HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF SISWA KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU
KONSUMTIF SISWA KELAS XI SMA BOPKRI 2
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Brinna Kusumaning Dwi Gebyar Pangastuti
NIM 08104244010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
APRIL 2014

ii


iii

iv

MOTTO
“ Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala
rencanamu”
-Amsal 16 : 3“We cannot all do great things. But we can do small things with great love”
-Mother Theresia“Everything will be okay in the end, if it’s not okay, it’s not the end”
-Patrick Star-

v

PERSEMBAHAN

Persembahan karya ku sebagai tanda kasihku kepada:
1. Bapak dan Ibu: cinta, kasih sayang, dan doa yang tak pernah absen dari
hidupku.
2. Kakak tercinta: cinta, kasih sayang, doa, dukungan, dan perhatian yang selalu
kalian berikan.

3. Keluarga besarku: dukungan dan doa yang kalian berikan.
4. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukungku.
5. Almamaterku.

vi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU
KONSUMTIF SISWA KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
Oleh
Brinna Kusumaning Dwi Gebyar Pangastuti
NIM 08104244010
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsepdiri
dengan perilaku konsumtif siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, jenis
penelitian korelasional dengan sampel purposive siswa SMA kelas XI SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta sebanyak 86 siswa. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan skala. Tehnik analisis data menggunakan teknik analisis
statistik dan uji hipotesis menggunakan uji korelasi Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan siswa kelas XI SMA BOPKRI 2

Yogyakarta mempunyai tingkat konsep diri dalam kategori sangat rendah 0,00%,
kategori rendah 0,00%, kategori sedang 31,4%, tinggi 62,79% dan kategori sangat
tinggi 5,81%, sedangkan tingkat perilaku konsumtif dalam kategori sangat rendah
2,33%, kategori rendah 84,88%, kategori sedang 12,79%, kategori tinggi 0,00%,
dan kategori sangat tinggi 0,00% . Berdasarkan hasil uji korelasi antara konsep
diri dengan perilaku konsumtif diperoleh nilai rhitung sebesar -0,345 dengan nilai
N 86 dan rtabel (0,312). Berdasarkan hasil tersebut, dapat diartikan bahwa ada
hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif, artinya semakin
tinggi konsep diri, maka semakin rendah tingkat perilaku konsumtif, sebaliknya
semakin rendah konsep dirinya, maka akan semakin tinggi perilaku konsumtif.

katakunci : konsepdiri, perilakukonsumtif

vii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Engkau
sungguh baik yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya dan tidak pernah
terlambat pertolongan-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skrips ini

dengan baik sebagai syaratmemperoleh gelar SarjanaPendidikan.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan
terimakasih yang setulus-tulusnyakepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan
untuk menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah berkenan
memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini.
4. IbuProf. Dra. Sri Rumini dosen pembimbing I yang penuh kesabaran dalam
memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan yang tiada henti di sela-sela
kesibukannya.
5. Ibu Eva Imania Eliasa, M.Pd dosen pembimbing II yang penuh kesabaran
dalam memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan yang tiada henti di
sela-sela kesibukannya.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan selama masa studi peneliti.
7. Keluarga besar Universitas Negeri Yogyakarta atas bantuan dan kerjasamanya

sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan lancar.

viii

8. Kepala sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan izi
nuntuk mengadakan penelitian, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Guru bimbingan dan konseling SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah
member bantuan serta waktunyadalam proses penelitian.
10. Siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah berkenan member
bantuan informasi dan kesempatan untukmelakukan penelitian.
11. Bapak dan ibu tercinta yang telah mengorbankan tenaga dan waktu untuk
mendoakan,

membesarkan,

mendidik

serta

membiayai


kuliah

demi

tercapainya cita-citaku dan kesuksesanku.
12. Kakakku Puput Pawestri Pambajeng Larasati, buat segala dukungan dan
semangat yang selalu diberikan.
13. Keluarga besar: Mbak wanti, Om Lukas, Mbak Ndaru, Om Priyo, Om Tri,
Mas Junari, Kikan, Zico, Gabriel, Nando dan Reza . Terimakasih karena selalu
memberikan

motivasi dan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.
14. Teman teman terbaik ku : Ria widianingsih, Aiu, Dori, Mas Ferdy, Poliem,
Devi, Kak Cindy, Dilla, Rizal, yang selalu medukung, selalu member
semangat,
15. Teman seperjuangan selama kuliah Laely Eri, Natalia Putri Sejati, Neli
Romawati, Lia, Krisna terima kasih kalian sudah mau menjadi teman dan

keluarga baru yang bisa saling melengkapi.

ix

16. Para patner kerja di “Warung Leko” Ayu, Isna, Saud, Yuni, Nanda, Pak
Cahyo, Mbak Helen, Mas Miko, Tio, Tony, Adi, Kuntil, Aland, Dimas, Mas
Bolang, Ari, Mbak Tia, Andi, Mamak, si Sur dan teman-teman yang lain,
terimakasih buat semangat yang kalian berikan buat aku, buat ejekan kalian yg
membuatku termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsiku.
17. R. Sukmantya Jatu, aku buktikan kalau aku bisa menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih untuk waktu, semangat, dan motivasi yang selalu diberikan.
Banyak pelajaran berharga yang aku dapatkan dari kamu.
18. Teman-teman mahasiswa

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

angkatan 2008 khususnya kelas B atas semangat dan dukungannya selama
penulis menempuh studi.
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan demi terselesainyaskripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritikdan saran yang membangun dari
para pembaca. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada pembaca.
Yogyakarta,

Peneliti

x

Januari 2014

DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ..................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................

ii


HALAMAN SURAT PERNYATAAN ......................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................

iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................

v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................

vi

ABSTRAK..................................................................................................

vii


KATA PENGANTAR ................................................................................

viii

DAFTAR ISI. .............................................................................................

xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR..................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

xvi


BAB I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah .....................................................................

