PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK M (1)

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR NO. 1 TUKADSUMAGA
I Putu Mahendrawan, I Wayan Suwatra, I Made Suarjana
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
Email: tu.hendra27@gmail.com, suwatra_pgsd@yahoo.co.id,
pgsd_undiksha@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran
matematika siswa kelas V Sekolah Dasar No. 1 Tukadsumaga Tahun Pelajaran
2013/2014 dengan penerapan pendekatan kontekstual. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas V SD No. 1 Tukadsumaga yang berjumlah 24 orang. Data hasil
belajar siswa dikumpulkan dengan metode tes. Data dianalisis menggunakan analisis
data statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD
No. 1 Tukadsumaga. Pada siklus I diperoleh persentase hasil belajar sebesar 72,91%
berada pada kategori sedang. Selanjutnya pada siklus II, persentase hasil belajar
matematika sebesar 81,25% berada pada kategori tinggi.
Kata kunci

: pendekatan kontekstual, hasil belajar matematika

Abstract
The purpose of this study was to determine the increase the learning outcomes of
mathematics for fifth grade students of SD No. 1 Tukadsumaga in the academic year
2013/2014 applying contextual teaching learning. The design of this study is Classroom
Action Research (CAR) consisted of two cycles. The subjects of this research were the
fifth grade students of SD No. 1 Tukadsumaga amounted to 24 students. The data of
learning outcomes were collected by using test. The data were analyzed using
quantitative descriptive analysis method. The result of this research showed that the
contextual teaching learning can enchane the learning outcomes of mathematics at the
fifth grade students of SD No. 1 Tukadsumaga. In the first cycle the percentage of
student’s learning outcomes is 72.91% and it was classified at moderate. Next, in the
second cycle percentage of student‟ s learning outcomes is of 81.25% and it was

classified at high.
Key words: contextual teaching learning, learning outcomes of mathematics.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan adalah untuk
membentuk manusia yang berkualitas,
mampu bersaing, memiliki budi pekerti yang
luhur
dan bermoral baik.
Kualitas
pendidikan di suatu negara akan sangat
menentukan kualitas sumber daya yang
dimiliki negara tersebut. Keberhasilan
pendidikan terutama pendidikan formal
salah satunya ditentukan oleh keberhasilan
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran.

Menurut Djamarah, dkk (2002), belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang
diakibatkan dari pengalaman dan latihan.
Hilgard (dalam Ismail, 2008) menyatakan
bahwa belajar adalah proses perubahan
melalui kegiatan atau proses prosedur
latihan, baik latihan dilakukan di dalam
laboratorium maupun dalam lingkungan
alamiah.
Peran guru adalah sebagai fasilitator
dan motivator. Guru sebagai ujung tombak
dalam peningkatan mutu pendidikan
bertanggung jawab untuk mengatur,
mengarahkan, serta menciptakan suasana
yang mendorong siswa untuk terlibat dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Peran aktif
siswa sangat diperlukan untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran di kelas.
Dengan partisipasi optimal, siswa akan
mengalami, menghayati, dan tertarik untuk

mempelajari suatu pelajaran. Guru harus
mampu memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan bahan
pembelajaran dan karakteristik siswa
karena anak usia SD masih tergolong pada
dalam kategori praoperasional konkret dan
operasional konkret. Moedjiono dan Dimyati
(1991:1) menekankan bahwa pembelajaran
yang
optimal
adalah
pembelajaran
menggunakan model dan media belajar
yang tepat. Kesalahan dalam memilih
pendekatan
dapat
menyebabkan
terhambatnya tujuan pembelajaran yang
optimal, seperti rendahnya hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, pemilihan model

pembelajaran sangat penting dilakukan
oleh guru untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang baik dan berkualitas
untuk masing-masing mata pelajaran
seperti matematika.
a)
Tingkat keberhasilan belajar siswa
dapat juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor.
Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar menurut Indra
(2009), yaitu faktor internal (dari dalam
individu yang belajar) dan faktor eksternal
(dari luar individu yang belajar). Faktor
internal terdiri dari 1) faktor biologis
(jasmani), keadaan jasmani yang perlu
diperhatikan, pertama kondisi fisik yang

