Peningkatan pemahaman materi surah al Lahab menggunakan model Time Token kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Rikza Zeininda, 2017. Peningkatan Pemahaman Materi Surah Al-lahab Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Menggunakan Model Time Token Siswa Kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Uneversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing (1) Drs. H. Munawwir, M.Ag., (2) Drs. Nadlir, M.Pd.I.
Kata Kunci: Pemahaman, Model Time Token
Penelitian ini dari masalah satu siswa ramai dan mempengaruhi siswa yang lainnya kemudian seluruh siswa ikut ramai sehingga pembelajaran kurang kondusif.
Kadang terdapat beberapa siswa yang badmood ketika pembelajaran berlangsung
sehingga mempengaruhi teman yang lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi pemahaman materi pada siswa. Fokus masalah yang yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Peningkatan Pemahaman Materi Surah Lahab Pada Mata Pelajaran
Al-Quran Hadits Menggunakan Model Time Token Siswa kelas IV A MI Bahrul Ulum
Wiyung Surabaya?
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui penerapan Model Time Token
pada materi Surah Al-Lahab mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya, (2) untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi Surah
Al-Lahab dengan menggunakan Model Time Token pada mata plajaran Al-Quran
Hadits kelas IV A MI bahrul Ulum Wyung Surabaya.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) model Kurt Lewin. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan subyek penelitian kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya yang berjumlah 20 siswa. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Data penelitian diperoleh melalui wawancara, observasi, tes, dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah: (1) penerapan Model Time Token pada penelitian ini
telah dilaksanakan dengan baik pada siklus I dan siklus II. Hal ini dibuktikan dengan perolehan observasi aktivitas guru dan siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada hasil observasi aktivitas guru pada siklus I mendapat perolehan sebanyak 70 menjadi 86,36 pada siklus II, sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I mendapat perolehan sebanyak 69,04 menjadi 89,13 pada siklus II. (2) terdapat peningkatan pemahaman siswa pada materi Surah Al-Lahab dengan kategori baik. hal ini terbukti dengan nilai rata-rata kelas pada siklus I 71 dengan prosentase 55% sedangkan nilai rata-rata pada siklus II 85 dengan prosentase 80%. Dari hasil akhir tersebut maka pemahaman siswa terhadap materi Surah Al-Lahab pada mata pelajaran
Al-Quran Hadits menggunakan Model Time Token siswa kelas IV A MI Bahrul Ulum
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN MOTTO ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR DIAGRAM ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR RUMUS ... xvii
BAB I Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tindakan yang Dipilih... 11
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Lingkup Penelitian ... 12
F. Manfaat Penelitian ... 12
G. Definisi Operasional... 13
BAB II Kajian Teori... 16
A. Pemahaman Siswa ... 16
1. Definisi Pemahaman ... 16
2. Indikator Pemahaman... 19
(8)
6. Cara Menumbuhkan untuk Meningkatkan Pemahaman ... 28
B. Model Pembelajaran Time Token ... 33
1. Pengertian Model Time Token ... 33
2. Langkah-langkah Model Time Token ... 35
3. Kelebihan Model Time Token ... 36
4. Kekurangan Model Time Token ... 37
C. Al-Quran dan Hadits Materi Surah Al-Lahab ... 38
1. Definisi Al-Quran... 38
2. Definisi Hadits ... 39
3. Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah ... 40
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran A-Quran Hadits ... 41
5. Tujuan Mata Pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah ... 42
6. Manfaat Pembelajaran Al-Quran Hadits ... 42
7. Surah Al-Lahab ... 43
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 45
A. Metode Penelitian... 45
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 49
C. Variabel yang diteliti ... 50
D. Rencana Tindakan ... 50
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 56
F. Teknik Analisis Data ... 58
G. Indikator Kinerja ... 62
H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Hasil Penelitian ... 64
1. Siklus I ... 64
(9)
B. Pembahasan ... 95
a.
Aktivitas Guru dan Siswa... 95b.
Hasil Rata-rata Nilai Pemahaman Siswa ... 96c. Hasil Prosentase Nilai Penelitian ... 98
d. Hasil Penelitian ... 100
BAB V PENUTUP ... 101
A. Simpulan ... 101
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
KEASLIAN TULISAN ... 106
RIWAYAT HIDUP ... 107
(10)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan tidak luput dari adanya belajar dan pembelajaran.
Pembelajaran terjemahan dari bahasa Inggris “Instruction”, terdiri dari dua
kegiatan utama, yaitu: a) Belajar (Learning) dan b) Mengajar (Teaching),
kemudian disatukan dalam satu aktivitas yaitu kegiatan belajar mengajar
yang selanjutnya populer dengan kata pembelajaran (Instruction).1
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru
atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar.2 Kegiatan
pembelajaran biasanya dilakukan di dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua pelaku yang saling ketergantungan yaitu guru dan siswa. Dapat dikatakan demikian karena jika hanya terdapat guru dan tidak ada siswa maka kegiatan tersebut bukan merupakan pembelajaran. Dan sebaliknya jika hanya ada murid tetapi tidak ada guru juga tidak dapat dikatakan sebagai kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran.3 Kegiatan
pembelajaran dapat terjadi bila siswa mendapatkan ilmu dari apa yang
1 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), 180
2 Ibid, 128
(11)
2
disampaikan oleh guru dan guru menyampaikan ilmu yang di milikinya kepada siswa. Dengan begitu apabila terjadi perubahan terhadap siswa tersebut maka ilmu yang guru sampaikan dapat dikatakan berhasil.
Belajar merupakan konsep dalam mendapatkan pengetahuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti
“Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.4 Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu.5
Belajar merupakan kegiatan manusia yang penting dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak dari lahir sampai di akhir hayat manusia tidak pernah tidak belajar. Kegiatan ini dapat dikatakan sebagai kegiatan untuk mendapatkan ilmu. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan
lingkungan.6
Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah saja melainkan dimana saja dan kapan saja. Bila belajar dapat merubah tingkah laku siswa menjadi yang lebih baik lagi maka belajarnya dapat dikatakan berhasil. Guru bertindak
4 Baharuddin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), 15
5 Ibid, 15
6 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
(12)
sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya.7
Dalam belajar, guru menyampaikan ilmunya atau materi kepada siswa yang disebut juga dengan mengajar. Disini tugas guru sangatlah berat karena guru harus bisa membuat siswanya mengerti, paham, dan menerima apa yang disampaikan oleh guru. Sehingga ilmu yang diberikan kepada siswa dapat bertambah, semakin hari semakin banyak pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Dengan adanya belajar siswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasannya.
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah
yang diorganisasi.8 Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil
yang diperolehnya.9 Dengan begitu hasil dari suatu kegiatan belajar adalah
kegiatan yang terpenting. Bila hasilnya baik maka belajarnya berhasil dan sebaliknya bila hasilnya jelek atau tidak baik maka belajarnya masih perlu ditingkatkan lagi.
Pembelajaran dan belajar memiliki kaitan yang sangat erat dengan pendidikan. Pendidikan merupakan pengetahuan, dan keterampilan yang diturunkan secara turun temurun. Pendidikan bukan hanya terjadi di sekolah
7 Agus Suprijono, Teori Aplikasi, diakses melalui http://history22educatoin.wordpress.com-blog
history education, 10 (kamis, 27 September 2016, 20:50)
8 Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu Pengaruh Terhadap Konsep
Pembelajaran Sekolah Swasta dan negeri, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011), 31
9 Pupuh Fathurrohman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Strategi Mewujudkan Pembelajaran
Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), 6
(13)
4
saja melainkan di mana saja manusia berada. Karena setiap kegiatan manusia menimbulkan pendidikan bagi manusia lainnya.
