Implementasi Strategi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Dalam Rangkapemeliharaan Kesatuan Bangsa dan Situasi Kondusifdi Kota Tanjungbalai

6

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Tinjauan kepustakaan merupakan bagian penting dalam mata rantai proses
penelitian,

sama

pentingnya

dengan

langkah-langkah

lainnya.

Tinjauan

kepustakaan adalah suatu tinjauan (review), sintesis bahan kepustakaan mencakup

kegiatan yang sistematik dalam mengidentifikasi, mencari, menganalisa,
mempelajari serta mengevaluasi dokumen/literatur yang memuat informasi yang
berkenaan dengan masalah. Dokumen atau literatur berasal dari berbagai sumber
seperti jurnal ilmiah, abstrak penelitian, buku-buku, laporan, dokumen pemerintah
disertasi dan sebagainya (Nasution, dkk, 2008). Dalam hal ini penulis
menggunakan berbagai dokumen atau sumber informasi seperti : buku, majalah,
dokumen pemerintah maupun sumber informasi lainnya.

2.1.

Strategi dan Strategi Organisasi
Istilah strategy berasal dari kata Yunani strategos, ataustrategus dengan

kata jamak berarti jenderal atau perwira negara (state officer) dengan fungsi yang
luas. Sedangkan dalam artian sempit menurut Matloff (1976), strategy berarti the
art of the general (seni jenderal).
Dari kedua pengertian tersebut terlihat bahwa pengertian strategi itu lebih
memperoleh tempat di kalangan militer hingga sampai pada abad ke-18. Namun,
pada dekade-dekade sesudahnya yakni abad ke-19 dan ke-20, faktor militer telah
bercampur dengan faktor-faktor politik, ekonomi, teknologi, dan psikologi. Istilah

strategi muncul dengan nama baru grandstrategyatau strategi tingkat tinggi,yang

6
5

Universitas Sumatera Utara

7

berarti seni memanfaatkan semua sumber daya

suatu bangsa atau kelompok

bangsa untuk mencapai sasaran perang dan damai (Matloff, 1967).
McDonald (1949) dalam Salusu (2003) mengatakan :
Dalam masa transisi, dari militer ke organisasi, strategi dipandang sebagai
suatu seni situasional, yaitu suatu keterampilan bagaimana seorang pejabat
eksekutif mendesain keputusan yang didasarkan pada sumber daya
organisasi, nilai-nilai manajerial, dan kemungkinan adanya peluang, tetapi
juga tantangan dari lingkungan.

Oleh karena itu, pada pertengahan abad ke-20 pembahasan tentang
strategi mulai memperoleh perhatian dari berbagai penulis dan peneliti.
Pengertian strategi, dengan demikian telah menyentuh aspek yang penting
dari organisasi, yaitu tujuan (goals).
Selanjutnya

Chandler

(1966)

mengatakan

bahwa

strategi

dapat

didefinisikan sebagai ”penetapan dari tujuan dan sasaran jangka panjang suatu
organisasi serta penggunaan serangkaian tindakan dan alokasi sumber daya yang

diperlukan untuk mencapai

tujuan tersebut.”

Dari pendapat ini ada tiga

komponen penting yang dapat kita lihat yaitu adanya tujuan dan sasaran, adanya
cara bertindak, dan adanya alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan itu.
Sedangkan Kenneth Andrew mendefinisikan,“strategi adalah pola tujuan
atau sasaran yang dinyatakan sedemikian rupa, yaitu yang menegaskan bisnis apa
yang digeluti organisasi itu atau yang akan digeluti, dan macam apa atau akan
seperti apa organisasi itu” (Cope, 1981).
Shirley (1978) juga mengemukakan strategi secara lebih spesifik sebagai
“keputusan-keputusan bertindak

yang diarahkan dan yang keseluruhannya

diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Dia juga mengutip pandangan
Learned, Christensen, Andrews dan Guth menganut pendekatan yang sama
dengan mengatakan, strategi adalah pola tujuan, maksud, sasaran, dan


7

Universitas Sumatera Utara

8

kebijaksanaan umum serta rencana-rencana untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.”
Sedangkan Steiss (1985) mengatakan dalam arti umum strategi organisasi
adalah setiap langkah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran
utama organisasi.
Sementara Koontz (1976) melihat strategi sebagai program bertindak
dengan tekad memanfaatkan sumber daya sebaik-baiknya untuk mencapai misi
utama organisasi.
Selanjutnya

