Peningkatan pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran IPS melalui strategi Concept Sentence siswa kelas III MI Bahrul Ulum.

(1)

“PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI JENIS-JENIS PEKERJAAN MATA PELAJARAN IPS MELALUI

STRATEGI CONCEPT SENTENCE SISWA KELAS III

MI BAHRUL ULUM SIDOARJO”

SKRIPSI Oleh:

Fitri Chusnul Chumairoh NIM. D77213068

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA APRIL 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Fitri Chusnul Chumairoh, 2017. Peningkatan Pemahaman Materi Jenis-Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran IPS Melalui Strategi Concept Sentence Siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo. Skripsi Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, Pembimbing 1 Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusydiyah, M.Ag, dan Pembimbing 2 Dr. Jauharoti Alfin, M.Si.

Kata Kunci: Pemahaman, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Strategi Concept Sentence, Jenis-Jenis Pekerjaan.

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya pemahaman siswa kelas III pada mata pelajaran IPS di MI Bahrul Ulum Sidoarjo. Hal ini dibuktikan dari hasil tes pra siklus dari 26 siswa kelas III-B yang hanya 10 siswa saja yang tuntas dalam tes. Hal ini disebabkan oleh penyampaian materi pelajaran yang kurang menarik dan penggunaan strategi teacher centered. Solusi mengatasi masalah ini adalah menerapkan strategi Concept Sentence.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) Untuk mengetahui penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo, 2) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik pada materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kurt Lewin. Subjek penelitian 26 siswa kelas III-B MI Bahrul Ulum Sidoarjo tahun ajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes, dokumentasi, observasi, dan wawancara. Dokumentasi berasal dari nilai UTS siswa kelas III.

Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Hal ini terbukti bahwa pada siklus I, skor aktifitas siswa adalah 63 dengan prosentase 75%. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 80 dengan prosentase 90,9%. Sedangkan pada siklus I skor aktifitas guru adalah 62 dengan prosentase 73,80%. Sedangkan pada siklus II skor meningkat menjadi 79 dengan prosentase 89,77%. 2) Peningkatan pemahaman peserta didik pada materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence meningkat. Hal ini dapat dibuktikan ketika siklus I rata-rata nilai siswa adalah 73,57 dengan prosentase 65,38%. Sedangkan pada siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 87,00 dengan prosentase 88,46%.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL -

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN MOTTO iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI vi

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI vii

ABSTRAK viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR DIAGRAM xviii

DAFTAR LAMPIRAN xix


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Ruang Lingkup Penelitian 5

E. Manfaat Penelitian 6

F. Definisi Operasional 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemahaman 9

1. Pengertian Pemahaman 9

2. Indikator Pemahaman 16

3. Kata Kerja Operasional Pemahaman 18

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan 19

B. Stategi Pembelajaran Concept Sentence 22

1. Pengertian Stategi Pembelajaran Concept Sentence 22 2. Kelebihan Stategi Pembelajaran Concept Sentence 22 3. Kelemahan Stategi Pembelajaran Concept Sentence 23 4. Langkah-langkah Penerapan Stategi Pembelajaran


(9)

C. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 24

2. Materi Jenis-Jenis Pekerjaan 36

D. Peningkatan Pemahaman Materi Jenis-Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran IPS Melalui Stategi Pembelajaran Concept Sentence

Siswa Kelas III 38

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TIDAKAN KELAS

A.Metode Penelitian 40

B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian 43

1. Setting Penelitian 43

2. Subjek Penelitian 44

C.Variabel Penelitian 44

1. Variabel Input 44

2. Variabel Proses 44

3. Variabel Output 45

D.Rencana Tindakan 45

1. Pra Siklus 45

2. Siklus I 46

3. Siklus II 49

E. Data dan Cara Pengumpulannya 52

1. Sumber Data 52

2. Teknik Pengumpulan Data 53


(10)

F. Analisis Data 57

1. Analisis Data Observasi Guru 58

2. Analisis Data Observasi Peserta Didik 59

3. Analisis Data Keberhasilan Peserta Didik 60

G.Indikator Kinerja 61

H.Tim Peneliti dan Tugasnya 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian 63

1. Hasil Penelitian Penggunaan Strategi Pembelajaran

Concept Sentence Pada Materi Jenis-Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

di Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo 64

2. Hasil Penelitian Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Jenis–Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas III MI Bahrul Ulum

Sidoarjo dengan Menggunakan Strategi Concept Sentence 92

B.Pembahasan 96

1. Penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence

Pada Materi Jenis-Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Kelas III

MI Bahrul Ulum Sidoarjo 96

2. Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Jenis–Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas III

MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan Menggunakan


(11)

BAB V PENUTUP

A.Simpulan 105

B. Saran 106

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kata-Kata Kerja Operasional Ranah Kompetensi Kognitif ... 18

2.2 Standar Kompetensi IPS Kelas III Semester I ... 36

2.3 Standar Kompetensi IPS Kelas III Semester II ... 36

4.1 Daftar Nilai Hasil Tes Tulis Siswa Siklus I ... 73


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(14)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Prosentase Hasil Observasi Aktifitas Guru dan Siswa ... 99 4.2 Peningkatan Prosentase Ketuntasan Pemahaman Siswa ... 102 4.3 Peningkatan Nilai Rata-rata Siswa ... 103


(15)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Profil Sekolah 2. RPP Siklus I

3. Validasi RPP Siklus I 4. Kisi-Kisi Soal Siklus I 5. Soal Siklus I

6. RPP Siklus II

7. Validasi RPP Siklus II 8. Kisi-Kisi Soal Siklus II 9. Soal Siklus II

10. Hasil Pengamatan Observasi Aktifitas Guru Siklus I 11. Hasil Pengamatan Observasi Aktifitas Siswa Siklus I 12. Hasil Pengamatan Observasi Aktifitas Guru Siklus II 13. Hasil Pengamatan Observasi Aktifitas Siswa Siklus II 14. Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

15. Wawancara dengan Guru 16. Wawancara dengan Siswa 17. Surat Tugas

18. Surat Penelitian

19. Surat Tembusan Dari Pihak Sekolah 20. Gambar Pelaksanaan


(16)

DAFTAR RUMUS

Rumus Halaman

3.1 Rumus untuk Menghitung Aktifitas Guru ... 58

3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran ... 58

3.3 Rumus untuk Menghitung Aktifitas Peserta Didik ... 59

3.4 Kriteria Tingkat Keberhasilan Peserta Didik dalam Pembelajaran ... 59

3.5 Rumus untuk Menghitung Prosentase Ketuntasan Siswa ... 60

3.6 Rumus untuk Menghitung Nilai Rata-Rata Siswa ... 60


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi yang terjadi antara peserta didik di lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik daripada sebelumnya. Di dalam proses interaksi sosial, banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat di dalam keluarga itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor pendukung yang terdapat di luar keluarganya, misalnya lingkungan tempat peserta didik bersosialisasi1. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses

pembelajaran dapat dilihat dari berubahnya tindakan atau kesadaran seseorang yang berpengaruh terhadap tingkah laku atau kapasitas belajarnya2.

Pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ini muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan mudah memahami konsep yang mereka anggap sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya dan saling bertukar pikiran. Peserta didik secara rutin bekerja

1

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 255

2

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), hlm. 5


(18)

2

dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan dan menyelesaikan masalah-masalah yang kompleks yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok teman sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga pemecahan masalah dalam pembelajaran akan diselesaikan dalam satu komunitas kelompok kerja belajar3.