Pendidikan bisa diartikan sebagai upaya mencerdaskan bangsa, menanamkan nilai-nilai moral dan agama, membina kepribadian, mengajakan pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan
bimbingan, arahan, tuntunan, teladan, disiplin, dll.10
Pendidikan memiliki makna yang luas, bukan hanya sekedar wajib belajar selama sembilan tahun atau hanya ada di bangku sekolah dan perkuliahan saja. Kemudian setelah itu tidak ada pendidikan, maka itu sama sekali tidak benar. Karena manusia dalam kehidupan dan kegiatannya selalu mengarah kepada pendidikan. Pendidikan bagi manusia sangat penting. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan kedalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu
proses pendidikan.11
Proses pendidikan seperti sebuah warisan ilmu karena akan di wariskan ke generasi selanjutnya. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi
10 Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2012), 1
(14)
(cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan
hidup mereka.12
Dalam pendidikan terdapat tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan itu bisa menyangkut kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau
ketiga-tiganya peserta didik, masyarakat, dan pekerjaan sekaligus.13 Adapun
tujuan dari adanya pendidikan yaitu antara siswa, guru, dan masyarakat memiliki keterkaitan antara satu sama lainnya. Karena siswa membutuhkan guru, sekolah membutuhkan guru, masyarakat membutuhkan peserta didik yang nantinya dapat di butuhkan dan di perlukan di masa yang akan datang seperti bekerja di suatu instansi perusahaan, atau di lembaga dan di tempat-tempat yang lainnya.
Pendidikan moral ini dalam Islam berjalan sangat sistematis dan kontinu, yaitu mulai dari lingkungan keluarga sampai ke lingkungan sekolah
dan masyarakat dengan berbagai saluran.14 Pendidikan moral dalam
Madrasah Ibtidaiyah yaitu penerapan shalat lima waktu. Dengan demikian orang tua perlu melihat dan memantau bagaimana perkembangan anak-anaknya di sekolah dan di lingkungan sekitar. Kemudian Madrasah Ibtidaiyah juga perlu melihat dan memantau murid-muridnya dalam
12 Ibid, 2
13 Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, (Bandung: Refika
Aditama, 2012), 2
(15)
6
menjalankan ibadah shalat. Siswa perlu mendapatkan arahan dari orang tua dan guru yang ada di Madrasah Ibtidaiyah bahwa shalat itu sangat penting.
Maka pentingnya pelajaran agama yang berada di Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah Ibtidaiyah terdapat Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Al-Quran dan Hadits yang biasanya disebut juga dengan pelajaran Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran Al-Quran Hadits merupakan bagian yang di bentuk untuk mempersiapkan siswa agar siswa dapat memahami, mengerti dan mengaplikasikan kandungan yang ada di Al-Quran Hadits dalam konteks pendidikan.
Al-Quran Hadits mempelajari materi yang berkaitan dengan surat-surat pendek di dalam Al-Quran dan Hadits Nabi yang di sesuaikan dengan pendidikan anak Madrasah Ibtidaiyah. Sehingga siswa dapat mengetahui, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam mulai dari kecil sampai tutup usia (wafat).
Dengan adanya pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah siswa dapat menghafalkan surah-surah pendek yang terdapat di Al-Quran pada juz 30. Begitu juga dengan Hadits-hadits Nabi, siswa dapat mengenal, menghafal dan mempraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari. Bila dari MI saja siswa sudah di bekali agama yang matang, maka pada saat tumbuh dewasa siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan sesuai dengan syariat Islam. Karena sudah mengetahui mana yang benar dan wajib dilakukan dan mana yang salah dan tidak boleh dilakukan. Al-Quran dan Hadits mengajak
(16)
kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan (wisdom), serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Allah sangat senang apabila umatnya mencari dan mendapatkan ilmu. Bahkan hanya dengan mencari ilmu manusia telah mendapatkan derajat yang tinggi dimata Allah. Begitu mudahnya Allah meninggikan derajat hanya dengan mencari ilmu dan mendapatkan ilmu.
Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum merupakan sekolah yang terletak di Kecamatan Wiyung Kelurahan Lakarsantri Surabaya. MI Bahrul Ulum lebih tepatnya berada di daerah Surabaya bagian barat. Letaknya berada di daerah pemukiman warga membuat lokasi MI Bahrul Ulum kurang strategis. Akan tetapi di depan gang terdapat papan peneranganya sehingga memudahkan dalam pencarian sekolah ini.
MI Bahrul Ulum memiliki dua lantai dan kantor untuk guru dan kepala sekolah. Al-Quran Hadits di MI Bahrul Ulum menetapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70 untuk semester 1 dan 75 untuk semester 2 untuk pembelajaran Al-Quran Hadits. Di MI Bahrul Ulum untuk prosentase nilai kelulusan di tahun ajaran yang lalu mencapai 40%.
MI Bahrul Ulum dalam mata pelajaran Al-Quran Hadits dalam kegiatan belajar mengajarnya kendala yang ditemui oleh guru di kelas
(17)
8
adalah satu siswa ramai dan mempengaruhi siswa yang lainnya kemudian seluruh siswa ikut ramai sehingga pembelajaran kurang kondusif. Kadang
terdapat beberapa siswa yang badmood ketika pembelajaran berlangsung
sehingga mempengaruhi teman yang lainya. Latar belakang yang
mempengaruhi siswa tersebut sehingga badmood dan ramai dikelas adalah
siswa yang kurang kasih sayang orang tuanya, ada juga siswa yang orang tuanya bercerai dan ada siswa yang sebelum berangkat sekolah siswa
tersebut dimarahi oleh orang tuanya sehingga berdampak badmood di
sekolah.
Maka dengan demikian diperlukan adanya model pembelajaran yang cocok sehingga siswa dapat melupakan segala beban dan masalah yang
dihadapi oleh siswa dengan menggunakan Model Time Token. Dengan
begitu siswa dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Pelajaran Al-Quran Hadits membutuhkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa-siswanya aktif di kelas dan dapat memahami materi yang diberikan oleh guru. Banyaknya model pembelajaran, dapat
memudahkan guru dalam proses belajar mengajar, seperti Model Time
(18)
mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi
pembicaraan atau diam sama sekali.16
Dengan begitu siswa yang ramai dapat terkontrol dengan adanya model yang guru gunakan. Akan ada waktu berbicara bukan untuk mengobrol melainkan untuk menjawab soal dari guru dengan menggunakan
kupon berbicara Time Token. Dan apabila kupon berbicara telah habis maka
siswa tidak boleh berbicara karena kuponya telah habis.
Dengan adanya model ini diharapkan siswa dapat ikut aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sehingga pembelajaran menjadi tidak terasa sulit untuk siswa dan siswa dapat paham dengan materi yang
disampaikan oleh guru dengan menggunakan Model Time Token.
Adapun penelitian terdahulu yang peneliti temukan yaitu oleh Siti Nur
Faizah berisi tentang Model pembelajaran Cooperatif Tipe Time Token yang
dikorelasikan dengan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran PAI di
SMPN 1 Gedangan Sidoarjo.17 Kemudian Fitri Rahayu berisi tentang
penerapan Model pembelajaran Cooperatif Tipe Time Token pada hasil
16 Imas Kurniasih, Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Meningkatkan
Profesionalitas Guru, (Malang: Kata Pena, 2015), 107
17 Siti Nur Faizah, Korelasi Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Time Token (TITO) Terhadap
Keaktifan Siswa Pada Bidang Studi PAI di SMPN 1 Gedangan Sidoarjo, Skripsi
Diterbitkan(Surabaya: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2010)
(19)
10
belajar siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadits materi mensyukuri
nikmat Allah pada kelas XI di MA Al-Fatah palembang.18
Perbedaan dari peneliti terdahulu diantaranya adalah perbedaan dalam penerapan model pembelajaran terhadap hasil belajar dan korelasi keaktifan belajar siswa sedangkan yang peneliti gunakan adalah peningkatan pemahaman. Pada mata pelajaranya ada persamaan yaitu sama-sama Model Time Token dan yang lainnya berbeda yaitu mata pelajaran PAI. Sekolah yang di teliti pun berbeda yaitu SMPN dan MA sedangkan sekolah yang peneliti gunakan adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka guru harus mengambil tindakan, yaitu dengan mencari dan menggunakan suatu model pembelajaran yang efektif, inovatif dan berpotensi untuk memahami materi yang telah disampaikan oleh guru. Dengan demikian penulis tertarik
mengangkat permasalahan ini dengan judul “PENINGKATAN
PEMAHAMAN MATERI SURAH AL-LAHAB PADA MATA PELAJARAN AL-QURAN HADITS MENGGUNAKAN MODEL
TIME TOKEN SISWA KELAS IV A MI BAHRUL ULUM WIYUNG
SURABAYA”. Sehingga dengan adanya penelitian ini dapat lebih
memahami materi melalui Model Time Token kelas IV A MI Bahrul Ulum.
