UAS HUKUM ACARA MK | Muchamad Ali Safa'at Kasus Pulau Berhala

Pulau Berhala Kembali Diujimeteriilkan di MK

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Status Pulau Berhala kembali diperdebatkan di
Mahkamah Konstitusi (MK) dengan bertambahnya pemohon dalam uji materiil ini yang
sebelumnya telah diajukan oleh Gubernur Jambi.
Kali ini H Alias Welo dan Idrus, warga Kepulauan Riau selaku para pemohon lain
mempermasalahkan batas wilayah yang menyatakan bahwa Pulau Berhala masuk ke dalam
wilayah Jambi.
"Dimasukkannya Pulau Berhala ke dalam wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi adalah tidak berdasarkan hukum," ujar kuasa hukum pemohon, Syamsudin Daeng Rani
dalam persidangan pemeriksaan pendahuluan gedung MK, Jakarta Pusat, Jumat (1/6/2012).
Menurut pemohon, sejak semula tidak pernah disebutkan atau dicantumkan bahwa Pulau Berhala
termasuk dan atau bagian dari Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan atau Provinsi Jambi.
Syamsudin menjelaskan, Pasal 9 ayat (4) huruf a UU Nomor 54 tahun 1999 dan Pasal 3 UU
Nomor 25 tahun 2002 menurutnya bertentangan dengan UUD 1945 karena tidak memberikan
kepastian mengenai daerah pemerintahan dan tidak tercapainya kepastian hukum mengenai batas
wilayah dan administrasi pemerintahan bagi para pemohon.
Usai mendengarkan pemaparan para pemohon, majelis hakim yang diketuai oleh Anwar Usman
meminta para pemohon untuk memperbaiki permohonan lantaran kerugian konstitusional para
pemohon masih kurang lengkap dan tidak terperinci dengan jelas.
"Kerugian konstitusional hendaknya menjadi alasan permohonan dan alasan permohonan

sebaiknya dielaborasi lebih lanjut dengan menjelaskan apa yang menjadi kerugian pemohon
dengan berlakunya UU yang dimohonkan," ujar Anwar Usman.