Seorang guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tersebut harus selalu berusaha mendorong timbulnya faktor-faktor positif dan mengurangi hal-hal yang negatif. Ini penting agar pembelajaran koperatif tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga tujuan dalam pengajaran dapat tercapai dengan baik. Guru harus mengatahui masing-masing karakter peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat memastikan bahwa masing-masing kelompok dapat mengetahui tujuan pengajaran yang harus dicapai. Oleh karena itu, dalam setiap pembelajaran, guru perlu melakukan pemantauan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik.

Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum pada khususnya kelas III, masih memiliki banyak kendala. Misalnya kurangnya pemahaman peserta didik pada materi yang diajarkan. Sehingga berpengaruh pada hasil belajar

3

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 41


(19)

3

peserta didik. Kendala yang dihadapai adalah pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terutama untuk kelas4. Berdasarkan data nilai

siswa yang dimiliki oleh guru, beliau mengatakan bahwa nilai rata-rata untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk kelas III dengan jumlah peserta didik sebanyak 26 siswa masih dibawah KKM5.

Agar dapat mengetahui secara real tingkat pemahaman siswa, peneliti melakukan pre-test. Dari hasil pre-test, dapat diketahui bahwa nilai siswa masih dibawah KKM, yakni nilai rata-ratanya hanya 63,50 dan prosentase ketuntasan pemahaman siswa hanya 38,46%. Kemampuan dalam memahami materi di dalam pembelajaran bisa dikatakan sangat penting. Dikarenakan apabila siswa mampu untuk memahami materi pelajaran, mereka akan mudah untuk mengembangkan sesuatu yang mereka terima, misalnya dengan menyampaikan kembali informasi yang mereka terima, baik dengan lisan atau tulisan.

Menurut sebagian dari siswa, terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mereka kurang memahami mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Diantaranya adalah penyampaian materi yang kurang menarik dan pengelolaan kelas yang kurang terprogram. Sehingga mereka berbicara sendiri dengan teman sebangkunya dan ketika diberi tugas

4

Hasil wawancara bersama bapak Aminin selaku guru kelas III MI Bahrul Ulum (pada tanggal 03 November 2016 pukul 09.50 WIB)

5

Hasil wawancara dengan bapak Aminin selaku guru kelas III MI Bahrul Ulum (pada tanggal 03 November 2016 pukul 09.50 WIB)


(20)

4

mereka tidak memahami materi tersebut6. Selain persoalan tersebut,

berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti alami, kurangnya pemahaman peserta didik yang menyebabkan hasil belajar yang rendah adalah proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru (Teacher Centered) dan penugasan sebagai strategi pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti memilih judul “Peningkatan Pemahaman Materi Jenis–Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran IPS Melalui Strategi Concept Sentence Siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis – jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman peserta didik pada materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence?

6

Hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas III di MI Bahrul Ulum (pada tanggal 03 November 2016 pukul 10.15 WIB)


(21)

5

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis–jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo 2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik pada materi

jenis–jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan hanya pada masalah-masalah yang terkait dengan permasalahan di atas yaitu mengenai penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis–jenis pekerjaan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo.


(22)

6

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penulisan penelitian karya selanjutnya. Hasil yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat menjadi gambaran secara konseptual untuk memberikan alternatif dalam kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam belajar terhadap materi yang telah diajarkan.

Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pentingnya menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence dalam pembelajaran di tingkat Pendidikan Dasar.

2. Praktis

a. Bagi peneliti

Menjadi pengalaman praktis sebagai pembuktian dari teori-teori yang telah diperoleh.

b. Bagi peserta didik

Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk peningkatan pemahaman peserta didik pada materi kerja sama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


(23)

7

c. Bagi guru IPS dan guru mata pelajaran lain

Sebagai masukan atau acuan dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran menggunakan media yang inovatif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik.

d. Bagi sekolah

Sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam memperbaiki serta meningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.

F. Definisi Operasional

1. Pemahaman: Yang dimaksud dengan pemahaman adalahkemudahan dalam menemukan suatu pemecahan masalah dan keterampilan menghubungkan bagian-bagian pengetahuan untuk diperoleh suatu kesimpulan

2. Strategi Pembelajaran Concept Sentence: Yang dimaksud dengan Strategi Pembelajaran Concept Sentence adalah strategi dimana dalam penerapannya berusaha mengajarkan peserta didik untuk membuat sebuah kalimat dengan menggunakan beberapa kata kunci yang telah disediakan oleh guru agar bisa menangkap konsep yang terkandung dalam kalimat tersebut dan membedakannya dengan kalimat-kalimat lain.


(24)

8

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Yang dimaksud dengan pembelajaran IPS yaitu integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.

4. Jenis–jenis pekerjaan: Yang dimaksud dengan pekerjaan adalah melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa. Jenis pekerjaan dibagi menjadi 2, yakni pekerjaan yang menghasilkan barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa.


(25)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi yang terjadi antara peserta didik di lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik daripada sebelumnya. Di dalam proses interaksi sosial, banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat di dalam keluarga itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor pendukung yang terdapat di luar keluarganya, misalnya lingkungan tempat peserta didik bersosialisasi1. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses

pembelajaran dapat dilihat dari berubahnya tindakan atau kesadaran seseorang yang berpengaruh terhadap tingkah laku atau kapasitas belajarnya2.

Pembelajaran yang bernaung dalam teori kontruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ini muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan mudah memahami konsep yang mereka anggap sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya dan saling bertukar pikiran. Peserta didik secara rutin bekerja

1

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 255

2

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), hlm. 5


(26)

2

dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan dan menyelesaikan masalah-masalah yang kompleks yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok teman sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga pemecahan masalah dalam pembelajaran akan diselesaikan dalam satu komunitas kelompok kerja belajar3.

Seorang guru dalam menggunakan pembelajaran kooperatif tersebut harus selalu berusaha mendorong timbulnya faktor-faktor positif dan mengurangi hal-hal yang negatif. Ini penting agar pembelajaran koperatif tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga tujuan dalam pengajaran dapat tercapai dengan baik. Guru harus mengatahui masing-masing karakter peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat memastikan bahwa masing-masing kelompok dapat mengetahui tujuan pengajaran yang harus dicapai. Oleh karena itu, dalam setiap pembelajaran, guru perlu melakukan pemantauan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik.

Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum pada khususnya kelas III, masih memiliki banyak kendala. Misalnya kurangnya pemahaman peserta didik pada materi yang diajarkan. Sehingga berpengaruh pada hasil belajar

3

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 41


(27)

3

peserta didik. Kendala yang dihadapai adalah pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terutama untuk kelas4. Berdasarkan data nilai

siswa yang dimiliki oleh guru, beliau mengatakan bahwa nilai rata-rata untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk kelas III dengan jumlah peserta didik sebanyak 26 siswa masih dibawah KKM5.

Agar dapat mengetahui secara real tingkat pemahaman siswa, peneliti melakukan pre-test. Dari hasil pre-test, dapat diketahui bahwa nilai siswa masih dibawah KKM, yakni nilai rata-ratanya hanya 63,50 dan prosentase ketuntasan pemahaman siswa hanya 38,46%. Kemampuan dalam memahami materi di dalam pembelajaran bisa dikatakan sangat penting. Dikarenakan apabila siswa mampu untuk memahami materi pelajaran, mereka akan mudah untuk mengembangkan sesuatu yang mereka terima, misalnya dengan menyampaikan kembali informasi yang mereka terima, baik dengan lisan atau tulisan.

