Analisis Dampak dan Teori Lokasi terhada
DISTRIBUSI PEMBAGIAN KERJA
Nama Biodata Ketua dan Anggota Kelompok
1. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap
b. No BP
c. Fakultas/ Program Studi
d. Pembahasan
e. Bagian Kerja
: Rafi Mahesa Putra
: 1310542012
: Ekonomi/ Ekonomi Pembangunan
: Bab II (Least Cosh Theory)
: Pewawancara
2. Anggota Pelaksana 1
a.
b.
c.
d.
e.
Nama Lengkap
No BP
Fakultas/ Program Studi
Pembahasan
Bagian Kerja
: Nurul Ikhsanti
: 1310541019
: Ekonomi/ Ekonomi Pembangunan
: Bab III (Dampak Lokasi Industri)
: Pewawancara
Anggota Pelaksana 2
a. Nama Lengkap
b. No BP
c. Fakultas/ Program Studi
d. Pembahasan
e. Bagian Kerja
: Qoriah Turrahmi
: 1310541003
: Ekonomi/ Ekonomi Pembangunan
: Bab I
: Notulen
Anggota Pelaksana 3
a. Nama Lengkap
b. No BP
c. Fakultas/ Program Studi
d. Pembahasan
e. Bagian Kerja
: Meila Azsoma
: 1310541009
: Ekonomi/ Ekonomi Pembangunan
: Bab II (Bid Rent Theory)
: Dokumentasi
Anggota Pelaksana 4
a. Nama Lengkap
b. No BP
c. Fakultas/ Program Studi
d. Pembahasan
e. Bagian Kerja
: Rizka Hijriatinnisa
: 1310542011
: Ekonomi/ Ekonomi Pembangunan
: Bab II (Market Area Theory)
: Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang Industri
Tenun Kubang adalah salah satu kerajinan tangan tenunan yang masih bertahan di
antara 3 tenunan yang masih ada di Sumatera Barat. Selain di Kanagarian Kubang, masih ada
di Kanagarian Silungkang kota Sawahlunto & Kanagarian Pandai Sikek Tanah Datar.
Salah satu usaha kerajinan berbasis Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kabupaten
Lima Puluh Kota yang dikenal hingga ke mancanegara adalah Tenun Kubang di Kecamatan
Guguak. Pemilik tenun H.Ridwan salah satu yang masih bertahan sampai sekarang setelah
sempat mati suri pada tahun 1998.
Pertenunan di nagari Kubang, sebenarnya pernah mengalami masa kejayaan pada
awal kemerdekaan sampai tahun 1970-an, malahan sempat menguasai pasar untuk jenis
sarung di Sumatera Tengah. Memasuki era 70-an mulai agak merosot karena tidak mampu
bersaing dengan produk lain yang sejenis pada daerah lain. Namun, pada tahun 2002
pertenunan H. Ridwan bangkit kembali dimana Risna, anaknya melanjutkan kembali usaha
ayahnya. Berkat tangan dingin dan keuletan pensiunan guru itu dan didukung kelima anaknya
perlahan-lahan usahanya mulai berkembang. Apalagi sejak dikeluarkan edaran oleh gubernur
Sumbar dan bupati Lima Puluh Kota agar pegawai mengenakan pakaian yang berbahan
produksi daerah, maka tenun Kubang dihidupkan kembali.
Kalau pada masa kejayaannya pada tahun 70-an sebagian besar produk tenun Kubang
adalah berupa kain sarung, maka sekarang produk yang dihasilkan sudah lebih bervariasi,
berupa bahan pakaian pria, stelan pakaian wanita,dsb. Apalagi setelah dilakukan pembinaan
oleh disperindag propinsi sumbar maupun dinas koperindag kabupaten Lima Puluh Kota
maka warna dan motif tenun yang dihasilkan sudah sangat bervariasi mengikuti tren dan
warna yang berlaku saat ini.
