Peranan Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Pegawai Pada Kantor Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Medan Chapter III IV

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Kepemimpinan
Dalam organisasi, kepemimpinan sangat penting. Karena organisasi yang

memiliki kepemimpinan yang baik akan mudah dalam meletakkan dasar
kepercayaan terhadap anggota-anggotanya, sedangkan organisasi yang tidak
memiliki kepemimpinan yang baik akan sulit untuk mendapatkan kepercayaan
dari para anggotanya. Organisasi tersebut akan kacau dan tujuan organisasinya
tidak akan tercapai (Rivai, 2009:284).
Selain itu, kualitas kepemimpinan dapat mendorong seseorang memiliki
karir yang sukses dan bahagia. Kepuasan kerja berasal dari kepemimpinan. Akan
tetapi, para pegawai merasa bahwa banyak pemimpin gagal mengembangkan
keterampilan kepemimpinannya dan alasan utama kegagalan pegawai adalah
kepemimpinan yang lemah. Dengan kata lain, kita memerlukan pemimpin yang
lebih banyak dan lebih baik (Lussier, 2002:229).
Kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan kekuasaan dan tanpa adanya
kekuasaan maka tidak mungkin seseorang jadi pemimpin. Memimpin artinya

mempengaruhi atau meyakinkan orang lain agar mau bekerja seperti yang
dikehendaki sesuai dengan aturan atau standar kinerja organisasi. Secara singkat
dapat dikatakan tugas pemimpin adalah dapat mempengaruhi mereka yang
dipimpin (pegawai) agar mau mengikuti pemimpin untuk bekerja dengan sebaikbaiknya sehingga mencapai tujuan yang telah ditentukan pimpinan Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

3.1.1 Pengertian dan Peranan Kepemimpinan
Menurut Northouse (2011:1) yang dimaksud dengan kepemimpinan
adalah proses di mana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu
untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Wood (2000:314) kepemimpinan
adalah pengaruh interpersonal yang menyebabkan sekelompok orang melakukan
apa yang dikehendaki oleh pemimpin atau manajer untuk dilakukan. Pada
dasarnya kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang strategis
karena kepemimpinan dapat menggerakkan, memberdayakan, dan mengarahkan
sumber daya secara efektif dan efisien kearah pencapaian tujuan. Keberadaan
kepemimpinan menjadi lebih penting untuk mengembangkan visi misi organisasi
masa depan.
Dengan demikian kepemimpinan mengandung unsur-unsur:

1. Kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok
2. Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain
3. Kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Dalam

menjalankan

tugas

kepemimpinannya

seorang

pemimpin

mempunyai peranan yang sangat penting dan boleh dikatakan sangat menentukan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan. Untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan, seorang pemimpin harus melakukan
berbagai peranan-peranan tersebut antara lain:


Universitas Sumatera Utara

a.

Pemimpin yang eksekutif
Peranan pemimpin sebagai eksekutif sering juga disebut administrator,
artinya dia berfungsi untuk menterjemah kebijaksanaan kegiatan yang
dapat dilaksanakan. Dia memimpin dan megawasi tingkah laku orang yang
menjadi bawahan serta membuat keputusan-keputusan yang akan
dilaksanakan.

b.

Pemimpin sebagai penengah
Peranan pemimpin sebagai penengah dalam setiap permasalahan adalah
melakukan tindakan sebagai penunjang atas keputusan yang diambil,
pemimpin harus bersikap bijaksana dalam menangani permasalahan yang
dihadapi.

c.


Pemimpin sebagai pengajar
Kemampuan dalam memberikan inspirasi atau anjuran kepada para
bawahan merupakan salah satu peranan pemimpin yang sangat bermanfaat
bagi bawahannya.

d.

Pemimpin yang ahli
Pemimpin

berperan

atas

pengetahuan

yang

dimilikinya


karna

pengetahuannya dan pimpinan wajib memberikan penerangan kepada
kelompok-kelompok yang dipimpinnya berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya.

3.1.2 Tipe Kepemimpinan
Menurut Arifin (2012:89) Tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi
atau kelompok masyarakat dapat digolongkan dalam enam tipe sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

A.Tipe otokratis
1.

Menganggap organisasi sebagai milik pribadi

2.


Mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

3.

Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat

4.

Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya

5.

Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata

B.Tipe militeristis
1.