Menurut sebagian dari siswa, terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mereka kurang memahami mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Diantaranya adalah penyampaian materi yang kurang menarik dan pengelolaan kelas yang kurang terprogram. Sehingga mereka berbicara sendiri dengan teman sebangkunya dan ketika diberi tugas

4

Hasil wawancara bersama bapak Aminin selaku guru kelas III MI Bahrul Ulum (pada tanggal 03 November 2016 pukul 09.50 WIB)

5

Hasil wawancara dengan bapak Aminin selaku guru kelas III MI Bahrul Ulum (pada tanggal 03 November 2016 pukul 09.50 WIB)


(28)

4

mereka tidak memahami materi tersebut6. Selain persoalan tersebut,

berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti alami, kurangnya pemahaman peserta didik yang menyebabkan hasil belajar yang rendah adalah proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru (Teacher Centered) dan penugasan sebagai strategi pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti memilih judul “Peningkatan Pemahaman Materi Jenis–Jenis Pekerjaan Mata Pelajaran IPS Melalui Strategi Concept Sentence Siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis – jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman peserta didik pada materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence?

6

Hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas III di MI Bahrul Ulum (pada tanggal 03 November 2016 pukul 10.15 WIB)


(29)

5

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis–jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo 2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik pada materi

jenis–jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan hanya pada masalah-masalah yang terkait dengan permasalahan di atas yaitu mengenai penggunaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence pada materi jenis–jenis pekerjaan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo.


(30)

6

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penulisan penelitian karya selanjutnya. Hasil yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat menjadi gambaran secara konseptual untuk memberikan alternatif dalam kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam belajar terhadap materi yang telah diajarkan.

Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pentingnya menggunakan Strategi Pembelajaran Concept Sentence dalam pembelajaran di tingkat Pendidikan Dasar.

2. Praktis

a. Bagi peneliti

Menjadi pengalaman praktis sebagai pembuktian dari teori-teori yang telah diperoleh.

b. Bagi peserta didik

Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk peningkatan pemahaman peserta didik pada materi kerja sama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


(31)

7

c. Bagi guru IPS dan guru mata pelajaran lain

Sebagai masukan atau acuan dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran menggunakan media yang inovatif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik.

d. Bagi sekolah

Sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam memperbaiki serta meningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.

F. Definisi Operasional

1. Pemahaman: Yang dimaksud dengan pemahaman adalahkemudahan dalam menemukan suatu pemecahan masalah dan keterampilan menghubungkan bagian-bagian pengetahuan untuk diperoleh suatu kesimpulan

2. Strategi Pembelajaran Concept Sentence: Yang dimaksud dengan Strategi Pembelajaran Concept Sentence adalah strategi dimana dalam penerapannya berusaha mengajarkan peserta didik untuk membuat sebuah kalimat dengan menggunakan beberapa kata kunci yang telah disediakan oleh guru agar bisa menangkap konsep yang terkandung dalam kalimat tersebut dan membedakannya dengan kalimat-kalimat lain.


(32)

8

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Yang dimaksud dengan pembelajaran IPS yaitu integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.

4. Jenis–jenis pekerjaan: Yang dimaksud dengan pekerjaan adalah melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa. Jenis pekerjaan dibagi menjadi 2, yakni pekerjaan yang menghasilkan barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa.


(33)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah dia berhasil mengetahui dan mengingat akan suatu hal tersebut. Seorang peserta didik dikatakan memahami apabila dia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian secara rinci tentang suatu yang diperolehnya dengan kata-kata mereka sendiri7.

Pemahaman mengandung arti menguasai sesuatu dengan pikiran. Perlu diingat, pemahaman bukan hanya sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar peserta didik atau subjek yang bersangkutan dapat memahami objek-objek yang telah dipelajarinya dan dapat mengembangkannya ke dalam sesuatu yang baru sehingga pemahaman mereka dapat menghasilkan pemikiran yang kreatif dan imajinatif8.

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan ajar yang telah dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang telah disajikan dalam bentuk lain, seperti rumus matematika

7

Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014) hlm. 168

8

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), hlm. 42-44


(34)

10

ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tersebut, seperti dalam grafik. Kemampuan memahami merupakan tingkat kemampuan yang lebih tinggi daripada kemampuan pengetahuan9.

Pemahaman merupakan keterampilan dan kemampuan intelektual yang menjadi tuntutan di sekolah dasar hingga di perguruan tinggi. Artinya, ketika seorang peserta didik dihadapkan pada komunikasi, diharapkan mereka dapat mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide baru sehingga apa yang dikomunikasikan tersebut dapat berkembang, tetapi masih sesuai pada alur komunikasi tersebut 10.

Perilaku pemahaman dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut11:

a. Pemahaman Tentang Terjemahan

Tingkah laku menerjemahkan, menduduki suatu posisi transisi antara tingkah laku menggolongkan di bawah kategori pengetahuan dan jenis-jenis dari gambaran tingkah laku dibawah penafsiran, perhitungan, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun ilustrasi sasaran pembelajaran pemahaman tentang terjemah adalah sebagai berikut:

9

Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), hlm. 274

10

Wowo Sunaryo, Taksonomi Kognitif perkembangan Ragam Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm 43.

11


(35)

11

1) Menerjemahkan dari satu tingkat ke tingkat abstrak

a) Kemampuan menerjemahkan suatu keputusan masalah atau penyusunan kata-kata abstrak dari bahasa konkret secara teknis.

b) Kemampuan untuk menerjemahkan sesuatu bagian dari yang komunikasi yang panjang menjadi lebi ringkas. c) Kemampuan menerjemahkan atau meringkas suatu

proses berpikir.

2) Menerjemahkan dari bentuk simbolis ke wujud yang lain a) Kemampuan menerjemahkan hubungan-hubungan yang

dinyatakan di dalam wujud simbolis, misalnya diagram, peta, grafik, dll

b) Kemampuan menerjemahkan konsep-konsep geometri yang diungkapkan dengan istilah lisan, ke dalam istilah-istilah ruang atau bentuk yang dapat dilihat.

c) Kemmapuan itu untuk mempersiapkan presentasi grafis, dari suatu fenomena fisik atau dari hal yang dapat diamati atau dicatat datanya.


(36)

12

3) Menerjemahkan dari wujud bahasa lisan ke wujud lain a) Kemmapuan untuk menerjemahkan pernyataan dalam

bentuk yang tidak lazim (kiasan, simbolisme, ironi, dalam penyataan yang berlebihan)

b) Kemampuan untuk memahami makna, dari kata-kata tertentu.

b. Pemahaman Tentang Interprestasi

Dasar untuk menginterprestasikan adalah harus mampu menerjemahkan dari bagian isi komunikasi yang tidak hanya dengan kata-kata melainkan termasuk berbagai perangkat yang dapat membantunya untuk memberi penjelasan terkait apa yang telah dikomunikasikan. Adapun ilustrasi sasaran pembelajaran pemahaman tentang interprestasi adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan memahami dan mengerti sesuatu secara keseluruhan pada setiap pekerjaan atau sesuatu yang diinginkan pada tingkatan yang bersifat umum.

2) Kemampuan memahami dan menginterprestasikan dengan meningkatkan kejernihan dan kedalaman membaca sebagai jenis bahan.


(37)

13

c. Pemahaman Tentang Ekstrapolasi

Sebagai persiapan dalam suatu komunikasi, menulis tidak hanya untuk menyatakan apa yang dia percaya sebagai suatu perkara kebenaran semestinya, tetapi juga sebagai dari akibatnya. Dalam pemahaman tipe ini, seorang peserta didik atau mahapeserta didik diharapkan mampu untuk membuat kesimpulan terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun ilustrasi sasaran pembelajaran pemahaman tentang ekstrapolasi adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan menyusun kesimpulan dari suatu pekerjaan dalam kaitannya atau hubungannya dengan penggunaan istilah dalam pernyataan yang dibuatnya.