Pada tahun 2013, salah satu motif tenun Kubang meraih juara 1 dalam lomba desaign
tenun yang diselenggarakan oleh Dinas Perindag Propinsi Sumbar. Produk tenun Kubang saat
ini tidak hanya diminati oleh konsumen di kabupaten Lima Puluh Kota tetapi sudah mendapat
orderan dari daerah lain baik untuk pesanan kolektif dari instansi pemerintah maupun
pesanan secara pribadi.
Kendala yang saat ini dirasakan pengrajin adalah sulitnya mencari bahan benang dan
meneruskan regenerasi budaya bertenun yang saat ini hanya dikuasai oleh orang-orang
berusia lanjut dengan umur 50-75 tahun.
2
Anak-anak muda kurang begitu tertarik dengan bertenun songket yang dirasakan sulit
dan tidak begitu menghasilkan karena pengerjaannya yang lama dan harga jual yang tidak
begitu tinggi (hanya 200 ribu per bahan bajunya) sementara membuatnya memerlukan waktu
yang cukup lama (sekitar 1-2 minggu).
Alasan kami memilih industri ini karena industri ini jarang ditemukan di Kota
Payakumbuh. Dimana pada umumnya industri tenun berpusat di Kota Padang Panjang. Dan
juga industri ini berada dekat dengan tempat tinggal anggota kelompok, sehingga
memudahkan kami dalam pengambilan data.
1.2 Tujuan Industri
Melestarikan budaya daerah
Mengurangi penggangguran
Menambah pendapatan masyarakat sekitar
Menambah tenaga kerja
1.3 Manfaat Industri
Memperkenalkan budaya daerah
Memperluas lapangan pekerjaan
Meningkatkan pendapatan pemilik dan tenaga kerja
BAB II
3
LOKASI INDUSTRI BERDASARKAN TEORI
LOKASI
2.1 Bid Rent Theory
Bid rent teory dipelopori oleh Von Thunen (1854), yang mendasarkan analisanya
khusus tentang lokasi kegiatan pertanian. Yang menjadi ukuran adalah tanah dan sewa atau
pemilihan lokasi kegiatan ekonomi ditentukan oleh kemampuan membayar harga tanah (bidrent) yang berbeda dengan harga pasar tanah (land-rent). Berdasarkan hal ini, lokasi kegiatan
ekonomi ditentukan oleh nilai bid-rent yang tertinggi.
P = Pasar
1 = Pertanian Intensif
2 = Pemukiman Penduduk
3 = Pusat Industri
4 = Pertanian Ekstensif
5 = Pertenakan
6 = Pembuangan Sampah
Berdasarkan analisa kami industri Tenun Kubang tersebut berada pada no 3 setelah
pertanian intensif dan pemukiman penduduk. Industri Tenun Kubang ini tidak menyewa
tanah karena industri tenun ini didirikan di rumahnya sendiri, jadi tidak memerlukan sewa
tanah.
Berdasarkan teori Von Thunen kita tahu bahwa harga lahan tinggi dipusat kota dan
akan semakin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Keawetan produk yang dihasilkan
dan biaya angkutan, maka daerah yang berdekatan dengan pasar akan cocok untuk tanaman
yang cepat rusak, makin jauh dari pasar maka biaya angkutan akan makin dipertimbangkan.
Karena industri yang kami ambil adalah industri tenun, maka produk yang dihasilkan
adalah produk yang tidak cepat rusak dan juga tidak terlalu berat. Oleh karena itu, akan lebih
baik jika lokasi industri berada jauh dengan pasar, karena harga sewa lahan jauh lebih besar
4
daripada biaya angkut sehingga akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada
pemilik industri.
2.2 Least Cost Theory
Dipelopori oleh Alfred Weber (1929), yang mendasarkan analisa pemilihan lokasi
kegiatan ekonomi berdasarkan pada prinsip biaya minimum (least cost) atau teori tentang
penekanan ongkos yang minimum.
