THE CRIME OF PORNOGRAPHY ON INTERNET MEDIA | Subekti | Lex Journal: Kajian Hukum & Keadilan 556 1439 1 PB

THE CRIME OF PORNOGRAPHY ON INTERNET MEDIA
Subekti*
Noenik Soekorini*
Dudik Djaya Sidarta*
The development of the internet gave birth to new problems. Among them appear
more sophisticated crime in the form of "cybercrime". It is characterized by the rapid growth
of the porn sites. The crime of pornography is often the case on the internet among other
pornographic material, pornographic material have, keep pornographic material, distributing
pornographic material, showing pornographic material, pornographic material lend, make
yourself as an object porn, prostitution and online advertising pornographic contents. Issues
to be studied in this research is how the sanctions against the crime of pornography via the
Internet as well as how best to cope with the crime of pornography via the Internet.
Sources of law consists of primary legal materials, including regulation, secondary law,
namely literature books and journals related to the problems studied. Overall primary legal
materials and secondary legal materials will be analyzed using descriptive analysis is an
analytical analysis that describes or depicts nature of regulations. The results of this research
are positive law in Indonesia is still inadequate or non-compliance related to the development
of pornography on the internet, which limits the granting of pornography that is not clear,
where the authorities to take specific actions to address the problem of pornography, the
penalty is too light, obscurity party deems appropriate to account for crimes categorized as
pornography. The efforts have been made but the evils of pornography is still ongoing due to

the difference in interest between the interests of Internet entrepreneurs society in general,
especially the lives of young people qualified in the present and the future.
Keywords: Pornography, sanctions, countermeasures
ABSTRAK
Berkembangnya internet melahirkan permasalahan baru. Diantaranya muncul
kejahatan yang lebih canggih dalam bentuk “cybercrime”. Hal ini ditandai dengan
berkembang pesatnya situs-situs porno. Tindak pidana pornografi yang sering terjadi di
internet antara lain membuat materi porno, memiliki materi porno, menyimpan materi porno,
menyebarluaskan materi porno, mempertontonkan materi porno, meminjamkan materi porno,
menjadikan diri sebagai objek porno, prostitusi online dan iklan yang bermuatan pornografi.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sanksi terhadap
tindak pidana pornografi melalui media internet serta bagaimanakah upaya untuk
menanggulangi tindak pidana pornografi melalui media internet. Sumber bahan hukum terdiri
dari bahan hukum primer, meliputi peraturan perundangan-undangan, bahan hukum sekunder yaitu
buku-buku literatur dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Keseluruhan
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif
analistis yaitu suatu analisis yang sifatnya menjelaskan atau menggambarkan tentang peraturan
yang berlaku.

Hasil dari penelitian ini adalah hukum positif Indonesia masih kurang memadai atau adanya

ketidaksesuaian jika dikaitkan dengan perkembangan pornografi di internet, dintaranya
pemberian batasan pornografi yang tidak jelas, pihak mana yang berwenang untuk melakukan
tindakan tertentu dalam mengatasi masalah pornografi, ancaman hukuman yang terlalu
ringan, ketidakjelasan pihak yang dianggap tepat untuk mempertanggungjawabkan kejahatan
yang dikategorikan pornografi. Upaya penanggulangan telah dilakukan tetapi kejahatan

pornografi masih terus berlangsung dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara
pengusaha internet dengan kepentingaan masyarakat pada umumnya terutama kehidupan
generasi muda yang berkualitas di masa sekarang dan yang akan datang.
Kata kunci : Pornografi, sanksi, penanggulangan
*Subekti, SH., M. Hum, Noenik Soekorini, SH., MH, Dudik Djaya Sidarta, SH., M. Hum adalah Dosen Fakultas
Hukum Universitas Dr. Soetomo

generasi yang akan datang terutama pada

A. PENDAHULUAN
Era Reformasi sampai saat ini telah
menghembuskan

udara


kebebasan

moral dan mental generasi muda, sebagai
generasi penerus bangsa.

terhadap pikiran rakyat. Kebebasan ini

Berbagai sarana serta fasilitas yang ada di

mencakup kebebasan untuk berekspresi

internet membuat orang-orang di seluruh

maupun kebebasan untuk menuntut hak-

belahan bumi berbondong-bondong untuk

hak


Namun,

memanfaatkan tehnologi yang berbasis

kebebasan tanpa ada batasan yang jelas,

pada komputer dan telekomunikasi ini.

yang mengatur tentang kebebasan itu

Tidak dipungkiri bahwa kehadiran internet

sendiri, pada akhirnya akan membawa

mampu merubah pola kehidupan manusia

dampak

pada


diberbagai bidang. Dalam pemanfaatannya

moralitas

internet dapat menjadi seorang guru yang

Kebebasan berekspresi yang

serba tahu, berbagai ilmu, pengetahuan,

yang

belum

yang

terpenuhi.

dapat


berakibat

menurunnya
bangsa.

dituangkan melalui internet (tehnologi

informasi

informasi) pada akhirnya menimbulkan

diinginkan manusia tersaji disana.

suatu fenomena baru yang disebut dengan

serta

segala

sesuatu


yang

Seolah-olah sekarang ini sangat sulit untuk

yang

memproteksi jaringan internet dari serbuan

menampilkan pornografi dinilai dapat

pebisnis hiburan yang menjual pornografi.

merusak

mengikis

Disadari atau tidak, kehadiran internet telah

tindak


mempercepat penyebaran informasi ke seluruh

muncul

dunia. Mengakses informasi, termasuk gambar-

lebih canggih dalam

gambar porno, dapat dilakukan dengan mudah

bentuk “cybercrime ”. Hal ini ditandai

tanpa harus mengeluarkan uang dalam jumlah

dengan berkembang pesatnya situs-situs

besar. Andil internet dalam penyebaran gambar

porno dalam berbagai tampilan situs yang


atau foto porno seakan tak terbendung. Pornografi

sangat

Tanpa kita sadari

dalam media internet (cyberporn) dapat diakses

dampak dari pornografi dapat merusak

dengan mudah, baik melalui komputer pribadi

kehidupan

maupun warung-warung internet (warnet), sudah

Pornografi.

