Perbedaan Siklus Menstruasi Ibu yang Menggunakan KB IUD dan Suntik depo provera di wilayah kerja puskesmas Mandala Medan 2014

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia
dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan
bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga
berencana yang merupan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga
berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan
hasil pembangunan tidak akan berarti (Manuaba, 2010).
Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana mandiri artinya
masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui kb lingkaran biru dan kb
lingkaran emas dan mengarahkan pada pelayanan metode konrasepsi efektif (MKE)
yang meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB, dan kontap (Manuaba, 2010).
Menurut WHO (World Health Organisation) expert commite, (1970) Keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang yang sangat diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).
Program KB di indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut,
tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasioanal, dan dampaknya

terhadap pencegahan kelahiran. Pada tahun 50-an dan 60-an tujuan KB ialah
menjarangkan kehamilan dan pasangan mandul mendapatkan anak, masalah
kependudukan tidak disinggung. Jumlah anak yang dianggap ideal disinggung oleh
LKBN melalui logo kb yaitu 4 anak; 2 wanita dan 2 laki-laki. Didalam program
pembangunan nasional tahap 1 (pelita 1, periode 1969/70-1973/74) KB disatukan
1
Universitas Sumatera Utara

dengan program kesehatan. Target demografis cukup sederhan yaitu mencakup jumlah
jumlah aseptor 3 juta dalam 5 tahun. Dengan asumsi 600-700 ribu kelahiran dapat
dicegah, khususnya didaerah yang padat penduduk yaitu pulau jawa dan bali.
Keberhasilan program KB pada pelita I mendorong pemerintah untuk meluaskan
program ke 10 propinsi dipualau jawa, untuk itu, pada pelita II sasaran dicanangkan
menjangkau luar pulau jawa dan bali I. Pada pelita III program diperluas keseluruh
indonesia, kelompok propinsi terakhir disebut jawa bali II (Suratun, 2008).
Sejak pelita III dampak demografis dari program kb memperhatikan target
penurunan tingkat kelahiran kasar, yaitu dengan menetapkan target penurunan 50 %
dari 44 ibu yang memakai alat kontrasepsi pada tahun 1971 menjadi 22 ibu yang
memakai alat kontrasepsi pada tahun 1990. Sedangkan pada pelita V program KB
nasional mencanangkan gerakan KB nasional, yaitu gerakan masyarakat yang men

ghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
melembagakan dan membudayakan NKKBS (Suratun, 2008).
Gerakan KB nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran
serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan
ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut
belum merata, sementara ini saat kegiatan berencana masih kurangnya dalam
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara
pemakain alat kontarsepsi dapat dikatakan bahwa: IUD 4,32%, MOW 1,12 %, MOP
0,20 %. KONDOM 13,75 %. IMPLANT 10,54 %,SUNTIK 43,35 %, dan PIL 26,76 5
% (BKKBN, 2010).
Pada semester 1 tahun 2011, jumlah peserta KB baru dengan menggunakan
alat kontradepsi IUD yang berhasil dirangkul badan kependudukan keluarga
berencana nasional (BKKBN) Provinsi sumatera utara mencapai 189.488 peserta atau

Universitas Sumatera Utara

3
50,88 % dari target kotrak kinerja propinsi (KKP) yang ditetapkan 372.401 peserta,
MOW 13.495 peserta (57%) dari target 23.674 reserta, IMPLANT 4594 peserta
(53,25 %) dari target 124.377 peserta, PIL 67.118 peserta (5,6 %) dari target 120.600

peserta dan pencapaian terendah adalah peserta kb baru pada alat kontrasepsi kondom
sebesar 20.266 (33,78 %) dari target 60000 peserta (BKKBN 2011).
Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan, pemerintah telah melaksanakan
kebijakan program KB nasioanal yang didasarkan pada UU No. 10 tahun 1992 tentang
perkembangan keluarga sejahtera (BKKBN, 2007).
Alat kontrasepsi Dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat yang terbuat dari
bahan yang aman (plasik yang kadang dilihat oleh tembaga) dan dimasukkan kedalam
rahim oleh bidan atau dokter yang terlatih. Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan
alat kontrasepsi jangka panjang (10 tahun) dan memiliki efektifitas tinggi untuk
menjarangkan kelahiran anak.
Alat kontrasepsi dalam rahim bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna,
sehingga masih terdapat efek samping setelah pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim
jenis Cut-380A yaitu perdarahan menstruasi lebih banyak dan lebih lama. Lebih dari
10 % pemakainaan alat kontrasepsi dalam rahim melaporkan gangguan menstruasi.
Hal ini berkaitan dengan masuknya organisme yang terinfeksi ke dalam rongga rahim
selama pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim terutama tehnik pemasangan tidak
sesuai prosuder aseptik benar (Glasier, 2005).
Sama hal nya dengan alat kontrasepsi IUD, KB suntik juga mempunyai efek
samping yaitu gangguan haid yang paling sering terjadi dan paling mengganggu
aseptor KB tersebut. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian.