normal atau tidak memiliki cacat sejak
dalam kandungan sampai sesudah lahir.
Kondisi fisik normal ini terutama harus
meliputi keadaan otak, panca indera,
anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan
fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.
Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain makan dan minum yang teratur,
olah raga serta tidur yang cukup. 2) faktor
psikologis,
faktor
psikologis
yang
mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan
kondisi mental seseorang. Kondisi mental
yang dapat menunjang keberhasilan belajar
adalah kondisi mental yang mantap dan

stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal
berikut. Pertama, inteligensi. Inteligensi
atau
tingkat
kecerdasan
seseorang
memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Kedua,
kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor
utama penentu keberhasilan belajar
seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan
menentukan
mampu
atau
tidaknya
seseorang dalam suatu bidang, melainkan
lebih banyak menetukan tinggi rendahnya
kemampuan seseorang dalam suatu
bidang. Sedangkan faktor eksternal (dari
luar individu yang belajar) terdiri dari 1)

faktor
lingkungan
keluarga,
faktor
lingkungan rumah atau keluarga ini
merupakan lingkungan pertama dan utama
pula dalam menentukan keberhasilan
belajar seseorang. Suasana ligkungan
rumah yang cukup tenang, adanya
perhatian dari orang tua terhadap
perkembangan
proses
belajar
dan
pendidikan
anak-anaknya
akan
mempengaruhi keberhasilan belajarnya, 2)
faktor lingkungan sekolah, lingkungan
sekolah

sangat
diperlukan
untuk
menentukan keberhasilan belajar siswa.
Hal
yang
paling
mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa di sekolah

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah,
tata tertib atau disiplin yang ditegakkan
secara konsekuen dan konsisten, dan 3)
faktor lingkungan masyarakat, seorang
siswa hendaknya dapat memilih lingkungan
masyarakat

yang
dapat
menunjang
keberhasilan
belajar.
Masyarakat
merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa karena
keberadaannya
dalam
masyarakat.
Lingkungan
yang
dapat
menunjang
keberhasilan belajar diantaranya adalah,
lembaga-lembaga pendidikan nonformal,
seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes.
Matematika merupakan salah satu
mata pelajaran yang memiliki kedudukan

penting dalam dunia pendidikan. Belajar
matematika
bukan
hanya
sekedar
menghafalkan rumus. Matematika juga
diajarkan bukan hanya untuk mengetahui
dan memahami apa yang terkandung di
dalam matematika itu sendiri, tetapi untuk
membantu melatih siswa agar dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sehingga
siswa mampu memecahkan masalah. NSW
(New South Wales) Departement of
Education
(dalam
Ruadanta,
2010)
mengemukakan hakikat belajar matematika
sebagai berikut.
a) Siswa akan belajar dengan baik kalau
mereka termotivasi. Motivasi memegang
peranan penting dalam belajar. Tanpa
motivasi, siswa tidak akan dapat belajar
dengan baik dan tekun. oleh karena itu,
guru memiliki peranan penting dalam
menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan siswa diarahkan
untuk menyadari akan manfaat belajar
matematika terhadap kehidupan seharihari.
b) Siswa
belajar
matematika
lewat
interaksi.
Dalam
pembelajaran
matematika hendaknya terjadi interaksi
antara siswa dengan lingkungan fisik
maupun
lingkungan
sosial.
Guru
hendaknya mendorong siswa untuk
belajar aktif di kelas, karena pada
dasarnya, proses belajar adalah berbuat,
berinteraksi, menjalani, dan mengalami.
Semua hasil belajar diperoleh melalui
kegiatan siswa itu sendiri.

