MANAJEMEN PEMBIAYAAN GADAI EMAS DI BANK SYARIAH INDONESIA : STUDI KASUS PT. BANK BNI SYARIAH CABANG SURABAYA DHARMAWANGSA.

MANAJEMEN PEMBIAYAAN GADAI EMAS
DI BANK SYARIAH INDONESIA
(Studi kasus PT. Bank BNI Syariah Cabang Surabaya
Dharmawangsa)

SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Ekonomi Syariah
OLEH :

AHMAD BAIHAQI ABDILLAH
NIM : C04210116

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Prodi Ekonomi Syariah
SURABAYA
2015

i

MANAJEMEN PEMBIAYAAN GADAI EMAS
DI BANK SYARIAH INDONESIA
(Studi kasus PT. Bank BNI Syariah Cabang Surabaya
Dharmawangsa)

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Ekonomi Syariah

OLEH :

AHMAD BAIHAQI ABDILLAH
NIM : C04210116


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Prodi Ekonomi Syariah
SURABAYA
2015

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama

: Ahmad Baihaqi Abdillah

NIM

: C04210116

Fakultas/ Prodi


: Ekonomi dan Bisnis Islam/ Ekonomi Syariah

Judul Skripsi

: MANAJEMEN PEMBIAYAAN GADAI EMAS DI BANK
SYARIAH INDONESIA (Studi kasus PT. Bank BNI
Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa)

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang
berjudul sebagaimana tercantum di atas adalah asli karya penulis dan bukan hasil
plagiat, baik sebagian maupun seluruhnya, kesuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya.

Surabaya, 28 Juli 2015

iii

iv


v

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan judul
“Manajemen Pembiayaan Gadai Emas di Bank Syariah Indonesia (StudiKasus
PT. Bank BNI Syariah Surabaya Dharmawangsa)”. Penelitian ini ditujukan untuk
menjawab rumusan masalah, yaitu : Bagaimana mekanisme pembiayaan gadai
emas di PT. Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa?; Bagaimana
strategi penyelamatan pembiayaan gadai emas di PT. Bank BNI Syariah Cabang
Surabaya Dharmawangsa?
Analisis data dilakukan dengan metode penelitian ini digunakan
pendekatan Mix Research (penelitian campuran), yaitu suatu metode yang
digunakan untuk meneliti data dengan cara menggabungkan dua metode
penelitian atau lebih.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa BNI Syariah dan Nasabah
menandatangani akad pembiayaan emas dengan rahn, di mana tercantum
didalamnya akad Qardh (utang), Rahn (gadai) dan Ijarah (penaksiran,
pemeliharaan dan perawatan barang gadai) dan Nasabah menyerahkan barang
agunan bersamaan dengan penandatanganan perjanjian. Setelah semua itu
dilaksanakan, maka BNI Syariah melakukan pencairan dana Qardh sesuai dengan

kesepakatan. Dan yang paling penting saat jatuh tempo, nasabah mengembalikan
dana Qardh beserta Ujrah sesuai kesepakatan. Jangka waktu pembiayaan,
maksimal 4 bulan (120 hari) dan dapat dilakukan perpanjangan maksimum 2 kali.
Strategi penyelamatan pembiayaan gadai emas yang dilakukan oleh Bank BNI
Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa adalah sebelum melakukan gadai emas,
biasanya Bank BNI Syariah melakukan penilaian terhadap calon nasabah,
bagaimana karakternya, kebiasaannya, kemampuan bayar, dan perilaku nasabah
dalam hal pembiayaan. Apabila terjadi gagal bayar oleh nasabah, maka Bank
BNI Syariah berhak untuk menjual barang yang di gadaikan tersebut, namun
Bank BNI Syariah tidak secara langsung menjual barang gadai, akan tetapi
nasabah diberi kesempatan lebih untuk dapat membayar Gadainya terlebih
dahulu.
Sejalan dengan kesimpulan tersebut hendaknya Sistem yang diterapkan
BNI Syariah dalam pegadaian emas dengan mencantumkan akad Qardh (utang),
Rahn (gadai) dan Ijarah (penaksiran, pemeliharaan dan perawatan barang gadai)
di dalamnya membuat nasabah tidak lagi kesulitan dalam melakukan proses
penggadaian emas dan pihak bank juga tidak mengalami kerugian dalam
akadnya.Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui perbedaan antara
pegadaian emas swasta dan pegadaian emas Syariah. Oleh karena itu, diharapkan
agar pihak bank juga turut serta memberikan informasi tentang adanya pegadaian

emas berbasis Syariah.

vi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .....................................................................................

i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................

iii


PENGESAHAN ..........................................................................................

iv

ABSTRAK .................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ................................................................................

vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TRANSLITRASI ........................................................................
BAB I

x

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................


1

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah .......................

7

C. Rumusan Masalah .....................................................................

8

D. Kajian Pustaka .........................................................................

8

E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
F. Kegunaan Hasil Penelitian ....................................................... 10
G. Definisi Operasional ................................................................ 11
H. Metode Penelitian .................................................................... 12
I.

