Pembuatan Furfural Dari Sembung Rambat (Mikania micrantha) dengan Menggunakan Asam Organik Dari Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik dan Pola Pertumbuhan Sembung Rambat
Sembung rambatmerupakan gulma tahunan yang tumbuh merambat dengan
cepat. Taksonomi dari sembung rambat adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopisida


Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Mikania

Spesies

: Mikania Micrantha

Nama umum dari sembung rambat adalah American rope, Chinese creeper

dan mile a minute weed . Sembung rambat juga dikenal dengan nama lokal seperti
American vally, silk vally, kaipu vally, dhritharastra pacha di Kerala dan India,
cheroma , ulam tikus di Malaysia, sembung rambat di Indonesia (Sankaran, 1999).

Gambar sembung rambat dapat dilihat pada gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara

11

Gambar 2.1 Tanaman Sembung Rambat (Sankaran, 1999)
Sembung rambat juga menghasilkan senyawa alelopatik berupa fenol dan
flavon. Sembung rambat mudah berkembang biak melalui potongan batang dan biji.
Viabilitas biji mencapai lebih dari 60%, sedangkan daya tumbuh stek dapat mencapai
95%. Batang sembung rambat tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan
ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6 m. Pada tiap
ruas terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga. Helai
daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13 cm dan lebar

daun 2-9 cm. Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi. Satu
tangkai sembung rambatdapat menghasilkan 20.000-40.000 biji dalam satu musim.
Penyebaran benih terjadi pada bulan Oktober dan April. Pertumbuhan sembung
rambat muda sangat cepat (8-9 cm dalam 24 jam). Sembung rambat dapat tumbuh
dengan merambat memanjat pohon, sehingga pohon tertutup oleh daun-daun
sembung rambat tersebut (Sankaran, 1999).

Universitas Sumatera Utara

12

2.2 Dampak Ekologi Sembung Rambat
Sembung rambat terkenal sebagai salah satu spesies gulma ganas di dunia
(Lowe et al. 2001). Gulma ini telah menyebar ke daerah Asia-Pasifik, khususnya di
Selatan China sejak tahun 1980 (Zhang et al. 2004). Di hutan penyebaran sembung
rambat tidak terkendali dengan jarak elevasi di bawah 1000 m (Kuo, 2003). Gulma
ini menyebabkan tertutupnya pohon di daerah ekosistem teresterial sehingga pohon
susah hidup. Jenis gulma ganas ini terus meningkat sehingga penggendaliannya
menjadi perhatian umum oleh pemerintah setempat (Kuo et al. 2002).
Setelah beradaptasi dan menetap, sembung rambat menyebar sangat cepat

menjajah dan menganggu lingkungan. Sembung rambat dapat merusak atau
membunuh tanaman lain dengan menghalangi cahaya pada tumbuhan lain. Selain
bersaing dengan tanaman lain untuk air dan nutrisi, sembung rambat juga
mengganggu proses nitrifikasi dan melepaskan zat yang menghambat pertumbuhan
tanaman lain (Sankaran, 1999). Hutan diselimuti oleh sembung rambat dapat dilihat
pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Hutan Diselimuti Oleh Sembung Rambat (Sankaran, 1999)

Universitas Sumatera Utara

13

Dampak akibat sembung rambatdi berbagai daerah tropis semakin
meningkat karena pemangkasan/pemotongan secara berkala sehingga terjadi
degradasi

pada

hutan


alami.

Awalnya

sembung

rambat

menjajah

hutan

sehinggaterdegradasi, kemudian menyerang kebun di dekat hutan, sehingga
menyebabkan kerusakan parah pada ekosistem hutan, taman-taman diperumahan dan
perkebunan. Di Samoa, dilaporkan bahwa sembung rambat menyebabkan perkebunan
kelapa terlantar. Sembung rambat juga menyebabkan masalah serius di kelapa sawit,
pisang, kakao, tanaman hutan, dan padang rumput. Sembung rambat dianggap salah
satu dari tiga gulma terburuk pada perkebunan teh di India dan Indonesia, karet di Sri
Lanka dan Malaysia. Ancaman utama sembung rambat adalah pengurangan hasil

