Agama semester 2 kepada Iman Qodo dan Qadar

Iman kepada Qodo dan Qadar
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa
hakikat warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah
Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga
rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya.
Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT.
Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa
bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan
bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas
kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT.Dengan bekal keyakinan terhadap
takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak
pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak
berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah
ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah
diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya pengetahuan tentang
ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba
menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai

cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat
Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam
rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir
yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan
terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan
seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh
setiap muslim terkait masalah takdir ini.
B . Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah:
1.
Apa yang dimaksud dengan iman qada’ dan qadar?
2.
Takdir dibagi menjadi berapa macam?
3.
Apa fungsi beriman kepada qada’dan qadar Allah SWT?
4.
Bagaimana ciri – ciri orang yang beriman kepada qada’
dan qadar?
5.

Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada
qada’ dan qadar?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1.
Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar
2.
Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir
3.
Untuk memahami fungsi iman kepada qada’ dan qadar
4.
Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang beriman kepada qada’
dan qadar

5.
Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada
qada’ dan qadar

BAB II
PEMBAHASAN

1.
IMAN KEPADA QADHA’ DAN QADAR
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun.
Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik
maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir
dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang.
Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim
terkait masalah takdir ini. Semoga paparan ringkas ini dapat membantu
kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir
Allah. Wallahul musta’an.
a. Qadha’ dan Qadar
Dalam
pembahasan
takdir,
kita
sering
mendengar
istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang serupa tapi tak sama.
Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya, namun memiliki
makna

yang
berbeda
tatkala
disebutkan
bersamaan.
Jika
disebutkan qadha’ saja maka mencakup makna qadar, demikian pula
sebaliknya. Namun jika disebutkan bersamaan, maka qadha’ maknanya
adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik
berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu.
Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah
sejak zaman azali, dengan demikian qadar ada lebih dulu kemudian
disusul dengan qadha’.
Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa
pengertian yaitu: hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan,
penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah
ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang
segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar, arti
qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun
menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah

terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai
dengan ridah-Nya. Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan
bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya
dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan
Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS .Al-Furqan
ayat 2).
b. Definisi qadha’ dan qadar serta kaitan di antara keduanya
1. Qadar
Qadar, menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaruqadaran, dan adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris
berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih yang
menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah:

akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya.
Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari
at-taqdiir.”
Qadar (yang diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qadha’ (kepastian)
dan hukum, yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari
qadha’ (kepastian) dan hukum-hukum dalam berbagai perkara Takdir
adalah: Merenungkan dan memikirkan untuk menyamakan sesuatu. Qadar
itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah Aqdaar. Qadar,

menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk,
sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh
hikmah-Nya. Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah
tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah
Azza wa Jalla telah menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang
akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman azali.
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi
pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan
sifat-sifat tertentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang
telah ditentukan-Nya. Atau: Ilmu Allah, catatan (takdir)-Nya terhadap
segala sesuatu, kehendak-Nya dan penciptaan-Nya terhadap segala
sesuatu tersebut.
2. Qadha’
Qadha’, menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan
penjelasan. Asal (makna)nya adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu,
mengukuhkannya, menjalankannya dan menyelesaikannya. Maknanya
adalah mencipta.
c. Kaitan Antara Qadha’ dan Qadar
Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang
dimaksud dengan qadha’ ialah penciptaan, sebagaimana firman Allah

Subhanahu wa Ta’ala
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit… .” [Fushshilat: 12]
Yakni, menciptakan semua itu.
Qadha’ dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya
tidak terpisah dari yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan
sebagai pondasi, yaitu qadar, dan yang lainnya berkedudukan sebagai
bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa bermaksud untuk memisahkan
di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan dan
merobohkan bangunan tersebut.
Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qadha’ ialah ilmu Allah yang terdahulu,
yang dengannya Allah menetapkan sejak azali. Sedangkan qadar ialah
terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan
sebelumnya. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama
mengatakan, ‘Qadha’ adalah ketentuan yang bersifat umum dan global
sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincianperincian dari ketentuan tersebut.”
Dikatakan, jika keduanya berhimpun, maka keduanya berbeda, di mana
masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian sebagaimana yang
telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya, dimana jika salah satu

dari kedunya disebutkan sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam

(pengertian)nya.
d. Hubungan antara Qadha’ dan Qadar
Pada uraian tentang pengertian qadha’ dan qadar dijelaskan bahwa
antara qadha’ dan qadar selalu berhubungan erat . Qadha’ adalah
ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah
kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha
qadar ibarat rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di
dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut:
Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya;
dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
2. Macam-Macam Takdir Allah
1. Taqdir muallaq yaitu qada dan qadarnya Allah yang masih
digantungkan pada
usaha atau ikhtiar manusia. Suatu contoh
seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan lain-lain ini harus melalui proses
usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang tidak mungkin
semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana firman Allah
swt berikut :
‫( عوا ع لعن عسنعيعيه عسنوعف ييرى‬۳۹) ‫عوا عنن ل ل عينعس ل اال ن نعساان ا ال ل ع عماعسععى‬

Artinya : “Dan bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa
yang diusahakan. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan
diperlihatkan kepadanya, kemudian akan diberi balasan yang paling
sempurna”. (QS. An- Najm : 53/39-40)
‫ط‬