18 Fitri Rahayu, Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Time Token Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits materi mensyukuri nikmat Allah kelas XI di MA Al-Fatah Palembang, Skripsi Diterbitkan(Palembang: UIN Raden Fatah, 2016)
(20)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan Model Time Token pada materi Surah Al-Lahab
mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman materi Surah Al-Lahab dengan
menggunakan Model Time Token pada mata pelajaran Al-Quran
Hadits kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya?
C. Tindakan yang di Pilih
Agar kemampuan pemahaman materi dapat meningkat maka peneliti
menggunakan Model Time Token pada mata pelajaran Al-Quran Hadits.
Dengan menggunakan Model Time Token pada pelajaran Al-Quran Hadits
diharapkan siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh peneliti.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan Model Time Token pada materi Surah Al-Lahab
mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya
(21)
12
2. Mengetahui peningkatan pemahaman materi Surah Al-Lahab dengan
menggunakan Model Time Token pada mata pelajaran Al-Quran
Hadits kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya
E. Lingkup Penelitian
Adapun lingkup penelitian dalam masalah ini, peneliti membatasi kemampuan pemahaman siswa. Peneliti ingin siswa dapat memahami materi pada semua mata pelajaran yang disukainya maupun yang tidak di sukainya khususnya pada pelajaran Al-Quran Hadits.
F. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian dan juga dapat menambah pengetahuan dalam melakukan penelitian, serta dapat menambah wawasan tentang kemampuan pemahaman siswa melalui
Model Time Token pada pelajaran Al-Quran Hadits kelas IV A di MI
Bahrul Ulum Wiyung Surabaya. Agar siswa dapat memahami materi pada mata pelajaran Al-Quran Hadits. Sehingga peneliti dapat lebih baik ketika melakukan penelitian kembali karena telah memiliki pengalaman sebelumnya dalam meneliti suatu permasalahan.
(22)
b. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran yang baru untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar. sehingga siswa dapat memahami materi yang diberikan oleh guru.
c. Bagi Siswa
Peneliti diharapkan dapat membuat siswa kelas IV A di MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya mampu memahami materi yang diberikan oleh peneliti sehingga dapat paham dengan apa yang disampaikan oleh peneliti.
G. Definisi Operasional
Penelitian Tindakan Kelas ini berjudul: Peningkatan Pemahaman Materi Surah Al-Lahab Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits menggunakan
Model Time Token siswa kelas IVA MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya.
Adapun dalam penjelasannya sebagai berikut:
Peningkatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dari suatu kegiatan yang kurang memuaskan menuju kegiatan yang memuaskan atau dapat juga dikatakan berhasil.
(23)
14
Pemahaman adalah individu menerima dan memahami informasi
yang diperoleh dari pembelajaran.19
Surah Al-Lahab artinya gejolak api. Surah Al-Lahab termasuk surah yang ke 111. Surah ini termasuk dalam surah makkiyah yang terdiri dari 5 ayat surah ini diturunkan setelah surah Al-Fath. Surah ini berisi tentang cerita Abu Lahab dan istrinya yang diancam masuk neraka. Istrinya sebagai menyebar fitnah. Indikator penilaian materi Surah Al-Lahab adalah mengartikan surah Lahab dan menjelaskan isi kandungan surah Al-Lahab.
Al-Quran Hadits adalah suatu mata pelajaran yang ada di Madrasah Ibtidaiyah dibawah naungan Pendidikan Agama Islam yang pelajarannya hanya meliputi tentang Al-Quran dan Hadits
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materil-materil pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita kaset dan program media komputer,
dan kurikulum (serangkaian studi jangka panjang).20 Model ini digunakan
untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak
19 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), 139
20 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:
(24)
mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.21 Model yang dimaksud
adalah Model Time Token.
21 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
(25)
BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman Siswa
1. Definisi Pemahaman
Pemahaman siswa termasuk dalam model pengajaran yaitu model memproses informasi. Model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi
yang dapat memperbaiki kemampuannya.22 Pentingnya mempelajari
model ini dapat mengetahui seberapa besar kemampuan siswa pada masing-masing individu dalam memproses informasi yang telah di sampaikan oleh guru.
Fase-fase proses pembelajaran yaitu:23
a. Motivasi, merupakan fase awal memulai pembelajaran dengan
adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi intrinstikdan ekstrentik).
b. Pemahaman, dimana individu menerima dan memahami informasi
yang diperoleh dari pembelajaran. pemahaman di dapat melalui perhatian.
22 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), 139
(26)
c. Pemerolehan, yaitu individu memberikan makna atau mempresepsi segala informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimanan dalam memori siswa.
d. Penahanan, adalah menahan informasi atau hasil belajar agar dapat
digunakan untuk jangka panjang (proses mengingat jangka panjang).
e. Ingatan kembali, yakni mengeluarkan kembali informasi yang telah
disimpan, bila ada rangsangan.
f. Generalisasi, ialah menggunakan hasil pembelajaran untuk
keperluan tertentu.
g. Perlakuan, merupakan perwujudan perubahan perilaku
individusebagai hasil pembelajaran.
h. Umpan balik, individu memperoleh feedback dari pelaku yang
telah dilakukannya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman termasuk dalam model pengajaran, yaitu model memproses informasi.
Model pengajaran ini termasuk dalam teori belajar kognitif (Piaget).
Pentingnya pemahaman dalam proses belajar mengajar dapat mengukur hasil belajar. Pemahaman adalah tipe hasil belajar yang paling penting. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang
(27)
18
telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.24
Pemahaman dapat dikatakan sebagai menerima dan memahami terhadap satu informasi yang di peroleh dari guru dengan adanya perhatian siswa kepada guru ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Apabila siswa tidak memperhatikan apa yang di sampaikan oleh guru bisa jadi siswa tidak memahami apa yang di sampaikan oleh guru. Dengan begitu dalam proses belajar mengajar siswa tidak memperoleh pemahaman materi yang harusnya ia dapatkan pada saat belajar mengajar berlangsung.
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.25 Siswa
dapat dikatakan memahami materi apabila siswa dapat menjelaskan kembali dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman dapat dikatakan sebagai menangkap materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat di kembangkan menurut bahasanya.
Perlunya pemahaman dalam kegiatan belajar mengajar untuk mempermudah siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang baru. Dalam Taksonomi Bloom dalam Nana Sudjana, kesanggupan memahami
24 Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), 24
(28)
setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan.26 Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat
memahami, perlu terlebih dulu mengetahui atau mengenal.27 Dengan
demikian proses pemahaman siswa di mulai dari guru mengenalkan materi terlebih dahulu kepada siswa kemudian siswa dapat mengenal dan mengetahui materi yang disampaikan guru.
Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap arti suatu bahan yang telah dipelajari yang terlihat antara lain dalam kemampuan seseorang menafsirkan informasi, meramalkan akibat suatu
peristiwa, dan kemampuan-kemampuan lain yang sejenis.28
Pemahaman dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan proses belajar mengajar yang dapat mengukur hasil belajar seperti menjelaskan dengan kalimatnya sendiri. Pemahaman juga merupakan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat, untuk dapat memahami perlu mengetahui dan mengenal lebih dahulu.