panen, hilangnya keanekaragaman hayati dan pencegahan regenerasi hutan
(Sankaran, 1999).
Peran ekologis dari sembung rambattidak terdata dengan baik meskipun
telah dilaporkan sembung rambat dapat digunakan sebagai penutup tanah dan padang
rumput dan pakan ternak. Hal ini memungkinkan bahwa sembung rambat dapat
menjadi sumber makanan bagi fauna liar. Sembung rambat dapat digunakan untuk
pengobatan sebagai anti-infeksi dari India dan kelompok etnis lainnya di seluruh
Amerika Tengah. Sembung rambat juga digunakan untuk menghilangkan racun pada
gigitan serangga dan ruam. Penggunaan obat tradisional dari tanaman ini mendorong
organisasi Health untuk mempelajari sifat antibiotik untuk aplikasi dalam industri
farmasi (Sankaran, 1999).

Universitas Sumatera Utara

14

2.3 Pengendalian Sembung Rambat
Dalam mengendalikan pertumbuhan sembung rambat digunakan tiga metode
yaitu metode fisik, kimia dan biologi (Sankaran, 1999).
1. Fisika

Metode fisika merupakan metode yang sulit dilakukan karenabenih/biji dapat
menyebar dengan mudah dan akar tanaman mudah merambat bila berada di tanah
yang lembab. Pemangkasan secara berkala, sebaiknya dilakukan sebelum
tanaman berbunga dan selama periode pertumbuhan berkurang (di daerah dengan
musim kering atau dingin) dapat membantu mengendalikan penyebaran tanaman
sembung rambat tetapi tidak akan menghilangkan/membasmi sembung rambat
2. Kimia
Herbisida memberikan satu-satunya metode yang cocok untuk mengendalikan
sembung rambatsaat ini. Namun, penyebaran herbisida ke daerah hutan yang luas
tidak selalu layak dan dapat merusak lingkungan jika diterapkan dalam jumlah
besar. Potensi alelopati tanaman lainnya terhadap bibit sembung rambat sedang
dievaluasi dan ditemukan bahwa daun dan bunga dari pohon api (Flamboya n)
menunjukkan

fitotoksisitas

yang

kuat.


Hal

ini

memungkinkan

untuk

menggunakan allelochemicals sebagai herbisida alami untuk mengendalikan
sembung rambat.

Universitas Sumatera Utara

15

3. Biologi
Sejumlah musuh alami sembung rambat yang sangat menjanjikan dikenal di
Amerika Tengah dan Selatan. Thrips, Liothrips mikaniae, bug, Teleonemia sp,
beberapa kumbang dan tungau eriophyid, Acalitus sp telah menunjukkan
beberapa keistimewaandan memiliki potensi yang cukup besar sebagai organisme

pengendali biologis untuk sembung rambat. Di India, jamur patogen juga telah
diteliti sebagai metode pengendalian biologis sembung rambat yang potensial.
Salah satu cara yang efisien untuk mengendalikan sembung rambat dengan
pemangkasan secara berkala (Kuo et al. 2002). Karena sifat yang cepat tumbuh dan
mudah menyebar, sembung rambat mempunyai potensi yang baik sebagai sumber
biomassa (Saha, 2003). Xylan secara signifikan tersedia di dalam biomassa (Saha,
2003), ini berarti tidak terkecuali biomassa sembung rambat yang dapat diaplikasikan
untuk pembuatan xylooligosaccharides (XO) karena mempunyai xylan yang kaya
akan hemiselulosa (Ko et al. 2013). Komposisi sembung rambat dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Sembung Rambat (Ko et al. 2013).
Komposisi
Pentosan
Holoselulosa
Lignin

