Index of /enm/images/dokumen

Kerangka Acuan

ROUNDTABLE DISCUSSION
TRANSPORTASI UDARA DAN KEBANDARUDARAAN
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA
Jakarta, 3 Desember 2008

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
01.

Indonesia adalah negara yang mutlak memerlukan industri jasa penerbangan yang handal.




02.

Dari sisi domestik, Indonesia adalah negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia, terdiri
dari 18.108 pulau (data 2002, saat pasang naik, data dari LAPAN), luas perairan laut 5,9 juta Km dan
luas daratan 1,9 juta Km. Dalam wilayah kepulauan yang luas itu, setidaknya ada 440 kabupaten/kota

yang sebagian besar memerlukan transportasi udara, terutama untuk penumpang.

Dari sisi internasional, geografis letak Indonesia sangat strategis di persilangan dua benua, yakni Asia
dengan Australia, dan dua samudera, yaitu Pasifik dengan Hindia.
Industri penerbangan adalah sektor usaha yang dapat dikategorikan sebagai industri jasa ”fully regulated”,
padat karya dan juga padat modal. Dikatakan “fully regulated” atau padat peraturan karena banyak
peraturan yang harus dipenuhi. Padat modal dan padat karya karena industri penerbangan membutuhkan
modal besar dan tenaga kerja spesifik yang memiliki keahlian khusus.

SITUASI DEWASA INI
03.

04.

05.

06.

07.


Peraturan perundang-undangan mengenai industri penerbangan yang berlaku kini adalah Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan. Undang-undang ini masih secara jelas mengatur tentang
tanggung jawab operator pesawat udara terhadap pihak ketiga, tentang keamanan penerbangan, tentang
kebandar-udaraan (sudah ada), tentang penggunaan pesawat udara, tentang hak-hak yang melekat pada
pesawat udara, tentang pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara, tentang tanggung jawab produsen
pesawat udara, tentang jumlah santunan/ganti rugi, dan sebagainya. Dewasa ini sedang dibahas di tim
perumus Komisi V DPR-RI, mengenai revisi UU nomor 15 tersebut.
Dalam 8 tahun terakhir, industri penerbangan nasional Indonesia menunjukkan pertumbuhan sangat pesat:
berbagai perusahaan penerbangan baru muncul. Diiringi dengan terbukanya udara Indonesia bagi
penerbangan asing, pertumbuhan pesat itu mendorong terjadinya persaingan yang sangat ketat: tarif
menurun tajam; tapi tingkat pelayanan dan kenyamanan penerbangan ikut menurun.
Sementara itu, kapasitas prasarana penerbangan tidak tumbuh sepadan untuk mengimbangani peningkatan
penerbangan yang makin tinggi frekuensinya. Kontrol penerbangan tidak memadai karena kelemahan
prasarana dan sarana serta SDM.
Bandar udara adalah prasarana utama industri penerbangan nasional. Data Departemen Perhubungan
menyebutkan sekarang ini ada 149 bandar udara untuk penerbangan sipil sesuai ketentuan ICAO, 57 di
antaranya di kelola PT (Persero) Angkasa Pusat I dan PT (Persero) Angkasa Pura II. 9 bandara yang
dikelola kedua BUMN tersebut merupakan bandar internasional. Di negara kepulauan seperti Indonesia,
kehandalan bandar udara dan penerbangan harus saling menunjang dan memberikan manfaat besar bagi
pertumbuhan ekonomi negara untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.

Pertumbuhan industri jasa penerbangan nasional yang pesat tidak diikuti dengan peningkatan kualitas
kenyamanan. Tingkat keselamatan penerbangan nasional pun dikhawatirkan menurun, sehingga Uni
Eropa melakukan larangan terbang bagi maskapai penerbangan Indonesia memasuki udara Eropa.

ROUNDTABLE DISCUSSION
08.

Dengan latar pemikiran di atas, Komite Tetap Perhubungan Kadin Indonesia mengadakan dialog
mengenai industri jasa penerbangan dan kebandar-udaraan untuk membahas aspek-aspek pengembangan
industri penerbangan nasional atau transportasi udara) yang ditunjang oleh jasa kebandar-udaraan yang
handal.

10.

Tema
"Menuju Transportasi Udara dan kebandar-udaraan yang Efektif dan Berdaya saing Tinggi dalam Upaya
Menghadapi Era Integrasi Logistik Regional dan Internasional."

11.


Tujuan Round Table Discussion
a. Mengidentifikasi ”Vision” tentang sistem dan peran industri transportasi udara dan kebandar-udaraan
yang efektif, efisien dan berdaya saing untuk menunjang pengembangan ekonomi nasional.
b. Menyusun langkah-langkah strategis untuk menata sistem transportasi udara dan kebandar-udaraan
serta menciptakan kualitas layanan penerbangan dan kebandar-udaraan yang sehat

c.

Memperkuat assosiasi-assosiasi sehingga dapat memainkan peran utama dalam perbaikan bidang
usaha dan pelayanan
d. Mengembangkan formulasi dan derivasi langkah-langkah perbaikan jangka mendesak, pendek,
menengah dan jangka panjang mengingat cepat atau lambat kita akan memasuki era pasar terbuka.
12.