BAB II

Sistematika Pembahasan ......................................................... 17

GADAI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
A. Pandangan Umum tentang Gadai ............................................ 19
B. Landasan Hukum tentang Gadai ............................................. 21
C. Rukun dan Syarat Gadai .......................................................... 24
D. Hak dan Kewajiban Para Pihak Gadai ..................................... 29
E. Pendapat Ulama Tentang Pemanfaatan Barang Gadai ........... 32
F. Fatwa MUI Tentang Gadai ...................................................... 36

BAB III

MEKANISME
GADAI
EMAS
DAN
STRATEGI
PENYELAMATAN PEMBIAYAAN GADAI EMAS

A. Gambaran Umum BNI Syariah ................................................ 41
vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Mekanisme Pembiayaan Emas Dengan Akad Rahn Di BNI
Syariah ..................................................................................... 50
C. Strategi yang Dilakukan oleh Bank BNI Syariah Cabang
Surabaya Dharmawangsa untuk Menyelamatkan Pembiayaan
Gadai Emas .............................................................................. 55
BAB IV

ANALISIS TERHADAP MEKANISME DAN STRATEGI
PENYELAMATAN PEMBIAYAAN GADAI EMAS
A. Implementasi Mekanisme Pembiayaan Gadai Emas di BNI
Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa ............................... 57
B. Analisis Strategi Penyelamatan Pembiayaan Gadai Emas IB
Hasanah di PT. Bank BNI Syariah Surabaya ........................... 62

BAB V


PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 66
B. Saran ......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekayaan yang kita terima sebenarnya adalah amanah yang harus
digunakan atau dinafkahkan sesuai dengan ketentuan-Nya, karena kekayaan
yang dilimpahkan kepada kita bukanlah semata-mata untuk diri kita sendiri.
Dalam kekayaan tersebut juga terdapat amanah berupa hak pihak-pihak lain
yang diberikan melalui kita. Amanah tersebut adalah amanah untuk orang
lain, untuk masa kini, untuk masa sulit, untuk masa depan, serta amanah
untuk masyarakat yang harus dikelola.1
Dalam sistem perekonomian manapun, uang dan perbankan
memiliki peranan yang sangat penting. Uang dan perbankan merupakan dua
hal penting yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem ekonomi suatu negara.
Indonesia merupakan suatu negara berkembang yang masih bermasalah
dalam bidang keuangan dan perbankan. Permasalahannya, karena Indonesia
menata sistem ekonominya tidak berdasarkan syariat Islam.
Hal yang harus diteliti lebih dalam saat berinvestasi yaitu dua
kondisi ekstrem pada kebijakan moneter, yaitu inflasi dan deflasi. Para
pengamat memberikan definisi inflasi sebagai suatu kemerosotan nilai mata
uang karena terlalu banyak uang beredar sehingga harga barang dan jasa

1

Pontjowinoto, Iwan, Kaya & Bahagia Cara Syariah, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2010),68.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

menjadi naik Kita harus lebih memilah-milah investasi yang menguntungkan
dan tidak terlalu dipengaruhi hal tersebut.2
Investasi pada emas adalah salah satu jenis instrumen yang banyak
dianjurkan oleh banyak tokoh dan pakar di bidang investasi, karena investasi
pada jenis instrumen ini memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki
oleh instrumen investasi lainnya. Masyarakat Indonesia umumnya sudah
mempraktekkan investasi dengan menggunakan emas sejak dulu. Dengan
cara membeli emas dengan harga tertentu dan karat tertentu, dalam bentuk
perhiasan untuk digunakan atau disimpan. Kemudian emas yang telah dibeli
tersebut disimpan dalam kurun waktu tertentu sampai tiba saat harga emas
tersebut naik, baik naik secara signifikan ataupun tidak, baru kemudian
mereka jual emas tersebut. Selisih harga antara harga beli emas dimasa lalu
dengan harga jual emas dimasa kini adalah merupakan keuntungan yang
diperoleh.
Fakta membuktikan, semakin tinggi laju inflasi maka semakin
tinggi harga emas.3 Harga emas dipercaya akan selalu bisa mengamankan
kemampuan beli kita, artinya harga emas akan naik, setidaknya sama dengan
tingkat inflasi dalam suatu waktu tertentu.4 Jelaslah bahwa emas adalah
investasi yang paling aman dan menguntungkan karena relatif tahan

2

Muhaimin Iqbal, Dinar Solution, (Jakarta: Gema Insani,2008), 18.

3

Muhammad Ihsan, dkk., Kemilau Investasi Emas: Menjaga dan Melejitkan Kesehatan Finansial
dengan Emas,(Jakarta: Science Research Fondation, 2006), 69.

4

JokoSalim, Jangan Investasi Emas sebelum Baca Buku Ini !, (Jakarta: Transmedia
Pustaka,2010),160.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

terhadap inflasi. Emas juga sering disebut sebagai produk investasi
penangkal inflasi.
Definisi deflasi adalah kebalikannya, yaitu suatu kondisi dimana
harga yang turun terus menerus disebabkan menurunnya jumlah uang yang
beredar secara drastis. Deflasi yang kisarannya juga lepas kontrol disebut
kepanikan atau depresi ekonomi, dimana daya beli melambung karena harga
barang dan jasa menurun, sedangkan harga emas cenderung konstan.5
Seiring berkembangnya zaman yang semakin modern, beberapa
lembaga keuangan, baik lembaga keuangan bank ataupun non bank, seperti
Pegadaian Syariah dan beberapa Bank Syariah membuat suatu inovasi di
dalam produk investasi menggunakan emas sebagai instrumennya. Inovasi
yang berbentuk investasi emas ini tentunya mempunyai keunggulan masingmasing yang diperuntukkan bagi masyarakat atau nasabah yang ingin
berinvestasi dengan emas yang tentunya sangat menguntungkan.
Salah satu bank yang menawarkan produk pembiayaan emas
adalah BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa. Produk pembiayaan
emas yang ada di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa
menggunakan akad rahn sebagai barang jaminan pelunasan pembayaran atas
gadai emas yang dilakukan secara tangguh.6

5

Muhammad Ihsan, dkk., Kemilau Investasi Emas: Menjaga dan Melejitkan . . ., 69.