2) Kemampuan merumuskan dan menguji hipotesis, mengenali keterbatasan data dan menarik kesimpulan secara efektif.

3) Kemampuan menggambarkan, menaksir atau memprediksi akibat dari tindakan tertentu dalam komunikasi.

4) Kemampuan meramalkan kecenderungan yang akan terjadi 5) Kemampuan membedakan nilai keputusan dari ramalan

yang penting.

6) Kemampuan memberikan ciri dari akibat-akibat secara relatif dari kemungkinan suatu derajat tinggi


(38)

14

Pemahaman mengandung makna penguasaan pengetahuan dan dapat menyelaraskan antara sikap dan keterampilannya. Dapat pula diartkan bahwa pemahaman adalah kemudahan dalam menemukan suatu pemecahan masalah dan keterampilan menghubungkan bagian-bagian pengetahuan untuk diperoleh suatu kesimpulan12.

Pemahaman adalah tipe hasil yang lebih tinggi daripada pengetahuan. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain13. Pemahaman dibedakan menjadi tiga kategori. Yaitu

pemahaman tingkat rendah, tingkat kedua, dan tingkat ketiga.

Tingkat terendah yang dimaksudkan disini adalah pemahaman terjemahan. Mulai terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya menerjemahkan arti Bhinneka Tunggal Ika, mengartikan arti Merah Puth, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar14.

Tahap kedua adalah tahap pemahaman penafsiran. Yang dimaksud dengan pemahaman penafsiran adalah menghubungkan ke bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau

12

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 115

13

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2013), hlm. 24

14


(39)

15

menghubungkan beberapa bagian ke grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok15.

Tahap ketiga adalah tahap pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dengan balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya16.

Seorang peserta didik dikatakan mampu memahami jika peserta didik tersebut dapat menarik makna dari suatu pesan-pesan atau petunjuk-petunjuk dalam soal-soal yang dihadapinya. Petunjuk-petunjuk tersebut dapat berupa tulian, lisan , dan grafik (gambar). Dan penyajian juga dapat berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk buku maupun penyajian dalam bentuk layar komputer (LCD). Para peserta didik dapat memahami suatu hal jika mereka mampu menghubungkan antara pengetahuan yang lama dengan pengetahuan yang baru sehingga memunculkan ide-ide yang baru17, serta apabila ia dapar

menjelaskan secara rinci tentang informasi yang diketahuinya menggunakan bahasanya sendiri18.

15

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , hlm. 24

16

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, , hlm. 24

17

Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), hlm. 19

18


(40)

16

Sejumlah kajian hasil penelitian menunjukkan bahwa kecakapan untuk mengontrol tingkat pemahaman merupakan proses-proses yang sejalan dengan tingkat pemahaman berpikir seseorang. Artinya semakin tua usia peserta didik maka semakin tua pula tingkat pemahamannnya19.

2. Indokator Pemahaman

Proses-proses kognitif yang termasuk dalam kategori memahami meliputi sebaga berikut20:

a. Menginterpretasikan

Proses ini terjadi pada seorang peserta didik dimana mereka mampu untuk mengubah sebuah sajian informasi di dalam satu bentuk ke bentuk lainnya. Misalnya, mengubah kata menjadi dalam bentuk gambar, mengubah gambar di dalam bentuk kata, mengubah angka menjadi bentuk kata, mengubah kata menjadi bentuk angka, dll.

b. Mencontohkan

Proses mencontohkan ini terjadi apabila seorang peserta didik memberikan suatu contoh khusus mengenai suatu konsep tentang materi yang telah dipelajari, baik secara umum atau khusus.

19

Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 158

20


(41)

17

c. Mengklasifikasikan

Proses klasifikasi terjadi pada saat seorang peserta didik menyadari bahwa suatu hal dapat dimasukkan ke dalam golongan tertentu atau dikelompokkan ke dalam golongan yang sejenis.

d. Merangkum

Proses ini terjadi pada saat peserta didik menyatukan sebuah pernyataan yang dapat mewakili suatu informasi yang telah disajikan sebelumnya atau pada saat seorang peserta didik meringkas suatu tema yang umum menjadi suatu tema yang khusus.

e. Menduga

Proses menduga merupakan proses menemukan suatu pola dari serangkaian contoh atau kasus. Proses menduga terjadi pada saat peserta didik mampu merangkum sebuah konsep atau prinsip umum yang dapat diterapkan pada serangkaian contoh atau kasus yang diberikan kepadanya dengan cara mendaftar sifat-sifat dari contoh kasusnya yang relevan dengan suatu konsep atau prinsip yang dia ajukan.


(42)

18

f. Membandingkan

Proses membandingkan merupakan proses mendeteksi adanya persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, kejadian, pemikiran, permasalahan, situasi, dan lain-lain. g. Menjelaskan

Proses menjelaskan ini terjadi pada saat sesorang peserta didik mampu untuk menyusun suatu pemodelan sebab-akibat dari suatu sistem dan menggunakan pemodelan tersebut. Dalam proses ini, peserta didik memberikan penjelasan secara utuh tentang pemodelan tersebut.

3. Kata Kerja Operasional Pemahaman

Tabel 2.1

Kata-Kata Kerja Operasional Ranah Kompetensi Kognitif21

Ranah Kognitif Kata Kerja Operasional

Pemahaman Memperkirakan

Mengkategorikan Mencirikan Mengasosiasikan Membandingkan Menghitung Mengkontraskan Mengubah Mempertahankan Menguraikan Menyalin Membedakan Mendiskusikan Menggali 21


(43)

19

Mencontohkan Menerangkan Mengemukakan

Mempolakan Memperluas Menyimpulkan

Meramalkan Merangkum Menjabarkan

Menjelaskan Meneglompokkan

Menggolongkan

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Setiap guru pasti bercita-cita untuk tercapainya suatu keberhasilan di dalam proses pembelajaran yang telah diberikannya. Tetapi, terkadang banyak sekali faktor-faktor yang dapat menghambat cita-cita dari seorang guru tersebut menjadi tidak terealisasikan. Namun sebaliknya, jika keberhasilan proses pembelajaran terseut tercapai, maka ada beberapa faktor yang menjadi pendukungnya. Adapun faktor-faktor pendukung yang dapat mengukur tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran adalah sebagai berikut22:

22

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hlm. 123 - 135


(44)

20

a. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila tujuan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik.

b. Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik sekolah. Guru juga merupakan faktor pembentuk generasi bangsa. Dimana moral dan kecerdasan anak bangsa sebenarnya bergantung pada berbagai hal, yang salah satunya adalah tergantung kepada cara mendidik dari seorang guru apabila seorang anak didik berada di lingkungan sekolah.

c. Anak didik

Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah untuk menuntut ilmu. Dimana mereka disalurkna oleh orang tuanya untuk memasuki di lembaga pendidikan tertentu sesuai dengan kemampuan orang tuanya.


(45)

21

d. Kegiatan Pembelajaran

Pola umu kegiatan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan peserta didik dengan bahan ajar sebagai perantarannya.

e. Bahan dan Alat Evaluasi

Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Dan alat-alat evaluasi yang paling umum sering digunakan adalah tidak hanya benar-salah (true-false)

dan pilihan ganda (multiple choice), tapi juga menjodohkan

(matching), melengkapi (completion), dan essay.

f. Suasana Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi biasanya diadakan di dalam kelas itu sendiri. Evaluasi dilaksanakan di dalam satu kelas sesuai dengan tingkatan kelas tersebut. Misalnya peserta didik kelas I dkumpulkan dengan peserta didik kelas I dan seterusnya. Besar kecilnya jumlah peserta didik di dalam satu kelas dapat mempengaruhi suasana kelas dan sekaligus mempengaruhi suasana kelas pada saat melakukan evaluasi. Sikap yang paling merugikan oleh seorang guru ketika pelaksanaan evaluasi adalah ketika membiarkan anak didiknya melakukan kerja sama antar peserta didik.