Tayangan-tayangan


moralitas

akhlak

serta

kriminalitas.

bangsa,

menimbulkan
Diantaranya

kejahatan yang

menggoda.

masyarakat


sekarang

dan

sangat meresahkan. Kekhawatiran akan adanya

ancam dengan penjara maksimal hingga 12

kemudahan dan peluang bagi anak-anak untuk

tahun dan denda Rp. 6.000.000.000,00

memperoleh data porno menjadi kenyataan

(enam miliar rupiah).

karena tanpa pengawasan, para remaja dapat

Secara umum kejahatan yang terjadi di

dengan mudah mengakses sendiri internet atau

internet hampir semua dapat disebut

mendatangi warnet-warnet yang tersedia.

sebagai suatu bentuk kejahatan yang lama

Tindak pidana pornografi yang sering

seperti

terjadi di internet antara lain membuat

pornografi tetapi dengan media internet ini

materi porno, memiliki materi porno,

berbagai

menyimpan

porno,

menjadi rumit dan menimbulkan berbagai

materi

penipuan,

pencurian,

serta

bentuk kejahatan yang ada

menyebarluaskan

materi

porno,

kerugian yang cukup besar serta korban

mempertontonkan

materi

porno,

yang tidak hanya dalam satu wilayah

meminjamkan materi porno, menjadikan

teritorial hukum saja, melainkan dapat

diri sebagai objek porno, prostitusi online

terjadi diluar yuridiksi hukum yang ada di

dan iklan yang bermuatan pornografi.

berbagai negara.
Dalam melakukan pencegahan dan

Pornografi merupakan akar permasalahan
yang akan menimbulkan berbagai penyakit

penanggulangan

masyarakat

sosial,

pornografi, peran keluarga dan masyarakat

seperti penyimpangan perilaku seksual,

menjadi ujung tombak dalam pencegahan

pelacuran, seks bebas, penyakit mematikan

tindak pidana ini (non penal), penindakan

HIV/AIDS dan merosotnya moral generasi

hukum terhadap pelaku tindak pidana

penerus bangsa. Dalam penanganan tindak

pornografi dalam hukum pidana Indonesia

pidana pornografi di internet, beberapa

saat ini dirasa belum bekerja dengan

hukum pidana Indonesia telah mengatur

maksimal

tentang

pidana

kelemahan dan kekurangan pada substansi

pada

pengaturannya, mulai dari batasan-batasan

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008,

pornografi yang kurang jelas, sistem

dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

penerapan sanksi pidana yang terlalu

2008 tentang ITE. Dalam Hukum pidana

ringan, hingga penegakan hukum yang

Indonesia,

tidak

dan

permasalahan

perbuatan

kesusilaan,

tindak

diantaranya

tindak

terdapat

pidana

pornografi

terhadap

karena

konsisten

memiliki

sehingga

tindakan

beberapa

terjadinya

diancam dengan pidana yang sangat berat,

kekaburan

contohnya dalam Pasal 29 Undang-undang

mengatakan,“Selain dapat mengakses atau

Nomor

perbuatan

meng-search dan memperoleh apa saja

menyebarluaskan materi pornografi di

dari web-web yang tersaji di internet juga

44

tahun

2008

norma.

Burhan

Bungin

ada ratusan website yang secara spesifik

atau tidak langsung, tingkah laku secara

menjual gambar erotica dan informasi

erotis, baik dengan lukisan, gambar,

porno. Ada yang free tapi ada juga yang

tulisan, suara, reklame, iklan, maupun

bayar atau ikut menjadi member di web

ucapan, baik melalui media cetak maupun

tersebut.”1

elektronik yang dapat membangkitkan

“Kekhawatiran
kemudahan

dan

akan

Pornografi dapat berupa gambar

memperoleh informasi

visual atau foto dua dimensi, bentuk

porno atau situs porno menjadi kenyataan,

patung atau relief di tembok, dalam bentuk

tanpa

teks tertulis, hasil rekaman kaset atau

pengawasan,

mengakses

remaja

sendiri

bagi

nafsu birahi.

anak

dibawah umur

peluang

adanya

gampang
atas

siaran radio (audio), komunikasi interaktif

mendatangi warnet-warnet yang tersedia”.2

lewat saluran telepon, pesan-pesan sort

Pengertian pornografi menurut Pasal 1

Massange Service (SMS) melalui telepon

ayat

Pornografi

seluler, produk tayangan televisi (audio-

adalah “Gambar, sketsa, ilustrasi, foto,

visual). Sajian data digital dalam situs-

tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,

situs

animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh,

animasi interaktif. Pornografi memang

atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai

merupakan sebuah istilah yang sangat

bentuk media komunikasi dan pertunjukan

tidak jelas batas-batasannya. Pornografi

di muka umum, yang memuat kecabulan

didefinisikan sebagai bentuk resentasi

atau eksploitasi seksual yang melanggar

(dalam literature, film, video, drama, seni

norma kesusilaan dalam masyarakat.”

rupa, dan sebagainya) yang tujuannya

(1)

internet

Undang-Undang

Majelis Ulama Indonesia (MUI)
memberikan

satu

definisi

web,

adalah

sehingga

untuk

berupa

menghasilkan

gambar

kepuasan

pornografi

seksual. Pornografi berarti tulisan, gambar

adalah menggambarkan, secara langsung

atau patung, atau barang pada umumnya
yang berisi atau menggambarkan sesuatu
yang menyinggung rasa susila dari orang

1

2

Burhan Bungin, Pornomedia ,
Prenadamedia, Jakarta,hal.55

yang membaca atau melihatnya.

Agus Rahardjo,Cybercrime Penahanan
dan Pencegahan Kejahatan Berteknologi,
Citra Aditya Bakti, Bandung

Pada

Pada 2008 yang lalu, tepatnya.
tanggal

26

November

2008.

Kementrian hukum dan hak asasi manusia
Republik

Indonesia

telah

mensahkan

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008
tentang

pornografi

meskipun

banyak

gejolak di masyarakat yang pro maupun

upaya dilakukan orang untuk meramaikan

kontra terhadap Undang-Undang tersebut,

bisnis hitam ini. Seiring dengan kemajuan

tetapi kehadiran undang-undang tentang

daya

pornografi ini memberi sanksi pidana yang

bertambah banyak bentuk-bentuk produk

cukup adil ketimbang sanksi pidana yang

yang dihasilkan oleh bisnis ini. Bentuk-

terdapat di KUHP. Akan tetapi walaupun

bentuk produk pornografi diantaranya

sudah ada aturan hukum yang baru

adalah poster porno, kartu dan stiker

kenyataan yang terjadi di masyarakat

porno, merchandise porno, kalender bikini,

khususnya

penegakan

majalah, tabloid dan surat kabar porno,

hukum belum adanya suatu penanganan

cerita fiksi, novel dan komik porno,

yang

billboard

dalam

serius

lingkup

yang

diterapkan

untuk

kreasi

tersebut,

porno,

maka

siaran

semakin

radio

porno,

mengatasi masalah. Keseriusan aparat

layanan premium call porno, klip musik

penegak hukum dalam memberantas kasus

porno, situs internet porno, dan game

pornografi

interaktif.

yang

ada

di

internet

(Cyberporn) merupakan langkah awal

Internet adalah kependekan dari

yang harus di jalani untuk meminimalkan

Interconnected

atau mencegah kasus pornografi di internet

merupakan

yang nantinya membawa dampak pada

komunikasi yang bisa menghubungkan

gejala-gejala sosial negatif lainnya seperti,

antar satu komputer dengan komputer

aborsi, pemerkosaan, human trafficking

lainnya sehingga menjadi sebuah jaringan,

atau penyakit fisik lainnya yang timbul

jaringan ini mencakup seluruh dunia. Bisa

dari adanya pergaulan bebas di kalangan

kita

masyarakat.

komputer di seluruh dunia, dan semua

Berdasarkan latar belakang yang
diuraikan

di

atas

maka

peneliti

Network.

sebuah

bayangkan

ada

melalui

suatu

sistem

dinamakan

internet.

