Perbedaan Kadar Salivary Alkaline Phosphatase Pada Tiga Kelompok Maturasi Middle Phalanx Tiga Di Usia Tumbuh Kembang

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
. Penentuan waktu yang tepat untuk memulai perawatan maloklusi skeletal
merupakan kunci sukses dalam perawatan ortodonti, oleh karena itu pemahaman
mengenai tahap tumbuh kembang merupakan hal yang sangat penting. Perkiraan
jumlah pertumbuhan dan tingkat maturasi akan membantu ortodontis dalam
menentukan diagnosis, tujuan perawatan, serta rencana perawatan yang ideal
sehingga memperoleh hasil yang optimal. Perawatan pada masa gigi bercampur
seperti penggunaan pesawat fungsional, perlu atau tidak dilakukan pencabutan gigi
pada perawatan ortodonti, penentuan kapan bedah ortognati mulai dapat
dilakukan,ditentukan berdasarkan fase pertumbuhan pubertas pasien.1-3
Identifikasi maturasi skeletal pada pasien dalam masa tumbuh kembang akan
sangat membantu ortodontis dalam melakukan modifikasi pertumbuhan, karena
tepatnya waktu intervensi akan menentukan keberhasilan modifikasi pertumbuhan.
Menurut Bacetti, jika modifikasi pertumbuhan bertujuan untuk merangsang ataupun
menahan pertumbuhan maksila maka perawatan dilakukan sebelum percepatan
pertumbuhan. Jika perawatan bertujuan untuk merangsang ataupun menahan
pertumbuhan mandibula, maka untuk menghasilkan efek yang optimal, perawatan
dilakukan pada fase puncak percepatan pertumbuhan. Untuk tindakan bedah ortognati

atau maloklusi dental sebaiknya dirawat,setelah fase pubertas selesai.4-6

Universitas Sumatera Utara

Metode yang digunakan untuk menilai maturasi skeletal adalah penentuan
maturasi skeletal dengan melihat tahap perkembangan gigi melaluli radiografi
panoramik, penentuan maturasi skeletal dengan menggunakan vertebra servikalis
pada radiografi sefalometri lateral dan melihat ossifikasi tulang pergelangan tangan
dengan radiografi hand wrist. 1
Penentuan usia skeletal seringkali dilakukan dengan bantuan radiografi hand
wrist yang dapat dianggap sebagai biological clock.7 Penelitian Hunter, Bergersen
dan Fishman menunjukkan korelasi yang kuat antara maturasi tulang karpal dengan
pertambahan tinggi badan dan pertumbuhan maksila maupun mandibula.8
Untuk mengurangi radiasi dan biaya pembuatan radiografi hand wrist, para
peneliti menyederhanakan metode pembuatan dan analisis tulang karpal tanpa
mengurangi ketepatan hasil. Abdel Kader, Rajagopal dan Kansal, meneliti
kehandalan foto periapeks untuk merekam tahap perkembangan tulang phalanx
tengah jari ke tiga (MP3) sebagai indikator maturasi seperti yang dikembangkan oleh
Hagg dan Taranger.9-10
Pada kondisi tertentu jika diperlukan pemantauan status maturasi skeletal

secara terus menerus, maka pencitraan radiografi berulang dapat menimbulkan
paparan radiasi sinar X yang berlebihan. Hal ini akan bertentangan dengan prinsip
ALARA (As Slow As Reasonably Achievable) dalam penggunaan sinar radiasi dan
akan berdampak negatif terhadap pasien, operator maupun lingkungan.1,12
Penggunaan marker biokimia dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk
untuk menilai maturasi skeletal. biomarker dapat menghindari paparan sinar X dan
merupakan suatu agen yang terlibat langsung dalam pertumbuhan dan remodeling

Universitas Sumatera Utara

tulang.6 Biomarker formasi tulang yang dapat diukur dalam saliva dan serum darah
terdiri

dari;Insulin-like

growth

factor

(IGF)


growth

hormone

(GH),Alkalinephosphatase(ALP), Creatinine, Osteocalcin, dan Procollagen type 1.1315

Alkaline phosphatase (ALP) merupakan enzim yang berperan penting dalam
metabolisme tulang.Peningkatan kadar ALP merupakan salah satu penanda terjadinya
remineralisasi tulang. Belakangan ini ALP digunakan sebagai alat diagnosa dalam
bidang periodonsia dan ortodonti.Perinetti et al melihat ada hubungan antara aktivitas
Alkaline Phosphatase pada cairan sulkus gingiva dengan tahap pertumbuhan pubertas
dengan melihat maturasi skeletal vertebra servikalis,6 sedangkan Tarvade et al telah
meneliti bahwa ada hubungan antara kadar salivary ALP dengan tahap perkembangan
MP3.6,16
Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks, dimana komponen
saliva terdiri dari enzim, imounoglobulin, hormon, bakteri dan produknya, ion,
fibroblas dan komponen pendukung lainnya. Penggunaan saliva sebagai media
diagnostik menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan serum maupun cairan
sulkus gingiva (CSG) dan telah digunakan lebih dari 10 tahun belakangan dalam

bidang kedokteran dan kedokteran gigi.17-19
Sampai saat ini belum ada datamengenaiperbedaan kadarsalivary ALP pada
berbagai kelompok maturasi MP3, maka penelitian ini akan mengkaji hal tersebut
pada pasien perempuan di usia tumbuh kembang.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan kadar salivary alkaline phosphatasedengan tahap
maturasi middle phalanx-3?
2. Bagaimana perbedaan kadar salivary alkaline phosphatasepada setiap
kelompok tahap maturasi middle phalanx-3?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk

mengetahui


hubungan

antara

kadar

salivary

alkaline

phosphatase(ALP) dengan setiap tahap maturasi middle phalanx-3
2. Untuk

mengetahui

perbedaan

antara

kadar


salivary

alkaline

phosphatase(ALP) dengan setiap tahap maturasi middle phalanx-3
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
Secara Teoritis:
1. Mengetahui peranan alkaline phosphatase (ALP) sebagai indikator maturasi
skeletal
2. Memberikan

penjelasan

mengenai

hubungan

antara


kadar

alkaline

phosphatase dengan tahap maturasi skeletal middle phalanx-3

Universitas Sumatera Utara

Secara Praktis:
1. Mengetahui tahapan maturasi skeletal yang paling tepat untuk menggunakan
ALP sebagai prediktor maturasi skeletal
2. Memberikan kontribusi terhadap analisa maturasi skeletal tanpa harus perlu
melakukan radiografi tambahan
3. Merupakan dasar penelitian selanjutnya terutama dalam menentukan nilai
standar ALP sebagai prediktor maturasi skeletal

Universitas Sumatera Utara