Prinsip theory weber adalah:
Penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko atau biaya atau
ongkosnya paling murah atau minimal (least cost location)
Lokasi setiap industri tergantung pada biaya total transportasi dan tenaga kerja dimana
penjumlahan keduanya harus minimum
- Berat lokasional : berat total semua barang input yang harus diangkut ketempat
produksi umtuk menghasilkan satu satuan output ditambah berat output yang
akan dibawa ke pasar.
- Berat total : terdiri dari satu-satuan produk akhir ditambah semua berat input yang
harus diangkut ke lokasi pabrik yag diperlukan untuk menghasilkan satu satuan
output.
Asumsi yang digunakan Weber:
1.
Bahan baku yang hanya ditemukan ditempat tertentu,
2.
daerah pasar terdapat di tempat lain dengan persaingan bebas yang tidak
memungkinkan terdapatnya monopoli di lokasi tersebut.
3.
Terdapat beberapa lokasi tenaga kerja yang tidak mobil dan tingkat upah tertentu
menunjukan penawaran yang tidak terbatas.
Menurut Weber, pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya.
Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan
tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya
transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum.
Dalam teori Weber, biaya angkut dianggap sebagai penentu utama lokasi industri,
biaya produksi tidak dianggap menentukan secara langsung, akan tetapi lebih dilihat sebagai
fungsi berat yang akan diangkut dan jarak yang akan ditempuh.
5
Industri Tenun Kubang ini menggunakan Ubiquotous materials, yaitu material yang
ada dimana-mana dan tidak memerlukan ongkos transport, kalaupun ada ongkosnya sangat
minim contoh tenaga kerja.
Bahan utama dari industri ini adalah benang celup yang dibeli langsung ke Bandung
sehingga memerlukan biaya angkut dari Bandung ke lokasi industri. Industri tenun Kubang
ini memilih berlokasi di Kubang karena selain harga tanah yang murah, upah tenaga kerja
juga murah sehingga biaya angkut bahan baku lebih rendah dari biaya harga tanah dan upah
tenaga kerja. Jadi, pemilik industri memilih berlokasi dekat dengan tenaga kerja yang banyak
dan upahnya yang murah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.
2.3 Market Area Theory
Dipelopori oleh Polander dan August Losch (1954). Teori ini memfokuskan pada
lokasi – lokasi untuk penguasaan pasar seluas mungkin. Bila pasar yang dikuasai adalah yang
terbesar, maka tingkat keuntungan perusahaan menjadi maksimum. Losch menekankan
analisanya pada lokasi perusahaan berdasarkan konsentrasi permintaan dan persaingan antar
wilayah. Teori ini melihat persoalan dari sisi permintaan. Lokasi penjual sangat berpengaruh
terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual,
konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual
semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau
dekat dengan pasar.
Namun, Industri Tenun Kubang ini tidak menggunakan teori market area. Hal ini
karena Industri ini lebih cenderung untuk lebih memperhatikan tenaga kerja yang tersedia.
Tidak semua tenaga kerja bisa bekerja pada bidang tenun ini. Untuk bekerja pada bidang
tenun ini dibutuhkan keahlian tertentu dan juga kesabaran yang tinggi. Dibutuhkan keahlian
tertentu seperti dalam menyambung benang satu per satu dan keahlian dalam membuat motifmotif pada suatu bidang kain tersebut. Selain itu, kesabaran yang tinggi juga dibutuhkan
karena untuk membuat selembar kain dibutuhkan waktu 24 jam, bahkan 2-3 hari tergantung
pada kemampuan dan kecepatan tenaga kerja.
Industri Tenun Kubang ini tidak memperhatikan lokasi yang dekat dengan pasar
karena konsumen langsung meminta produk ke pabrik. Karena sistem yang dianut adalah
sistem pesanan, maka individu atau instansi harus terlebih dahulu memesan kemudian pihak
industri baru akan membuatnya.