c) Siswa harus belajar matematika lewat
investigasi. Siswa perlu dilatih untuk
melakukan investigasi mengenai pola,
hubungan, serta proses agar memiliki
kemampuan dalam menguasai konsep.
Dengan
demikian,
siswa
memiiki
kesempatan dalam menemukan dan
mendesain pola serta mendeskripsikan
dan mencatat hubungan yang ada pada
proses tersebut. Hal ini tentunya
bermanfaat
untuk
menambah
ketrampilan siswa dalam memecahkan
masalah matematika.
d) Siswa belajar matematika lewat bahasa.
Matematika adalah bahasa simbol yang
berlaku secara universal dan sangat
padat makna dan pengertian. Oleh
karena itu, bahasa memegang peranan
penting untuk membentuk pemahaman
konsep
siswa.
Guru
hendaknya
memahami pola bahasa yang digunakan
dalam
pembelajan
dan
selalu
mengarahkan siswa untuk menggunakan
bahasa yang baik dan benar agar dapat
membentuk pemahaman siswa terhadap
materi matematika yang dijelaskan.
e) Siswa belajar matematika sebagai
individu, namun tetap dalam konteks
perkembangan intelektual fisik dan
sosial.
Dalam
pembelajaran
matematika, guru hendaknya tetap
memperhatikan perbedaan-perbedaan
individual masing-masing siswa sebagai
bahan pertimbangan dalam pengajaran
pemecahan
masalah
matematika.
Tingkat intelektual, lingkungan serta
kebiasaan-kebiasaan
yang
siswa
merupakan perbedaan individual yang
harus diperhatikan oleh guru.
Dengan
memperhatikan
hal
tersebut, siswa diharapkan dapat berpikir
kreatif agar dapat mengetahui konsep
matematika
yang
diperlukan
dan
memikirkan
berbagai
alternatif
cara
penyelesaian. Siswa dapat mengetahui
materi tersebut tidak hanya terbatas pada
tahap ingatan saja tanpa pengertian (rote
learning) tetapi bahan pelajaran dapat
diserap
secara
bermakna
(meaning
learning). Dalam proses pembelajaran
matematika, guru harus mampu selalu
melibatkan siswa secara aktif untuk
mengembangkan kemampuannya dalam
berpikir rasional, kritis, dan kreatif. Salah

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
satu contohnya dengan mengaplikasikan
materi pembelajaran matematika ke dalam
dunia real, sehingga pembelajaran di dalam
kelas menjadi lebih bermakna dan
menyenangkan.
Namun, tidak semua guru dapat
melaksanakan pembelajaran seperti yang
diuraikan di atas. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan pada siswa kelas
V Sekolah Dasar No.1 Tukadsumaga,
diperoleh data bahwa nilai rata-rata
sebagian siswa kelas V pada mata
pelajaran matematika masih di bawah ratarata. Sebagian besar siswa mendapat nilai
di bawah kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Berdasarkan hasil dari tes awal
diperoleh persentase rata-rata hasil belajar
siswa kelas V dalam mata pelajaran
matematika pada tes awal sebesar 60,42%
dan ketuntasan belajar klasikal sebesar
45,83 %.Berdasarkan fakta tersebut, dapat
diketahui bahwa hasil belajar matematika
pada Sekolah Dasar No.1 Tukadsumaga
masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa
kelas V
pada Sekolah Dasar No.1
Tukadsumaga tidak terlepas dari peran
guru
dalam
proses
pembelajaran.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
No. 1 Tukadsumaga masih diwarnai
dengan paradigma pendidikan lama. Dalam
kegiatan pembelajaran, guru umumnya
cenderung menggunakan metode ceramah
dan kurang melihat kemungkinan untuk
menggunakan pendekatan dan media lain
yang tersedia. Siswa menganggap guru
sebagai sumber belajar yang paling benar
dan siswa lebih banyak mendengar
ceramah guru. Selain itu, siswa banyak
diberi
rumus
dan
dituntut
untuk
menghafalkannnya. Guru menekankan
pembelajaran matematika bukan pada
pemahaman siswa terhadap konsep dan
operasinya,
tetapi
hanya
sekedar
pemberian
informasi.
Dalam
proses
pembelajaran tidak terjadi komunikasi
timbal balik antara guru dan siswa. Hal ini
menyebabkan siswa merasa bosan dan
kurang tertarik pada pelajaran matematika.
Agar tujuan belajar matematika
dapat tercapai, guru hendaknya mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang
aktif, yaitu dengan pemilihan pendekatan
yang tepat dengan karakteristik dan