1

B. IdentifikasiMasalah ..........................................................................

7

C. PembatasanMasalah .........................................................................

8

D. RumusanMasalah .............................................................................

8

E. TujuanPenelitian ..............................................................................

8

F. ManfaatPenelitian ............................................................................

8

BAB II. KAJIANPUSTAKA
A. Perilaku Konsumtif
1. PengertianPerilaku Konsumtif ...................................................

10

2. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumtif .............

11

3. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif ................................................

16

4. Indikator Perilaku Konsumtif......................................................

19

5. Ciri dan Bahaya Perilaku Konsumtif…………………………. ...

21

xi

B. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri...............................................................

24

2. Pembentukan Konsep Diri ..........................................................

26

3. Dimensi Konsep Diri .................................................................

27

4. Aspek-aspek Konsep Diri ...........................................................

28

C. PerkembanganSiswa SMA
1. PengertianSiswa SMA ..................................................................

30

2. KarakteristikSiswa SMA yang sepadandenganmasaremaja.. .......

31

3. TugasPerkembanganMasaRemaja............................................ ....

35

D. Kerangka Pikir .................................................................................

42

E. ParadigmaPenelitian .........................................................................

44

F. Hipotesis Penelitian..............................................................................

45

BAB III. METODE PENELITIAN
A. PendekatanPenelitian ........................................................................

46

B. TempatdanWaktuPenelitian ..............................................................

47

C. PopulasidanSampelPenelitian ...........................................................

47

D. VariabelPenelitian ............................................................................

49

E. DefinisiOperasionalVariabelPenelitian .............................................

49

F. TehnikPengumpulan Data.................................................................

50

G. InstrumenPenelitian ..........................................................................

51

H. TeknikAnalisis Data.............................................................................

63

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HasilPenelitian
1.

DeskripsiSubjekPenelitian .........................................................

66

2.

Persiapan

...................................................................

67

3.

HasilUjiCoba

...................................................................

67

B. Analisis Data danPengujian Data ......................................................

68

C. Pembahasan ..........................................................................................

74

D. KeterbatasanPenelitian ........................................................................

77

xii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan ...................................................................................

78

B.

Saran .............................................................................................

78

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

80

LAMPIRAN ...............................................................................................

82

xiii

DAFTAR TABEL
Tabel 1.

Keadaan Populasi Subjek Penelitian............................................

hal
48

Tabel 2.

Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri(Tennesse Self Concept Scale).

54

Tabel 3.

Kisi-kisi Instrumen Perilaku Konsumtif......................................

55

Tabel 4.

Skor Penilaian Skala Konsep Diri................................................

56

Tabel 5.

Skor Penilaian Skala Perilaku Konsumtif.................................

57

Tabel 6.

Interpretasi Koefisien Reliabilitas...............................................

61

Tabel 7.

Deskripsi Subjek Penelitian.........................................................

68

Tabel 8.

Kriteria Kategori..........................................................................

69

Tabel 9.

Kategorisasi Skor Variabel Konsep Diri.....................................

70

Tabel 10.

Kategorisasi Skor Variabel Perilaku Konsumtif.......................

71

Tabel 11.

Hasil Uji Normalitas....................................................................

73

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

hal
Paradigma Penelitian.................................................................. 44

Gambar 2.

Grafik Konsep Diri..................................................................... 71

Gambar 3.

Grafik Perilaku Konsumtif ........................................................

xv

72

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.SkalaUjiCoba…………………………………………………..…
Lampiran 2.Uji Validitas Konsep Diri dan Perilaku Konsumtif……………....
Lampiran 3.Skala Konsep Diri dan Perilaku Konsumtif……………………...
Lampiran 4. Data HasilPenelitian……………………………………………..

xvi

hal
83
91
100
113

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena selera barat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, hal
ini dapat dilihat dari menjamurnya restoran-restoran makanan siap saji
(fast food)
malam,

dan munculnya tempat-tempat hiburan seperti kafe, klub

serta

maraknya

pembangunan

toko-toko

swalayan

dan

departement store. Salah satu yang mempengaruhi perilaku membeli
masyarakat adalah banyaknya penawaran produk yang beredar, baik secara
langsung maupun melalui media massa. Hal tersebut mendorong
masyarakat untuk melakukan pembelian secara berlebihan atau biasa
disebut perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif bukan lagi untuk
memenuhikebutuhan tapi untuk memenuhi keinginan yang sifatnya
menaikkan prestise, menjaga gengsi, mengikuti mode dan berbagai alasan
yang kurang penting.
Perilaku konsumtif sudah menjadi problem dalam kehidupan
banyak orang. Gencarnya iklan-iklan yang ditayangkan membombardir
pikiran sehingga sulit untuk memisahkan antara kebutuhan dan keinginan.
Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang
potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk
pada usia remaja khususnya remaja putri. Disamping itu, remaja biasanya
mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan

1

cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah
yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.
Di Indonesia, fenomena adanya kecenderungan perilaku konsumtif
yang banyak terjadi dikalangan remaja semakin meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari hasil survey AC Nielsen pada tahun 2004 yang menyatakan
bahwa jumlah orang Indonesia khususnya remaja yang membelanjakan
uangnya

di

toko

swalayan

cenderung

meningkat

ditahun

2004

dibandingkan 2003. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh AC Nielsen
pada bulan Agustus tahun 2005 menunjukkan 93% konsumen yaitu remaja
menganggap belanja ke mall merupakan hiburan atau rekreasi. Mall telah
menjadi budaya warga kota, khususnya anak muda untuk menghindari
stereotip kampungan (Deddy Kurniawan Halim, 2008:128).
Peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) pada
umumnya berada pada rentang usia antara 15-18 tahun. Dalam konteks
psikologi perkembangan individu berada pada fase remaja pertengahan.
Dikalangan siswa SMA yang memiliki orangtua dengan kelas
ekonomi yang cukup berada terutama di kota-kota besar, mall sudah
menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka dapat
mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal model itu sendiri selalu
berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang
dimilikinya.
Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup
sekelompok remaja khususnya siswa SMA. Dalam perkembangannya,
2

mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif.
Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang
memadai. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak
ekonomi,

tapi

juga

dampak

psikologis,

sosial

bahkan

etika

(e.psikologi.com), misalnya saja Angelina Sondakh. Dia adalah sosok yang
ideal, secara fisik dia cantik, dia juga pintar, banyak penghargaan yang
didapatnya. Kehidupan lingkungan yang menuntut dirinya agar tampil
sebaik mungkin membuat dirinya melakukan berbagai hal, salah satunya
adalah berperilaku konsumtif. Angelina sondakh bisa berbelanja hingga
milyaran rupiah semata-mata hanya karena ingin dipandang oleh
lingkungannya.