BAB III
6
DAMPAK LOKASI INDUSTRI
3.1 Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi dari lokasi industri antara lain dalam bentuk :
a. Peningkatan produksi
b. Peningkatan pendapatan
c. Dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi pengangguran
Pengaruh langsung dampak ini umumnya dirasakan oleh masyarakat disekitar lokasi
industri ini. Dengan adanya industri Tenun Kubang ini maka akan ada dampak langsung
terhadap masyarakat sekitarnya, berupa upah dan gaji yang diterima oleh para pekerja dan
pegawai industri ini serta adanya keuntungan yang diterima oleh pemilik industri ini.
Selain itu, ada juga dampak tidak langsung yang akan diterima oleh pemasok. Dengan
adanya industri Tenun Kubang ini maka dampak tidak langsungnya adalah dampak yang
berupa pembayaran oleh pemilik industri yang diterima oleh pemasok berbagai kebutuhan
input yang diperlukan bagi operasi industri. Bahan baku utama pada industri ini adalah
benang celup. Pemasok benang celup ini berada di Bandung dan Silungkang. Jadi dampak
tidak langsungnya adalah adanya pembayaran yang dilakukan oleh pemilik industri kepada
para pemasok benang celup yang berada di Bandung dan Silungkang.
3.2 Dampak Lingkungan
Dampak pendirian industri tenun di Kubang ini mempunyai dampak terhadap
lingkungan, yaitu dampak lingkungan sekitar terhadap kenyamanan. Dampak yang
ditimbulkan karena adanya industri ini adalah gangguan terhadap kenyamanan, karena alat
tenun yang digunakan pada industri ini menimbulkan suara yang keras, maka akan dapat
menyebabkan gangguan terhadap kenyamanan masyarakat sekitar.
3.3 Dampak Kesejahteraan Umum
Dampak dengan adanya industri Tenun Kubang ini adalah dapat menciptakan
pendapatan, mengurangi pengangguran dan membawa kemakmuran atau kesejahteraan
masyarakat. Dengan adanya industri ini maka masyarakat sekitar akan mempunyai pekerjaan
sehingga akan menyerap tenaga kerja. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja ini, maka
pendapatan masyarakat sekitar industri ini akan semakin meningkat. Oleh karena naiknya
pendapatan masyarakat disekitar lokasi industri maka akan membawa kemakmuran dan
kesejahteraan pada masyarakat tersebut.
BAB IV
7
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa industri ini menggunakan Bid Rent
Theory dan Least Cost Theory dalam menentukan lokasi industrinya. Harga tanah, biaya
angkut dan upah tenaga kerja yang murah adalah hal yang paling diperhatikan industri ini
dalam menentukan lokasi industrinya. Namun, industri ini tidak terlalu mementingkan
Market Area Theory karena pada umumnya penjualannya dilakukan dengan pesanan oleh
instansi dan individu. Instansi yang pernah melakukan pemesanan pada usaha ini adalah
Rumah Sakit di Gadut, Politani dan instansi-instansi lainnya.
Selain itu, dengan adanya industri ini, maka akan memberikan dampak bagi pelaku
yang terlibat, dampak tersebut berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya
berupa perluasan lapangan pekerjaan bagi pengangguran, peningkatan pendapatan baik oleh
pekerja maupun bagi pemilik industri. Ada juga dampak negatif dari industri ini berupa
gangguan kenyamanan yang disebabkan oleh suara dari alat tenun.
4.2 Kritik dan Saran
Kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam makalah ini, segala kekurangan yang
ada dalam makalah ini mungkin karena kelalaian atau ketidaktahuan penulis dalam
penyusunannya. Segala hal yang tidak relevan, kekurangan dalam pengetikan atau bahkan
ketidakjelasan dalam makalah ini merupakan proses penulis dalam memperlajari bidang studi
ini dan diharapkan bagi pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.