‫ح لعتى ي يعغيلايرنوا عما ابعأننـفياساهنم‬
‫ا ا لعن ا ع‬
‫ل ع‬
‫لييـعغيلاير عما ابقعنومم ع‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib)
suatu bangsa sehingga bangsa itu mau mengubah keadaan (nasib) yang
ada pada mereka sendiri”. (QS. Ar- Ra’du : 13/11)
2. Taqdir mubrom yaitu qada dan qadarnya Allah swt yang sudah tidak
dapat diubah lagi oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal.
Sebagaimana firman Allah swt berikut :
‫عةة عول ع ي عنستعقناديمنوعن‬
‫عول اك ي ل ا‬
‫ل ا ي لعممة ا ععجلل عفا اعذاعجاعءا ععجليـيهنم ل ع ي عنستعأ ناخيرنوعن عسا ع‬

Artinya : “Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah datang
waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan
tidak dapat pula memajukannya”. (QS. Surat Al- A’raf : 7/34)
Semua yang kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah
swt, karena Allah swt adalah zat yang mengatur dan menentukan segala
sesuatunya. Sebagaimana firman Allah swt berikut :
‫ل فعـتععو لعكل ينوا ا انن يكن نتينم يمؤنامناينعن‬
‫علعى ا ا‬
‫عو ع‬

Artinya : “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika
kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. Al- Maidah : 5/23).
3.
Fungsi Iman Kepada Qadha’ dan Qadar
Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan
qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau
manfaat), yaitu antara lain :
a.
Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam
semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha

bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat
islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat
(bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan
kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil,
demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di
akherat.
b.
Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala
isinya
berjalan sesuai
dengan ketentuan
– ketentuan
Allah
SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat
mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan
yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan
usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia,
hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil
– hasil penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah,
58 : 11)
c.
Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada
takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi
di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang
subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa
bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak,
kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan
keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala
umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam
akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan
memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan
manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak
berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan
kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
d.
Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan
sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir
(umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji
seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan
mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong,
iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa

demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. AlHadid, 57 : 21-24)
e.
Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar
kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin
dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat islam) jika
betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang
sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan
bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai
dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal,
sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW
bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih
bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).
4.

Ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar
Seorang muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah
swt pastinya memiliki tingkat ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan
Allah swt menyangkut hidup di dunia dan di akherat. Adapun ciri-ciri orang
yang beriman kepada qada dan qadarnya Allah swt adalah :
a.
Mentaati perintah Allah swt dan menjauhi serta meninggalkan
segala larangan Allah swt
b.
Berusaha dan bekerja secara maksimal
c.
Tawakkal kepada Allah swt secara menyeluruh dan berdoa
d.
Mengisi kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk
mencapai kebahagiaan hidup di akherat
e.
memperhatikan dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran
Allah swt
f.
bersabar dalam menghadapi cobaan
5.
Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat
berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan
diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
a.
Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat
keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu
merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena
musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian
Firman Allah:
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari
Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya
kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).
b.
Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena
hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami

kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia
menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT:
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang
Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang
didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)
c.
Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua
orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan
itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu,
orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat
bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah:
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat
77)
d.
Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami
ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan
apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia
bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha
lagi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap
optimis,tidak mudah putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai
ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan
memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai dengan sifatnya
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh karena itu,jika kita
tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita belum
tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik
menurut Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir

sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha
sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B. SARAN
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya
sehari-hari.Oleh karena itu,penulis menyarankan agar kita senantiasa
meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita
senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT.Juga keyakinan kita
terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal
ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan
bertawakal dalam menghadapi takdir Allah

DAFTAR PUSTAKA
A.

Ahyadi. 2009. Bahan Kuliah PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP.

Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.
Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.
Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung:
Rosdakarya.
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.

Sifat/prilaku tercela(takabur)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesombongan terbagi kepada batin dan lahir (zhahir). Kesombongan batin adalah
perangai dalam jiwa, sedangkan kesombongan lahir (zhahir) adalah amal amal perbuatan
yang lahir dari anggota badan. Istilah kesombongan lebih tepat dengan sebutan perangai
batin. Karena amal perbuatan merupakan hasil dari perangai tersebut. Perangai sombong
menuntut perbuatan. Oleh sebab itu, apabila nampak pada anggota badan maka disebut
sombong (takabur), tetapi apabila tidak tampak maka disebut kesombongan (kibr). Pada
dasarnya ini adalah perangai yang ada di dalam jiwa yaitu kepuasan atau kecenderungan