(http

:alkhoirot.wordpress.comdiunduh

tanggal

26

Desember 2013). Angelina sondakh adalah contoh ketika bahwa perilaku
konsumtif dapat memberikan pengaruh buruk dalam kehidupan apalagi
sejak dari remaja.
Perilaku konsumtif pada siswa SMA sebenarnya dapat dimengerti
bila melihat usia siswa SMA yang termasuk golongan remaja sebagai usia
peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya
oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu.
Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain
yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai
atribut yang sedang in. Remaja dalam perkembangan kognitif dan
emosinya masih memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama
penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Hal ini menjadi masalah
3

ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan
secara berlebihan. Jumlah populasi remaja dan fakta bahwa remaja kurang
terampil dalam mengelola keuangan.
Konsep diri merupakan pandangan terhadap diri sendiri yang
meliputi dimensi pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan mengenai
diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri.

Berbeda dengan

kepribadian, konsep diri bukanlah faktor bawaan, tetapi konsep diri
berkembang dalam diri seseorang melalui pengalaman, kemudian
dipelajari, serta adanya interaksi dengan orang lain. Konsep diri
merupakan semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya sendiri serta adanya pengaruh dalam hubungan dengan
orang lain.
Konsep diri merupakan evaluasi secara menyeluruh baik dari
persepsi atau pandangan-pandangan terhadap dirinya sendiri. Konsep diri
merupakan identitas diri sebagai skema dasar yang terdiri atas kumpulan
keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisir (Baron, R. A.
& Bryne, D 2004).
Berdasarkan

pembahasan

sebelumnya,

konsep

diri

adalah

pandangan, penilaian dan perasaan individu terhadap dirinya sendiri baik
secara fisik, psikis, sosial maupun moral. Individu mempunyai konsep diri
negatif adalah individu yang melihat dirinya selalu gagal, tidak mampu,
dan mempunyai pandangan buruk terhadap dirinya sebaliknya individu

4

yang mempunyai konsep diri positif adalah individu yang mempunyai
pandangan yang menyenangkan terhadap dirinya.
Konsep diri merupakan salah satu faktor perilaku konsumtif yang
berarti konsep diri mempunyai andil dalam mempengaruhi perilaku
konsumtif. Di satu sisi, remaja memiliki konsep dan prinsip tentang cantik,
namun di sisi lain mereka terkadang tidak kuasa menolak tawaran konsep
cantik itu sehingga keputusan memakai barang-barang dengan alasan ingin
terlihat menarik (Meilarartri,2004).
Loudon dan Bitta (1993) berpendapat bahwa remaja adalah
kelompok yang berorientasi konsumtif karena remaja suka mencoba halhal yang baru, tidak realistik dan cenderung boros. Perilaku konsumtif
pada masa remaja, antar 12-18 tahun dapat terjadi karena usia remaja
merupakan masa peralihan dan pencarian identitas. Lingkungan pergaulan
remaja punya banyak pengaruh terhadap minat, sikap, pembicaraan,
penampilan dan perilaku lebih besar dibandingkan dengan pengaruh
keluarga (Hurlock, 2004:213), hal ini disebabkan pada masa remaja,
remaja lebih banyak berada diluar rumah, mereka berusaha untuk
melepaskan diri dari pengaruh orang tuanya.Remaja sadar dukungan sosial
dipengaruhi penampilan yang menarik berdasarkan apa yang dikenakan
dan dimiliki, sehingga tidak mengherankan bila pembelian kosmetik dan
pembelian terhadap pakaian dan asesoris pada awal masa remaja dianggap
penting ( Meilaratri,2004;19-28).

5

Berdasarkan wawancara kepada guru BK di SMA BOPKRI 2
Yogyakarta menjelaskan bahwa sebagian besar siswa mempunyai perilaku
konsumtif yang tinggi khususnya kelas 2. Siswa sering sekali membawa
barang-barang hanya untuk dipamerkan kepada teman-temannya. Siswa
merasa bangga ketika mempunyai barang yang belum dimiliki oleh teman
mereka. Mereka selalu mengupdate segala sesuatu mulai dari sepatu,
aksesoris serta handphone. Kebanyakan siswa masih menggunakan uang
dari orang tua mereka sehingga mereka membeli apa yang mereka
inginkan bukan apa yang mereka butuhkan.
Produk-produk yang dipandang sebagai patokan barang yang
sedang in akan dibeli tanpa pertimbangan secara rasional. Hal tersebut
dilakukan sebagai upaya agar dapat diterima oleh kelompok sosialnya
terutama teman sebayanya sehingga pada akhirnya perilaku tersebut akan
mengarah pada kecenderungan perilaku konsumtif. Hal itu juga terlihat
dilingkungan SMA BOPKRI 2, ada beberapa siswa yang ingin tampil
lebih menarik hingga rela mengeluarkan uang jajannya untuk memenuhi
hasrat membelinya. Perilaku ini menyebabkan pemborosan, merugikan
dan membuat orang tua sangat berat memenuhi keinginan anaknya.
Apakah ini mempengaruhi konsep diri mereka sehinga waktu mereka
habis untuk berbelanja dapat mengganggu aktifitas belajar ?. Fenomena ini
membuat peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara konsep diri
dengan perilaku konsumtif dikalangan siswa khususnya siswa SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta. Penelitian ini penting untuk siswa mengungkap
6