Dalam menggerakan bawahannya lebih sering mempergunakan
sistem perintah


2.

Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan

3.

Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan

4.

Sukar menerima kritikan dari bawahannya

C.Tipe paternalistis
1.

Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa

2.

Bersikap terlalu melindungi (over protective)


3.

Sering bersikap mahatau

4.

Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut
mengambil keputusan

D.Tipe kharismatis
Tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang dipandang sulit
untuk dianalisis, karena literatur yang ada tentang kepemimpinan kharismatik
tidak memberikan petunjuk yang cukup. Artinya, tidak banyak hal yang dapat
disimak dari literatur yang ada tentang kepemimpinan kharismatik ini.

Universitas Sumatera Utara

E.Tipe demokratis
1. Dalam proses penggerakan bawahan melalui kritik tolak dari

pendapat bahwa manusia adalah makhluk yang termulia
2.

Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik bawahannya

3.

Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam
usaha mencapai tujuan

4.

Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari
pada dia sendiri.

D.Tipe laissez faire
Tipe kepemimpinan ini seperti halnya tipe kepemimpinan kharismatik,
literatur tentang kepemimpinan juga tidak banyak membahas tipe kepemimpinan
ini. Seorang pemimpin yang laissez faire berpandangan, bahwa pada umumnya
organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi

terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi
tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai.

3.1.3 Gaya Kepemimpinan
Di bawah ini akan dibahas berbagai teori/perspektif gaya kepemimpinan
(Kaswan, 2013:271)
a.

Gaya model fiedler contingency
Model fiedler contingency berpendapat bahwa gaya kepemimpinan tetap

stabil lintas waktu dan lintas berbagai pengalaman kepemimpinan. Para pemimpin
yang memiliki gaya yang termotivasi oleh tugas (task-motivated style) menikmati
perasaan bangga dalam menyelesaikan tugas atau memiliki kelompok yang

Universitas Sumatera Utara

mengerjakan pekerjaan dengan baik. Para pemimpin dengan gaya yang
termotivasi hubungan (relationship-motivated style) berusaha lebih banyak
mewujudkan rasa hormat dalam hubungan interpersonal dan mengalami kepuasan

di dalam membantu kelompok berkembang sebagai sebuah tim (Hunsaker,
2001:322).
b.

Kepemimpinan situasional
Kepemimpinan situasional telah berkembang menjadi sebuah pendekatan

yang efektif untuk mengendalikan dan memotivasi orang-orang karena
pendekatan ini membuka jalur komunikasi dan mendukung terjadinya kerja sama
antara

pemimpin dan orang-orang yang didukung dan bergantung kepada

pemimpin (Blanchard, 2007:104).
Kepemimpinan situasional didasarkan pada kepercayaan bahwa setiap
orang dapat dan ingin berkembang dan tidak ada gaya kepemimpinan terbaik yang
bisa mendukung perkembangan itu. Pemimpin harus menyesuaikan gaya
kepemimpinannya terhadap keadaan yang sedang terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1.3 Gaya Kepemimpinan Situasional
Gaya Kepemimpinan

Karakteristik

Mengarahkan (directing)

Perilaku mengarahkan tinggi, perilaku mendukung
rendah

Melatih (coaching)

Perilaku mengarahkan tinggi, perilaku mendukung
tinggi

Mendukung (supporting)

Perilaku mengarahkan rendah, perilaku mendukung
tinggi

Mendelegasikan

Perilaku mengarahkan rendah, perilaku mendukung

(delegating)

rendah

Sumber: Kaswan (2013)
c.

House’s updated path-goal theory
Teori ini berasumsi bahwa pemimpin yang efektif bisa meningkatkan

motivasi

pekerja

dengan

memperjelas

persepsi

individual

mengenai

tujuan/sasaran kerja, mengaitkan penghargaan yang bermakna dengan pencapaian
sasaran.
d.

Substitusi untuk kepemimpinan
Teori substitusi untuk kepemimpinan mengidentifikasikan kondisi-kondisi

yang membatasi kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan atau
membuat gaya kepemimpinan itu tidak perlu.
e.

Kepemimpinan tingkat lima
Maxwell (2012:305) mengemukakan bahwa organisasi yang hebat juga

memiliki pemimpin yang hebat dan organisasi terbaik memaksimalkan

Universitas Sumatera Utara

kemampuan mereka, organisasi tingkat lima, menjadi seperti apa keadaan mereka
saat ini karena mereka dipimpin oleh pemimpin tingkat lima.