% Berat
56,04 ± 0,86%
14,05 ± 0,18%
23,54 ± 0,89%


Universitas Sumatera Utara

16

2.4 Pentosan
Pentosan

merupakan

bagian

dari

polisakarida

yang

tersusun


dari

monosakarida dengan lima atom C yaitu: C5H8O4 (Kirk, Othmer, 1979). Pentosan
yang merupakan hemicelluloses pada material tanaman dan akan memberikan pentosa
saat terhidrolisis. Xylosa merupakan salah satu yang paling mewakili pentosa
danpentosa paling banyak terdistribusi dalam sayuran. Xylosa dengan struktur
kimianya adalah C5H10O5. Xylosa tidak beracun pada keadaan alami, yang hampir
mempunyai sifat yang sama dengan gula yang lain dan dapat digunakan sebagai
pemanis. Kemanisannya adalah 4% dari sukrosa. Dan dapat digunakan oleh penderita
diabetes karena xylosa tidak dicerna oleh tubuh manusia (Kirk, Othmer, 1979).
Pentosan adalah bagian dari hemiselulosa yang terdapat dalam dinding sel.
Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang tersusun dari molekul yang
berbeda-beda seperti pentosa (D-xylosa & D-arabinosa), heksosa (Dmannosa, Dglukosa, & D-galaktosa), fukosa, asam glukuronat, dan asam mannuronat dengan
komponen utama xiloglukan atau xilan. Polisakarida ini kurang stabil dibanding
selulosa karena kurangnya kristalinitas dan derajat polimerisasi yang rendah. Dua
gugus fungsional yang reseptif terhadap hidrolisis dalam hemiselulosa tumbuhan
adalah ikatan ester dan asetal. Asam

asetat dari ester yang terhidrolisis dalam

hidrolisis asam mengakibatkan reaksi autohidrolisis. (Boblester, 2005; Spiridon dan
popa, 2005).Kandungan pentosan dalam beberapa bahan baku ditunjukkan dalam
tabel 2.2.

Universitas Sumatera Utara

17

Tabel 2.2 Kandungan Pentosan Pada Tanaman Dan Limbah Pertanian Yang Dapat
Dikembangkan Untuk Produksi Furfural (O’Brien P, 2006)
Bahan Baku
Kandungan Pentosan
Corn cobs
35 %
Almound husks
30 %
Rye straw
30 %
Oat hulls
29%
Cottonseed hull brain
28 %
Barley Straw
25 %
Birchwood residues after felling
25 %
Sugarcane bagasse
25%
Sunflower husks
25%
Wheat straw
24 %
Flax shives
23 %
Hazelnut shells
23%
Birchwood logs
22 %
Eucalyptus wood
20 %
Rice hulls
17 %
Maple Wood
16 %
Pinewood
8%
Peanut shells
3%
Kandungan pentosan pada sembung rambat 56,04 ± 0,86% (Ko, et al. 2013),
hal ini menunjukkan bahwa sembung rambat sangat berpotensi dijadikan sebagai
bahan baku dalam pembuatan furfural.
2.5 Furfural
Furfural dengan rumus molekul C5H4O2, merupakan bahan kimia yang sangat
menjanjikan yang mana dapat meningkatkan nilai suatu produk sehingga permintaan
akan furfural di masa datang terus meningkat. Produksi dari beberapa turunan furfural
yang penting seperti furfural alcohol, tetra hydro furfural alcohol memiliki arti yang
sangat penting (Dutta, et al. 2012). Furfural secara komersial dihasilkan dari
biomassa yang kaya akan pentosan. Penggunaan katalis homogen brønsted acid

Universitas Sumatera Utara

18

seperti H2SO4 dan H3PO4 dapat menghidrolisi pentosan menjadi pentose yang
kemudian didehidrasi menjadi furfural (Xing et al. 2011; Agirrezabal-Telleria et al
2011)
Furfural atau sering disebut dengan 2- furan karboksaldehid, furanaldehid, 2furfuraldehid, furaldehid, merupakan senyawa organik turunan dari golongan furan.
Senyawa ini berfase cair berwarna kuning hingga kecoklatan dengan titik didih
161,5oC, berat molekul sebesar 96,086 g/gmol, dan densitas pada suhu 20oC adalah
1,16 g/cm3, viskositas pada 25 oC 1,49 cp, dan pada suhu 39 oC 1,35 cp. Furfural
merupakan senyawa yang kurang larut dalam air, namun larut dalam alkohol, eter,
dan benzena (Kirk and Othmer, 1955; Andaka, 2011). Rumus struktur furfural dapat
dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini.
HC

CH

HC

C

CHO

O

Gambar 2.3 Rumus Struktur Furfural (Andaka, 2011)

Furfural diproduksi dari sumber daya pertanian yang dapat diperbaharui
secara periodik seperti residu hasil pangan dan limbah kayu. Dari beragam
komponen material nabati, polisakarida pentosan merupakan bahan dasar
pendahuluan utama furfural dan hampir sama dengan selulosa terdistribusinya secara
luas di alam. Furfural diproduksi secara komersial dimana pentosan dihidrolisis