sanksi terhadap tindak pidana pornografi

memberikan

definisi

melalui media internet serta bagaimanakah

berikut:

pornografi melalui media internet?
B. KAJIAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum Tentang Pornografi
Ketika pornografi telah menjadi
aliran bisnis tersendiri, berbagai kreasi dan

teknologi

berapa

banyak

komputer tersebut bisa saling terhubung

merumuskan permasalahan bagaimanakah

upaya untuk menanggulangi tindak pidana

sistem

Internet

jaringan

yang

Mac

Bride

internet

sebagai

“Internet adalah jaringan komunikasi global
yang
terbuka
dan
menghubungkan
ribuan jaringan
komputer,
melalui
sambungan telepon umum maupun
pribadi (pemerintahmaupun swasta). Secara
individual, jaringan komponen-komponennya
dikelola oleh agen-agen pemerintah,

universitas, organisasi komersial, maupun
sukarelawan. "3
Ihwal pornografi pada tahun 1990
ditandai semakin terbentuknya paradigma
di

masyarakat

bahwa

tontonan

atau

hiburan-hiburan yang sedikit atau banyak
dibumbui

dengan

hal-hal

erotis

dan

kemolekan tubuh perempuan mempunyai
daya tarik tersendiri bagi masyarakat
khalayak

ilmu, produksi film tidak lagi

terletak pada sebuah alur maupun cerita
yang didalamnya mampu lebih pada siapa
bintang

filmnya,

adegan

panasnya

bagaimana, pemikat ini pada saat itu
menjadi sebuah tontonan yang laris manis
di hadapan penonton. Pada media cetak
juga demikian dan tidak berbeda jauh,
pada saat itu pula media cetak sering

dan peluang bagi anak di bawah umur
memperoleh

porno

menjadi

kenyataan, apalagi remaja yang memasuki
usia-usia

rentan

yang

gampang

terpengaruh dan mencoba hal-hal baru
yang belum pernah dialaminya.
Internet menyediakan beragam
fasilitas yang hampir semuanya tersaji
lewat alamat atau homepage yang tersedia.
Kalau kita ada waktu, kemudian
mengakses internet kemudian coba jalanjalan
ke
Website,
Yahoo.com,
Google.com, disana akan kita temui
berbagai macam situs yang dapat dengan
leluasa dimasuki, termasuk juga situs seks
yang banyak ragam jumlahnya, majalah,
buku cerita, jurnal maupun film di internet
juga ada ratusan website yang secara
spesifik menjual gambar erotika dan
informasi porno baik yang free maupun
yang juga harus membayar atau ikut
member di web tersebut.5

menampilkan dan menyajikan topik-topik
yang berbau pornografi dan pornoaksi.

data

Melihat
mengakses

begitu

mudah

gambar-gambar

orang

erotik

di

internet, maka sudah dapat dipastikan
2. Pornografi pada Media Internet
Pornografi melalui internet yang
dapat diakses dengan mudah, baik melalui
komputer pribadi maupun warung internet
(warnet),

sudah

sangat

meresahkan.4

Kekhawatiran akan adanya kemudahan

bahwa masyarakat, “khususnya remaja
pada umumnya yang sering mengakses
internet pernah melihat gambar tersebut”.6
Di Indonesia laju perkembangan internet
di

awal

tahun

2000-an

seiring

perkembangan itu pula, tayangan porno,
media cetak porno, atau cerita-cerita porno

3

Mac Bride, Seri Belajar Sendiri
Internet,Terjemahan oleh Sugeng Panut, Jakarta:
Kesaint Blanc, 2003, hal.1.

4

Imam
Syahputra,
Problematika Hukum Internet Indonesia,
Prenhallindo, Jakarta, 2002, h.57

baik yang berupa buku ataupun tabloid

5

Burhan Bungin, op.cit h.54

6

Ibid h.55

sedikit demi sedikit tergantikan oleh
kehadiran internet itu sendiri. Setelah
keberadaan internet semakin dikenal oleh
khalayak umum di Indonesia justru malah
semakin marak timbulnya gambar atau
video porno yang beredar di internet yang
melibatkan beberapa individu yang asli
Indonesia baik dari kalangan artis, pejabat,

memuat kecabulan atau ekploitasi
seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat.
(2) Jasa pornografi adalah segala jenis
layanan pornografi yang disediakan
oleh orang perorangan atau korporasi
melalui
pertunjukan
langsung,
televisi, kabel, televisi terrestrial,
radio,
telepon,
internet,
dan
komunikasi elektronik lainnya serta
surat kabar, majalah, dan barang
cetakan lainnya.

pelajar, mahasiswa sampai orang-orang
C. METODE PENELITIAN

biasa pada umumnya.
Perubahan

media

pornografi

maupun pornoaksi dari Video, cakram,
film, maupun majalah ke media internet
yang sebelumnya belum dialami oleh
masyarakat

Indonesia,

terlepas

dari

kontroversi itu dengan kehadiran internet,
“percepatan akan penyebaran informasi ke
seluruh

dunia

sungguh

luar

biasa.

Mengakses informasi, termasuk gambargambar

porno

maupun

film,

dapat

dilakukan dengan mudah tanpa harus
mengeluarkan uang banyak”.7
UU No. 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi Pasal 1 menyatakan :
(1)

Dalam Undang-undang ini yang
dimaksud dengan pornografi adalah
gambar,
sketsa, ilustrasi, foto,
tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak,
animasi,
kartun,
percakapan, gerak tubuh, atau bentuk
pesan lainnya melalui berbagai
bentuk media komunikasi dan/atau
pertunjukan di muka umum, yang
7

Imam Syahputra Loc.cit. h.60

Tipe penelitian

ini adalah penelitian

yuridis normatif atau penelitian hukum
kepustakaan, bahan pustaka merupakan
bahan

primer.

Bahan-bahan

hukum

sebagai sumber utamanya, terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-

bahan hukum yang mengikat, diantaranya
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008
Tentang

Pronografi,

Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik.
b. Bahan hukum sekunder8, yakni sumber
rujukan

yang

8

memberikan

penjelasan

Bahan hukum tersier atau
bahan hukum penunjang, pada dasarnya
mencakup:
(1)
bahan-bahan
yang
memberikan petunjuk terhadap bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, yang
telah dikenal dengan nama bahan acuan
bidang hukum atau bahan rujukan bidang
hukum. Contohnya, adalah misalnya, abstrak
perundang-undangan, bibliografi hukum,
direktori pengadilan, ensiklopedia hukum,
indeks majalah hukum, kamus hukum, dan
seterusnya; dan (2) bahan-bahan primer,

Peraturan

mengenai bahan hukum primer seperti buku-

perundang-undangan

buku hukum, majalah-majalah, kar ya tulis

yang

larangan

penyebaran

ilmiah, makalah seminar, tulisan atau karya

pornografi sudah banyak,

diantaranya

tulis ilmiah yang bersumber dari situs internet

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999

yang berkaitan dengan permasalahan yang

tentang Pers, Undang-Undang Nomor 32

diteliti.