perkembangan siswa.
Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan adalah
pendekatan
kontekstual.
Pendekatan
kontekstual merupakan suatu pendekatan
yang mengkaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan nyata siswa atau bersifat
konstektual. Siswa akan mengkaitkan
pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga siswa lebih
cepat mengerti dan pembelajaran yang
dilaksanakan menjadi lebih bermakna.
Melalui pendekatan kontekstual, siswa
diharapkan senang belajar matematika,
karena dimulai dari hal-hal yang ada di
sekeliling siswa yang nantinya berdampak
pada peningkatan hasil belajar siswa. Ada
tujuh komponen dalam pembelajaran
kontekstual menurut Direktorat PLP (dalam
Suharta, 2004), yaitu 1) kontruktivisme, 2)
bertanya, 3) menemukan, 4) masyarakat
belajar, 5) pemodelan, 6) penilaian yang
sebenarnya dan 7) refleksi. Melalui
penerapan pendekatan kontekstual, siswa
dapat memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah ketrampilan
untuk menemukan, mengkonstruksi, dan
memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian di atas maka
peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Pada Siswa Kelas V SD No. 1
Tukadsumaga Kabupaten Buleleng”.
Adapun tujuan dari penelitian ini
yaitu adalah untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar matematika setelah diterapkan
pendekatan kontekstual pada siswa kelas V
SD Negeri 1 Tukadsumaga.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian dalam penelitian ini
adalah
Penelitian
Tindakan
Kelas
(Classroom Action Research). Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas V SD
Negeri 1 Tukadsumaga tahun pelajaran
2013/2014 yang berjumlah 24 siswa, yang
terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 17 siswa
perempuan.
Adapun objek dari penelitian ini
adalah hasil belajar matematika siswa kelas
V SD Negeri 1 Tukadsumaga pada tahun
pelajaran 2013/2014.
Pelaksanaan penelitian dimulai dari
tanggal 7 Nopember 2013. Penelitian

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dimulai dengan memberikan test awal (pretest) kepada siswa. Pemberian tes awal
bertujuan untuk untuk mengetahui data
hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika
sebelum
dilaksanakan
tindakan. Kemudian dilanjutkan dengan
perencanaan dan pemberian tindakan.
Siklus I dilaksanakan selama 3 kali
pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan untuk
pelaksanaan
tindakan
(dilaksanakan
selama 6 x 30 menit) dan 1 kali pertemuan
untuk tes akhir siklus (1 x 50 menit).
Pertemuan pertama dilaksanakan pada
tanggal 8 Nopember 2013 dengan
pemberian materi mengenai mengitung luas
trapesium. Pertemuan kedua dilaksanakan
pada tanggal 9 Nopember 2013 dengan
pemberian materi mengenai menghitung
luas layang-layang. Selanjutnya, tes akhir
siklus dilaksanakan pada tanggal 11
Nopember 2013.Penelitian ini dilakukan
atau dilaksanakan dalam dua siklus, yang
masing-masing siklus terdiri dari empat
tahapan, yaitu: (a) perencanaan, (b)
pelaksanaan, (c) pengamatan, dan (d)
refleksi.
Pengumpulkan
data
dalam
penelitian ini menggunakan metode tes.
Metode tes dalam penelitian ini digunakan
untuk mengukur hasil belajar siswa kelas.
Butir-butir tes disesuaikan dengan pokok
bahasan yang akan diberikan agar dapat
mengukur tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Instrumen yang digunakan
adalah tes tulis dalam bentuk uraian yang
dirancang sendiri oleh peneliti serta

diberikan
pada
akhir
kegiatan
pembelajaran. Jumlah soal pada setiap tes
akhir siklus terdiri dari 10 butir soal, masing
– masing butir soal memiliki bobot 10.
Setelah data dalam penelitian ini
terkumpul maka selanjutnya dilakukan
analisis data. Dalam menganalisis data ini
digunakan
metode
analisis
statistik
deskriptif
untuk
mengetahui
adanya
peningkatan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika. Data yang
terlebih
dahulu
dianalisis
adalah
menentukan rata-rata (M) skor hasil belajar
siswa pada siklus. Rumus yang digunakan
untuk mencari rata-rata skor.
X
(1)
M
N
Rumus yang digunakan untuk mencari
persentase hasil belajar.

(2)
Setelah rata-rata (M) skor hasil
belajar siswa pada siklus diketahui,
selanjutnya analisis data yang dilakukan
adalah menentukan tingkat persentase
hasil
belajar
siswa
dengan
cara
membandingkan persentase rata-rata (M%)
dengan kriteria PAP skala 5 dengan kriteria
sebagai berikut.