Hasil yang Diharapkan
a. Teridentifikasinya arah kebijakan sistem transportasi udara dan kebandar-udaraan yang ingin
diperjuangkan untuk dapat mencapai realisasi Vision yang diinginkan di masa mendatang.
b. Adanya keterpaduan kebijakan antar-moda angkutan terkait di Indonesia sebagai negara kepulauan.
c. Peningkatan peran Kadin dan Assosiasi yang lebih nyata sehingga daya saing pengusaha nasional
dapat lebih baik dan mampu bersaing menghadapi investasi asing serta mendorong terciptanya

industri usaha penerbangan yang sehat.
d. Timbulnya kesadaran baik pengusaha, operator, pengguna dan masyarakat umumnya untuk samasama menjunjung tinggi aturan yang berlaku dengan maksud efisiensi, keselamatan dan menjaga
kualitas lingkungan
e. Meningkatkan peran pengusaha/operator di Indonesia sehingga menjadi pemain handal di dalam dan
di luar negeri sesuai dengan kaidah-kaidah penerbangan dan keselatan transportasi internasional.
f. Merintis jalan untuk terciptanya sistem database yang handal pada assosiasi-assosiasi di sub sektor
transportasi udara dan kebandar-udaraan.

13.

Materi Bahasan yang Diharapkan dari Nara-sumber
a. Dirjen Perhubungan Udara





b.





Format Kemitraan INACA, GAFEKSI dengan Otoritas transportasi udara dan kebandaraan di
pusat dan daerah.

Peran transportasi udara dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Transportasi udara sebagai sektor strategis dan kebijakan yang berpihak kepada sektor dan sistem
transportasi.
Kebutuhan penataan sistem perundang-undangan dan peraturan turunannya.

Ketua Umum INACA





e.

Program strategis pemerintah di bidang transportasi udara.


Ketua Komisi V DPR-RI


d.

Visi Pemerintah tentang sistem angkutan udara dan kebandar-udaraan (orang dan barang).

Kapasitas dan daya saing industri penerbangan nasional dewasa ini.
Kebijakan pengembangan dan insentif yang dibutuhkan industri penerbangan nasional dalam
rangka mengembangan asas "cobotage" dalam transportasi udara dan dalam menghadapi
persaingan angkutan udara yang semakin keras.
Kesiapan industri penerbangan nasional menghadapi berlakunya National Single Window dan
ASEAN Single Window.
Langkah-langkah industri penerbangan nasional menghadapi ASEAN Economic Community
2013.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II







Peran bandar udara dalam pengembangan industri penerbangan nasional yang efisien, efektif dan
berdaya saing.
Program peningkatan efisiensi layanan jasa kebandar-udaraan PT Angkasa Pura II menghadapi
berlakunya National Single Window dan ASEAN Single Window.
Arah pengembangan PT Angkasa Pura II untuk mengantisipasi prospek jasa kebandar-udaraan
dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2013.

14.

Pembahas



15.

Ketua Gabungan Forwarder Ekspedisi Indonesia (GAFEKSI)
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI)


Peserta
a.
Instansi Terkait
1.
Dirjen Perhubungan Udara
2.
Direktur Keselamatan Penerbangan
3.
Direktur Sertifikasi Kelaikan Udara
4.
Direktur Teknik Bandar Udara
b.
Kadin-Asosiasi
5.
Bidang Perhubungan Kadin Indonesia
6.
Bidang Perhubungan Kadin-Kadin Provinsi
7.
Gabungan Forwarder Ekspedisi Indonesia (GAFEKSI)

8.
Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI)
9.
Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (ASPERINDO)
10. Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA)
11. Asosiasi Penerbangan Indonesia (INACA)
12. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)
c.
Perusahaan Penerbangan
10. Batavia Air
11. Cardiq Air
12. Citilink
13. Deraya Air Taxi
14. Dirgantara Air Service
15. Garuda Indonesia
16. Indonesia AirAsia
17. Indonesia Air Transport
18. Kartika Airlines
19. Lion Air
20. Linus Airlines

21. Mandala Airlines
22. Manunggal Air Services
23. Merpati Nusantara Airlines
24. Pelita Air Service
25. Republic Express Airlines
26. Riau Airlines
27. Sabang Merauke Raya Air Charter
28. Sriwijaya Air
29. Transwisata Prima Aviation
30. Travira Air
31. Trigana Air Service
32. Tri-MG Intra Asia Airlines
33. Wings Air
34. Xpress Air

16. Jadwal

AGENDA
NO

WAKTU

1

08:00–
09:00

ACARA
Registrasi dan Coffee Morning
Pembukaan

2

09:00–
09:20

3

09:20–
12:00




Laporan Ketua Komite Tetap Perhubungan Kadin
Indonesia, Bapak G.T. Soerbakti
Sambutan Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang
Investasi, Perhubungan, Informatika,
Telekomunikasi dan Pariwisata, Bapak Chris Kanter
Roundtable Discussion
Transportasi Udara dan Kebandar-udaraan
Moderator : Arlen Sitompul

Nara Sumber :
• Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Bapak Budhi
M. Suyitno
• Ketua Komisi V DPR-RI, Bapak H.A. Muqowam
• Ketua Umum INACA, Bapak Emirsyah Satar
• Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Bapak Edie
Haryoto
Pembahas:
• Ketua Gabungan Forwarder Ekspedisi Indonesia
(GAFEKSI) Soekarno Hatta, Bapak Arman Yahya
• Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI),
Bapak Bambang Susantono
Tanya Jawab

4

Penutupan
12:00-12:30 • Sambutan Penutup Wakil Ketua Komite Tetap
Perhubungan, Bapak Anton A. Nangoy
Selesai
• Ramah tamah, dilanjutkan dengan makan siang
bersama
-- o0o --