Peningkatan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih melalui metode Scramble pada siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo.

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI TAYAMUM MATA PELAJARAN FIQIH MELALUI METODE SCRAMBLE

PADA SISWA KELAS III MI BAHRUL ULUM SIDOARJO

SKRIPSI Oleh:

Ilmiyatul Amaliyah NIM.D77213071

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA APRIL 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Ulum Sidoarjo. Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Ampel Surabaya. Taufik, M.Pd.I. Sulthon Mas’ud, S.Ag, M.Pd.I.

Kata Kunci: Pemahaman, Mata Pelajaran Fiqih, Metode Scramble.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap pembelajaran Fiqih materi Tayamum di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo. Hal ini dapat dilihat dari jumlah 26 siswa, hanya 5 siswa yang mendapat nilai tuntas, sedangkan 21 siswa lainnya belum tuntas. Untuk meningkatkan pemahaman tersebut peneliti menggunakan metode Scramble. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui langkah-langkah kegiatan yang menyenangkan, menarik, serta membangkitkan antusias siswa dalam belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo sebelum menggunakan metode Scramble. 2) Mengetahui penerapan metode Scramble untuk meningkatkan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo. 3) Mengetahui peningkatan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo melalui metode Scramble.

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan model PTK Kurt Lewin. Subjek penelitian ini terdiri dari 26 siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo. Tindakan ini menggunakan dua siklus (siklus I dan siklus II). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, penilaian Tes, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan metode Scramble pada materi Tayamum mata pelajaran Fiqih dilakukan 2 siklus. Hasil observasi aktivitas guru siklus I 82,35 dan meningkat pada siklus II 91,17. Sedangkan hasil observasi siswa siklus I 73,21 dan meningkat pada siklus II 92,85. 2) Peningkatan pemahaman siswa melalui metode Scramble pra siklus rata-rata kelas 62,19, siklus I meningkat menjadi 75,73 dan siklus II meningkat lagi menjadi 84,23. Peningkatan Prosentase ketuntasan belajar siswa Pra Siklus diperoleh prosentase 19,23%, siklus I 57,69%, dan meningkat pada siklus II menjadi 88,46%.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL -

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN MOTTO ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI iii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR RUMUS xvi

DAFTAR DIAGRAM xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Tindakan yang Dipilih 6

E. Lingkup Penelitian 7


(8)

1. Pengertian Pemahaman 10

2. Indikator Pemahaman 11

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman 12

4. Cara Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa 15

B. Mata Pelajaran Fiqih 1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih 19

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Fiqih 21

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih 22

4. Materi Tayamum 22

C. Metode Scramble 1. Pengertian Metode Pembelajaran 24

2. Tujuan Metode Pembelajaran 25

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode 26

4. Pengertian Scramble 27

5. Macam-Macam Scramble 28

6. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Scramble 29

7. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Scramble. 30

BAB III : PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian 32

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 37

C. Variabel yang Diteliti 39

D. Rencana Tindakan 39

E. Data dan Teknik Pengumpulannya 45

F. Analisis Data 49

G. Indikator Kinerja 54


(9)

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Pemahaman Materi Tayamum Mata Pelajaran Fiqih pada Siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo Sebelum

Menggunakan Metode Scramble 56

2. Penerapan Metode Scramble dan Peningkatan Pemahaman Materi Tayamum Mata Pelajaran Fiqih pada Siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan Menggunakan metode Scramble 58

B. Pembahasan 1. Penerapan Metode Scramble dalam Meningkatkan Pemahaman Materi Tayamum Mata Pelajaran Fiqih 77

2. Peningkatan Pemahaman Materi Tayamum Mata Pelajaran Fiqih 79

BAB V: PENUTUP A. Simpulan 83

B. Saran 84

DAFTAR PUSTAKA 86

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN 89

RIWAYAT HIDUP 90


(10)

Tabel Halaman 2.1 Kategori Hubungan dan Dimensi Proses Kognitif 11

3.1 Jadwal Kegiatan PTK 37

3.2 Kriteria Rata-Rata Kelas 51

3.3 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa 52 3.4 Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru 52 3.5 Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa 53 4.1 Hasil Nilai Pra Siklus Pemahaman Siswa Materi Tayamum 57 4.2 Hasil Nilai Siklus I Pemahaman Siswa Materi Tayamum 62 4.3 Hasil Nilai Siklus I Observasi Aktifitas Guru 63 4.4 Hasil Nilai Siklus I Observasi Aktifitas Siswa 65 4.5 Hasil Nilai Siklus II Pemahaman Siswa Materi Tayamum 72 4.6 Hasil Nilai Siklus II Observasi Aktifitas Guru 73 4.7 Hasil Nilai Siklus II Observasi Aktifitas Siswa 74 4.8 Peningkatan Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II 78 4.9 Peningkatan Hasil Nilai Pemahaman Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(12)

Rumus Halaman

3.1 Rata-rata Kelas 50

3.2 Prosentase Ketuntasan Belajar 51 3.3 Skor Observasi Aktifitas Guru 52 3.4 Skor Observasi Aktifitas Siswa 53


(13)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Peningkatan Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I dan

Siklus II 78

4.2 Peningkatan Hasil Nilai Pemahaman Siswa (Rata-Rata Pemahaman

dan Prosentase Ketuntasan) Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II 81 4.3 Peningkatan Hasil Nilai Pemahaman Siswa (Jumlah Siswa Tuntas dan


(14)

Lampiran 1 : Profil Sekolah MI Bahrul Ulum Lampiran 2 : Hasil Wawancara Guru Pra Siklus Lampiran 3 : Hasil Wawancara Siswa Pra Siklus Lampiran 4 : Hasil Wawancara Guru Siklus I Lampiran 5 : Hasil Wawancara Siswa Siklus I Lampiran 6 : Hasil Wawancara Guru Siklus II Lampiran 7 : Hasil Wawancara Siswa Siklus II Lampiran 8 : Instrumen Observasi Guru Siklus I Lampiran 9 : Instrumen Observasi Siswa Siklus I Lampiran 10 : Instrumen Observasi Guru Siklus II Lampiran 11 : Instrumen Observasi Siswa Siklus II Lampiran 12 : RPP Siklus I

Lampiran 13 : Instrumen Validasi RPP Siklus I Lampiran 14 : Soal Siklus I

Lampiran 15 : Instrumen Validasi Soal Siklus I Lampiran 16 : RPP Siklus II

Lampiran 17 : Instrumen Validasi RPP Siklus II Lampiran 18 : Soal Siklus II


(15)

Lampiran 20 : Daftar Nilai (Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II) Lampiran 21 : Surat Tugas

Lampiran 22 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 23 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 24 : Kartu Konsultasi Skripsi Lampiran 25 : Gambar Kegiatan Siklus I Lampiran 26 : Gambar Kegiatan Siklus II


(16)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintahan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan siswa agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan juga merupakan pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah yang berlangsung seumur hidup dan bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.1

Dalam Islam, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan wajib dilaksanakan oleh setiap umatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini:


(17)

َُُ

ُ نَع

ُ

يبَا

ُ

َُءاَد رَد

ُ

َُيضَر

ُ

ُ ِا

ُ

ُ ه َع

ُ

َُلاَق

ُ,

ُ ت عمَس

ُ

ُ ل و سَر

ُ

ُِا

ُ

ىَلَص

ُ

ُ ِا

ُ

ُه يَلَع

ُ

َُ

َُمَلَس

ُ

2

.