Tabel 1 Kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5
Persentase
90 – 100
80 – 89
65 – 79
55 – 64
0 – 54

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus. Penelitian dilaksanakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa, dengan
subjek penelitian adalah siswa kelas V SD
No. 1 Tukadsumaga dengan jumlah siswa
sebanyak 24 orang. Penelitian ini dilakukan

Kriteria Hasil Belajar Matematika
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
(sumber: Agung, 2005:97)
dengan
menggunakan
pendekatan
kontekstual.
Pelaksanaan tindakan siklus I
disesuaikan dengan prosedur penelitian
yaitu terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan,
pelaksanaan,
observasi/evaluasi,
dan
refleksi.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Adapun kegiatan yang dilakukan
pada tahap perencanaan ini, yaitu (1)
koordinasi dengan pihak sekolah, (2)
melakukan
analisis
kurikulum
untuk
mengetahui kompetensi dasar yang akan
disampaikan
kepada
siswa
dengan
menggunakan pendekatan kontekstual, (3)
menyusun
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan kontekstual, (4) menyiapkan
alat dan media pembelajaran, (5)
mempersiapkan
alat
evaluasi
pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran pada
pertemuan pertama siklus I dimulai dari
guru menggali pengetahuan awal siswa
dengan
bertanya
dan
melakukan
demonstrasi. Siswa juga mengamati model
berupa berbagai macam bangun datar dan
sebagai contoh dalam pembelajaran
melakukan percobaan untuk menemukan
rumus luas bangun datar trapesium. Pada
kegiatan berikutnya siswa membentuk
kelompok setiap kelompok terdiri dari 4
orang. Masing-masing kelompok berdiskusi
mengerjakan soal latihan yang telah
dibagikan oleh guru. Pada saat melakukan
diskusi
kelompok,
siswa
senantiasa
diarahkan dan dibimbing dalam melakukan
diskusi
kelompok.
Perwakilan
dari
kelompok
diberi
kesempatan
untuk
menyampaikan hasil diskusinya di depan
kelas dan siswa dari kelompok lain
menanggapi jawaban yang disampaikan
oleh temannya. Guru bersama siswa
membahas soal yang dikerjakan siswa dan
memberikan konfirmasi dalam bentuk
perbaikan/pelurusan.
Setelah
siswa
menyampaikan hasil diskusi, siswa diajak
untuk menyimpulkan materi yang telah
dipelajari. Kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan pemberian tes sebagai evaluasi
untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat
memahami materi pelajaran melalui
penerapan pendekatan kontekstual.
Proses
pembelajaran
pada
pertemuan kedua siklus I dilaksanakan
hampir sama dengan pada pertemuan
pertama. Seperti pada pertemuan pertama,
pembelajaran
dimulai
dengan
melaksanakan kegiatan awal. Dilanjutkan
dengan melaksanakan kegiatan inti yang
dimulai dengan membaca buku sumber

yang
akan
digunakan
oleh
guru,
mengorganisasikan
siswa
ke
dalam
kelompok belajar, melakukan diskusi
kelompok, penyampaian hasil diskusi dan
dilanjutkan dengan kegiatan refleksi serta
evaluasi pada akhir pembelajaran.
Pada pertemuan ketiga siklus I
hanya diadakan tes akhir siklus I kepada
seluruh siswa
kelas V
SD No. 1
Tukadsumaga. Tes yang dimaksud berupa
esai sebanyak 10 butir soal, masing –
masing butir soal memiliki bobot 10.
Berdasarkan hasil evaluasi siklus I,
diketahui terjadi peningkatan persentase
rata-rata hasil belajar dan ketuntasan
belajar matematika siswa kelas V.
Walaupun terjadi peningkatan namun
ketuntasan belajar siswa belum mencapai
minimal 80%. Sehingga penelitian ini
dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Sebelum
melanjutkan
tindakan
berikutnya, peneliti melakuakn refleksi
terhadap hasil pelaksanaan siklus I.
Refleksi dilakukan terhadap hambatan atau
kendala
yang
ditemukan
selama
pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi ini
digunakan
sebagai
dasar
untuk
memperbaiki
dan
menyempurnakan
pelaksanaan tindakan pada siklus II.
Adapun hal-hal yang ditemukan dari
pelaksanaan siklus I antara lain:
1) Siswa masih belum terbiasa dengan
pendekatan baru. Siswa lebih sering
hanya mendengarkan dan mencatat
penjelasan guru. Oleh karena itu, peneliti
menyampaikan secara singkat tentang
pendekatan kontekstual.
2) Masih ada siswa yang tidak membawa
alat belajar yang lengkap, seperti pulpen,
pensil
dan
penggaris.
Hal
ini
menyebabkan mereka sering meminjam
alat kepada temannya dan menjadi ribut.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru
selalu mengingatkan siswa untuk
menyiapkan alat belajar yang harus
dibawa.
3) Pada saat kegiatan diskusi kelompok
berlangsung, ada beberapa siswa yang
kurang berkonsentrasi/serius melakukan
diskusi. Mereka melakukan kegiatan lain
seperti bermain atau membicarakan hal
yang
tidak
berhubungan
dengan
pembelajaran.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