2. Indikator Pemahaman
Pemahaman termasuk dalam proses kognitif. Proses-proses
kognitif yang termasuk dalam kategori memahami yaitu:29
26 Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT Rosdakarya, 2009), 24
27 Ibid, 24
28 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1994), 114
29 Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
(29)
20
a. Menginterprestasikan
Proses ini terjadi pada seorang siswa untuk mampu mengubah sebuah informasi dari satu bentuk penyajian ke bentuk lainnya.
b. Mencontohkan
Proses mencontohkan ini terjadi apabila seorang siswa memberikan suatu contoh khusus mengenai suatu prinsip atau konsep umum.
c. Mengklasifikasikan
Proses klasifikasi terjadi pada saat seorang siswa menyadari bahwa suatu hal (bisa berupa suatu keadaan atau suatu contoh) termasuk kedalam suatu kategori tertentu (suatu konsep atau prinsip tertentu)
d. Merangkum
Proses ini terjadi pada saat seorang siswa mengajukan sebuah pernyataan yang mewakili suatu informasi yang telah disajikan sebelumnya atau pada saat seorang siswa meringkas suatu tema umum.
e. Menduga
Proses menduga merupakan proses menemukan suatu pola dari serangkaian contoh atau kasus.
(30)
Proses membandingkan merupakan proses mendeteksi adanya persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, kejadian, pemikiran, permasalahan, situasi, dan lain-lain.
g. Menjelaskan
Proses menjelaskan ini terjadi pada saat seorang siswa mampu untuk menyusun suatu pemodelan sebab-akibat dari suatu sistem untuk menggunakan pemodelan tersebut.
3. Tingkatan dalam Pemahaman
Terdapat tiga jenis perilaku pemahaman, yaitu:30
a. Pertama, terjemahan suatu pengertian yang berarti bahwa seorang
dapat mengkomunikasikan kedalam bahasa lain, istilah lain atau menjadi bentuk lain.
b. Kedua, merupakan perilaku interpretasi yang melibatkan
komunikasi, sebagai konfigurasi pemahaman ide yang
memungkinkan memerlukan penataan kembali ide-ide kedalam konfigurasi baru kedalam pemikiran individu.
c. Ketiga, perilaku ekstrapolasi mencangkup pemikiran atau prediksi
yang dilandasi oleh pemahaman kecendrungan atau kondisi yang dijelaskan dalam komunikasi.
(31)
22
4. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Faktor Intern:31
1) Faktor Jasmaniah, meliputi:
a) Faktor Kesehatan: dalam kegiatan belajar siswa harus
menjaga kesehatannya agar dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di sekolah.
b) Cacat Tubuh: siswa yang cacat tubuhnya dapat
mempengaruhi belajarnya, dengan begitu siswa ini biasanya belajar di lembaga khusus untuk mempermudah dalam proses belajarnya.
2) Faktor Psikologis, meliputi:
a) Inteligensi: siswa mempunyai kecakapan yang berbeda-beda.
Tidak semua siswa mempunyai kecakapan yang tinggi. Belum tentu siswa yang memiliki kecakapan yang tinggi akan berhasil dalam belajarnya. Karena setiap siswa mempunyai faktor lain dalam belajarnya.
b) Perhatian: dalam perhatian siswa, siswa harus memiliki
perhatian dalam bahan ajarnya (materinya). Apabila siswa
(32)
tidak memperhatikan dalam kegiatan belajar maka siswa akan bosan dan semakin malas untuk belajar.
c) Minat: disini minat sangat berpengaruh dalam belajar.
Apabila siswa sudah tidak minat dalam belajar, maka siswa tidak akan belajar dengan baik dikelas.
d) Bakat: disini bakat sangat berpengaruh dalam belajar.
Apabila bahan ajar (materi) sesuai dengan bakat siswa maka hasil belajarnya akan baik.
e) Motif: disini motif untuk belajar dan memusatkan perhatian
siswa dengan memberikan latihan-latihan yang sesuai dengan bahan ajarnya (materinya).
f) Kematangan: disini belajar sangatlah penting dalam proses
kematangan. Anak yang matang belum berhasil apabila belum belajar. Belajar akan lebih berhasil apabila anak sudah matang.
g) Kesiapan: siswa yang siap dan juga matang dapat
mempengaruhi hasil belajar yang lebih baik.
3) Faktor Kelelahan, meliputi:
a) Kelelahan jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan
(33)
24
b. Faktor Ekstern:32
1) Faktor Keluarga, meliputi:
a) Cara Orang Tua Mendidik: cara orang tua mendidik anaknya
sangat berpengaruh besar terhadap belajar anaknya. Apabila orang tua tidak memperhatikan kebutuhan anaknya, maka hasil yang di dapat tidak memuaskan.
b) Relasi Antar Anggota Keluarga: untuk kelancaran belajar dan
keberhasilan anak dalam pendidikannya, perlu diperkenalkan dengan relasi yang baik dalam hubungan keluarga.
c) Suasana Rumah: agar anak dapat belajar dengan baik
dirumah perlunya suasana rumah yang tenang dan damai.
d) Keadaan Ekonomi Keluarga: keadaan ekonomi berpengaruh
besar terhadap belajar anak. sedangkan kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan keluarga yang memiliki cukup uang. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
e) Pengertian Orang Tua: anak yang belajar perlu pengertian
dari orang tua. Apabila anak sedang sibuk dengan tugas sekolahnya sebaiknya orang tua tidak membebani anak dengan tugas yang ada di rumah
f) Latar Belakang Kebudayaan: latar belakang dalam
kebudayaan dapat berpengaruh dalam belajar. Dengan begitu
(34)
mulai dini anak ditanamkan kebiasaan yang baik agar mendorong anak tersebut untuk belajar.
2) Faktor Sekolah, Meliputi:
a) Metode Mengajar: metode mengajar yang kurang baik dapat
mempengaruhi belajar siswa.
b) Kurikulum: kurikulum yang kurang baik dapat
mempengaruhi belajar siswa.
c) Relasi Guru dengan Siswa: guru yang akrab dengan siswa
dapat mempermudah dalam proses belajar mengajar.
d) Relasi Siswa dengan Siswa: perlunya relasi siswa dengan
siswa di kembangkan dapat memberikan pengaruh yang baik untuk proses belajar siswa.
e) Disiplin Sekolah: disiplin tidak hanya dilakukan oleh siswa
saja melainkan oleh guru juga dapat memberi pengaruh positif untuk belajar siswa.
f) Alat Pelajaran: dengan alat pelajaran yang baik dan lengkap
dapat guru dapat mengajar dengan baik.
g) Waktu Sekolah: waktu sekolah juga dapat mempengaruhi
dalam belajar. Belajar diwaktu yang lelah seperti siang dan sore hari dapat mempengaruhi belajar siswa.
(35)
26
h) Standar Pelajaran di Atas Ukuran: dalam mpenyampaian
materi guru harus melihat kemampuan siswa agar tujuan dapat tercapai.
i) Keadaan Gedung: keadaan gedung harus memadai di setiap
kelasnya agar keberhasilan siswa dapat tercapai.
j) Metode Belajar: cara belajar yang benar dapat meningkatkan
belajar siswa.
k) Tugas Rumah: diharapkan guru untuk tidak memberikan
tugas rumah yang berlebih agar siswa dapat melakukan kegiatan lain selain belajar.
3) Faktor Masyarakat, Meliputi:
a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat: dalam kegiatan di
masyarakat dapat menguntungkan kepribadian dirinya.
b) Mass Media: mass media yang baik dapat mempengaruhi
hasil belajarnya dan sebaliknya mass media yang buruk dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
c) Teman Bergaul: memilih teman bergaul yang baik dapat
mempengaruhi dirinya menjadi baik, dan sebaliknya teman bergaul yang buruk akan mempengaruhi belajarnya juga.
d) Bentuk Kehidupan Masyarakat: kehidupan masyarakat
(36)
Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan:33
a. Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik di sekolah
c. Anak Didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke
sekolah.
d. Kegiatan Pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan
anak didik dengan bahan sebagai perantaranya.
e. Bahan dan Alat Evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat
didalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan.
f. Suasana Evaluasi adalah suasana evaluasi juga mempengaruhi
faktor keberhasilan belajar mengajar.