6

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis dan Keuangan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2006), 45.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Mekanisme produk pembiayaan emas dengan akad rahn di BNI
Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa adalah pihak bank menyediakan
sejumlah nominal pinjaman kepada nasabahnya yang akan melaksanakan
gadai emas, nasabah menyerahkan emas kepada pihak bank untuk ditaksir
berapa harga emas yang akan digadaikan, setelah pihak bank menaksir harga
emas tersebut, maka dibuatlah kesepakatan antara pihak bank dengan
nasabah dengan harga yang ditawarkan oleh bank dan disepakati oleh
nasabah.Setelah harga disepakati maka dibutlah perjanijian tentang gadai
emas, dengan dibuktikan dari Surat Bukti Gadai Emas dari BNI Syariah.
Dalam pembiayaan emas dengan akad rahn ini nasabah diharuskan
membayar ujrah sesuai dengan kadar emas yang digadaikan.7

Ujrah hitungannya adalah perhari, namun dihitung ketika sudah
lima hari, sebab dihitung kelipatan lima. Jadi, ketika nasabah melunasi pada
hari ketiga belas maka di akumulasikan dengan hari kelima belas.
Pembayaran pelunasan pinjaman bergantung dengan cepat atau lamanya
melunasi pinjaman, atau pembayaran sesuai dengan jangka waktu yang
sudah disepakati. Setelah nasabah sudah bisa melunasi cicilan pembiayaan
emas, kemudian emas diserahkan kepada nasabah. 8 Sistem hutang piutang
dengan gadai ini diperbolehkan dan disyariatkan dengan dasar Al-Qur’an,
Hadits dan Ijma’ para Ulama.
1. Dalil Al-Qur’an

7

Fitria Herawaty, Wawancara, Surabaya, 13 Juni 2014

8

Ibid

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Di antara dalil Al-Qur’an tentang gadai adalah QS. Al- Baqarah
ayat 283, sebagai berikut:

           
          
           
  
Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan
tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para
saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.9
Berdasarkan ayat di atas, bahwa dalam melakukan kegiatan
muamalah yang tidak secara tunai, yang dilakukan dalam perjalanan dan
tidak ada seorang pun yang mampu menjadi juru tulis yang akan
menuliskannya, maka hendaklah ada barang tanggungan yang oleh pihak
yang berpiutang di jadikan jaminan.10
2. Hadits
Masalah rahn juga diatur dalam hadits Nabi Muhammad SAW.
Sebagai berikut:
9
10

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan . . ., 71.
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 125.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

‫ي‬
َ َ‫َع ْن اَنَس ق‬
ٍ ‫ َرَ َن َر ُس ْو ُل اه َعلَْي ِه َو َسلَ َم ِد ْر ًعا لَهُ ِعْ َد يَ ُه ْوِد‬: ‫ال‬
‫بِالْ َم ِديَْ ِة َواَ َخ َذ ِمْهُ َشعِْي ًرا َِِ ْ لِ ِه (روا امد والبخاري وال سائي‬
)‫وابن ماجه‬

Artinya: "Dari Anas berkata: telah merungguhkan Rasulullah SAW akan

baju besi beliau kepada orang Yahudi di Madinah sewaktu beliau
mengutang syair dari seorang Yahudi untuk ahli rumah (keluarga) beliau"
(HR. Ahmad, al-Bukhari, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah)11
Dari hadits di atas dapat disimpulkan, bahwa gadai itu boleh
dilakukan dalam keadaan bermukim, hal ini terlihat bahwa Nabi SAW
menggadaikan baju besinya dengan makanan kepada orang Yahudi untuk
keluarga beliau.
Perbankan Syari’ah dibentuk sebagai salah satu upaya menampung
keinginan masyarakat khususnya umat muslim yang menginginkan transaksi
kredit sesuai syariat Islam. Dan dengan cara pelunasan yang sangat mudah,
jika masa jatuh tempo tiba dan belum bisa melunasi maka pihak bank
membuat perjanjian baru dengan nasabah.12
Dengan diluncurkannya produk pembiayaan emas dengan akad

rahn di BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa tersebut sangat
memudahkan para nasabah untuk menggadaikan emas (lantakan atau
perhiasan). Namun, apakah sudah benar, pelaksanaann rahn yang dilakukan
oleh BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa menurut Hukum Islam?.

11

Mu’ammal Hamidy, Terjemah Nailul Authar, Jilid IV, (Surabaya: Bina Ilmu, 1785), 235.

12

Ibid

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Berawal dari permasalahn tersebut di atas, maka peneliti mengangkat
penelitian ini dengan judul : Manajemen Pembiayaan Gadai Emas pada
Bank Syariah Di Indonesia (StudiKasus PT. Bank BNI Syariah Cabang
Surabaya Dharmawangsa Dharmawangsa).