(46)

22

B. Strategi Pembelajaran Concept Sentence 1. Pengertian Strategi Concept Sentence

Concept Sentence merupakan strategi dimana dalam penerapannya berusaha mengajarkan peserta didik untuk membuat sebuah kalimat dengan menggunakan beberapa kata kunci yang telah disediakan oleh guru agar bisa menangkap konsep yang terkandung dalam kalimat tersebut dan membedakannya dengan kalimat-kalimat lain23. Concept Sentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk memenangkan games ini24.

2. Kelebihan Strategi Concept Sentence

Adapun kelebihan dari strategi Concept Sentence adalah sebagai berikut25:

a. Meningkatkan semangat belajar peserta didik.

b. Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif. c. Memunculkan kegembiraan dalam belajar.

d. Mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif.

e. Mendorong peserta didik untuk memandang sesuatu dalam pandangan yang berbeda.

f. Memunculkan kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik.

23

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 315

24

Imas Kurniasih, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru, (Yogyakarta: Kata Pena, 2015), hlm. 104

25


(47)

23

g. Memperkuat kesadaran diri.

h. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.

i. Peserta didik yang lebih pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai.

3. Kelemahan Strategi Concept Sentence

Adapun kelemahan dari Strategi Concept Sentence yakni sebagai berikut26:

a. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.

b. Kecenderungan peserta didik yang pasif untuk mengambil jawaban dari temannya.

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Concept Sentence

Adapun pelaksanaan strategi pembelajaran Concept Sentence

sebagai berikut27:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru menyajikan materi secukupnya.

c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4orang secara heterogen.

d. Guru menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.

26

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, hlm. 317

27

Nanang Hanafiah, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hlm. 54


(48)

24

e. Setiap kelompok diminta untuk membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.

f. Hasil diskusi kelompok (didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu oleh guru).

g. Kesimpulan.

C. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya)28.

Istilah IPS secara resmi digunakan di Indonesia sejak tahun 1975, tetapi pada tahun yang sama di Amerika menggunakan istilah Social Studies. Kita mengenal beberapa istilah seperti ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial. Pertama, ilmu sosial tekanannya kepada keilmuan yang berkenaan dengan

28

Nurhadi, Menciptakan Pembelajaran IPS Efektif dan Menyenangkan, (Jakarta: PT Multi Kreasi Satu Delapan, 2010), hlm. 4


(49)

25

kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Ilmu sosial secara khusus dipelajari dan dikembangkan di tingkat pendidikan tinggi dan dikembangkan di beberapa fakultas. Jadi dapat diartikan bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosial dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat29.

Kedua, studi sosial mulai dikenal di Amerika sekitar tahun 1913, nama ini digunakan oleh komisi pendidikan. Komisi ini bertugas untuk merumuskan dan membina kurikulum sekolah untuk mata pelajaran sejarah dan geografi. Sedangkan studi sosial mulai dikenal di Indonesia pada tahun ±1971. Dimana terdapat perbedaan diantara ilmu sosial studi sosial jika dilihat dari tempat diajarkan dan dipelajarinya. Jika ilmu sosial hanya diajarkan di perguruan tinggi, sedangkan studi sosial diajarkan dan dipelajari sejak dari pendidikan rendah SD (Sekolah Dasar) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas)30.

29

Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hlm. 8-9

30


(50)

26

Ketiga, Ilmu Pengetahuan Sosial. IPS seperti halnya bidang studi IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang garapan IPS meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat31.

b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala penyimpangan yang tejadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun menimpa masyarakat secara umum32.

Sedangkan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial itu menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS, yaitu:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry (penemuan), pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

31

Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, hlm. 9

32

Nurhadi, Menciptakan Pembelajaran IPS Efektif dan Menyenangkan, (Jakarta: PT Multi Kreasi Satu Delapan, 2010), hlm. 3


(51)

27

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan pembelajaran IPS pada tingkat SD/MI adalah untuk membekali peserta didik dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun secara khusus tujuan pembelajaran IPS di SD/MI adalah sebagai berikut33:

1) Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupanya.

2) Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

3) Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.

4) Kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

33

Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hlm. 31-32


(52)

28

5) Kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

c. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Di dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terdapat 3 karakteristik, yakni sebagai berikut34:

1) Karakteristik Dilihat dari Aspek Tujuan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada dasarnya memiliki tugas untuk bisa membantu pembentukan pribadi peserta didik yang peduli terhadap kondisi masyarakat saat ini serta mampu menerapkan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial dalam memecahkan berbagai masalah yang terjadi di lingkungannya.

Ada tiga kajian utama yang berkenaan dengan karakteristik yang dilihat dari aspek tujuan, yakni sebagai berikut:

a) Pengembangan Kemampuan Berpikir Peserta didik Pengembangan kemapuan intelektual adalah pengembangan kemampuan peserta didik dalam berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan. Pengembangan berpikir dalam bidang

34


(53)

29

studi pendidikan IPS yang paling penting adalah menumbuhkan berpikir kreatif dan inovatif. Menurut Guilford dalam Dedi Supriadi (1998: 7) mengatakan bahwa terdapat lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu sebagai berikut:

(1) Kelancaran (fluency)

Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

(2) Keluwesan (flexibility)

Keluwesan (flexibility) adalah kemmapuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.

(3) Keaslian (originality)

Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli.

(4) Penguraian (elaboration)

Penguraian (elaboration) adalah kemampua untuk menguraikan sesuatu secara terpernci.


(54)

30

(5) Perumusan Kembali (redefinition)

Perumusan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh banyak orang.

b) Pengembangan Nilai dan Etika

Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati yang terkandung dalam diri seseorang. Nilai berada pada lubuk hati yang paling dalam pada diri manusia, sehingga adakalanya manusia berani mengorbankan dirinya daripada mengorbankan nilai keyakinannya. Ini mengandung arti bahwa keyakinan nilai dalam diri manusia adalah segala-galanya, sudah bersatu dalam diri dan kehidupannya.

Etika sering disebut juga dengan filsafat perilaku atau filsafat moral. Dalam pergaulan sehari-hari orang memaknai etika sebagai perihal benar dan salah dalam sikap manusi. Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ilmu tentang yang


(55)

31

baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat. c) Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial

Pengembangan tanggung jawab dan partisipasi sosial yakni yang mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga negara yang baik, ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar (SD) harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia 6-12 tahun. Anak pada kelompok usia ini, mereka berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkret operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih juah.

2) Karakteristik Dilihat dari Aspek Ruang Lingkup Materi

Jika ditinjau dari ruang lingkup materinya, maka bidang studi IPS memiliki karakteristik sebagai berikut:


(56)

32

a) Menggunakan pendekatan lingkungan yang luas.

b) Menggunakan pendekatan terpadu antara mata pelajaran yang sejenis.

c) Berisi materi konsep, nilai-nilai sosial, kemandirian, dan kerja sama.

d) Mampu memotivasi peserta didik untuk aktif, kreatif, dan inovatif dan sesuai dengan perkembangan anak.

e) Mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir dan memperluas cakrawala budaya.