5. Evaluasi Pemahaman
Dalam proses belajar mengajar guru di tuntut untuk melakukan kegiatan evaluasi. Kegiatan ini berguna untuk mengukur pemahaman siswa terhadapa materi yang disampaikan oleh guru. dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kulikuler, maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dan
(37)
28
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.34
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah Psikomotoris
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan persepleks, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan eksprisif dan
interpretatif.35
6. Cara Menumbuhkan untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
Apabila terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa, maka terdapat pula cara untuk menumbuhkan untuk meningkatkan
34 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Rosdakarya, 2009), 22
(38)
pemahaman siswa. Dengan adanya cara ini diharapkan siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa:
a. Memperbaiki Proses Pengajaran
Pentingnya dalam memperbaiki proses pengajaran yang guru lakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berangsung. Dalam proses pengajaran dapat di perbaiki menjadi lebih baik lagi guna meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar. Di dalam pengajaran terdapat berbagai macam kegiatan belajar
mengajar yang dapat ditingkatkan, seperti indikator
pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media, alat pembelajaran dan penilaian formatif dan sumatif.
Dengan mengadakan penilaian formatif dan sumatif dapat juga memperbaiki proses pengajaran. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan pada setiap akhir satuan pelajaran dan fungsinya untuk memperbaiki proses belajar mengajar atau
memperbaiki program satuan pelajaran.36 Sedangkan penilaian
sumatif adalah penilaian yang dilakukan pada tiap semester (setelah siswa menyelesaikan suatu unit atau bagian dari mata
36 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bnadung: PT Remaja
(39)
30
pelajaran tertentu) dan berfungsi untuk menentukan angka atau
hasil belajar siswa dalam tahap-tahap tertentu.37
b. Adanya Kegiatan Bimbingan Belajar
Kegiatan bimbingan belajar merupakan kegiatan tambahan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan ini agar siswa dapat lebih menguasai materi yang diberikan guru di sekolah dan di pelajari lagi di kegiatan bimbingan belajar. Perlunya kegiatan ini dapat menambah wawasan siswa yang mungkin tidak di dapatkan didalam kelas.
Tujuan dalam bimbingan belajar:38
1) Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi
seorang anak atau kelompok anak.
2) Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuatu dan
menggunakan buku pelajaran.
3) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam
ulangan dan ujian.
4) Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam
bidang studi tertentu.
c. Menumbuhkan Waktu Belajar
37 Ibid, 108
38
(40)
Dalam kegiatan ini, menumbuhkan waktu belajar pada siswa merupakan suatu kegiatan yang sulit dilakukan oleh siswa. Karena siswa di dalam waktunya hanya untuk bermain dan bermain. Waktu yang tersedia dalam belajar atau kesempatan belajar dalam kurikulum sekolah kita biasanya dibatasi oleh
jadwal.39
Waktu belajar siswa sangat menentukan siswa dalam proses belajar siswa. Setiap siswa mempunyai kemampuan sendiri-sendiri dalam belajar. Maka guru tidak boleh menyamakan siswa yang satu dengan yang lain karena setiap siswa berbeda-beda. Dalam 30 menit dua kali sehari selama enam hari lebih baik dan produktif daripada sekali belajar
selama enam jam tanpa henti.40 Dengan demikian belajar
sebentar tetapi siswa paham dan mengerti daripada belajar sampai berjam-jam tapi siswa belum paham dan mengerti akan materi.
d. Penggandaan Umpan Balik (Feedback) dalam Belajar
Bagi seorang siswa umpan balik merupakan
pemberitahukan apakah yang dikerjakannya sudah betul atau
39
Mustaqim, Abdul Wahib, Psikologi pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 115
40 M.Thobroni, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
(41)
32
salah.41 Apabila benar siswa dapat meneruskan pekerjaannya
dan apabila salah maka siswa harus membenarkannya sampai benar. Pentingnya kegiatan ini dalam belajar membuat siswa tidak salah dalam pemahaman yang mereka pahami. Karena guru berulang-ulang memberikan umpan dan siswa merespon umpan tersebut sehingga dapat teringat di pikiran mereka.
Dengan syarat dalam pembelajaran berlangsung siswa terfokus pada apa yang dsampaikan oleh guru. Apabila siswa tidak fokus maka bila guru melakukan umpan dan siswa memberikan umpan balik tetapi hanya pada saat itu juga kemudian siswa terlupa di pikirannya. Maka dari itu pikiran sisiwa fokus siswa harus mengarah ke guru agar umpan balik dapat tertuju dengan benar.
e. Motivasi Belajar
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seorang yang di tandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan.42 Kegiatan belajar mengajar harus
mampu membangkitkan motivasi berprestasi pada peserta
didik.43 Pentingnya dalam kegiatan ini dapat membuat siswa
41 Mustaqim, Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 116
42 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 158
43 Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu Pengaruhnya terhadap
(42)
bersemangat dalam belajar. Siswa yang semangat dalam belajar akan memfokuskan pikirannya dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga siswa dapat memahami materi yang guru sampaikan.
Dengan begitu kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan efisien. Guru hanya dengan memberikan motivasi yang membangun siswa agar semangat dalam belajar dan pentingnya dalam belajar, membuat siswa dapat memahami bahwa pentingnya kegiatan sekolah dan pentingnya ilmu bagi masa depannya.
f. Variasi Belajar
Dengan adanya variasi belajar, dapat mengatasi kebosanan siswadalam proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan lancar. Adapun
komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi, yaitu:44
1) Variasi dalam gaya mengajar guru.
2) Variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran.
3) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
B. Model Pembelajaran Time Token
1. Pengertian Model Time Token
(43)
34
Model yang cocok untuk di gunakan dalam pemahaman materi
adalah Model Time Token. Model ini diperkenalkan oleh Arends pada
tahun 1998.45 Model ini digunakan untuk siswa berbicara dan diam
sesuai dengan petunjuk atau langkah-langkah yang ada pada model ini. Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.46
Dengan menggunakan model ini guru dapat mengatur kapan siswa bisa berbicara dan kapan siswa harus diam. Sangat cocok sekali untuk siswa yang ramai di kelas agar bisa di kondisikan untuk kegiatan belajar dan mengajar. Agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai dengan apa yang di inginkan guru. Agar dapat meahami
materi yang disampaikan oleh guru dengan adanya bantuan Model Time
Token.
Model Time Token menempatkan siswa sebagai subyek bukan
obyek. Dengan kata lain siswa selalu dilibatkan aktif oleh guru dalam proses belajar mengajar. Guru meminta siswa agar mencari solusi terhadap masalah yang muncul. Dengan begitu siswa tetap fokus dengan kegiatan belajar mengajar yang disampaikan oleh guru.
45 Zainal Aqib, Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual(Inovatif), (Bandung:
Yrama Widya, 2013), 33
(44)
2. Langkah-langkah Model Time Token
Langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token adalah
sebagai berikut:47
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi
klasikal seperti konsep yang diterapkan
c. Guru memberi tugas pada siswa
d. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30
detik per kupon pada tiap siswa
e. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu
sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah begiliran dengan siswa lainnya.
f. Bagi siswa yang telah kehabisan kupon, tidak boleh bicara lagi
g. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua
kupon habis
h. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara
i. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap
siswa
47 Imas Kurniasih, Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan
(45)
36
j. Setelah selesai semua, guru membuat kesimpulan bersama-sama
siswa dan setelah itu menutup pelajaran.