)ملسمُ ا ر(

َُُُةَ َج لاُىَلاُاًق يرَطُُ ِاَُُلَ َسُاًم لعُُه يفُيغَت بَيُاًق يرَطَُُكَلَسُُ نَمُ:ُ ل و قَي

Berdasarkan hadits diatas dijelaskan bahwa apabila orang yang senang menuntut ilmu atau pendidikan, maka orang tersebut telah memiliki jalan untuk menuju Surga, hal ini berarti orang yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh maka akan diberi Allah ganjaran Surga.

Dalam proses pengembangan sumber daya manusia, pendidikan merupakan suatu sarana terpenting yang mampu menciptakan sumber daya manusia yang kritis, mandiri, serta menyeluruh, karena ia merupakan modal dasar untuk mendapatkan manusia yang berkualitas.

Mengingat pentingnya pendidikan sebagai penentu terciptanya manusia yang berkualitas, diperlukan seorang guru yang mampu memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Seorang guru dituntut bukan hanya memahami materi, namun guru juga dituntut untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang komunikatif dan menyenangkan, salah satunya dengan menerapkan metode dalam proses belajar mengajar.3

Dalam proses pendidikan Islam, metode memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bahkan metode sebagai

2Hussein Bahreisj, Aljamus Shahih, Shahih Bukhari-Muslim, (Surabaya: CV. Karya Utama),

30.

3Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail, 2008),


(18)

seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa sering dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Ini adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa. Materi yang disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka akan kurang dapat dicerna oleh siswa. Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar sama pentingnya dengan komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan. Semakin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, maka akan semakin efektif kegiatan pembelajaran.4

Pendidikan Agama Islam atau yang biasa disingkat PAI merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Pendidikan agama bagi siswa harus berdasarkan keimanan dan praktik beribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta bertujuan untuk menyempurnakan amal sholeh tanpa melupakan kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Konsep tersebut sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2013 tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

4Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta:


(19)

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang baik, berguna bagi agama, bangsa, dan negaranya.5

Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan pada siswa di tingkat Madrasah Ibtidaiyah. Mata pelajaran Fiqih membahas ajaran agama Islam dari segi syariat tentang tata cara manusia melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan mengatur kehidupan sesama manusia serta alam sekitarnya. Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah (MI) diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina siswa untuk mengetahui, memahami, dan menghayati syariat Islam untuk diamalkan dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari secara sederhana.

Idealitas di atas kurang sesuai dengan realitas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Siswa kelas III di MI Bahrul Ulum Sidoarjo masih banyak yang belum mampu memahami mata pelajaran Fiqih khususnya materi Shalat Tayamum. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa 26, hanya 5 siswa yang mendapat nilai tuntas sedangkan 21 siswa lainnya belum mencapai ketuntasan atau masih dibawah KKM yang telah ditentukan sehingga dapat dihitung prosentase ketuntasan belajar siswa kelas III pada materi ini adalah 19,23% (sangat kurang), disamping itu rata-rata pemahaman siswa terhadap materi adalah 62,19 (cukup).

5Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003),


(20)

Solusi pemecahannya adalah peneliti menggunakan metode Scramble dalam pembelajaran Fiqih materi Tayamum. Penggunaan metode Scramble ini dapat memudahkan para siswa memahami atau menjawab pertanyaan yang sulit melalui metode Scramble. Metode Scramble ini memiliki langkah-langkah kegiatan yang menyenangkan, menarik serta membangkitkan antusias siswa dalam belajar.

Terdorong oleh rasa kejiwaan sebagai pendidik, penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut secara lebih mendalam dengan mengadakan penelitian ilmiah dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul: “Peningkatan Pemahaman Materi Tayamum Mata Pelajaran Fiqih Melalui Metode

Scramble Pada Siswa KelasُIIIُMIُBahrulُUlumُSidoarjo.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sukodono Sidoarjo sebelum menggunakan metode Scramble?

2. Bagaimana penerapan metode Scramble untuk meningkatkan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sukodono Sidoarjo?


(21)

3. Bagaimana peningkatan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sukodono Sidoarjo dengan menggunakan metode Scramble?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan penelitian, sebagai berikut:

1. Mengetahui pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sukodono Sidoarjo sebelum menggunakan metode Scramble.

2. Mengetahui penerapan metode Scramble untuk meningkatkan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo.

3. Mengetahui peningkatan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan metode Scramble.

D. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh peneliti dalam pembelajaran Fiqih yaitu dengan menggunakan metode Scramble. Dengan menggunaan metode Scramble diharapkan pemahaman siswa pada materi Tayamum mata pelajaran Fiqih dapat meningkat. Dalam hal


(22)

ini, peneliti mengajak siswa agar mudah memahami atau menjawab pertanyaan yang sulit melalui metode Scramble. Metode Scramble ini memiliki langkah-langkah kegiatan yang menyenangkan, menarik serta membangkitkan antusias siswa dalam belajar.

E. Lingkup Penelitian

Untuk memfokuskan pada tujuan penelitian maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini. Adapun yang menjadi ruang lingkup adalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo.

2. Penelitian ini difokuskan pada materi Tayamum mata pelajaran Fiqih yang perlu ada perbaikan dalam proses pembelajaran.

a. Kompetensi Inti:

1) Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2) Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.

3) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan


(23)

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya dirumah dan disekolah.

b. Kompetensi Dasar:

1.3) Meyakini akan kemudahan syari’at Islam dalam bersuci (Tayamum)

2.3) Membiasakan perilaku sabar dalam ibadah sebagai implementasi dari pemahaman terhadap tata cara tayamum 3.3) Memahami tata cara tayamum

3. Metode Scramble yang dipakai dalam memperbaiki proses pembelajaran.

F. Signifikasi Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis dan praktis bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi siswa

a. Memudahkan siswa dalam memahami materi Tayamum mata pelajaran Fiqih

b. Meningkatkan keaktifan siswa untuk ikut serta dalam berlangsungnya proses pembelajaran.


(24)

2. Bagi guru

a. Memotifasi guru untuk lebih meningkatkan kinerja dan meningkatkan keprofesionalismeannya dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Terperolehnya inovasi metode pembelajaran untuk mata pelajaran Fiqih khususnya materi Tayamum.

3. Bagi sekolah

Acuan dalam kebijakan tentang peningkatan kualitas sekolah. 4. Bagi peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang bagaimana penerapan metode Scramble dalam proses pembelajaran. 5. Bagi peneliti lain


(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengantar Tentang Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman

Secara bahasa pemahaman adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kefahaman terhadap suatu hal, yang dimaksud adalah meningkatkan kefahaman siswa terhadap suatu materi atau topik.6 Sedangkan secara istilah pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.7

Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.8 Kemampuan memahami juga dapat diartikan sebagai kemampuan

6Depdikbud, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 51.

7Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996),

50.


(26)

mengerti tentang hubungan antarfaktor, antarkonsep, antarprinsip, antardata, sebab akibat, dan penarikan kesimpulan.9

2. Indikator Pemahaman

Indikator pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan pengetahuan, siswa belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghafal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut.10

Tabel 2.1

Kategori Hubungan dan Dimensi Proses Kognitif.11 Kategori Proses

Kognitif (Memahami)

Contoh

1 Mengartikan

Contoh, menguraikan dengan kata-kata sendiri dalam pidato.

9Kunandar, PENILAIAN AUTENTIK, Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

Kurikulum 2013, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 168.

10Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abdi, 2004), 286.

11Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),


(27)

2

Memberikan contoh

Contoh, memberikan contoh macam-macam gaya lukisan artistik.

3 Mengklasifikasi

Contoh, mengamati atau menggambarkan kasus kekacauan mental.

4 Menyimpulkan

Contoh, menulis kesimpulan pendek dari kejadian yang ditayangkan video.

5 Menduga

Contoh, mengambil kesimpulan dasar-dasar contoh dari pembelajaran bahasa asing.

6 Membandingkan

Contoh, membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan situasi sekarang. 7 Menjelaskan

Contoh, menjelaskan penyebab peristiwa penting di prancis abad ke 18.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi:


(28)

1) Usia 6) Motivasi Belajar 2) Pengalaman 7) Ketekunan

3) Kecerdasan 8) Sikap

4) Minat 9) Kebiasaan belajar

5) Perhatian 10) Kondisi fisik (kesehatan) b. Faktor Eksternal

Merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu keluarga, guru, dan masyarakat.

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami sesuatu yang diperoleh. Pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula pemahamannya.

2) Keluarga

Keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi pemahaman seseorang, karena keluarga merupakan pendidikan pertama bagi setiap manusia.

3) Guru

Menurut Dunkin sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya menyatakan bahwa terdapat sejumlah aspek yang dapat


(29)

mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru diantaranya:12

a) Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya, dan adat istiadat.

b) Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan profesional, tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan. c) Teacher properties, segala sesuatu yang berhubungan dengan

sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk didalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi.

12Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Fajar


(30)

4) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman seseorang. Seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.

5) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pemahaman seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, misalnya TV, radio, atau surat kabar, maka hal itu akan dapat meningkatkan pemahaman seseorang.

4. Cara Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat digunakan dalam upaya meningkatan pemahaman siswa:

a. Memperbaiki proses pengajaran

Langkah ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan proses pemahaman siswa dalam belajar. Proses pengajaran tersebut meliputi: memperbaiki tujuan pembelajaran, bahan (materi), strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat serta pengadaan evaluasi belajar, yang mana evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.


(31)

b. Adanya kegiatan bimbingan belajar

Kegiatan bimbingan belajar merupakan bantuan yang diberikan kepada individu tertentu agar mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan secara optimal. Adapun tujuan dari kegiatan bimbingan belajar adalah:13

1) Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi siswa. 2) Menunjukkan cara-cara mempelajari dan menggunakan buku

pelajaran.

3) Memberikan informasi (saran dan petunjuk) yang sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatannya.

4) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan atau ujian.

5) Menunjukkan cara-cara mengatasi kesulitan belajar.

6) Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya.

c. Menumbuhkan waktu belajar

Berdasarkan perumusan Jhon Aharoil, dalam observasinya mengatakan bahwa bakat untuk suatu bidang studi tertentu ditentukan

13Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),


(32)

oleh tingkat belajar siswa menurut waktu yang disediakan pada tingkat tertentu.14

Ini megandung arti bahwa waktu yang tepat untuk mempelajari suatu hal akan memudahkan sesorang dalam mengerti hal tersebut dengan cepat cepat dan tepat.

d. Pengadaan umpan balik (feedback) dalam belajar

Umpan balik merupakan respon terhadap akibat pebuatan dari tindakan kita dalam belajar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa guru harus sering mengadakan umpan balik sebagai pemahaman belajar. Hal ini dapat diberikan kepastian kepada siswa terhadap hal-hal yang masih dibingungkan terkait materi yang dibahas dalam pembelajaran. Juga dapat dijadikan tolak ukur guru atau kekurangan-kekurangan dalam penyampaian materi. Yang paling penting adalah dengan adanya umpan balik, jika terjadi kesalahan pemahaman pada siswa akan diperbaiki kesalahannya.15

e. Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald, “Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions”. “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksiuntuk

14Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 13. 15Ibid., 117.


(33)

mencapai tujuan”.16 Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa dapat yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.17 f. Pengajaran perbaikan (Remedial Teaching)

Remedial Teaching adalah upaya perbaikan terhadap pembelajaran yang tujuannya belum tercapai secara maksimal. Pembelajaran remidi ini dilakukan oleh guru terhadap siswanya dalam rangka mengulang kembali materi pelajaran yang mendapatkan nilai kurang memuaskan sehingga setelah dilakukan pengulangan tersebut siswa dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik.

Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Mengulang pokok bahasan seluruhnya

2) Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai

16Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), 115. 17Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo, 2006), 94.


(34)

3) Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal secara bersama-sama

4) Memberikan tugas khusus g. Keterampilan mengadakan variasi

Keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran adalah suatu kegiatan dalam proses interaksi belajar mengajar yang menyenangkan. Ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa pada strategi pembelajaran yang monoton. Sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa aktif dan berfokus pada materi pelajaran yang disampaikan.18

B. Mata Pelajaran Fiqih

1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih a. Fiqih

Fiqih menurut bahasa adalah “tahu atau faham”. Sedangkan menurut istilah yang digunakan para ahli Fiqih (Fuqaha), Fiqih adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan atau membahas tentang hukum-hukum Islam yang bersumber pada Al-Qur’an, As-Sunnah dan dari dalil-dalil terperinci.19

18M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), 87. 19 Zakiyah Darajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),


(35)

Dalam kurun pertama, istilah Fiqih diartikan sama dengan ilmu (pengetahuan), yaitu memahamkan sesuatu secara mendalam, pengetahuan yang tidak mudah diketahui umum, maupun pengetahuan yang didapati dengan jalan mempergunakan kecerdasan dan kebijaksanaan yang mendalam. Segala rupa ilmu (pengetahuan) yang timbul di masa sahabat dan tabi’in dinamakan Fiqih. Namun seiring berjalannya waktu, istilah Fiqih mengalami sedikit perubahan arti. Pendapat Imam Hanafi mengatakan bahwa Fiqih adalah ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban, menerangkan segala yang diwajibkan, diharamkan, disunnahkan, dimakhruhkan, dan dibolehkan, termasuk kepercayaan (iman).20

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Fiqih adalah ilmu yang membahas tentang ajaran Islam dalam aspek hokum atau syariat.

b. Mata Pelajaran Fiqih

Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang membahas ajaran agama Islam dari segi syari’at Islam tentang cara-cara manusia melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan mengatur kehidupan sesame manusia serta alam sekitarnya. Mata pelajaran Fiqih di


(36)

Madrasah Ibtidaiyah diarahkan untuk mendorong, memahami, menghayati syari’at Islam agar bisa diamalkan dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari secara sederhana. Aspek-aspek yang ditekankan di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

a. Pengetahuan syari’at Islam sederhana

b. Pengalaman dan pembinaan syari’at Islam dalam kehidupan sehari-hari

Kegiatan yang termasuk dalam kelompok mata pelajaran Fiqih adalah membiasakan shalat, puasa, dan gemar melakukan infaq dan bershodaqoh. Sedang dalam pelaksanaannya, Madrasah dapat merencanakan melalui dua kegiatannya yaitu:

1) Kegiatan pendalaman materi yang berkaitan dengan Shalat, Puasa, Haji, Zakat, Infaq, dan Shodaqoh.

2) Melalui halaqoh kajian Islam serta kegiatan aplikasi melalui adwal khusus seperti Shalat berjama’ah, pesantren Ramadhan, dan Hari Gerakan Amal (Jum’at beramal).

