Sekilas Kondisi Air Minum dan Sanitasi d (1)

L

8

Percik
Oktober 2004

Tingkat Kemiskinan
Di bawah rata-rata

aporan Pembangunan Manusia
Tahun 2004 yang dikeluarkan
bersama oleh Bappenas, BPS dan
UNDP mengetengahkan beberapa fakta
menarik terkait dengan air minum dan
sanitasi. Dengan mengutip data BPS yang
terdapat dalam buku tersebut, maka kondisi air minum dan sanitasi di setiap kabupaten/kota dan propinsi dapat diperbandingkan.
Tujuan yang ditetapkan dalam MDG
telah menjadi kesepakatan bersama. Salah satunya menyangkut air minum dan
sanitasi dasar yaitu target 10 yang menyatakan bahwa separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses
terhadap air minum dan sanitasi harus

telah dapat terpenuhi pada tahun 2015.
Sebagaimana kita maklumi bahwa target
air minum Indonesia pada tahun 2015 sesuai dengan MDG adalah 70 persen, sementara target sanitasi 63,5 persen.
Namun yang kurang disadari bahwa
target tersebut berskala nasional yang artinya merupakan angka rata-rata nasional, sementara pengelolaan air minum
dan sanitasi telah menjadi kewenangan
pemerintah kabupaten/kota. Seharusnya
perhatian lebih diarahkan pada kondisi
air minum dan sanitasi di kabupaten/kota. Sebagai ilustrasi, walaupun Indonesia memenuhi target tersebut tetapi
jika dilihat lebih rinci lagi maka akan ditemukan masih banyaknya kabupaten/kota dengan kondisi air minum dan
sanitasi yang jauh dari memadai.
Secara teoritis maupun empiris ternyata peningkatan kualitas dan ketersediaan air minum dan sanitasi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk
yang berarti juga mengurangi tingkat kemiskinan. Tulisan ini mencoba memberi
gambaran kondisi pelayanan air minum
dan sanitasi dikaitkan dengan tingkat kemiskinan di kabupaten/kota.
Tentunya metode yang dipergunakan

Tingkat Kemiskinan
Di atas rata-rata


L APORAN UTAMA
Sekilas Kondisi Air Minum
dan Sanitasi Indonesia
PRIORITAS I
z Kondisi air minum/
sanitasi di bawah
rata-rata Indonesia
z Tingkat kemiskinan
di atas rata-rata
Indonesia

PRIORITAS III
z Kondisi air minum/
sanitasi di atas
rata-rata Indonesia
z Tingkat kemiskinan
di atas rata-rata
Indonesia

PRIORITAS II

z Kondisi air minum/
sanitasi di bawah
rata-rata Indonesia
z Tingkat kemiskinan
di bawah rata-rata
Indonesia

PRIORITAS IV
z Kondisi air minum/
sanitasi di atas
rata-rata Indonesia
z Tingkat kemiskinan
di bawah rata-rata
Indonesia

Kondisi air minum/sanitasi
di bawah rata-rata

sangat sederhana tapi paling tidak dapat
menggambarkan kondisi daerah. Metode

yang dipergunakan adalah dengan mengklasifikasikan kondisi kabupaten/kota
maupun propinsi dalam empat kuadran
seperti yang tertera di atas.
Berdasar pada pengklasifikasian tersebut, maka dapat ditetapkan urutan prioritas penanganan yaitu prioritas I, prioritas II, prioritas III, dan prioritas IV.
Daerah yang perlu untuk mendapatkan
perhatian serius dalam penanganan air
minum dan sanitasi adalah daerah dengan prioritas I.
Berdasarkan pada pengklasifikasian
di atas, maka secara umum dapat dihasilkan beberapa prioritas penanganan
baik untuk air minum, sanitasi maupun
gabungan air minum dan sanitasi di propinsi maupun kabupaten/kota.
Terdapat 13 propinsi yang perlu men-

Kondisi air minum/sanitasi
di atas rata-rata

dapat perhatian serius terkait dengan
kondisi air minum dan sanitasi tetapi
yang prioritas utama hanya delapan yaitu
NAD, Sumsel, Bengkulu, NTB, NTT,

Sulteng, Gorontalo dan Papua. Sementara
terdapat empat propinsi yang kondisi air minumnya perlu segera dibenahi tetapi prioritas utama perlu diberikan pada Propinsi
Lampung. Kondisi sanitasi yang memprihatinkan terdapat pada 6 propinsi dengan
prioritas utama pada empat propinsi yaitu
Jateng, Jatim, Sultra, dan Maluku.
Propinsi yang tidak termasuk dalam
prioritas utama dalam penanganan air
minum dan sanitasi mencapai delapan
propinsi. Sementara yang tidak menjadi
prioritas utama dalam penanganan air
minum adalah Sumbar, Jateng, Jatim.
Selain itu, penanganan sanitasi di
Lampung, Riau, Jambi dan Jabar belum
perlu menjadi prioritas utama.