LAMPIRAN
8
Proses Wawancara dengan Pemilik Tenun Kubang
Pemintalan benang yang disusun dalam skiram
9
Proses menyambung benang dengan abu dapur
Proses Menenun
10
Berikut adalah produk-produk hasil dari industri Tenun Kubang
11
Produk Pakaian Jadi hasil industri Tenun Kubang
12
13
Foto bersama dengan pemilik Tenun Kubang
14
Nama Biodata Ketua dan Anggota Kelompok
1. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap
b. No BP
c. Fakultas/ Program Studi
d. Pembahasan
e. Bagian Kerja
: Rafi Mahesa Putra
: 1310542012
: Ekonomi/ Ekonomi Pembangunan
: Bab II (Least Cosh Theory)
: Pewawancara
2. Anggota Pelaksana 1
a.
b.
c.
d.
e.
Nama Lengkap
No BP
Fakultas/ Program Studi
Pembahasan
Bagian Kerja
: Nurul Ikhsanti
: 1310541019
: Ekonomi/ Ekonomi Pembangunan
: Bab III (Dampak Lokasi Industri)
: Pewawancara
Anggota Pelaksana 2
a. Nama Lengkap
b. No BP
c. Fakultas/ Program Studi
d. Pembahasan
e. Bagian Kerja
: Qoriah Turrahmi
: 1310541003
: Ekonomi/ Ekonomi Pembangunan
: Bab I
: Notulen
Anggota Pelaksana 3
a. Nama Lengkap
b. No BP
c. Fakultas/ Program Studi
d. Pembahasan
e. Bagian Kerja
: Meila Azsoma
: 1310541009
: Ekonomi/ Ekonomi Pembangunan
: Bab II (Bid Rent Theory)
: Dokumentasi
Anggota Pelaksana 4
a. Nama Lengkap
b. No BP
c. Fakultas/ Program Studi
d. Pembahasan
e. Bagian Kerja
: Rizka Hijriatinnisa
: 1310542011
: Ekonomi/ Ekonomi Pembangunan
: Bab II (Market Area Theory)
: Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang Industri
Tenun Kubang adalah salah satu kerajinan tangan tenunan yang masih bertahan di
antara 3 tenunan yang masih ada di Sumatera Barat. Selain di Kanagarian Kubang, masih ada
di Kanagarian Silungkang kota Sawahlunto & Kanagarian Pandai Sikek Tanah Datar.
Salah satu usaha kerajinan berbasis Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kabupaten
Lima Puluh Kota yang dikenal hingga ke mancanegara adalah Tenun Kubang di Kecamatan
Guguak. Pemilik tenun H.Ridwan salah satu yang masih bertahan sampai sekarang setelah
sempat mati suri pada tahun 1998.
Pertenunan di nagari Kubang, sebenarnya pernah mengalami masa kejayaan pada
awal kemerdekaan sampai tahun 1970-an, malahan sempat menguasai pasar untuk jenis
sarung di Sumatera Tengah. Memasuki era 70-an mulai agak merosot karena tidak mampu
bersaing dengan produk lain yang sejenis pada daerah lain. Namun, pada tahun 2002
pertenunan H. Ridwan bangkit kembali dimana Risna, anaknya melanjutkan kembali usaha
ayahnya. Berkat tangan dingin dan keuletan pensiunan guru itu dan didukung kelima anaknya
perlahan-lahan usahanya mulai berkembang. Apalagi sejak dikeluarkan edaran oleh gubernur
Sumbar dan bupati Lima Puluh Kota agar pegawai mengenakan pakaian yang berbahan
produksi daerah, maka tenun Kubang dihidupkan kembali.
Kalau pada masa kejayaannya pada tahun 70-an sebagian besar produk tenun Kubang
adalah berupa kain sarung, maka sekarang produk yang dihasilkan sudah lebih bervariasi,
berupa bahan pakaian pria, stelan pakaian wanita,dsb. Apalagi setelah dilakukan pembinaan
oleh disperindag propinsi sumbar maupun dinas koperindag kabupaten Lima Puluh Kota
maka warna dan motif tenun yang dihasilkan sudah sangat bervariasi mengikuti tren dan
warna yang berlaku saat ini.