Tahun 2002 tentang Penyiaran, Undang-

memuat

Keseluruhan bahan hukum primer

Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

dan bahan hukum sekunder akan dianalisis

Perlindungan Anak. Peraturan perundang-

menggunakan analisis deskriptif analistis

undangan

yaitu

sifatnya

memadai dan belum memenuhi kebutuhan

menjelaskan atau menggambarkan tentang

hukum untuk memberantas pornografi

peraturan yang berlaku. Penelitian hukum

secara efektif. Oleh karena itu, sejak tahun

yang menggunakan pendekatan yuridis

2006

normatif dilakukan dengan menggunakan

Rancangan

bahan hukum yang diperoleh dari studi

Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) di

pustaka

Dewan

suatu

analisis

atau

Berdasarkan

yang

dokumen

hal

ini,

hukum.

maka

tersebut

telah

dianggap

bergulir

pembahasan

Undang-Undang

Perwakilan

kurang

Rakyat

Anti

Republik

dalam

Indonesia. Dalam perjalanannya, RUU

menganalisis bahan-bahan hukum yang

APP berganti menjadi RUU Pornografi

diperoleh, peneliti menggunakan teknik

dan pada tanggal 30 Oktober 2008, DPR

analisis isi (content analysis), yaitu suatu

RI mengesahkan UU Pornografi melalui

analisis terhadap isi bahan hukum yang

Sidang Paripurna.

telah diperoleh.

Pro dan Kontra mewarnai sebelum

D. PEMBAHASAN

1.

dan sesudah lahirnya UU Pornografi
Sanksi

terhadap

terhadap beberapa hal seperti batasan

Tindak

Pidana

pornografi, sanksi pidana, dan peran serta

Pornografi

melalui

masyarakat.

Media Internet

Pemerintah

dan

Meskipun

demikian,

DPR

menyadari

RI

sepenuhnya bahwa Indonesia perlu segera
memiliki
sekunder dan penunjang (tersier) di luar
bidang hukum, misalnya, yang berasal dari
bidang sosiologi, ekonomi, ilmu politik, filsafat
dan lain sebagainya, yang oleh para peneliti
hukum dipergunakan untuk melengkapi
ataupun menunjang data penelitiannya.

UU

pertimbangan
penyebarluasan,

Pornografi

dengan

bahwa

pembuatan,

dan

penggunaan

pornografi dipandang sudah semakin luas
dan dapat mengancam kehidupan sosial
masyarakat. Kita masih ingat berbagai

tindak

kriminal

masyarakat

terjadi

seperti

di

tengah

pemerkosaan

dan

dari menjamurnya situs-situs atau website
yang

memuat

unsurunsur

pornografi,

pelaku

perbuatan ini sangat sering terjadi karena

terdorong melakukannya setelah menonton

mudahnya seseorang untuk meng-Upload

film porno di internet, kasus maraknya

materi pornografi ke situs/website dan para

penyebaran foto bugil di internet dari hasil

konsumen/penggunapun

rekayasa foto, kasus jual-beli VCD Porno

mendapatkannya, cukup dengan cara men-

yang melibatkan orang dewasa maupun

download file di situs/website tertentu,

anak-anak,

kasus

seorang (baik anak-anak maupun orang

lainnya. Dengan lahirnya UU Pornografi

dewasa) sudah bisa memperoleh materi-

dimaksudkan

meteri pornografi.

pelecehan

seksual

dan

dimana

masih

untuk

si

banyak

segera

mencegah

sangat

mudah

dan

Larangan untuk menyebarluaskan

komersialisasi seks di masyarakat dan

materi-materi pornografi ini sesuai dengan

memberikan

dan

ketentuan pasal 4 ayat 1 UU Pornografi,

perlindungan bagi warga negara dari

yang berbuyi: “Setiap orang dilarang

pornografi,

memproduksi, membuat, memperbanyak,

berkembangnya

pornografi

kepastian

terutama

hukum

bagi

anak

dan

menggandakan,

perempuan.
Dalam Undang-undang Pornografi,

menyiarkan,

menyebarluaskan,

mengimpor,

mengekspor,

Yang dimaksud dengan "Membuat" adalah

menawarkan,

tidak termasuk untuk dirinya sendiri dan

menyewakan,

kepentingan sendiri. Proses penayangan

pornografi yang secara eksplisit memuat” :

gambar-gambar/video porno di internet

1.

tidak lepas dari seseorang yang menjadi

persenggamaan yang menyimpang, 2.

pelaku

pornografi

Kekerasan seksual, 3. Masturbasi atau

(Cyberporn) tersebut. Pelaku Cyberporn

onani, 4. Ketelanjangan atau tampilan

tersebutsebelum menyiarkan/menayangkan

yang mengesankan ketelanjangan, 5. Alat

gambar/video

kelamin, atau 6. Pornografi anak.

tindak

terlebih

pidana

tersebut,

dahulu

pelaku

melakukan

telah

memperjualbelikan,
atau

menyediakan

Persenggamaan,

termasuk

perbuatan

Pornografi didalam KUHP lebih

“Membuat gambar/video yang diketahui

dikenal dengan istilah delik kesusilaan

isinya

atau

melanggar

kesusilaan

dengan

maksud untuk disiarkan di muka umum”.
Dalam
perbuatan

dunia

maya/Internet,

menyebarluaskan

Kejahatan

Namun

yang

Terhadap

Kesusilaan.

mendekati

pengertian

Pornografi itu sendiri termuat di dalam

materi

Pasal 281 KUHP sampai Pasal 283 KUHP.

pornografi sangat sering terjadi, terlihat

Pornografi dalam KUHP diatur dalam

Buku II Bab XIV tentang Kejahatan

tata susila umum atau tidak, tetapi cukup

Kesusilaan Pasal 281 sampai dengan Pasal

jika ia dapat menimbulkan nafsu birahi

282 dan Buku III Bab VI tentang

anak-anak muda. Yang dinilai adalah

Pelanggaran Kesusilaan Pasal 532 sampai

akibatnya terhadap diri si anak muda dan

dengan 533, keduanya hanya memuat

bukan suatu perbandingan dengan moral

norma-norma yang tidak boleh dilanggar

umum.

dan memuat sanksi-sanksinya.
Sebagaimana

Pasal 533 KUHP pada umumnya

diketahui

bahwa

disebut sebagai subsider pada tuntutan

Pasal 282 KUHP adalah pasal yang

jaksa disamping Pasal 282 KUHP agar

melarang publikasi yang bersifat porno.

supaya sesuatu perbuatan yang tidak dapat

Pasal 281 KUHP dan 282 KUHP adalah

dihukum menurut Pasal 282 KUHP masih

kejahatan,

KUHP

dapat dipersalahkan menurut Pasal 533

merupakan pelanggaran. Pasal 282 KUHP

KUHP. Pandangan dan pembatasan serta

bermaksud melindungi

norma-norma

definisi mengenai pornografi dari pasal-

sosial pada umumnya, sedangkan Pasal

pasal yang ada dalam KUHP Indonesia

533 KUHP ingin melindungi kepentingan

tidak tercantum dengan jelas sehingga

anak-anak muda yang belum dewasa.

belum cukup untuk dijadikan dasar atau

Yang dilarang ialah “pada tempat yang

landasan hukum bagi para penegak hukum

diperuntukkan untuk lalu lintas umum,

untuk mengambil tindakan hukum.

sedangkan

533

mempertunjukkan ....... sesuatu yang dapat
menimbulkan

nafsu

birahi

anak-anak

muda”.