3. Kelebihan Model Pembelajaran Time Token
Model Time Token memiliki beberapa kelebihan antara lain:
a. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan
partisipasinya dalam proses pembelajaran
b. Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
c. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran ketika
gilirannya telah tiba
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
e. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya
f. Menumbuhkan kbiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan,
berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
g. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain
h. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi
bersama terhadap permasalahan yang ditemui
i. Tidak memerlukan media pembelajaran.48
48 Miftahul huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
(46)
4. Kekurangan Model pembelajaran Time Token
Akan tetapi ada beberapa kekurangan Time Token yang juga
harus dipertimbangkan, antara lain:
a. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja
b. Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak
c. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses
pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya
d. Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran.49
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Model Time Token
mempunyai banyak kelebihan dan sedikit dalam kekurangan. Di setiap model pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan begitu guru dapat memilih dan memilah mana yang cocok untuk kegiatan belajar mengajar agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan kondusif. Pentingnya guru memilih model pembelajaran untuk mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru.
(47)
38
C. Al-Quran dan Hadits Materi Surah Al-Lahab 1. Definisi Al-Quran
Al-Quran sebagai pedoman hidup umat manusia berisi pokok pokok ajaran yang berguna sebagai tuntutan manusia dalam menjalani
kehidupan.50 Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam. Percaya kepada
kitab Allah termasuk rukun iman yang ke 3 yaitu percaya kepada kitab
kitab Allah. Al-quran berasal dari kata qara’a yaqra’u yang artinya
bacaan. Dengan demikian bahwa Al-Quran merupakan kitab Allah yang wajib dibaca bagi ummat Islam.
Al-Quran tidak hanya dibaca saja melainkan apa yang di tulis di dalam Al-Quran dianjurkan untuk diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari, contohnya tidak boleh mengejek, menghina apalagi mencela orang lain. Maka sebaiknya sikap yang demikan yang wajib kita hindari dan tidak mengamalkannya. Al-Quran merupakan sebuah kitab panduan hidup manusia yang berisikan tentang hukum islam, sejarah Nabi-nabi, akhlak, muamalah kepada manusia dan Allah SWT, dan lain sebagainya. Al-Quran merupakan panduan hidup manusia di dunia dan panduan
hidup yang kekal di akhirat. Fungsi Al-Quran sebagai berikut:51
a. Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia
50 Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Quran, (Surabaya: UIN SA Press,
2013), 10
51 Fitri Rahayu, Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Time Token Terhadap Hasil
belajar siswa Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits materi mensyukuri nikmat Allah kelas XI di MA Al-Fatah Palembang, Skripsi Diterbitkan, (Palembang: UIN Raden Fatah Palembang, 2016), 40
(48)
b. Al-Quran sebagai sumber pokok ajaran manusia
c. Al-Quran sebagai peringatan dan pembelajaran bagi manusia.
2. Definisi Hadits
Kata “Hadits” atau Al-Hadits menurut bahasa, berarti Al-Jadid
(sesuatu yang baru), lawan kata dari Al-Qadim (sesuatu yang lama).52
Ada yang mendefinisikan bahwa hadits, ialah:
هل اوحا هل اعفا ملس هيلع ه يلص يبنلا لاوق
“Segala perkataan Nabi SAW, perbuatan, dan ihwalnya”.53 Ihwal yaitu ketetapan Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Hadits adalah segala perkataan perbuatan dan ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Apapun dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, segala ucapan Nabi Muhammad SAW dan segala yang Nabi Muhammad SAW tetapkan itulah yang dinamakan dengan Hadits. Sedangkan hadits sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Quran mempunyai fungsi antara lain:
a. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat
Al-Quran yang masih bersifat umum
52 Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hadits, (Surabaya: UIN SA Press,
2013), 1
(49)
40
b. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh
Al-Quran sehingga keduannya menjadi sumber sumber hukum untuk satu hal yang sama
c. Menerapkan hukum atau aturan yang tidak di dapati dalam
Al-Quran.54
3. Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah
Al-Quran Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam
arti keduanya merupakan sumber akidah akhlak, Syari’ah / fikih (ibadah
muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut.55
Pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah termasuk pelajaran agama Islam. Pelajaran agama Islam memiliki banyak cabang jika berada di sekolah Madrasah Ibtidaiyyah. Cabangnya meliputi pelajaran Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaaan Islam, Fiqh, Bahasa Arab, dan Al-Quran Hadits.
Al-Quran Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta
mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.56 Dalam isi
materinya menginginkan siswa agar dapat membaca surah-surah
54 Fitri Rahayu, Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Time Token Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Materi Mensyukuri Nikmat Allah Kelas XI di MA Al-Fatah Palembang, Skripsi Diterbitkan, (Palembang: UIN Raden Fatah, 2016), 41
55 Lampiran Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia Nomer 165 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, 37
(50)
Quran dan dapat menghafalnya dengan fasih dan benar. Biasanya materinya mengenai surah-surah pendek yang berada di juz 30. Siswa di maksudkan untuk menghafal, mengetahui arti dari kandungan surah tersebut dan dapat mengetahui hikmah di balik surah tersebut.
Untuk Hadistnya siswa dimaksudkan untuk mengenal berbagai macam hadist Nabi, dan menghafal hadist dan artinya. Dengan begitu siswa dapat mengetahui mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Mengetahui arti Hadits bermanfaat untuk dapat mengamalkan di kehidupan sehari-hari. Mulai dini sudah mengamalkan amalan yang baik apalagi jika siswa tersebut sudah dewasa, dapat digunakan sebagai bekal untuk masa depannya.
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Quran Hadits
Adapun ruang lingkup pada mata pelajaran Al-Quran Hadits,
meliputi: 57
a. Pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Quran yang benar
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
b. Hafalan surah-surah pendek dalam Al-Quran dan pemahaman
sederhana tentang arti dan makna kandungannya, serta pengalamannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
57 Ibid, 43
(51)
42
c. Pemahaman dan pengalaman melalui keteladanan dan
pembiasaan mengenai hadits-hadits yang berkaitan dengan keutamaan membaca Al-Quran, kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, taqwa, keutamaan memberi, menyayangi anak yatim.
5. Tujuan Mata Pelajaran Al-Quran Hadist di Madrasah Ibtidaiyah Mata pelajaran Al-Quran Hadits pada Madrasah Ibtidaiyah
bertujuan:58
a. Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam
membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca Al-Quran dan Hadits;
b. Memberikan pengertian, memahaman, penghayatan isi
kandungan ayat-ayat Al-Quran Hadits melalui keteladanan dan pembiasaan;
c. Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan
berpedoman pada isi kandungan ayat Al-Quran dan Hadits.
6. Manfaat Pembelajaran Al-Quran Hadits
Manfaat pembelajaran Al-Quran Hadits adalah agar peserta didik dapat membaca Al-Quran Hadits dengan benar, serta
58 Lampiran Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia Nomer 165 Tahun 2014 Tentang
(52)
mempelajarinya, memahaminya, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.59
Diharapkan manfaat ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk pedoman dalam kehidupannya.
7. Surah Al-Lahab
a. Lafal Surah Al-Lahab
مْيحَرلا نمْحَرلا ه مْسب
( َبتَ ب ل ْيب آ ي ْتَبت
1
)
هلام هْنع ىنْغ م
’
( بسك ام
2
)
( ب ل ا اران يلْصيس
3
)
هت رْما
ط( بطحْلا ل اَمح
4
)
اه ْيج ْيف
( سَم ْنِم لْبح
5
)
b. Terjemah Surah Al-Lahab
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
1) Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!
2) Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan
59 Fitri Rahayu, Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Time Token Terhadap Hasil
Belajar Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits materi mensyukuri nikmat Allah kelas XI di MA Al-Fatah Palembang, (Palembang:Eprints.radenpatah.ac.id, 2016), 43
(53)
44
3) Kelak dia akan masuk kedalam api yang bergejolak (neraka)
4) Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar
fitnah)
5) Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.
c. Isi Kandungan Surah Al-Lahab
1) Surah Al-Lahab adalah surah yang ke 111, terdiri dari 5 ayat dan
termasuk surah makiyah, nama Al-Lahab diambil dari ayat ke-3 yang berarti gejolak api. Surah Lahab turun setelah surah Al-Fath
2) Abu Lahab memusuhi Nabi Muhammad SAW karena Nabi
Muhammad menerima perintah untuk mendakwahkan agama Islam
3) Meskipun dimusuhi dan dihalang-halangi dengan berbagai cara,
namun Nabi Muhammad SAW tetap menlanjutkan dakwah islam.