Pada tahun 2013, salah satu motif tenun Kubang meraih juara 1 dalam lomba desaign
tenun yang diselenggarakan oleh Dinas Perindag Propinsi Sumbar. Produk tenun Kubang saat
ini tidak hanya diminati oleh konsumen di kabupaten Lima Puluh Kota tetapi sudah mendapat
orderan dari daerah lain baik untuk pesanan kolektif dari instansi pemerintah maupun
pesanan secara pribadi.
Kendala yang saat ini dirasakan pengrajin adalah sulitnya mencari bahan benang dan
meneruskan regenerasi budaya bertenun yang saat ini hanya dikuasai oleh orang-orang
berusia lanjut dengan umur 50-75 tahun.
2
Anak-anak muda kurang begitu tertarik dengan bertenun songket yang dirasakan sulit
dan tidak begitu menghasilkan karena pengerjaannya yang lama dan harga jual yang tidak
begitu tinggi (hanya 200 ribu per bahan bajunya) sementara membuatnya memerlukan waktu
yang cukup lama (sekitar 1-2 minggu).
Alasan kami memilih industri ini karena industri ini jarang ditemukan di Kota
Payakumbuh. Dimana pada umumnya industri tenun berpusat di Kota Padang Panjang. Dan
juga industri ini berada dekat dengan tempat tinggal anggota kelompok, sehingga
memudahkan kami dalam pengambilan data.
1.2 Tujuan Industri
Melestarikan budaya daerah
Mengurangi penggangguran
Menambah pendapatan masyarakat sekitar
Menambah tenaga kerja
1.3 Manfaat Industri
Memperkenalkan budaya daerah
Memperluas lapangan pekerjaan
Meningkatkan pendapatan pemilik dan tenaga kerja
BAB II
3
LOKASI INDUSTRI BERDASARKAN TEORI
LOKASI
2.1 Bid Rent Theory
Bid rent teory dipelopori oleh Von Thunen (1854), yang mendasarkan analisanya
khusus tentang lokasi kegiatan pertanian. Yang menjadi ukuran adalah tanah dan sewa atau
pemilihan lokasi kegiatan ekonomi ditentukan oleh kemampuan membayar harga tanah (bidrent) yang berbeda dengan harga pasar tanah (land-rent). Berdasarkan hal ini, lokasi kegiatan
ekonomi ditentukan oleh nilai bid-rent yang tertinggi.
P = Pasar
1 = Pertanian Intensif
2 = Pemukiman Penduduk
3 = Pusat Industri
4 = Pertanian Ekstensif
5 = Pertenakan
6 = Pembuangan Sampah
Berdasarkan analisa kami industri Tenun Kubang tersebut berada pada no 3 setelah
pertanian intensif dan pemukiman penduduk. Industri Tenun Kubang ini tidak menyewa
tanah karena industri tenun ini didirikan di rumahnya sendiri, jadi tidak memerlukan sewa
tanah.
Berdasarkan teori Von Thunen kita tahu bahwa harga lahan tinggi dipusat kota dan
akan semakin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Keawetan produk yang dihasilkan
dan biaya angkutan, maka daerah yang berdekatan dengan pasar akan cocok untuk tanaman
yang cepat rusak, makin jauh dari pasar maka biaya angkutan akan makin dipertimbangkan.
Karena industri yang kami ambil adalah industri tenun, maka produk yang dihasilkan
adalah produk yang tidak cepat rusak dan juga tidak terlalu berat. Oleh karena itu, akan lebih
baik jika lokasi industri berada jauh dengan pasar, karena harga sewa lahan jauh lebih besar
4
daripada biaya angkut sehingga akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada
pemilik industri.
2.2 Least Cost Theory
Dipelopori oleh Alfred Weber (1929), yang mendasarkan analisa pemilihan lokasi
kegiatan ekonomi berdasarkan pada prinsip biaya minimum (least cost) atau teori tentang
penekanan ongkos yang minimum.