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Fiqih a. Fungsi Mata Pelajaran Fiqih

Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah berfungsi mengarahkan dan mengantarkan siswa agar dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan


(37)

dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat islam secara Kaffah (sempurna).21

b. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih

Tujuan dari Fiqih adalah menerapkan aturan-aturan atau hukum-hukum dalam kehidupan. Sedangkan tujuan dari penerapan aturan-aturan itu untuk mendidik manusia agar memiliki sikap dan karakter taqwa dan menciptakan kemaslahatan bagi manusia. Kata “taqwa” adalah kata yang memiliki makna luas yang mencakup semua karakter dan sikap yang baik. Dengan demikian Fiqih dapat digunakan untuk membentuk karakter.22

Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:23

1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli.

2) Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

21 Ahmad Rofi’I, Pembelajaran Fiqih, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Departemen Agama RI, 2009), 6.

22 Ibid., 7.

23 Permenag RI No.02 Tahun 2008, Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan

Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah,


(38)

3) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan baik dan benar sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT maupun hubungan manusia dengan diri sendiri. 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:24

a. Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun islam yang baik dan benar, seperti: tata cara thaharah, sholat, puasa, zakat, dan ibadah haji.

b. Fiqih Muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman ketentuan makan dan minum yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

4. Materi Tayamum

a. Pengertian Tayammum

Tayamum ialah mengusap muka dan dua tangan sampai siku menggunakan debu atau tanah yang suci dengan beberapa persyaratan sebagai pengganti wudhu.

b. Rukun Tayamum

Rukun tayamum ada 4, yaitu:


(39)

1) Niat

ُ ت ي َوَن

ُ

َُممَيَتلا

ُ

ُةَحاَبت سا

ُ

َُاَصلا

ُ

اًض رَف

ُ

ُِ

ُ

ىَلاَعَت

Artinya: “Aku niat bertayamum untuk dapat mengerjakan sholat Fardhu karena Allah”

2) Mengusap muka

3) Mengusap kedua tangan sampai siku. 4) Tertib (urut)

c. Sunnah Tayamum

Sunnah Tayamum ada 5, yaitu: 1) Membaca Bismillah.

2) Menghadap ke arah kiblat

3) Mendahulukan anggota tayamum yang kanan daripada yang kiri. 4) Menepiskan debu jika debu berada di tengah telapak tangan. 5) Membaca dua kalimat syahadat setelah selesai tayamum, seperti

halnya selesai berwudlu. d. Sebab-sebab Tayamum

Tayamum dilakukan sebagai pengganti wudhu karena ada sebab-sebab sebagai berikut:

1) Tidak adanya air

2) Tidak mampu menggunakan air, seperti orang lemah atau orang dipenjara.


(40)

3) Sakit, dan akan memperlambat sembuh dari sakit bila terkena air. 4) Jumlah air sedikit dan lebih dibutuhkan untuk menyambung hidup

(minum).

5) Tidak adanya alat untuk mendapatkan air, misalnya tidak ada alat untuk menimba air.

6) Takut habisnya waktu shalat sedangkan untuk mendapatkan air sangat jauh.

e. Syarat-syarat Tayamum

Tayamum dibolehkan sebagai pengganti wudhu dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1) Telah masuk waktu shalat.

2) Tidak ada air dan sudah mencari, namun tetap tidak mendapatkannya sedangkan waktu shalat sudah masuk.

3) Dengan menggunakan tanah atau debu yang suci

4) Orang yang sedang sakit pada anggota wudlunya dan akan bertambah parah jika terkena air.

C. Metode Scramble

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu ”methods”. Kata ini terdiri dari dua suku kata; yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti


(41)

jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.25.

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu.26 Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas dimana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung.27 Guru harus kaya metode pembelajaran, karena seorang guru membutuhkan keterampilan mengajar yang lebih disbanding dengan orang yang bukan guru. Dan itu harus ditempa melalui jenjang pendidikan.28

2. Tujuan Metode Pembelajaran

Metode yang dipilih oleh guru tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran. Metode harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses untuk mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya.

25Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1996), 53.

26Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), 2. 27Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 21. 28Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid, (Jogjakarta: DIVA


(42)

Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini, metode pembelajaran bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa mencapai tujuan pembelajaran.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode

Winarno Surakhmad mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:29

a. Siswa

Perbedaan individual siswa baik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan kreatif dalam waktu yang telah ditentukan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

b. Tujuan

Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi kedalam setiap siswa. Artinya,


(43)

metodelah yang harus tunduk kepada kehendak tujuan dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan maka metode harus mendukung.

c. Situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Misalnya pada suatu waktu guru ingin menciptakan situasi belajar mengajar di alam terbuka, yaitu diluar sekolah. Maka dalam hal ini guru harus guru tentu harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu. Demikianlah, situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. d. Fasilitas

Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran, karena fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang kegiatan belajar mengajar siswa disekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran.

e. Guru

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Terkadang satu guru mampu melaksanakan metode ini, terkadang satu guru tidak, begitupun sebaliknya. Mampu tidaknya guru dalam menerapkan


(44)

metode pembelajaran merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.

4. Pengertian Scramble

Sramble berasal dari bahasa inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Menurut Rober B. Taylor, Scramble merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa. Metode ini mengharuskan siswa untuk menggabungkan otak kanan dan otak kiri. Dalam metode ini, mereka tidak hanya diminta untuk menjawab soal, tetapi juga menerka dengan cepat jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam kondisi acak. Ketepatan dan kecepatan perpikir dalam menjawab soal menjadi salah satu kunci permainan metode pembelajaran Scramble.30

5. Macam-Macam Scramble

Sesuai dengan sifat jawabannya, Scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk yaitu:

a. Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna.

30 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka


(45)

b. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat, dan benar.

c. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis dan bermakna.

6. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Scramble

Langkah-langkah atau sintak pembelajaran Scramble dapat diterapkan dengan mengikuti tahap-tahap berikut:31

a. Guru menyajikan materi sesuai topik.

b. Setelah menjelaskan materi, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.

c. Guru memberikan durasi waktu tertentu untuk mengerjakan soal. d. Siswa mengerjakan soal berdasarkan waktu yang telah ditentukan

guru.

e. Guru mengecek durasi waktu sambil memeriksa pekerjaan siswa. f. Jika waktu pengerjaan soal sudah habis, siswa wajib mengumpulkan

lembar jawaban kepada guru. Dalam hal ini siswa yang selesai maupun tidak selesai harus mengumpulkan jawaban itu.


(46)

g. Guru melakukan penilaian, baik di kelas maupun di rumah. Penilaian dilakukan berdasarkan seberapa cepat siswa mengerjakan soal dan seberapa banyak soal yang ia kerjakan dengan benar.

h. Guru memberi apresiasi dan rekognisi kepada siswa-siswa yang berhasil dan memberi semangat kepada siswa yang belum cukup berhasil menjawab dengan cepat dan benar.

7. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Scramble32

a. Kelebihan Metode Scramble

Kelebihan yang dimiliki metode pembelajaran Scramble: 1) Melatih siswa untuk berpikir cepat dan tepat.

2) Melatih kedisiplinan siswa.

3) Membuat siswa lebih kreatif dalam belajar dan berpikir, mempelajari materi secara lebih santai dan tanpa tekanan karena metode ini memungkinkan para siswa untuk belajar sambil bermain.

4) Materi yang diberikan menjadi mengesankan dan selalu diingat siswa.