Universitas Sumatera Utara

19

menjadi pentosa dan pentosa kemudian disiklodehidarasikan menjadi furfural. Reaksi
utama pembuatan furfural adalah sebagai berikut (Ambalkar et al. 2012):
1. Hidrolisis pentosan menjadi pentosa :
(C5H8O4)n + nH2O → nC5H10O5 …………………………...…………...(2.1 )
Pentosan

Air

Pentosa

2. Dehidrasi pentosa membentuk Furfural:
nC5H10O5→ nC5H4O2+ 3nH2O ……………………………………….....( 2.2 )
Pentosa

Furfural

Air

Strategi produksi lignoselulosa menjadi furfural yang diusulkan oleh
beberapa penelitian komersial dan proyek akademikbersama dengan membandingkan
beberapa patokan proses sejarah. Buku produksi furfural karangan Zeitsch
menggambarkan banyak teknologi furfural yang sudah lama seperti yang dilakukan
oleh Agrifurane, Escher-Wyss, Rosenlaw, Supratherm, Stake,Suprayield, dan VoestAlpine yang membahas inovasi dankelemahan teknologi tersebut. Sekarang ini akan
difokuskan pada kemajuan yang lebih baru dalam produksi furfural terintegrasi
dengan co-produksi atau produk dari biomassa lainnya. Terknologi terintegrasi dalam
pembuatan furfural dapat dilihat pada tabel 2.3 (M.Cai, 2014).

Universitas Sumatera Utara

20

Tabel 2.3 Teknologi Dalam Pembuatan Furfural Dari Biomassa Lignoselulosa
Terintegrasi (M.Cai, 2014)
Perusahaan/
Proses

Tipe Proses

Suhu
(oC)

Katalis

Bahan
Baku

Yield
(%)

Co-Products

Quaker Oats

Batch/ air

153

H2SO4

Oat Hulls

< 50

N/A

Quaker Oats

Continuous
/air

N/A

H2SO4

Ampas
tebu

55

N/A

Huaxia/Wes
tpro

Continuous
/air

160-165

H2SO4

Tongkol
Jagung

35-50

Methyl
alcohol,
acetone, acetic
acid,
levulinicacid

Vedernikov
s

Continuous
/air

188

H2SO4

Potongan
kayu

75

Acetic acid,
ethanol

Zeitsch/Sup
rayield

Continuous
/air

240

H2SO4

N/A

50-70

N/A

70

Levulinicacid,
formic acid,
char

Biofine

Continuous
/air

190-200

H2SO4

Paper
sludge and
waste
residues

Abatzoglou
and coworkes

Continuous
/air

190-240

H2SO4

Hardwood
saw dust

65

Hexose
solution

Lignol

Continuous
/air

180

H2SO4

Potongan
kayu

>4

Glucose,
xylose, lignin

De jong and
marcutullio/
MTC

Continuous
/air

180

H2SO4

straw

85

5-HMF,
cellulosic
residues

80

Cellulosic
residues

81/87

Levulinicacid

Mandalika
and Runge

Batch/ air

170

H2SO4

Poplar
wood
chips

Alonso and
co-workes

Batch/
organik

170

H2SO4

Corn
stover

Universitas Sumatera Utara

21

Banyak perkembangan terbaru dalam proses hidrolisis asam dan penggunaan
fufural untuk aplikasi sintesis turunan pelarut seperti furfuryl alcohol dan
tetrahydrofuran dan dalam produksi resin untuk pembentukan plastik dan pelapis

logam. Sekarang ini, furfural sudah banyak digunakan dalam pembuatan insektisida.
Tidak terkecuali, furfural juga digunakan dalam industri makanan yaitu sebagai
penambah rasa (Ambalkar et al. 2012). Standar mutu furfural dapat dilihat pada tabel
2.4 di bawah ini.
Tabel 2.4 Standar Mutu Furfural (NIOSH, 1994)
Komponen
Densitas
Titik Didih
Titik Leleh
Tekanan Uap
Indeks Bias
viskositas pada 25 oC

Kadar
1,160 g/ml
162 oC
-36 oC
0,26 kPa
1,524 – 1,527
1,49 Cp

2.6 Ulasan Teknologi Furfural
Penggunaan furfural pertama sekali dilakukan oleh pabrik Quacker Oats pada
tahun 1922 untuk mengolah limbah dari biji gandum. Sekarang ini, produksi furfural
dilakukan dengan limbah pertanian, seperti dari ampas tebu dan tongkol jagung.
Negara yang memproduksi furfural adalah Republik Dominika, Afrika Selatan dan
China (Shafeeq et al. 2015).