kepada kepuasan nafsu kepada orang yang di sombongi. Kesombongan menuntut adanya
pihak yang di sombongi dan hal yang di pakai untuk bersombong. Dengan inilah
kesombongan berbeda dari ujub, karena ujub tidak menuntut adanya orang yang di ujubi,
bahkan seandainya manusia tidak di ciptakan kecuali satu orang bisa saja orang itu menjadi
ujub. Tetapi orang tidak bisa takabur kecuali dengan adanya orang lain di mana ia
memandang dirinya di atas orang lain tersebut menyangkut berbagai sifat kesempurnaan.
Pada saat itu ia menjadi orang yang takabur, sehingga dalam hatinya timbul anggapan,
kepuasan, kesenangan terhadap apa yang di yakininya dan terasa berwibawa di dalam dirinya
dengan sebab tersebut. Kewibawaan, kesenangan dan kecenderungan kepada kekayanan (di
dalam jiwa) tersebut adalah perangai kesombongan.Kesombongan adalah jiwa dan disebut
“izzah dan ta’azhzhum” oleh sebab itu ibnu abbas berkata tentang firman Allah “tidak ada
dalam diri mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kesombongan yang mereka
sekali kali tiadayang akan mencapainya” (al-mukmin : 56) yakni kebesaran yang tidak
dapat mereka capai. Ibnu abbas menafsirkan kesombongan dengan kebesaran.
Kesombongan menjadi penghalang masuk surga karna ia menghalangi seseorang
hamba dari semua akhlak yang seharusnya disanding oleh seorang mukmin sedangkan
akhlak-akhlak itu merupakan pintu-pintu surga sedangkan kesombongan merupakan penutup
pintu-pintu nya. Orang yang di dalam hatinya ada perangai seberat dzarrah maka ia tidak
akan masuk surga. Akhlak yang tercela iitu saling berkaitan, sebagiannya pasti mengajak
kepada sebagian lain. Seburuk-buruknya kesombongan ialah kesombongan yang
menghalangi diri dari mendapatkan manfaat ilmu, menerima kebenaran, dan mengikuti
kebenaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang hendak dibahas
adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Takabur?
2. Bagaimana Dalil-dalil tentang Takabur?
3. Apakah Penyebab dari Takabur?
4. Bagaimana Akibat dari Takabur?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk menjelaskan Pengertian Takabur.
2. Untuk menjelaskan Dalil-dalil tentang Takabur.
3. Untuk menjelaskan Penyebab dari Takabur.
4. Untuk menjelaskan Akibat dari Takabur
5. Untuk memenuhi tugas Akidah Ahlak.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takabur
Takabur berasal dari bahasa Arab takabbara-yatakabbaru yang artinya sombong atau
membanggakan diri. Secara istilah takabur adalah sikap berbangga diri dengan beranggaan
bahwa hanya dirinya beranggapan yang paling hebat dan benar dibandingkan orang lain.
Takabur semakna dengan ta`azum, yakni menampakan keagungan dan kebesaranya. Banyak
hal yang menyebabkan orang menjadi sombong akibat takabur di antaranya dalam ilmu
pengetahuan, amal dan ibadah, nisab, kecantikan, dan kekayaan. Takabur termasuk termasuk
sifat yang tercela yang harus di hindari.[1]
Dijelaskan dalam firman Allah SWT :
‫ب ال نيمنستعك ناباريعن‬
‫إان ل عيه ل ي ياح لي‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (QS..AlNahl [16]:23).
Di sisi yang lain disadari atau tidak, terkadang seseorang menampakkan sikap angkuh
dan takaburnya. Apabila sikap takabur ini hanya dilakukan sesekali, barangkali orang yang di
sekelilingnya belum memberikan predikat sebagai orang yang takabur. Predikat takabur ini
biasanya baru diberikan ketika perbuatan takabur itu berulang-ulang kali dilakukan dan
ditampakkannya, baik berupa sikap, perkataan, maupun cara bertingkah laku. Sebagai
seorang muslim sudah seharusnya kita menghindarkan diri dari sifat dan perilaku sombong
ini. Teladan seorang muslim adalah Rasulullah SAW.
Beliau adalah sosok manusia yang bergelimang kemuliaan dan kelebihan, namun
beliau tidak pernah sedikitpun merasa lebih. Bahkan para pengikutnya pun dipanggilnya
dengan sebutan “sahabat”. Sebutan sahabat ini mempuyai makna tersirat yakni kesetaraan.
Jadi, Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang mempunyai derajat tinggi, tetapi tidak
menganggap dirinya lebih tinggi dari para pengikutnya yang disebutnya dengan sahabat itu.
Note : Dari pengertian di atas penulis menjelaskan perbedaan Takabur dengan Sombong ialah
sombong itu adalah membangggakan dirinya dengan sekali saja sedangkan takabur ialah
membangakan dirinya secara terus-menerus.
B. Dalil-Dalil Tentang Takabur
- QS.Mukmin [40]:60
‫عنن ا‬
‫خيلوعن عجعهن لععم عدااخاريعن‬
‫ععباعداتي عسيعند ي‬
‫إا لعن ال ل عاذيعن ي عنستعك نابيروعن ع‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS.Mukmin [40]:60)
- QS.Al-Isra’([17]:37
‫خارعق النرعض عول عنن تعنبل يعغ ال ناجعباعل ي‬
‫طول‬
‫حا إان ل ععك ل عنن تع ن‬
‫عول تعنماش افي النراض عمعر ة‬