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan

pada

latar

belakang

diatas

maka

penulis

mengidentifikasikan beberapa permasalahan, sebagai berikut :
1. Akad yang digunakan dalam pembiayaan gadai emas.
2. Prosedur serta aplikasi pembiayaan gadai emas.
3. Sistem pembayaran pembiayaan gadai emas.
4. Penyimpanan fisik emas.
5. Keunggulan dan kekurangan dari produk pembiayaan gadai emas.
6. Signifikansi pengaruh pembiayaan gadai emas terhadap pendapatan PT.
Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa.
7. Mekanisme pembiayaan gadai emas di PT. Bank BNI Syariah Cabang
Surabaya Dharmawangsa
8. Strategi penyelamatan pembiayaan gadai emas di PT. Bank BNI Syariah
Cabang Surabaya Dharmawangsa
Untuk membatasi ruang lingkup yang akan menjadi bahan
penelitian agar tidak terjadi tumpang tindih, maka penulis membatasi
masalah yang akan diteliti hanya pada hal-hal sebagai berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

1. Mekanisme gadai emas di PT. Bank BNI Syariah Cabang Surabaya
Dharmawangsa
2. Strategi penyelamatan pembiayaan gadai emas di PT. Bank BNI Syariah
Cabang Surabaya Dharmawangsa
C. Rumusan Masalah
Adapun

rumusan

yang

diambil

dari

identifikasi

dan

pembatasanmasalah yang menjadi materi dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mekanisme pembiayaan gadai emas di PT. Bank BNI Syariah
Cabang Surabaya Dharmawangsa?
2. Bagaimana strategi penyelamatan pembiayaan gadai emas di PT. Bank
BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan bahan pustaka yang berkaitan dengan
masalah penelitian, berupa sajian hasil atau bahasan ringkas dari hasil
temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah penelitian.13
Adapun penelitian yang sudah pernah dilakukan dan hampir sama dengan
penelitian ini hanya berkisar mengenai akad pembiayaan gadai emas,
tinjauan hukum dan mekanisme gadai, sebagai berikut:
1. Skripsi karya Robby Aris Subakti pada tahun 2005 dengan judul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Penetapan Tarif Ija>rah Pada

13

Masyhuri dan Zainuddin, Metode Penelitian : Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Jakarta:
Revika Aditama, 2008), 135

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Barang Gadai Di Pegadaian Syari’ah Sidokare Sidoarjo”. Dalam
penelitiannya membahas tentang aplikasi penetapan tarif Ija>rah pada
barang gadai di Pegadaian Syari’ah Sidokare Sidoarjo, dimana
penetapan tarifnya dihitung berdasarkan kelipatan per 10 hari; 1 hari
dihitung sama dengan 10 hari. Hal ini diperbolehkan karena
perhitungannya tidak dengan konsep mempersamakan waktu yang
berbeda. Akan tetapi, dengan menggunakan dasar satuan waktu minimal
(terkecil).14
2. Skripsi

karya Rindy Antika Rosnia pada tahun 2010, dengan judul

“Investasi Berkebun Emas dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada
PT Bank Rakyat Indonesia Syariah)”. Skripsi ini membahas tentang
bagaimana konsep dan implementasi investasi berkebun emas di BRI
Syariah dan bagaimana tinjauannya menurut ekonomi Islam.15
3. Skripsi karya Asita pada tahun 2011 dengan judul “Tinjauan Hukum
Islam terhadap dua akad (Mura>bah}ah dan Rahn) dalam Pembiayaan
MULIA (Mura>bah}ah Emas Logam Mulia untuk Investasi Abadi) di
Pegadaian Syariah Blauran Surabaya”. Skripsi ini membahas tentang dua
akad yaitu Mura>bah}ah danRahndalam satu transaksi di Pegadaian
Syariah Blauran Surabaya. Hal iniboleh menurut hukum Islam karena

14

Robby Aris Subakti,Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Penetapan Tarif Ija>rah Pada
Barang Gadai Di Pegadaian Syari’ah Sidokare Sidoarjo ,(Skripsi -- IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2005), 12

15

Rindy Antika Rosnia, Investasi Berkebun Emas dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada
PT Bank Rakyat Indonesia Syariah), (Skripsi -- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010), 16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

adanya kejelasan dalam kedua akad tersebut. Selain itu, kedua akad
tersebut berdasarkan kesepakatan dankerelaan.16
Pada penelitian-penelitian terdahulu, fokus penelitian berbeda
dengan fokus isi skripsi yang ditulis oleh penulis saat ini. Penulis
memfokuskan kajian mengenai mekanisme dan aplikasi pembiayaan gadai
emas di PT. Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa, bagaimana
investor mendapatkan keuntungan, bagaimana tingkat perkembangannya,
sertabagaimana analisis SWOT dari pembiayaan investasi emas tersebut.

E. Tujuan Penelitian
Setiap penulisan ilmiah tentu berdasar atas maksud dan tujuan
pokok yang akan dicapai atas pembahasan materi tersebut. Oleh karena itu,
penulis merumuskan tujuan penelitian skripsi sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan gadai emas di PT. Bank BNI
Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa.
2. Untuk mengetahui strategi penyelamatan pembiayaan gadai emas di PT.
Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi pihak-pihak terkait, diantaranya adalah:
1. Akademisi

16

Asita, Tinjauan Hukum Islam terhadap dua akad (mura>bahah dan rahn) dalam Pembiayaan
MULIA (Mura>bahah Emas Logam Mulia untuk Investasi Abadi) di Pegadaian Syariah Blauran
Surabaya, (Skripsi -- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011),14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Memberikan sumbangan pemikiran dan menambah literatur
perpustakaan dengan memperkenalkan Pembiayaan Investasi Emas
melalui analisis SWOT.
2. Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa dan lembagalembaga keuangan lainnya.
Memberikan sumbangan pemikiran kepada praktisi perbankan
secara keseluruhan, khususnya PT. Bank BNI Syariah Cabang Surabaya
Dharmawangsa, sebagai salah satu acuan dalam melaksanakan prinsipprinsip perekonomian yang sesuai dengan aturan syariat Islam.
3. Masyarakat Umum dan Nasabah
Memberikan sumbangsih pengetahuan bagi masyarakat umum
khususnya para nasabah pembiayaan gadai emas agar dapat memahami
prosedur pembiayaan gadai emasyang benar dan sesuai dengan prinsip
ekonomi Islam.