adanya korelasi antara konsep diri dengan perilaku konsumtif, jika
memang ada hubungan, dapat dijadikan pembelajaran untuk siswa agar
tidak terjerumus dalam berperilaku konsumtif karena dapat membuat masa
depan suram.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, maka dapat diuraikan
identifikasi masalah, sebagai berikut :
1. Banyaknya iklan menyebabkan remaja mudah terpengaruh untuk
melakukan perilaku konsumtif
2. Beberapa kasus perilaku konsumtif yang terjadi dipengaruhi oleh
perilaku konsep diri yang negatif
3. Perilaku konsumtif pada remaja dilakukan dengan menggunakan uang
dari orang tua,
4. Kurangnya pengetahuan siswa mengenai konsep diri sehingga
mempengaruhi perilaku konsumtif
5. Kebanyakan para siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta membeli barang
yang mereka inginkan bukan apa yang mereka butuhkan.
6. Belum diketahui hubungan konsep diri dengan perilaku konsumtif
siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

7

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi penelitian
pada hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtifsiswa SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta.

D. Rumusan masalah
Dari uraian batasan masalah, maka rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu “Bagaimana hubungan antara konsep diri dengan
perilaku konsumtif pada siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari rumusan
masalah yang telah diuraikan. Dengan demikian tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan perilaku
konsumtif di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

F. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, antara lain sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis

8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuan dalam bidang Bimbingan dan Konseling mengenai
hubungan konsep diri dan perilaku konsumtif pada remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat lebih memahami pentingnya konsep
diri agar lebih bisa mengendalikan perilaku konsumtifnya dan
juga lebih bisa mengatur keuangan sehingga tidak boros.

b. Bagi Orang Tua
Orang Tua dapat selalu mengawasi putra-putrinya dalam
berperilaku konsumtif karena dapat membuat siswa menjadi
pribadi yang konsumtif.
c. Bagi Guru BK
Guru BK selaku pembimbing remaja disekolah diharapkan
dapat memberikan layanan bimbingan pribadi tentang konsep
diri dan cara mengendalikan perilaku konsumtif.
d.

Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan referensi pengetahuan dan dasar
bagi penelitian selanjutnya. Terutama dalam mendalami teori
tentang konsep diri dan perilaku konsumtif pada remaja.

9

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perilaku Konsumtif
1. Pengertian Perilaku Konsumtif
Depdiknas (2002:590) mengartikan istilah konsumtif yaitu
bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri).
Lebih lanjut Tim Prima Pena (2006:263) mendefinisikan kata
konsumtif sebagai pemakaian (pembelian) atau pengkonsumsian
barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan
bukan karena tuntutan kebutuhan yang dipentingkan.
Definisi perilaku konsumif juga dapat dipahami melalui
definsi perilaku konsumen seperti yang diungkapkan oleh
Sumartono(2002) bahwa perilaku konsumtif dapat diartikan
sebagai suatu tindakan meggunakan suatu produk secara tidak
tuntas. Artinya belum habis suatu produk dipakai, seseorang telah
menggunakan produk

jenis yang sama dari merk lain atau

membeli barang karena adanya hadiah yang ditawarkan atau
membeli suatu produk karena banyak orang menggunakan barang
tersebut.
Lubis (Sumartono,2002) secara garis besar mengatakan
perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan
pada pertimbanga yang rasional, melainkan karena adanya
keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional

10

lagi. Hal itu diperkuat dengan pernyataan Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (Sumartono, 2002) yang mengatakan
perilaku

konsumtif

menggunakan

adalah

konsumsi

kecenderungan

tanpa

batas

dan

manusia

untuk

manusia

lebih

mementingkan fakor keinginan daripada kebutuhan.
Asry (2006) mengatakan sebagai berikut “bahwa
konsumtif menjelaskan mengenai keinginan untuk
mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang
diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan
yang maksimal. Konsumtif juga biasanya digunakan untuk
menunjukan perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai
uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan
jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok”.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka diambil
kesimpulan bahwa perilaku konsumtif merupakan kecenderungan
individu membeli dan mengkonsumsi barang-barang tanpa batas
dan pertimbangan yang rasional ataupun mengkonsumsi barangbarang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan,
dimana hal tersebut didorong oleh keinginan untuk memenuhi
hasrat kesenangan semata daripada kebutuhan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Secara garis besar Gunita (2006 : 36) menyebutkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif ada dua, yaitu internal
dan eksternal:

11

a. Faktor Internal
Faktor internal ini juga terdiri dari dua aspek, yaitu faktor
psikologis dan faktor pribadi.
1) Faktor psikologis, juga sangat mempengarui seseorang
dalam bergaya hidup konsumtif, diantaranya :
a) Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi
tinggi untuk membeli suatu produk, barang / jasa maka
cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor
rasionalnya.
b) Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan
persepsi yang baik maka motivasi utuk bertindak akan
tinggi dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak
secara rasional.
c) Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak
dan belajar oang akan memperoleh kepercayaan dan
pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang
berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat
mennyebabkan perilaku konsumtif.

12

2) Faktor

Pribadi.

Keputusan

untuk

membeli

sangat

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu :
a) Usia, pada usia remaja kecenerungan seseorang untuk
berperilaku konsumtif lebih besar daripada orang
dewasa.
b) Pekerjaan,

mempengaruhi

pola

konsumsinya.