3.1.4 Fungsi dan Tanggung Jawab Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai
dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan
situasi social dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi
itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi social
kelompok/organisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial
kelompok/organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi
tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan
terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan
sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya. Oleh karena itu berarti
fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial suatu kelompok/organisasi.
Fungsi kepemimpinan itu memiliki dua dimensi sebagai berikut :
1) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam
tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang
yang dipimpinnya.
2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orangorang

yang

dipimpin

dalam

melaksanakan

tugas-tugas

pokok

Universitas Sumatera Utara

kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusankeputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat
dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu
adalah :

a) Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin
sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahan pelaksanaannya pada
orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak
yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana agar keputusan dapat
diwujudkan secara efektif. Fungsi orang dipimpin (anggota kelompok/organisasi)
hanyalah melaksanakan perintah. Fungsi ini berarti juga keputusan yang
ditetapkan pimpinan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau
menterjemahkannya menjadi instruksi/perintah.

b) Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun
pelaksanaanya sangat tergantung pada pihak pemimpin. Pada tahap pertama
dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan
pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukannya secara terbatas hanya dengan
orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi
yang diperlakukannya dalam menetapkan keputusan.

Universitas Sumatera Utara

c) Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga
berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan
dan sesama orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin
berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota
kelompoknya memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
melaksankan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan
posisi/jabatan masing-masing.

d) Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengaharuskan pemimpin memilah-milah
tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat
dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya
berarti kepercayaan. Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin
karena kemajuan dan perkembangan kelompok/organisasinya tidak mungkin
diwujudkannya sendiri.

e) Fungsi Pengendalian
Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah. Fungsi pengendalian
bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas
anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga

Universitas Sumatera Utara

memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan
itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin
harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan
anggota kelompok/organisasinya.
Tanggung jawab kepemimpinan yaitu :
A)

Menentukan tujuan pelaksanaan yang realistis (dalam arti kuantitas,
kualitas, keamanan)

B)

Memberikan kompensasi yang sepadan

C)

Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif

D)

Menunjukkan perhatian kepada para pegawainya

E)

Melengkapi para pegawai dengan sumber-sumber dana yang diperlukan
untuk menjalankan tugasnya

F)

Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengandung
partisipasi apabila memungkinkan

G)

Memulai pelaksanaan pekerja dan mengkomunikasikan hasilnya

H)

Mengkonsumsikan kompensasi yang sepadan untuk mendorong
prestasi.

3.2

Motivasi
Dalam melaksanakan kegiatannya seorang pemimpin harus mampu

mempengaruhi pegawai untuk bekerja secara maksimal dan memotivasi supaya
tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

3.2.1 Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya
penggerak”. Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi
situasi kerja di perusahaan (situation). Di dalam perusahaan motivasi berperan
sangat penting dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Tujuan
dalam memberikan motivasi kerja terhadap karyawan agar karyawan dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian berarti juga
mampu memelihara dan meningkatkan moral, semangat dan gairah kerja, karena
dirasakan sebagai pekerjaan yang menantang.
Menurut Danim (2004:2), motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,
kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikolog yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan
apa yang dikehendakinya. Robert Dubin dalam Danim (2004:22) mengartikan
motivasi sebagai kekuatan kompleks yang membuat seseorang berkeinginan
memulai dan menjaga kondisi kerja dalam organisasi. Motivasi diartikan sebagai
setiap kekuatan yang muncul dari dalam diri individu untuk mencapai tujuan atau
keuntungan tertentu di lingkungan dunia kerja atau didalam kehidupan pada
umumnya.

3.2.2 Jenis-jenis motivasi
Menurut Danim (2004:17) Motivasi merupakan fenomena hidup yang
banyak corak dan raganya. Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan kedalam
empat jenis antara lain :

Universitas Sumatera Utara

a.

Motivasi positif
Motivasi positif didasari atas keinginan manusia untuk mencari

keuntungan-keuntungan tertentu. Manusia bekerja di dalam organisasi jika dia
merasakan bahwa setiap upaya yang dilakukannya akan memberikan keuntungan
tertentu, apakah besar atau kecil. Dengan demikian, motivasi positif merupakan
proses pemberian motivasi atau usaha membangkitkan motif, dimana hal itu
diarahkan pada usaha untuk mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik
dan antusias dengan cara memberikan keuntungan tertentu kepadanya. Jenis-jenis
motivasi positif antara lain adalah imbalan yang menarik, informasi tentang
pekerjaan, kedudukan atau jabatan, dan pemberian kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang.

b.

