Perilaku Seksual Remaja dalam Pencegahan HIV AIDS di Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016 Chapter III V

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Pendekatan
kualitatif dalam hal ini adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Sehingga

data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kata/

kalimat maupun gambar (bukan angka-angka). Data-data ini bisa berupa naskah
wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi, memo ataupun dokumen
resmi lainnya (Moleong, 2014).
Sedangkan jenis penelitian ini adalah studi kasus, dimana studi kasus
merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu
organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya
untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah identitas. Studi
kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori.
Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh
dari wawancara, observasi, dan arsip (Perdana, 2015).


35
Universitas Sumatera Utara

36

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung

Morawa Kabupaten Deli Serdang. Alasan memilih lokasi tersebut karena Kampung
Banten termasuk dari dearah Batu Bedimbar yang mana Batu Bedimbar adalah
daerah yang memiliki penderita HIV/AIDS tertinggi diantara daerah lainnya yang
berada di Tanjung Morawa, didapat pernyataan 3 informan dalam wawancara
mendalam menyatakan bahwa hampir keseluruhan remaja laki-laki di daerah tersebut
melakukan hubungan seksual pra nikah, di tanjung Morawa tersebut terdapat lokasi

prostitusi, hotel-hotel tempat mesum dengan harga sewa kamar yang murah dan
terdapat serta belum pernah dilakukan penelitian perilaku seksual remaja di Kampung
Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
3.2.2

Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari November 2015 sampai Juli 2016
3.3 Informan Penelitian
Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif umumnya
menampilkan karakteristik yaitu, diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar
melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian,tidak
ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah
maupun karakteristik sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual yang
berkembang dalam penelitian dan tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti
jumlah/peristiwa acak), melainkan pada kecocokan konteks (Lokollo, 2009).

Universitas Sumatera Utara

37


Teknik pemilihan sampel secara acak (seperti yang lazim digunakan dalam
penelitian kuantitatif), dengan sendirinya tidak relevan. Untuk memilih sampel lebih
tepat dilakukan secara sengaja (purpose sampling). Selanjutnya, bilamana dalam
proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi, maka tidak perlu lagi
untuk mencari informasi baru, proses pengumpulan informasi dianggap sudah selesai.
Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak dipersoalkan besar sampel. Dalam hal
ini, jumlah informan sedikit atau banyak tergantung dari tepat tidaknya pemilihan
informan kunci dan kompleksitas serta keragaman fenomena sosial yang diteliti
(Lokollo, 2009). Kriteria informan adalah sebagai berikut:
a. Empat remaja usia 21-22 tahun, untuk mendapatkan informasi tentang hubungan
seksualnya dalam pencegahan HIV/AIDS di Kampung Banten Pasar VIII
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
b. Satu orang tua remaja, untuk mendapatkan informasi kebiasaan, kegiatan, aktifitas
dan pergaulan remaja sehari-hari. Pada penelitian ini, informan diambil dari orang
tua P karena kasus P sangat menarik dibanding kasus teman lainnya
c. Satu orang petugas kesehatan, untuk mendapatkan informasi tentang pola
pergaulan remaja sekitar Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang.
3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, antara lain :

Universitas Sumatera Utara

38

a. Data Primer
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara
mendalam (indepth interview) pada subyek penelitian yaitu remaja, orang tua dan
petugas kesehatan untuk Cross check. Setelah mendapatkan informasi dari informan
awal, maka peneliti akan melakukan pendekatan secara pribadi. Wawancara
mendalam ini bertujuan untuk menggali lebih dalam kebiasaan umum kelompok yang
menjadi target penelitian beserta alasan-alasan yang melatarbelakanginya
b. Data Sekunder
Data sekunder dimanfaatkan sebagai data pelengkap atau pendukung data

primer yang berhubungan dengan keperluan penelitian. Petikan-petikan dokumen,
surat dan rekaman-rekaman lainnya dapat dijaring dengan cara studi dokumentasi.
3.4.2

Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif berupaya mengungkap kondisi perilaku dan situasi

lingkungan sekitar yang diteliti. Untuk mengungkapnya, jenis data yang digunakan
bervariasi, diantaranya hasil observasi, hasil wawancara dan lain-lain. Dalam hal
pengumpulan data ini, langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data yang
valid, maka digunakan metode sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Melakukan observasi terhadap fasilitas-fasilitas pendukung yaitu observasi
diarahkan pada kegiatan-kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena
yang muncul dan memperhatikan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut

Universitas Sumatera Utara

39


Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Observasi ini menggunakan observasi partisipasi, di mana terlibat langsung dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber
data penelitian. Observasi diarahkan untuk memerhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut (Kuswanto, 2011).
Peneliti melakukan observasi selama delapan bulan di Kampung Banten Pasar
VIII Tanjung Morawa dimulai dari awal pertemuan dengan informan dan observasi
lapangan yaitu situasi daerah tersebut sampai penelitian. Peneliti tidak pernah ke
kampung Banten Pasar VIII Tanjung Morawa dan tempat hiburan malam sebelumnya
terutama di daerah Kampung Banten, sehingga observasi dilakukan bersama dengan
seorang teman wanita bernama kak S. Peneliti melakukan observasi kebiasaani
perilaku informan, rumah informan, lingkungan rumah informan, lokasi prostitusi
yakni jam operasi, tamu yang datang dan respon masyarakat setempat oleh adanya
lokasi prostitusi tersebut. Dengan demikian peneliti mulai menjalin relasi dengan
beberapa anggota keluarga informan serta masyarakat setempat.
2. Metode Wawancara Mendalam (Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam hal ini,
digunakan wawancara terstruktur, di mana menetapkan sendiri masalah dan

Universitas Sumatera Utara

40

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk mencari jawaban yang disusun
dengan ketat. Metode wawancara digunakan untuk menggali data terkait perilaku
seksual remaja dalam pencegahan HIV/AIDS di Kampung Banten Pasar VIII
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan seseorang yang ditugasi
sebagai pencatat sambil merekam dengan tape recorder. Wawancara dilakukan
setelah peneliti memiliki hubungan yang cukup dekat dengan informan setelah
membangun interaksi. Wawancara mendalam terhadap Enam informan yang terdiri
dari empat remaja laki-laki, ibu informan P dan petugas kesehatan yaitu bidan M.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.
Dalam pelaksanaan metode dokumentasi, penyelidikan benda-benda tertulis seperti
dokumen, gambar, foto, video, grafik dan lain-lain (Bachri, 2010). Penelusuran

dokumen dilakukan untuk memperoleh data-data tambahan untuk memperkuat data
yang diperoleh melalui wawancara. Data tersebut didukung oleh gambar, tulisan yang
merupakan bukti data primer.
3.5

Definisi Istilah

1. Umur adalah usia subyek saat penelitian dan dihitung dari tanggal kelahiran
sampai ulang tahun terakhir
2. Pendidikan adalah tingkat sekolah formal yang pernah diikuti subyek
berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki.

Universitas Sumatera Utara

41

3. Jenis kelamin adalah identitas fisik remaja sebagai pembeda antara laki-laki dan
perempuan
4. Sumber informasi adalah informasi dan situasi sekitar remaja yang dapat
memengaruhi remaja kepada perilaku seksual dan pencegahan HIV/AIDS,

contohnya pengaruh teman sebaya, orang tua serta media dan petugas kesehatan
5. Teman sebaya adalah orang yang dekat dengan remaja dalam pergaulan sosial
6. Orang tua adalah orang terdekat dengan remaja yang dapat memberikan
pendidikan seks, keterbukaan komunikasi dan selalu berinteraksi sehari-hari
sehingga lebih mengetahui remaja tentang perilakunya tersebut
7. Media adalah penyalur pesan, dari pengirim ke penerima pesan tentang kata-kata,
video dan gambar porno sehingga dapat merangsang pikiran dan minat remaja
untuk berperilaku seksual melalui media cetak maupun elektronik seperti
majalah, DVD/VCD, handphone dan internet.
8. Petugas kesehatan adalah orang yang telah menempuh pendidikan kesehatan
secara formal dan praktek di pelayanan kesehatan yang menerima pasien dengan
keluhan-keluhan

dari

dampak

seksual

pergaulan


remaja.

Contohnya

IMS/HIV/AIDS.
9. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui informan tentang seks sehat,
perilaku seksual dan HIV/AIDS
10. Seks sehat adalah seks yang dilakukan setelah pernikahan dan setia pada satu
pasangan

Universitas Sumatera Utara

42

11. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual,
baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis
12. Sikap adalah respon informan tentang perilaku seksual di masa remaja
13. Tindakan adalah segala perlakuan dan perbuatan untuk melakukan seksual dan
upaya untuk pencegahan HIV/AIDS

14. Pencegahan HIV/AIDS adalah upaya yang dilakukan informan untuk
menghindari HIV/AIDS dalam perilaku seksualnya berupa abstinence, be
faithful, condom, drugs dan equipment
3.6

Uji Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2009), pada penelitian kualitatif, validitas internal

dilakukan dengan pendekatan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Keabsahan data dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan kriteria kredibilitas.
Triangulasi data digunakan untuk memantapkan derajat kepercayaan dan
konsistensi, dan juga alat bantu untuk menganalisis data di lapangan (Gunawan,
2013)
Triangulasi terdiri dari triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori. Pada
penelitian ini triangulasi dilakukan dengan triangulasi sumber, metode, dan teori.
Triangulasi sumber penelitian ini adalah remaja akhir usia 19-22 tahun, orang tua
remaja dan petugas kesehatan sedangkan triangulasi dengan metode dilakukan
dengan wawancara mendalam kepada remaja akhir berusia 19-22 tahun, orang tua

Universitas Sumatera Utara

43

dan petugas kesehatan, serta observasi di lapangan ketika menanyakan beberapa hal
berkaitan tentang hubungan seksual. Sedangkan triangulasi dengan menggunakan
teori yaitu membandingkan antara hasil penelitian dengan hasil penelitian terdahulu
dan teori perubahan perilaku yang akan digunakan pada penelitian ini.
Disamping valid, data dituntut untuk reliabel. Reliabilitas dalam penelitian ini
dapat dicapai dengan meneliti kedalam informasi yang diungkapkan informan dengan
memberi umpan balik pada informan sehingga bisa dilihat apakah mereka yang
menganggap penemuan riset tersebut merupakan laporan yang sesuai dengan
pengalaman mereka (Lokollo, 2009).
Jadi triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan
kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data
tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Untuk itu dapat
dilakukan:
1. Mengajukan berbagai variasi pertanyaan
2. Mengeceknya dengan berbagai sumber data
3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan (Moleong, 2014)
3.7
a.

Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan
(purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan
menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit
sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal,

Universitas Sumatera Utara

44

sehinggadapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang
tersedia;
b.

Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi
yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan
analisis

dokumentasi.

Peneliti

sebagai

instrurnen

penelitian,

dapat

menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan
penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
c.

Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,
mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat
dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi
hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi
secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data
dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah
semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan

d.

Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam
pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan
(reinforcement)

data

baru

terhadap

kategori

yang

telah

ditemukan.

Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan
barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan
ke dalam kategori yang sudah ada
e.

Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah
dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas,

Universitas Sumatera Utara

45

sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting.
Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus
kehiclupan seseorang atau kelompik (Sugiyono, 2009)
3.8

Metode Analisis Data
Pada hakikatnya, analisis data adalah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh
suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin di jawab (Gunawan, 2013).
Adapun langkah-langkah analisa data:
1. Transkip dibaca beberapa kali untuk menemukan tema-tema dan kategorikategori.
2. Tema-tema yang muncul atau kategori dikembangkan melalui membaca
transkip-transkip berulang-ulang dan dengan mempertimbangkan kemungkinan
makna dan bagaimana hal itu sesuai tema yang dikembangkan.
3. Kerangka koding awal secara sederhana didasarkan pada topik-topik yang
didiskusikan dalam wawancara.
4. Pembacaan

yang

teliti

dan

sistematik

dan

koding

transkip-transkip

memungkinkan adanya tema-tema umum muncul (Moleong, 2014)
3.9

Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan (November 2015- Februari 2016)
Tahap persiapan dimulai dengan melakukan kegiatan meliputi:
a. Menyusun proposal penelitian dan konsultasi

Universitas Sumatera Utara

46

b. Melaksanakan survei awal ke tempat penelitian
c. Mengurus perijinan dan perlengkapan untuk penelitian
d. Melakukan uji coba pedoman wawancara
e. Mencari informan kunci
2. Tahap Pekerjaan Lapangan (Maret–Juni 2016)
a. Menemukan 1 orang informan kunci dan menentukan informan lainnya
Informan kunci tersebut adalah informan P yang memiliki banyak teman remaja
yang gaya pacarannya sudah sampai ke hubungan seksual. Informan yang lain
adalah orang tua informan P yaitu ibu I yang selalu berinteraksi dengan
informan dan teman informan lainnya serta petugas kesehatan yang berada di
Gang Banten yaitu bidan M yang membuka praktek mandiri.
b. Menentukan jadwal pelaksanaan pengumpulan data dan menanyakan kesediaan
informan
c. Membuat janji dengan informan untuk keperluan pengumpulan data
d. Pelaksanaan pengumpulan data
3. Tahap Analisis Data (Juni-Agustus 2016)
a. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari wawancara mendalam, hasilnya ditulis dalam bentuk
catatan lapangan dan disalin dalam bentuk transkrip.
b. Reduksi data dengan pembuatan koding dan kategori

Universitas Sumatera Utara

47

Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistematisasi
data secara lengkap dan mendetail sehingga dapat memunculkan gambaran
tentang topik yang sedang diteliti.
c. Penyajian data
Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk teks, naratif,
tabel, gambar, atau bagan.
d. Pemilihan kesimpulan atau verifikasi
Sajian data dibahas dengan membandingkan hasil-hasil penelitian terdahulu.

Universitas Sumatera Utara

48

BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1

Gambaran Umum Tanjung Morawa

1. Geografi Tanjung Morawa
Kampung Banten adalah daerah dari Desa Butu Bedimbar Kecamatan
Tanjung Morawa. Tanjung Morawa adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Deli
Serdang

Sumatera

Utara

Indonesia.

Tanjung

Morawa

dekat

dengan

kota Medan menjadikan Tanjung Morawa salah satu sentra industri pengusaha Kota
Medan. Tanjung Morawa terhubung dengan Medan melalui Tol Belmera. Tanjung
Morawa merupakan salah satu kecamatan di Deli Serdang yang banyak terdapat
Industri/Pabrik. Banyak juga orang yang menyebut Tanjung Morawa sebagai kota
Industri, Tanjung Morawa dapat dijangkau sekitar 15-20 menit dari Bandara
Kualanamu.
Butu Bedimbar mempunyai luas 300 Ha. Berbatasan dengan wilayah
a. Sebelah Utara

: Desa Telaga Sari

b. Sebelah Timur

: Desa Tanjung morawa A, Desa Dagang Kelambir

c. Sebelah Selatan

: Desa Limau Manis

d. Sebelah Barat

: Desa Bangun Sari Baru

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin laki-laki sebanyak 3.254 KK, perempuan
sebanyak 691 KK. jumlah penduduk menurut agama yaitu pemganut agama Islam
sebanyak 10.728 jiwa, Kristen/Katolik sebanyak 3.037 jiwa, Hindu sebanyak 78 jiwa,
Budha sebanyak 103 jiwa dan aliran kepercayaan lainnya sebanyak 51 jiwa. Mata

48
Universitas Sumatera Utara

49

pencaharian warga sekitar Butu Bedimbar yaitu karyawan/buruh sebanyak 2.477
jiwa, Pegawai Negeri Sipil (PNS)/TNI/POLRI sebanyak 582 jiwa, pengrajin
sebanyak 22 jiwa, petani sebanyak 15 jiwa, wiraswasta 771 dan lain-lain sebanyak
451 jiwa.
Penduduk sekitar Butu Bedimbar terbanyak di usia 25-40 sebanyak 3.882
jiwa, kemudian usia 41-56 tahun sebanyak 3.621 jiwa, usia 19-24 tahun sebanyak
1.558 jiwa, usia 57 tahun keatas sebanyak 1.356 jiwa, usia 6-12 tahun sebanyak 1.045
jiwa, usia 0-5 tahun 957 jiwa, usia 13-15 tahun sebanyak 854 jiwa dan usia 16-18
tahun sebanyak 724 jiwa.
2. Pelayanan Kesehatan di Butu Bedimbar
Terdapat banyak pelayanan kesehatan di daerah Butu Bedimbar yang meliputi
praktek bidan mandiri, praktek dokter mandiri dan puskesmas pembantu.
3. Tempat lokasi prostitusi di Kampung Banten
Lokasi prostitusi di Kampung Banten berada di Gang Banten tersebut yang
harus melewati jalanan sepi setelah gang-gang yaitu dari gang Icah-gang Mulia yang
berada di daerah tersebut. Lokasi tersebut dekat dengan pemukiman warga yaitu 100
meter sampai ke tempat tersebut dengan melewati ladang jagung yang tidak jauh dari
lokasi tersebut. Lokasi tersebut beroperasi setiap jam 22:00 WIB sampai jam 05:00
WIB dan selalu menerima pelanggan laki-laki untuk melakukan aktivitas seperti
minum-minum, bertransaksi seks, menari-nari dan lain-lain. Pada tanggal 04 Juni
2016 lokasi tersebut dibakar oleh informan dan teman-teman mereka lainnya.
4. Proses Penelitian Lapangan

Universitas Sumatera Utara

50

Beberapa langkah yang dilakukan hingga memperoleh informan penelitian
adalah pertama-tama melakukan observasi lapangan di Kampung Banten Kecamatan
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada sore hari pukul 15.00 WIB sampai
dengan pukul 19.00 WIB. Sudah mengatur janji dengan informan utama yaitu teman
kerja dahulu untuk bertemu di lapangan bola tepatnya depan Gang Banten yang
terdapat lapangan bola milik sekolah SMA Negeri dimana sedang melangsungkan
pertandingan bola karena informan utama menjaga parkiran. Kemudian bertemu
dengan informan utama, dan mencari tempat untuk berbicara di sebuah kafe yaitu
kafe Karomah dekat lapangan tersebut dengan sambil menjelaskan bagaimana proses
penelitian ini kedepannya, kemudian informan P bersedia membantu untuk
mengenalkan dengan informan lainnya yaitu usia remaja 19-22 tahun, belum menikah
dan sudah melakukan hubungan seksual. Suasana saat itu sangat ramai sehingga saat
itu perlu beberapa lama untuk menjumpai dan berkenalan dengan teman-teman
remajanya yang lain yang sudah melakukan hubungan seksual pranikah untuk
menjelaskan tujuan penelitian yang dilakukan. Informan utama P mmemperkenalkan
E di lapangan bola setelah usai pertandingan tersebut, sambil berkenalan dan
meminta waktu untuk menyampaikan tujuan kedatangan dan penelitian ini.
Kemudian dilakukan wawancara mendalam dengan panduan pedoman wawancara
dan alat rekam serta pendokumentasian dan catatan kecil. Kemudian informan P
mengenalkan dengan informan A dan memberikan penjelasan tujuan penelitian ini
juga dijelaskan sambil mewawancarai mendalam informan A seperti yang dilakukan
dengan informan E. Setelah itu informan A mengenalkan temannya yaitu N duduk di

Universitas Sumatera Utara

51

balkon rumah E dan seperti informan lainnya berkenalan dahulu kemudian
menjelaskan dan mewawancarai mendalam juga. Setelah mewawancarai mendalam,
diaturlah sebuah rencana dan kegiatan yang akan dilakukan dengan informan untuk
beberapa hari sampai data jenuh
Kemudian informan mengajak keliling Kampung Banten yang mana juga
terdapat lokasi prostitusi di tempat tersebut dengan melewati tempat yang sangat
sunyi dan akhirnya sampai di lokasi tersebut. Lokasi tersebut beroperasi setiap jam
22:00 sampai pagi jam 05:00 WIB, lokasi tersebut sering dikunjungi orang sekitar
Tanjung Morawa dan luar Tanjung Morawa.
5. Hambatan di lapangan
a. Tidak mendapatkan informan remaja perempuan yang mau memberikan
informasinya karena mereka lebih tertutup masalah perilaku pacarannya,
walaupun sudah dilakukan perencanaan untuk dikenali dengan pacar perempuan
mereka tetapi informan remaja laki-laki mengatakan kalau informan perempuan
tetap tidak mau. Cara mengatasi :
Setelah mengenal dan dikenal oleh mereka, menumbuhkan rasa aman dan
kepercayaan mereka kepadanya dengan berusaha menciptakan suasana santai dan
akrab dengan informan sehingga informan tidak malu apabila menceritakan
pengalaman informan. Terkadang peneliti juga menceritakan pengalaman temanteman peneliti yang sudah melakukan hubungan seksual bahkan sampai hamil di luar
nikah sehingga secara tidak langsung informan akan terlibat di dalam diskusi tentang
perilaku pacarannya di usia remaja ini tetapi informan remaja laki-laki tersebut

Universitas Sumatera Utara

52

mengatakan kalau pacar atau teman mereka perempuan yang sudah melakukan
hubungan seksual tetap tidak mau walaupun diajak bertemu untuk lebih dekat.
b. Tidak semua pembicaraan dalam wawancara mendalam dapat direkam karena
habis baterai, menjaga orang sekitar yang tidak tahu bahwa sedang dilakukan
wawancara mendalam sehingga orang sekitar tidak berperasangka buruk, karena
tiba-tiba dilakukan, seperti inspeksi saat kejadian pembakaran lokasi prostitusi di
Kampung Banten tersebut. Cara mengatasi :
Peneliti menggunakan catatan-catatan kecil, mengobservasi kebiasaan sekitar,
serta mendokumentasikan bekas kejadian pembakaran lokasi prostitusi setelah
seminggu menunggu aman pertikaian di Kampung tersebut
6. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dimaksudkan untuk
menggali informasi secara mendalam mengenai perilaku seksual remaja dalam
pencegahan HIV/AIDS di Kampung Banten Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten
Deli Serdang. Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan didapatkan keterbatasan dan
kekurangan yang dihadapi, yaitu triangulasi sumber hanya dilakukan pada informan
remaja laki-laki saja tidak terdapat informan remaja perempuan karena sulitnya
melakukan pendekatan untuk menggali informasi akibat dari sifat yang tertutup
remaja tersebut.

4.2

Profil dan Kasus Informan

4.2.1 Informan P

Universitas Sumatera Utara

53

a.

Profil Informan
Diawal pertemuan perawakan tubuh informan kurus, putih dan tinggi. remaja

yang telah menggunakan narkotika shabu itu tampak berat badan tidak proporsional
dan berjerawat. Rambut hitam, tetapi nampak sudah lama tidak dipotong, yang
ditutupi dengan topi. P termasuk tipikal yang ramah, suka mengobrol, menyayangi
teman dan percaya dengan teman. Tampak raut wajah yang riang dan senang saat
kedatangan teman yang sedang ingin meneliti.
Karena informan berperawakan kurus, pada awalnya dia takut ketika ditanya
jenis narkotika apa yang dikonsumsinya dan bagaimana pergaulan sekitar akibat
narkotika atau pil ekstasi lainnya, tetapi lama kelamaan dia mulai terbuka, interaksi
berjalan cukup lancar, kebalikannya dia sering menjawab sesuatu yang diluar lingkup
pertanyaan, bahkan menceritakan cerita kisah cintanya dari yang terdahulu sampai
yang sekarang dan sejauhmana saja hubungannya. Sebenarnya dia ingin kembali
dengan wanita terdahulu yang sudah menjadi mantannya karena sangat berkesan saat
melakukan

hubungan

seksual

dengannya.

Wanita

tersebut

sangat

pintar

memuaskannya. Tampaknya P butuh teman untuk berbagi dan menukar argumen.
Informan P berusia 22 tahun yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, yaitu
anak dari Ibu N yang berusia 48 tahun dan Bapak AM usia 63 tahun. Di rumah P
tinggal terdiri dari kedua orang tuanya, kakaknya dan anak-anaknya dua orang dan P
sendiri. Bapak AM bersuku Sunda, ia pensiunan karyawan perusahaaan di Medan
yang kesehariannya pergi ke ladang atau menemani istrinya pergi kerja ke perusahaan
tempat kerjanya terdahulu. Setiap pagi pergi dan di sore hari pulang ke rumah.

Universitas Sumatera Utara

54

Istrinya dipanggil Bu I, kesehariannya bekerja di perusahaan yang sama dengan
suaminya dahulu, beliau bekerja dari pagi sampai sore hari. Sedangkan P selalu
bangun kesiangan oleh karena tidur malamnya di jam lima subuh. Jadi kesehariannya,
pagi subuh di rumah tidur, bangun kesiangan sampai jam dua siang kemudian makan
siang, menonton TV sampai sore dan jam sepuluh malam keluar bermain dan
bergabung dengan teman-temannya.
b.

Kasus Informan P
Dua tahun yang lalu P masih bekerja di sebuah klinik daerah Medan tepatnya

di Setia Budi. Pergi pagi pulang sore, dan pergi kuliah sore hari dan pulang malam
kemudian P pergi bermain dan bergabung dengan temannya terutama dengan E, A
dan N. Awalnya P kuliah di sebuah Universitas di Medan yang mana setiap hari
bertemu dengan teman kuliah. P berkenalan dengan A, setelah melakukan
pendekatan, pengenalan dan memutuskan untuk berpacaran P sering berjumpa, pergi,
berkencan bahkan melakukan hubungan seksual.
Setahun ini P sudah tidak lagi kuliah karena P sudah tidak bekerja sehingga
tidak bisa membiayai kuliahnya. Jadi, P seharian di rumah dan di malam hari keluar
dengan temannya, bahkan membawa pasangannya yaitu A yang masih lanjut kuliah
ke rumah dengan alasan hujan sehingga A tidak bisa pulang kemudian A tidur
dikamar informan. Orang tua P mengira kalau P tidur di luar yaitu di ruang tamu
padahal P tidur sekamar dengan A. Saat itu malam sangat sunyi dan mereka
melakukan hubungan seksual tersebut di kamar, bahkan karena sunyinya malam
hanya suara hujan saja, setelah melakukan hubungan lima puluh lima menit A keluar

Universitas Sumatera Utara

55

seperti biasa untuk “mengencingkan” agar tidak terjadi kehamilan. A malu ketika
terlihat keluar dari kamar, tetapi A cepat-cepat masuk ke kamar lagi. Sebelum subuh
menjelang, P keluar kamar dan berpura-pura tidur di ruang tamu agar orang tua tidak
mengetahui kalau mereka sekamar.
Informan A sangat dekat dengan keluarga P sehingga keluarga P sangat
percaya kepada A. P adalah remaja pengguna narkotika shabu, tidak jarang A selalu
marah ketika mereka berhubungan karena alat kelamin P tidak ereksi akibat baru saja
menggunakan shabu sehingga A tidak merasa puas. A kelelahan melayani P karena
tidak mau ereksi. Empat hari kemudian, mereka mengatur janji tempat dan jam untuk
melakukan hubungan seksual, disepakati di rumah P dan dua jam sebelumnya P
menggunakan shabu sehingga saat jam yang ditentukan reaksi shabu sudah habis. P
mengungkapkan kalau reaksi shabu habis, P selalu sangat bergairah dalam melakukan
hubungan seks sehingga bisa memuaskan A. Kemudian seperti biasa, A mengira
kalau peneliti di rumah itu adalah sepupu P padahal sedang berlangsungnya penelitian
dengan mengaku sebagai sepupu P yang tinggal di rumah tersebut dalam beberapa
waktu agar A tidak merasa curiga. Kemudian A masuk ke kamar P dan seperti biasa
melakukan hubungan seks.
Seminggu kemudian tepat nya jam 24:00 WIB, P didatangi teman-temannya
dan mereka mengajak P untuk membakar lokasi yang berada di Kampung tersebut
karena lokasi tersebut tidak seseuai kesepakatan, dimana lokasi tersebut dan pihak
lingkungan membuat kesepakatan kalau lokasi tersebut beroperasi harus dimulai jam
24:00 WIB tapi kenyataannya lokasi tersebut beroperasi mulai jam 22: 00 WIB. P, E

Universitas Sumatera Utara

56

dan remaja lainnya membakar lokasi tersebut dimana saat itu suasana sangat ramai,
heboh dan ribut. Lokasi tersebut dekat dengan tanaman jagung sehingga saat kejadian
tersebut, WPS bersembunyi ke daerah jagung-jagung tersebut untuk menyelamatkan
diri.
Saat itu tidak ada korban, tetapi tidak dapat di dokumentasi karena sangat
tidak memungkinkan. Seminggu setelah kejadian dan suasana lingkungan sekitar
tenang, barulah dapat di dokumentasikan dengan di temani P ke lokasi tersebut. Tiga
belas hari kemudian, teman P yaitu E ditahan oleh beberapa orang yang tidak di kenal
dan memaksa E untuk memberitahu siapa saja yang terlibat dalam pembakaran lokasi
prostitusi tersebut. Nama P juga terseret dalam kasus tersebut.
4.2.2

Informan E

a.

Profil Informan
Informan E seorang remaja 21 tahun memiliki perawakan tinggi, kulit sawo

matang, badan proporsional, hidung mancung dan merupakan seorang mahasiswa di
universitas Medan. Tipikal remaja yang cepat bersahabat walau hanya baru
berkenalan, cepat berinteraksi, periang, selalu terbuka dan hati-hati, dibuktikan
dengan membaca seksama terdahulu surat persetujuan informan dengan teliti sebelum
menandatanganinya walaupun sudah diberitahu bahwa surat tersebut cuma sebagai
kesediaannya menjadi informan.
Tidak sulit untuk menjalin interaksi atau berkomunikasi dengan E pada
pertemuan pertama di lapangan bola. Ia segera mempersilahkan menyampaikan
maksud kedatangan dan bantuan apa yang dapat diberikannya. Ia juga menceritakan

Universitas Sumatera Utara

57

bagaimana

perilaku

pacaran

dengan

pasangannya

sampai

bagaimana

dia

mendapatkan keperawanan pasangannya setelah sekian lama dia meminta.
Informan E merupakan anak dari sepasang suami istri, yaitu anak dari Bapak
R yang berusia 50 tahun dan Ibu L yang berusia 46 tahun. kesehariannya, Bapak R
wiraswasta yang kerja ke luar Kota dan Ibu L ibu rumah tangga yang biasanya pergi
keluar rumah untuk menjemput anaknya pulang sekolah setelah pekerjaan rumah
selesai, arisan dengan teman-teman. Pasangan ini bersuku Jawa. Informan E memiliki
kekasih yang bernama R berusia 21 tahun. Dia juga seorang mahasiswa di perguruan
yang sama dengan informan E yang bersuku Melayu.
b.

Kasus Informan
Informan E duduk di bangku kuliah D-III di sebuah universitas di Medan. E

sering pergi dengan R dan sering melakukan hubungan seksual sampai hanya sampai
daerah pinggang ke atas. E selalu meminta keperawanan pasangannya tersebut karena
E sangat menyayangi R. Tetapi R tidak memberinya. E mengatakan ingin sekali
mendapatkan keperawanan pasangannya sehingga E berniat memberi R obat tetes
mata I agar mau. Ketika E ditanya dari mana tau informasi obat tersebut dia
mengatakan itu sudah sering diketahui orang bahkan di media internet juga ada. Sore
hari E mengajak R untuk ke hotel B melakukan hal yang biasa mereka lakukan, hotel
tersebut dari luar kelihatan sepi karena mempunyai jalan ke dalam. Setelah datang ke
resepsionis E memesan kamar setengah jam sebelum R datang di hotel mereka biasa.
Hal ini dilakukan agar R tidak tahu kalau E ditemani sampai ruang tunggu. Setengah
jam kemudian R datang dan masuk ke ruangan yang dipesan E. Seperti biasa awalnya

Universitas Sumatera Utara

58

mereka bercerita sejenak dengan E memberi minuman ke R yang saat itu R tidak
curiga karena seperti biasa E sering memberi R minuman, tapi kali ini sudah
dicampur dengan obat cairan mata yaitu I. Tujuh belas menit kemudian mereka
memulai melakukan pemanasan terlebih dahulu yaitu bercumbu kemudian mencium
bagian yang sensitif seterusnya ke bagian dada R. Setelah terbawa suasana E
melanjutkan ke daerah bawah pinggang, sampai akhirnya E mendapat keperawanan R
sampai terjadinya ejakulasi. Tetapi E melakukan coitus interuptus. Setelah itu E dan
R lelah dan tertidur setengah jam kemudian mereka bangun, mandi dan berkemas
sebelum meninggalkan hotel tersebut R bertanya pada E apakah E menaruh sesuatu di
minuman R sehingga dia sangat terangsang dan memberikan keperawanannya pada
E. Akhirnya R marah dan kecewa. Walaupun demikian E memberi penejelasan
kenapa dia melakukannya.
Selang tiga hari kemudian E dan R bertemu setelah usai perkuliahan, kali ini
R ke rumah E. R sangat dekat dengan keluarga E sehingga setiap R datang, ibu E
tidak begitu mengawasi karena sudah dianggap anaknya sudah besar. Rumah E besar,
kamar orang tua E berada di bagian depan. E dan R bercengkerama di ruang tamu
kemudian masuk ke kamar dan seperti biasa mereka melakukan hubungan seksual.
E merupakan teman P yang melakukan pembakaran lokasi prostitusi di
Kampung Banten. E ditahan oleh beberapa orang yang tidak dikenal dan dipaksa
untuk memberitahu siapa saja yang ikut dalam pembakaran tersebut. Awalnya E tidak
mengakuinya kemudian E dipukul, ditonjok sehingga E membuka mulut untuk
memberitahu siapa saja yang terlibat.

Universitas Sumatera Utara

59

4.2.3

Informan A

a.

Profil Informan
Seorang remaja berusia 21 tahun yang kesehariannya tidak bekerja, beberapa

bulan ini menjadi seorang pengangguran. Memiliki perawakan tubuh ideal, kulit sawo
matang, rambut lurus. Anak dari pasangan Bapak Y usia 52 tahun dan Ibu L usia 45
tahun. Bapak Y lulusan sekolah menengah pertama (SMP) yang merupakan karyawan
yang kesehariannya bekerja dan Ibu L lulusan sekolah dasar (SD) yang merupakan
seorang ibu rumah tangga yang selalu mengantar suaminya jika pergi kerja dan
menyambut suaminya ketika pulang kerja. Anak dari pasangan tersebut bernama A
yang memiliki kekasih bernama T usia 20 tahun bersuku Jawa. T berasal dari
Perbaungan yang bertempat tinggal di Tanjung Morawa di rumah kos. A mempunyai
tipikal ramah, tapi masih agak tertutup jika ditanya tentang pergaulannya baik
pergaulan pacaran maupun pemakai shabu di awal pertemuan. Tapi setelah dilakukan
pendekatan informan lebih terbuka dan menjelaskan semua yang ditanya dari
melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, temannya bahkan wanita pekerja
seksual.
b.

Kasus Informan
A menjalin hubungan dengan T sejak setahun yang lalu, A sering datang ke

kos T untuk melakukan hubungan seksual seperti biasanya. T mengajak untuk
melihat kejadian saat dia mendatangi kos pasangannya, setelah dua jam A keluar kos
dan kembali ke rumahnya, dia mengatakan kalau mereka melakukan hubungan
seksual dengan T.

Universitas Sumatera Utara

60

Selang tiga hari A juga mengajak mengikutinya ke lokasi daerah perbaungan
untuk menyewa wanita pekerja seks biasa dipakainya, T selalu datang ke lokasi. A
tidak bisa mengajak melihat lebih jauh karena takut ketahuan oleh WPS tersebut.
Seminggu kemudian, A bersama teman kerjanya yang bernama H pergi ke kos H dan
melakukan hubungan seksual.
4.2.4

Informan N

a. Profil Informan
Pasangan S dan T memiliki anak remaja yang bernama N. N berusia 22 tahun.
N lulusan sekolah menengah atas (SMA) yang sekarang bekerja di salah satu
perusahaan daerah Tanjung Morawa. Orang tua N selalu memanjakan anaknya oleh
karena anak keempat dari empat bersaudara. Setiap permintaannya dituruti selagi
orang tuanya mampu membelikan. Tetapi, dikarenakan kesibukan orang tua N karena
pekerjaannya di sebuah perusahaan, N kurang kontrol dari orang tua. N anak dari
pasangan bapak H berusia 59 tahun dan ibu Y berusia 56 tahun. Jika orang tuanya
bekerja, saudara-saudaranya juga bekerja, ia tinggal seorang diri. Sehingga ia mulai
bergaul dengan remaja sekitar dan sering melakukan hubungan seksual dirumahnya.
Informan N sangat cepat bergaul, mudah senyum, manja dan sangat cepat
terpengaruh oleh karena tidak adanya pendamping yang bisa mengarahkannya. N
tampak kesepian ditunjukkan dengan caranya yang selalu ingin bercerita tentang
dirinya.

Universitas Sumatera Utara

61

b. Kasus Informan
N mempunyai pasangan bernama F yang berusia 21 tahun. N dan F menjalin
hubungan dua tahun belakangan ini, awalnya N sering keluar dengan F karena tidak
memiliki teman di rumah akibat kesibukan orang tuanya. N selalu pergi siang pulang
tengah malam. F bertempat tinggal di kos-kosan yang bebas kapan pulangnya. Tidak
jarang N bermalam di kos F. Rumah kos F adalah tempat mereka melakukan
hubungan seksual.
F adalah wanita yang suka melakukan hubungan seksual saat menstruasi. N
mengetahui itu dan mereka selalu melakukannya karena N merasa kalau F menstruasi
hormonnya meningkat menjadi lebih terangsang.
4.3 Hasil Wawancara
Penggalian informasi melalui data primer dari informan yang diwawancarai
secara mendalam berjumlah empat orang, yang membahas masalah perilaku seksual
remaja dalam pencegahan HIV/AIDS. Uraian pembahasan dalam penelitian ini
berdasarkan hasil wawancara menjelaskan empat tema dan delapan belas sub tema.
1. Sumber Informasi
Sub Tema:
a. Teman sebaya
b. Orang tua
c. Petugas kesehatan
d. Media

Universitas Sumatera Utara

62

2. Pengetahuan
Sub Tema:
a. Pengetahuan seks sehat
b. Pengetahuan perilaku seksual
c. Pencegahan HIV
3. Sikap
Sub Tema:
a. Menunjukkan rasa sayang dengan hanya mengobrol tanpa sentuhan fisik
b. Jika berhubungan seksual yang salah dan tidak tepat dapat menyebabkan
HIV/AIDS
c. Setiap berhubungan seksual menggunakan kondom
d. Berhubungan seks setia pada satu pasangan
4. Tindakan
Sub Tema:
a. Usia pertama kali pacaran
b. Usia pertama kali melakukan hubungan seksual
c. Tindakan yang dilakukan jika mengalamai kehamilan
d. Dengan siapa saja anda melakukan hubungan seks
e. Jumlah pasangan seksual sampai sekarang
f. Tempat melakukan hubungan seks
g. Cara mencegah HIV/AIDS karena hubungan seksual

Universitas Sumatera Utara

63

Untuk lebih jelasnya dilampirkan hasil wawancara dalam penelitian ini yang
diuraikan dalam matriks di bawah ini:
1.

Karakteristik Informan :

Matriks 4.1 Karakteristik Informan di Kampung Banten Kecamatan Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang
Informan
Umur
Pendidikan
Jenis Kelamin
Keterangan
P

22 tahun

SMA

Laki-laki

Utama

E

21 tahun

Kuliah

Laki-laki

Utama

A

21 tahun

SMA

Laki-laki

Utama

N

22 tahun

SMA

Laki-laki

Utama

Ibu I

48 tahun

SMA

Perempuan

Pendukung

Bidan M

35 tahun

D-III

Perempuan

Pendukung

Dilihat dari karakteristik informan di atas, informan utama remaja dengan
umur 21 tahun sebanyak dua orang dan umur 22 tahun sebanyak dua orang juga dan
informan pendukung 1 orang berusia 48 tahun dan 1 orang berusia 35 tahun. Dilihat
dari status pendidikannya, tiga orang informan utama yaitu P,A dan N hanya lulusan
SMA sedangkan informan E sedang melanjutkan kuliah sedangkan informan
pendukung 1 orang lulusan SMA dan 1 orang lagi lulusan D-III bidan. Dilihat dari
jenis kelamin informan utama, keseluruhan informan adalah laki-laki dan keseluruhan
informan pendukung adalah perempuan.
2. Sumber Informasi
A. Teman Sebaya

Universitas Sumatera Utara

64

Matriks 4.2 Teman Sebaya
Informan
P

Pernyataan
“kalau aku pernah sih dapat informasi seks dari kawanku kalau
melakukan hubungan seks tuh harus hati-hati jangan sampai anak
orang hamil yah tu lah dik “dikencingkan” biar keluar spermanya
yah jadi gak jadi anaklah,,,,trus kalau anak orang nanti hamil
bisa jadi nanti aborsi katanya kalau aborsikan katanya sakit,
belum lagi nanti mamaknya tahu,,,gilak lah apalagi mamakku
dik...dik,,,,”,,,,,,,,,,(suasana di depan rumah dengan kebisingan
kendaraan yang lewat),,,,,,,,,,,,,,
“aku samanya kayak kawanku pacaran dah ngelakuin juga ma
pacarku dik,,sebenarnya karena dah rata-rata gitu jadi gak malu
la kadang kami saling cerita cemana sama pasangan kami
masing-masing,,apalagi aku terkejut waktu si E bilang jadinya dia
dapatin keperawanan si R pacarnya tuh karena pakai obat tetes
mata I tu loh”,,,,,,,,,,,,,,,,,,(kebisingan pihak ketiga dan peneliti
yang terkejut sambil bertanya kronologi ceritanya),,,,,,,,,,,,,,
Kalau untuk cegah HIV yah aku dapat info dari kawan pakai
kondom lah,,,,tapi aku kan memang gak pakai dik,,orang si A
bersih kok,,,aku yakin aja sama dia walaupun dia pas sama aku
dah gak perawan sih”,,,,,,,,,,,,,(suara tetangga memanggil
anaknya),,,,,,,,,,,,,,,

E

hmmm,,,,kalau aku tau seks dari kawan,,,,,apa yaahhh oh ya,,,
tentang obat tetes mata I tuh lah yang bisa buat ngerangsang
cewekku biar dia mau ngasih perawannya yang katanya kalau dah
Matriks 4.2 (Lanjutan)

Informan

Pernyataan

Universitas Sumatera Utara

65

dikasih tuh dia lebih terangsang. Yah aku coba lah makanya aku
tahu trus aku tahu juga cara supaya pasangan gak hamil yah
pakai kondom gitu,,”
“Dulu aku sama si P sering kemana-mana sama, dia sama aku
emang kayak gitunya, tau sama tau aja lah tuh dik,,,dik kalau dah
ngelakuin,,,,,jadi waktu aku cerita orang tuh dah pada maen dari
pinggang ke bawah yah aku mau juga lah apalagi aku sayang
sama si R jadi aku pakai lah obat tetes mata tuh”
“kalau HIV/AIDS yah yang aku tau dari kawan-kawanku kondom
selain biar gak hamil pasangan kita, yah bisa cegah HIV
yah,,,walaupun aku gak pakai,,,”
A

“aku tau tentang tuh yah cara supaya anak orang gak hamil dik
sama pakai super magic supaya gak nular HIV kan dah di
bersihin tuh pakai 2 tisu tuh dik jadi gak pakai-pakai kondom lagi
lah,,,belinya pun gampang di indomaret atau swalayan gitu ada
dik,,,tulah kan dik kalau sama kawan aku mau aja ikut sambil
ngumpul-ngumpul,,,Kadang kalau aku lagi gak kepikir mau
minum obat tuh karena di ajak,,,,ya maulah aku biar sekalian
ngumpul trus kami keluar tulah yang ke banci-banci tuh”

N

“Hahah,,,tuh dah rahasia umum bagi kami,,,dah tau sama tau,,,
pasti ada aja lah info-info seks cara gak buat anak orang hamil,
kalau ada keluhan penyakit berobat kemana,,,,,trus kawanku juga
pernah cerita-cerita kondom dulu supaya bisa maen sama
pasangan walaupun bukan sama pacar kita yah,,kayak PSK tuh
dik,,biasalah takut juga aku HIV walaupun aku gak pakai kondom
tapi aku pakai super magic”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan, dapat diketahui
bahwa peran teman sebaya sangatlah kuat tentang informasi seksualitas maupun

Universitas Sumatera Utara

66

HIV/AIDS. Seluruh informan mendapat informasi seksualitas dari teman sebaya
tentang

cara

pencegahan

kehamilan

pada

pasangan

tanpa

menggunakan

kondom/menggunakan serta informasi pencegahan HIV/AIDS tentang cara
pencegahan HIV/AIDS dengan penggunaan kondom walaupun mereka tidak
menggunakannya.
B. Orang tua
Matriks 4.3 Orang Tua
Informan
P

Pernyataan
“Kalau aku ma mamak kan kayak kau liat lah dik,,,dekat tapi yang
betul ajalah gak mungkin aku cerita gaya pacaranku ma bu I,,, kalau
diawasi ya enggaklah namanya aku dah gede ,,,karena waktu A
nginap dianya oke oke aja ya tapi kami gak mungkin terang-terangan
jugalah dik,,,,”
“Mana pulak orang tuaku cerita seks ato ngasih tau gitu dik,,,dik,,tau
seks pun pas belajar biologi dulu tuh pun tentang pengenalan alat
reproduksi”

E

“Ku dekat kali sama mamak,,,, sampek pernah kalau ada masalahku
sama R pasti aku curhat sama mamak, kayak kemaren tuh kami
berantam mamakku ikut nyelesaiin tapi gak mungkinlah dia tau dah
sampek mana hubungan kami.,,R sama aku juga pernah nginap di
rumah P mamakku juga tau,,,”
Hmm,,, kalau pendidikan seks dari orang tua gak pernah yah aku tau
dari sekolah dulu pelajaran biologi sikit-sikit,,,

Universitas Sumatera Utara

67

Matriks 4.3 (Lanjutan)
Informan

Pernyataan
“Mmm,,,kayak orang tua sama anak biasalah,,,kalau aku mau keluar

A

ya aku bilang sekalian minta duit,,,tapi dianya gak nanyak sama siapa
karena bagi dia aku kan dah gede,,,,yang penting pandai jaga diri
aja...........Pendidikan seksual dari orangtua yah gak da lah,,,palingan
waktu belajar biologi sekilas taulah”
N

“Orang tuaku tuh sibuk kerja,,,yang penting orang tuh tau kalau
anaknya baik-baik aja gak pernah ada masalah.,,,,,
Pacaran??? Ya boleh lah,,,hahah”
“,,,,,,pendidikan seks ya dari sekolah SMA dulu lah aku kan jurusan
IPA”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, dapat diketahui bahwa tiga

informan dekat dengan orang tua bahkan menceritakan tentang hubungan pacarannya
yang baik-baik saja atau lagi bertengkar. Sedangkan satu informan kedekatan dan
komunikasi dengan orang tua hanya sekedarnya dikarenakan kesibukan orang tuanya.
Sedangkan tentang keterbukaan tentang sejauhmana hubungan pacaran informan
tidak diketahui oleh seluruh orang tua informan, karena masih tabunya hal tersebut
dan takutnya dimarahi dengan orang tua. Seluruh informan menyatakan pengawasan
orang tua sangat bebas sedangkan pendidikan seksual, seluruh informan tidak
mendapatnya dari orang tua.

Universitas Sumatera Utara

68

C. Petugas Kesehatan
Matriks 4.4 Petugas Kesehatan
Informan

Pernyataan
“Waktu SMA dulu,,,ibu-ibu puskesmas datang penyuluhan gitu tentang

P

narkoba, rokok, HIV/AIDS sama yang lain-lainlah banyak”
“Ada

E

orang

puskes

ke

sekolah,,,biasalah

ngasih

penjelasan

HIV/AIDS”
“Palingan orang puskes datang dulu kalau orang puskes datang ya

A

kami di suruh kumpul terus dikasih penjelasan HIV/AIDS, narkoba,
seks banyak lah”
“Oh,,,dari orang ibu-ibu puskesmas ngadain acara penyuluhan...”

N

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, seluruh informan mengetahui seks
dan HIV/AIDS dari petugas kesehatan puskesmas yang mengadakan penyuluhan di
sekolah menengah mereka terdahulu.
D. Media
Matriks 4.5 Media
Informan
P

Pernyataan
“ya internet,,, Karenakan gampang tinggal buka handphone
aja,,trus DVD lah biar liat video gitu cemana orang tuh
ngelakuinnya jadikan ntar dicoba. Tuh kan nambah info juga
ka cemana aja cara orang tuh selain memuaskan nafsu kita
hahahah” Pengaruh kali lah ,,,,bisa liat yang enggak enggak
dik,,,Setiap kapan aku mau lah....

Universitas Sumatera Utara

69

Matriks 4.5 (Lanjutan)
Informan

Pernyataan
internet,,,biasa di warnet,,,Kalau gak dari handphone ya dari

E

warnet lah,,,Kalau aku lagi nyantai-nyantai
ya pasti internet lah,,, kadang DVD,,,Sama si P trus si E kami

A

sama-sama belinya.,,,,,,,Kapan mau lah
pasti internetlah kalau gak ke warnet, yah kalau lagi malas ke

N

warnet ya dari handphone lah,,siapa yang gak punya internet
sekarang,,,
Gampang di akses.....Kapan aja bisa,,,,
Berdasarkan hasil wawancara di atas, keseluruhan informan lebih sering
menggunakan handphone untuk mengakses internet karena lebih mudah untuk
diakses dan bisa digunakan setiap saat. Informan juga sering ke warnet untuk
mendapatkan info yang ingin diketahuinya.
3. Pengetahuan
Matriks 4.6 Pengetahuan seks sehat
Informan
P

Pernyataan
“hahahah,,,,,,jangan pacaran kalau gitu,,,,seks sehat tuh kan
berarti kebalikan dari gak sehat dik,,seks sehat gak ngelakuin
hubungan seks, gak gonta-ganti pasangan, gak maen sama
PSK betul gak dik,,yah kalau gitu jangan pacaran dululah
(sambil menunggu jawaban apakah jawabannya benar”)

E

(diam sejenak sambil mengernyitkan dahi),,,,”apa tadi ka,
coba ulang pertanyaannya,,,,,seks tuh rupanya ada macammacamnya ya,,,,,,,,hmm,,, kalau menurut aku dik seks sehat tuh

Universitas Sumatera Utara

70

Matriks 4.6 (Lanjutan)
Informan

Pernyataan
ya gak pacaranlah,,,,,ato jangan macam-macamlah kalau
ngapain apalagi minimal ciumanlah gak usah sampek “maen”.
Intinya sih dik kayak kata orang-orang tuh pacaran setelah
nikah lah hahahahah”
hmm,,,apa ya,,, kalau aku rasa dik seks abis nikah lah,,karena

A

kalau sebelum nikah sama aja kayak kami nih bisa kena
penyakit yang enggak-enggak apalagi gonta-ganti pasangan
kalau gak cocok putus, cari lagi, maen lagi sama yang laen,
gitu-gitu jalah seterusnya kalau belum nikah“
N

“kayaknya,,,,,berhubungan seks setelah nikah mungkin,,,tapi
jangan jajan di luar jugaklah dik sama ja tu namanya gak
sama satu pasangan”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, seluruh informan mengetahui
apa yang dimaksud dengan seks sehat tetapi mereka tidak dapat menjelaskan dengan
baik definisi dari seks sehat. Mereka hanya mengetahui sekilas dari seks sehat
berdasarkan contoh yang kemudian dikaitkan dengan kebalikan dari seks tidak sehat
yaitu tidak melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan.
Matriks 4.7 Pengetahuan Perilaku seksual
Informan
P

Pernyataan
“,,,yah perilaku yang berhubungan sama seks-seks gitu pas
pacaran,,,kayak

ciuman,

pegang-pegang

daerah

sensitif,,,,,kalau terlalu jauh ngelakuinnya ya bisa hamil
palingan, trus kayak si A tuh kadang mau sakit bagian V nya

Universitas Sumatera Utara

71

Matriks 4.7 (Lanjutan)
Informan

Pernyataan
mungkin karena kebanyakan kali ya dik hahahah palingan
kalau dah kayak gitukan dik minum obat penghilang sakit aja
dianya yang warna kuning dia ku lihat,,,kalau mau cegah yah
jangan pacaran lah, tapi gak mungkin sekarang nih gak ada
acara pacaran,,,,,”

E

“perilaku seksual itu gaya pacaran kita tuh kayak mana udah
sampek mana dan sejauhmana pas pacaran....kayak ciuman
lah sampek maen,,,,, kala