mengenai strategi organisasi, Vancil (1976) menegaskan

bahwa Strategi suatu organisasi adalah konseptualisasi yang diekspresikan oleh

pemimpin organisasi itu tentang (1) sasaran jangka panjang dari organisasinya;
(2) kebijakan dan kendala, baik yang dicetuskan oleh pemimpin itu maupun yang
diperintahkan oleh atasannya yang justru merintangi kegiatan organisasi, dan (3)
seperangkat rencana yang sedang berjalan mengenai tujuan jangka pendek yang
dipandang layak memberikan konstribusi bagi pencapaian sasaran organisasi.
Dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan peranan
pemimpin sebagai pembuat keputusan adalah penting karena hanya merekalah
sesungguhnya yang akhirnya menetapkan sasaran organisasi, baik jangka pendek,
jangka menengah, maupun jangka panjang. Strategi tersebut dibuat oleh pejabat
tingkat tertinggi dalam organisasi ( dalam hal ini Kepala Badan Kesbangpol dan
Linmas Kota Tanjungbalai). Strategi juga dilihat sebagai seperangkat keputusan
penting yang diangkat dari suatu proses pengambilan keputusan yang sistematis
yang dibuat pada tingkat tertinggi dari suatu organisasi (dalam hal ini proses

8

Universitas Sumatera Utara

9


perencanaan strategis yang menghasilkan Dokumen Rencana Strategis Badan
Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai tahun 2011-2016) .
Selanjutnya Guth (1976) menyatakan bahwa formulasi strategi mencakup
beberapa hal pokok, antara lain :
(1) prakiraan mengenai kondisi lingkungan serta identifikasi ancaman dan
peluang, (2) perhitungan mengenai kekuatan dan kelemahan organisasi
dalam wilayah pemasaran produk tertentu, (3) identifikasi tujuan, sasaran
serta nilai-nilai organisasi yang hendak dicapai, (4) syarat-syarat untuk
memilih suatu strategi tertentu yang dapat dilaksanakan secara efisien dan
efektif.
Dari uraian tersebut terlihat betapa pentingnya faktor lingkungan yang
harus diperhitungkan dalam mempersiapkan strategi. Hal ini ditegaskan juga oleh
Friedrickson (1983), bahwa strategi dari suatu organisasi hendaknya memberi
gambaran sampai sejauh mana lingkungan ekstern sebanding atau sejalan dengan
struktur dan proses intern. Demikian pula dalam rumusan yang singkat Fahey
(1981) melukiskan strategi sebagai karakteristik yang paling mendasar dari
kecocokan apa yang dicapai organisasi dengan lingkungannya.
Di samping itu, Salusu (2003) juga menawarkan satu definisi yang lebih
sederhana dengan menyatakan bahwa strategi ialah suatu seni menggunakan
kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui

hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling
menguntungkan.
Jadi, dari berbagai definisi

tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

elemen-elemen strategi sebagaimana yang dikatakan oleh Salusu (2003) meliputi
adanya : seni situasional, tujuan dan sasaran, produk dan keunggulan kompetitif,
pola keputusan, kebijaksanaan dan program, destinasi, sumber daya dan

9

Universitas Sumatera Utara

10

lingkungan, program bertindak, formulasi dan arus keputusan, alat yang paling
berbahaya dan riskan, dan pemimpin.
Selanjutnya berkaitan dengan elemen-elemen strategi, kita mengenal pula
adanya tipe-tipe strategi. Sebahagian ahli ada yang menyebutnya tingkat-tingkat

strategi seperti Higgins (1985), Wheelen dan Hunger (1990).
Koteen (1991) menjelaskan tentang tipe-tipe strategi dimaksud, sebagai
berikut :
(1) Corporate Strategy (strategi organisasi). Strategi ini berkaitan dengan
perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif stratejik yang
baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan
untuk siapa.
(2)Program Strategy (strategi program). Strategi ini lebih memberi
perhatian pada implikasi-implikasi stratejik dari suatu program tertentu.
Apa kira-kira dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau
diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.
(3) ResourcesSupportStrategy(strategi pendukung sumber daya). Strategi
pendukung sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan
sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas
kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan,
teknologi, dan sebagainya.
(4) InstitutionalStrategy (strategi kelembagaan). Fokus dari strategi
institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk
melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.
Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa strategi dalam organisasi

tidak hanya satu. Masing-masing dari keempat jenis strategi tersebut yaitu :
strategi organisasi, strategi

program, strategi pendukung sumber daya dan

strategi kelembagaan saling menopang sehingga merupakan satu kesatuan yang
mampu menjadikan organisasi sebagai satu lembaga yang kokoh pula, mampu
bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak menentu.
Keempat jenis strategi yang saling menopang dan merupakan satu
kesatuan tersebut

tentunya dimiliki pula oleh Badan Kesatuan Bangsa, Politik

dan Perlindungan Masyarakat Kota Tanjungbalai selaku organisasi.

