Sistem Pengelolaan Pengaduan

TELAAH PENGADUAN

 Kegiatan

meneliti
suatu
pengaduan untuk menentukan
apakah
pengaduan
tersebut
layak atau tidak layak untuk
ditindaklanjuti, dan memberikan
saran
kepada
Pimpinan
mengenai bentuk tindaklanjut
yang harus dilakukan.

Pengaduan

Dijawab

Tidak
layak

Telaah

Konfirmasi
Klarifikasi
Layak

Pemeriksaan

1.

Pengaduan tidak jelas, dalam arti tidak memberikan
indikasi yang cukup mengenai pelanggaran yang
menjadi dasar/ alasan pengaduan;

2.

Pihak yang diadukan tidak lagi menjadi aparat

pengadilan;

3.

Pengaduan mengenai pelanggaran yang dilakukan
oleh pihak lain di luar institusi pengadilan;

4.

Pengaduan mengenai keberatan terhadap
substansi putusan pengadilan;

5.

Pengaduan mengenai fakta atau perbuatan yang
terjadi atau dilakukan dalam tenggang waktu lebih
dari 2 (dua) tahun sebelum pengaduan diterima.






Konfirmasi : langkah atau tindakan untuk lebih
memperjelas pengaduan yang kurang jelas,
dengan cara meminta kepada pelapor untuk
memberikan indikasi-indikasi berupa perbuatan
konkrit yang dipandang sebagai pelanggaran,
atau memberikan bukti-bukti awal, atau
memberikan informasi mengenai pihak-pihak
yang mengetahui telah dilakukannya perbuatan
yang diadukan.
Klarifikasi : tindakan meminta kepada terlapor
atau pihak terkait (biasanya atasan terlapor)
untuk memberikan tanggapan dan/ atau
penjelasan secara kronologis mengenai hal yang
diadukan.

PEMERIKSAAN




Pemeriksaan : serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh satu
tim
pemeriksa
untuk
mengumpulkan
bukti-bukti
guna
mendapatkan keyakinan mengenai terbukti atau tidaknya suatu
dugaan pelanggaran, yang hasilnya akan menjadi dasar atau
pertimbangan bagi Pimpinan dalam mengambil keputusan;



Pengaduan : laporan yang disampaikan kepada pejabat yang
berwenang baik secara tertulis atau secara lisan mengenai
terjadinya penyimpangan dalam penyelenggaraan peradilan, atau
mengenai perbuatan yang dilakukan oleh aparat pengadilan yang
dipandang
merupakan

pelanggaran
terhadap
peraturan
perundang-undangan dan / atau kode etik. Pengaduan tidak hanya
diartikan sebagai laporan berisi keberatan yang berasal dari pihak
berkepentingan yang jelas jati dirinya, tetapi harus diartikan
sebagai informasi yang berasal dari siapapun termasuk yang tidak
jelas jati dirinya ( surat kaleng) maupun yang bersumber dari
pemberitaan media massa, sepanjang informasi tersebut
memberikan indikasi yang cukup kuat tentang adanya dugaan
pelanggaran oleh aparat pengadilan.



Pelapor : setiap orang, baik dalam kapasitas pribadi
atau sebagai kuasa dari pihak lain, atau dalam
kedudukan sebagai pengurus suatu organisasi, yang
menyampaikan
pengaduan
mengenai

adanya
dugaan pelanggaran oleh aparat pengadilan.



Terlapor : aparat pengadilan yang oleh pelapor di
dalam pengaduannya secara tegas ditunjuk sebagai
pihak yang diadukan karena dianggap telah
melakukan pelanggaran, atau dalam hal di dalam
pengaduan tidak ditunjuk secara spesifik pihak yang
diadukan, maka terlapor adalah aparat pengadilan
yang karena kedudukan, tugas dan fungsinya harus
dipandang sebagi pihak yang secara langsung harus
bertanggungjawab terhadap suatu pelanggaran yang
diadukan.



Pihak Terkait : aparat pengadilan yang meskipun
tidak ditunjuk sebagai pihak yang diadukan oleh

pelapor di dalam pengaduannya, tetapi karena
kedudukan, tugas dan tanggungjawabnya ada
keterkaitan dengan masalah yang diadukan. Jika dari
hasil pemeriksaan ternyata pihak terkait ini terbukti
terlibat atau ikut bertanggungjawab atas terjadinya
pelanggaran, maka dapat direkomendsaikan untuk
dikenai sanksi/ hukuman disiplin.