5) Mendorong siswa lebih kompetitif dan semangat untuk lebih maju.

b. Kekurangan Metode Scramble


(47)

Metode pembelajaran Scramble memiliki kekurangan sebagai berikut:

1) Siswa menerima bahan mentah yang hanya perlu diolah dengan baik.

2) Metode pembelajaran ini sulit dalam hal perencanaanya karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Memerlukan waktu yang panjang dalam implementasiannya, sehingga guru susah menyesuaikan waktu yang sudah ditetapkan. 4) Karena menggunakan metode permainan, metode pembelajaran

ini sering menimbulkan kegaduhan yang bisa mengganggu kelas yang berdekatan.


(48)

A. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam rangka perbaikan mutu pada pelaksanaan proses pembelajaran. Tujuan penelitian sendiri secara umum ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Sedangkan, kegunaannya adalah untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.33

Dalam hal ini, peneliti terjun ke lapangan untuk mengamati dan meneliti secara langsung pada saat guru melakukan proses pembelajaran atau mengajar. Peneliti dalam melakukan penelitian tindakan menggunakan bentuk kolaboratif, dimana guru sebagai mitra kerja peneliti.

33Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,


(49)

Menurut Seharsini, Suhardjono dan Supardi menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata dari penelitian – tindakan – kelas:34

1. Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang diminati.

2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan dapat saja bersifat kuantitatif.35

34Rido Kurniyanto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), 9. 35Fitri Yuliawati, dkk, Penelitian Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidik Profesional,


(50)

Adapun karakteristik PTK yang membedakannya dengan jenis penelitian lain:36

1. An inquiry of practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya). Dengan perkataan lain, munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan.

2. Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri. Ini berarti, guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya didalam kelas, apa dampak tindakan tersebut bagi siswa, mengapa dampaknya seperti itu, dan yang terpenting bagaimana cara mengobati dampak tersebut.

3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.

4. Tujuannya untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-pelaksanaan-tindakan-refleksi-revisi (perencanaan ulang).

Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model Kurt Lewin. Peneliti memilih menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin karena peneliti merasa model ini lebih mudah di fahami dari beberapa model Penelitian Tindakan Kelas yang lain.

Model Kurt Lewin ini berbentuk spiral yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus. Kurt Lewin menyatakan

36IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas


(51)

bahwa konsep pokok dalam penelitian tindakan terdiri dari 4 komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).37 Empat tahapan dalam pelaksanaan PTK membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral sebagai berikut:

Gambar 3.1

Model PTK Kurt Lewin

Secara keseluruhan, bagan diatas mempunyai empat tahapan dalam PTK yang membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan, yang mana siklus II

37 Fitri Yuliawati, dkk, Penelitian Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidik Profesional,


(52)

dilaksanakan apabila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus I. Siklus III dilaksanakan karena siklus II belum mengatasi masalah, begitu juga siklus-siklus berikutnya. 38

Penjelasan dari tahapam penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin adalah sebagai berikut:39

1. Perencanaan (Planning)

Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti harus menyusun perencanaan, yaitu dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan yang telah dirumuskan pada RPP pada situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3. Pengamatan (Observing)

Pada tahapan ini peneliti melaksanakan pengamatan dikelas yang meliputi: mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

38Rido Kurniyanto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, 12. 39Ibid., 13.


(53)

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, yang harus dilakukan peneliti adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK tercapai.

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian

a. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Bahrul Ulum Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

b. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 yaitu pada bulan Oktober sampai Desember 2016. Jadwal kegiatan Penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(54)

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan PTK

No Kegiatan

Tahun Pelajaran 2016-2017 Okt Nov Des Jan Feb Mar 1 Rapat

identifikasi masalah 2 Izin Penelitian 3 Proposal 4 Seminar

Proposal 5 Pra Siklus 6 Siklus I 7 Siklus II 8 Skripsi

c. Siklus PTK

PTK ini dilaksanakan melalui pra siklus, siklus I, dan siklus II. Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).


(55)

2. Karakteristik Subjek Penelitian a. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III MI Bahrul Ulum Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo ketika pembelajaran Fiqih tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa sebanyak 26, yaitu 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

b. Karakteristik subyek penelitian

Pemilihan kelas ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pemahaman siswa materi Tayamum mata pelajaran Fiqih di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo ini masih perlu ditingkatkan. Penerapan metode Scramble dipilih kerena sebelumnya belum pernah diterapkan pada mata pelajaran Fiqih khususnya materi Tayamum.

C. Variabel yang Diteliti

Variabel yang menjadi sasaran dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Variabel Input : Siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo. 2. Variabel Proses : Metode Scramble

3. Variabel Output : Pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih.

D. Rencana Tindakan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin sering dijadikan acuan pokok atau dasar dari berbagai model


(56)

penelitian tindakan (action reseacrh), terutama PTK. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research.40

Penelitian tindakan dilakukan dalam beberapa siklus sesuai dengan kebutuhan. Dimana pada masing-masing siklus diberikan perlakuan yang sama (tentang alur kegiatan yang sama) dan membahas satu pokok bahasan yang diakhiri dengan evaluasi pada akhir masing-masing siklus.

Siklus I

Penelitian pada siklus I ini dilakukan dengan memberikan tindakan berupa:

1. Perencanaan (Planning)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Menyusun instrumen dan skenario penelitian

b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian

c. Menentukan pokok bahasan dan metode yang digunakan

d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I yang difokuskan pada perencanaan langkah-langkah perbaikan atau skenario tindakan yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi Tayamum mata pelajaran Fiqih. Dalam rencana perbaikan pembelajaran ini peneliti menerapkan metode Scramble. e. Menyiapkan alat dan sumber belajar

f. Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung g. Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu:


(57)

1) Lembar instrumen observasi guru siklus I 2) Lembar instrumen observasi siswa siklus I 3) Lembar instrumen wawancara guru siklus I 4) Lembar instrumen wawancara siswa siklus I 5) Lembar RPP siklus I

6) Lembar instrumen validasi RPP siklus I 7) Lembar soal siklus I

8) Lembar instrumen validasi soal siklus I

h. Merencanakan kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran

1) Rata-rata pemahaman siswa terhadap materi Tayamum mencapai ≥80

2) Prosentase keberhasilan siswa yang mencapai KKM 78 sebesar ≥80%.

3) Skor aktivitas guru mencapai ≥80 4) Skor aktivitas siswa mencapai ≥80 2. Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran pada materi Tayamum mata pelajaran Fiqih dengan menerapkan metode Scramble. Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun untuk siklus I. Adapun rincian rencana pelaksanaan pembelajarannya meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.


(58)

3. Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran Fiqih materi Tayamum dikelas III MI Bahrul Ulum Sukodono. Hal yang dilakukan peniliti adalah sebagai berikut:

a. Mengamati semua proses pembelajaran dan mencatat semua masalah atau kekurangan pada pembelajaran Fiqih materi Tayamum dengan mengunakan metode Scramble.

b. Mengisi data yang diperlukan dalam penelitian, seperti mengisi lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan siswa, lembar pengamatan guru, dan lembar kerja siswa.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah menganalisis hasil observasi yang telah dilaksanakan pada siklus I. Peneliti mengevaluasi hasil observasi dan menganalisis hasil pembelajaran, yang mana dapat diketahui apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus I dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sukodono dalam materi Tayamum mata pelajaran Fiqih. Peneliti juga dapat mencatat kelemahan-kelemahan proses pembelajaran pada siklus I untuk dijadikan bahan penyusunan perancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.