4) Surah Al-Lahab memberikan ancaman kepada Abu Lahab dan
istrinya karena menentang dakwah Nabi Muhammad SAW meskipun harta benda Abu Lahab sangat banyak, tetapi semua itu tidak akan dapat menyelamatkanya dari siksa Allah SWT
(54)
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian
Dalam metodologi penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang biasanya disingkat menjadi PTK. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian
yang diterangkan.60
1. Penelitian – menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan – menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa
3. Kelas – dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
(55)
46
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) Tindakan, (3) Kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama.61 Tindakan kelas ini biasanya diarahkan
oleh guru dan dilakukan oleh siswa. Pentingnya melakukan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah agar guru dapat mengukur keberhasilanya dengan hasil belajar siswa. Masalah yang ada di dalam kelas, dapat di perbaiki dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas agar masalah tersebut tidak berlarut-larut. Dengan begitu masalah cepat terselesaikan dengan baik dan mudah.
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai
model Action Search, terutama Classroom action research.62 Konsep pokok
Action Search terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (Planning),
tindakan (Acting), observasi (Observing), dan refleksi (Reflecting).63
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai
berikut:64
61 Ibid, 3
62 Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan kelas(PTK), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 39
63 Ibid, 39
(56)
Gambar 3.1
Siklus PTK Model Kurt Lewin
Penelitian ini menggunakan model Kurt Lewin, dengan alasan
menggunakan model ini karena apabila pada siklus I tidak berhasil maka akan dilakukan siklus II. Awal mulanya peneliti menanyakan masalah yang terjadi di dalam kelas. Setelah itu peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilakukan oleh peneliti. Melihat hasil yang belum maksimal pada siklus I, maka peneliti akan melanjutkan melakukan siklus II dengan memperbaiki Rencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
tetap menggunakan Model Time Token.
Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti, sedangkan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencaan yang
? Refleksi Refleksi
Pelaksanaan SIKLUS II
Pengamatan Perencanaan Pengamatan Perencanaan
Pelaksanaan SIKLUS I
(57)
48
telah disusun oleh peneliti. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumplkan informasi tentang berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan dan refleksi adalah kegiatan analisi tentang hasil observasi hingga memunculkan
program atau perencanaan baru.65
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian bersiklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: Perencanan, Tindakan,
Observasi, dan Refleksi.66
a. Perencanaan (Planning). Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang
apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
b. Tindakan (Acting). Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah
pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
c. Pengamatan (observing). Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang
dilakukan oleh pengamat.
d. Refleksi (Reflecting). Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk
mengemukaan kembali apa yang sudah dilakukan.67
65 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 50
66 Medi Yanto, Jadi Guru yang Jago Penelitian Tinakan Kelas, (Yogyakarta: CV Andi Offset,
2013), 40
(58)
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum wuyung. Terletak di Jln. Wiyung 2 masjid / 10 Kecamatan Wiyung Kelurahan Lakarsantri. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas IV A dengan mata pelajaran Al-Quran Hadits materi surah Al-Lahab.
2. Katakteristik Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV A Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum wiyung dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki.
Adapun lingkungan fisik dan sosial di MI Bahrul Ulum adalah menengah kebawah. Dalam kemampuan akademik siswa di MI Bahrul Ulum cukup baik. Untuk latar belakang ekonominya wali murid kebanyakan lulusan Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas (SMA) yang sebagian besar bekerja sebagai buruh pabrik dan pegawai swasta. Siswa di kelas IV A ini cenderung aktif dan ramai dalam proses belajar mengajar berlangsung. Sehingga mengganggu
teman-teman lainnya yang mendengarkan guru menerangkan materi.68
68 Data diperoleh melalui wawancara langsung dengan guru pelajaran Al-Quran Hadits di MI
(59)
50
C. Variabel yang Diselidiki
Variabel dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah tentang Peningkatan Pemahaman Materi Surah Al-Lahab Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya. Adapun variabel dalam penelitian ini, untuk yang dijadikan objek dalam mengatasi permasalahn ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Input : Siswa Kelas IV A MI Bahrul Ulum
Wiyung Surabaya
2. Variabel Proses : Menggunakan Model Time Token
3. Variabel output : Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran
Al-Quran Hadits Materi Surah Al-Lahab
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Peneliti memilih 2 siklus karena bila pada awal penelitian mengalami kegagalan, maka peneliti dapat memperbaikinya pada siklus selanjutnya. Apabila pada siklus selanjutnya masih gagal maka akan terus melakuknya sampai penelitian ini dapat dikatakan berhasil.
Sebelum peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti melakukan beberapa hal seperti: (1) Menemukan Masalah, (2) Mengidentifikasi Masalah, (3) Menemukan Batasan Masalah, (4) Menduga Faktor Terjadinya Masalah, (5) Merumuskan Hipotesis Tindakan, (6)
(60)
Menentukan Hipotesis Tindakan. Adapun tahapan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Siklus I
1. Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti melakukan wawancara kepada guru yang bersangkutan untuk diwawancarai dan menemukan masalah yang ada di dalam kelas. Kemudian peneliti mengidentifikasi masalah yang ada di dalam kelas tersebut, kemudian peneliti menemukan batasan masalah, kemudian peneliti menduga faktor terjadinya masalah yang ada didalam kelas tersebut, kemudian peneliti merumuskan hipotesis tindakan, kemudian peneliti menentukan hipotesis tindakan.
Setelah itu peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan menggunakan model yang dianggap ampuh untuk menyelesaikan masalah Penelitian Tindakan Kelas ini. Adapun model yang dianggap ampuh oleh peneliti adalah menggunakan Model Time Token. Materi yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatan penelitian ini adalah Surah Al-Lahab pada mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas IV A.
2. Tindakan
Dalam tahap ini peneliti membahas tentang surah Al-Lahab pada mata pelajaran Al-Quran Hadits dengan menggunakan Model
(61)
52
Time Token. Indikator yang dicapai pada materi ini adalah mengartikan Surah Al-Lahab dan menjelaskan isi kandungan Surah Al-Lahab. Pada tahap ini peneliti menjadi guru dan guru mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas IV A menjadi observer.
Peneliti melakukan proses penelitian yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuatnya. Pada tahap ini peneliti menjadi guru mata pelajaran Al-Quran Hadits sedangkan guru mata pelajaran Al-Quran Hadits bertugas sebagai observer. Peneliti melakukan langkah-langkah yang terdapat pada
Model Time Token yaitu kupon berwaktu.
Peneliti menggunakan Model Time Token pada saat
pembelajaran berlangsung. Mula-mula peneliti meminta untuk melakukan diskusi kelompok. Kemudian peneliti membagikan beberapa kupon pada setiap anak. Peneliti memberikan pertanyaan kemudian siswa menjawab dengan menukar kupon yang mereka miliki. Bagi yang telah habis kuponnya maka siswa tersebut harus diam untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk menjawab. Kemudian guru memberikan tes tulis untuk mengukur pemahaman mereka.
(62)
3. Observasi
Dalam tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi. Yang bertindak sebagai observer adalah guru mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas IV A. Guru mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas IV A menjadi observer dalam penelitian di siklus I. Kegiatan observasi dilakukan pada saat peneliti melakukan kegiatan belajar mengajar pada siklus I dan siklus II. Peneliti juga melakukan observasi kepada siswa-siswi di kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya dengan mengamati setiap siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh peneliti dan juga memberikan lembar kerja pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Hasil dari observasi ini dicacat di lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti.