Saksi : pihak yang diajukan oleh pelapor atau terlapor
untuk didengar keterangannya, atau pihak yang oleh
tim pemeriksa dipandang perlu untuk didengar
keterangannya,
karena
dipandang
mengetahui
tentang terjadinya suatu pelanggaran oleh aparat
pengadilan.




Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) : dokumentasi dari
seluruh kegiatan pemeriksaan berupa catatan tim
pemeriksa tentang temuan hasil pemeriksaan dan
seluruh bukti yang diperoleh baik berupa keterangan
seseorang yang dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan, dokumen-dokumen, barang bukti, yang
wajib disimpan oleh tim pemeriksa sebagai bentuk
pertanggungjawaban
atas
obyektifitas
hasil
pemeriksaannya.



Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) : dokumen yang
harus
dibuat

oleh
tim
pemeriksa
sebagai
pertanggungjawaban kepada Pimpinan atas penugasan
yang diberikan kepada tim pemeriksa, paling sedikit
berisi dasar pemeriksaan, susunan tim pemeriksa, waktu
dan tempat pemeriksaan, identitas pelapor (jika ada),
terlapor dan pihak terkait, uraian hasil pemeriksaan,
kesimpulan, dan rekomendasi.

 Perintah

dari
pejabat
yang
berwenang
sehubungan
dengan
adanya informasi mengenai dugaan

pelanggaran peraturan perundangundangan dan/ atau kode etik baik
yang bersumber dari pengaduan
masyarakat atau sumber lain, yang
dituangkan dalam bentuk Surat
Tugas.

 Memperoleh

keyakinan
tentang
terbukti
atau
tidaknya
dugaan
pelanggaran yang dilakukan oleh
aparat pengadilan, serta memastikan
pihak yang harus bertanggungjawab
atas pelanggaran tersebut, sebagai
dasar
bagi

Pimpinan
untuk
mengambil keputusan.



Tim Pemeriksa pada Tingkat Banding hanya
berwenang melakukan pemeriksaan dalam hal
terlapor/ terperiksa adalah pejabat struktural
dan staf pada Pengadilan Tk. Banding, Ketua,
Wakil Ketua, Hakim dan Hakim Ad Hoc pada
Pengadilan Tk. Pertama serta pejabat struktural
dan staf pada Pengadilan Tk. Pertama.



Dalam hal terlapornya pejabat struktural dan
staf pada Pengadilan Tk. Pertama, kewenangan
pemeriksaan dapat didelegasikan kepada
Pengadilan Tk. Pertama.



Dalam hal terlapornya Hakim dan
Hakim Ad Hoc Tk. Banding, kewenangan
pemeriksaan ada pada Mahkamah
Agung.



Susunan
tim
pemeriksa
pada
Pengadilan Tk. Banding terdiri dari 3
(tiga) orang Hakim Tk. Banding yang
salah satunya sebagai Ketua tim,
dibantu oleh 1 (satu) orang pejabat
struktural atau staf sebagai Sekretaris.



Sebelum melakukan pemeriksaan agar dicermati dan dirumuskan
apa yang menjadi substansi pengaduan agar pemeriksaan yang
dilakukan fokus dan terarah.



Selanjutnya direncanakan pihak mana dan dokumen apa saja
yang perlu diperiksa guna membuktikan benar atau tidaknya
pengaduan, dan ditentukan waktu dan tempat pemeriksaan.



Pelaksanaan pemeriksaan seyogyanya dilakukan di tempat yang
netral, dalam arti tempat yang tidak memberikan hambatan
psikologis kepada terperiksa untuk memberikan keterangan
secara bebas.



Dalam pemeriksaan pengaduan pada dasarnya tidak ada
pedoman baku mengenai tata cara pemeriksan yang wajib diikuti
secara mutlak, tetapi sedapat mungkin mengadopsi kaidah-kaidah
yang berlaku dalam pemeriksaan dalam perkara pidana.



Pemanggilan terhadap pihak-pihak yang akan
hendaknya mengindahkan tenggang waktu yang wajar.



Setiap pemeriksaan terhadap seseorang ( pelapor, terlapor, saksi,
pihak terkait ) dituangkan dalam berita acara pemeriksaan yang
ditandatangani oleh tim pemeriksa dan terperiksa.

diperiksa



Apabila menemukan dokumen yang relevan dengan
substansi pengaduan dimintakan salinan resminya
atau setidak-tidaknya dimintakan foto copynya yang
selanjutnya dihimpun dalam kertas kerja pemeriksaan.