10

Universitas Sumatera Utara

11


Dalam setiap organisasi khususnya organisasi pemerintahan seperti Badan
Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai, kita mengetahui bahwa sebelum
suatu kebijakan diimplementasikan haruslah terlebih dahulu kebijakan tersebut
dirumuskan dan direncanakan

agar dapat diwujudkan hasil yang diinginkan

sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi.
Winarno (2012) mengatakan bahwa perencanaan kebijakan dilakukan oleh
para pembuat kebijakan setelah masalah-masalah kebijakan diidentifikasikan dan
didefinisikan. Dengan demikian, tanpa adanya perumusan masalah terlebih dahulu
maka proses perencanaan kebijakan tidak akan dapat dilakukan. Artinya, setelah
perumusan masalah dibuat maka perencanaan kebijakan mulai dapat dilakukan
berdasarkan identifikasi dan pendefinisian masalah-masalah tersebut.
Adapun proses perencanaan kebijakan tersebut

bersifat strategis dan

merupakan suatu proses manajemen yang sistematis dalam pengambilan
keputusan atas program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan
perkiraan sumber daya selama beberapa tahun mendatang yang menghasilkan
rencana strategis. Dengan kata lain, suatu organisasi akan membuat pilihan dan
penetapan strategis dalam mewujudkan program-program strategis yang cocok
diimplementasikan dalam rangka menjawab kebutuhan dan sasaran yang ingin
dicapai oleh organisasi.
Jika dikaitkan dengan makna strategi itu sendiri, menurut Griffin dalam
Sule dan Saefullah (2005) mendefinisikan strategi sebagai rencana komprehensif
untuk mencapai tujuan organisasi. Tidak hanya sekedar mencapai, akan tetapi
strategi juga dimaksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan organisasi di
lingkungan di mana organisasi itu menjalankan aktivitasnya.

11

Universitas Sumatera Utara

12

Dengan kata lain, bagi organisasi pemerintah seperti Badan Kesbangpol
dan Linmas Kota Tanjungbalai, strategi dimaksudkan untuk mencapai tujuan
organisasi sekaligus mempertahankan eksistensinya selaku satuan kerja perangkat
daerah yang membantu Walikota Tanjungbalai secara teknis dalam perumusan
kebijakan maupun pelaksanaan kebijakan di bidang kesatuan bangsa, politik dan
perlindungan masyarakat.
2.2.

Manajemen Strategis dan Implementasi Strategi
2.2.1. Manajemen Strategis

Dari sudut pandang proses pengelolaan strategi, serangkaian keputusan dan
tindakan mendasar dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh
seluruh jajaran suatu organisasi merupakan hakekat dari manajemen strategis. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Siagian (2000)

bahwa

“manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang
dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu
organisasi tersebut”
Sedangkan menurut Suwarsono (2000)

“manajemen strategis

dapat

diartikan sebagai usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan
untuk mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan”.
Sementara Dirgantoro (2001) mengemukakan pula bahwa manajemen
strategis adalah suatu proses yang berkesinambungan yang membuat organisasi
secara keseluruhan dapat matchdengan lingkungannya, atau dengan kata lain,
organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsif terhadap perubahanperubahan di dalam lingkungan baik yang bersifat internal maupun eksternal atau

12

Universitas Sumatera Utara

13

kombinasi ilmu dan seni untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi keputusan yang bersifat cross fungsional yang memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya.
Dari ketiga pendapat di atas dapat kita pahami bahwa manajemen
strategis adalah proses dan usaha manajerial yang dilakukan oleh manajemen
puncak

melalui

serangkaian

keputusan

dan

tindakan

mendasar

dan

diimplementasikan oleh seluruh jajaran yang berhubungan dengan lingkungan
internal maupun eksternal untuk menumbuhkembangkan kekuatan

organisasi

atau perusahaan dalam mencapai tujuannya sesuai dengan misi yang telah
ditetapkan.
2.2.2. Implementasi Strategi
Sule dan Saefullah (2005) menyatakan bahwa implementasi strategi dapat
dilihat dari sudut pandang proses manajemen strategis. Mereka berpendapat :
Dari sudut pandang proses manajemen strategis berkenaan dengan
pengelolaan strategi setidaknya dapat dibagi dua secara garis besarnya,
yaitu perencanaan strategi (strategic planning) dan implementasi strategi
(strategic implementation).
Perencanaan Strategi terdiri dari :
-Penentuan tujuan, untuk mencapai tujuan
dan mempertahankan
keberadaan organisasi.
-Penyusunan strategi, yang terdiri dari tiga fase, yaitu : penilaian keperluan
penyusunan strategi , analisis situasi internal dan eksternal dan pemilihan
strategi.
Sedangkan implementasi strategi mencakup proses administrasi dan
pengendalian strategi.
Jadi, implementasi strategi menurut sudut pandang manajemen strategis,
merupakan salah satu bagian dari proses manajemen strategis, yakni penyusunan
strategi dan implementasi strategi.
Dari sudut pandangan tersebut, kita mendapatkan pengertian bahwa
implementasi strategi mencakup proses administrasi dan pengendalian strategi.