4) Siswa

belum
terbiasa
untuk
mengungkapkan gagasan yang mereka
miliki/ketahui.
5) Pada ruang belajar kelas V belum
terpasang listrik sehingga ruang belajar
menjadi gelap pada waktu tertentu dan
tidak bisa menggunakan sarana belajar
yang membutuhkan energi listrik.
Dari
kendala-kendala
yang
ditemukan pada siklus I, peneliti dan guru
mendiskusikan cara mengatasi kendalakendala tersebut untuk nantinya diterapkan
pada siklus II. Adapun cara mengatasi
masalah tersebut, yaitu:
1) Mengarahkan dan membimbing siswa
agar dapat meningkatkan aktifitas
belajar.
2) Memberi kesempatan kepada semua
siswa untuk menyampaikan gagasan
mereka agar mereka memiliki tanggung
jawab untuk mengerjakan tugas yang
diberikan.
3) Memberikan motivasi dan reinforcement
agar siswa lebih berani mengungkapkan
gagasan mereka.
4) Melakukan koordinasi dengan guru
mengenai penggunaan ruang kelas bila
memungkinkan.
Berdasarkan hasil refleksi, maka
penelitian tindakan kelas ini perlu
dilanjutkan
untuk
peningkatan
dan
penyempurnaan selanjutnya.
Siklus II dilaksanakan selama tiga
kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan
untuk pelaksanaan tindakan (dilaksanakan
selama 6 x 30 menit) dan 1 kali pertemuan
untuk tes akhir siklus (1 x 30 menit).
Pertemuan pertama pada siklus II
dilaksanakan pada tanggal 14 Nopember
2013 dengan pemberian materi tentang
menggunakan rumus luas trapesium dalam
pemecahan
masalah
sehari-hari.
Pertemuan kedua berlangsung pada
tanggal 15 Nopember 2013, yang
membahas materi tentang menggunakan
rumus
luas
layang-layang
dalam
pemecahan masalah sehari-hari. Tes akhir
siklus II dilaksanakan pada tanggal 16
Nopember 2013. Pelaksanaan tindakan
pada siklus II hampir sama dengan
pelaksanaan siklus I, hanya pelaksanaan
tindakan siklus II dirancang berdasarkan
hasil refleksi pada siklus I. Hasil refleksi