Hal-hal penting yang ditemukan dalam pemeriksaan
dan relevan dengan substansi pengaduan dicatat
dalam lembar temuan.



Dalam menyebutkan identitas terlapor dan pihak
terkait baik di dalam berita acara pemeriksaan
maupun dalam laporan hasil pemeriksaan agar
mencantumkan tempat dan tanggal lahir, pangkat/
golongan, dan jabatan. Hal ini penting dalam
menentukan jenis sanksi yang dikenakan.



Apabila pengaduan mengenai perbuatan seseorang
jangan lupa dalam pemeriksaan ditanyakan waktu dan
tempat dilakukannya perbuatan, dan hal tersebut
dicatat dalam berita acara pemeriksaan.



Pencabutan pengaduan oleh Pelapor tidak
serta
merta
berakibat
ditutupnya
pengaduan, kecuali apabila untuk dapat
membuktikan adanya pelanggaran sangat
tergantung pada keterangan pelapor dan
bukti-bukti yang ada pada pelapor.



Dengan telah diundangkannya Peraturan
Bersama Mahkamah Agung RI dan Komisi
Yudisial RI No. 02 Tahun 2012, penegakan
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
sepenuhnya mengacu kepada Peraturan
Bersama No. 02 tersebut, tidak lagi
menggunakan PP No. 53 Tahun 2010.



Hasil pemeriksaan dituangkan dalam
Laporan Hasil Pemeriksaan yang disusun
mengikuti pedoman yang ada.



Laporan Hasil Pemeriksaan dibuat dengan
pertimbangan yang cukup, rasional dan
obyektif, sehingga dapat meyakinkan
Pimpinan atas kebenaran dan obyektifitas
hasil pemeriksaan.







Dalam
menindaklanjuti
suatu
pengaduan
Badan
Pengawasan MA RI dapat mendelegasikan kepada Pimpinan
Pengadilan Tingkat Banding atau Pimpinan Pengadilan
Tingkat Pertama untuk melakukan pemeriksaan.
Tim Pemeriksa pada Pengadilan Tingkat Banding adalah
merupakan kepanjangan tangan dari Pimpinan Pengadilan
Tingkat Banding yang memberi tugas untuk melakukan
pemeriksaan. Oleh karena itu Tim Pemeriksa pada
Pengadilan Tingkat Banding menyampaikan laporan hasil
pemeriksaannya kepada Pimpinan Pengadilan Tingkat
Banding.
Selanjutnya
Pimpinan
Pengadilan
Tingkat
Banding
meneruskan Laporan Hasil Pemeriksaan tersebut kepada
Badan Pengawasan Mahkamah Agung dengan memberikan
pendapat terhadap hasil pemeriksaan dan rekomendasi dari
Tim Pemeriksa pada Pengadilan Tingkat Banding.

TATACARA PEMBUATAN
LAPORAN HASIL
PEMERIKSAAN

1.

2.
3.
4.

5.
6.
7.

Dasar pemeriksaan, berisi nomor dan
tanggal surat tugas.
Susunan tim pemeriksa.
Waktu dan tempat pemeriksaan.
Identitas pelapor (jika ada), terlapor, saksisaksi dan pihak terkait.
Uraian hasil pemeriksaan.
Kesimpulan.
Rekomendasi.

1.

Dalam menyebutkan identitas terlapor dan
pihak terkait baik di dalam berita acara
pemeriksaan maupun dalam laporan hasil
pemeriksaan agar mencantumkan tempat
dan tanggal lahir, pangkat/ golongan, dan
jabatan. Hal ini penting dalam menentukan
jenis sanksi yang dikenakan.

2.

Uraian hasil pemeriksaan berisi kutipan
pokok-pokok keterangan pelapor, terlapor,
saksi-saksi dan pihak terkait serta isi
dokumen yang relevan disertai dengan
analisa atas keterangan terperiksa dan isi
dokumen tersebut.

3.

Kesimpulan berisi pernyataan mengenai
terbukti atau tidaknya fakta atau
perbuatan yang diadukan. Dalam hal
pengaduan dinyatakan terbukti, maka
harus disebutkan pelanggaran apa yang
telah dilakukan dan pasal-pasal dari
peraturan perundang-undangan dan/ atau
kode etik yang dilanggar.

4.

Rekomendasi berisi usulan mengenai
sanksi yang harus dijatuhkan,