13

Universitas Sumatera Utara

14

Adapun yang hendak dikaji penulis dalam penelitian tesis ini adalah strategi apa
saja yang diimplementasikan dan bagaimana implementasi strategi

Badan

Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Tanjungbalai dalam
rangka pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai.
Sejalan dengan hal tersebut, Salusu (2003) berpendapat bahwa
implementasi adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan menyusul satu
keputusan. Suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran tertentu.
Guna merealisasikan pencapaian sasaran itu, diperlukan serangkaian aktivitas.
Sedangkan

Higgins (1985) mengatakan bahwa implementasi adalah

rangkuman dari berbagai kegiatan yang di dalamnya sumber daya manusia
menggunakan sumber daya lain untuk mencapai sasaran dari strategi. Kegiatan itu
menyentuh semua jajaran manajemen mulai dari manajemen puncak sampai pada
karyawan/pegawai lini paling bawah.
Selanjutnya Higgins berpendapat bahwa implementasi strategi dapat
digambarkan sebagai suatu sistem di mana

komponen yang

satu dengan

komponen lainnya merupakan satu kesatuan secara integral yang mampu
menyelesaikan berbagai masalah dalam pelaksanaan strategi, yaitu: (1)
Perencanaan integral dan sistem pengendalian,
dan sistem komunikasi,

(2) Kepemimpinan, motivasi

(3) manajemen sumber daya manusia dan kultur

organisasi.
Higgins

menjelaskan

tentang sistem implementasi strategi tersebut

sebagai berikut :
(1) Perencanaan integral dan sistem pengendalian. Aktivitas ini dimulai
dari pemahaman terhadap strategi induk, kemudian merumuskan semua
rencana yang diangkat dari strategi induk itu.Sasaran-sasaran yang ingin

14

Universitas Sumatera Utara

15

dicapai oleh strategi tersebut, dijabarkan secara rinci, lalu untuk itu
dibuatkan perencanaan antara dan perencanaan operasional.
Perencanaan antara adalah penghubung antara sasaran-sasaran strategi dan
perencanaan operasional. Oleh sebab itu, sering juga disebut “program”
yang mencakup ruang lingkup yang cukup luas, waktu yang memadai,
cukup komprehensif, dan memiliki rincian yang cukup detail. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa tugas program itu adalah
menerjemahkan strategi ke dalam tugas operasional.
Perencanaan operasional pada umumnya berlaku untuk jangka waktu satu
tahun, sungguh pun periode ini bisa bervariasi antara organisasi yang satu
dengan yang lain.Tugas dari perencanaan operasional adalah
menerjemahkan perencanaan antara ke dalam rencana yang pasti, yaitu
kegiatan yang memberikan hasil yang diinginkan. Justru perencanaan
operasional inilah yang memberi substansi pada strategi.
Anggaran yang merupakan kunci dari berhasilnya perencanaan
operasional, biasanya disebut rencana operasional keuangan atau rencana
pembiayaan. Ia menerjemahkan rencana operasional ke dalam komitmen
rupiah. Melalui anggaran inilah dapat diketahui apakah rencana
operasional mampu mencapai sasaran yang dikehendaki dalam strategi.
(2) Kepemimpinan, motivasi, dan sistem komunikasi. Para pemimpin,
eselon atas, hendaknya mampu memberikan motivasi kepada jajaran
kepegawaian serta menjalankan sistem komunikasi yang baik kalau mau
sukses dalam pelaksanaan strategi.
(3) Manajemen sumber daya manusia dan kultur organisasi. Komponen
implementasi ini biasanya ditangani oleh bagian personalia dalam suatu
organisasi. Fungsi utamanya adalah : pertama, menempatkan karyawan,
yang sekaligus mencakup perencanaan personil, perekrutan, saringan,
pelatihan, dan orientasi. Kedua, berfungsi kalau karyawan sudah mulai
bekerja, yang mencakup pelatihan dan pengembangan, penyediaan
kompensasi dan motivasi jaminan kesehatan dan keselamatan kerja,
evaluasi dan pengendalian, perbaikan produktivitas, dan perbaikan
komunikasi dalam organisasi.
Mengenai sistem pengendalian di atas dapat diartikan sebagai upaya yang
sistematis dalam mengawasi jalannya berbagai kegiatan sebagaimana yang telah
direncanakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Stoner, Freeman dan Gilbert
(2000) di mana menurut mereka control adalah the process of ensuring that actual
activities conform the planned activities;

pengendalian adalah proses untuk

15

Universitas Sumatera Utara

16

memastikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
Sementara itu menurut Sule dan Saefullah (2008) kepemimpinan dapat
diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam
melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka.
Selanjutnya mereka mengatakan fungsi kepemimpinan pada dasarnya
adalah tindak lanjut dari pemahaman para manajer terhadap keragaman
karakteristik motif dan perilaku para pegawai dalam organisasi. Bagaimana
semestinya para manajer mengarahkan dan memotivasi para pegawai menjadi
esensi pokok dari kepemimpinan. Dalam kaitan dengan motivasi inilah seorang
manajer atau pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi untuk
menyampaikan rencana kerja