-

-

Artinya:Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung (QS.Al-Isra’([17]:37)
QS.Luqman ([31]:18
‫خومر‬
‫خعتامل عف ي‬
‫ب يك ل عل يم ن‬
‫عول تيعصالعنر ع‬
‫حا إا لعن الل ل ععه ل ي ياح لي‬
‫خ ل عدعك الل لعنااس عول تعنماش افي النراض عمعر ة‬
Artinya:Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS.Luqman ([31]:18)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫كامن عفييعسايقوعن‬
‫ل عم ع‬
‫ي ينحعشير ال نيمتعك عالبيروعن ي عنوعم ال ناقعياعماة أ عنمعثاعل ال ل عذالر افي يصعوار الالرعجاال ي عنغعشايهنم ال ليذ ليل امنن يك ل ا‬
‫خعباال‬
‫ل ال لعناار اطين ععة ال ن ع‬
‫ععصاعراة أ عنه ا‬
‫إإعلى اسنجمن افي عجعهن لععم ي يعس ل عمى يبول ععس تعنعيلويهنم عناير ال نأ عن نعياار ي ينسقعنوعن امنن ي‬
Artinya:“Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan
seperti semut kecil, di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai
sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas.
Api neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah
penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan).”
[HR. Bukhari di dalam al-Adabul Mufrad, no. 557; Tirmidzi, no 2492; Ahmad, 2/179; dan
Nu’aim bin Hammad di dalam Zawaid Az-Zuhd, no. 151]
:‫ععلياه عو ل عسعلم‬
‫ عقاعل عريسويل الل ل عاه عصعلى ا ي‬:‫عنيه عقاعل‬
‫عبناد الل ل عاه بنان عمنسيعومد عراضعي ا ي‬
‫ل ع‬
‫ل تعععاعلى ع‬
‫عنن ع‬
‫ع‬
.‫خيل ال نعجن لععة عمنن عكاعن افي قعل ناباه امثنعقايل عذ لعرمة امنن كانبمر‬
‫ل ع ي عند ي‬
.‫حعسن عةة‬
‫ب أ عنن ي ع ي‬
‫ إا لعن ال لعريجعل ي ياح لي‬:‫قععفاعل عريجلل‬
‫حعسةنا عون عنعل ييه ع‬
‫كوعن عثنويبيه ع‬
.‫غنمطي ال لعنااس‬
‫ ال نكابنير بعط عير ال نعح ل اق عو ع‬،‫ب ال نعجعماعل‬
‫ إا لعن الل ل ععه عجاميلل ي ياح لي‬:‫عقاعل‬
Artinya: Dari ‘Abdullah ibnu Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu berkata: bersabda
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Tidak akan masuk surga orang-orang yang di
dalam hatinya ada kesombongan, walaupun sekecil biji dzarah”. Kemudian berkata seorang
laki-laki: ”Sesungguhnya ada seseorang yang menyukai supaya bajunya bagus dan
sandalnya bagus.” (maksud lelaki ini mempertanyakan apakah yang demikian termasuk
sombong). Maka bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam: “Sesungguhnya Allah Ta’ala
Maha Indah dan mencintai keindahan. Yang sombong itu adalah menentang kebenaran serta
merendahkan manusia.” (Dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim Rahimahullahu Ta’ala).

C. Penyebab Takabur
Tidak akan sombong kecuali orang yang menganggap dirinya besar dantidak akan
menganggap dirinya besar kecuali orang yang menyakini memiliki sifat kesempurnaan.
[2] Pangkal hal tersebut adalah kesempurnaan keagamaan dan keduniaan. Keagamaan adalah
menyangkut ilmu dan amal, sedangkan keduniaan menyangkut nasab, kecantikan,
kekuatan,harta kekayaan dan banyaknya pendukung.
1. Ilmu pengetahuan

Seorang berilmu pengetahuan mudah merasa tinggi dengan ilmu pengetahuannya.,
merasakan kesempurnaan dan keindahan ilmu yang di milikinya dan merendahkan orang lain.
Ia menganggap paling mulia dari pada orang lain, ia terlalu merasa lebih mulia untuk
melakukan sesuatu bagi orang lain, ini menyangkut urusan dunia. Sedangkan menyangkut
perkara akhirat, maka kesombongan adalah dengan memandang dirinya lebih tinggi dan lebih
utama di sisi Allah dari pada orang lain. Sehingga mereka sering menghawatirkan orang lain
dari pada menghawatirkan diri mereka sendiri. Orang ini lebih tepat di sebut orang bodoh
dari pada orang berilmu, bahkan ilmu yang hakiki ialah ilmu yang mengenalkan manusia
dengan Tuhan.
Seseorang bertambah ilmu tetapi bertambah pula kesombongannya, hal ini karena
mereka menekuni ilmu tetapi bukan ilmu yang hakiki. Serta mereka menggeluti ilmu dengan
batin yang kotor, jiwa yang buruk dan akhlak yang tidak baik. Tidak memperhatikan jiwanya
dan memperhatikan batinnya.

2. Amal dan ibadah
Orang yang zuhud dan para ahli ibadah tidak lepas dari nistanya kesombongan,
kepongahan dan tindakan yang memikat hati manusia. Kesombongan itu menyelinap di
dalam diri mereka baik menyangkut urusan dunia dan akhirat. Dalam urusan dunia, ia
memandang orang lainlebih patut untuk menziarahi dirinya dari pada ia menziarahi orang
lain. Sedangkan dalam urusan agama, ia memandang binasa orang lain dan dirinya yang
selamat. Padahal dengan pandangannya tersebut justru memastikan dirinya lah yang binasa.
3. Nasab keturunan
Orang yang mempunyai nasab keturunan yang mulia menganggap hina orang yang
yang tidak memiliki nasab tersebut, sekalipun lebih tinggi ilmu da amalnya. Kadang kadang,
sebagian dari mereka menyombongkan diri dan menganggap orang lain sebagai pengikut.
Sehingga mengakibatkan ia enggan bergaul dan duduk bersama mereka. Akibatnya dalam
lisan ialah membanggakan nasab keturunannya.ini merupakan hal yang sangat
mengakar dalam jiwa, tidak dapat terlepas darinya orang yang berketurunan mulia, sekalipun
ia orang yang shalih atau berakal sehat. Hanya saja hal itu tidak mengimbas kepadanya jika
tetap dalam kondisi yang baik. Jika emosi telah mendominasinya maka hal itu akan
memadamkan cahaya bashirah-nya dan mengimbas kepadanya.
Rasulullah saw bersabda :
“Hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan terhadap nenek moyang mereka
yang telah menjadi batu bara di neraka jahanam atau (jika tidak) mereka akan menjai lebih
hina di sisi Allah dari kumbang yang hidungnya mengeluarkan kotoran.”[3]