Seseorang dengan pekerjaan yang berbeda tentunya
akan mempnyai kebutuhan yang berbeda pula. Hal ini
dapat menyebabkan seseorang berperilaku konsumtif
untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
c) Keadaan ekonomi orang yang mempunyai uang yang
cukup akan cenderung lebih sering membelanjakan
uangnya untuk membeli barang, sedangkan orang
dengan ekonomi rendah akan cenderung hemat.
d) Kepribadian dan konsep diri. Kepribadian dan konsep
diri dapat menentukan pola hidup seseorang demikian
juga perilaku konsumtif pada seseorang dapat dilihat
dari tipe kepribadian tersebut.
e) Jenis kelamin. Jenis kelamin mempengaruhi kebutuhan
membeli,

karena

remaja

dibandungkan dengan pria.

13

putrilebih

konsumtif

b. Faktor Eksternal / Lingkungan
Perilaku konsumtif dipengruhi oleh lingkungan di
mana ia dilahirkan dan dibesarkan. Variabel-variabel yang
termasuk dalam faktor eksternal dan mempengaruhi
perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial,
kelompok sosial, dan keluarga.
1). Kebudayaan
Faktor budaya memiliki pengaruh yang mendalam. Hal
ini disebabkan karena budaya bertindak sebagai penentu
keinginan dan perilaku yang mendasar. Budaya dapat
didefinisikan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu
generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan
bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat. Manusia dengan kemampuan akal budaya telah
mengembangkan berbagai macam sistem perilaku demi
keperluan hidupnya. Kebudayaan adalah determinan yang
paling fungsional dari keinginan dan perilaku seeorang.
2). Kelas sosial
Pada dasarnya manusia Indonesia dikelompokan dalam
tiga golongan yaitu, golongan atas, golongan menengah dan
golongan bawah. Perilaku konsumtif antara kelompok
sosial satu dengan yang lain akan berbeda, dalam

14

hubungannya dengan perilaku konsumtif. Mangkunegara
(2005 : 43) mengkarakteristikan anatara lain :
a) Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan
membeli barang-barang yang mahal, membeli pada
toko yang berkualitas dan lengkap, konservatif dalam
konsumsinya, barang-barang yang dibeli cenderung
untuk dapa menjadi warisan bagi keluarganya.
b) Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli
barang untuk menampakan kekayaannya, membeli
barang denga jumlah yang banyak dan kualitasnya
cukup memadai. Mereka berkeinginan membeli barang
yang mahal dengan sistem kredit, misalnya membeli
kendaraan, rumah mewah, dan perabot rumah tangga.
c) Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli
barang dengan mementingkan kuantitas daripada
kualitasnya. Pada umumnya mereka membeli barang
untuk kebutuhan sehari-hari, memanfaatkan penjualan
barang-barang yang diobral atau penjualan dengan
harga promosi.
3) Keluarga
Sangat penting dalam perilaku membeli karena keluarga
adalah pengaruh konsumsi untuk banyak produk. Selain itu
keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu unit masyarakat
15

yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan
menentukan dalam pengambilan

keputusan membeli

(Mangkunegara, 2005:44). Peranan setiap anggota keluarga
dalam membeli berbeda-beda menurut barang yang
dibelinya. Orang yang berbeda dalam suatu keluarga dapat
memainkan peran sosial yang berbeda dan menampakan
perilaku yang berbeda pada saat mengambil keputusan dan
mengkonsumsi.
3. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif
Konsumtif menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barangbarang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk
mencapai kepuasan yang maksimal. Berdasarkan definisi ini maka
dalam perilaku konsumtif , Tambunan (2001 : 1) berpendapat secara
garis besar ada dua aspek mendasar, yaitu :
a. Adanya suatu keinginan mengkonsumsi secara berlebihan.
Hal ini akan menimbulkan pemborosan dan bahkan
inefisiensi biaya, apalagi bagi remaja yang belum mempunyai
penghasilan sendiri.
1). Pemborosan
Perilaku konsumtif yang memanfaatkan nilai uang lebih
besar dari nilai produknya untuk barang dan jasa yang bukan
menjadi kebutuhan pokok. Perilaku ini hanya berdasarkan pada
16

keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya
kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan
yang maksimal.
2). Inefisiensi Biaya
Pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja yang
biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman,
tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya
sehingga menimbulkan inefisiensi biaya.
b. Perilaku tersebut dilakukan bertujuan untuk mencapai kepuasan
semata.
Kebutuhan yang dipenuhi bukan merupakan kebutuhan yang
utama melainkan kebutuhan yang dipenuhi hanya sekedar
mengikuti arus mode, ingin menciba produk baru, ingin
memperoleh pengakuan sosial tanpa memperdulikan apakah
memang dibutuhkan atau tidak. Padahal hal ini justru akan
menimbulkan kecemasan. Rasa cemas di sini timbul karena merasa
harus tetap mengikuti perkembangan dan tidak ingin dibilang
ketinggalan.
1). Mengikuti Mode
Di kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas
ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall
17

sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukan bahwa
mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal
mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah
puas dengan apa yang dimilikinya.
2). Memperoleh Pengakuan Sosial
Perilaku

konsumtif

pada

remaja

sebenarnya

dapat

dimengerti bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam
mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh
lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu.
Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain
yang sebaya menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti
berbagai atribut yang sedang in.
Berbeda

dengan

Swastha

dalam

(Gunita,2006

:

34)

mengemukakan ada beberapa aspek dalam perilaku membeli, dan
di sini adalah kecenderungan perilaku membeli dan belum
menjurus ke perilaku yang konsumtif, intinya sebagai berikut:
1) Pengenalan kebutuhan
Pengambilan

keputusan

membeli

barang

dengan

mempertimbangkan banyak hal seperti faktor harga, faktor
kualitas, faktor manfaat, dan faktor merk. Pengambilan keputusan
membeli secara rasional biasanya memanfaatkan informasi yang