siklus I digunakan untuk menyempurnakan
tindakan pada siklus II. Rencana tindakan
pada siklus II ini perlu disusun secara
matang guna memaksimalkan pelaksanaan
tindakan pada siklus II.
Adapun kegiatan yang dilakukan
pada tahap perencanaan siklus II, yaitu (1)
melakukan diskusi dengan guru untuk
mengoptimalkan pelaksanaan tindakan, (2)
menyusun
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan kontekstual, (3) menyiapkan
alat dan media pembelajaran, (4)
menyusun LKS, (5) mempersiapkan alat
evaluasi pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran pada
pertemuan pertama dan kedua siklus II
pembelajaran kontekstual dimulai dari guru
menggali pengetahuan awal siswa dengan
bertanya dan memberikan waktu kepada
siswa untuk membaca buku tentang materi
yang akan diberikan Siswa diajak
melakukan percobaan untuk mengukur luas
benda yang berbentuk trapesium dan
layang-layang. Pada kegiatan berikutnya
siswa
membentuk
kelompok
setiap
kelompok terdiri dari 4 orang. Masingmasing kelompok berdiskusi mengerjakan
soal latihan yang telah dibagikan oleh guru.
Pada saat melakukan diskusi kelompok,
siswa diarahkan dan dibimbing dalam
melakukan diskusi kelompok. Siswa yang
kurang aktif diberikan motivasi agar mereka
mau bekerja. Perwakilan dari kelompok
diberi kesempatan untuk menyampaikan
hasil diskusinya di depan kelas dan siswa
dari kelompok lain menanggapi jawaban
yang disampaikan oleh temannya. Guru
memilih secara acak
untuk
dapat
mengerjakan soal yang diberikan. Guru
bersama siswa membahas soal yang
dikerjakan
siswa
dan
memberikan
konfirmasi
dalam
bentuk
perbaikan/pelurusan.
Setelah
siswa
menyampaikan hasil diskusi, siswa diajak
untuk menyimpulkan materi yang telah
dipelajari. Kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan pemberian tes sebagai evaluasi
untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat
memahami materi pelajaran melalui
penerapan
pendekatan
kontekstual.
Pertemuan ketiga siklus II hanya
diadakan tes akhir siklus II kepada seluruh
siswa kelas V SD No. 1 Tukadsumaga.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Tes yang dimaksud berupa esai sebanyak
10 butir soal, masing – masing butir soal
memiliki bobot 10
Berdasarkan
hasil
evaluasi
pelaksanaan siklus II, terjadi peningkatan
rata-rata hasil belajar dan ketuntasan
belajar siswa. Tindakan pada siklus II
merupakan penyempurnaan dan perbaikan
terhadap
permasalahan-permasalahan
yang muncul pada siklus I. Dengan
penyempurnaan tersebut, hasil belajar pada
siklus II meningkat dari kategori cukup pada
siklus I menjadi tinggi pada siklus II. Hal
yang sama juga terjadi pada ketuntasan
belajar siswa, dari cukup pada siklus I
menjadi tinggi pada siklus II dan memenuhi
syarat ketuntasan belajar yang ditetapkan
peneliti, sehingga dapat dinyatakan hasil
belajar matematika siswa dalam Siklus II
dinyatakan tuntas. Dengan demikian,
tindakan tersebut sudah dapat dihentikan
atau sudah dapat dikatakan berhasil.
Kendala-kendala yang muncul pada
siklus I dapat terpecahkan pada siklus II ini
terlihat dari temuan di siklus II, antara lain
siswa sudah mulai terbiasa dengan
pendekatan kontekstual, siswa terlihat
antusias dalam mengikuti pembelajaran,
serta siswa menjadi terlatih untuk berani
mengungkapkan gagasannya. Siswa tidak
sekedar mendengar dan mencatat semua
penjelasan guru. Hal ini diakibatkan karena
pendekatan kontekstual melatih siswa
untuk memecahkan masalah dengan
Dari
kendala-kendala
yang
ditemukan pada siklus I, peneliti dan guru
mendiskusikan cara mengatasi kendalakendala tersebut untuk nantinya diterapkan
pada siklus II. Adapun cara mengatasi
masalah tersebut antara lain: 1) guru
senantiasa mengarahkan dan menciptakan
suasana yang mendorong siswa untuk
terlibat dalam kegiatan pembelajaran di
kelas, 2) memberikan motivasi kepada
siswa agar siswa berani menyampaikan
gagasan yang dimilikinya, 3) memberikan
penguatan kepada siswa yang sudah mau
berusaha mengemukakan gagasannya
sehingga siswa tidak merasa takut
mengungkapkan gagasannya, 4) memberi
kesempatan kepada semua siswa untuk
menyampaikan gagasan mereka agar
mereka memiliki tanggung jawab untuk
mengerjakan tugas yang diberikan, dan 5)

melakukan
koordinasi
dengan
guru
mengenai penggunaan ruang kelas bila
memungkinkan menghubungkan antara
konten pelajaran dengan situasi nyata
sesuai
kehidupan
siswa,
sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
mudah dipahami. Kebermaknaan yang
ditimbulkan dari penerapan pendekatan
kontekstual
dalam
pembelajaran
matematika memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan
yang mereka miliki dan kemampuan
berpikir alternatif dalam memecahkan
setiap
masalah
matematika
dan
penerapannya dalam kehidupan seharihari.
Jika
siswa
sering
dilatih
menyelesaikan
masalah-masalah
matematika, siswa akan merasakan
manfaat belajar matematika, seperti
meningkatnya kemampuan nalar, ide dan
kreativitasnya dalam pembelajaran yang
nantinya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Dalam penerapan pendekatan
kontekstual interaksi siswa tidak terbatas
hanya dengan guru, siswa juga dapat
berinteraksi dengan temannya. Siswa diberi
kesempatan untuk bekerjasama dalam
kelompoknya saat mengerjakan soal-soal
latihan. Melalui kelompok belajar, siswa
dapat berlatih bekerjasama, berinteraksi
sosial, bertukar pengetahuan, menghargai
gagasan atau pendapat anggota kelompok,
dan berdiskusi untuk menentukan jawaban
yang tepat, sehingga siswa mengalami
perkembangan
pengetahuan
melalui
pengalaman dalam proses pembelajaran.
Peningkatan rata-rata hasil belajar dan
ketuntasan belajar pada siklus I dan siklus
II dapat digambarkan dalam bentuk
diagram seperti gambar
1 berikut