dan sasaran apa yang ingin dicapai organisasi

melalui jajaran pegawai atau

bawahannya dengan baik (Sule dan Saefullah,

2008).
Sementara itu manajemen sumber daya manusia juga merupakan fungsifungsi pengelolaan personalia yang meliputi perencanaan, pengadaan, pelatihan
dan pengembangan, perlindungan sampai kepada pengendalian, evaluasi dan
penghargaan terhadap pegawai atau karyawan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Flamholtz (1989) dalam Lako (2004) yang mengatakan bahwa “fungsi-fungsi
khusus dalam pemanajemenan sumber daya manusia meliputi
(acquistion),

pelatihan

dan

pengembangan

(training

and

pengadaan

development),

penempatan pada posisi tertentu (allocation), erlindungan dan pemeliharaan
(conservation), pendayagunaan (utilization), evaluasi prestasi (evaluation), dan
pemberian imbalan (reward). Pada Hakikatnya fungsi-fungsi tersebut satu sama
lainnya saling berintegrasi dan berkesinambungan.”
Di samping manajemen sumber daya manusia, kepemimpinan juga harus
memperhatikan dan menerapkan

kultur atau budaya organisasi dalam

mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan. Mengenai budaya
organisasi, Wiliams (2009) menyatakan bahwa “budaya organisasi adalah nilainilai, keyakinan, dan sikap yang berlaku di antara anggota organisasi.”
Penerapan budaya organisasi tersebut dimaksudkan agar strategi yang
hendak dijalankan oleh seluruh jajaran atas manajemen sampai kepada para
16

Universitas Sumatera Utara

17

pegawai lini terendah dapat dijalankan dengan baik pula sehingga tercapai apa
yang diinginkan dari bawahannya.
Sedangkan kunci suksesnya implementasi strategi, seperti diungkapkan
oleh Thompson dan Strickland (1992), adalah menyatukan organisasi secara total
untuk mendukung strategi dan melihat apakah setiap tugas administratif dan
aktivitas dilakukan menurut cara yang memadukan secara tepat semua persyaratan
sehingga pelaksanaan dari strategi itu dapat dinikmati.
Selanjutnya dalam kaitan dengan fase implementasi strategi, Salusu
(2003) menyatakan :
Fase implementasi strategi adalah fase peralihan tanggung jawab dari CEO
kepada para manajer tingkat menengah, dari kepala eksekutif kepada
kepala biro, atau kepala bagian,tergantung pada struktur dari setiap
organisasi sampai ke setiap karyawan, setiap orang dalam organisasi.
Sungguhpun CEO masih tetap terlibat dalam fase implementasi, porsi
keterlibatannya tidak sebanyak pada perumusan strategi.
Seperti telah diuraikan, eselon atas bertugas membuat keputusan strategis,
eselon menengah membuat keputusan taktis, sedangkan eselon bawah
membuat keputusan operasional. Jadi, strategi itu dijabarkan lebih jauh ke
dalam kepingan-kepingan yang memudahkan pelaksanaannya, dibagi
kepada setiap individu sebagai pelaksana garis depan.
Sehubungan dengan penelitian ini, peralihan tanggung jawab di atas dari
eselon puncak

(kepala badan) kepada eselon menengah (kepala bidang) dan

eselon bawah (kepala sub bidang/kepala sub bagian) dan Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK) sampai kepada setiap individu (unsur staf). Proses
tersebut ditetapkan dengan keputusan Kepala Badan yang tujuannya

untuk

memudahkan pelaksanaan strategi secara operasional yakni melalui program dan
kegiatan yang telah ditetapkan.
Di samping itu, Salusu (2003) juga mengatakan :
Dalam skenario implementasi itu, selanjutnya direktur program mendesain
spesifikasi pekerjaan dan membagi penugasan pekerjaan itu kepada setiap
kepala unit kerja yang akan terlibat dalam implementasi. Para kepala unit
kerja hendaknya memahami dengan sungguh-sungguh tugas yang harus
dikerjakan dan diselesaikan, serta wajib meminta klarifikasi kepada
direktur program apabila ada butir-butir penugasan yang belum jelas.
Kalau para kepala unit kerja sudah menghayati penugasan mereka maka
mereka perlu membuat rencana, program, dan anggaran yang menjadi
tanggung jawab unit kerjanya. Dalam program tersebut, setiap tindakan
yang akan dilaksanakan perlu ditulis secara rinci jadwal waktunya, kapan

17

Universitas Sumatera Utara

18

tugas-tugas itu rampung dikerjakan, siapa yang akan bertanggung jawab,
untuk apa, dan kapan. Rencana dan program ini disampaikan kepada
direktur program untuk didiskusikan kemudian direalisasikan.
Dari pandangan tersebut dapat dipahami bahwa peran direktur program
(dalam penelitian ini disebut kepala bidang program) membagi pekerjaan kepada
setiap unit kerja (bidang) dan tempat klarifikasi hal-hal yang belum jelas dan
tempat diskusi kepala unit kerja dalam hal uraian pelaksanaan tugas untuk
direalisasikan.
2.3.