18

ada sepeti mempertimbangkan implikasi dari tindakan yang dibuat
sebelum memutuskan untuk membeli.
2) Emosional
Motif pembelian barang berkaitan dengan emosi seseorang.
Biasanya konsumen membeli barng hanya karena pertimbangan
kesenangan indera atau bisa juga karena ikut-ikutan.
Penelitian ini akan tidak menggunakan aspek-aspek perilaku
konsumtif yang dikemukakan oleh salah satu pendapat diatas,
namun peneliti akan mengambil aspek-aspek perilaku konsmtif
dari kajian teori mengenai definisi perilaku konsumtif. Peneliti
memandang bahwa aspek-aspek yang diambil dari definisi perilaku
konsumtif akan lebih aplikatif. Lebih dapat diamati secara
langsung dan lebih sesuai dengan kondisi subjek dilapangan.
4. Indikator Perilaku Konsumtif
Budaya konsumtif pada saat ini bukan hanya sebagai pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, tetapi juga bersifat materi dan simbolik.
Perilaku konsumtif merupakan pembentukan identitas seserang melalui
gaya yang ditampilkan dalam menggunakan pakaian, tas, sepatu dan
handphone serta produk lainnya yang befungsi sebagai komunikasi
simbolik.

19

Sumartono (2002:111) menyebutkan bahwa mode
rambut,pakaian, musik, dan teknologi komunikasi baru
seperti telepon genggam sebagai tren yang dianggap dapat
mewakili simbol gaya hidup baru dan lambang prstise dari
penampilan masyarakat modern. Di plasa, pasar atau di
mana saja, termasuk sekolah, simbol gaya hidup tersebut
terefleksi dalam penampilan dari dan menjadi aksesoris
yang terkadang tanpa disadari justru merupakan bukti telah
berkembangnya sikap pamer status.
Pengakuan akan status yang diperoleh melalui pemilikan barangbarang tertentu telah menjadi suatu hal yang bersifat kompetitif.
Pemborosan materi tanpa disadari telah menjadi hal yang bersifat
prestisius yaitu hanya untuk memperoleh pengakuan sebagai orang
yang modern dalam kehidupan. Hal ini menyebabkan banyak remaja
berlomba-lomba untuk mengkonsumsi barang-barang dan jasa agar
dapat menampilkan gaya hidup modern yang sesuai dengan standar
dari lingkungan sosialnya bukan atas dasar kebutuhan.
Sumartono (2002 : 119) memberikan indikator perilaku
konsumtif secara oprasional sebagai berikut : a) membeli produk
karena iming-iming hadiah; b) membeli produk karena
kemasannya menarik; c) membeli roduk karena demi menjaga
gengsi dan penampilan diri; d) membeli produk atas pertimbangan
harga, bukan atas dasar manfaat dan kegunaan; e) membli produk
hanya karena menjaga simbol status; f) munculnya penilaian
bahwa membeli produk dengan harga maha akan menimbulkan
rasa percaya diri yang tinggi; g) memakai suatu karena unsur
konformitas terhadap model yang mengiklankan; h) mencoba lebih
dari dua produk sejenis dengan merk yang berbeda.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif adalah sebagai
berikut :

20

a. Pembelian produk berdasarkan fungsi simbolik yang dimiliki
sesuatu produk dalam hal ini keputusan untuk membeli lebih
didasarkan

untuk

meningkatkan

status

individu.

Individu

mengkonsumsi suatu produk karena adanya keinginan yang
bersifat prestisius dengan cara membeli barag-barang yang dapat
menunjang penampila

dirinya untuk menjaga gengsi

dan

meningkakan rasa percaya diri sehingga dapat memperoleh
pengakuan yang diharapkan dari lingkungan sosialnya.
b. Pembelian produk tanpa pertimbangan yang rasional dan
cenderung berlebihan. Individu mengkonsumsi barang-barang yang
sebenarnya kurang diperlukan untuk memenuhi keinginannya,
bukan untuk suatu kebutuhan. Individu kurang memperhatikan
mafaat fungsional dari suatu produk, tetapi lebih didasarkan pada
pengamatan terhadap stimulasi. Stimulasi yang berpa kemasan
produk, hadiah, ataupun iklan dan promosi suatu produk.
5. Ciri-ciri dan Bahaya Perilaku Konsumtif
Untuk mengetahui tingkah laku konsumtif, Sarwono (Dian
Anita, 2003 : 33) secara ringkas menyebutkan tingkah laku
konsumtif dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Tingkah laku investasi
1) Investasi jangka pendek, misalnya : membeli sebuah mesin
jahit untu membuka sebuah perusahaan konfeksi.

21

2) Investasi jangka panjang, misalnya : menyekolahkan anak
agar kelak memperoleh penghasilan yang besar atau
membayar asuransi.
b. Tingkah laku yang semata-mata konsumtif
Tidak mudah untuk mengetahui mana yangtermasuk pada
tingkah laku investasi dan mana yang termasuk kepada tingkah
laku konsumtif. Karena perbedaan antara kebutuhan dan
keinginan sifatnya kualitatif. Tindakan perilaku konsumsi
seseorang sangat dipengarui oleh tujuan dan manfaat dari
barang yang dibeli serta keterjagkauan dari harga barang yang
ingin dimilikinya.
Dari uraian sebelumnya diketahui ciri-ciri perilaku konsumtif
yaitu :
a. Membeli suatu barang atau jasa bukan karena kebutuhan
(needs) melainkan karena keinginan (wants);
b. Tidak digunakan sebagai sesuat yang dihasilkan (poduktif)
melainkan hanya untuk menunjukan harga diri (prestise)
dari pemakai.
c. Harga diluar jangkauannya, artinya individu memaksakan
untuk membeli suatu brang yang diinginkannya walaupun
ia harus meminjam uang atau menggunakan uang yang
dialokasikan untuk kepentingan lain.
22