G. Definisi Operasional
Untuk

mempermudah

pemahaman

terhadap

istilah

dalam

penelitian ini, maka dijelaskan maknanya sebagai berikut :
Manjemen Pembiayaan Gadai Emas di Bank Syariah Indonesia :
“Disiplin ilmu yang mengajarkan tentang proses untuk memperoleh tujuan
organisasi melalui upaya bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik
organisasi mengenai mekanisme pembiayaan emas yang berupa emas
lantakan atau perhiasan yang memfasilitasi orang-orang (nasabah) yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

ingin mendapatkan dana pinjaman dari PT. Bank BNI Syariah Cabang
Surabaya Dharmawangsa dengan menggunakan akad qa>rdh, akad rahn dan
akad ija>rah}.17 Dengan menjalankan kegiatannya berupa pembiayaan dalam
bentuk penyaluran dana atas akad rahn yang beralamatkan di jalan
Dharmawangsa Surabaya
H. Metodologi Penilitian
1. Jenis Penelitian
Skripsi ini termasuk kedalam tipe kualitatif. Metode deskriptif
dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan
nyata sekarang metode penelitian deskriptif adalah kegiatan yang
meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan yang
menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu
penelitian.18
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Mix Research
(penelitian campuran), yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti
data dengan cara menggabungkan dua metode penelitian atau lebih.
Adapun kedua metode itu adalah: Pertama, Library Research, yaitu
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti data dengan cara
mempelajari, mengkaji dan meneliti bahan pustaka yang relevan. Kedua,

Field Research, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
data dengan cara melihat langsung fenomena yang ada dan terjadi di

17

Fitria Herawaty, Wawancara, Surabaya, 13 Juni 2014

18

Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI-Press, 1993),71

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

lapangan. Penelitian ini juga menggunakan bantuan teknik observasi dan
wawancara agar mampu memperkuat data yang diteliti.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BNI Syariah Cabang Surabaya
Dharmawangsa yang beralamat di jalan Bukit Darmo Boulevard 8A-8B
Kota Surabaya.
3. Data yang Dihimpun
Data yang terhimpun dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Data tentang produk pembiayaan emas dengan akad rahn

di BNI

Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa
b. Data tentang praktek dan prosedur pembiayaan emas dengan akad

rahn BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa
c. Data

tentang

kelembagaan

BNI

Syariah

Cabang

Surabaya

Dharmawangsa.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian lapangan ini adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh.19 Data dan sumber data yang diperlukan
dalam penulisan ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
a. Sumber data primer
Sumber primer yakni subjek penelitian yang dijadikan
sebagai sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat
19

Ibid., 116

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

pengukuran atau pengambilan data secara langsung20 atau yang dikenal
dengan istilah interview (wawancara).
Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik snowball

sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula dipilih satu atau dua orang, tetapi karena belum dirasa
lengkap maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu
dan

dapat

melengkapi

data

yang

diberikan

oleh

orang

sebelumnya.21Dalam hal ini subjek penelitian yang dimaksud adalah
nasabah pelaku pembiayaan serta Small Medium Enterprise Financing

Head (SFH) dan Operational Manager (OM).
Sumber data primer lainnya adalah sumber dokumentatif
dari BNI Syariah tentang pengajuan hingga realisasi pembiayaan
nasabah korporasi, diantaranya:
1) Form Akad Pembiayaan Gadai Emas.
2) Syarat-syarat dan Ketentuan Hukum Pembiayaan Gadai Emas
3) Checklist Dokumen
4) Form Infomasi Pokok Nasabah
5) Memorandum Usulan Pembiayaan
6) Surat Persetujuan Pemberian Pembiayaan Gadai Emas
7) Surat Keputusan Pembiayaan dll.

20

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian,(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007) , 91.

21

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2010), 123.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

b. Sumber data sekunder
Bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku, majalah dan
jurnal-jurnal ilmiah yang ada relevansinya dengan penelitian ini dan
dapat memberi petunjuk dan inspirasi bagi penulis dalam rangka
melakukan penelitian. Dokumen-dokumen yang terkait dengan
masalah pembiayaan gadai emas pada BNI Syariah Cabang Surabaya
Dharmawangsa, serta buku-buku dan artikel-artikel yang menunjang
terhadap permasalahan dan kelengkapan penelitian ini.
5. Teknik Penghimpunan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan
nasabah pelaku pembiayaan serta beberapa praktisi yang terlibat dalam
proses pembiayaanterhadap nasabah korporasi.
b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan

pada

subyek

penelitian,

namun

melalui

dokumen.22Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumendokumen yang berhubungan dengan pembiayaan modal kerja di BNI
Syariah.
c. Studi

Kepustakaan,

yaitu

mengumpulkan

data

dengan

cara

memperoleh dari kepustakaan dimana penulis mendapatkan teori-teori

22

M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), 87.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

dan pendapat ahli serta beberapa buku referensi yang ada hubungannya
dengan penelitian ini.23
6. Teknik Pengolahan Data
Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penulisan,
maka penulis menggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan
antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.24 Dalam hal ini
penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan
masalah saja.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.25 Penulis
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan
menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis
dalam menganalisa data.
c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh
dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran

23

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif
(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 136.

24

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfa Beta, 2008),
243.