4. Kecantikan
Hal ini kebanyakan terjadi di kalangan kaum wanita dan menimbulkan cacian,
gunjingan dan menyebabkan aib aib orang. Diantaranya, apa yang diriwayatkan dari Aisyah
ra dalam sebuah hadist “ada seorang wanita mau menemui nabi Muhammad saw, lalu aku
berkata dengan tanganku begini, yakni ia pendek, lalu ia nabi saw bersabda “kamu sungguh
telah menggunjingnya” pangkal timbulnuya hal ini adalah terselubungnya kesombongan,
karena seandainya aisyah juga pendek niscaya ia tak kan menyebutnya pendek. Seolah-olah
aisyah ujub dengan postur tubuhnya dan menganggap pendek wanita itu dibandingkan
dengan dirinya, lalu ia mengatakan apa yang telah di katakannya.
5. Harta kekayaan
Hal ini biasanya di kalangan raja yang membanggakan harta simpanan mereka, para
saudagar yang membanggakan barang dagangannya, para tuan tanah yang membangga
banggakan tanah mereka, atau para pesolek yang membanggakan pakaian, kuda dan
kendaraan mereka. Sehingga orang yang kaya merendahkan orang yang miskin dan
menyombongkan diri.
Secara umum, segala nikmat yang bisa di yakini sebagai kesempurnaan menimbulkan
kesombongan. Demikian pula orang yang fasiq, terkadang ia membanggakan dirinya dengan
dengan hal hal buruk, seperti minum khamer dan berbuat mesum dengan para
wanita.Menyombongkan diri dengan perbuatan perbuatan keji ini karena ia mengira bahwa
hal tersebut merupakan kesempurnaan, sekalipun salah. Itulah hal hal yang secara umum di
pakai para hamba untuk menyombongkan diri atas orang orang yang tidak memilikinya atau
atas orang orang yang memiliki tapi menurut anggapannya masih di bawah tingkatannya.

D. Akibat Takabur
Diantara sebab timbulnya rasa takabur adalah melupakan akan akibat buruknya.[4]
Akibat Buruk dari Takabbur:
1. Terhalang dari memperhatikan dan mengambil pelajaran terhadap sesuatu.
Hal ini disebabkan orang yang takabur merasa lebih tinggi dari hamba-hamba
Allah yang lain. Maka secara sadar atau tidak sadar ia telah melampaui batas hingga
menempati kedudukan Illahi. Orangseperti ini sudah barang tentu akan terkena sangsi
dan sangsi atau hukuman yang pertama ialah terhalang dari memperhatikan dan
mengambil pelajaran terhadap sesuatu. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
"Dan betapa banyak tanda-tanda di langit dan dibumi yang mereka lewati,
tapimereka berpaling dari padanya." (Yusuf : 105)
2. Kegoncangan Jiwa

Orang yang takabur dan merasa lebih tinggi dari pada orang lain,
berkeinginan agar orang lain menundukkan kepala kepadanya. Tetapi harga diri manusia
sudah barang tentu tidak mau berbuat demikian dan memang pada dasarnya mereka
tidak disiapkan untuk hal itu. Karena keengganan orang lain untuk menundukkan
diri kepadanya, berarti ia gagal memasuki keinginannya. Maka sebagai akibatnya
timbullah kegoncangan dalam jiwanya. Allah berfirman yang artinya :
"Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit." (Thaha : 124)
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan Tuhannya, Tuhan akan memberinya siksaan
yang berat" (Al-Jin : 17)
3. Selalu dalam keadaan aib dan kekurangan
Hal ini disebabkan orang yang sombong mengira dirinya telah sempurna dalam segala hal,
maka iatidak mau intropeksi diri sehingga ia tidak mau menerima nasehat, pengarahan dan
bimbingan dari orang lain.Sebagaimana firman Allah yang artinya:
"(Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah meliputi
oleh dosanya,mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Al-Baqarah :
81 )
4. Terhalang untuk masuk Surga
"Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat dzarrah dari takabbur…"
(HR Muslim)
Note : Cara menghindarkan takabur dari sifat tercela yaitu merendahkan diri, dan selalu ingat kepada
allah SWT

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara istilah takabur adalah sikap berbangga diri dengan beranggaan bahwa hanya
dirinya beranggapan yang paling hebat dan benar dibandingkan orang lain. Takabur semakna
dengan ta`azum, yakni menampakan keagungan dan kebesaranya. Takabur termasuk
termasuk sifat yang tercela yang harus di hindari.
Dijelaskan dalam firman Allah SWT :

‫ب ال نيمنستعك ناباريعن‬
‫إان ل عيه ل ي ياح لي‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (QS..AlNahl [16]:23).
Tidak akan sombong kecuali orang yang menganggap dirinya besar dantidak akan
menganggap dirinya besar kecuali orang yang menyakini memiliki sifat kesempurnaan.
Pangkal hal tersebut adalah kesempurnaan keagamaan dan keduniaan. Keagamaan adalah
menyangkut ilmu dan amal, sedangkan keduniaan menyangkut nasab, kecantikan,
kekuatan,harta kekayaan dan banyaknya pendukung.
B. SARAN
Dari pembahasan yang telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah-mudahan
setelah kita mempelajari pelajaran mengenai sifat tercela. Penulis menyarankan agar kita
tidak bersikap takabur walau kita memiliki kelebihan baik lahir maupun batin.
Seseungguhnya takabur adalah sifat tercela . Namun kita harus menyadari bahwa kita adalah
makhluk Tuhan yang diciptakan dengan tujuan tidak untuk menyombongkan diri di atas bumi
melainkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Apapun yang kita lakukan di muka bumi ini
semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT.
janganlah kalian takabur dengan apa yang telah anda punya karena pepatah bilang di
atas langit masih ada langit, jadi jangan sekali kali kalian takabur.