Motivasi negatif
Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari

rasa takut, misalnya, jika dia tidak bekerja akan muncul rasa takut dikeluarkan,
tidak diberi gaji, dan takut dijauhi oleh rekan sekerja. Motivasi negatif yang
berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu mencapai tujuan. Personalia
organisasi menjadi kreatif, serba takut, dan terbatas geraknya.

c.

Motivasi dari dalam
Motivasi dari dalam timbul pada diri seseorang waktu dia menjalankan

tugas-tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri orang itu sendiri.
Dengan demikian berarti juga bahwa kesenangan seseorang muncul pada waktu
dia bekerja dan dia sendiri menyenangi pekerjaannya itu. Motivasi muncul dari

Universitas Sumatera Utara

dalam diri individu karena memang individu itu mempunyai kesadaran untuk
berbuat.

d.

Motivasi dari luar
Adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya pengaruh yang ada

diluar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri. Motivasi dari luar biasanya
dikaitkan dengan imbalan. Kesehatan, kesempatan cuti, program rekreasi, dan
lain-lain. Pada konteks ini manusia organisasional ditempatkan sebagai subjek
yang dapat didorong oleh faktor luar. Manusia bekerja, karena semata-mata
didorong oleh adanya sesuatu yang ingin dicapai dan dapat pula bersumber dari
faktor-faktor diluar subjek.

3.2.3 Faktor-faktor yang mendorong motivasi kerja pegawai :
a) Gaji cukup yang dapat memuaskan kebutuhan fisiologi, social, dan
kebutuhan egoistic
b) Pekerjaan yang berarti, dipandang dari hasil prestasi kerja pegawainya
c) Organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat
d) Pekerjaan yang aman secara ekonomis, artinya memperoleh penghasilan
yang teratur (adanya jaminan pensiun)
e) Kondisi kerja yang aman, nyaman dan menarik
f)

Pimpinan yang adil dan bijaksana, tidak memihak apapun dan tidak
membeda-bedakan pegawainya

g) Kesempatan untuk maju (membangun karir dan bakat)
h) Kebutuhan akan pengarahan dan perintah yang wajar dari atasan

Universitas Sumatera Utara

i)

Rekan sekerja yang kompak
Banyak orang yang senang bekerja disuatu perusahaan karena adanya
rekan-rekan kerja yang erat, kompak dan aman dalam hal ini mereka
sudah saling mengasihi dalam bekerja. Diterimanya seseorang dalam
kelompok kerja berarti ada rasa puas bekerja.

j)

Penghargaan atas pekerjaan yang dilaksanakan
Kebanyakan orang ingin dihargai hasil karyanya. Oleh karena itu
pimpinan perlu menghargai hasil kerja yang telah dilaksanakan oleh
pegawai sehingga pegawai merasa senang untuk melaksanakan tugastugas yang dilakukan.
Untuk itu pimpinan harus bisa memotivasi para pegawainya, seorang

pemimpin harus dapat mengetahui apa yang menjadi motif para bawahannya
dalam bekerja pada suatu instansi. Pimpinan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
Medan sudah memberikan motivasi kerja kepada bawahannya baik secara internal
maupun secara eksternal. Motivasi secara internal yang diberikan pimpinan
misalnya, pemenuhan kebutuhan pegawai yang berhubungan dengan instansi.
Contohnya instansi telah mempunyai peralatan yang modern, mesin cetak yang
sangat canggih dan menggunakan sistem komputerisasi, dengan ini diharapkan
dapat meningkatkan motivasi kerja dan produktivitas pegawainya. Selain itu
motivasi yang diberikan pimpinan yaitu dengan memberikan gaji yang sesuai
dengan ketentuan yang ada, memberikan jaminan kerja, tunjangan-tunjangan,
kompensasi, promosi jabatan dan jaminan hari tua. Dari hasil penelitian ini
pegawai menjawab merasa senang dan puas dengan jaminan hari tua yang