Perilaku konsumtif dapat menimbulkan kerugian-kerugian
(bahaya), sebagai berikut (Dian Anita, 2003;34-35)
a. Jika orang tua tidak mampu maka akan menimbulkan
masalah ekonomi bagi keluarganya;
b. Perilaku konsumif akan melekat pada diri remaja, kelak
mereka akan menjadi orang dewasa dengan gaya hidup
konsumtif, jika finansial tidak mencukupi maka cara
untuk memenuhinya dapat melalui cara-cara yang tidak
sehat atau menggunakan cara ept misalnya menipu
orang tua atau orang lain, melakukan tindakan asusila.
c. Budaya konsumtif dapat membuat remaja berpikiran
bahwa kesenangan, kebahagiaan dan ketenangan hanya
diperoleh dari materi, akhirnya jadilah remaja yang
matrealistis.
d. Budaya konsumif cepat merugikan bangsa, karena gaya
hidup konsumtif akan cenderung membeli produkproduk luar negeri karena kebanyakan produk-produk
luar negeri dianggap lebih melambangkan kemewahan
sehingga mengakibatkan produk-produk dalam negeri
tidak berkembang;
e. Budaya konsumtif dapat menimbulkan kecemburuan
sosial; dan

23

f. Perilaku konsumti dapat menimbulkan stress dan
ketidakbermaknaan hidup. Makna hidup diredukasi
menjadi sebatas yang dapat memberikan kesenangan
materi, namun setelah semuanya tercapai mulailah
dirasakan hilangnya tujuab hidup.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku konsumtif pada siswa dapat beragam
bentuknya seperti membelanjakan uang dengan tujuan menjaga
penampilan dan gengsi, membeli karena tertarik dengan kemasan
barang, hadiah, dan konformitas dengan idola. Berbagai bentuk
perilaku konsumtif tersebut pada dasarnya merupakan suatu
tindakan yang dilakukan seseorang tanpa pertimbangan secara
rasional melainkan hanya bersifat kesenangan semata.
B. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan evaluasi secara menyeluruh (Santrock
2009) baik dari persepsi atau pandangan-pandangan terhadap dirinya
sendiri (Sutisna 2001). Konsep diri merupakan identitas diri sebagai
skema dasar yang terdiri atas kumpulan keyakinan dan sikap terhadap
diri sendiri yang terorgasir (Baron Robert A &Byrne Donn 2004).

24

Menurut Calhoun dan Cocella (dalam Habibullah
2010) konsep diri merupakan pandangan terhadap diri
sendiri yang meliputi dimensi pengetahuan tentang diri
sendiri, pengharapan mengenai diri sendiri, dan penilaian
tentang diri sendiri. Lain halnya dengan kepribaian konsep
diri bukanlah faktor bawaan, tetapi konsep diri berkembang
dalam diri seseorang melalui pengalaman, kemudian
dipelajari, serta adanya interaksi dengan orang lain.

Konsep diri adalah bagaimana kita berfikir dan mengevaluasi diri
kita seperti apa yang meliputi fisik, moral, personal, keluarga dan
dimensi situasi sosial. Konsep diri juga dipengaruhi oleh identitas diri.
Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah pendapat dan penilaian
orang lain erhadap kita serta perbandingan cara sosial dan persepsi
yang sama atau berbeda dengan orang lain.
Menurut Sutisna (2001), konsep diri diatur oleh dua prinsip yaitu
keinginan

untuk

mencapi

konsistensi

dan

keinginan

untuk

meningkatkan harga diri. Keinginan untuk mencapai konsistensi
adalah seberapa besar keinginan konsumen dalam konsistensian
terhadap diri sendiri dalam perilaku pembelian. Keinginan untuk
meningkatkan harga diri lebih kepada pandangan orang lain terhadap
dirinya sendiri.
Menurut Sutisna (2001), konsep diri dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu
a) Dimensi konsep actual self ( diri yang sebenarnya) lebih kepada
pembelian yang dilakukan oleh konsumen dipengaruhi oleh
konsep diri yang mereka miliki dan adanya kesamaan antara
citra merek dan citra diri.
25

b) Konsep ideal self ( diri yang ideal) ini berhubungan dengan self
esteem yang merupakan sikap positif dari seseorang terhadap
dirinya sendiri. Self esteem yang tinggi adalah seseorang yang
menyukai dirinya sendiri, sedangkan seseorang yang memiliki
self esteem yang rendah lebih mudah diprediksi. Hal ini
dikarenakan skema diri yang negatif lebih diorganisir
dibandingkan dengan skema diri yang positif. Faktor budaya
juga mempengaruhi hal yang penting bagi self esteem individu
tersebut (Baron Robert A, Byrne Donn 2004).
c) Konsep extended self (diri yang diperluas) yaitu bukan hanya
dari citra diri yang mempengaruhi pembelian suatu produk
tetapi produk yang dipilih juga mempunyai pengaruh terhadap
citra diri kita.
2. Pembentukan Konsep Diri
Menurut Erikson dalam buku Kozier et al. (2010), “sepanjang
hidup individu menghadap tugas perkembangan yang terkait dengan
delapan tugas perkembangan yang terkait dengan delapan tahap
psikososial yang memberikan kerangka kerja teoritis. Keberhasilan
idividu menyelesaikan tugas perkembangan ini sangat menentukan
perkembangan konsep diri”.
Ketidakmampuan

menyelesaikan

tugas

perkembangan

menimbulkan masalah konsep diri pada saat tersebut, dan sering kali,
pada masa mendatang.
Orang-orang berpikir untuk mendasarkan konsep dirinya pada
bagaimana mereka merasakan dan mengevaluasi diri mereka sendiri
pada area berikut :
a. Penampilan vokasional
b. Fungsi intelektual
26

c. Penampilan personal dan ketertarikan fisik
d. Ketertarikan dan penampilan seksual
e. Diskusi orang lain
f. Kemampuan menghadapi dan menyelesaikan masalah
g. Kemandirian
h. Bakat tertentu
Menjaga

dan mengevaluasi konsep diri individu merupakan

proses berkelanjutan. Kejadian atau situasi apat mengubah tingkat
konsep diri sepanjang waktu. Pada saat individu mencapai
kedewasaan, konsep diri dasar mereka relatif berkembang baik.
Memiliki konsep diri dasar mencakup bagaimana kita dipandang
oleh orang lain.
3. Dimensi Konsep Diri
Konsep diri merupakan faktor yang menjelaskan tentang penilaian
yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya yang menyangkut
dimensi internal dan dimensi eksternal.
Secara garis besar menurut Fitts (1971), konsep diri dibagi menjadi
dua dimensi, yaitu :
a) Dimensi internal (persepsi mengenai dunia dalam dirinya), yang
meliputi persepsi mengenai siapa dirinya, persepsi individu sebagai
hasil pengamatan dari evaluasi terhadap diri, persepsi individu
mengenai diri bagaimana individu bertingkah laku.