BAB IV
A. ANALISIS PERMASALAHAN
Sifat kekaguman dan membangga-banggakan diri dapat menimbulkan kesombongan dan
keangkuhan terhadap orang lain. Sifat ini adalah salah satu penyakit hati yang sangat
mencelakakan dan sulit dihindari. Dalam al-Qur’an sudah tertera larangan dan ancaman serta
bahaya yang akan ditimbulkan dari sifat takabur ini. Jika seseorang sudah melekat pada sifat
ini, maka segeralah mungkin untuk mengobatinya dan menghindarinya, karena sifat ini
sangat merugikan diri sendiri maupun orang lain serta merugikan di dunia dan di akhirat.
Banyak hal yang menyebabkan orang menjadi sombong akibat takabur di antaranya
dalam ilmu pengetahuan, amal dan ibadah, nisab, kecantikan, dan kekayaan. Seperti halnya
dalam ilmu pengetahuan sebagaimana dalam contoh kegiatan belajar peserta didik di sekolah.
Sifat takabur muncul tanpa disadari oleh peserta didik. Misalnya pada peserta didik bernama
A. Ketika si A mendapatkan nilai yang tinggi diantara teman-temannya. Si A berprilaku
takbur kepada teman-temannya yang mendapat nilai rendah. Prilaku tersebut membuat
peserta didik yang lain menjadi jengkel dan menghindari si A. Walaupun sudah dihindari si A
tetap saja mengulangi sifat takaburnya tersebut ketika dia mendapatkan nilai tinggi. Tidak
hanya sekedar sombong akan nilainya, bahkan si A merasa dirinya paling cerdas dikelasnya
dan ia menganggap orang disekelilingnya bahkan gurunya memiliki kemampuan di bawah si
A. Dalam proses belajar ketika seorang guru yang sedang mengajar, dia tidak menanggapi
apa yang diajarkan oleh gurunya bahkan dia suka mengkritik gurunya. Sikap si A yang seperti

ini selalu ditunjukan secara terus menerus dalam belajar di kelas. Dia merasa dirinya
memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan mudah memahami semua mata pelajaran tanpa
dia mendengarkan penjelasan dari gurunya. Akibat dari ketakaburannya ia dijauhi oleh
temannya dan mendapatkan pandangan buruk dari gurunya. Suatu ketika salah satu seorang
guru mengadakan ulangan harian di kelasnya yaitu mata pelajaran matematika, karena merasa
bisa si A mengerjakannya penuh percaya diri dengan menggunakan pemahamannya dan tidak
menggunakan rumus-rumus yang diberikan oleh si guru matematikanya. Pada saat guru
mengoreksi hasilnya mengejutkan si A yang takabur yang merasa dirinya mampu dalam
segala mata pelajaran, ternyata jawaban si A salah semua, karena mengerjakan tidak sesuai
dengan rumus. Dan teman-temanya yang lain mengerjakan sesuai rumus sehingga
mendapatkan nilai yang cukup memuaskan dibandingkan si A. Teman-temannya pun
mengetahui hal tersebut sehingga mereka membalas ketakaburan si A sewaktu itu dengan
memamerkan nilai mereka. Dari kejadian tersebut dia merasa malu dan hilang kepercayaan
dirinya. Melihat perubahan sikap si A yang cenderung tertutup . melihat kejadian seperti itu
pendidik memberikan motivasi si A agar dia dapat merubah sikapnya dan menghilangkan
sifat takaburnya. Dia tidak boleh menyombongkan diri dan walau bagaimanapun harus
menghargai guru yang mengajarinya. Dan ketika dia paham terhadap pelajaran dia tidak
boleh sombong dan harus mengajari temannya yang belum paham.
B. SOLUSI
Berdasarkan analisis diatas dapat di simpulkan :
- Sebagai pendidik kita harus dapat memahami karakter masing-masing peserta didik.
Sehingga peserta didik yang baru mulai muncul sifat takaburnya itu harus dicegah sebelum ia
benar-benar menjadi orang yang takabur.
- Bagi peserta didik yang lain diharapkan suatu ketika dia mendapatkan nilai tinggi dia tidak
menyontoh perilaku sifat takabur si A.
- Dalam konteks akidah akhlak kita harus menyadari bahwa kita adalah makhluk Tuhan yang
diciptakan dengan tujuan tidak untuk menyombongkan diri di atas bumi melainkan untuk
beribadah kepada Allah SWT. Apapun yang kita lakukan di muka bumi ini semata-mata
untuk mencari ridha Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Samarqandi, Al-Faqih, Abu Laits. 1986. “Tanbibul Ghafilin: Pembangun Jiwa Dan
Moral Umat.” Surabaya: Mutiara Ilmu.
.... Mensucikan Jiwa
Al-Ghazali, Hijjatul Al-Islam, Abu Hamid. 2002. Menjauhi Perbuatan-Perbuatan
Maksiat. Bandung: CV. Pustaka Setia.