Universitas Sumatera Utara

diberikan oleh pimpinan, dan penghargaan atas prestasi pegawai sudah
dilaksanakan dengan baik.
Dengan adanya hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan,
maka akan menimbulkan kerjasama yang baik dan saling menghargai satu sama
lain, dari penelitian ini pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan
mengatakan bahwa apabila pegawai memberikan pendapat dalam suatu rapat
selalu dihargai oleh semua pegawai yang hadir dalam rapat, dengan adanya
hubungan yang harmonis ini maka akan tercapai suatu tujuan yang diinginkan dan
pegawaipun akan merasa nyaman dalam bekerja dan akan timbul suatu motivasi
dalam dirinya untuk mengembangkan karir mereka masing-masing. Kemudian
pegawai juga mengatakan bahwa mereka selalu diberikan kesempatan untuk dapat
berprestasi. Demi selalu menjaga kerjasama yang baik maka semua pegawai wajib
ikut serta atau berpartisipasi setiap ada kegiatan di kantor.

3.2.4 Metode motivasi
Menurut arifin (2012:157) ada dua metode motivasi yaitu :
1) Motivasi langsung
Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung
kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta
kepuasannya. Misalnya : pemberian pujian, penghargaan, tunjangan
hari raya, bonus, dan tanda jasa.

Universitas Sumatera Utara

2) Motivasi tidak langsung
Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya berupa
fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang kelancaran tugas
sehingga para karyawan betah dan bersemangat dalam melaksanakan
tugas/pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin-mesin yang
baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman serta penempatan kerja
yang tepat.

3.3

Peranan Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Motivasi Pegawai
Dalam menjalankan tugas kepemimpinan, seorang pemimpin mempunyai

peranan yang sangat penting dan boleh dikatakan sangat menentukan dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan.
Pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, peranan kepemimpinan
dalam meningkatkan motivasi pegawai, antara lain :
a) Memberikan teladan kepada bawahan
Jam kerja yang tepat, dimana pemimpin dikantor lebih awal datang dari
bawahannya yaitu tepat jam 08.00 WIB.
b) Memberikan perintah
Pemimpin dalam memberikan perintah kepada bawahannya yang
berhubungan dengan pekerjaan selalu memperhatikan kemampuan yang
dimiliki oleh para bawahan tersebut agar hasil yang dicapai berhasil
dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

c) Memberikan tanggung jawab
Pimpinan memberikan tanggung jawab kepada bawahannya agar dapat
bekerja dengan baik.
d) Memberikan dorongan kemajuan
Pimpinan memberikan dorongan kepada para bawahannya untuk
melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, dalam
menciptakan suasana persahabatan serta hubungan saling mempercayai
dan menghormati dengan para bawahan lain.
Pimpinan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dalam
melaksanakan perannya sebagai pimpinan perusahaan dalam meningkatkan
motivasi kerja pegawai sudah baik sesuai dengan prosedur kerja pemerintah.
Pimpinan mampu membawa diri baik itu internal maupun eksternal instansi,
pimpinan bisa memberikan contoh atau teladan bagi para bawahannya agar lebih
bisa bekerja dengan baik dan dalam memberikan motivasipun sudah baik. Hal ini
terlihat banyak para pegawai yang merasa sangat senang dan puas bekerja di
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan karena adanya motivasi-motivasi
kerja dari pimpinan sehingga dengan kepuasan tersebut dapat meningkatkan
semangat kerja pegawai.
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam peran
kepemimpinan, pegawai menjawab peran pemimpin sudah baik karena mampu
mengorganisir

bawahannya

secara

baik.

Selain

pemimpin

mempunyai

pengetahuan yang luas, berpendidikan tinggi, dan berkemampuan tinggi dalam

Universitas Sumatera Utara

bidang teknologi, pemimpin juga bisa jadi kepala bagi para pegawai karena
pemimpin selalu membantu pegawai yang

mengalami kesulitan dalam

pekerjaannya, tetapi masih ada pegawai yang sering terlambat dalam mengikuti
apel pagi yang di adakan setiap pagi di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
Medan, pegawai juga sering pulang sebelum waktunya. Hal ini disebabkan karena
kurang disiplinnya terhadap waktu atau jam kerja.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, motivasi kerja
sudah berjalan dengan baik, pegawai sudah merasa puas karena pemimpin sudah
memberikan fasilitas dan insentif kepada pegawai seperti asuransi, jaminan
kesehatan, THR, pensiun, dan adanya intensif misalnya pemberian bonus kepada
pegawai yang berprestasi. Dengan adanya fasilitas-fasilitas kerja dan insentif bagi
pegawai diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja pegawai sehingga
dengan semangat kerja pegawai yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas kerja pegawai. Adapun yang dihadapi pimpinan dengan adanya
pemberian fasilitas dan insentif

