1. 1. Kepada Kepala Madrasah MTs Negeri Surabaya 1 agar lebih proaktif

dalam menjalin kerjasama dengan pengawas dalam berbagai macam bentuk demi peningkatan mutu pendidikan di MTs Negeri Surabaya 1, seperti partisipasi dalam memberikan pembinaan dan pelatihan guru. 2. Kepada pihak Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs Negeri

Surabaya 1 diharapkan agar lebih aktif dalam melakukan analisis nilai belajar peserta didik sehingga dapat dilakukan remidi secara terukur bagi mereka yang prestasi belajarnya belum memenuhi KKM serta agar meningkatkan wawasan pengetahuan tentang 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional terkait 8 Standar Nasional Pendidikan tersebut.


(3)

129

DAFTAR PUSTAKA

Admodiwirio, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesi. Jakarta: Ardadlzya Jaya, 2000.

Akdon,Strategic Management: for Educational Management. Bandung: Alfabeta, 2011.

Ali, Muhammad. Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi. Bandung:

Angkasa, 1987.

Arikunto, Suharsimi.Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Bpsdmpk – Kemdikbud. Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah Dalam

Mengelola Implementasi Kurikulum – Evaluasi Diri Sekolah. Jakarta: Kemdikbud, 2015.

Bogdan, Robert C. dan Biklen, Knopp, Sari. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Aliyn dan Bacon, Inc, 1998.

DEPDIKNAS. Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, 2010.

D.L, Stufflebeam and Shinkfield. A.J. Systematic Evaluation. Boston: Kluwer Nijhof, 1985.

Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Cet.3. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000.

Handoko, Hani.Manajemen. Edisi II. Cet.2. Yogyakarta: BPFP, 1989.

JR, Donnelly, H. James. Fundamentals of Management. Irwin Dorsey: Business Publications, 1981.


(4)

130

Kemendiknas dengan Kemenag. Peningkatan Manajemen Melalui Penguatan

Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah. Jakarta, 2011

Kemendiknas. Modul Untuk Pelatih Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah 2010/2011.

Lampiran Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

L.R. Gay. Education Research: Competencies Analysis and Aplication.(3nded) edition. Columbus: Charles E. Merrill Publishing, 1990.

Mardapi, Djemari. Pemantauan – Evaluasi (Pe) LPMP dan PPPG. Laporan

Penelitian Subdit Pengembangan Sarana Diklat Ditbindiklat. Jakarta: Ditjen PMPTK Depdiknas, 2006.

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Askara, 2003.

Mahfud, Choirul.Pendidikan Multi Kultural. Yogyakarta: Pustaka Pleajar, 2006.

Meleong, J. Lexi, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.

Muhajir, Neong.Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Surasih, 1989.

Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan

Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2010.

Muhammad’Isa, Kamal. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Fikahati Aneska, 1994.

Nadlir. “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah: Antara Pelaung dan

Tantangan”, Attaqwa, Vol.4, No. 7 (Januari – Juni), 2005.


(5)

131

Nuchron dan Nurdjito. Evaluasi Diri Dalam Pengembangan Sekolah

Menyongsong Kurikulum 2013. Yogyakarta, 2013.

Pangkyim, J.Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Gladia Indonesia, 1982. Pidarta, Made.Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Rohiat.Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika Aditama, 2010.

Salim, Agus, dan Forman, Ali. Pengantar dan berfikir Kualitatif dalam Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.

Sarwato.Dasar-dasar Organisasi Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978. Schoderbek, P. Peter.Management.SanDiego: Harcourt Broce Javano Vich. 1988.

Siagian, P. Sondang.Filsafat Admnistrasi. Jakarta: Haji Masagung, 1989.

Soenarto, dkk. Program Pendampingan Evaluasi Diri SMK-BI 2007. Jakarta:

Direktorat Pembinaan SMK Depdiknas, 2007.

Stoner. A.F. James.Manajemen. Jakarta: Prenhallindo, 1996.

Surachmad, Winamo.Pengantar Penelitian Ilmiah. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1983.

Sugiono,Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009.

Sukardi, H.M. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta: Bumi Askara, 2011.

Thoha, M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada, 2003.

Tim Penyusun Kamus Pustaka Pembinaan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar


(6)

132

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.3. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Usman, Husaini.Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Askara, 2009.

Wayan dan Sunartana.Evaluasi Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional Surabaya, 1986.