Universitas Sumatera Utara

22

Proses industri untuk produksi furfural melalui pengolahan asam mineral dari
hemiselulosa dan pemisahan furfural dari uap jenuh dengan tekanan tinggi
menyebabkan kerugian seperti efisiensi yang rendah, konsumsi energi yang tinggi,
korosi peralatan, kehilangan hasil akhirfurfural yang besar karena reaksi samping,
terbentuknya limbah asam, dan lain-lain. Penelitian terbaru mengenai pendekatan
untuk produksi furfural terfokus pada pengembangan jenis katalis yang berbeda
(Dhepe et al. 2010; Rinaldi et al. 2009) dan media reaksi (Gürbüz et al. 2013; Sieviers
et al. 2009). Selain itu, sistem yang menggunakan pemisahan simultan [misalnya,
pemisahan N2 [(Agirrezabal et al, 2012)] atau ekstraksi (misalnya, air / pelarut
organik pada sistem biphasic (Gürbüz et al. 2012; Yang et al. 2012; Xing et al. 2011)
untuk furfural juga telah diusulkan. Semua pendekatan yang disebutkan di atas telah
meningkatkan yield furfural dan selektivitas. Namun, produksi furfural dengan rute
jejak karbon minimal masih menjadi usaha yang menantang. Air adalah pelarut yang
murah dan ramah lingkungan untuk pembentukan furfural. Namun, penggunaan air
sebagai media reaksi memberikan kerugian seperti hasil furfural rendah dan
pendaurulangan pelarut asam yang besar (Sieviers et al. 2009; Zhang et al. 2013).

2.7 Teknologi Pembuatan Furfural Ramah Lingkungan
Proses pembuatan furfural yang ramah lingkungan sudah banyak dilakukan.
Seperti Zhanget. al.(2014) yang menambahkan logam klorida dengan pelarut DES
(Deep eutectic Solvent) sehingga didapat kondisi operasi yang rendah dan dapat
mengurangi limbah asam yang terbentuk.

Universitas Sumatera Utara

23

Baru-baru ini, oleh karena tekanan uap dapat diabaikan (sangat kecil), cairan
ionik telah dianggap secara luas sebagai ''cairan ramah lingkungan'' menggantikan air
atau pelarut organik lainnya untuk berbagai reaksi termasuk produksi furfural
(Sieviers et al. 2009; Zhang et al. 2013). Selain itu, sifat unik lainnya dari cairan ionik
seperti stabilitas termal tinggi, tidak mudah terbakar, dan mempunyai kekuatan
pelarut yang baik juga membuat larutan ionik fasa cair (ILS) dapat digunakan untuk
memproduksi biofuel dan biokimia. Namun, toksisitas yang disebabkan penggunaan
ILS belum diselidiki secara menyeluruh. Penerapan cairan ionik umumnya digunakan
pada skala industri yang terbatas, karena harga yang tinggi. Baru-baru ini, pelarut
eutektik dalam (DES) telah menarik perhatian dan menjadi alternatif yang
menjanjikan untuk ILS ramah lingkungan (Yang, et al. 2012, Durand et al. 2013).
DES adalah campuran dari dua atau tiga senyawa yang mampu membentuk cairan
eutektik, dimana kolin klorida (CHCl) adalah komponen yang biasa digunakan
(Handy et al. 2013). Pelarut eutektik dalam berbagai karakteristik dengan ILS dan
memiliki keunggulan tambahan yaitu harga yang rendah, toksisitas rendah, biopenguraian, ramah lingkungan, kemudahan untuk mempersiapkan pada skala besar
dan penghilangan tahapan pemurnian DES berbasis CHCl dapat diperoleh bymixing
kolin klorida dengan zat yang memiliki ikatan hidrogen donor (urea, asam

karboksilat, alkohol, dan lain-lain).CHCl-Asam oksalat, ditandai dengan risiko
toksikologi rendah, rendah polusi, mobilitas berkurang,sifat asam terbarukan, terpilih
sebagai media alternatif untuk produksi ramah lingkungan dalam proses produksi
furfural (Zhang, et al. 2013)

Universitas Sumatera Utara

24

Dalam penelitian ini ingin dicoba menggunakan asam organik yang bersifat
ionik dalam pembuatan furfural. Asam organik yang digunakan adalah ekstrak
belimbing wuluh.