25

Ibid.,245.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari
rumusan masalah.26
7. Teknik Analisis Data
Seluruh data yang penulis peroleh baik dari observasi,
wawancara dan literatur-literatur yang ada mengenai materi penelitian,
akan diolah dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif. Selanjutnya,
langkah-langkah yang akandilakukan adalah sebagai berikut:
1) Hasil

identifikasi

faktor-faktor

SWOT

akan

menjadi

bahan

scoring,pembobotan, dan rating masing-masing faktor.
2) Hasil penelitian akan memberikan strategi untuk masing-masing
pendekatan dan menghasilkan strategi terbaik dari penggabungan
kedua pendekatan tersebut.
I.

Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan suatu hal yang sangat urgan
dalam pembahasan skripsi ini agar dapat memberikan gambaran yang teratur
tentang isi dan kerangka penyusunan skripsi ini. Sebagai bahan untuk
pemahaman dan kemudahan bagi penyusun dan pembaca dalam memahami
tulisan ini. Sebagai upaya untuk menjaga keutuhan dalam pembahasan
skripsi ini penyusun menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab pertama, pendahuluan dari pembahasan skripsi yang meliputi:
latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

26

Ibid., 246.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, memuat landasan teori yang mana mencakup konsep
pembiayaan gadai emas, teori tentang investasi dalam konvensional dan
Islam, teori tentang akad yang digunakan dalam produk pembiayaan
investasi emas dan teori tentang penyelamatan pembiayaan gadai emas.
Bab ketiga, membahas tentang objek yang berkaitan dengan
tentang

kelembagaan

PT.

Bank

BNI

Syariah

Cabang

Surabaya

Dharmawangsa yang terdiri dari latar belakang dan sejarah bedirinya, visi
dan misi, struktur organisasi dan produk-produk dari PT. Bank BNI Syariah
Cabang Surabaya Dharmawangsa. Produk pembiayaan gadai emas di PT.
Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa yang terdiri dari sejarah
produk, dasar produk serta prosedur pengajuan, aplikasi atau mekanisme
prosedur pembiayaan gadai emas, taksiran harga emas, pelunasan
pembiayaan gadai emas dan keuntungan pembiayaan gadai emas serta
manajemen penyelamatan pembiayaan gadai emas di PT. Bank BNI Syariah
Cabang Surabaya Dharmawangsa.
Bab keempat, memuat analisis tentang analisis pembiayaan gadai
emas di PT. Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Dharmawangsa dan
strategi penyelamatan pembiayaan gadai emas di PT. Bank BNI Syariah
Cabang Surabaya Dharmawangsa.
Bab kelima, penutup yang memuat: kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
GADAI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Pandangan Umum tentang Gadai
Gadai adalah menjadikan benda yang bersifat harta (harta benda)
sebagai kepercayaan dari suatu utang yang dapat dibayarkan dari (harga)
benda itu bila utang tidak dibayar. 1 Istilah gadai dalam bahasa Arab
diistilahkan Ar-rahn.2 Ada yang menyatakan kata rahn bermakna tertahan.
Dengan dasar firman Allah surat al-Muddatstsir ayat 38:

     
Artinya: Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.3
Menurut Syekh Zainuddin Bin Abdul Azis Al-Malibari adalah
menjaminkan barang yang dapat dijual sebagai jaminan utang, jika
penanggung tidak mampu membayar utangnya karena kesulitan. Oleh karena
itu tidak boleh menggadaikan barang wakaf atau ummu al-walad (budak
perempuan yang punya anak dari tuannya),4

1

Chuzaimah T. Yanggo dan A. Hafiz Anshory, Problematika Hukum . . . , 445.

2

Choiruman Pasribu Suhrowardi K.Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 1996), 139.
3

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004), 577.

4

Zainudin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fanani, Terjemah Fathul Mu’in, Jilid I, (Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 1994), 838.

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Rahn adalah menjadikan barang yang boleh dijual sebagai
kepercayaan hutang yang digunakan untuk membayar hutang jika terpaksa
tidak bisa melunasi hutang tersebut, maka berarti tidak sah menggadaikan
barang wakaf atau budak ummu al-walad.5
Menurut Sayid Sabiq bahwa pengertian gadai adalah menjadikan
barang yang mempunyai nilai harta menurut syara’ sebagai jaminan utang,
sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang atau bisa
mengambil sebagian (manfaat) barang itu.6
Pengertian gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang yang
mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut
diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai
utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang.7
Pengertian gadai menurut KUH Perdata (Burgerlijk Wetbook) Pasal
1150 Gadai adalah: “Suatu hak yang diperoleh kreditur (orang yang
berpiutang) atas suatu barang bergerak yang diserahkan oleh debitur (orang
yang berhutang) atau orang lain atas namanya sebagai jaminan pembayaran
dan memberikan hak kepada kreditur untuk mendapat pembayaran terlebih
dahulu dari kreditur lainnya atas hasil penjualan benda-benda.8

5

M. Ali As’ad, Terjemah Fathul Muin, , Jilid 2 (Kudus: Menara Kudus, 1979), 215.

6

Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah 12, (Jakarta: Pustaka Percetakan Offset, 1998), 139.

7

Muhamad Sholihul Hadi, Pegadaian Syari’ah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), 16.

8

Niniek Suparni, KUH Perdata, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005), 290.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gadai
menurut hukum Islam dan KUH Perdata adalah suatu perjanjian (akad) utang
piutang dengan menjadikan barang yang bernilai menurut syara’ sebagai
jaminan

untuk

menguatkan

kepercayaan,

sehingga

memungkinkan

terbayarnya utang dari si peminjam kepada pihak yang memberikan
pinjaman.