Karena kelemahan yang terdapat
dalam KUHP tersebut akhirnya pada tahun
2008

diundangkan

Undang-Undang

Delik yang diancam dengan Pasal

Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.

282 adalah lebih serius daripada yang

Sebagai landasan filosofi dari Undang-

diancam dengan Pasal 533. Dalam Pasal

Undang Pornografi tersebut sebagaimana

533 KUHP tidak disinggung lagi “yang

ditegaskan di dalam Konsideran Undang-

melanggar

tetapi

Undang Pornografi adalah bahwa negara

“menimbulkan nafsu birahi anak-anak

Indonesia adalah negara hukum yang

muda”. Berarti bahwa tulisan atau gambar

berdasarkan Pancasila dengan menjunjung

atau benda yang bersangkutan dapat

tinggi nilai-nilai moral, etika, akhlak

membawa akibat terangsangnya nafsu

mulia, dan kepribadian luhur bangsa,

birahi

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

kesopanan”

anak-anak

muda.

Tidak

dipersoalkan lagi apakah tulisan atau

Maha Esa,

gambar itu merupakan pelanggaran pada

dalam

menghormati kebinnekaan

kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa,

dan

bernegara,

serta

didengar dan dirasa. Sehingga menjadi

melindungi harkat dan martabat setiap

suatu stimulus, baik yang menyebabkan

warga

negara.

Dimana

pembuatan,

ataupun tidak menyebabkan, bangkitnya

dan

penggunaan

gairah

penyebarluasan,

seksual

dalam

atau

sarana

tertentu,

tengah

mengancam

komunikasi telepon, handphone, e-mail;

kehidupan dan tatanan sosial masyarakat

dan lain-lain yang bersifat dan mempunyai

Indonesia,

fungsi komunikasi. Unsur ini menjelaskan

yang

sehingga

dibentuklah

UU

Pornografi 2008.

media

waktu

pornografi semakin berkembang luas di
masyarakat

melalui

jangka

bahwa setiap alat komunikasi yang didapat

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

digunakan sebagai media atau sarana yang

Pornografi menegaskan bahwa Pornografi

mengandung pornografi yang dapat dilihat,

adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto,

dibaca, didengar dan dirasakan oleh orang

tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,

lain. b.

animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh,

televisi,

atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai

majalah, spanduk, pamflet, dan lain-lain

bentuk

yang

media

komunikasi

dan/atau

Pertunjukan di muka umum
radio,

bersifat

internet,

dan

film,

berfungsi

koran,

sebagai

pertunjukan di muka umum, yang memuat

pertunjukkan dan dapat dinikmati oleh

kecabulan atau eksploitasi seksual yang

siapa pun. Yang dimaksud pada media ini

melanggar

adalah suatu sarana atau media yang dapat

norma

kesusilaan

dalam

masyarakat.

dengan jelas dan nyata disaksikan oleh

Melihat dari pengertian tersebut,

orang lain selain pelaku. Dimana yang

maka Pornografi mengandung beberapa

dimaksud

unsur yaitu, a. bentuk dari pornografi

tersebut adalah baik yang menyaksikan

dapat berupa gambar, sketsa, ilustrasi,

satu orang atau lebih atau pronografi

foto,

tersebut

tulisan,

suara,

bunyi,

gambar

dengan

berada

“dimuka

di

wilayah

umum”

yang

bergerak, animasi, kartun, percakapan,

seharusnya pelaku mengetahui sebagai

gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya.

tempat yang sering dilalui oleh orang lain

Pornografi

apapun

selain pelaku. Misalnya, toilet umum atau

sebagaimana disebutkan diatas, termasuk

pasar, Mengandung isi kecabulan; atau

dalam bentuk-bentuk yang belum pernah

eksploitasi seksual;

dan/atau
pembentuk

dapat

tidak

berbentuk

pernah

diduga

undang-undang.

oleh

Bentuk-

Bahwa
menampilkan

pornografi
sifat-sifat

yang

harus
cabul

bentuk tersebut harus dapat dideteksi oleh

dan/atau erotis. Cabul dan erotis memiliki

panca indera manusia, yaitu dapat dilihat,

makna yang berbeda. Perbuatan cabul

tidak menimbulkan rangsangan birahi dua

norma hukum selalu dijaga dan diawasi

arah,

menimbulkan

oleh norma agama, dalam kontek Ke-

rangsangan birahi satu arah yaitu pada diri

Indonesia-an. Sebagaimana dengan yang

pelaku.

kakek

diungkapkan oleh mantan Hakim Agung

mencabuli anak kecil. Maka si kakek yang

Oemar Seno Adjie, bahwa delik kesusilaan

memiliki rangsangan birahi, sedangkan si

di ancam pidana di Indonesia bukan

anak kecil tidak. Sehingga perkataan cabul

karena di muka umum, tetapi menurut

bisa disepadankan dengan kata “tidak

pandangan agama perbuatan melanggar

senonoh”

kesusilaan itu dilarang.

cabul

hanya

Misalnya:

atau

tidak

seorang

sopan

menurut

kesusilaan.

Untuk mencegah dan memberantas

Sedangkan

Erotis

mengakibatkan

penyebaran pornografi lewat komputer dan

munculnya rangsangan birahi pada orang

internet,

yang memperhatikannya. Hal ini berlaku

peraturan

universal, artinya tidak pada spesifik

memuat larangan penyebaran pornografi

golongan

Seorang

dalam bentuk informasi elektronik yakni

seniman bisa saja tidak terangsang dengan

UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi

sesuatu erotisme, namun seorang pelajar

dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pasal

SMA, pada umumnya, pasti terangsang

27 ayat (1) menyatakan ”Setiap Orang

dengan erotisme. Sehingga menjadi tidak

dengan

etis bila erotisme dipandang hanya dari

mendistribusikan

sudut seniman atau kelompok tertentu,

mentransmisikan dan/atau membuat dapat

karena erotisme berlaku universal dan

diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

umum. Sehingga harus diujikan kepada

Dokumen

beberapa golongan usia dan golongan

muatan yang melanggar kesusilaan”.

umur

dan

status.

status di masyarakat.

norma

telah

memiliki

perundang-undangan

sengaja

dan

yang

tanpa

hak

dan/atau

Elektronik

yang

memiliki

Sanksi pidana akan dikenakan bagi

Dari beberapa norma, yaitu norma
hukum,

Indonesia

norma

seperti dinyatakan dalam Pasal 27 ayat (1)

kesusilaan, norma kesusilaan adalah norma

yakni pidana penjara paling lama 6 (enam)

yang

yang

tahun dan/atau denda paling banyak Rp

dengan

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

perubahan strata masyarakat. Sedangkan

Dengan berlakunya UU Pornografi, UU

norma

mengikuti

ITE dan peraturan perundangan-undangan

perkembangan yang ada di masyarakat.

yang memuat larangan pornografi tetap

Namun kedinamisan norma susila dan

berlaku

termasuk

dinamis,

ia

agama

sebagai

berubah

hukum

dan

setiap orang yang melakukan perbuatan

norma
sesuai

biasanya

sepanjang

tidak

bertentangan

dengan UU Pornografi. Hal ini telah

lama 4 (empat) tahun atau denda paling

ditegaskan dalam Pasal 44 UU Pornografi.

banyak 2 miliar rupiah.