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

100
80
60
40
20
0

72.91 66.66

60.41

81.25 83.33

hasil belajar
ketuntasan belajar

45.83

pra siklus

siklus I

siklus II

Gambar 1 Grafik Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Siswa

. Berdasarkan diagram diatas dapat
dilihat bahwa rata-rata hasil belajar
matematika pada pra siklus diperoleh
sebesar 60,41 berada pada kategori
kurang, siklus I diperoleh rata-rata hasil
belajar sebesar 72,91
berada pada
kategori sedang. Sedangkan pada siklus II
rata-rata hasil belajar matematika sebesar
81,25 berada pada kategori tinggi.
Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada
pra siklus sebesar 45,83%, siklus I sebesar
66,66%. Sedangkan pada siklus II
ketuntasan belajar sebesar 83,33%.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasi analisis data dan
pembahasan yang telah diuraikan dapat
disimpulkan bahwa:
Penerapan pendekatan kontekstual
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
matematika siswa kelas V SD No. 1
Tukadsumaga. Hal ini dapat diketahui dari
rata-rata persentase hasil belajar
matematika siswa secara klasikal dari siklus
I yaitu sebesar 72,91% dan pada siklus II
sebesar 81,25%. Jadi dari siklus I ke siklus
II terjadi peningkatan secara klasikal yaitu
sebesar 8,34%. Peningkatan ketuntasan
belajar siswa pada siklus I sebesar 66,66%
menjadi 83,33% pada siklus II.
Berdasarkan simpulan di atas maka
dapat disajikan beberapa saran sebagai
berikut.
1) Diharapkan kepada guru kelas atau guru
matematika, khususnya di SD No. 1
Tukadsumaga
untuk
menerapkan

pendekatan
kontekstual
untuk
meningkatkan hasil belajar yang optimal.
2) Bagi siswa diharapkan untuk berani
membiasakan diri untuk bertanya dan
mengungkapkan gagasan-gagasan yang
dimiliki/ketahui, serta selalu berlatih
mengerjakan soal-soal yang diberikan
oleh guru.
3) Bagi peneliti selanjutnya yang berminat
menggunakan pendekatan kontekstual
dalam
pembelajaran
untuk
lebih
dikembangkan
lebih
lanjut
agar
penelitian yang dilaksanakan dapat
mencapai hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Fakultas
Ikmu Pendidikan Institut Keguruan
dan Keilmuan Negeri Singaraja.
Dimyati,

& Moedjiono. 1991. Strategi
Belajar
Mengajar.
Jakarta:
Depdikbud.

Djamarah, dkk. 2002. Straegi Belajar
Mengajar: Jakarta: Rineka Cipta
Indra. 2009. Pengertian dan Definisi Hasil
Belajar.
Tersedia
pada
http://indramunawar.blogspot.com/
2009/06/hasil-belajar-pengertian-

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dan-definisi.html (diakses pada
tanggal 23 November 2010).
Ismail, Ilyas. 2008.Ilmu Pendidikan Praktis.
Jakarta: Ganeca Exact.
Ruadanta, I Komang. 2010. Penerapan
Pendekatan Matematika Realistik
Indonesia
(PMRI)
Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Siswa Kelas 1 Semester 2
Sekolah
Dasar
Nomor
2
Petandakan
Tahun
Pelajaran
2009/2010.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Undiksha
Singaraja.
Suharta, I Gusti Putu. 2004. Kumpulan
Karya Ilmiah (Makalah). Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Negeri
Singaraja,
UPT.
Perpustakaan.

.