[1] Al-Faqih Abu Laits Samarqandi,”Tanbibul Ghafilin: Pembangun Jiwa dan Moral

Umat”, (Surabaya:Mutiara Ilmu), 1986. Hal 501
[2] ... Mensucikan Jiwa. Hal 233
[3] Diriwayatkan oleh Abu Daud, Tarmidzi, ia menghasankannya dan Ibnu Hibban.
[4] Al-Gazhali, Hujjatul Al-Iskam, Abu Hamid, Menjauhi Perbuatan Maksiat. Bandung: CV.
Pustaka Setia. Hal 308

SHALAT SUNNAH BERJAMAAH
DAN MUNFARID
BAB XII
SHALAT SUNNAH BERJAMAAH DAN MUNFARID
Standar Kompetensi :

Shalat Sunah dengan
Shalat Sunah

berjamaah atau

Berjamaah

munfarid

Shalat Sunah Munfarid

– Shalat Idain (Shalat
Idul Fitri dan Idul
Adha)- Shalat Istisqa’Shalat Kusuf (Gerhana
Matahari) dan Khusuf
(gerhana Bulan)

– Shalat TarawihShalat Witir- Shalat
Dhuha- Shalat
Tahajud

– Shalat RawatibShalat Tahiyatul MasjidShalat Istikharah

Shalat Tasbih- Shalat
Hajat

12. Memahami tatacara berbagai sholat sunnah.
Kompetensi Dasar :
12.1.Menyebutkan pengetian dan ketentuan sholat sunnah berjamaah dan munfarid.
12.2. Menyebutkan contoh-contoh sholat sunnah berjamaah dan munfarid.
12.3. Mempraktekan sholat sunnah berjamaah dan munfarid dalam kehidupan seharihari.
Indikator :
1.

Menyebutkan pengertian berbagai sholat sunnah berjamaah dan munfarid.

2.

Macam-macam sholat sunnah berjamaah dan munfarid

3.

Ketentuan dan waktu sholat sunnah berjamaah dan munfarid

4.

Menyebutkan sholat sunnah yang harus dikerjakan secara berjamaah.

5.

Menyebutkan sholat sunnah yang dikerjakan secara munfarid

6.

Menyebutkan sholat sunnah yang boleh dikerjakan secara berjamaah atau
munfarid

7.

Mempraktikan sholat sunnah berjamaah dan munfarid.

8.

Membiasakan melakukan sholat sunnah dalam kehidupan sehari-hari
——–
Salat sunah dikelompokkan menjadi dua, yaitu: salat sunah jama’ah dan salat

sunat munfarid. Shalat sunah berjama’ah adalah salat yang dikerjakan secara bersama
salah satu menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat yang
telah ditentukan.Salat sunah munfarid adalah salat yang dilakukan sendirian.
Di antara jenis shalat sunah terdapat shalat sunah yang dapat dilaksanakan secara
berjamaah, munfarid, dan ada yang dilaksanakan berjamaah maupun munfarid.
A.

SHALAT SUNNAH BERJAMAAH

Shalat sunah berjama’ah adalah salat yang dikerjakan secara bersama salah satu
menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat yang telah ditentukan.
Shalat sunnah berjamaah adalah shalat Idain, Shalat Tarawih, Shalat Witir, Shalat Istisqa’
(minta hujan), shalat Gerhana Matahari (Kusuf) dan shalat Gerhana Bulan (Khusuf)

1.

SHALAT ‘IDAIN.
a.

Pengertian dan hukum

Idain artinya dua hari raya. Yang dimaksud shalat Idain adalah shalat pada

waktu dua

hari raya yakni Hari Raya Idul fitri (1 syawal) dan Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah).
Adapun hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad yaitu sunnah yang sangat
dianjurkan.
Rasulullah SAW bersabda:
‫خإرنج إفى ال سإعيندي سإن ال سنعنواإتنق نونذنوا إ‬
.‫حيل ننض أ نسن ي نسعتنإزل سنن ممنص ل نلى ال سممسسلإإمينن‬
‫ت ال س م‬
‫ أ نسن ن م س‬-‫صلى الله عليه وسلم‬- ‫أ ننمنرننا – تنسعإنى الن ل نإب ل نى‬
‫خمدوإر نوأ ننمنر ال س م‬
artinya:“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat
‘ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak
dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau
memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.”
b. Waktu dan tempat pelaksanaan
Waktu mengerjakan shalat sunah Idul Fitri adalah setelah terbitnya matahari dua penggalah
(kurang lebih 3 meter) sampai tergelincirnya matahari. Sedangkan shalat Idul Adha dimulai
setelah matahari terbit satu penggalah. Adapun tempatnya sebaiknya dilakukan di tanah
lapang seperti yang dianjurkan oleh Nabi (kecuali ada halangan), karena shalat Id itu untuk
syiar agama. Namun sebagian ulama’ berpendapat lebih baik dikerjakan di Masjid, karena
masjid itu tempat yang mulia dan suci.
c. Cara Melaksanakan Sholat ‘Ied
1. Niat dalam hati.
lafal niatnya adalah:

‫ماً لله‬
‫سنُ م‬
‫ة نلعيد ن ال ن‬
‫ ال ض‬/ ‫فطِرن‬
‫صللى م‬
‫ماً م‬
‫ إ م‬/ ً‫ما‬
‫موُ م‬
‫مأَ م‬
‫ن م‬
‫ام م‬
‫ضحْى مركَمعتَي ن‬
‫تعاًلى‬
Artinya: Saya niat sholat sunah Idul Fitri/Adha dua rakaat dengan menjadimakmum/imam
karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul ihram.
3. Membaca doa iftitah.
4. Takbir 7x pada rakaat pertama dan 5x pada rakaat kedua dan diantara takbir membaca
tasbih:

‫ه أ مكَ ضب ممر‬
‫ن الل لهن موال ض م‬
‫حْاً م‬
‫سب ض م‬
‫م‬
‫ه وممالل ل م‬
‫ه إلل الل ل م‬
‫مد م ل نل لهن وممل إل م م‬
‫حْ ض‬

5. Membaca ta’awudz
6. Membaca surat al Fatihah
7. Membaca surat al Qur’an. Sebaiknya surat Qaaf pada rakaat pertama dan surat
Iqtarabat pada rakaat kedua. atau surat al A’laa pada rakaat pertama dan surat al
Ghasyiyah pada rakaat kedua.