UU Pornografi menjerat bagi setiap

Bagi orang yang memiliki website

orang yang memiliki atau menyimpan

yang menyajikan cerita porno, foto bugil,

produk

film

pornografi

(kecuali

untuk

porno,

dan

berbagai

informasi

kepentingan pribadi). Ketentuan tentang

bermuatan pornografi akan dijerat dengan

larangan kepemilikan produk pornografi

Pasal 4 ayat (1) UU Pornografi dengan

dinyatakan dalam Pasal 6 bahwa :

pidana penjara paling singkat 6 (enam)

Setiap

orang

dilarang

bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun

mempertontonkan,

dan/atau pidana denda paling sedikit Rp

memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan

250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta

produk

rupiah)

memperdengarkan,

pornografi

kecuali

diberi

dan

paling

banyak

Rp

kewenangan oleh perundang-undangan.

6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).

Yang dimaksud “diberi kewenangan oleh

Bandingkan dengan sanksi pidana dalam

perundang-undangan” misalnya lembaga

UU ITE, terhadap setiap orang yang

sensor

menyebarkan informasi pornografi (Pasal

film,

penyiaran,

lembaga

lembaga

pengawasan

penegak

hukum,

27 ayat (1)) dikenai pidana penjara paling

lembaga pelayanan kesehatan dan lembaga

lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling

pendidikan.

banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar

Selanjutnya, Pasal 43 memerintahkan

rupiah). Tampaknya, sanksi pidana dalam

kepada setiap orang yang menyimpan atau

UU Pornografi lebih berat. Yang dimaksud

memiliki

dengan "membuat" dalam Pasal 4 tidak

produk

pornografi

untuk

memusnahkan sendiri atau menyerahkan

termasuk

kepada

kepentingan sendiri. Dengan demikian,

pihak

yang

berwajib

untuk

dimusnahkan dalam waktu paling lama 1

seseorang

bulan sejak

UU

pornografi

Pemusnahan

yang

menghapus

semua

Pornografi
dimaksud
file

berlaku.
seperti
komputer

bermuatan pornografi yang tersimpan di

untuk

dirinya

yang

sendiri

membuat

untuk

dan

produk

kepentingan

sendiri/pribadi tidak dapat dijerat dengan
pasal-pasal dalam UU Pornografi.
Pasal

27

ayat

(1)

UU

ITE

CD, Harddisk, Flash disk atau media

menggunakan kata ’dapat diaksesnya’,

penyimpanan lainnya. Tentu, bagi orang

yang berarti setiap orang dengan sengaja

yang masih menyimpan produk pornografi

dan tanpa hak membuat dapat diaksesnya

akan terkena sanksi pidana penjara paling

informasi elektronik bermuatan pornografi
atau pelanggaran kesusilaan akan terkena

sanksi

pidana.

Contoh,

Seseorang

Kegiatan

seperti

Pornografi

itu terdapat link (hubungan) ke website

penyimpanan yang lain, lalu menyewakan

lain yang memuat gambar porno maka

atau menjualnya merupakan perbuatan

orang

ikut

yang melanggar Pasal 4 ayat (1) UU

atau

Pornografi, bagi si pelaku dikenakan

mengarahkan orang lain mengakses situs

pidana penjara paling singkat 6 (enam)

porno.

perbuatan

bulan dan paling lama 12 (duabelas) tahun

seseorang mengirimkan pesan lewat email

dan/atau pidana denda paling sedikit Rp

kepada orang

250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta

dapat

menyebarluaskan

dituduh
pornografi

Contoh

yang

lain,

lain dan memberitahu

media

rupiah)

Perbuatan

orang

6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).

perbuatan

menyebarluaskan

juga

termasuk
pornografi

yang dilarang dalam UU ITE.

paling

atau

keberadaan situs porno yang dapat diakses.
itu

dan

CD

file

memiliki website. Bila di dalam website

itu

ke

mengcopy

Kegiatan

banyak

seseorang

Rp

untuk

memfasilitasi pembuatan, penggandaan,

Dalam UU ITE, diatur pula larangan

penyebarluasan, penjualan, penyewaan,

mengubah atau memanipulasi informasi

penggunaan produk pornografi merupakan

elektronik sehingga seolah-olah tampak

kegiatan yang dilarang dalam Pasal 7 UU

asli. Kita sering mendengar dan melihat

Pornografi. Bagi pelaku yang melanggar

berita tentang tindak kriminal dari pelaku

Pasal 7 dikenai pidana penjara paling

rekayasa foto seperti foto artis, pejabat

singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 15

atau orang lain yang diubah dari tidak

(lima belas) tahun dan/atau pidana denda

bugil menjadi bugil (seolah-olah foto asli).

paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu

Kegiatan

miliar

merekayasa

foto

tersebut

rupiah)

dan

paling

banyak

termasuk perbuatan yang dilarang dalam

Rp7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima

UU ITE terkait dengan Pasal 35 yaitu

ratus juta rupiah). Bandingkan dengan UU

setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak

ITE, Setiap Orang dengan sengaja dan

atau

tanpa

melawan

hukum

melakukan

hak

atau

melawan

hukum

manipulasi informasi elektronik sehingga

mengadakan atau menyediakan perangkat

dianggap seolah-olah data yang otentik.

keras atau perangkat lunak Komputer yang

Berdasarkan pasal 51 (1) Bagi si pelaku

digunakan untuk memfasilitasi perbuatan

dikenai sanksi pidana dengan pidana

penyebarluasan

penjara paling lama 12 (duabelas) tahun

perbuatan yang dilarang dalam Pasal 34

dan/atau

ayat (1) UU ITE. Bagi pelaku berdasarkan

denda

paling

(duabelas) miliar rupiah.

banyak

12

pornografi

merupakan

pasal pasal 50 akan dikenai pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau

peran orang tua untuk mengawasi dan

denda

Rp

memberi penjelasan kepada anak-anak

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

untuk tidak mengunduh pornografi lewat

Perbuatan

internet atau media lainnya’

paling

itu

banyak

termasuk

keterlibatan

seseorang menyediakan fasilitas berupa
perangkat

keras

untuk

perbuatan yang dilarang dalam UU ITE.

menggandakan atau memperbanyak file-

”Si A adalah pemilik rental VCD berbagai

file pornografi dalam CD atau media

macam film. Suatu hari, dia mendapatkan

penyimpanan

kiriman satu VCD dari seseorang yang

yang

komputer

Contoh kasus yang terkait dengan

lain

agar

dapat

disebarluaskan.