3) Karakteristik Dilihat dari Aspek Pendekatan Pembelajaran Bidang studi IPS sejak mulai kurikulum tahun 1975 dan 1984 menggunakan pendekatan integratif. Pendekatan lain dalam bidang studi IPS cenderung bersifat praktik di masyarakat dan keluarga atau antar teman di sekolah. Aspek yang ditonjolkan dalam pendekatan ini adalah aspek perilaku dan sikap sosial serta nilai eksistensi peserta didik dalam menghadapi suatu nilai kebersamaan kepemilikan hak dan kewajiban sebagai makhluk sosial. Sejak inilah maka pada tahun 1994, pergesaran karakteristik bidang studi IPS ini berbeda sekali dengan karakteristik dalam kurikulum sebelumnya, yaitu lebih cenderung kepada pendekatan multidisipliner dan integratif.


(57)

33

d. Dimensi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Program pendidikan IPS yang komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi, yakni sebagai berikut35:

1) Dimensi Pengetahuan (Knowledge)

Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu. ada pula yang mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup keyakinan-keyakinan dan pengalaman belajar peserta didik. Secara konseptual, pengetahuan hendaknya mencakup fakta, konsep, dan generalisasi.

Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Pada dasarnya, fakta yang disajikan untuk para peserta didik hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan berpikirnya.

Konsep adalah kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif yang diberi label. Namun, konsep selalu direvisi disesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta didik.

35


(58)

34

Generalisasi merupakan suatu ungkapan/pertanyaan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, dimana disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.

2) Dimensi Keterampilan (Skills)

Pendidikan IPS sangat memerhatikan dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat pentinguntuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarat demokratis. Adapun keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran:

a) Keterampilan meneliti b) Keterampilan berpikir

c) Keterampilan partisipasi sosial d) Keterampilan berkomunikasi

3) Dimensi Nilai dan Sikap (Values dan Attitudes)

Pada hakikatnya nilai merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi


(59)

35

dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak.

4) Dimensi Tindakan

Tindakan sosial merupakan dimensi pendidikan IPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan peserta didik menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pun dapat berlatih secara konkret dan praktis. Dengan belajar dari apa yang diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya.

e. Ruang Lingkup IPS

Terdapat ruang lingkup di dalam mata pelajaran IPS, yakni sebagai berikut:

1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan 2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3) Sistem Sosial dan Budaya


(60)

36

f. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas III

Tabel 2.2

Standar Kompetensi IPS Kelas III Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami lingkungan dan

melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah

1.1Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah.

1.2Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah.

1.3Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah. 1.4Melakukan kerjasama di

lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa

Tabel 2.3

Standar Kompetensi IPS Kelas III Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Memahami jenis pekerjaan dan

penggunaan uang

2.1Mengenal jenis-jenis pekerjaan. 2.2Memahami pentingnya semangat

kerja.

2.3Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. 2.4Mengenal sejarah uang.

2.5Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan.

3. Materi Jenis-Jenis Pekerjaan a. Pengertian Pekerjaan

Pekerjaan berasal dari kata dasar bekerja. Bekerja adalah melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa.


(61)

37

b. Jenis-Jenis Pekerjaan

Pekerjaan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu ada pekerjaan yang dapat menghasilkan barang dan ada juga pekerjaan yang menghasilkan jasa.

1) Pekerjaan Yang Menghasilkan Barang

Pekerjaan yang menghasilkan barang merupakan pekerjaan yang hasil pekerjaannya dalam bentuk barang. Contohnya petani, pengrajin dan penjahit. Pekerjaan yang menghasilkan barang dalam jumlah besar biasanya dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan ini ada yang disebut dengan industri rumah tangga yang menghasilkan barang seperti kue, makanan ringan, gorengan, dan sebagainya. Selain industri rumah tangga ada juga yang disebut dengan perusahaan menengah, perusahaan ini agak sedikit lebih maju dibanding industri rumah tangga, contohnya perusahaan yang membuat kompor. Perusahaan lainnya adalah perusahaan besar yang menghasilkan barang dalam jumlah yang sangat besar untuk dipasarkan ke berbagai pelosok.


(62)

38

2) Pekerjaan Yang Menghasilkan Jasa

Pekerjaan yang menghasilkan jasa adalah pekerjaan yang hasilnya tidak dalam bentuk barang. Namun demikian, hasil pekerjaannya dapat kita rasakan. Guru adalah contoh pekerjaan yang menghasilkan jasa. Karena ada guru, kamu menjadi anak yang pintar. Hal ini berkaitan karena tugas dari guru adalah mendidik peserta didik-siswinya menjadi anak yang pintar dan berbudi pekerti luhur. Polisi lalu lintas bertugas di jalan raya untuk mengatur lalu lintas kendaraan. Selain itu, polisi juga bertugas menjaga keamanan dan ketertiban.

D. Peningkatan Pemahaman Materi Jenis-Jenis Pekerjaan Mata

Pelajaran IPS Melalui Stategi Pembelajaran Concept Sentence.

Peningkatan pemahaman materi jenis–jenis mata pelajaran IPS melalui stategi pembelajaran Concept Sentence peserta didik kelas III merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran IPS khususnya materi jenis–jenis pekerjaan dengan bantuan stategi pembelajaran Concept Sentence. Strategi pembelajaran

Concept Sentence ini merupakan strategi yang bisa dikatakan menarik, karena dalam mengaplikasikannya berhubungan dengan gambar berseri. Dimana peserta didik yang kelas rendah sangat menyukai hal-hal yang terdapat gambar-gambar dan warna-warna. Melalui strategi ini, dapat menuntut peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi tanpa adanya tekanan.


(63)

39

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang membahas tentang peningkatan pemahaman materi melalui strategi pembelajaran

Concept Sentence ditulis Maf’ulah Kurniawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2016 dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Pengumuman Melalui Pembelajaran Strategi Concept Sentence Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV MI Nurul Huda Krian Sidoarjo”36. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa peningkatan pemahaman peserta didik melalui strategi pembelajaran Concept Sentence dapat mencapai 85%. Sehingga dapat dikatakan berhasil.

36

Maf’ulah Kurniawati. (2016). Peningkatan Keterampilan Menulis Pengumuman Melalui Pembelajaran Strategi Concept Sentence Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV MI Nurul Huda Krian Sidoarjo. Artikel Publikasi Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya


(64)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tindakan berup penerapan strategi pembelajaran Concept Sentence, yang merupakan suatu variasi dalam pembelajaran IPS materi kerja sama. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaboratif, yaitu guru dan peneliti bekerja sama untuk memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti melalui penelitian tindakan kelas dan juga sistematika pelaksanaannya yang akan peneliti lakukan pada siklus I dan Siklus II.

Dalam pelaksanaannya, penelitian tidakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu37:

1. Perencanaan/Planning

Pada tahap perencanaan/planning ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

37


(65)

41

2. Tindakan/Acting

Pada tahap Tindakan/Acting ini, peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP dalam situasi yang aktual, meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

3. Pengamatan/Observing

Pada tahap ini Pengamatan/Observing, yang harus dilakukan oleh peneliti adalah (1) mengambil perilaku peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama dalam kelompok; (3) mengamati pemahaman tiap-tiap peserta didik terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

4. Refleksi/Reflecting

Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah (1) mencatat hasil observasi; (2) mengevaluasi hasil observasi; (3) menganalisis hasil pembelajaran; (4) mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyususnan rancangan siklus berikutnya.

Secara keseluruhan, empat tahapan tersebut membentuk suatu siklus penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu


(66)

42

masalah, bisa lebih dari satu siklus bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Berikut adalah gambar alur penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin.