Perdarahan inter/menstrual dan perdarahan bercak akan berkurang dengan jalanya
waktu sedangkan kejadian amenorea akan bertambah besar (hartanto 2004).

Universitas Sumatera Utara

Menurut penelitian cakupan dan pencapaian program KB di wilayah kerja
mandala medan tahun 2013 alat kontrasepsi IUD sebanyak 8 orang dan alat
kontrasepsi suntik depo provera sebanyak 70 orang.
Alat kontrasepsi IUD dan suntik mempunyai permasalahan atau efek samping,
efek samping yang paling utama adalah gangguan pola haidnya. Terdapat ibu-ibu
pengguna alat kontarsepsi IUD dan suntik yang mengalami beberapa permasalahan,
yaitu perubahan pada pola haidnya, lama haid menjadi panjang, jumlah haid menjadi
lebih banyak dan datangnya haid (SIKLUS) menjadi lebih pendek. Terdapat 12 ibu
pengguna IUD yang mengeluh jumlah haidnya yang dikeluarkan saat menstruasi
menjadi lebih banyak dan 8 orang ibu pengguna alat kontarsepsi suntik yang
mempunyai siklus menstruasi pendek. Karena itu penulis tertarik mengambil
penelitian ini (Jurnal Baurlina Ritonga, 2008).
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat
permasalahan tentang bagaimana Perbedaan pola Menstruasi Ibu yang menggunakan

alat kontrasepsi IUD dengan suntik depo provera.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengatahui perbedaan pola menstruasi ibu yang menggunakan alat kontrasepsi
IUD dengan suntik depo provera.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui siklus menstruasi Ibu yang menggunakan KB IUD.

Universitas Sumatera Utara

5
2. Untuk mengetahui pola menstruasi ibu yang menggunakan KB suntik depo
provera.
3. Untuk mengetahui perbedaan pola menstruasi ibu yang menggunakan Alat
kontrasepsi IUD dengan suntik depo provera.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk
penelitian selanjutnya mengenai perbedaan pola menstruasi ibu yang menggunakan KB

IUB dan suntik devo provera.
2. Bagi praktek kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk bidan dalam
memberikan konseling terutama pada ibu yang menggunakan alat kontrasepsi IUD dan
suntik depo provera.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan data
dasar untuk penelitian selanjutnya tentang pola menstruasi pada aseptor KB IUD
dengan suntik depo provera.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbedaan Siklus Menstruasi Ibu yang Menggunakan KB IUD dan Suntik depo provera di wilayah kerja puskesmas Mandala Medan 2014

12 88 55

Perbedaan Siklus Menstruasi Ibu yang Menggunakan KB IUD dan Suntik depo provera di wilayah kerja puskesmas Mandala Medan 2014

1 15 55

PERBANDINGAN TINGKAT KEJADIAN AMENORRHEA ANTARA PENGGUNAAN KB SUNTIK DEPO PROVERA DAN CYCLOFEM Perbandingan Tingkat Kejadian Amenorrhea Antara Penggunaan KB Suntik Depo Provera dan Cyclofem di Puskesmas Kalasan urwomartani Sleman Yogyakarta.

0 3 14

Perbedaan Siklus Menstruasi Ibu yang Menggunakan KB IUD dan Suntik depo provera di wilayah kerja puskesmas Mandala Medan 2014

0 0 11

Perbedaan Siklus Menstruasi Ibu yang Menggunakan KB IUD dan Suntik depo provera di wilayah kerja puskesmas Mandala Medan 2014

0 0 1

Perbedaan Siklus Menstruasi Ibu yang Menggunakan KB IUD dan Suntik depo provera di wilayah kerja puskesmas Mandala Medan 2014

0 0 8

Perbedaan Siklus Menstruasi Ibu yang Menggunakan KB IUD dan Suntik depo provera di wilayah kerja puskesmas Mandala Medan 2014

0 0 1

Perbedaan Siklus Menstruasi Ibu yang Menggunakan KB IUD dan Suntik depo provera di wilayah kerja puskesmas Mandala Medan 2014

0 0 14

PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD DENGAN KONTRASEPSI SUNTIK DI DUSUN GENENG SENTUL SIDOAGUNG GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

0 0 13

HUBUNGAN PENGGUNAAN KB SUNTIK DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONJONG I GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Penggunaan KB Suntik dengan Siklus Menstruasi pada Akseptor KB Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Po

0 0 19