kadang masih kurang memuaskan pegawai

karena keinginan yang berbeda-beda sehingga menyulitkan pimpinan dalam
memenuhi semua apa yang diinginkan pegawai tetapi pemimpin mampu
memecahkan semuanya.
Untuk mengatasi kendala-kendala dalam kepemimpinan di Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja Kota Medan :
a)

Pimpinan di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan menggunakan
gaya kepemimpinan partisipatif yaitu suatu cara memimpin yang
memungkinkan para bawahan turut serta dalam proses pengambilan

Universitas Sumatera Utara

keputusan, bila ternyata proses tadi mempengaruhi kelompok, atau bila
memang kelompok (bawahan) ini mampu turut berperan dalam
pengambilan keputusan.
b) Pemberian sanksi yang tegas oleh pimpinan kepada pegawai kurang
disiplin terhadap waktu atau jam kerja karena ada beberapa pegawai yang
terlambat masuk kerja dan pulang lebih awal dari waktu yang telah
ditentukan.
c)

Pimpinan mampu melihat kemampuan pegawainya sehingga tugas atau
wewenang yang diberikan dapat dikerjakan dengan cepat, tepat dan akurat.

d) Pimpinan harus mampu memenuhi kebutuhan fisiologis pegawainya
dengan memberikn penghargaan atau uang tambahan kepada pegawainya
berdasarkan prestasi kerja yang diperoleh. Sehingga pegawai tidak
mengeluh dengan gaji yang diperoleh, sehingga kebutuhan konsumsipun
dapat terpenuhi.
Pimpinan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan selalu berusaha
mendekatkan diri pada setiap bagian pegawainya. Pimpinan selalu berusaha
menjalin kerja sama yang baik dengan bawahannya, begitu juga dengan para
pegawainya. Mereka selalu menjaga hubungan yang baik antara sesama
pegawai untuk menciptakan suatu kondisi yang menyenangkan. Kerja sama
yang baik antar pegawai memotivasi pegawai untuk melakukan yang terbaik
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai

Peranan Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Pegawai pada
kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
1.

Peran kepemimpinan pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan
sudah baik sehingga masuk dalam kriteria kepemimpinan yang baik.

2.

Penelitian tentang motivasi kerja pegawai sudah masuk dalam kriteria baik,
jadi pemimpin dalam memotivasi pegawai sudah baik dan benar,
penghargaan atas prestasi kerja sudah berjalan dengan lancar sehingga
motivasi pegawaipun akan meningkat.

3.

Keputusan yang diambil oleh pimpinan di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kota Medan belum sesuai dengan harapan pegawainya, pegawai kurang
disiplin terhadap waktu atau jam kerja, karena masih ada beberapa pegawai
yang terlambat masuk kerja dan pulang lebih awal dari waktu yang telah
ditentukan. Pimpinan dalam memberikan tugas atau wewenang tidak selalu
disesuaikan dengan kemampuan pegawainya, dan pegawai belum dapat
terpenuhi kebutuhan fisiologisnya berupa gaji bulanan dan kebutuhan
konsumsi.

Universitas Sumatera Utara

4.2

Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

Medan saran yang dapat penulis berikan yaitu :
1.

Pimpinan dalam mengambil keputusan sebaiknya didasarkan pada
keputusan bersama, dan keputusan tersebut disetujui oleh semua
pegawainya.

2.

Dalampemberianmotivasikepadapegawaitelahterlaksanadenganbaikdandihar
apkanpeningkatannyapadahari-harimendatang.

3.

Setiap pegawai yang tidak disiplin dalam jam kerja sebaiknya diberikan
sanksi yang mengikat seluruh pegawai yaitu berupa penurunan jabatan
dalam

lingkungan

atau

dipindah

tugaskan.Pimpinanharusmampumemenuhikebutuhanfisiologispegawainyade
nganmemberikanpenghargaanatauuangtambahankepadapegawainyaberdasar
kanprestasikerja yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara