PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MODEL GBHN | Marwiyah | Lex Journal : Kajian Hukum & Keadilan 237 561 1 PB

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MODEL GBHN
Dr. Siti Marwiyah,S.H.,M.H.
siti.marwiyahsh@unitomo.ac.id
Abstrak
Gagasan menghidupkan kembali Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
berlatar pada asumsi bahwa pembangunan di Indonesia sedang tidak tentu arah atau
tidak terencana. Paradigma ini mengakibatkan pembangunan tidak atau kurang tepat
sasaran dan gagal menunjukkan maksimalitasnya.
Kata Kunci: GBHN sebagai arah Pembangunan

Abstract
The idea of reviving the National Guidelines of State Policy (GBHN) rests on the
assumption that development in Indonesia is uncertain or unplanned. This paradigm
resulted in the development of no or less on target and failed to show its maximum.
Keywords: GBHN as the direction of Development
*Dr. Siti Marwiyah, SH.,MH. Dosen Fakultas Hukum Universitas Dr. Soetomo
pembangunan yang dijalankan tidak

A. Pendahuluan

Maraknya perbedaan pendapat

paska

Partai

Perjuangan
gagasan

Demokrasi
(PDIP)
mengenai

Indonesi

melontarkan

berkesinambungan

antara

Presiden


yang sebelumnya ke Presiden yang
selanjutnya.

Nampak

bahwa

pola

perlunya

pembangunan yang dilakukan oleh

menghidupkan kembali GBHN atau

Presiden yang memegang kekuasaan

dalam bahasa PDIP pembangunan


negaara lebih mengarah pada pola

nasional semesta Berencana (PNSB).

yang

Ide tersebut melihat ada kenyataan

penyampaian

bahwa

pola

cawapres, berbeda dengan sebelum

pembangunan Indonesia dirasa tidak

reformasi pola pembanguan sangat


terarah. Setiap ergantian Presiden pola

terarah dari

pasca

reformasi

disampaikan
visi

pada
misi

saat
capres/

pola jangka pendek

sampai jangka panjang. Apakah kita


Kelompok yang sejalan dengan

perlu menghudupkan kembali GBHN.

gagasan

B. Pembahasan

GBHN dinilai sejalan dengan nalar.

Gagasan
asumsi

bahwa

itu

berlatar


pada

pembangunan

di

Indonesia sedang tidak tentu arah atau
tidak

terencana.

Paradigma

Artinya,

menghidupkan

kembali

menghidupkan


kembali

GBHN bukanlah keinginan abnormal,
tetapi rasional dan objektif.

ini

Pihak

yang

tidak

sepakat

mengakibatkan pembangunan tidak

dengan


atau kurang tepat sasaran dan gagal

kembali GBHN berasumsi, bahwa

menunjukkan

kewenangan MPR telah dieliminasi

maksimalitasnya.

gagasan

menghidupkan

Sebagaimana dikemukakan oleh Moh.

dari

Mahdud MD, Haluan negara ini


selayaknya dihidupkan kembali. Kalu

dibutuhkan, karena Indonesia tidak

sudah dieliminasi dari konstitusi berti

mempuyai arah. Negara ini sedang

layak

berjalan tanpa perencanaan, sehingga

berposisi sebagai haluan bernegara

gampang

yang “cacat”.

terhadap


menibulkan
rakyat.

kerugian

Rakyat

sedang

konstitusi,

sehingga

disebutnya

tidak

sebagai

BHN


Saldi Isra, Sekiranya diikuti

dirugikan oleh para pengelola negara

dengan

ini akibat ketiadaan kiblat bernama

pembangunan nasional, baik berupa

haluan negara; Haluan negara yang

Pembangunan

sedang

tentu

Berencana maupun GBHN, keduanya

bentuknya sama seperti GBHN pada

tidak mungkin dilepaskan dari peran

zaman Orde Baru dulu1

sentral

dirumuskan

belum

cermat

kehadiran

Nasional

MPR

pola

Semesta

dalam

sistem

ketatanegaraan Indonesia. Mengambil
contoh
1

Moh. Mahfud MD, Keynote
Speake pada seminar Nasional ”Mencari
Peta Jalan Haluan Negara Untuk
Indonesia Masa Depan”, Jakarta 4 Maret,
2016

Ketetapan

I/MPRS/1960

MPRS

tentang

Nomor

Manifesto

Politik RI sebagai Garis-garis Besar
daripada Haluan Negara (Tap MPRS

No I/MPRS/1966) dan serangkaian

ini menyangkut suara rakyar sebagai

GBHN yang lahir semasa Orde Baru,

vox

produk hukum ini tidak mungkin

kedaulatan rakyat, sementara kalau

dilepaskan dari posisi MPR dalam

berurusan

UUD 1945.

2

Selain

populi

vox

dei

dengan

atau

GBHN,

atau

MPR

dituntut bias menghadirkan “itab suci”

GBHN

kewenangan

strategis MPR yang sudah dihapus

untuk rakyat.
Pilpres

langsung

harus

asalah soal pengangkatan Presiden dan

dipahami sebagai demokrasi untuk

atau

memilih

Wakil

Presiden,

pasalnya

pemimpin

atau

tidak

ada

Presiden dan atau Wakil Presiden

pemerintahan

sudah dipilih secara langsung oleh

kaitannya dengan GBHN. GBHN

rakyat.

merupakan
Pemilihan

langsung

oleh

rakyat terbatas soal penggunaan hak
berpolitik

(political

right)

warga,

yang

Negara

haluan

memandu

segala

Negara

yang

pelaksanaan

pembangunan Negara oleh seluruh
cabang-cabang kekuasaan Negara.

tidak

Sebagai

regleksi,

dengan

direalisasikan dengan masalah GBHN.

dieliminasinya

GBHN

dalam

Soal menghidupkan kembali GBHN,

konstitusi

MPR selayaknya dapat diberi tempat

1945) paska mandemen, maka secara

kembali dalam konstitusi.

resmi di era reformasi ini, Indonesia

shingga

Harus

idealitasnya

dipilah

anatar

)Undang-Undang

dasar

tidak memiliki haluan Negara yang

kewenangan dalam Pilres dan GBHN.

memandu

jalannya

pembangunan

Kalau hubungannya dengan pilpres,

Negara disegala bidang oleh seluruh
lembaga-lembaga Negara baik itu
lembaga Negara penunjang lainnya.

2

Saldi Isra, Narasumber pada
Seminar Nasional ” ”Mencari Peta Jalan
Haluan Negara Untuk Indonesia Masa
Depan”, Jakarta 4 Maret, 2016

Meskipun begitu ada pihak
yang berbeda dalam menangggapi
kewenangan

MPR

dalam

mebuat

GBHN.

Kelompok

pendapat

ini

pertama,

yang

berbeda

berpologi,

bahwa

dalam

pembangunan yang berada dalam
GBHN.

membangun

Pihak

yang

menginginkan

Indonesia, sudah digariskan Rencana

GBHN hidup kembali lebih spesifik

Pembangunan

Panjang

berlogika,

Rencana

maupun RPJMN sangatlah bersifat

Panjang

Presiden

Nasional

Jangka

(RPJN)

Pembangunan

dan

Jangka

bahwa

Centris

bahwa

RPJPN

karena

yang

Menengah Nasional (RPJMN) yang

menyiapkan dokumen

saat ini berlaku yang eksisitensinya

tersebut adalah Presiden dan para

diatur dalam UU Nomor 25 tahun

pembantunya, sehingga diniscayakan

2004

belum mengakomodasi kepentingan

tentang

Sisten

Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN).
RPJPN

dan

RPJMN

makro bangsa.
itu

RPJPN maupun RPJMN masih

diidentikkannya dengan GBHN atau

diposisika

dapat

menginginkan

dijadikan

mendasar

sebagai

terhadap

perencanaan

rujukan

noleh

pihak

hidupnya

yang
kembali

pembanguan

GBHN sebagai “ kitabsektoral” yang

nasional. Artinya RPJPN dan RPJMN

membahasakan kepentingan eksklusif

sudah

atau

cukup

sebagai

untuk

“buku

merancang
(memenuhi)

ditempatkan

pintar”

dan

da;lam

melaksanakan

kepentingan

sekelompok

sehingga

kepentingan fundamental rakyat tidak
dibahasakannya secara egaliter.

pem-

bangunan di Indonesia.

orang,

Selain

itu,

kelompok

pro

menghidupkan GBHN menilai, bahwa

Menyusun RPJPN dan RPJMN

RPJPN

dan

RPJMN

juga

saja sangat tidak mudah, sehingga naïf

mengikat

dan

jika hal ini diabaikan hanya gara-gara

lembaga

Negara

memenuhi

Presiden seperti DPR, DPD, MA, MK,

iide-ide

kepentingan
atau

formalisas
target-target

BPK,

KY

nengatur

tidak

dan

lembaga-

lainnya

lainnya.

diluar

GBHN

dinilainya sebagai open the way atas

maupun

kepentingan makro bangsa.

konsistensi

Selain itu, yang fundamental

konstitusi

menjaga

sikap

norma-norma

Apalah

artinya

mempunyai

perlu

banyak produk yuridis seperti GBHN,

dijabarkan

RPJPN maupun RPJMN, kalau tidak

pelaksanaannya oleh semua lembaga

teguh atau konsisten menjalankannya?

Negara dan bukan hanya oleh Presiden

Apalah gunanya menghabiskan enerji

semata.

besar untuk membahas haluan hidup

dijalankan

Negara

adalah

yuridisnya.

lagi, visi Negara dalam UUD 1945
sebagai

RPJMN,

dan

Dus, gagasan menghidupkan
GBHN

sebagai

haluan

bernegara,

kalau

dalam

realitas

Negara

keseharian

haruslah diletakkan dalam kerangka

berbangsa,

semata-semata untuk mengembalikan

ditempatkan seabagai obyek untuk

visi haluan Negara dan tidak diikuti

“dikhianati”

dengan

keadilannya dipermainkan.

mengembalikan

Pemilihan

Presiden kembali oleh MPR.
Menghidupkan

bermasyarakat
produk

yuridis

atau

dan
itu

nilai-nilai

Menurut Von Savigny hukum
kembali

yang

adil

hanya

ada

dan

bisa

GBHN itu dapat dilakukan dengan

ditegakkan di negara yang demokratis.

melakukan perubahan secara terbatas

Dalam

terhadap konstitusi (grand norm),

hukum dibuat atau diangkat, dan

utamanya menambahkan kewenangan

diberlakukan sebagai respon aspirasi

MPR di Pasal 3 untuk menyusun dan

rakyat atau wajah kesejatian rakyat.

menetapkan GBHN.

Masalahnya, apakah memang masih

negara

yang

demokratis,

Yang jauh lebih fundamental

ada hukum di negara ini yang benar-

dari diskursus perbedaan antara pihak

benar mencerminkan kesejatian suara

yang

rakyat?

mendukung

penghidupan

kembali GBHN dengan yang menolak
atau

menganggap

cukup

RPJPN

Pertanyaan
sebagai

gugatan

itu

tentu

terhadap

saja
segala

produk yuridis, mulai dari GBHN

memberikan manfaat demi dan untuk

(jika jadi dihidupkan), RPJPN maupun

rakyat.

RPJMN.

Ketiganya

ini

sekedar

Kalau hukum

secara

terus

contoh, bahwa negeri ini berlandaskan

menerus

dijadikan

instrument

norma-norma yuridis, sehingga setiap

kekuasaan,

seperti

sikap dan perilaku warga bangsa

melindungi

terikat didalamnya.

bersalah”, maka hokum tak ubahnya

membela

dan

kuat

yang

“orang

hukum

instrument represip dan tiranistik,

Purbacaraka, bahwa dalam Negara

yang tentu saja jelas-jelas sebagai

hukum tidak bias dilepaskan dari

praktik paradoksal dengan haluan

esensi

hidup bernegara.

Menurut

Negara

pakar

demokrasi.

Setiap

bentuk pelaksanaan hukum, ada hak

Begitupun jika GBHN jadi

rakyat sebagai pemegang kedaulatan

dibentuk, ia haruslah menjadi produk

yang dipertaruhkan.

yang demokratis, bukan sebagai alat

Ketika
diselingkuhi,

norma

yuridis

rekayasa politik (as a tool of political

diantaranya

dengan

engineering). Ia harus menjadi produk

yang pertama dan utama menjadi

maupun das sein memberkan manfaat

korbannya

bagi kepentingan besar rakyat negeri

rakyat

atau

secara

sollen

legislasi

adalah

yang

das

melakukan malapraktik profesi, maka

ini.

kalangan pencari keadilan.
Dalam ranah itu, hukum yang
demokratis idealitasnya bermaknakan
sebagai hukum yang bukan hanya
sejiwa

dengan

kepentingan

masyarakat, tetapi sebagai hukum
yang oleh Negara bias dimediasi
sebagai

norma

mengejawentah yang

yang
mampu

DAFTAR PUSTAKA
Moh. Mahfud MD, Keynote Speake
pada seminar Nasional ”Mencari
Peta Jalan Haluan Negara Untuk
Indonesia Masa Depan”, 2016
Saldi Isra, Narasumber pada Seminar
Nasional ” ”Mencari Peta Jalan
Haluan Negara Untuk Indonesia
Masa Depan”, 2016