Setelah pelaksanaan siklus I dengan empat tahapan ini, apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilakukan,


(59)

peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru yang menentukan rancangan siklus berikutnya.

Kegiatan pada siklus II dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus II mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang belum berhasil dalam meningkatkan kemampuan memahami.

Siklus II

Apabila telah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus I tersebut, maka guru bersama peneliti menentukan rancangan siklus berikutnya untuk menguatkan hasil. Penelitian pada siklus II ini dilakukan dengan memberikan tindakan berupa:

1. Perencanaan (Planning)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II dengan memperhatikan kekurangan dan kendala-kendala yang terjadi pada siklus I.

b. Menyiapkan alat dan sumber belajar

c. Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung d. Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu:

1) Lembar instrumen observasi guru siklus II 2) Lembar instrumen observasi siswa siklus II


(60)

3) Lembar instrumen wawancara guru siklus II 4) Lembar instrumen wawancara siswa siklus II 5) Lembar RPP siklus II

6) Lembar instrumen validasi RPP siklus II 7) Lembar soal siklus II

8) Lembar instrumen validasi soal siklus II

e. Merencanakan kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran

1) Rata-rata pemahaman siswa terhadap materi Tayamum mencapai ≥80

2) Prosentase keberhasilan siswa yang mencapai KKM 78 sebesar ≥80%.

3) Skor aktivitas guru mencapai ≥80 4) Skor aktivitas siswa mencapai ≥80 2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II peneliti dibantu guru melaksanakan pembelajaran pada materi Tayamum mata pelajaran Fiqih dengan menerapkan metode Scramble yang telah direncanakan dalam RPP siklus I yang telah di refleksi pada siklus II.

3. Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses siklus II pembelajaran Fiqih materi Tayamum dikelas III MI Bahrul Ulum Sukodono. Hal yang dilakukan peniliti adalah sebagai berikut:


(61)

a. Mengamati semua proses pembelajaran dan mencatat semua masalah atau kekurangan pada pembelajaran Fiqih materi Tayamum dengan mengunakan metode Scramble.

b. Mengisi data yang diperlukan dalam penelitian, seperti mengisi lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan siswa, lembar pengamatan guru, dan lembar kerja siswa.

4. Refleksi (Reflecting)

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas penerapan metode Scramble dalam upaya meningkatkan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sukodono Sidoarjo.

E. Data dan Teknik Pengumpulannya 1. Data

Data adalah bahan mentah yang diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta.41 Adapun data yang diambil dalam penelitian ini meliputi dua macam, yaitu:

a. Data Kualitatif

Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi, karateristik yang berwujud pertanyaan atau berupa fakta-fakta. Adapun yang termasuk dalam data kualitatif pada penelitian ini


(62)

adalah data yang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Fiqih, data aktivitas guru, dan juga aktivitas siswa. b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka. Data kuantitatif dalam penelitian ini bisa didapatkan dari jumlah siswa, nilai siswa, prosentase ketuntasan minimal, serta prosentase aktivitas guru dan aktivitas siswa.

Keberhasilan suatu penelitian didukung oleh sumber data. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.42 Ada dua sumber data dalam PTK, yaitu sumber data primer dan sekunder.43 Sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer, yang meliputi: 1) Siswa

Sumber data siswa untuk mendapatkan data mengenai hasil penerapan peningkatan pemahaman pada materi Tayamum mata pelajaran Fiqih.

2) Guru

Sumber data guru untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi metode Scramble terhadap peningkatan pemahaman siswa materi Tayamum mata pelajaran Fiqih.

42Suharsimi Arikunto, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Madiun: IKIP PGRI Madiun,

2011), 126.


(63)

3) Teman Sejawat/kolaborator

Teman sejawat/kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komperhensif, baik dari siswa maupun guru.

b. Sumber data sekunder, yang meliputi: data nilai, dokumentasi dan buku.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang akurat akan bisa diperoleh ketika proses pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknis pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan dari narasumber yang dapat memberikan informasi mengenai penelitian yang dilakukan.44

Adapun instrumen yang digunakan pada pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1) Lembar instrumen wawancara guru, untuk mendapatkan data tentang pendapat mengenai proses pembelajaran dan tingkat keberhasilan pembelajaran


(64)

2) Lembar instrumen wawancara siswa, untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa pada materi Tayamum mata pelajaran Fiqih.

b. Observasi

Observasi (pengamatan) merupakan upaya yang dilakukan pelaksana PTK untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan menggunakan alat bantu atau tidak.45

Observasi dalam PTK dapat dilakukan untuk memantau guru dan siswa. Dalam pelaksanaanya digunakan alat bantu checklist atau skala penilaian.

Adapun Instrumen yang digunakan pada pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1) Lembar instrumen observasi guru, untuk memperoleh data tindakan yang dilakukan guru sesuai dengan masalah PTK. 2) Lembar instrumen observasi siswa, untuk memperoleh data

aktifitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung. c. Tes

Tes merupakan alat ukur yang sistematik untuk melihat tingkat keberhasilan peningkatan pemahaman siswa. Tes digunakan peneliti untuk mendapatkan data peningkatan pemahaman materi Tayamum

45Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia,


(65)

mata pelajaran Fiqih melalui metode Scramble pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sukodono Sidoarjo. Dalam hal ini, peneliti menggunakan instrumen tes berupa soal-soal tes.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah laporan tertulis tentang peristiwa berupa gambar, dokemen resmi, foto, catatan mengenai peristiwa yang isinya memberikan penjelasan atas gambaran terhadap suatu peristiwa. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada lembaga sekolah sebagai penunjang/penguat data yang diperoleh, meliputi gambar, dokumen nilai, dan foto.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengolahan data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah diajukan sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti, yaitu:46

1. Data kuantitatif (nilai hasil tes belajar siswa) dapat dianalisa secara deskriptif, seperti mencari nilai rata-rata dan prosentase keberhasilan belajar dan lain-lain.

46Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi


(66)

2. Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), afektif, aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, maupun kepercayaan diri, dapat dianalisis secara kualitatif. Data kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tulis pada setiap akhir siklus.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana berikut: 1. Tes

Penilaian tes ini diperoleh dari hasil tes peningkatan pemahaman materi Tayamum berbentuk tes tulis soal uraian. Data dari hasil nilai siswa yang telah diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah keseluruhan siswa sehingga diperoleh nilai rata-rata. Untuk menghitung rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus:47

M = Σ � … … … ����� .Σ �

47 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja


(67)

Keterangan:

M = Ni�ai �a�a − �a�a Σ � = Ju��ah �e�ua ni�ai Σ � = Ju��ah �i��a

Adapun kriteria rata-rata kelas yang dikelompokkan kedalam lima kategori keseluruhan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Rata-Rata Kelas

Kriteria Skor

Sangat Baik 86-100%

Baik 71-85%

Cukup 56-70%

Kurang 41-55%

Sangat Kurang <40%

Sedangkan penilaian ketuntasan belajar berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), seorang siswa dikatakan berhasil jika telah mencapai taraf keberhasilan minimal dengan nilai 78.

Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:48

P = ∑ � � ∑ � % … … … ����� .