Program Pembangunan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Menurut

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia,

program

adalah

rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan
sebagainya) yang akan dijalankan. Artinya, program merupakan perencanaan
tentang sesuatu hal atau usaha dalam bidang tertentu yang akan dijalankan.
Adisasmita (2005) menyatakan bahwa program adalah kumpulan
kegiatan- kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan
masyarakat, atau yang merupakan partisipasi aktif masyarakat, guna mencapai
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Higgins dalam Salusu (2003) memahami program dari sudut
perencanaan yakni perencanaan antara di mana program menerjemahkan strategi
ke dalam tugas operasional. Kemudian tugas dari perencanaan operasional adalah
menerjemahkan perencanaan antara ke dalam rencana yang pasti, yaitu kegiatan
yang memberi hasil yang diinginkan dan memberi substansi pada strategi.
Berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas, Adisasmita (2005) mengatakan
bahwa “aktivitas merupakan permainan dari strategi konkrit organisasi untuk
diimplementasikan dengan sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan dan sasaran.”
Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010, “program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dirumuskan, untuk mencapai sasaran dan tujuan sesuai tugas dan
fungsi SKPD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah. Sedangkan
kegiatan merupakan bagian dari program yang memuat sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa” (Pasal 86 Ayat 7 dan 8).
18

Universitas Sumatera Utara

19

Maka dapat kita pahami bahwa program

adalah alat kebijakan untuk

mewujudkan sasaran dan tujuan sesuai tugas dan fungsi SKPD dalam urusan
penyelenggaraan

pemerintahan

daerah.

Sedangkan

kegiatan

mengelola

input dan output untuk menghasilkan barang/jasa.
Dalam kaitan dengan hal tersebut, Program Pembangunan Bidang
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri merupakan instrumen kebijakan yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang dirumuskan, untuk mencapai tugas dan fungsi
Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai dalam urusan pemerintahan
daerah.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, urusan pemerintahan daerah adalah fungsi-fungsi
pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan pemerintahan
untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya

dalam

rangka

melindungi,

melayani,

memberdayakan,

dan

mensejahterakan masyarakat. Sedangkan fungsi adalah tugas kepemerintahan di
bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
nasional (Pasal 1 Ayat 40 dan 39).
Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa urusan pemerintahan
daerah

berkaitan

erat

dengan

perwujudan

tujuan

pembangunan

yaitu

pembangunan nasional.
Adapun

tujuan

pembangunan

nasional

didasarkan

pada

tujuan

pembentukan Pemerintahan Negara Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945

yang

mengatakan bahwa tujuan pembentukan

Pemerintahan Negara Indonesia adalah untuk “melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.” Dari penggalan kalimat tersebut
dapat dipahami adanya suatu tekad dan upaya Pemerintah Indonesia mulai dari
tingkat pusat sampai ke seluruh kabupaten/kota untuk menjaga dan memelihara
bangsa (masyarakat) Indonesia ini agar terlindungi berbagai ancaman dan
gangguan terhadap keberadaan dan kehidupan bangsa di seluruh wilayah
Indonesia.
Oleh karena itu, pembangunan yang mengutamakan pendekatan dan
pemeliharaan kesatuan bangsa, keamanan, ketenteraman dan situasi kondusif,

19

Universitas Sumatera Utara

20

pada dasarnya adalah sangat penting, di samping pembangunan fisik dan ekonomi
yang sering diutamakan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut di atas terkait pula dengan Program Prioritas Pembangunan
Pemerintahan Presiden danWakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang
dikenal dengan nama “Nawacita atau Sembilan Cita-Cita”, khususnya cita-cita
pertama : memberi perlindungan dan rasa aman kepada seluruh warga negara, ke
delapan: melakukan revolusi karakter bangsa dan kesembilan : memperteguh
kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
pemerintah pusat ini dijabarkan melalui

Di mana urusan

perencanaan pembangunan nasional

sampai ke seluruh tingkatan pemerintahan yang berada di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga Nawacita yang diprogramkan oleh pusat
dapat disusun dan dilaksanakan pula di tingkat provinsi, kabupaten dan kota.
Hal tersebut sejalan pula dengan kewajiban kepala daerah yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Pada Pasal 67 dikatakan bahwa tugas kepala daerah di antaranya adalah
“memegang

teguh

dan

mengamalkan

Pancasila,

UUD

1945

serta

mempertahankan keutuhan NKRI, mengembangkan demokrasi, menjaga etika dan
norma dalam pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
dan melaksanakan program strategis nasional.”
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa urusan pemerintahan daerah
merupakan pengelolaan fungsi pemerintahan yang bersumber dari penjabaran
urusan pemerintah pusat sesuai tingkatannya (dalam hal ini Pemerintah Kota
Tanjungbalai

c.q.