B. Landasan Hukum tentang Gadai
Sistem hutang piutang dengan gadai ini diperbolehkan dan
disyariatkan dengan dasar Al-Qur’an, Hadits dan Ijma’ para Ulama.
1. Dalil Al-Qur’an
Di antara dalil Al-Qur’an tentang gadai adalah QS. Al- Baqarah
ayat 283, sebagai berikut:

           
          
           
  
Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan
tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para
saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.9
Berdasarkan ayat di atas, bahwa dalam melakukan kegiatan
muamalah yang tidak secara tunai, yang dilakukan dalam perjalanan dan
tidak ada seorang pun yang mampu menjadi juru tulis yang akan
menuliskannya, maka hendaklah ada barang tanggungan (borg) yang oleh
pihak yang berpiutang dijadikan jaminan.10
2. Hadits
Masalah rahn juga diatur dalam hadits Nabi Muhammad SAW.
sebagai berikut:

‫ َرَ َن َر ُس ْو ُل اه صلى اه َعلَْي ِه َو َسلَ َم ِد ْر ًعا لَهُ ِعْ َد‬: ‫ال‬
َ َ‫َع ْن اَنَس ق‬
‫ي بِالْ َم ِديَْ ِة َواَ َخ َذ ِمْهُ َشعِْي ًرا َِِ ْ لِ ِه (روا امد والبخاري‬
ٍ ‫يَ ُه ْوِد‬
)‫وال سائي وابن ماجه‬
Artinya: "Dari Anas berkata: Rasulullah SAW menggadaikan baju besi

kepada orang Yahudi di Madinah sewaktu beliau mengutang gandum
untuk ahli keluarganya" (HR. Ahmad Bukhori, An Nasa’i, dan Ibnu
Majah)11
Dari hadits di atas dapat disimpulkan, bahwa gadai itu boleh
dilakukan dalam keadaan bermukim, hal ini berdasarkan bahwa Nabi
SAW menggadaikan baju besinya dengan makanan kepada orang Yahudi
untuk keluarganya.

9

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan . . ., 71.

10

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 125.

11

Mu’ammal Hamidy, Terjemah Nailul Authar, Jilid IV, (Surabaya: Bina Ilmu, 1785), 235.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Selain hadits di atas dapat dikemukakan dalam ketentuan hadits
dari Aisyah r.a:

‫َو َسلَ َم اِ ْستَ َرى‬

ِ ‫َع ْن َعائِ َشةُ َر ِضي اهُ َعْ َها اَ َن ال‬
‫صلَى اه َعلَْي ِه‬
َ َِ
َ
َ
ِ
ِ
ِ
.ُ‫َجل َوَرِ َهُ ِد ْر َعه‬
َ ‫م ْن يَ ُه ْودي طَ َع ًاما ا ََ أ‬

Artinya: Dari Aisyah r.a, bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah

membeli makanan dari seorang Yahudi secara jatuh tempo dan Nabi
SAW, menggadaikan sebuah baju besinya.12
Dengan adanya beberapa hadits di atas, maka dapat diambil
pemahaman bahwa aqad gadai dalam syari'at Islam adalah jaiz (boleh) dan
kebolehan gadai tersebut tidak hanya dalam keadaan bepergian saja, akan
tetapi juga boleh pada waktu sedang bermukim (tidak dalam bepergian)
3. Pendapat Jumhur Ulama
Pada dasarnya para ulama telah bersepakat bahwa gadai itu
boleh. Para ulama tidak pernah mempertentangkan kebolehannya
demikian pula landasan hukumnya. Jumhur ulama berpendapat bahwa
gadai disyari’atkan pada waktu tidak bepergian maupun pada waktu
bepergian.13

12

Imam Bukhori, Shahih al Bukhari, Juz 3, (Beirut: Dar Al- Kutub Al-Ilmiyah, tt), 161.

13

Sholihul Hadi, Pegadaian . . ., 52.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

C. Rukun dan Syarat Gadai
Akad gadai dipandang sah dan benar menurut syariat Islam apabila
telah memenuhi syarat dan rukun gadai yang telah ditentukan dalam hukum
Islam.
1. Rukun Gadai
Di samping syarat-syarat dalam perjanjian gadai di atas, juga
mengenal adanya rukun dalam gadai. Menurut hukum Islam bahwa rukun
gadai itu ada 4 (empat), yaitu: 14
a. Shighat atau perkataan
TM. Hasbi Ash-Shiddieqi menyatakan bahwa, pengertian
shighat (akad) menurut bahasa adalah :

‫الربط و مع طرى احبلن ويسد احدما بااخر حي يتصا‬
.‫فيصبحا كقطعة واحدة‬
Artinya: "Ikatan yang mengumpulkan dua tepi tali dan mengikat salah
satunya dengan tali yang lain hingga bersambung, lalu keduanya
menjadi sepotong benda”.15
Rukun gadai akan sah apabila disertai ijab dan qabul,
sedangkan ijab dan qabul adalah shighat aqdi atas perkataan yang
menunjukkan kehendak kedua belah pihak, seperti kata "Saya gadaikan
ini kepada saudara untuk utangku yang sekian kepada engkau", yang
menerima gadai menjawab "Saya terima marhunini" Shighat aqdi
14

Choiruman, Hukum Perjanjian dalam . . ., 142.