48 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan


(68)

Keterangan:

P = Prosentase yang akan dicari ∑ f = Jumlah siswa yang tuntas ∑ N = Jumlah seluruh siswa

Adapun kriteria tingkat keberhasilan belajar yang dikelompokkan kedalam lima kategori keseluruhan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa

Kriteria Skor

Sangat Baik 86-100%

Baik 71-85%

Cukup 56-70%

Kurang 41-55%

Sangat Kurang <40%

2. Observasi a. Guru

Observasi terhadap guru sebagai pengajar, akan dicari prosentase kemampuan guru dalam proses pembelajaran Fiqih materi Tayamum dengan menggunakan metode Scramble. Berikut rumus untuk menghitung skor observasi aktifitas guru:

� � � �


(69)

Tabel 3.4

Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru

Kriteria Skor

Sangat Baik 86-100%

Baik 71-85%

Cukup 56-70%

Kurang 41-55%

Sangat Kurang <40%

Setelah menghitung tahap – tahap kegiatan observasi guru, dapat diketahui berapa besar nilai keseluruhan observasi guru dalam proses belajar mengajar dengan penghitungan skor yang diperoleh dengan skor maksimal. Apabila masih kurang dari ketentuan skor perolehan akhir, maka akan dilaksanakan proses pembelajaran ulang.

b. Siswa

Observasi terhadap siswa sebagai pelajar, akan dicari skor nilai keseluruhan kemampuan siswa pada saat proses pembelajaran Fiqih materi Tayamum dengan menggunakan metode Scramble. Berikut rumus untuk menghitung skor observasi aktifitas siswa:

� � � �


(70)

Tabel 3.5

Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa

Kriteria Skor

Sangat Baik 86-100%

Baik 71-85%

Cukup 56-70%

Kurang 41-55%

Sangat Kurang <40%

Setelah menghitung tahap – tahap kegiatan observasi siswa, dapat diketahui bahwasannya berapa besar nilai keseluruhan observasi siswa dalam proses belajar mengajar dengan penghitungan skor yang diperoleh dengan skor maksimal. Apabila masih kurang dari ketentuan skor perolehan akhir, maka akan dilaksanakan proses pembelajaran ulang.

G. Indikator Kinerja

Indikator berasal dari bahasa Inggris yaitu to indicate, artinya menunjukkan. Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau


(71)

memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.49 Dengan demikian indikator berarti alat penunjuk atau sesuatu yang menunjukkan kualitas sesuatu.

Penelitian ini dapat dikatakan selesai jika memenuhi indikator sebagai berikut:

1. Rata-rata pemahaman siswa terhadap materi Tayamum mencapai ≥80 2. Prosentase keberhasilan siswa yang mencapai KKM 78 sebesar ≥80%. 3. Skor aktivitas guru mencapai ≥80

4. Skor aktivitas siswa mencapai ≥80

H. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kolaboratif, yakni penelitian dilakukan oleh peneliti bekerja sama dengan guru Kelas III yang mengajar mata pelajaran Fiqih di MI Bahrul Ulum Sukodono Sidoarjo.

1. Peneliti

a. Nama : Ilmiyatul Amaliyah b. NIM : D77213071

c. Unit Kerja : Mahasiswa PGMI S1 UIN Sunan Ampel Surabaya d. Tugas : Menyusun perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi, melaksanakan semua kegiatan, mengamati dan mengisi lembar observasi, melakukan diskusi dengan guru kolaborator, dan menyusun laporan hasil penelitian

49Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengenbangan Profesi


(72)

2. Guru kolaborasi

a. Nama : Muhammad Alfi, S.Pd.I

b. Unit Kerja : Guru mata pelajaran Fiqih kelas III di MI Bahrul Ulum Sukodono Sidoarjo.

c. Tugas : Bertanggung jawab atas semua jenis kegiatan pembelajaran, mengamati pelaksanaan pembelajaran, dan terlibat dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.


(73)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pemahaman Materi Tayamum Mata Pelajaran Fiqih pada Siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo Sebelum Menggunakan Metode

Scramble

Tahap ini disebut tahap Pra Siklus. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Tahap ini dilakukan dengan cara wawancara terhadap guru kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo mengenai pembelajaran materi Tayamum mata pelajaran Fiqih.

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru mata pelajaran Fiqih kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo yang dilakukan pada tanggal 17 November 2016, peneliti menemukan rendahnya pemahaman siswa terhadap materi Tayamum. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran Fiqih guru hanya sering menggunakan metode demonstrasi, ceramah dan penugasan, dan tidak adanya variasi dalam penggunaan metode pembelajaran. Hal ini dapat menjadikan siswa mudah bosan dan tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.


(74)

Untuk mengetahui nilai pemahaman siswa terhadap materi Tayamum mata pelajaran Fiqih, peneliti melihat nilai Ulangan Harian saat dilaksanakan pra siklus yang diperoleh dari guru mata pelajaran Fiqih. Adapun hasil nilai pemahaman pra siklus siswa pada materi Tayamum adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Nilai Pra Siklus

Pemahaman Siswa Materi Tayamum

Jumlah Nilai � � 1617

Jumlah Siswa � � 26

Nilai Rata-rata (M)

M = Σ �Σ � M =

= 62,19

Kriteria Cukup

Jumlah siswa tuntas ∑ 5

Jumlah siswa tidak tuntas 21

Prosentase Ketuntasan (P)

P = ∑ � � ∑ %

P = � %

= 19,23%

Kriteria Sangat Kurang

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai pemahaman siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo terhadap materi Tayamum mata


(75)

pelajaran Fiqih masih belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa 26, hanya 5 siswa yang nilainya tuntas sedangkan 21 siswa lainnya belum mencapai ketuntasan atau masih dibawah KKM yang telah ditentukan sehingga dapat dihitung prosentase ketuntasan belajar siswa kelas III pada materi ini adalah 19,23% (sangat kurang), disamping itu rata-rata pemahaman siswa terhadap materi adalah 62,19 (cukup). Hasil ini belum dapat memenuhi prosentase keberhasilan siswa yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu mencapai ≥80% dan rata-rata pemahaman siswa terhadap materi mencapai ≥80.

Untuk mengatasi masalah-masalah diatas yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman siswa pada materi Tayamum, peneliti menyusun rencana tindakan dengan menggunakan metode Scramble yang nantinya dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran berlangsung, suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan diharapkan meningkatkan pemahaman siswa.

2. Penerapan Metode Scramble dan Peningkatkan Pemahaman Materi Tayamum Mata Pelajaran Fiqih pada Siswa Kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan menggunakan metode Scramble

a. Siklus I

Siklus I ini dilaksanakan tanggal 26 November 2016 pada pembelajaran Fiqih materi Tayamum dengan menggunakan metode


(76)

Scramble di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan jumlah siswa sebanyak 26 anak. Siklus I terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang akan diuraikan sebagai berikut:

1) Perencanaan (Planning)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a) Menyusun instrumen dan skenario penelitian

b) Menentukan waktu pelaksanaan penelitian, yakni pada tanggal 26 November 2016

c) Menentukan pokok bahasan dan metode yang digunakan, yakni materi Tayamum mata pelajaran Fiqih dengan menggunakan metode Scramble.

d) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I yang difokuskan pada perencanaan langkah-langkah perbaikan atau skenario tindakan yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi Tayamum mata pelajaran Fiqih.

e) Menyiapkan alat dan sumber belajar

f) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung g) Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu:

(1) Lembar instrumen observasi guru siklus I (2) Lembar instrumen observasi siswa siklus I


(77)

(3) Lembar instrumen wawancara guru siklus I (4) Lembar instrumen wawancara siswa siklus I (5) Lembar RPP siklus I

(6) Lembar instrumen validasi RPP siklus I (7) Lembar soal siklus I

(8) Lembar instrumen validasi soal siklus I

h) Merencanakan kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran (1) Rata-rata pemahaman siswa terhadap materi Tayamum

mencapai ≥80

(2) Prosentase keberhasilan siswa yang mencapai KKM 78 sebesar ≥80%.