4. Refleksi
Dalam tahap ini peneliti bersama guru mata pelajaran Al-Quran Hadits melakukan identifikasi terhadap hasil yang telah peneliti lakukan pada saat penelitian di siklus I. Terdiri dari kelebihan yang perlu dipertahankan dan kekurangan yang perlu diperbaiki. Hasil dari identifikasi tersebut dapat digunakan acuan sebagai dalam perencanaan penelitian selanjutnya. Apabila penelitian yang dilakukan peneliti gagal maka perlu mengadakan penelitian selanjutanya. Dan sebaliknya
(63)
54
apabila penelitian ini berhasil maka selesai sudah kegiatan Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini.
Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan di siklus II peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan refleksi pada siklus I. Peneliti mengembangkan kegiatan proses belajar mengajar agar siswa dapat memahami materi yang di berikan oleh peneliti.
2. Tindakan
Pada tahap pelaksanaan di siklus II peneliti membahas surah Al-Lahab pada mata pelajaran Al-Quran Hadits dengan menggunakan
Model Time Token yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada siklus I. Adapun perbedaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus I dan siklus II terletak pada kegiatan awal dan kegiatan inti.
Pada siklus I peneliti belum maksimal dalam membuka pelajaran dan mengkondisikan siswa di kelas, sedangkan pada siklus II
peneliti sudah maksimal dalam membuka pelajaran dan
mengkondisikan siswa di kelas dengan menggunakan ice breaking.
(64)
berupa peta konsep yang dibuat oleh peneliti sebagai bahan ajar dalam pembelajaran pada siklus II. Peta konsep di dilakukan pada saat penyampaian materi surah Al-Lahab guna mempermudah dalam pemahaman siswa.
3. Observasi
Pada tahap observasi di siklus II peneliti tetap menjadi guru mata pelajaran Al-Quran Hadits dan guru mata pelajaran Al-Quran Hadits tetap bertindak sebagai observer. peneliti mengamati pemahaman siswa dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II. Peneliti juga mengamati siswa dalam mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh peneliti.
4. Refleksi
Pada tahap refleksi di siklus II peneliti bersama guru mata pelajaran Al-Quran Hadits melakukan identifikasi dan membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Al-Quran Hadits materi
Surah Al-Lahab dengan menggunakan Model Time Token dalam
meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadits setelah melaksanakan rangkaian kegiatan mulai dari siklus I sampai dengan siklus II.
(65)
56
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti menggunakan teknik dalam pengumpulan data Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.69
Instrumen yang digunakan dalam observasi ini ada dua, yaitu instrumen observasi siswa didalam kelas dan observasi guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Instrumen observasi berupa Check List. Observasi dilakukan pada siklus I dan siklus II untuk memperoleh data tentang kegiatan siswa selama proses pembelajaran di kelas dan kegiatan guru dalam penerapan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Time Token.
2. Wawancara
Pengumpulan data dengan wawancara adalah cara atau teknik
untuk mendapatkan informasi atau data dari Interviewee atau
responden dengan wawancara secara langsung Face to face, antara
interviewer dengan interviewee.70 Peneliti melakukan wawancara
69 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 86
(66)
untuk mendapatkan data mengenai permasalahan yang muncul pada mata pelajaran Al-Quran Hadits siswa kelas IV A di MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya pada guru mata pelajaran tersebut.
Tabel 3.1
Format Wawancara Guru
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah permasalahan yang dapat anda temukan pada pelajaran Al-Quran Hadits di kelas IV A MI Bahrul Ulum?
2. Apakah faktor yang menyebabkan
terjadinya permasalahan tersebut?
3. Apakah anda menggunakan metode/
media/ model pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung?
4. Apakah anda memberikan motivasi
kepada siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas IV A di MI Bahrul Ulum?
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah cara mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-catatan, transkip,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan yang
lainnya.71 Dalam penelitian ini bukti data yang dikumpulkan oleh
peneliti adalah data jumlah siswa kelas IV A, profil sekolah. data ini
(1)
dibuktikan dengan nilai rata-rata dan nilai ketuntasan siswa yang meningkat pada siklus I dan siklus II. Hasil prosentase nilai rata-rata pemahaman materi Surah Al-Lahab pada siklus I mendapat perolehan sebanyak 55% menjadi 80% pada siklus II. Sedangkan hasil rata-rata nilai pemahaman materi Surah Al-Lahab pada siklus I mendapat perolehan sebanyak 71 menjadi 85 pada siklus II.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut:
1. Diharapkan Model Time Token dapat dijadikan alternative dalam
kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Al-Quran Hadits karena dengan penerapan model ini dapat mengkontrol kegiatan siswa menjadi kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif.
2. Sebaiknya dalam penggunaan Model pembelajaran agar dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang efektif sehingga siswa dapat melupakan segala masalahanya di rumah untuk berkonsentrasi pada materi yang diberikan guru.
3. Diharapkan kepada seluruh guru terumata guru mata pelajaran
Al-Quran Hadits untuk lebih memperhatikan dan memberikan variasi kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan pemahaman siswa.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu
Pengaruh Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya
Ahmadi, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran
Konstektual(Inovatif). Bandung: Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Ahmadi, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Agus, Suprijono. http://History22education.wordpress.com-blog history education diakses pada tanggal 27 September 2016
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Ali, Hamzah. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Pers
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Djamarah, Syaiful Bahri. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Faizah, Siti Nur. 2010. Korelasi Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Time
Token (TITO) Terhadap Keaktifan Siswa Pada Bidang Studi PAI di SMPN 1 Gedangan Sidoarjo. Surabaya: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fathurrohman, Pupuh, dkk. 2007. Strategi Belajar MengajarStrategi Mewujudkan
pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Hamalik Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta Tim
Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum dan
(3)
Jihad, Asep, Haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo
Kurniasih, Imas, Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran
Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Malang: Kata Pena
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2014. Taksonomi Kognitif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Lampiran Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia Nomer 165 tahun 2014
Tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan
Bahasa Arab Pada Madrasah
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Masyhuri, dkk. 2008. MetodologiPenelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif.
Bandung: PT Refika Aditama
Mustaqim, Abdul Wahib. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo
Ngalim Purwanto. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Purwanto, M Ngalim. 1994. Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profasionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Rahayu Fitri. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Time Token
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Materi Mensyukuri Nikmat Allah Kelas IX di MA Al-Fatah Palembang. Palembang: UIN Raden Fatah
Sukmadinata, Nana Syaodih, dkk. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.
Bandung: Refika Aditama
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Proses hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT
Rosdakarya
Somadayo, Samsu. 2013. PenelitianTindakan Kelas(PTK). Yogyakarta: Graha
(4)
Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana
Media
Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Thobroni, M. 2016. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya. 2013. Studi Al-Quran.
Surabaya: UIN SA Press
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya. 2013. Studi Hadits. Surabaya:
UIN SA Press
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Uno,Hamzah B. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Usman, Moh. Uzer. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Yanto, Medi. 2013. Jadi Guru yang Jago Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
(5)
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rikza Zeininda
NIM : D77213094
Jurusan : Pendidikan Islam (PI)
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa PTK yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil kerja saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa PTK ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Surabaya, 25 April 2017 Yang Membuat Pernyataan
(6)
RIWAYAT HIDUP
Rikza Zeininda dilahirkan di Surabaya, pada tanggal 28 Maret 1993. Anak
pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Khudlori Zein, SE dan Ibu Tri Ida Wahyuni. Saat ini penulis bertempat tinggal di Babatan Indah A2-35 Wiyung Surabaya.
Setelah menempuh pendidikan formal di SDN Babatan IV 459 lulus pada tahun 2005, SMP Khadijah lulus pada tahun 2008, dan Pondok Modern darussalam Gontor Putri 1 lulus pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Pada akhir masa pendidikan di PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya, penulis mengerjakan skripsi dengan judul Peningkatan Pemahaman Materi Surah
Al-Lahab Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Menggunakan Model Time Token
Siswa Kelas IV A MI Bahrul Ulum Wiyung Surabaya.
Data Pribadi Penulis :
Nama : Rikza Zeininda
Alamat : Babatan Indah A2-35 Wiyung Surabaya
Hp/WA : 0858-0827-7085
Facebook/IG : rikzazeininda / @rikzazeininda