15

Hasbi Ash-Shiddieqi, Pengantar Fiqih Muamalah, Jakarta: PT. Pustaka Rizki Putra, Cet.I,
1997, 26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

memerlukan tiga syarat yaitu harus terang pengertiannya, harus
bersesuaian antara ijab dan qabul dan memperlihatkan kesungguhan
dari pihak-pahak yang bersangkutan.16
Di samping ketentuan di atas, akad gadai juga bisa dilakukan
dengan bentuk bahasa, kata isyarat tersebut diberikan terhadap apa
yang dimaksudkan, sebagaimana yang dikatakan oleh TM. Hasbi AshShiddieqy dalam Pengantar Fiqh Muamalah bahwa isyarat bagi orang
bisu sama dengan ucapan lidah (sama dengan ucapan penjelasan
dengan lidah)17
b. Adanya pemberi gadai (rahin) dan penerima gadai (murtahin).
Pemberi gadai haruslah orang yang dewasa, berakal, bisa
dipercaya, dan memiliki barang yang akan digadaikan. Sedangkan
penerima gadai adalah orang, bank, atau lembaga yang dipercaya oleh
rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai).18
c. Adanya barang yang digadaikan (marhun).
Barang yang digadaikan harus ada pada saat dilakukan
perjanjian gadai dan barang itu adalah barang milik si pemberi gadai

16

Ibid., 29

17

Ibid., 31

18

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan syariah, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus
Fakultas Ekonomi UII, 2004), 160.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

(rahin), barang gadaian itu kemudian berada di bawah pengawasan
penerima gadai (murtahin).19
Pada dasarnya semua barang bergerak dapat digadaikan,
namun ada juga barang bergerak tertentu yang tidak dapat digadaikan.
Jenis barang jaminan yang dapat digadaikan di pegadaian antara lain:
1) Barang-barang perhiasan; emas, perak, intan, mutiara, dan lain-lain.
2) Barang-barang elektronik:tv, kulkas, radio, vidio, tape recorder, dan
lain-lain.
3) Kendaraan: sepeda, motor, mobil.
4) Barang-barang rumah tangga: barang-barang pecah belah.
5) Mesin: mesin jahit, mesin ketik, dan lain-lain.
6) Tekstil: kain batik, permadani.
7) Barang-barang lain yang dianggap bernilai.20
Dalam hubungan ini menurut pendapat ulama Syafi’iyah
barang yang digadaikan itu memiliki tiga syarat yaitu bukan utang
(karena barang hutangan

tidak dapat digadaikan), penetapan

kepemilikan penggadai atas barang yang digadaikan tidak terhalang
dan barang yang digadaikan bisa dijual apabila sudah tiba masa
pelunasan hutang gadai.21
d. Adanya hutang (marhun bih)

19

Choiruman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam. . . , 142.

20

Muhamad Sholihul Hadi, Pegadaian . . ., 32.

21

Ibnu Rusyd, Analisis Fiqih. . ., 305

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Hutang (marhun bih) merupakan hak yang wajib diberikan
kepada pemiliknya, yang memungkinkan pemanfaatannya (artinya
apabila barang tersebut tidak dapat dimanfaatkan, maka tidak sah), dan
dapat dihitung jumlahnya.22 Selain itu hutang yang digunakan haruslah
bersifat tetap, tidak berubah dengan tambahan bunga atau mengandung
unsur riba.23
e. Berakhirnya Akad Gadai
Menurut Sayyid Sabiq, hak hak gadai akan berakhir jika rahin
(yang menggadaikan barang) telah melunasi semua kewajibannya
kepada murtahin (yang menerima gadai), rukun dan syarat gadai tidak
terpenuhi dan baik penggadai dan penerima gadai atau salah satunya
ingkar dari ketentuan syara’ dan akad yang telah disepakati oleh
keduanya.24
2. Syarat gadai
Menurut Imam Al-Syafi’i bahwa syarat sah gadai adalah harus
ada jaminan yang berkriteria jelas dalam serah terima. Sedangkan Maliki
mensyaratkan bahwa gadai wajib dengan akad dan setelah akad orang
yang menggadaikan wajib menyerahkan barang jaminan kepada yang
menerima gadai.25

22

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga. . ., 161.

23

Choiruman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam. . ., 142.

24

Muhamad Sholihul Hadi, Pegadaian . . ., 53.

25

Ibid., 53.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Menurut Sayyid Sabiq, syarat sah akad gadai adalah berakal,
baligh (dewasa), wujudnya marhun ( barang yang dijadikan jaminan pada
saat akad), dan barang jaminan dipegang oleh orang yang menerima
barang gadai atau wakilnya.26 Berdasarkan dari keempat syarat tersebut
dapat di simpulkan bahwa syarat sah gadai tersebut ada 2 hal yaitu :
a. Syarat aqidain (rahin dan murtahin)
Dalam perjanjian gadai unsur yang paling penting adalah
pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian gadai (unsur subjektif),
yaitu cukup dengan melakukan tukar menukar benda, apabila mereka
berakal sehat (tidak gila), dan telah mumayyiz (mencapai umur).
Kemudian untuk orang yang berada di bawah pengampuan wali dengan
alasan amat dungu (safih) hukumnya seperti mumayyiz, akan tetapi
tindakan-tindakan hukum sebelum mencapai usia baligh diperlukan
izin dari wali, apabila pengampu mengizinkan perjanjian gadai dapat
dilakukan, tetapi apabila wali tidak mengizinkan maka perjanjian gadai
tersebut batal menurut hukum.27
b. Syarat barang gadai (marhun)
Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat
antara lain harus dapat diperjualbelikan, berupa harta yang bernilai,

marhun harus bisa dimanfaatkan secara syari’ah, diketahui keadaan

26

Sayid Sabiq, Fiqih . . . , 141.

27

Rahmat Syafi’I, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 162.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uins