(3) Skor aktivitas guru mencapai ≥80 (4) Skor aktivitas siswa mencapai ≥80 2) Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap ini, peneliti menjalankan rencana tindakan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Tindakan yang dilakukan adalah menerapkan rencana pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan tanggal 26 November 2016 pada pembelajaran Fiqih materi Tayamum dengan menggunakan metode Scramble di kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo dengan jumlah siswa sebanyak 26 anak.


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian tindakan kelas yang telah

dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan metode Scramble untuk

meningkatkan pemahaman materi Tayamum mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo, dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode Scramble pada pembelajaran siklus I dan siklus II

memperoleh hasil yang berbeda. Perbedaan tersebut terlihat dari hasil observasi guru dan hasil observasi siswa. Hasil observasi guru pada siklus I dengan nilai 82,35 (baik) dan hasil observasi siswa pada siklus I dengan nilai 73,21 (baik). Pada pembelajaran siklus II, penerapan metode

Scramble yang dilakukan pada siswa kelas III MI Bahrul Ulum

menunjukkan hasil yang lebih baik daripada siklus sebelumnya. Hasil observasi guru pada siklus II dengan nilai 91,17 (sangat baik) dan hasil observasi siswa pada siklus II dengan nilai 92,85 (sangat baik).

2. Peningkatan Pemahaman Materi Tayamum Mata Pelajaran Fiqih

berdasarkan hasil penelitian tahap pra siklus dapat diketahui bahwa nilai pemahaman siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sidoarjo terhadap materi masih belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar siswa kelas III pada materi ini adalah


(2)

19,23% (sangat kurang), disamping itu rata-rata pemahaman siswa terhadap materi adalah 62,19 (cukup). Pada tahap siklus I dengan

menggunakan metode Scramble bisa dikatakan dapat meningkatkan

pemahaman siswa pada materi Tayamum mata pelajaran Fiqih. Hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan siswa kelas III pada materi Tayamum adalah sebesar 57,69% (cukup), disamping itu rata-rata nilai pemahaman siswa adalah 75,73 (baik). Tahap siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa adalah 84,23 (baik) dengan prosentase ketuntasan siswa sebesar 88,46% (sangat baik). Hasil ini telah memenuhi

prosentase ketuntasan yang telah ditentukan yaitu sebesar ≥80% dan

rata-rata pemahaman siswa terhadap materi mencapai ≥80. Dengan demikian

dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penerapan metode Scramble pada

siswa kelas III MI Bahrul Ulum Sukodono Sidoarjo dapat meningkatkan pemahaman siswa materi Tayamum mata pelajaran Fiqih.

B. Saran

Sebagai tenaga pengajar dan pendidik, sebaiknya guru banyak mencoba model dan strategi yang belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga siswa merasa belajar dengan penuh tantangan untuk mengenal hal-hal baru yang lebih menyenangkan daripada selalu menerapkan pembelajaran yang sudah

dilakukan selama ini. Dengan menggunakan metode Scramble misalnya,


(3)

atau menjawab pertanyaan yang sulit. Metode Scramble ini memiliki langkah-langkah kegiatan yang menyenangkan, menarik serta membangkitkan antusias siswa dalam belajar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Rineka

Cipta).

Arikunto, Suharsimi dan Supardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. (Madiun: IKIP

PGRI Madiun).

B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara).

Bahreisj, Hussein. Aljam’us Shahih, Shahih Bukhari-Muslim. (Surabaya: CV.

Karya Utama).

Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zaini. 1996. Strategi Belajar Mengajar.

(Jakarta: PT Rineka Cipta).

Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. (Bogor: Ghalia

Indonesia).

Darajat, Zakiyah. 1995. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. (Jakarta: Bumi

Aksara).

Depdikbud. 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka).

Depdikbud. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. (Jakarta: Sinar

Grafika).

Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: GP Press Group).

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Bumi Aksara).

Hamruni. 2009. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan.

(Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga).

Hartono, Rudi. 2013. Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid.

(Jogjakarta: DIVA Press).


(5)

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. (Semarang:

Rasail).

Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. (Jakarta: Rajawali Pers).

_________. 2013. PENILAIAN AUTENTIK, Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada)

Kurniyanto, Rido, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. (Surabaya: LAPIS

PGMI).

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Mardalis. 2006. Metode Penelitian. (Jakarta: Bumi Aksara).

Mustaqim dan Abdul Wahid. 2003. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta).

Permenag RI No.02 Tahun 2008. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah.

(Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah).

Ridwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. (Bandung:

Alfabeta).

Rofi’I, Ahmad. 2009. Pembelajaran Fiqih. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI).

Sadirman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: RajaGrafindo).

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada).

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

(Bandung: Alfabeta).


(6)

Sunaryo Kuswana, Wowo. 2012. Taksonomi Kognitif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. (Jakarta:

PT Fajar Interpratama Mandiri).

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada KTSP. (Jakarta: Kencana).

Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara).

Uzer Usman, M. 1990. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya).

Wardhani, IGAK dan Kuswaya Wihardit. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.

(Jakarta: Universitas Terbuka).

Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. (Yogyakarta: Media Abdi).

Yuliawati, Fitri, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidik


Dokumen yang terkait

Peningkatan pemahaman materi jenis-jenis pekerjaan mata pelajaran IPS melalui strategi Concept Sentence siswa kelas III MI Bahrul Ulum.

0 0 133

Peningkatan pemahaman materi alat pencernaan manusia mata pelajaran IPA melalui model Word Square siswa kelas V MI Bahrul Ulum Sidoarjo.

0 1 110

Peningkatan pemahaman mata pelajaran PKn materi harga diri melalui metode pair check pada siswa kelas III MI Ihyaul Ulum Canga’an Ujungpangkah Gresik.

0 0 144

Peningkatan pemahaman materi penggolongan makhluk hidup mata pelajaran IPA melalui strategi identitas korporat siswa kelas III MI Darussalam Sidoarjo.

0 0 119

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN PKN MATERI BANGGA BERBANGSA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI PADA SISWA KELAS III MI DARUL ULUM GEDONGAN SIDOARJO.

0 2 94

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI PUASA RAMADHAN MATA PELAJARAN FIQIH MENGGUNAKAN STRATEGI JOYFUL LEARNING PADA SISWA KELAS III MI ISLAMIYAH TAMAN SIDOARJO.

0 0 107

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAH JEPANG MELALUI METODE PEMBELAJARAN SCRAMBLE PADA SISWA KELAS V MI NURUL ISLAM SUKODONO SIDOARJO.

0 0 93

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN IPS MATERI SEMANGAT KERJA MELALUI TEKNIK PROBING PROMPTING PADA SISWA KELAS III MI BAHRUL ‘ULUM BESUR SEKARAN LAMONGAN.

0 1 112

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN FIQIH MATERI SHOLAT ID MELALUI METODE WORD SQUARE SISWA KELAS 4B MI AL ASYHAR GRESIK.

0 8 109

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI BELAJAR PQ4R SISWA KELAS III MI BAHRUL ULUM SAHLANIYAH KRIAN.

0 0 156