8. Setelah shalat Id dilanjutkan dengan khutbah
d.

Hal-hal yang disunahkan pada saat hari raya adalah:
1. Memperbanyak Takbir. Pada hari raya ‘Idul Fitri disunahkan memperbanyak takbir
dimulai sejak terbenamnya matahari dan berakhir ketika imam memulai shalat ‘id.
Sedangkan pada hari ‘Idul Adha disunahkan memperbanyak takbir setiap selesai
mengerjakan shalat fardlu, shalat rawatib, shalat sunah mutlak, dan shalat janazah.
dan berakhir sampai waktu Ashar tanggal 13 Dzulhijjah.
Bacaan takbir yang dimaksud adalah:

‫ ل ن‬،‫ل‬
‫حانن اللإه بمك سنرلة نوأ نإصي س ل‬
‫ نومسبس ن‬،‫حسممد إللإه ك نإثسيرلا‬
‫ اللمه أ نك سبنمر كبيرا ل نوال س ن‬،‫حسممد‬
‫ ناللمه ا نك سبنمر نو إللإه ال س ن‬،‫ نواللمه ا نك سبنمر‬،‫ ل ن اإل لنه اإل ل ن اللمه‬،‫ ناللمه أ نك سبنمر‬،‫ ناللمه أ نك سبنمر‬،‫ناللمه أ نك سبنمر‬
‫ن‬
.‫حسممد‬
‫ نصندنق نو س‬،‫إإل لنه إإل لن اللمه نوسحندسه‬
‫ نوأ ن ن‬،‫عبسندمه‬
‫ نون ننصنر ن‬،‫عندمه‬
‫ اللمه أ نك سبنمر إنوللإه ال س ن‬،‫ ل ن إإل لنه إإل ل ن اللمه نواللمه أ نك سبنمر‬،‫ب نوسحندمه‬
‫ نونهنزنم ا سلسحنزا ن‬،‫ع ل نز مجن سندمه‬
2. Mandi dengan niat untuk melaksanakan shalat hari raya:

‫س م‬
‫ة ًللهن ت ممعاًللى‬
‫سنُ ل م‬
‫ل ل نعني ضد ن ال ض ن‬
‫ض ل‬
‫ ا ضل م ض‬/ ‫فطِ ضرن‬
‫حْى م‬
‫ت ال ضغم ض‬
‫ن موُمي ض م‬

3. Berangkat pagi-pagi, kecuali bagi imam disunahkan berangkat ketika shalat hendak
dilaksanakan.
4. Berhias diri dengan memakai wangi-wangian, pakaian yang bagus, memotong kuku,
serta menghilangkan bau yang tidak sedap.
5. Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
6. Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat ‘Idul Fitri, sedangkan pada ‘Idul Adha,
sunah melakukan shalat terlebih dahulu.
7. Tahniah (ungkapan suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan berjabat
tangan. Seperti lafadh:

‫قب ل م‬
ْ‫مضنُك‬
‫تم م‬
‫ملنُاً وم ن‬
‫ه ن‬
‫ل الل م‬

8. Menjawab ucapan suka cita (tahni’ah) dengan bacaan:

‫م‬
‫م‬
‫م‬
‫ِ كَ م ل‬،‫ه‬
‫قب ل م‬
.‫ر‬
‫تم م‬
‫م بن م‬
‫ل م‬
‫ممثاًل ن ن‬
‫ه ن‬
‫ِ أ ض‬،‫م‬
‫عاًم ر ومأن ضتَ م ض‬
‫ه ًل ض‬
‫م الل م‬
‫حمياًكَ م م‬
‫منُ ضك م ض‬
‫ل الل م‬
‫خي ض ر‬
—-

2. SHALAT TARAWIH
a. Pengertian Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat sunah yang dilaksanakan khusus pada malam hari bulan
Ramadhan. Shalat tarawih merupakan amalan sunah pada bulan Ramadhan di samping
ibadah-ibadah lain seperti memperbanyak tadarus Al Quran, berzikir, berdoa, mendalami
ilmu agama dengan mengikuti pesantren kilat, dan sebagainya. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

b. Hukum Shalat Tarawih
Hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad, sebagaimana hadis Rasulullah SAW :
‫عم م‬
‫سوُض م‬
‫ي هممري ضمرة م مقاً م‬
(‫ن ذ من ضب نهن )رواه البخاًرى ومسلم‬
‫ماً ت م م‬
‫م ن‬
‫ساًباً م غ م ن‬
‫ماًمناً موا ض‬
‫ضاً م‬
‫م م‬
‫قد ل م‬
‫ن مقاً م‬
‫حتَ ن م‬
‫ل مر م‬
‫ه م‬
‫فمر ل م م‬
‫ن ا ني ض م‬
‫م مر م‬
‫ل اللهن م‬
‫م ض‬
‫م ض‬
‫ن أب ن ض‬
‫ض‬
artinya :“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang
melaksanakan shalat pada malam hari di bulan Ramadhan dengan dilandasi iman dan
semata-mata mengharap ridha Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c.

Bilangan rakaat Shalat Tarawih

Ada perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat shalat Tarawih di kalangan umat
Islam. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak penting dan tidak perlu diperdebatkan. Hal
yang penting adalah bagaimana shalat Tarawih tetap dilaksanakan umat Islam.
Perbedaan yang dimaksud sebagai berikut :
1)

Delapan rakaat ditambah Witir

Pendapat ini diambil dari keterangan bahwa Rasulullah s.a.w shalat Tarawih bersama
para sahabat di masjid tiga kali selama hidupnya. Sesudah itu beliau tidak melakukan
lagi secara berjamaah di masjid te