L APORAN UTAMA
PRIORITAS PENANGANAN
AIR MINUM PROPINSI

Rumah Tangga yang Mempunyai Akses Air

Minum per Propinsi Tahun 2002

Jateng, Jatim,
Sumbar.

Jateng, Jatim,
Sultra, Maluku

Lampung

Sumbar, Malut

Riau, Jambi,
Jabar

PRIORITAS PENANGANAN
AIR MINUM DAN SANITASI PROPINSI
NAD, Sumsel,
Bengkulu, NTB,
NTT, Sulteng,

Gorontalo,
Papua

DIY

Babel, Banten,
Kalbar, Kalteng,
Sulsel

Sumut, DKIJakarta,
Bali, Kalsel,
Kaltim, Sulut

PROPINSI

PRIORITAS PENANGANAN
SANITASI PROPINSI

DKI Jakarta
DI Yogyakarta

Kalimantan Timur
Riau
Lampung
Sumatera Utara
Jawa Barat*
Sulawesi Utara
Jambi
Bali
Kalimantan Selatan
INDONESIA
Sumatera Selatan*
NTT
Banten**
Kalimantan Tengah
Jawa Tengah
Jawa Timur
Maluku Utara**
Bengkulu
Sumatera Barat
Nangroe Aceh

Kalimantan Barat
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Bangka Belitung**
Maluku
Sulawesi Tengah
Gorontalo**
Papua***
NTB

PROPINSI

Lampung
Riau, Jambi,
Jabar.

Rumah Tangga yang Mempunyai Akses Sanitasi
per Propinsi Tahun 2002

Bali

DKI Jakarta
Sulawesi Utara
Jawa Timur
Kalimantan Timur
DI Yogyakarta
Jawa Tengah
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Maluku Utara**
Maluku*
INDONESIA
Bengkulu
Sulawesi Selatan
Lampung
NTT
Jambi
Nangroe Aceh
Bangka Belitung**

NTB
Sumatera Selatan*
Jawa Barat*
Sulawesi Tengah
Banten**
Riau
Papua***
Gorontalo
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat

Lebih rinci lagi, kondisi kabupaten
dan kota juga dapat diklasifikasikan dengan menggunakan metode ini. Hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
PRIORITAS PENANGANAN AIR MINUM
DAN SANITASI KABUPATEN/KOTA

Air Minum dan Sanitasi
Air Minum
Sanitasi
Total

I
87
28
26
141

PRIORITAS
II
III
IV
37 27
79
40 31
15
15 18
40
92 76 134

Berdasar tabel di atas, terlihat bahwa
kabupaten/kota yang perlu mendapat
perhatian relatif berimbang dengan kabupaten/kota yang relatif baik kondisi air
minum dan sanitasinya. Secara umum,
kabupaten/kota yang perlu mendapat prioritas utama dalam penanganan air
minum dan sanitasi adalah sebanyak 87
kabupaten/kota. Sementara kabupaten/kota yang perlu mendapat prioritas utama

Sumber: Indonesia Human Development Report 2004
Keterangan:
* = Propinsi yang mengalami pemekaran
** = Propinsi baru hasil pemekaran
*** = propinsi berubah nama

dalam penanganan air minum saja sebanyak
28 kabupaten/kota, dan penanganan sanitasi saja sebanyak 26 kabupaten/ kota.
Tentunya pemeringkatan menurut
prioritas seperti yang dilakukan di atas
tidak perlu diterjemahkan secara harfiah
dalam arti bahwa ketika daerah tidak
masuk dalam prioritas utama maka daerah tersebut tidak perlu melakukan pembangunan di sektor air minum dan sanitasi. Gambaran di atas hanya ingin mem-

beri ilustrasi lebih rinci tentang kondisi
air minum dan sanitasi Indonesia dan
tidak hanya pada skala rata-rata nasional
sehingga akan terlihat betapa kondisi kita
sangat beragam. Diharapkan ini akan
memberi masukan bagi langkah pencapaian target MDG di masa depan.
Hasil selengkapnya dari kondisi air
minum dan sanitasi per kabupaten/kota
dapat diakses pada situs AMPL
www.ampl.or.id „ (OM)

9
Percik
Oktober 2004