2.8 Belimbing Wuluh
Belimbing sayur, belimbing wuluh, kamias, belimbing buluh atau belimbing
asam adalah sejenis pohon kecil yang diperkirakan berasal dari kepulauan Maluku
dan dikembangbiakan serta tumbuh bebas di Indonesia, Filipina, Srilangka, Myanmar
dan Malaysia. Tumbuhan ini biasa ditanam dipekarangan untuk diambil buahnya.
Buahnya memiliki rasa asam, sering digunakan sebagai bumbu masakan dan
campuran ramuan jamu. Klasifikasi belimbing wuluh (Khumar, 2013) :
Kerajaan

: Plantae

Kelas

:Magnoliopsida

Ordo

:Oxalidales

Famili

:Oxalidaceae

Genus

:Averrhoa

Spesies

:Averrhoa bilimbi
Buah Belimbing berbentuk elips hingga seperti torpedo, panjangnya 4-10 cm.

Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa kelopak bunga menempel di ujungnya.
Jika buah masak berwarna kuning atau kuning pucat. Daging buahnya berair dan
sangat asam. Kulit buah berkilap dan tipis. Bijinya kecil (6 mm), berbentuk pipih, dan

Universitas Sumatera Utara

25

berwarna coklat, serta tertutup lender(Khumar, 2013). Gambar buah belimbing wuluh
(Averrhoa blimbi) dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini.

Gambar 2.4 Belimbing wuluh (Khumar, 2013)
Penelitian lain oleh Herlih (1993) menunjukkan bahwa buah belimbing wuluh
mengandung golongan senyawa oksalat (oxalic acid, ethanedioic), senyawa volatile,
fenol, flavonoid dan pektin. Subhadrabandhu (2001) menyatakan di dalam 100 gram
total padatan buah belimbing wuluh terkandung asam asetat 1,9 mEq atau 1,9 mg
asam dan asam sitrat sebanyak 133,8 mEq setara dengan 44,6 mg asam. Hal ini
menunjukkan dalam belimbing wuluh terkandung asam asetat 1,9 % dan asam sitrat
44,6 %. Kandungan Asam organik pada belimbing wuluh dapat dilihat pada tabel 2.5
di bawah ini.
Tabel 2.5 Kandungan Asam Organik pada Belimbing Wuluh (Colonel, R.E, 1983)
Komponen
Asam Asetat
Asam Sitrat
Asam Formiat
Asam Laktat

Kandungan
(meq asam/ 100 g total padatan)
1,6-1,9
92,6-133,8
0,4-0,9
0,4-1,2

Universitas Sumatera Utara

26

Kandungan fitokimia asam belimbing wuluh adalah flavanoids, saponins dan
triterpenoid. Kandungan kimia asam belimbing wuluh adalah asam amino, asam

sitrat, sianida-3-o-h-d-glukosida, fenol, ion potasium, gula dan vitamin A (Khumar,
2013). Komponen-komponen yang terkandung dalam belimbing wuluh dapat dilihat
pada tabel 2.6 di bawah ini.
Tabel 2.6 Kandungan Belimbing Wuluh dalam 100 gram (Khumar, 2013)
Nama
Vitamin B1 (Tiamin)
Asam Aksorbat
Vitamin A
Kandungan Air
Protein
Serat
Abu
Kalsium
Posfor
Besi
Karoten
Riboflavin
Niasin

Kandungan
0,010 mg
15,6 mg
0,036 mg
94,2-94,7 g
0,61 g
0,6 g
0,31 – 0,40 g
3,4 g
11,1 mg
1,01 mg
0,035 mg
0,302 mg
0,302 mg

Universitas Sumatera Utara