Prinsip theory weber adalah:
Penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko atau biaya atau
ongkosnya paling murah atau minimal (least cost location)
Lokasi setiap industri tergantung pada biaya total transportasi dan tenaga kerja dimana
penjumlahan keduanya harus minimum
- Berat lokasional : berat total semua barang input yang harus diangkut ketempat
produksi umtuk menghasilkan satu satuan output ditambah berat output yang
akan dibawa ke pasar.
- Berat total : terdiri dari satu-satuan produk akhir ditambah semua berat input yang
harus diangkut ke lokasi pabrik yag diperlukan untuk menghasilkan satu satuan
output.
Asumsi yang digunakan Weber:
1.
Bahan baku yang hanya ditemukan ditempat tertentu,
2.
daerah pasar terdapat di tempat lain dengan persaingan bebas yang tidak
memungkinkan terdapatnya monopoli di lokasi tersebut.
3.
Terdapat beberapa lokasi tenaga kerja yang tidak mobil dan tingkat upah tertentu
menunjukan penawaran yang tidak terbatas.
Menurut Weber, pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya.
Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan
tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya
transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimum.
Dalam teori Weber, biaya angkut dianggap sebagai penentu utama lokasi industri,
biaya produksi tidak dianggap menentukan secara langsung, akan tetapi lebih dilihat sebagai
fungsi berat yang akan diangkut dan jarak yang akan ditempuh.
5
Industri Tenun Kubang ini menggunakan Ubiquotous materials, yaitu material yang
ada dimana-mana dan tidak memerlukan ongkos transport, kalaupun ada ongkosnya sangat
minim contoh tenaga kerja.
Bahan utama dari industri ini adalah benang celup yang dibeli langsung ke Bandung
sehingga memerlukan biaya angkut dari Bandung ke lokasi industri. Industri tenun Kubang
ini memilih berlokasi di Kubang karena selain harga tanah yang murah, upah tenaga kerja
juga murah sehingga biaya angkut bahan baku lebih rendah dari biaya harga tanah dan upah
tenaga kerja. Jadi, pemilik industri memilih berlokasi dekat dengan tenaga kerja yang banyak
dan upahnya yang murah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.
2.3 Market Area Theory
Dipelopori oleh Polander dan August Losch (1954). Teori ini memfokuskan pada
lokasi – lokasi untuk penguasaan pasar seluas mungkin. Bila pasar yang dikuasai adalah yang
terbesar, maka tingkat keuntungan perusahaan menjadi maksimum. Losch menekankan
analisanya pada lokasi perusahaan berdasarkan konsentrasi permintaan dan persaingan antar
wilayah. Teori ini melihat persoalan dari sisi permintaan. Lokasi penjual sangat berpengaruh
terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual,
konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual
semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau
dekat dengan pasar.
Namun, Industri Tenun Kubang ini tidak menggunakan teori market area. Hal ini
karena Industri ini lebih cenderung untuk lebih memperhatikan tenaga kerja yang tersedia.
Tidak semua tenaga kerja bisa bekerja pada bidang tenun ini. Untuk bekerja pada bidang
tenun ini dibutuhkan keahlian tertentu dan juga kesabaran yang tinggi. Dibutuhkan keahlian
tertentu seperti dalam menyambung benang satu per satu dan keahlian dalam membuat motifmotif pada suatu bidang kain tersebut. Selain itu, kesabaran yang tinggi juga dibutuhkan
karena untuk membuat selembar kain dibutuhkan waktu 24 jam, bahkan 2-3 hari tergantung
pada kemampuan dan kecepatan tenaga kerja.
Industri Tenun Kubang ini tidak memperhatikan lokasi yang dekat dengan pasar
karena konsumen langsung meminta produk ke pabrik. Karena sistem yang dianut adalah
sistem pesanan, maka individu atau instansi harus terlebih dahulu memesan kemudian pihak
industri baru akan membuatnya.