Badan

Kesbangpol

dan

Linmas

Kota Tanjungbalai)

menjalankan urusan pemerintah daerah dalam rangka pemeliharaan
bangsa dan situasi kondusif di Kota

kesatuan

Tanjungbalai sesuai kebutuhan yang

ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam lampiran A.VII Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yakni Kode dan Daftar
Program dan Kegiatan Klasifikasi Belanja Daerah Menurut Urusan Pemerintahan
Daerah, salah satunya dicantumkan urusan pemerintahan daerah ( pembangunan)
bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, yang terdiri dari program dan
dijabarkan dalam kegiatan masing-masing, sebagai berikut :

20

Universitas Sumatera Utara

21

1.

Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
Kegiatan :
-Penyiapan Tenaga Pengendali Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
-Pembangunan Pos Jaga/Ronda
-Pelatihan Pengendalian Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
-Pengendalian Kebisingan, dan Gangguan dari Kegiatan
-Pengendalian Keamanan Lingkungan
-Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
-Dan seterusnya...

2.

Program Pemeliharaan Kantramtibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal
-Pengawasan Pengendalian dan Evaluasi Kegiatan Polisi Pamongpraja
-Peningkatan Kerjasama dengan Aparat Keamanan dalam Teknik
Pencegahan Kejahatan
-Kerjasama Pengembangan Kemampuan Aparat Polisi Pamong Praja
dengan TNI/Polri dan Kejaksaan
-Peningkatan Kapasitas Aparat dalam rangka Pelaksanaan Sishankamrata
di Daerah
-Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
-Dan seterusnya...

3.

Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan
-Peningkatan Toleransi dan Kerukunan dalam Kehidupan Beragama
-Peningkatan Rasa Solidaritas dan Ikatan Sosial di Kalangan Masyarakat
-Peningkatan Kesadaran Masyarakat akan Nilai-Nilai Luhur Budaya
Bangsa
-Dan seterusnya...

4.

Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan
-Fasilitasi pencapaian halaqohdanberbagaifaham keagamaan lainnya dalam upaya peningkatan wawasan kebangsaan
-Seminar, talkshow, diskusi peningkatan wawasan kebangsaan
-Pentas seni dan budaya, festival, lomba cipta dalam upaya peningkatan
wawasan kebangsaan
-Dan seterusnya...

21

Universitas Sumatera Utara

22

5.

Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan
keamanan
-Pembentukan satuan keamanan lingkungan di masyarakat
-Dan seterusnya...

6.

Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)
-Penyuluhan pencegahan peredaran/penggunaan minuman keras dan narkoba
-Penyuluhan pencegahan berkembangnya prostitusi
-Penyuluhan pencegahan peredaran uang palsu
-Penyuluhan pencegahan dan penertiban aksi premanisme
-Penyuluhanan dan penertiban tindak penyelundupan
-Penyuluhan pencegahan praktek perjudian
-Penyuluhan pencegahan eksploitasi anak bawah umur
-Monitoring, evaluasi dan pelaporan
-Dan seterusnya...

7.

Program pendidikan politik masyarakat
Kegiatan :
-Penyuluhan kepada masyarakat
-Fasilitasi penyelesaian perselisihan partai politik
-Koordinasi forum-forum diskusi politik
-Penyusunan data base partai politik
-Monitoring, evaluasi dan pelaporan
-Dan seterusnya...

8.

Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
-Pemantauan dan penyebarluasan informasi potensi bencana alam

22

Universitas Sumatera Utara

23

-Pengadaan tempat penampungan sementara dan evakuasi penduduk dari
ancaman/korban bencana alam
-Pengadaan sarana dan prasarana penduduk dari ancaman/korban bencana
alam
-Pengadaan logistik dan obat-obatan bagi penduduk di tempat penam
pungan sementara
-Dan seterusnya...
Dari uraian program dan kegiatan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa
ada 9 (sembilan ) program pokok yang dapat disusun dalam perencanaan strategis
yang dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Badan Kesbangpol dan Linmas Kota
Tanjungbalai dari tahun 2011-2016 dalam rangka pemeliharaan kesatuan bangsa
dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai.
Adapun setiap program dan kegiatan tersebut di atas selanjutnya dipilih
oleh Badan Kesbangpol dan Linmas sesuai dengan strategi-strategi yang telah
dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya.
2.4.