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin

PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS I PELAKSANAAN

PENGAMATAN

PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS II PELAKSANAAN

PENGAMATAN


(67)

43

Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti harus melewati beberapa tahap yaitu menemukan masalah, mengidentifikasi masalah, menentukan batasan masalah, menganalisis masalah dengan menemukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadi masalah, merumuskan gagasan pemecahan masalah dalam hipotesis tindakan, menentukan pilihan hipotesis tindakan untuk pemecahan masalah, dan menemukan judul dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian

Setting penelitian ini meliputi tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK), setting penelitian tersebut yakni sebagai berikut:

a. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas III di MI Bahrul Ulum Sidoarjo.

b. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada awal semester genap, yaitu pada bulan Januari 2017.


(68)

44

c. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan dua siklus, yakni siklus dilaksanakan melalui prosedur perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati pemahaman peserta didik pada materi jenis-jenis pekerjaan dengan menggunakan strategi pembelajaran Concept Sentence.

2. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah peserta didik kelas III-B tahun ajaran 2016-2017 di MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan jumlah sebanyak 26 peserta didik, dimana 14 peserta didik laki-laki dan 12 peserta didik perempuan.

C. Variabel Penelitian 1. Variabel Input

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yang menjadi variabel input adalah peserta didik kelas III-B tahun ajaran 2016-2017 di MI Bahrul Ulum Sidoarjo

2. Variabel Proses

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yang menjadi variabel prosesadalah Strategi Pembelajaran Concept Sentence


(69)

45

3. Variabel Output

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yang menjadi variabel ouput adalah peningkatan pemahaman materi.

D. Rencana Tindakan

1. Pra Siklus

Penelitian ini dalaksanakan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin, berikut adalah perencanaan pra siklus:

a. Melakukan kunjungan ke lembaga sekolah terkait. b. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan. c. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

d. Menyiapkan instrumen penelitian seperti pedoman wawancara, format observasi guru dan peserta didik, dan lembaran pre-test

tentang materi yang terkait untuk mengukur pemahaman peserta didik.


(70)

46

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa persiapan-persiapan yang terdiri dari:

1) Menentukan waktu pelaksanaan pembelajaran.

2) Menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan untuk memecahkan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah maka untuk menyelesaikannya peneliti melaksanakan pembelajaran perbaikan dengan menerapkan strategi pembelajaran concept sentence

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPS di kelas III dan mengembangkan RPP dengan menggunakan strategi pembelajaran concept sentence.

4) Menyiapkan kartu-kartu bergambar yang digunakan untuk kata kunci.

5) Terlebih dahulu mencari gambar lalu menempelkannya di sebuah kardus dengan ukuran yang sesuai dengan gambar. 6) Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan peserta


(71)

47

7) Menyiapkan instrumen yang akan dikerjakan oleh siswa terkait dengan pelaksanaan strategi concept sentence

8) Menyiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik berupa post-test

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Setelah mengembangkan perencanaan maka peneliti siap melakukan tindakan perbaikan di kelas sesuai dengan tahap perencanaan dan RPP yang telah disusun. Dalam pelaksanaan penelitian dan proses perbaikan, peneliti bekerjasama dengan guru kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo. Adapun langkah-langkah perbaikan pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1) Guru memberi salam.

2) Guru memimpin do’a sebelum memulai pembelajaran.

3) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab tentang jenis pekerjaan yang mereka ketahui.

4) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

5) Sebelum memulai strategi pembelajaran concept sentence

diterapkan, terlebih dahulu menjelaskan sedikit materi tentang jenis–jenis pekerjaan.

6) Peserta didik diminta untuk mengerjakan lembar kerja dari guru secara kelompok (membuat cerita yang terkait dengan


(72)

48

kata kunci yang telah disediakan oleh guru yang berupa gambar berseri).

7) Peserta didik mempresentasikan hasil tugasnya di depan kelas. 8) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti.

9) Guru menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peserta didik. 10) Guru memberikan post-test kepada peserta didik (dikerjakan

secara individu) untuk mengukur pemahamannya terkait materi yang telah diajarkan dengan waktu yang telah ditentukan.

11) 5 peserta didik yang paling cepat mengerjakan dan benar semua akan diberikan reward oleh guru.

12) Guru memberi penguatan kepada peserta didik 13) Guru dan siswa merayakan tepuk hebat.

14) Guru memimpin do’a untuk mengakhiri pelajaran

15) Guru mengucapkan salam. c. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan mengidentifikasi data yang diperoleh selama pengamatan berlangsung, berupa lembar observasi guru dan peserta didik dan lembaran post-test

untuk mengukur pemahaman peserta didik. Apabila analisis data siklus I sudah diketahui, kemudian baru melakukan refleksi.


(73)

49

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setelah guru melakukan tindakan. Hasil dari analisis data siklus I, kemudian didiskusikan bersama untuk mengetahui hambatan maupun kendala selama melaksanakan proses pembelajaran. Setelah itu, barulah peneliti dan guru merumuskan perencanaan untuk siklus berikutnya. Pada siklus kedua, kegiatan pembelajaran mengikuti tahapan-tahapan kegiatan sebelumnya. Dalam hal ini, rencana tindakan siklus kedua disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. 3. Siklus II

Perencanaan siklus II merupakan perbaikan berdasarkan identifikasi masalah pada pembelajaran siklus I, kegiatan dalam siklus II yaitu:

a. Tahap Perencanaan

1) Menentukan waktu pelaksanaan pembelajaran perbaikan. 2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

sesuai dengan Standar Kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPS di kelas III dan mengembangkan. RPP menggunakan strategi pembelajaran concept sentence.

3) Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan peserta didik.


(74)

50

4) Menyiapkan instrumen yang akan dikerjakan oleh siswa terkait dengan pelaksanaan strategi concept sentence.

5) Menyiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik berupa post-test.

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Setelah mengembangkan perencanaan maka peneliti siap melakukan tindakan perbaikan di kelas sesuai dengan tahap perencanaan dan RPP yang telah disusun. Dalam pelaksanaan penelitian dan proses perbaikan, peneliti bekerjasama dengan guru kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo. Adapun langkah-langkah perbaikan pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1) Guru memberi salam.

2) Guru memimpin doa sebelum memulai pembelajaran.

3) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab tentang jenis pekerjaan yang mereka ketahui.

4) Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

5) Sebelum pelajaran dimulai, guru dan peserta didik bernyanyi bersama untuk membangkitkan semangat peserta didik. 6) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang


(75)

51

7) Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk mengambil materi tugas. Materi tugas yang di dapatkan adalah berupa gambar yang berisi tulisan di bawahnya yang digunakan sebagai kata kunci.

8) Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat beberapa kalimat dengan menggunakan beberapa kata kunci yang telah diberikan oleh guru.

9) Setiap kelompok mempresentasikan hasil tugasnya di depan kelas.

10) Kelompok lain mengamati hasil kerja temannya.

11) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti.

12) Guru menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peserta didik. 13) Guru memberikan post-test kepada peserta didik (dikerjakan

secara individu) untuk mengukur pemahamannya terkait materi yang telah diajarkan dengan waktu yang telah ditentukan.

14) 5 peserta didik yang paling cepat mengerjakan dan benar semua akan diberikan reward oleh guru.

15) Guru memberi penguatan kepada peserta didik.

16) Guru memimpin do’a untuk mengakhiri pelajaran.


(76)

52

c. Tahap Pengamatan.