BAB III
6
DAMPAK LOKASI INDUSTRI
3.1 Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi dari lokasi industri antara lain dalam bentuk :
a. Peningkatan produksi
b. Peningkatan pendapatan
c. Dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi pengangguran
Pengaruh langsung dampak ini umumnya dirasakan oleh masyarakat disekitar lokasi
industri ini. Dengan adanya industri Tenun Kubang ini maka akan ada dampak langsung
terhadap masyarakat sekitarnya, berupa upah dan gaji yang diterima oleh para pekerja dan
pegawai industri ini serta adanya keuntungan yang diterima oleh pemilik industri ini.
Selain itu, ada juga dampak tidak langsung yang akan diterima oleh pemasok. Dengan
adanya industri Tenun Kubang ini maka dampak tidak langsungnya adalah dampak yang
berupa pembayaran oleh pemilik industri yang diterima oleh pemasok berbagai kebutuhan
input yang diperlukan bagi operasi industri. Bahan baku utama pada industri ini adalah
benang celup. Pemasok benang celup ini berada di Bandung dan Silungkang. Jadi dampak
tidak langsungnya adalah adanya pembayaran yang dilakukan oleh pemilik industri kepada
para pemasok benang celup yang berada di Bandung dan Silungkang.
3.2 Dampak Lingkungan
Dampak pendirian industri tenun di Kubang ini mempunyai dampak terhadap
lingkungan, yaitu dampak lingkungan sekitar terhadap kenyamanan. Dampak yang
ditimbulkan karena adanya industri ini adalah gangguan terhadap kenyamanan, karena alat
tenun yang digunakan pada industri ini menimbulkan suara yang keras, maka akan dapat
menyebabkan gangguan terhadap kenyamanan masyarakat sekitar.
3.3 Dampak Kesejahteraan Umum
Dampak dengan adanya industri Tenun Kubang ini adalah dapat menciptakan
pendapatan, mengurangi pengangguran dan membawa kemakmuran atau kesejahteraan
masyarakat. Dengan adanya industri ini maka masyarakat sekitar akan mempunyai pekerjaan
sehingga akan menyerap tenaga kerja. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja ini, maka
pendapatan masyarakat sekitar industri ini akan semakin meningkat. Oleh karena naiknya
pendapatan masyarakat disekitar lokasi industri maka akan membawa kemakmuran dan
kesejahteraan pada masyarakat tersebut.
BAB IV
7
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa industri ini menggunakan Bid Rent
Theory dan Least Cost Theory dalam menentukan lokasi industrinya. Harga tanah, biaya
angkut dan upah tenaga kerja yang murah adalah hal yang paling diperhatikan industri ini
dalam menentukan lokasi industrinya. Namun, industri ini tidak terlalu mementingkan
Market Area Theory karena pada umumnya penjualannya dilakukan dengan pesanan oleh
instansi dan individu. Instansi yang pernah melakukan pemesanan pada usaha ini adalah
Rumah Sakit di Gadut, Politani dan instansi-instansi lainnya.
Selain itu, dengan adanya industri ini, maka akan memberikan dampak bagi pelaku
yang terlibat, dampak tersebut berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya
berupa perluasan lapangan pekerjaan bagi pengangguran, peningkatan pendapatan baik oleh
pekerja maupun bagi pemilik industri. Ada juga dampak negatif dari industri ini berupa
gangguan kenyamanan yang disebabkan oleh suara dari alat tenun.
4.2 Kritik dan Saran
Kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam makalah ini, segala kekurangan yang
ada dalam makalah ini mungkin karena kelalaian atau ketidaktahuan penulis dalam
penyusunannya. Segala hal yang tidak relevan, kekurangan dalam pengetikan atau bahkan
ketidakjelasan dalam makalah ini merupakan proses penulis dalam memperlajari bidang studi
ini dan diharapkan bagi pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.
LAMPIRAN
8
Proses Wawancara dengan Pemilik Tenun Kubang
Pemintalan benang yang disusun dalam skiram
9
Proses menyambung benang dengan abu dapur
Proses Menenun
10
Berikut adalah produk-produk hasil dari industri Tenun Kubang
11
Produk Pakaian Jadi hasil industri Tenun Kubang
12
13
Foto bersama dengan pemilik Tenun Kubang
14