27

b) Dimensi eksternal (persepsi individu mengenai dirinya dalam
berhubungan dengan dunia di luar dirinya) yang meliputi persepsi
individu terhadap dirinya secara fisik, persepsi individu mengenai
hubungan dengan Tuhan, persepsi mengenai keadaan pribadinya,
persepsi individu mengenai dirinya dengan keluarga, dan persepsi
individu engenai dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain.
4. Aspek-aspek konsep diri
Aspek diri merupakan bagian dari diri yang dapat dilihat oleh
orang lain pada diri seorang individu, sedangkan dimensi diri (seperti
yang telah dikemukakan), adalah bagian dari diri yang hanya dapat
diketahui oleh diri individu yang bersangkutan sendiri.
Staines (dalam Rahmat, 2000, h.81) menjelaskan ada tiga aspek
dalam konsep diri, yaitu :
a. Konsep diri dasar
Aspek ini merupakan pandangan individu terhadap status,
peranan, dan kemampuan dirinya.
b. Konsep diri sosial
Aspek ini merupakan diri sebagaimana yang diyakini individu
dan orang lain yang melihat dan mengevaluasi.
c. Konsep diri ideal
Aspek ini merupakan gambaran mengenai pribadi yang
diharapkan oleh individu, sebagian berupa keinginan dan
sebagian berupa keharusan.
28

Hurlock ( 1990, h. 237), mengemukakan bahwa konsep diri memiliki
dua aspek, yaitu :
a. Fisik
Aspek ini meliputi sejumlah konsep yang dimiliki individu
mengenai penampilan, ksesuaian dengan jenis kelamin, arti
penting tubuh, dan perasaan gengsi dihadapan orng lain yang
disebabkan oleh keadaan fisiknya. Hal penting yang berkaitan
dengan keadaan fisik adalah daya tarik dan penampilan tubuh
dihadapan orang lain.
b. Psikologis
Aspek ini meliputi penilaian individu teradap keadaan psikis
dirinya seperti rasa percaya diri, harga diri, serta kemampuan
dan ketidakmampuannya. Penilaian individu terhadap keadaan
psikis dirinya.
Berdasarkan dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat tiga aspek konsep diri, yaitu fisik, psikologis dan
sosial. Aspek fisik tersebut berhubungan dengan keadaan tubuh dan
penampilan individu misalnya hidung pesek, kulit hitam, rambut
keriting, sedangkan aspek psikologis berhubungan dengan harga diri,
rasa percaya diri, kemampuan dan ketidakmampuan, sedangkan aspek
sosial berhubungan dengan cara pandang orang lain sehingga siswa
yang berkonsep diri negatif disaat mendapati diriya mempunyai

29

rambut keriting akan merasa rendah diri sehingga akan melakukam
perilaku konsumtif misalnya rebonding.
C. Perkembangan Siswa SMA
1. Pengertian siswa SMA
Peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) pada
umumnya berada pada rentang usia antara 15-18 tahun. Dalam konteks
psikologi perkembangan individu berada fase remaja pertengahan.
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence,
berasal dari bahasa lati adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif da orang-orang
prubakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda
dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah
dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Mohammad
Ali & Mohammad Asrori, 2004).
Pada permulaan masa remaja, pertumbuhan fisik yang sudah
menyerupai manusia dewasa ini tidak diikuti dengan perkembangan
psikis yang sama pesatnya, sebagai akibatnya masa remaja yang
merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju kehidupan
orang dewasa ini merupakan masa yang sulit dan penuh gejolak
sehingga sering disebut sebagai masa badai dan topan, masa
pancaroba, dan brbagai sebutan lainya yang menggambarkan

30

banyaknya kesulitan yang dialami anak pada masa perubahan ini (
Endang Poerwanti dan Nur Widodo, 2002 :106).
Mappiare (Mohammad Ali & Mohammad Asrori, 2008 : 9)
mengatakan seperti ini, masa remaja berlangsung antara umur
12 sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu 12/13 tahun sampai 17/18 tahun adalah remaja
awal, dan 17/18 tahun smapai 21/22 tahun ada remaja akhir.
Sedangkan Hurlock (Mohammad Ali & Mohammad Asrori
2008 :9), menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu
dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun,
dan bukan tahun seperti ketentuan sebelumnya. Pada usia ini,
umumnya anak sedang duduk dibangku sekolah menengah.
Dari

beberapa

pengertian

sebelumnya

dapat

diambil

kesimpulan bahwa remaja adalah masa perkembangan transisi antara
masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan psikologis, kognitif
dan sosial-emosional serta berlangsung antara umur 12 sampai 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.

2. Ka

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi.

0 4 13

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Gaya Hidup Konsumtif SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

0 3 10

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP KONSUMTIF SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Gaya Hidup Konsumtif SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Suarakarta.

1 9 12

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI UNIVERSITAS Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Suarakarta.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DALAM Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa dalam Menggunakan Produk Fashion Bermerek.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KONFORMITAS KELOMPOK DENGAN PEILAKU KONSUMTIF Hubungan Antara Konsep Diri Dan konformitas kelompok Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF Hubungan Antara Harga Diri Dan Konformitas Dengan Perilaku Konsumtif.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU KONSUMTIF SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA.

7 23 147