tidak dikenal. Isi VCD berupa video

Setiap orang yang memiliki produk

singkat yang memuat permainan sex

pornografi mendapatkannya dengan cara

sepasang suami-isteri. Dalam cerita ini, si

membeli, memperoleh secara gratis atau

suami isteri itu sengaja membuat video

mengunduh dari internet. Mengunduh

tersebut untuk kepentingan pribadi bukan

adalah

untuk

kegiatan

mengalihkan

atau

dipublikasikan,

tapi

entah

mengambil file dari sistem teknologi

bagaimana video itu jatuh ke tangan orang

informasi

Kegiatan

lain (si A). Kemudian, si A meng-copy

mengunduh sering dilakukan di internet,

video itu ke dalam beberapa VCD, lalu

seperti mengunduh artikel ilmiah, berita,

menyebarkan atau menjualnya. Pekerjaan

cerita humor dan informasi lainnya. Tapi,

Si A tidak hanya menjual VCD, si A juga

mengunduh

merupakan

memiliki kegemaran untuk merekayasa

perbuatan yang dilarang pada Pasal 5 UU

foto-foto artis menjadi tampak dalam pose

Pornografi. Setiap orang yang mengunduh

bugil, malahan si A memiliki website yang

pornografi dikenai pidana penjara paling

dirancangnya sendiri untuk menfasilitasi

lama 4 (empat) tahun atau denda paling

pemuatan

banyak 2 miliar rupiah. Pemerintah telah

pornografi baik gambar asli atau gambar

berupaya untuk melakukan pemblokiran

rekayasa.”

terhadap akses situs porno agar tidak dapat

Dari kasus di atas, perbuatan si A dapat

diunduh dengan menyediakan software

dijerat dengan pasal-pasal dalam UU ITE

antipornografi. Meskipun demikian, situs

sebagai berikut:

porno di internet bertambah jumlahnya

1. Perbuatan si A dengan sengaja dan

setiap saat, sehingga penggunaan software

tanpa hak telah mendistribusikan informasi

antipornografi perlu dibarengi dengan

elektronik dan dokumen elektronik berupa

upaya yang lain, misalnya memberdayakan

video singkat yang melanggar kesusilaan.

dan

komunikasi.

pornografi

video

dan

gambar-gambar

Untuk itu Pasal 27 ayat 1 akan menjerat si

pribadi bukan untuk dipublikasikan. Si

A. Pasal 27 ayat 1 : ”Setiap Orang dengan

artis memiliki foto asli tidak dalam pose

sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

bugil, tapi karena ulah si A, foto asli

dan/atau

dan/atau

diubah menjadi foto rekayasa dalam pose

Informasi

bugil. Untuk itu Pasal 36 akan menjerat

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

pula si A. Pasal 36 : ”Setiap Orang dengan

yang memiliki muatan yang melanggar

sengaja dan tanpa hak atau melawan

kesusilaan”.

hukum melakukan perbuatan sebagaimana

2.Perbuatan si A melakukan manipulasi

dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan

terhadap informasi elektronik berupa foto

Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian

artis untuk diubah menjadi foto dalam

bagi Orang lain”.

pose bugil. Tujuan dari manipulasi ini

4.Perbuatan si A mengadakan perangkat

adalah mencemarkan nama baik artis dan

lunak berupa website yang bertujuan untuk

membuat foto hasil rekayasa seolah-olah

menfasilitasi pendistribusian foto/gambar

otentik atau asli. Untuk itu Pasal 27 ayat 3

bersifat pornografi. Untuk itu Pasal 34 ayat

dan Pasal 35 akan menjerat pula si A.

1 bagian a akan menjerat pula si A. Pasal

Pasal 27 ayat 3 : ”Setiap Orang dengan

34 ayat 1 bagian a : ”Setiap Orang dengan

sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

sengaja dan tanpa hak atau melawan

atau mentransmisikan atau membuat dapat

hukum

diaksesnya

Informasi

Elektronik

atau

mengadakan

Dokumen

Elektronik

yang

memiliki

mengimpor,

membuat

mentransmisikan
dapat

diaksesnya

memproduksi,

menjual,

untuk

digunakan,
mendistribusikan,

muatan penghinaan atau pencemaran nama

menyediakan, atau memiliki perangkat

baik”. Pasal 35 : ”Setiap Orang dengan

keras atau perangkat lunak Komputer yang

sengaja dan tanpa hak atau melawan

dirancang

hukum melakukan manipulasi, penciptaan,

dikembangkan

perubahan,

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

Informasi

penghilangan,
Elektronik

atau

pengrusakan
Dokumen

Elektronik dengan tujuan agar Informasi
Elektronik

atau

Dokumen

Elektronik

atau

secara
untuk

khusus

memfasilitasi

Pasal 27 sampai dengan Pasal 33”.
Dari pasal-pasal yang dapat menjerat
si A maka ketentuan pidana yang terkait

tersebut dianggap seolah-olah data yang

termuat pada pasal-pasal sebagai berikut:

otentik”.

1. Pasal 45 ayat 1 : ”Setiap Orang yang

3. Perbuatan si A mengakibatkan kerugian

memenuhi unsur sebagaimana dimaksud

bagi suami isteri dan artis. Si suami isteri

dalam Pasal 27 ayat(1), ayat (2), ayat (3),

membuat video itu untuk kepentingan

atau ayat (4) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 6 (enam) tahun

peraturan

dan/atau

memuat larangan penyebaran pornografi

denda

paling

banyak

perundang-undangan

yang

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

dalam bentuk informasi elektronik yakni

2. Pasal 50 : ”Setiap Orang yang

UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi

memenuhi unsur sebagaimana dimaksud

dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pasal

dalam Pasal 34 ayat (1) dipidana dengan

27 ayat 1 berbunyi ”Setiap Orang dengan

pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)

sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

tahun dan/atau denda paling banyak

dan/atau

Rp10.000.000.000,00

membuat

(sepuluh

miliar

mentransmisikan
dapat

diaksesnya

dan/atau
Informasi

rupiah).”

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

3. Pasal 51 ayat 1 : ”Setiap Orang yang

yang memiliki muatan yang melanggar

memenuhi unsur sebagaimana dimaksud

kesusilaan”. Sanksi pidana akan dikenakan

dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana

bagi

penjara paling lama 12 (dua belas) tahun

perbuatan seperti dinyatakan dalam pasal

dan/atau

banyak

27 ayat 1 yakni pidana penjara paling lama

Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar

6 (enam) tahun dan/atau denda paling

rupiah).”

banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

4. Pasal 51 ayat 2 : ”Setiap Orang yang

rupiah).

memenuhi unsur sebagaimana dimaksud

Pornografi,

dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana

denda

paling

setiap

orang

Dengan

melakukan

berlakunya

peraturan

perundangan-undangan

yang

memuat

penjara paling lama 12 (dua belas) tahun

larangan

tetap

berlaku

dan/atau

banyak

sepanjang tidak bertentangan dengan UU

Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar

Pornografi. Hal ini telah ditegaskan dalam

rupiah).

Pasal 44 UU Pornografi.

paling

UU
1. Upaya Menanggulangi Tindak
Pidana

Pornografi

melalui

Upaya

pornografi

Pornografi
pasal-pasal

Penanggulangan

tidak

hanya

larangan

tetapi

memuat pula peran serta masyarakat dan
pemerintah

Media Internet
a.

memuat

ITE

UU

dan

denda

UU

yang

penyebarluasan

untuk

mencegah

pornografi.