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan mengidentifikasi data yang diperoleh selama pengamatan berlangsung, berupa lembar observasi guru dan peserta didik dan lembaran post-test

untuk mengukur pemahaman peserta didik. Apabila analisis data siklus I sudah diketahui, kemudian baru melakukan refleksi. d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan setelah guru melakukan tindakan. Hasil dari analisis data siklus II, kemudian didiskusikan bersama untuk mengetahui hambatan maupun kendala selama melaksanakan proses pembelajaran.

E. Data dan Cara Pengumpulannya

1. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini ada dua, yaitu: a. Sumber data primer

1) Siswa

Dalam pengumpulan data di lapangan, peneliti menggunakan sumber data primer dengan melalui pengamatan dan wawancara secara mendalam tentang kemampuan siswa untuk memahami materi jenis-jenis pekerjaan, aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dan kendala yang terjadi dan harapan siswa.


(77)

53

2) Guru

Data yang terdapat dari guru adalah untuk memperoleh informasi pra siklus, data tentang nilai siswa, karakter siswa, dan melihat keefektifan penggunaan strategi concept sentence

dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran IPS.

b. Sumber data sekunder

Sumber data yang kedua penelitian sebagai tambahan, yaitu berasal dari dokumen yang dibutuhkan yang dimiliki oleh guru. 2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.

a. Metode Observasi

Metode observasi adalah cara mengumpulkan data dengan mengamati perilaku, peristiwa, atau mencatat karakteristik fisik dalam keadaan yang alamiah atau nyata. Dalam proses obervasi ini yang dilakukan adalah mengamati objek secara langsung dengan penuh perhatian dan bisa dilakukan dengan cara


(1)

104

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa

kelebihan dari strategi pembelajaran concept sentence ini dapat

terlihat pada saat pembelajaran. Kelebihan-kelebihannya yaitu meningkatkan semangat belajar peserta didik, membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam belajar, dan lebih memahami kata kunci dari materi pembelajaran. Sehingga apabila dia nyaman untuk belajar, maka hasil yang diperoleh pun juga akan lebih baik dibanding sebelumnya.


(2)

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian melalui dua siklus yang telah di deskripsikan sesuai dengan pembahasan serta analisis dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, antara lain dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan strategi pembelajaran concept sentence pada materi

jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Hal ini dapat terbukti dengan adanya peningkatan aktifitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I skor aktifitas siswa adalah 63 dengan prosentase 75%. Sedangkan pada siklus II skor aktifitas siswa adalah 80 dengan prosentase 90,9%. Selain itu penggunaan strategi

pembelajaran concept sentence dapat membantu guru dalam

menciptakan suasana kelas yang aktif sehingga pengalaman belajar siswa lebih bermakna. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktifitas mengajar guru dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I skor aktifitas guru adalah 62 dengan prosentase 73,80%. Sedangkan pada siklus II skor aktifitas guru adalah 79 dengan prosentase 89,77%.


(3)

106

2. Peningkatan pemahaman siswa pada materi jenis–jenis pekerjaan mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas III MI Bahrul Ulum

Sidoarjo dengan menggunakan strategi concept sentence mengalami

peningkatan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklus. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa yang diperoleh adalah 73,57. Sedangkan pada siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 87,00. Prosentase pemahaman siswa pada tiap siklus juga meningkat. Pada siklus I, prosentase ketuntasan pemahaman siswa adalah 65,38%. Sedangkan pada siklus II, prosentase ketuntasan pemahaman siswa adalah 88,46%.

B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian di atas, peneliti dapat mengajukan saran-saran berikut:

1. Bagi Siswa

Siswa seharusnya lebih senang dan lebih semangat lagi ketika belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), karena Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari manusia. Khususnya pada materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang ekonomi. Agar siswa dapat mengetahui tentan kegiatan ekonomi yang ada di sekitar mereka. Oleh karena itu, siswa seharusnya lebih senang dan semangat lagi saat mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


(4)

107

2. Bagi Guru

Guru kelas hendaknya menerapkan strategi concept sentence

dengan variasi model pembelajaran yang lebih menarik, sesuai dengan karakter tiap siswa, dan juga penggunaan media di dalam pembelajaran.

Selain itu guru kelas juga dapat menggunakan strategi concept sentence

untuk materi pelajaran yang lain. Karena strategi concept sentence juga

cocok digunakan untuk mata pelajaran yang lain. Karena pada dasarnya strategi ini berisi tentang menggabungkan kata kunci saja untuk membentuk suatu kalimat atau cerita pendek. Dengan hal itu pemahaman siswa dapat terkonsep dengan baik.

3. Bagi Sekolah

Peneliti menyarankan untuk menggunakan strategi-strategi

pembelajaran yang sudah banyak berkembang dalam dunia pendidikan

yang sesuai dengan karakter tiap siswa. Khusunya strategi concept


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syaiful Djamarah. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: ANDI

Hanafiah, Nanang. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika

Aditama

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

. 2014. Penilaian Autentik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Kurniawati, Maf’ulah. (2016). Peningkatan Keterampilan Menulis Pengumuman

Melalui Pembelajaran Strategi Concept Sentence Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV MI Nurul Huda Krian Sidoarjo. Artikel Publikasi Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya

Kurniasih, Imas. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk

Peningkatan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata Pena

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Molan, Benyamin. 2014. Penelitian Tindakan Kelas Meningkatkan Sekolah Dan

Memberdayakan Pendidik. Jakarta: PT Indeks

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Nurhadi. 2010. Menciptakan Pembelajaran IPS Efektif dan Menyenangkan.

Jakarta: PT Multi Kreasi Satu Delapan

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media


(6)

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo

Sudiyono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindo

Sunaryo, Wowo. 2012. Taksonomi Kognitif perkembangan Ragam Berpikir.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Supardi. 2016. Penilaian Autentik Pembelajaran afektif, Kognitif, dan Psikomotor:

Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Susanto, Ahmad 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenada Media Group

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Thohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung:

Integrasi dan Kompetensi

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi

Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA ADOBE FLASH PADA MATERI MENGENAL JENIS-JENIS PEKERJAAN PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS III SD

6 18 24

Peningkatan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih melalui metode Scramble pada siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo.

6 47 105

Peningkatan pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan pada mata pelajaran IPS melalui metode Course Review Horray di kelas III MI Miftahul Huda Driyorejo Gresik.

0 0 112

Peningkatan pemahaman materi alat pencernaan manusia mata pelajaran IPA melalui model Word Square siswa kelas V MI Bahrul Ulum Sidoarjo.

0 1 110

Peningkatan pemahaman jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran ips melalui media scrapbook di kelas III MI Manbaul ulum Mojokerto tahun pelajaran 2016/2017.

1 8 105

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI JENIS-JENIS PEKERJAAN MATA PELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN LEMBAR BALIK (FLIP CHART)PADA SISWA KELAS III MI ATH-THOLIBIN NGAMBON-BOJONEGORO.

3 9 136

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN IPS MATERI SEMANGAT KERJA MELALUI TEKNIK PROBING PROMPTING PADA SISWA KELAS III MI BAHRUL ‘ULUM BESUR SEKARAN LAMONGAN.

0 1 112

PENINGKATAN PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI CIRCUIT LEARNING MATA PELAJARAN IPS MATERI JENIS-JENIS PEKERJAAN PADA SISWA KELAS III MI AL-HIKMAH SIDOARJO.

0 1 85

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PERMAINAN JEOPARDY MATA PELAJARAN IPS MATERI JENIS-JENIS PEKERJAAN PADA SISWA KELAS III A MI DARUSSALAM PAGESANGAN-SURABAYA.

0 1 61

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI BELAJAR PQ4R SISWA KELAS III MI BAHRUL ULUM SAHLANIYAH KRIAN.

0 0 156