Pemeliharaan Kesatuan Bangsa dan Situasi Kondusif di Kota
Tanjungbalai
Ditinjau dari

arti kata yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, bahwa kalimat Pemeliharaan Kesatuan Bangsa dan Situasi Kondusif di
Kota Tanjungbalai dapat diartikan sesuai penggalan kata masing-masing sebagai
berikut :
-Pemeliharaan berasal dari kata pelihara ditambahimbuhan ke-an.
Pemeliharaan berarti 1. proses, cara, perbuatan memelihara dan
sebagainya. 2. penyelamatan, penghindaran (dari bahaya dan sebagainya).
-Kesatuan bangsa berasal dari dua suku kata yakni kesatuan dan bangsa.
Kesatuan berarti keesaan,ketunggalan, integritas, kebulatan, kepaduan,
keutuhan, dan koherensi. Sedangkan bangsa berarti kelompok masyarakat
yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa,dan sejarahnya, serta

23

Universitas Sumatera Utara

24

berpemerintahan sendiri. Jadi, dari kedua pengertian kata tersebut,
kesatuan bangsa adalah keutuhan dan kebulatan suatu kelompok
masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah serta
berpemerintahan sendiri.
-Situasi kondusif juga terdiri dari dua suku kata yaitu situasi dan kondusif.
Kondusif berarti situasi yang memberi peluang pada hasil yang diinginkan
yang bersifat mendukung. Situasi berarti keadaan, letak sesuatu, tempat.
Situasi kondusif berarti keadaan yang memberi peluang pada hasil yang
diinginkan yang bersifat mendukung.
-Kota Tanjungbalai, terdiri atas dua suku kata, kota dan Tanjungbalai.
Kota berarti daerah pemukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang
merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat.
Tanjungbalai adalah nama kota tersebut.
Sedangkan secara administrasi pemerintahan, menurut pengertian UndangUndang
Daerah

Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Kota Tanjungbalai adalah sebuah kota yang dikepalai oleh seorang

walikota yang berada di wilayah Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Maka,
Kota Tanjungbalai berarti suatu wilayah pemerintahan yang berada di Provinsi
Sumatera Utara dan dikepalai oleh seorang walikota.
Jadi, pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif

di Kota

Tanjungbalai berarti upaya untuk memelihara agar tetap terjaganya keutuhan
sekaligus menghindari adanya ancaman serta gangguan konflik, kerusuhan dan
disintegrasi bangsa dalam masyarakat sehingga terdukungnya Pemerintahan Kota
Tanjungbalai dalam mencapai tujuannya.
Upaya tersebut dilaksanakan oleh Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
Perlindungan Masyarakat untuk membantu Walikota Tanjungbalai dalam hal
menyusun kebijakan dan pelaksanaan bidang teknis kesatuan bangsa, politik dan
perlindungan masyarakat melalui perumusan dan penyusunan strategi untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Strategi-strategi tersebut dijabarkan pula

ke dalam masing-masing

program dan kegiatan yang memberi makna dan gambaran tentang upaya yang
dilakukan oleh Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Tanjungbalai dalam rangka
pemeliharaan kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai.
Artinya, implementasi strategi melalui pelaksanaan program dan kegiatan

24

Universitas Sumatera Utara

25

dalam bentuk-bentuk : sosialisasi, penyuluhan, diskusi, seminar, pemantauan, loka
karya, bimbingan teknis, pelatihan, pembentukan dan pemberdayaan forum-forum
strategis, patroli,
kerjasama serta

kunjungan kerja, rapat-rapat koordinasi, konsultasi
bentuk

kegiatan

lainnya,

dan

diharapkan dapat mewujudkan

terpeliharanya kesatuan bangsa dan situasi kondusif di Kota Tanjungbalai.
Dengan adanya berbagai program dan kegiatan tersebut dimaksudkan agar
Kota Tanjungbalai dapat terhindar dari berbagai ancaman dan bahaya konflik,
perpecahan, kerusuhan serta berbagai

gangguan keamanan dan ketertiban

masyarakat. Sebab jika hal-hal tersebut tidak diantisipasi dan dicegah melalui
kegiatan-kegiatan di atas, pada gilirannya dapat merusak kesatuan bangsa serta
mengganggu kondusivitas dan kelancaran pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di Kota Tanjungbalai.
Jika dikaitkan dengan tujuan pembentukan negara dan kewajiban kepala
daerah yang telah disingung sebelumnya, maka tugas pemeliharaan kesatuan
bangsa dan situasi kondusif di atas sejalan pula dengan pandangan Nasution
(2015), yang mengatakan :
Tugas penting pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan jaminan
rasa aman kepada warganya yang merupakan kebutuhan dan hak dasar
yang memungkinkan setiap warga negara untuk dapat menjalankan
aktivitas, mengoptimalikan potensi, dan mewujudkan kesejahteraan hidup
secara lancar, terhindar dari rasa takut, gangguan dan tekanan dari pihak
lain. Tugas yang tidak kalah penting harus dilaksanakan baik pemerintah
pusat maupun daerah adalah menjaga kerukunan, persatuan dan keutuhan
negara kesatuan Indonesia, sebagai salah satu pilar kebangsaan, sehingga
tidak terjadi perpecahan yang menyebabkan disintegrasi bangsa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tugas negara dan tugas
pemerintah daerah tersebut wajib dilaksanakan yakni dalam rangka memelihara
kesatuan bangsa dan situasi kondusif daerah, khususnya di Kota Tanjungbalai.

25

Universitas Sumatera Utara