Pasal

15

Berdasarkan

dikatakan “Setiap orang berkewajiban

Peraturan Perundang- Undangan

melindungi anak dari pengaruh pornografi

Pornografi

Untuk mencegah dan memberantas

dan

mencegah

akses

anak

terhadap

penyebaran pornografi lewat komputer dan

pornografi”. Selanjutnya, dalam ketentuan

internet,

umum pada Pasal 1 yang dimaksud dengan

Indonesia

telah

memiliki

Anak adalah seseorang yang belum berusia

melaporkan

18 (delapan belas) tahun. Untuk usia di

sosialisasi kepada masyarakat tentang

bawah 18 tahun, akses pornografi oleh

pornografi dan upaya pencegahannya.

anak-anak kemungkinan dilakukan lewat

Peran serta masyarakat

Internet,

peraturan

dan

tempat

yang

mudah

pelanggaran,

melakukan

harus sesuai

perundang-undangan

dijangkau adalah Warnet. Bagi pemilik

berlaku,

dan

boleh melakukan tindakan main hakim

pengelola

warnet

mengawasi

dan

pornografi

lewat

mengatur

posisi

berkewajiban

mencegah
internet,

akses

maksudnya

yang

sendiri,

tindakan

agar

lainnya, hal ini ditegaskan dalam Bagian
Penjelasan UU Pornografi.

mengakses situs porno, menggunakan
software antipornografi dan upaya lainnya.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Untuk melaksanakan UU Pornografi,
Aparat

Penegak

kewenangan

wajib melakukan pencegahan pembuatan,

memberantas

penyebarluasan,

pornografi.

dengan

pemutusan

jaringan

penggunaan

cara

razia

(sweeping) atau tindakan melawan hukum

menyulitkan pengunjung warnet untuk

pornografi

kekerasan,

misalnya

komputer

dan

masyarakat tidak

melakukan

untuk

memiliki

mencegah

penyebaran
Berbagai

dan
produk

upaya

dapat

dilakukan diantaranya melakukan razia

dan

(sweeping) di berbagai tempat termasuk

penyebarluasan produk pornografi atau

pengguna komputer untuk memeriksa

jasa pornografi, termasuk pemblokiran

keberadaan produk pornografi, menindak

melalui

para

internet.

pembuatan

Hukum

Pemerintah

melalui

pembuat

website

pornografi,

Depkominfo telah membuat software untuk

melakukan penyuluhan tentang bahaya

memblokir situs porno yang tersedia di

pornografi dan sanksi pidana. Kewenangan

websiteDepkominfo,www.depkominfo.go.id

Aparat tersebut dipertegas dalam Pasal 25

yang dapat didownload secara gratis oleh

UU Pornografi tentang penyidikan bahwa

siapapun, baik pemilik warnet, para orang

penyidik

tua maupun guru.

memeriksa

Pemerintah
mengembangkan

daerah

berwenang

edukasi

misalnya

internet,

berwenang
file
media

membuka

komputer,
optik,

penyimpanan data

akses,
jaringan

serta

elektronik

bentuk
lainnya.

penyuluhan ke sekolah-sekolah tentang

Pemilik data atau penyimpan data atau

bahaya

penyedia jasa layanan elektronik wajib

dan

Masyarakat
berperan

dampak
diharapkan

serta

penyebarluasan

pornografi.
dapat

untuk
pornografi

ikut

mencegah
dengan

menyerahkan

atau

membuka

elektornik yang diminta oleh Penyidik.

data

a. Upaya Penanggulangan Pornografi

elektronik

Secara Preventif dipandang dari segi

keuntungan materi semata tanpa

sosial.

mengindahkan nilai-nilai yang ada
dalam

Di Indonesia upaya pemberantasan

hanya

mengejar

masyarakat.

Memang

pornografi sudah berlangsung sudah sejak

konsekuensinya

tahun 80-an Mengingat dampak yang

keuntungan yang mereka peroleh

ditimbulkan

besar

akan tetapi setidaknya pemuatan

terhadap masyarakat antara lain maraknya

karya tulis maupun gambar yang

pelecehan seksual, prostitusi, kekerasan

hampir berbau porno ditampilkan

(eksploitasi) terhadap secara berlebihan

secara selektif. Hal ini dilakukan

dan secara langsung hal tersebut akan

sebab

merusak

sebagai

pornografi

tatanan

sangat

moral

kesusilaan

peran

terhadap

media

sarana

elektronik
komunikasi

masyarakat dalam kehidupan berbangsa

masyarakat yang sangat cepat dan

dan bernegara. Dari uraian di atas secara

akurat serta mempunyai dampak

hukum yang diatur dalam undng-undang

yang sangat besar terhadap opini

telah

publik yang berkembang.

dipaparkan

maupun represip

tindakan

preventif

maka secara sosial

b.

Pemerintah

melakukan

upaya-upaya penanggulangan pornografi

pengawasan

secara preventif yang dapat dilakukan

terhadap pengusaha internet agar

adalah sebagai berikut :

lebih bersikap professional serta

a. Meminta

dan

mendesak

pengusaha

perusahaan

internet

khususnya

dan

pembinaan

agar

lebih mengutamakan pendidikan

media

moral bagi masyarakat dengan cara

lebih

menampilkan karya yang bersifat

bertanggung jawab secara moral

mendidik.

baik terhadap masyarakat maupun

c. Penanggulangan informal melalui

pemerintah terhadap semua karya

keluarga, lingkungan masyarakat,

tulis

serta

maupun

gambar

yang

formal

yaitu

lingkungan

memenuhi

sekolah. Meningkatkan kesadaran

norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat terhadap keberadaan

masyarakat

pornografi yang berdampak buruk

ditampilkannya

agar

(norma

agama,

kesopanan, kesusilaan dan norma

bagi tatanan

adat) sehingga tidak mempunyai

sehingga

kesan bahwa perusahaan media

keluarga
masyarakat

moral

yang

diharapkan
yang

ada

ada
setiap

dalam

memberikan

pendidikan
agama

moral,

serta

terhadap

pendidikan

pengendalian

anggota

diri

akan tercipta tujuan pembangunan
Indonesia seutuhnya.

keluarganya.

Keluarga

merupakan

unsur

b.

terpenting

dalam

upaya

Pornografi

penanggulangan pornografi sebab

Upaya

Penaggulangan
Secara

Represif

dipandang dari segi sosial

pendidikan dalam keluarga adalah

Upaya represif merupakan upaya

merupakan awal pendidikan setiap

pencegahan pornografi agar perkembangan

orang.

pornografi dapat ditekan dengan cara

d. Pemerintah

bersama-sama

masyarakat

menerapkan

secara

melakukan

pendekatan

baik

kepada

masyarakat sebagai pihak yang terkena

batasan-batasan

dampak

dalam

bentuk

subyek pornografi lain seperti pengusaha

tulisan maupun gambar sehingga

media cetak , media elektronik, seniman,

dengan adanya batasan t